Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni, 2019
ABSTRAK Media sosial dan kreatifitas budaya penggemar dapat dianalisis dengan pendekatan multidis... more ABSTRAK Media sosial dan kreatifitas budaya penggemar dapat dianalisis dengan pendekatan multidisiplin untuk membongkar ideologi dominan yang melatarbelakangi praktik budaya tersebut. Selain itu, kajian terhadap media sosial juga dapat menunjukkan bagaimana ranah budaya populer seperti akun penggemar sepak bola ternyata tidak terlepas dari usaha afirmasi diskursus Keislaman dominan yang berkembang di Indonesia sejak beberapa tahun belakangan ini. Akan tetapi, apabila diskursus Keislaman terutama yang erat kaitannya dengan tubuh (atau yang berkaitan dengan aurat di media sosial) biasanya dikaitkan dengan perempuan, dalam penelitian ini justru dibicarakan dalam konteks budaya penggemar sepak bola yang didominasi penggemar laki-laki. Pergeseran atau pembalikan diskursus ini dilakukan akun @plesbol dengan cara menarik jumlah penggemar melalui representasi diri sebagai akun yang sarkastik ketika membahas persepakbolaan. Oleh karena itu, analisis dilakukan dengan metode kajian tekstual da...
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni, 2019
ABSTRAK Media sosial dan kreatifitas budaya penggemar dapat dianalisis dengan pendekatan multidis... more ABSTRAK Media sosial dan kreatifitas budaya penggemar dapat dianalisis dengan pendekatan multidisiplin untuk membongkar ideologi dominan yang melatarbelakangi praktik budaya tersebut. Selain itu, kajian terhadap media sosial juga dapat menunjukkan bagaimana ranah budaya populer seperti akun penggemar sepak bola ternyata tidak terlepas dari usaha afirmasi diskursus Keislaman dominan yang berkembang di Indonesia sejak beberapa tahun belakangan ini. Akan tetapi, apabila diskursus Keislaman terutama yang erat kaitannya dengan tubuh (atau yang berkaitan dengan aurat di media sosial) biasanya dikaitkan dengan perempuan, dalam penelitian ini justru dibicarakan dalam konteks budaya penggemar sepak bola yang didominasi penggemar laki-laki. Pergeseran atau pembalikan diskursus ini dilakukan akun @plesbol dengan cara menarik jumlah penggemar melalui representasi diri sebagai akun yang sarkastik ketika membahas persepakbolaan. Oleh karena itu, analisis dilakukan dengan metode kajian tekstual dan "observation ethnography" untuk melihat bagaimana akun ini melakukan 'dakwah' dengan strategi menggabungkan budaya populer fandom dengan ranah keseharian, yaitu diskursus agama, dalam ruang digital. Pertanyaan utama penelitian ini adalah bagaimana akun tersebut mengemas dan mengartikulasikan nilai-nilai Islami dalam kaitan dengan representasi akun tersebut sebagai akun sepak bola yang kerap menampilkan sarkasme. Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa setelah mendapatkan pengikut (follower) cukup banyak, @plesbol juga mengunggah postingan yang mengartikulasikan Keislaman atau mengenai rekonseptualisasi aurat laki-laki dan ajakan ketaatan dalam praktik keIslaman. Kata Kunci: fandom, praktik keislaman, plesbol, sarkasme, trailer vision. ABSTRACT Social media and fanfare cultural creativity can be analyzed with a multidisciplinary approach to dismantle the dominant ideology that lies behind these cultural practices. In addition, studies on social media can also show how the realm of popular culture such as soccer fan accounts is apparently inseparable from the effort to affirm dominant Islamic discourses that have developed in Indonesia in recent years. However, if Islamic discourse, especially those closely related to the body (or relating to genitals on social media) is usually associated with women, in this study it is discussed in the context of the culture of football fans dominated by male fans. This shift or reversal of discourse is done by @plesbol account by attracting a number of fans through self-representation as a sarcastic account when discussing football. Therefore, the analysis was conducted using textual study method and observation ethnography to see how this account performs 'da'wah' by combining fandom popular culture with everyday realms, namely religious discourse, in the digital space. The main question of this research is how this account packs and articulates Islamic values in relation to the account's representation as a sarcastic football account. Based on the result of the analysis it was found that after getting quite a number of followers, @plesbol also uploaded posts that articulated Islam or regarding the reconceptualization of male genitalia and invitations to obedience in Islamic practices.
Abstrak Paper ini bertujuan membahas tentang Gereja Santa Maria de Fatima sebagai arsip, pemeliha... more Abstrak Paper ini bertujuan membahas tentang Gereja Santa Maria de Fatima sebagai arsip, pemelihara memori kolektif sekaligus sebagai ruang kehidupan sosial religi orang-orang penganut Katolik yang berada di wilayah pecinan Glodok. Kegiatan sosial peribadatan yang dilakukan oleh Jemaat Gereja Santa Maria de Fatima juga terkait dengan membangun narasi dan merawat ingatan terhadap identitas ketionghoaan. Sehingga sangat menarik untuk dilihat praktik-praktik negosiasi kultural antara mempertahankan identitas kultural etnis dengan pakem-pakem dalam aturan keagamaan Katolik. Dalam penelitian ini, penulis berposisi sebagai outsider ethnographer yang menggunakan metode observasi dan wawancara langsung terhadap tokoh penanggung jawab gereja tersebut. Selain itu, studi pustaka juga dilakukan untuk melengkapi data melalui sumber rujukan yang tepat terkait dengan topik penelitian. Penelitian ini menemukan praktik-praktik negosiasi dari umat Katolik-Tionghoa dalam kegiatan produksi kultural yang mewujud pada kegiatan-kegiatan peribadatan yang tetap mengusung bahasa Mandarin. Hal lain berhubungan dengan kegiatan produksi kultural umat dalam proses merawat memori akan tanah leluhurnya dapat dilihat dari bentuk arsitektur dan ornamen-ornamen bangunan gereja yang didominasi oleh karakter khas etnis Tionghoa. Pengantar Kelurahan Glodok di daerah Jakarta Barat dikenal sebagai daerah tempat konsenstrasi dari warga keturunan etnis Tionghoa yang berada di Jakarta atau lebih populer disebut sebagai Pecinannya Jakarta. Sejarah dari Glodok sendiri bermula ketika pemerintahan kolonial memberlakukan politik etnis yang membedakan antarkelompok masyarakat berdasarkan etnisitasnya. Peraturan perundang-undangan tersebut bukan hanya membagi kelompok 1 1 Paper Ujian Akhir Semester, Mata Kuliah Etnografi dalam Cultural Studies. Dosen Pengampu : Dr. Lilawati Kurnia, M.A dan Dr. Wiwin Djuwita Ramelan, M.Si.
Abstrak Pembangunan di Kota Depok yang tidak mempertimbangkan serta mengaburkan aspek kesejarahan... more Abstrak Pembangunan di Kota Depok yang tidak mempertimbangkan serta mengaburkan aspek kesejarahan bukan hanya dapat dilihat dari minimnya perhatian pemerintah kota terhadap aspek yang berkaitan dengan sejarah. Akan tetapi, dapat juga dilihat dari sebuah wacana terkait penetapan awal berdirinya kota tersebut. Pada saat ini para sejarawan, baik dari lingkup akademis, aktivis, hingga komunitas masyarakat pencinta sejarah, gencar memberi pembelajaran dan pengertian mengenai sejarah pada masyarakat di Kota Depok. Kegiatan mereka bukan hanya memberi pengertian dan mengajak masyarakat untuk peduli pada sejarah kotanya, tapi juga mendesak pemerintah untuk mengkaji ulang kebijakan yang berkaitan mengenai aspek kesejarahan. Paper ini akan mencoba melihat sisi lain dari penetapan tanggal hari jadi Kota Depok yang berimplikasi pada pengaburan sejarah kota itu sendiri. Selain itu, juga diulas mengenai kegiatan yang dilakukan para public historian sebagai konsultan dan agen dalam proses pendidikan sebuah sejarah publik mengenai Kota Depok. Pengantar Pada tanggal 27 April 1999 ditetapkan dan diperingati sebagai hari jadi Kota Depok. Penetapan tanggal tertentu yang dianggap bersejarah, seperti hari jadi dan berdirinya suatu wilayah, jamak dan hampir dilakukan oleh setiap wilayah baik tingkat kabupaten maupun kota. Penetapan tanggal hari jadi tersebut dilakukan bukan hanya untuk mengenang suatu sejarah sebagai suatu peristiwa, namun juga untuk membentuk sebuah identitas suatu wilayah dalam proses pengembangan dan pembangunan wilayah tersebut ke depannya. Dalam konteks Kota Depok, rujukan penetapan hari jadi tersebut masih bermasalah karena dianggap hanya mengedepankan aspek administratif tanpa mempertimbangkan aspek sejarah yang lebih jauh. Sebetulnya tidak dapat dikatakan salah apabila memang hari jadi Depok sebagai sebuah kota ditetapkan pada tanggal 27 April 1999 tersebut, karena memang pada tanggal tersebut Depok 1 1 Paper Tugas Sejarah Publik, Mata Kuliah Historisitas dalam Cultural Studies. Dosen Pengampu : Manneke Budiman Ph.D
Abstrak Penelitian ini membahas bagaimana representasi masyarakat yang sedang terjajah di dalam r... more Abstrak Penelitian ini membahas bagaimana representasi masyarakat yang sedang terjajah di dalam roman Anak Semua Bangsa karya Pramoedya Ananta Toer. Representasi masyarakat yang terjajah tersebut hadir dalam bentuk perubahan mental masyarakat dan dampak penderitaan yang dirasakan akibat penjajahan kolonial Belanda. Penelitian ini menggunakan teori poskolonial. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif interpretatif dengan pendekatan historis. Sumber data yang dipakai adalah buku roman Anak Semua Bangsa yang dicetak oleh Lentera Dipantara tahun 2006. Hasil penelitian menunjukkan bentuk-bentuk masyarakat yang terjajah dalam roman ini berupa; mental inferior, selalu curiga dan takut terhadap pihak penjajah, menderita kemiskinan, dan terdiskriminasi secara hukum. Abstract This research discusses how representation of the colonized society in the romance of All Nations Children by Pramoedya Ananta Toer. Representations of colonized peoples are present in the form of mental changes of society and the impact of suffering perceived by colonial Dutch colonialism. This research uses postcolonial theory. This research uses qualitative interpretative method with historical approach. Data were collected from the novel book of All Nations printed by Lentera Dipantara in 2006. The results show the forms of colonized society in this novel in the form of; mentally inferior, always suspicious and fearful of the colonizers, suffering poverty, and being legally discriminated against.
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni, 2019
ABSTRAK Media sosial dan kreatifitas budaya penggemar dapat dianalisis dengan pendekatan multidis... more ABSTRAK Media sosial dan kreatifitas budaya penggemar dapat dianalisis dengan pendekatan multidisiplin untuk membongkar ideologi dominan yang melatarbelakangi praktik budaya tersebut. Selain itu, kajian terhadap media sosial juga dapat menunjukkan bagaimana ranah budaya populer seperti akun penggemar sepak bola ternyata tidak terlepas dari usaha afirmasi diskursus Keislaman dominan yang berkembang di Indonesia sejak beberapa tahun belakangan ini. Akan tetapi, apabila diskursus Keislaman terutama yang erat kaitannya dengan tubuh (atau yang berkaitan dengan aurat di media sosial) biasanya dikaitkan dengan perempuan, dalam penelitian ini justru dibicarakan dalam konteks budaya penggemar sepak bola yang didominasi penggemar laki-laki. Pergeseran atau pembalikan diskursus ini dilakukan akun @plesbol dengan cara menarik jumlah penggemar melalui representasi diri sebagai akun yang sarkastik ketika membahas persepakbolaan. Oleh karena itu, analisis dilakukan dengan metode kajian tekstual da...
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni, 2019
ABSTRAK Media sosial dan kreatifitas budaya penggemar dapat dianalisis dengan pendekatan multidis... more ABSTRAK Media sosial dan kreatifitas budaya penggemar dapat dianalisis dengan pendekatan multidisiplin untuk membongkar ideologi dominan yang melatarbelakangi praktik budaya tersebut. Selain itu, kajian terhadap media sosial juga dapat menunjukkan bagaimana ranah budaya populer seperti akun penggemar sepak bola ternyata tidak terlepas dari usaha afirmasi diskursus Keislaman dominan yang berkembang di Indonesia sejak beberapa tahun belakangan ini. Akan tetapi, apabila diskursus Keislaman terutama yang erat kaitannya dengan tubuh (atau yang berkaitan dengan aurat di media sosial) biasanya dikaitkan dengan perempuan, dalam penelitian ini justru dibicarakan dalam konteks budaya penggemar sepak bola yang didominasi penggemar laki-laki. Pergeseran atau pembalikan diskursus ini dilakukan akun @plesbol dengan cara menarik jumlah penggemar melalui representasi diri sebagai akun yang sarkastik ketika membahas persepakbolaan. Oleh karena itu, analisis dilakukan dengan metode kajian tekstual dan "observation ethnography" untuk melihat bagaimana akun ini melakukan 'dakwah' dengan strategi menggabungkan budaya populer fandom dengan ranah keseharian, yaitu diskursus agama, dalam ruang digital. Pertanyaan utama penelitian ini adalah bagaimana akun tersebut mengemas dan mengartikulasikan nilai-nilai Islami dalam kaitan dengan representasi akun tersebut sebagai akun sepak bola yang kerap menampilkan sarkasme. Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa setelah mendapatkan pengikut (follower) cukup banyak, @plesbol juga mengunggah postingan yang mengartikulasikan Keislaman atau mengenai rekonseptualisasi aurat laki-laki dan ajakan ketaatan dalam praktik keIslaman. Kata Kunci: fandom, praktik keislaman, plesbol, sarkasme, trailer vision. ABSTRACT Social media and fanfare cultural creativity can be analyzed with a multidisciplinary approach to dismantle the dominant ideology that lies behind these cultural practices. In addition, studies on social media can also show how the realm of popular culture such as soccer fan accounts is apparently inseparable from the effort to affirm dominant Islamic discourses that have developed in Indonesia in recent years. However, if Islamic discourse, especially those closely related to the body (or relating to genitals on social media) is usually associated with women, in this study it is discussed in the context of the culture of football fans dominated by male fans. This shift or reversal of discourse is done by @plesbol account by attracting a number of fans through self-representation as a sarcastic account when discussing football. Therefore, the analysis was conducted using textual study method and observation ethnography to see how this account performs 'da'wah' by combining fandom popular culture with everyday realms, namely religious discourse, in the digital space. The main question of this research is how this account packs and articulates Islamic values in relation to the account's representation as a sarcastic football account. Based on the result of the analysis it was found that after getting quite a number of followers, @plesbol also uploaded posts that articulated Islam or regarding the reconceptualization of male genitalia and invitations to obedience in Islamic practices.
Abstrak Paper ini bertujuan membahas tentang Gereja Santa Maria de Fatima sebagai arsip, pemeliha... more Abstrak Paper ini bertujuan membahas tentang Gereja Santa Maria de Fatima sebagai arsip, pemelihara memori kolektif sekaligus sebagai ruang kehidupan sosial religi orang-orang penganut Katolik yang berada di wilayah pecinan Glodok. Kegiatan sosial peribadatan yang dilakukan oleh Jemaat Gereja Santa Maria de Fatima juga terkait dengan membangun narasi dan merawat ingatan terhadap identitas ketionghoaan. Sehingga sangat menarik untuk dilihat praktik-praktik negosiasi kultural antara mempertahankan identitas kultural etnis dengan pakem-pakem dalam aturan keagamaan Katolik. Dalam penelitian ini, penulis berposisi sebagai outsider ethnographer yang menggunakan metode observasi dan wawancara langsung terhadap tokoh penanggung jawab gereja tersebut. Selain itu, studi pustaka juga dilakukan untuk melengkapi data melalui sumber rujukan yang tepat terkait dengan topik penelitian. Penelitian ini menemukan praktik-praktik negosiasi dari umat Katolik-Tionghoa dalam kegiatan produksi kultural yang mewujud pada kegiatan-kegiatan peribadatan yang tetap mengusung bahasa Mandarin. Hal lain berhubungan dengan kegiatan produksi kultural umat dalam proses merawat memori akan tanah leluhurnya dapat dilihat dari bentuk arsitektur dan ornamen-ornamen bangunan gereja yang didominasi oleh karakter khas etnis Tionghoa. Pengantar Kelurahan Glodok di daerah Jakarta Barat dikenal sebagai daerah tempat konsenstrasi dari warga keturunan etnis Tionghoa yang berada di Jakarta atau lebih populer disebut sebagai Pecinannya Jakarta. Sejarah dari Glodok sendiri bermula ketika pemerintahan kolonial memberlakukan politik etnis yang membedakan antarkelompok masyarakat berdasarkan etnisitasnya. Peraturan perundang-undangan tersebut bukan hanya membagi kelompok 1 1 Paper Ujian Akhir Semester, Mata Kuliah Etnografi dalam Cultural Studies. Dosen Pengampu : Dr. Lilawati Kurnia, M.A dan Dr. Wiwin Djuwita Ramelan, M.Si.
Abstrak Pembangunan di Kota Depok yang tidak mempertimbangkan serta mengaburkan aspek kesejarahan... more Abstrak Pembangunan di Kota Depok yang tidak mempertimbangkan serta mengaburkan aspek kesejarahan bukan hanya dapat dilihat dari minimnya perhatian pemerintah kota terhadap aspek yang berkaitan dengan sejarah. Akan tetapi, dapat juga dilihat dari sebuah wacana terkait penetapan awal berdirinya kota tersebut. Pada saat ini para sejarawan, baik dari lingkup akademis, aktivis, hingga komunitas masyarakat pencinta sejarah, gencar memberi pembelajaran dan pengertian mengenai sejarah pada masyarakat di Kota Depok. Kegiatan mereka bukan hanya memberi pengertian dan mengajak masyarakat untuk peduli pada sejarah kotanya, tapi juga mendesak pemerintah untuk mengkaji ulang kebijakan yang berkaitan mengenai aspek kesejarahan. Paper ini akan mencoba melihat sisi lain dari penetapan tanggal hari jadi Kota Depok yang berimplikasi pada pengaburan sejarah kota itu sendiri. Selain itu, juga diulas mengenai kegiatan yang dilakukan para public historian sebagai konsultan dan agen dalam proses pendidikan sebuah sejarah publik mengenai Kota Depok. Pengantar Pada tanggal 27 April 1999 ditetapkan dan diperingati sebagai hari jadi Kota Depok. Penetapan tanggal tertentu yang dianggap bersejarah, seperti hari jadi dan berdirinya suatu wilayah, jamak dan hampir dilakukan oleh setiap wilayah baik tingkat kabupaten maupun kota. Penetapan tanggal hari jadi tersebut dilakukan bukan hanya untuk mengenang suatu sejarah sebagai suatu peristiwa, namun juga untuk membentuk sebuah identitas suatu wilayah dalam proses pengembangan dan pembangunan wilayah tersebut ke depannya. Dalam konteks Kota Depok, rujukan penetapan hari jadi tersebut masih bermasalah karena dianggap hanya mengedepankan aspek administratif tanpa mempertimbangkan aspek sejarah yang lebih jauh. Sebetulnya tidak dapat dikatakan salah apabila memang hari jadi Depok sebagai sebuah kota ditetapkan pada tanggal 27 April 1999 tersebut, karena memang pada tanggal tersebut Depok 1 1 Paper Tugas Sejarah Publik, Mata Kuliah Historisitas dalam Cultural Studies. Dosen Pengampu : Manneke Budiman Ph.D
Abstrak Penelitian ini membahas bagaimana representasi masyarakat yang sedang terjajah di dalam r... more Abstrak Penelitian ini membahas bagaimana representasi masyarakat yang sedang terjajah di dalam roman Anak Semua Bangsa karya Pramoedya Ananta Toer. Representasi masyarakat yang terjajah tersebut hadir dalam bentuk perubahan mental masyarakat dan dampak penderitaan yang dirasakan akibat penjajahan kolonial Belanda. Penelitian ini menggunakan teori poskolonial. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif interpretatif dengan pendekatan historis. Sumber data yang dipakai adalah buku roman Anak Semua Bangsa yang dicetak oleh Lentera Dipantara tahun 2006. Hasil penelitian menunjukkan bentuk-bentuk masyarakat yang terjajah dalam roman ini berupa; mental inferior, selalu curiga dan takut terhadap pihak penjajah, menderita kemiskinan, dan terdiskriminasi secara hukum. Abstract This research discusses how representation of the colonized society in the romance of All Nations Children by Pramoedya Ananta Toer. Representations of colonized peoples are present in the form of mental changes of society and the impact of suffering perceived by colonial Dutch colonialism. This research uses postcolonial theory. This research uses qualitative interpretative method with historical approach. Data were collected from the novel book of All Nations printed by Lentera Dipantara in 2006. The results show the forms of colonized society in this novel in the form of; mentally inferior, always suspicious and fearful of the colonizers, suffering poverty, and being legally discriminated against.
Uploads
Papers by Danang Lukmana