Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
[O p e n A c c e s s] Page 64 STT Ebenhaezer Tanjung Enim SCRIPTA: Jurnal Teologi & Pelayanan Kontekstual Sekolah Tinggi Theologi Ebenhaezer Tanjung Enim ISSN: (Online) 2622-1144, (Print) 2338-0489 Volume 15, Nomor 1, Mei 2023, 63-77 Pentingnya Pekerja Kristus Dalam Implementasi Amanat Agung Sostenis Nggebu Sekolah Tinggi Teologi Saint Paul Bandung, Indonesia sostenis.nggebu@gmail.com Abstract The problem studied in this article relates to the challenges and needs of Christ's workers to reap the yellowing fields. Remembering that the world as a field belonging to God is always short of workers. The response of church members to the challenges and needs allows the field to be reaped. The purpose of this article is to discuss the role of Christ workers in carrying out the Great Commission. The method used in this article is the hermeneutic method. The results show that the Christ worker is someone who surrenders and is actively involved in preaching the Gospel. Practically, he preaches the gospel, guides the people he serves to grow spiritually. In this case he is also known as a person who trains others to do the same task in carrying out the Great Commission of Jesus Christ. Keywords: Christ worker, Great Commission, yellowing field, church DOI: 10.47154/sjtpk.v15i1.176 Submited: 12 Agustus 2022 Copyright: Riview : 23 Agustus 2022 - 24 Mei 2023 Accepted: 26 Mei 2023 @ 2023. The Author License: This work is licensed under under the Creative Commons Attribution ShareAlike Published: 28 Mei 2023 Underthe Chreative Commons AttributtionShareAlike 4.0 International License. https://ejournal.stte.ac.id/index Volume 15 Nomor 1 Tahun 2023 [O p e n A c c e s s] Page 65 STT Ebenhaezer Tanjung Enim Pentingnya Pekerja Kristus Dalam Implementasi Amanat Agung Sostenis Nggebu Sekolah Tinggi Teologi Saint Paul Bandung, Indonesia sostenis.nggebu@gmail.com Abstrak Problem yang dikaji dalam artikel ini berkaitan dengan tantangan dan kebutuhan pekerja Kristus untuk menuai ladang yang sedang menguning. Mengingat bahwa dunia sebagai ladang milik Tuhan senantiasa kekurangan pekerja. Respon warga gereja terhadap tantangan dan kebutuhan itu memungkinkan ladang itu akan dituai. Tujuan artikel ini membahas tentang peran pekerja Kristus dalam melaksanakan Amanat Agung. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah metode hermeneutik. Hasilnya menunjukkan bahwa pekerja Kristus adalah seorang yang menyerahkan diri dan terlibat secara aktif dalam pemberitaan Injil. Secara praktis, ia memberitakan Injil, membimbing orang-orang yang dilayani agar bertumbuh secara rohani. Dalam hal ini ia juga dikenal sebagai seorang melatih orang lain untuk melakukan tugas yang sama dalam melaksanakan Amanat Agung Yesus Kristus. Kata Kunci: Pekerja Kristus; Amanat Agung; Ladang Yang Menguning; Gereja. Pendahuluan ereja sedang menghadapi keadaan genting karena kekurangan pekerja. Tanpa pekerja, misi Gereja berhadapan dengan problem mendasar seperti kendala dalam bertumbuh dan jemaat yang suam-suam kukuh serta jiwajiwa terabaikan. Sunarko mengutarakan ladang yang menguning membutuhkan pekerja yang siap menuai dengan sukacita.1 Ganda putra menekankan pentingnya pekerja Kristus dalam memberitakan Injil untuk menjawab kebutuhan kekurangan pekerja di ladang G Andreas Sese Sunarko, “Implementasi Cara Hidup Jemaat Mula-Mula Dalam Kisah Para Rasul 2: 41-47 Bagi Pertumbuhan Gereja Masa Kini,” Kharismata: Jurnal Teologi Pantekostasmata: Jurnal Teologi Pantekosta 2, no. 2 (2020): 129. 2 Edwin Gandaputra, “Memikirkan Ulang Aplikasi Penginjilan Pribadi Pada Masa New 1 https://ejournal.stte.ac.id/index pelayanan.2 Di samping itu Kim et.al., menegaskan bahwa gereja mesti giat dalam pemuridan agar menghasilkan murid yang siap melayani.3 Pandangan para peneliti tersebut mendorong gereja agar aktif dalam membina jemaat agar menjawab tantangan Yesus: “Tuaian banyak, tetapi pekerja sedikit” (Mat 9:37; Luk 10:2). Teks ini mengindikasikan adanya lowongan pekerjaan dan kebutuhan pekerja untuk penuaian. Jelas sekali Yesus manantang umat agar mereseponi kebutuhan dan tantangan ini. Jika ditelisik maka teks ini sebagai kiasan. Artinya, ada lowongan dan kebutuhan Normal,” Saint Paul’S Review 1, no. 1 (2021): 29– 45. 3 James Kwang Jin Kim, Hertina Soerjaman, and Marichel Samuel, “The Role of The Holy Spirit in Discipleship,” Saint Paul’S Review 3, no. 1 (2023): 1–12. Volume 15 Nomor 1 Tahun 2023 [O p e n A c c e s s] Page 66 STT Ebenhaezer Tanjung Enim pekerja di bidang kerohanian. Ladang sebagai dunia yakni orang-orang yang haus dan siap dilayani (dibutuhkan penuai). Berarti gereja membutuhkan pekerja. Tanpa pekerja, pemberitaan Injil akan terhalang mencapai bangsa-bangsa. Sesuai mandat Yesus, Injil patut diberitakan di seluruh dunia (Mat 28:1920). Mandat Yesus itu berlaku bagi tiap orang percaya. Berarti kebutuhan pekerja itu datang dari kalangan orang percaya sendiri. Dengan demikian ayat ini menantang tiap orang percaya. Purdayanto mengatakan ladang yang menguning membutuhkan pekerja, maka Yesus memanggil para penuai untuk menuai ladang siap dituai itu.4 Penekanannya terletak pada kebutuhan yang mendesak tentang pekerja Kristus. Ladang itu sudah siap, dan segera dituai. Atau kiasannya tentang jiwa-jiwa yang menanti dilayani. Widjaja melihat adanya kebutuhan karena secara kontekstual, negeri ini sedang terbuka dan juga sebagai ladang yang siap dituai.5 Para penuai diharapkan meresponi panggilan Yesus itu untuk menyerahkan diri bergabung dengan proyek-Nya. Hasahatan Hutahaean et al., mengatakan bahwa manusia diciptakan Allah dengan tujuan agar ia menjadi pekerja yang menekuni pekerjaannya.6 Artinya, tiap orang mesti memiliki pekerjaan sebagai hakikat hidupnya. Dalam hal ini Yesus menantang para penuai agar sudi melibatkan diri dalam pekerjaan menuai di ladang. Tuhan membutuhkan pekerja untuk melayani umat yang sedang menanti ditaburi firman Allah. Panggilan ini penting dan seyogianya mendapat respons dari warga gereja. Akan tetapi, dalam pekerjaan rohani senantiasa kekurangan pekerja. Konteks ini menunjukkan ada masalah genting tentang pekerja Kristus. Sebab sedikit sekali pekerja rohani yang dilihat Yesus dibandingkan dengan ladang yang menguning yang membutuhkan pekerja. Persoalan yang dilihat Yesus pada masa hidup-Nya juga menjadi tantangan yang dihadapi oleh gereja masa kini. Pekerjaan rohani kekurangan pekerja. Sari Saptorini dan Listari mengatakan bahwa gereja kekurangan pekerja karena keengganan umat menyerahkan diri melayani.7 Hal yang sama dikemukakan oleh Tampubolon dan Nassa bahwa gereja masih kekurangan pekerja.8 Orang Kristen sering menganggap bahwa pekerjaan rohani itu tugas pendeta dan para penginjil atau orang yang duduk dalam jajaran kemajelisan gereja. Mereka merasa bahwa pekerjaan pelayanan rohani sebagai tugas yang spesifik yang diberikan Tuhan kepada para pejabat di gereja. Anggapan ini secara tidak langsung mempengaruhi ketersediaan pekerja pelayanan rohani di gereja. Sanny mengatakan pelayanan pemuridan itu sebagai mandat dari Allah bagi Para Navigator untuk mengisi Visi kekurangan pekerja Kristus.9 Samuel Purdaryanto, “Efektivitas Gereja Dalam Menuntaskan Amanat Agung,” Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship 1, no. 2 (2021): 95–112, https://ejournal.sttiijakarta.ac.id/index.php/temisien. 5 Fransiskus Irwan Widjaja, Misi Dan Keyakinan Pluralitas Di Indonesia, ed. Dian Christine Fitriasari (Yogyakarta: Andi, 2019), v–vi. 6 Hasahatan Hutahaean, Nurliani Siregar, and Desmiyanti Tampubolon, “Tafsir Efesus 6: 5-8 Tentang Teologi Kerja Dan Aplikasinya Bagi Pemuda Gereja,” Manna Rafflesia 8, no. 1 (2021): 131–153. 7 Sari Saptorini and Listari, “Pelayanan Pemuridan Melalui Video Conference Dalam Gereja Masa Kini,” Available Online at 1, no. 1 29–38, (2021): https://ejournal.staknkupang.ac.id/ojs/index .php/teuo. 8 Yohanes Hasiholan Tampubolon and Grace Son Nassa, “Urgensi Misi Penatalayanan Ciptaan: Berdasarkan Hasil Sidang Gereja Sedunia Dan Teologi Misi,” Theologia Insani (Jurnal Theologia, Pendidikan, dan Misiologia Integratif) 1, no. 1 (2022): 37. 9 Lorne Sanny, Fundamental of Ministry: Seminar Woorkbook (Colorado Springs: The Navigators, 2007), 1–5. 4 https://ejournal.stte.ac.id/index Volume 15 Nomor 1 Tahun 2023 [O p e n A c c e s s] Page pelayanan dari lembaga pelayanan yang lain juga memiliki keyakinan yang sama. Allah memanggil mereka untuk melaksanakan Amanat Agung. Yolanda Olivya Kadjakoro memandang seorang pekerja Kristus haruslah mengandalkan kuasa Allah. Karena Allah sendiri yang memanggil mereka ke dalam pelayananNya.10 Gereja membutuhkan pekerja yang berkarakter melayani dengan sepenuh hati dan ketulusan. Sudarmanto menyimak manusia yang dilanda krisis sebagai ladang yang siap dituai.11 Pelayanan rohani selalu menyambut pekerja yang sudi dan rela bergabung. Mengingat ladang yang menguning senantiasa membutuhkan para pekerja Kristus. Menurut hemat peneliti bahwa tantangan Tuhan dalam Matius 9:37 itu demi mewujudkan implementasi Amanat Agung (Mat 28:19-20). Permasalahannya adalah bahwa gereja masa kini pun sedang berurusan dengan kebutuhan pekerja demi melaksanakan Amanat Agung sehingga artikel ini menjadi relevan untuk mengkaji topik ini. Untuk itu muncul pertanyaan bagaimanakah profile seorang pekerja Kristus yang dimaksud Yesus dalam Matius 9:37 demi menjawab panggilan Amanat Agung? Tujuan dari artikel ini guna menjawab pentingnya profile seorang pekerja Kristus demi menunaikan Amanat Agung. Metode Merode yang digunakan dalam pembahasan artikel ini adalah metode 10 Yolanda Olivya Kadjakoro, “Konsep Prajurit Allah Berdasarkan Efesus 6:10-20 Dan Implementasinya Dalam Kehidupan Orang Percaya,” Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) 1, no. 1 (2019): 40–56. 11 Gunaryo Sudarmanto, Ladang Sudah Menguning & Siap Untuk Dituai (Malang, 2020), 7–8, https://scholar.google.com/citations?view_o p=view_citation&hl=en&user=AP9sMs8AAA AJ&citation_for_view=AP9sMs8AAAAJ:zYL M7Y9cAGgC. https://ejournal.stte.ac.id/index 67 STT Ebenhaezer Tanjung Enim hermeneutik.12 Kim menilai bahwa konsep hermeneutik mesti bersesuaian dengan konteks yang dihadapi.13 Langkah yang ditempuh penulis ialah melakukan studi analisis arti kata ἐργάται dalam teks Matius 9:37 dan Lukas 10:2. Peneliti menyelidiki kata ini menyangkut morfologi dan semantiknya agar muncul makna dari kata tersebut sebagaimana dikemukakan dalam teks yang diselidiki. Setelah itu, peneliti menganalisis terkait dengan konteks dan relasi dalam teks untuk menghasilkan gambaran yang utuh dalam konteksnya.14 Untuk melengkapi data, peneliti menggunakan sumber rujukan dari buku cetak, materi dari buku PDF, dan artikel jurnal online. Selain itu, peneliti juga mendapat data lapangan dari hasil wawancara dari seorang pendeta dan seorang penginjil sebagai nara sumber penelitian untuk menggali pandangan mereka tentang pekerja rohani dalam gereja. Semua data penting tersebut diadaptasikan untuk menyusun kajian ini dan mengemukakan kesimpulan di bagian akhir pembahasan. Hasil dan Pembahasan Hasil dari penelitian ini didasarkan pada hipotesa berikut, jika warga gereja meresponi panggilan Yesus Kristus untuk menyerahkan diri bagi pekerjaan Allah, maka pelayanan pemberitaan Injil akan berjalan sesuai dengan Amanat Agung. Penelitian ini merumuskan pentingnya pekerja Kristus dalam implementasi Amanat Agung. Selanjutnya, dalam artikel juga dapat dirumuskan prinsip-prinsip Hasan Sutanto, Hermeneutik: Prinsip Dan Metode Penafsiran Alkitab (Malang: SAAT Malang, 2015), 210–224. 13 Paulus Jinu Kim, “Peninjauan Kritikal Terhadap Hermeneutika Asia,” Saint Paul’S Review 2, no. 1 (2022): 40–53. 14 Sostenis Nggebu, Totalitas Dalam Menulis: Kiat-Kiat Penelitian Teologis Untuk Menulis Tugas Kuliah, Artikel Jurnal Dan Buku Rohani, ed. Ridwan Sutedja (Bandung: Biji Sesawi, 2022), 46–47. 12 Volume 15 Nomor 1 Tahun 2023 [O p e n A c c e s s] Page bahwa pekerja rohani mendapat panggilan Tuhan untuk menuai; pekerja Kristus dituntut secara akif dalam melayani; pekerja Kristus ditekankan orang menyerahkan diri untuk diperlengkapi; mengabdi dengan penuh tanggung jawab bagi Kerajaan Allah. Selain itu dirumuskan juga pokok pikiran penting bahwa seorang pekerja Kristus adalah seorang yang menyerahkan dirinya untuk melayani pekerjaan pemberitaan kabar baik yang mendewasakan mereka hidup sesuai firman Allah dan taat kepada Sang Penebus. 68 STT Ebenhaezer Tanjung Enim Keberadaan Pekerja Kristus Dipanggil untuk Menuai Kitab Perjanjian Baru menyajikan tentang pentingnya pekerja Kristus dalam ladang tuaian yang luas dan sedang matang. Untuk memahami konteks dan teks, peneliti memandang pentingnya mengurai konsep kerja di dalam paparan Alkitab. Danker mengatakan ἐργάται sebagai kata benda nominative maskulin dari ργάτης. Kata ἐργάται ini berarti (1) ‘orang yang sedang bekerja’ seperti seorang yang bekerja di ladang atau sebagai buruh. Kata kerja egratai menunjuk pada orang yang melakukan pekerjaan fisik (Mat 9:37; 10:10; bdk. Kis 19:25). Selain itu, kata egratai juga memiliki makna yang menunjuk pada seorang pemimpin rohani (2 Kor 11:13; Fil 3:2; 2 Ti 2:15). Ia melayani sebagai seorang pemimpin dalam komunitas pelayanan rohani seperti rasul atau penginjil atau guru. (2) kata ἐργάται mengacu pada ‘orang yang menghasilkan sesuatu melalui kerja' atau orang yang mendapat upah. Tetapi sebaliknya kata ini juga menunjuk pada sindiran ἀδικίας (jahat), yakni seorang gemar melakukan kejahatan (Luk 13:27).15 Dalam pemahaman Danker ada dua jenis pekerja yang baik dan yang jahat. Pekerja yang baik melakukan pekerjaan yang benar atau pekerja rohani; sedangkan pekerja jahat adalah seorang yang menunjukkan sifat dan perilaku yang buruk. Friberg memandang kata ἐργάται, secara harfiah mengacu pada orang-orang yang beraktivitas sebagai pekerja di ladang atau buruh (Mat 10:10). Di samping itu, secara metaforis, kata ἐργάται menunjuk pada seseorang yang terlibat dalam aktivitas spiritual, yakni pekerja rohani, digunakan dalam pengertian baik (Luk 10:2), tetapi juga dalam pengertian yang buruk (2 Kor 11:13) yang ditujukan kepada para rasul palsu atau guru agama palsu, yang tidak diutus Tuhan tetapi mengaku sebagai utusan Allah. Ciri mereka yang menonjol ialah mencari kepentingan sendiri seperti mendapatkan upah materi. Ini adalah pekerja palsu atau jahat yang tidak sesuai dengan kriteria yang dikehendaki Allah.16 Bagi Friberg, ada dua jenis pekerja. Orang yang melakukan pekerjaan di ladang atau juga sebagai pekerja rohani; sedangkan pekerja yang jahat digambarkan sebagai pekerja paslu. Gingrich dalam Greek New Testament Lexicon mengatakan ἐργάται disebut sebagai pekerja, buruh yang giat dan bersemangat dalam bekerja (Mat 9:37dst.; 20:1-3, 8; Kis 19:25; 1 Tim 5:18; Yak 5:4). Tipikal dari para pekerja ini sebagai orang menyala-nyala dalam melakukan suatu pekerjaan yang terpuji dan yang bertanggung jawab. Mereka dipuji karena karakter mereka yang taat pada kehendak ἐργάται juga Allah. (2) Kata menggambarkan perilaku dari pekerja yang jahat (2 Kor 11:13; Flp 3:2; 2 Tit 2:15). Sifat yang menggambarkan pekerja jahat yang ditolak Tuhan (Luk 13:27). Mereka tidak dikenal Tuhan.17 Bagi Gingrich, ada Frederick William Danker, Greek Lexicon New Testament and Early Christian Literature, 3rd ed. (Chicago: University of Chicago Press, 2001). 16 Timothy Friberg, Barbara Friberg, and Neva F. Miller, Analytical Lexicon of The Greer New Testament (Bloomington, IN: Trafford Publishing, 2006). 17 William Ardnt and F. Wilbur & Gingrich, A Greek-English Lexicon for New Testament Anda Other Early Christian Literature, Second Edition, 15 https://ejournal.stte.ac.id/index Volume 15 Nomor 1 Tahun 2023 [O p e n A c c e s s] Page 69 STT Ebenhaezer Tanjung Enim dua jenis pekerja yakni pekerja bertipikal sebagai seorang yang bekerja di ladang, yang aktif dan giat bekerja; dan jenis pekerja berikutnya dikenal sebagai pekerja jahat yang bertentangan dengan kehendak Allah. Atau seperti seorang gembala adalah pekerja yang bertanggung jawab memelihara kawanan ternaknya di padang. Istilah ini merupakan penggambaran dari tugas seorang gembala di gereja. Mariani Harmadi memandang bahwa gembala di gereja sebagai seorang pekerja yang memelihara kerohanian umat Tuhan.18 Berarti ia seorang pekerja yang memelihara kerohanian umat sama seperti para iman dan bani Lewi yang mengabdi di Bait Allah. Dari studi di atas dapat dipaparkan pengertian pekerja di dalam Perjanjian Baru. Kata dasar ἐργάται berarti bekerja. Lorne Sanny memahami bahwa adanya aksi dan kegiatan dengan tujuan tertentu, berbeda dengan kegiatan sekadar sibuk yang tidak berguna apa-apa.19 Pekerja Kristus yang ditekankan adalah seorang memahami benar kontribusinya demi kepentingan pembangan tubuh Kristus. Ia akan terlibat aktif dalam memuridkan dan membina sesama warga gereja agar menjalani imannya dengan penuh tanggung jawab. Pekerja tipikal ini sebagai seorang yang giat bekerja di ladang seperti di kebun anggur atau sebagai seorang upahan (buruh) yang mendapatkan penghasilan dari pekerja tersebut. Di sini ditekankan tentang keterampilan, mempunyai keahlian khusus. Juga memperlihatkan sifat yang setia atau gesit dalam bekerja. Arifianto menegaskan bahwa orang giat melayani dalam pelayanan rohani karena mereka diperlengkapi dengan karunia untuk mengbadi bagi Tuhan.20 Mereka akan melayani untuk mendewasakan kerohanian umat. Tipe pekerja ibarat seorang pekerja yang menguras keringat demi mendapatkan upah. Ia bukan seorang yang sekadar sibuk ke sana ke mari tetapi giat selalu dalam melayani sesuai karunianya untuk kepentingan warga jemaat. 2nd ed. (Chicago: The University of Chicago, 1979). 18 Marinai Harmadi, “Pergeseran Perspektif Teologi Penggembalaan Dengan Layanan Virtual Pada Masa Pandemi Sekarang Dan Nanti,” Jurnal Teologi Berita Hidup 3, no. 2 (2021): 137–149. 19 Sanny, Fundamental of Ministry: Seminar Woorkbook, 19–20. Yonatan Alex Arifianto, “Makna SosioTeologis Melayani Menurut Roma 12:7,” Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) 2, no. 2 (2020): 184–197. 21 Danny Yonathan, “Memahami Konsep Menyangkal Diri, Memikul Salib Dan Mengikut Yesus: Sebuah Analisis Biblikal Lukas 9:23-26,” Jurnal Teologi Berita Hidup 1, no. 2 (2019): 135. https://ejournal.stte.ac.id/index Karakteristik Pekerja Kristus Senantiasa Aktif Meyalani Dalam konteks Matius 10, Yesus menyebut tentang pekerja dikaitkan dengan pengutusan 12 murid untuk melayani, sedangkan konteks Lukas 10 tergambar jelas saat Yesus mengutus 70 murid sebagai pekerja. Sanny melihat muncul lima karakter yang melekat kuat dalam diri pekerja yang diutus Yesus, yakni: 1. Para pekerja itu diperintahkan untuk “pergi.” Mereka diutus untuk melakukan pekerjaan pemberitaan firman sebagaimana yang telah mereka amati dalam diri Yesus. Misi mereka menyangkut menyampaikan firman Allah yang telah mereka resapi dalam relasi dengan Yesus. Pengajaran iman yang sudah diterima mereka, diteruskan pada sesamanya. Jonathan menegaskan bahwa seorang yang mengikut Yesus mengutamakan kehendak Allah di dalam hidupnya.21 Karakter seperti itulah yang menjadi ciri khas seorang pekerja Kristus mengedepankan firman Allah. 2. Para pekerja itu diperintahkan untuk berkhotbah. Tema khotbah mereka 20 Volume 15 Nomor 1 Tahun 2023 [O p e n A c c e s s] Page adalah seputar tentang Kerajaan Allah telah mendekat. Sebenarnya tema ini sudah sering diutarakan Yesus dalam pelayanan-Nya. Jadi, para murid diutus untuk memberitakan tema yang sama denga napa yang sudah diajarkan Yesus kepada mereka. 3. Mereka terlihat melakuan pekerjaan berikutnya seperti yang dilakukan Yesus, yakni menyembuhkan orang sakit dan mengusir kuasa setan. Tampak jelas sekali bahwa Yesus telah mengutus mereka dengan kuasa Allah. Karena sebagaimana Yesus telah menyembuhkan orang banyak dengan kuasa Allah, maka sekarang para murid pun telah diutus dengan otoritas yang sama. 4. Mereka ditanggung oleh orang-orang yang mereka kunjungi. Mereka menumpang di rumah, tempat mereka melayani. Mereka melayani orang yang menyambut mereka dan sebaliknya sang tuan rumah berkenan menjamu dan menjamin kebutuhan mereka selama masa pelayanan yang singkat itu. 5. Mereka hanya melayani serta menetap di rumah orang yang menerima mereka. Tampaknya mereka tidak menginap di sembarang tempat. Tempat tumpangan para pekerja yang diutus Yesus itu jelas, yakni di tempat orang yang menerima kehadiran mereka. Dari paparan Sanny di atas, tampak jelas bahwa pengutusan para murid itu digelari sebagai “pekerja.” Menarik bahwa mereka tidak disapa sebagai “pelayan” yakni orang yang sedang melayani. Ini menandakan bahwa para utusan rohani itu berstatus sebagai seorang pekerja. Ia diberi kedudukan yang setara dengan seorang petani atau buruh yang memiliki profesi yang diupahi. Para utusan itu sebagai pekerja. Mereka bekerja dalam bidang kerohanian. Tuhan memandang mereka 70 STT Ebenhaezer Tanjung Enim sebagai pekerja. Jadi jelas sekali bahwa para utusan Yesus itu adalah pekerja. Ini pengertian yang menarik untuk dikaji dan diimplementasikan dalam kehidupan gereja masa kini. Susanto mengatakan bahwa Gereja Mula-mula berkembang karena mereka aktif memberitakan Injil. Umat yang taat dituntut agar menunaikan Amanat Agung.22 Artinya, orang yang melakukan pekerjaan rohani di gereja atau para gereja adalah seorang pekerja. Ia menyandang status yang sama dengan orang yang bekerja dalam pekerjaan sekuler. Semua sama-sama menyediakan diri untuk bekerja. Di mata Tuhan, pekerjaan bagi seseorang itu penting. Para rohaniwan di gereja adalah pekerja yang melakukan pelayanan rohani, yang menuntut keahlian atau keterampilan. Adalah keliru bahwa orang sering memandang para rohaniwan itu tugasnya “melayani” umat saja. Malah dianggap bahwa mereka melayani secara sukarela. Itu pandangan yang keliru. Para rohaniwan itu adalah pekerja, yang secara spesifik mereka bekerja dalam bidang pembinaan kerohanian umat. Artinya, kehadiran mereka jangan dipandang sebelah mata. Rasul Paulus dalam 1 Timotius 5:17,18, memakai kata egrates untuk menunjuk pada para penatua yang bekerja dalam tuaian. Mereka berkhotbah (memberitakan Injil) kepada para pendengar dan mengajar (menumbuhkan) mereka ke arah bertambah dewasa. Dalam teks ini, tampak jelas sekali Paulus memaknai kata egrates ini mengacu pada pekerjaan dalam pelayanan rohani. Para penatua atau diaken disapa sebagai pekerja rohani. Ini istilah yang menarik karena Paulus lebih menekankan pekerja rohani, yakni orang yang secara khusus memberi diri untuk pekerjaan rohani. Sama seperti kaum Lewi ditetapkan Allah dalam Perjanjian Lama untuk bekerja di Bait Allah, guna melayani umat Allah. Jelas sekali pemahaman Hery Susanto, “Gereja Yang Berfokus Pada Gerakan Misioner,” FIDEI: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika 2, no. 1 (2019): 62–80. 22 https://ejournal.stte.ac.id/index Volume 15 Nomor 1 Tahun 2023 [O p e n A c c e s s] Page Paulus bahwa para pelayan di jemaat haruslah dipandang sebagai pekerja, bukan hanya “orang yang sukarela melakukan pelayanan” saja. Mereka disapa pekerja karena mereka menekuni dan giat untuk melayani di tengah jemaat. Tampa kehadiran mereka, jemaat akan terbengkalai tak tergembalakan. Pendekatan Yesus dalam membina murid-murid agar mereka terampil dalam melayani menarik untuk disimak. Ia mulai dengan kelompok khusus yang memiliki hati dan minat terhadap Kerajaan Allah. Yesus menuntun dan menunjukkan bagaimana mereka semestinya melayani kebutuhan orang banyak. Training pelayanan selama sekitar tiga tahun itu telah membuka padangan dan wawasan mereka untuk melayani umat, bukan seperti para ulama yang menanti dilayani. Filsafat pelayanan yang diperlihatkan ialah memenuhi kebutuh rohani umat Israel. Ia terjun ke tengah umat dan mengabarkan kabar baik, berita pengampunan dari surga, memulihkan tubuh yang lemah, dan melegahkan yang berbeban berat. Bagi Katerina dkk, Yesus telah memberi teladan kepada muridmurid agar bekerja. Dia mengarahkan murid-murid mengikuti teladan-Nya.23 Hasilnya adalah mereka siap menunaikan Amanat Agung. Dan setelah hari Pentakosta, Tuhan memenuhi hati dan pikiran mereka dengan kekuatan baru. Roh Kudus menggerakkan memberitakan Injil. Tonggak sejarah pemberitaan Injil itu ditandai dengan pencurahan Roh Kudus sehingga mereka berani bersaksi dengan kuasa Allah mulai dari kota suci hingga mencapai bangsa-bangsa lain. 71 STT Ebenhaezer Tanjung Enim Arti dan Makna Sunergos Selain ergates, muncul juga kata sunergos, yang berarti rekan kerja. Dalam teks Yunani 1 Korintus 3:9 dipakai kata συνεργοί (sunergoi) kata sifat normal nominatif maskulin jamak tidak ada derajat dari συνεργός, yang berarti rekan kerja. Friberg menerjemahkan συνεργοί (sunergoi) yang berarti bermitra, saling membantu. Kata ini sebagian besar secara substantif di Perjanjian Baru yang diartikan sebagai sesama pekerja, 24 pembantu. Kata sunergoi tidak melihat kemampuan individu yang menonjol. Tetapi memandang pada potensi yang menyatukan dalam bekerja bersama untuk sebuah visi datau misi. Aplikasi dari kata sunergos terlihat pada diri Rasul Paulus. Ia bekerja bersama Prikila dn Akwila dalam membuat tenda untuk memperoleh pendapatan demi membangun pelayanan mereka. Irawan Budi Lukmono memandang bahwa kedua pasangan ini sebagai teladan bagi gereja karena kemandirian mereka dalam mendukung pelayanan sendiri.25 Selain itu, Paulus juga bemitra dengan Barnabas dalam memberitakan kabar sukacita dari surga dan perintisan jemaat. Di sini Paulus tidak menonjolkan dirinya sendiri dalam pelayanan, tetapi bermitra dengan rekan lain. Dalam Roma 16, dideretkan banyak tokoh yang saling bersentuhan dalam pembangunan jemaat mula-mula. Ini teladan bekerja sama demi kemajuan Injil. Karakter ini dapat menginspirasi orang percaya agar ber-sunergoi dalam memajukan Gereja di abad 21 ini. Innawati Teddywono menekankan penting jemaat meningkatkan etos kerja mereka demi kemajuan kerohanian dalam gereja.26 Mereka dituntut untuk bersinergi. Semua lini mesti bersinergi untuk menyatukan kekuatan atau potensi bagi kemajuan Kerajaan Allah. Dengan demikian kemitraan itu mendapat penekanan dalam teks Alkitab. Allah senantiasa bermitra 23 26 Ibid. Friberg, and Miller, Analytical Lexicon of The Greer New Testament. 25 Irawan Budi Lukmono, “Kepemimpinan Kemitraan Tentmaker Akwila Dan Priskila,” Jurnal Penelitian STT Gamaliel 2, no. 1 (2018): 44. 24 Friberg, https://ejournal.stte.ac.id/index Innawati Teddywono, “Upaya Meningkatkan Etos Kerja Jemaat Melalui Pengajaran Hakikat Kerja Menurut Kolose 3:2224,” Kharismata: Jurnal Teologi Pantekosta 3, no. 2 (2021): 74–75. Volume 15 Nomor 1 Tahun 2023 [O p e n A c c e s s] Page 72 STT Ebenhaezer Tanjung Enim dengan umat-Nya demi memperluas pengaruh firman Allah dalam kehidupan warga gereja. Hak istimewa tubuh Kristus agar saling bermitra demi melaksanakan mandat Yesus. Tanpa kemitraan dalam gereja, maka pelayanan akan mengalami kendala. Rasul Paulus menghimbau kepada jemaat Kolose agar bermitra dengan saling mendoakan satu sama lainnya (Ef 4:1-16) dengan demikian mereka akan menjadi kuat, bersatu dan melayani dalam ladang Tuhan yang sedang menguning di Efesus. Mereka ditantang untuk bermitra dalam doa supaya Tuhan membuka ladang pemberitaan Injil bagi mereka. Ini sebuah kerinduan surgawi agar sebanyak mungkin orang mendengar Injil Kristus yang menyelamatkan manusia dari kuasa dosa dan kejahatannya. Gingrick mengartikan kata sunergoi sebagai sesama pekerja, pembantu (Rm 16:3; 1 Kor 3:9; 2 Kor 1:24; Flp 2:25; 1Tes 3:2; Flm 1, 24). Secara leksikal Inggris, kata ini berarti bersinergis yakni bekerja bersamasama antara dua orang atau lebih. 27 Istilah sinergi bukanlah istilah yang asing di dunia komtemporer masa kini. Orang sering berkata perlu ada sinergi dalam pekerjaan supaya berhasil dan sukses. Sesungguhnya, istilah bersinergi sudah lama dikenal oleh umat Allah. Orangorang percaya pada zaman Gereja Mulamula sangat akrab dengan istilah sinergi. Mereka ber-sinergoi untuk melakukan pekerjaan rohani dalam pemberitaan Injil atau dalam perintisan jemaat. Sementara itu Danker menggunakan συνεργοί juga sebagai gambaran dari sesama pekerja. Tetapi beliau lebih menekankan pada pada peran pendukung (Rm 16:3; 1 Kor 3:9; 2 Kor 1:24; Flp 2:25; Kol 4:11; 1Tes 3:2; 3 Yoh 8).28 Paulus menyapa Priskila dan Akwila sebagai rekan sekerjanya dalam pemberitaan Injil. Mereka membuka tangan untuk menyambut Paulus dalam mengembangkan pelayannya. Mereka sudi bekerja sama dengan Paulus karena hal itu sebagai ciri dari Kekristenan sejati. Tuhan Yesus menghendaki agar orangorang percaya bergendengan tangan dalam mobilisasi misi penginjilan. Rasul Paulus melihat bahwa Priskila dan Akwila telah mendukung dirinya dalam pelayanan terhadap Kristus Yesus. Lukmono memandang keduanya sebagai tentmaker yang membiayai pelayanan mereka, bahkan membantu pelayanan Paulus juga.29 Dukungan mereka sangat penting bagi kemajuan pemberitaan Injil. Tampak jelas sekali bahwa konsep bekerja sama sebagai jiwa dari Kekristenan sejati. Orang Kristen mesti bekerja sama, apalagi dalam pelayanan rohani dan perintisan pelayanan dalam pemberitaan Injil Kristus. Dalam tabel di bawah ini, tampak bahwa semua versi Alkitab menekankan kemitraan Allah dengan umat-Nya. Dia telah mengikat diri-Nya untuk bermitra dengan tiap individu orang percaya agar siap menuai ladang-Nya yang sedang menguning. Jadi, jelas sekali bahwa kemitraan demi kemajuan pelayanan pemberitaan Injil untuk menggenapi Amanat Agung. Allah sendiri bekerja melalui para pekerja Kristus. Merekalah yang tepat dalam menyampaikan berita kebenaran bagi dunia. Firman Allah itu adalah terang yang akan menerangi hati manusia agar berbalik dan percaya kepada Kristus. Tujuan Allah itu dapat tercapai melalui para pekerja Kristus yang rela menerjunkan diri mereka untuk menunaikan Amanat Agung. Ardnt and & Gingrich, A Greek-English Lexicon for New Testament Anda Other Early Christian Literature, Second Edition. Greek Lexicon New Testament and Early Christian Literature. 29 Lukmono, “Kepemimpinan Kemitraan Tentmaker Akwila Dan Priskila,” 44. 27 https://ejournal.stte.ac.id/index 28 Danker, Volume 15 Nomor 1 Tahun 2023 [O p e n A c c e s s] Page 73 STT Ebenhaezer Tanjung Enim Tabel 1: Beragam Versi Alkitab tentang Pekerja dalam 1 Korintus 3:9 VERSI ALKITAB FRASA YANG DIGUNAKAN PENEKANANNYA NIV We are God’s fellow worker Rekan kerja Kita adalah rekan kerja Tuhan Yunani-Indonesia Kami adalah kawan sekerja Allah Kawan sekerja Terjemahan Baru Kawan sekerja Kawan sekerja Kabar Baik Sama-sama bekerja untuk Allah Bekerja sama BIS Kami adalah kawan-kawan sekerja Kawan sekerja Allah Firman yang Hidup Kami adalah teman sekerja Allah Teman sekerja Dalam teks versi The New International Version Study Bible untuk kata συνεργοί dalam 1 Korintus 3:9 dipakai frasa we are God’s fellow workers (kita adalah rekan kerja Tuhan). Dalam uraian NIV lebih lanjut digunakan ladang Tuhan. Orangorang dipandang sebagai ladang Tuhan. Juga berarti bangunan milik Tuhan. Mereka juga digambarkan sebagai bait Tuhan (bdk ayat 16-17). Tuhanlah yang memiliki ladang dan bangunan, tempat Paulus dan Apolos bekerja (melayani).30 Penggunaan kata συνεργοί dalam teks Terjemahan Baru Alkitab Bahasa Indonesia dipakai kata kawan sekerja Allah atau sama-sama giat bekerja untuk Allah (Alkitab versi Kabar Baik). Sedangkan Alkitab Perjanjian Baru Indonesia-Yunani dipakai “kami sebagai kawan sekerja Allah.” Sementara itu, dalam terjemahan Firman Allah yang Hidup (terbitan Kalam Hidup) diterjemahkan “kami adalah teman sekerja Allah.” Semua teks Alkitab menekankan tentang pentingnya bermitra dengan Allah demi pembangunan Kerajaan Allah. Perluasan Kerajaan Allah sangat bergantung pada respons warga gereja. Tanpa respons dalam menjawab panggilan Allah, maka ladang yang menguning tak tertuai. Dalam beragam terjemahan Alkitab yang ada di Indonesia memperlihatkan bahwa συνεργοί menekankan beberapa orang percaya sedang bekerja bersama- sama untuk kepentingan Allah atau Kerajaan Allah. Itu berarti mereka sepakat bersinergi untuk mengerjakan Amanat Agung (Mat 28:19-20; Kis 1:8). Atau mereka bergandengan tangan bersamasama untuk melayani pekerjaan rohani di gereja atau lembaga para gereja. Mariska Lauterboom memandang pentingnya kebutuhan tenaga pelayan lokal untuk mengganti para misionaris.31 Hal ini sudah sejak lama disadari oleh gereja-gereja di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pekerja Kristus. Kata sunergoi dipakai menunjuk pada hubungan antar rekan kerja dalam kehidupan Gereja mula-mula seperti terlihat dalam diri Priskila dan Akwila, Urbanus, Titus, Timotius, Epafroditus, Aristarkus, Markus, Justus, Filemon, Demas dan Lukas. Semua pekerja ini bekerja sama dengan Paulus. Konteks dalam teks berikut ini menekankan seorang pekerja terlihat di dalam: menanam dan menyiram (1 Kor 3:6). Atau meletakkan satu dasar dan membangun di atas dasar itu (1 Kor 3:10,11). Di sini keterlibatan sunergoi untuk pembangunan iman. Mereka aktif bekerja sama. Soal pekerja juga dikaitkan dengan menabur dan menuai (Yoh 4:35-38). Kata untuk tuaian (therismos) di dalam Matius 9:36 sama dengan kata yang dipakai untuk menuai (therizo) di dalam Yohanes 4:35 sewaktu Yesus berbicara tentang hal Kenneth Berker, The NIV Study Bible, ed. Kenneth Berker et al. (Grand Rapids, Michigan: Zondervan Publishing House, 1984). 31 30 https://ejournal.stte.ac.id/index Mariska Lauterboom, “Dekolonisasi Pendidikan Agama Kristen Di Indonesia,” Indonesian Journal of Theology 7, no. 1 (2019): 88– 110. Volume 15 Nomor 1 Tahun 2023 [O p e n A c c e s s] Page 74 STT Ebenhaezer Tanjung Enim membawa orang-orang Samaria agar percaya kepada Dia. Tampak jelas bahwa sunergoi menuntut peran aktif warga gereja untuk menyerahkan diri dan bergandengan tangan dalam pekerjaan Tuhan. Sebetulnya pelayanan pemuridan yang digalakkan oleh Lembaga pelayanan seperti Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia (LMPI), Persekutuan Antar Universitas (Perkantas) dan Para Navigator dan lain-lain bertujuan untuk menjawab kebutuhan pekerja di lingkungan pelayanan rohani di Indonesia. Ketiga lembaga para gereja ini giat dalam pemuridan sejak akhir tahun 1960-an dan awal 1970-an karena melihat adanya tantangan perekrutan pekerja Kristus dari dunia kampus. Mereka giat melakukan pemuridan di antara para mahasiswa Kristen agar dapat menjaring pekerja Kristus bagi tuaian yang luas di negeri ini.32 Pelayanan dalam tubuh Kristus itu beragam dan membutuhkan partisipasi umat. Penegasan Rasul Paulus dalam Efesus 4:12-14 sangat relevan untuk menjawab kebutuhan pekerja rohani. Menghasilkan pekerja yang berkualitas dapat dimulai dari dalam tubuh Kristus sendiri. Lomtata Sinaga mengemukakan bahwa tubuh Kristus perlu diperlengkapi agar dapat berfungsi dalam membangun pelayanan demi kesatuan bersama.33 Nicanor Nangaro mengatakan para rohaniwan yang melayani di gereja adalah pekerja rohani. Tugas mereka adalah mengerjakan pekerjaan pelayanan rohani bagi umat. Mereka bukan sekadar melayani karena sesungguh mereka mendedikasikan seluruh hidupnya untuk bekerja di gereja. Kehadiran mereka di gereja untuk melayani (bekerja) sesuai dengan karunianya. Mereka memiliki status sebagai pekerja rohani. Dengan demikian kehadiran mereka di gereja bukan hanya asal-asal saja melibatkan diri, tetapi memiliki kapasitas dan kualifikasi dalam pekerjaannya di gereja. Mereka layak menerima upah, bukan sekadar persembahan yang diberikan sebagai pemberian bagi rohaniwan. Mereka berhak mendapat gaji seperti orang yang bekerja di pekerjaan sekuler.34 Senada dengan pandangan Nangaro, John Jamlaay, seorang pekerja rohani di lingkungan Para Navigator menegaskan bahwa dalam pemuridan yang ditekankan untuk memproduksi pekerja generasi berikutnya.35 Beliau melihat bahwa generasi muda yang duduk di sekolah menengah pun bisa dimuridkan untuk melayani sesama siswa, bahkan pelayanan itu dapat diteruskan hingga perguruan tinggi. Jadi, pekerja Kristus dapat dibentuk di semua level, termasuk di kalangan pada siswa dan mahasiswa serta jemaat. Rudy Sudianto menjelaskan citra seorang pekerja Kristus adalah hidupnya berpadanan dengan Injil.36 Ia sudah memiliki hubungan yang erat dengan Yesus tetapi sudah diperlengkapi untuk melayani pekerjaan-Nya. Orang Kristen dalam kategori ini memenuhi syarat sebagai seorang pekerja Kristus. Sama seperti Epafras yang melayani di Kolose untuk menyiapkan para pekerja Kristus yang akan melanjutkan pelayanan di tengah jemaat.37 Purdayanto melihat bahwa ladang yang menguning itu sebagai Sostenis Nggebu, Dinamika Sejarah Gereja Indonesia Modern (Draf Naskah Buku Proses Akhir Editing) (Bandung: Biji Sesawi, 2022). 33 Lamtota Sinaga, “Konsep Paulus Tentang ‘ Kesatuan Tubuh Kristus ,’” Scripta: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kontekstual 13, no. 1 (2022): 56. 34 Nicanor Nangaro, Pekerja Rohani Di Gereja (Jakarta, 2022), 1 Diskusi online pada awal Juli 2022. John Jamlaay, Arti Dan Makna Peneguhan (Bandung, 2022). 36 Rudi Sudiyanto, Roy Pieter, and Yehezkiel Kiuk, “Karakteristik Pekerja Kristen,” Kingdom: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen 2, no. 1 73–74, (2022): https://ojs.sttkingdom.ac.id/index.php/Theo /article/view/43/32. 37 Sostenis Nggebu, “Pemuridan Model Epafras Sebagai Upaya Pendewasaan Iman Kristen The Model of Epaphras Discipleship as an Effort of 32 https://ejournal.stte.ac.id/index 35 Volume 15 Nomor 1 Tahun 2023 [O p e n A c c e s s] Page kiasan dari jiwa-jiwa yang disiap menyambut pemberiaan firman.38 Seorang pekerja Kristus dituntut senantiasa siap menabur firman bagi mereka yang sedang haus akan kebenaran. Pekerja Kristus juga dapat dipandang sebagai “orang kunci” yang dipakai Allah dalam pemberitaan Injil. Yesus Kristus bekerja melalui orangorang kunci itu untuk menuai ladang misi yang sedang menguning. Pekerja yang Memiliki Jiwa Pengabdian Secara implikatif, makna pekerja di gereja atau lembaga pelayanan tergolong dalam makna kata egrates. Yakni orangorang terlibat sedang mengerjakan pelayanan atau pembinaan kerohanian kepada orang lain. Mereka sebagai murid Kristus yang sudah dewasa dan tahu tugas mereka dalam Amanat Agung. Dalam pelayanan rohani dimaksud sebagai seorang yang sudah menyerahkan dirinya kepada Tuhan; dan selanjutnya ia pun sudi diperlengkapi dalam pemuridan untuk menjadi seorang pekerja Kristus yang terampil dalam pelayan rohani demi merealisasikan mandat gereja dalam Amanat Agung. Jadi, jelas sekali bahwa semua orang sedang menunaikan Amanat Agung dapat digolongkan sebagai pekerja Kristus, yang mengabdi bagi kepentingan Kerajaan-Nya. Simpulan Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kehadiran seorang pekerja Kristus memiliki andil besar dalam mengimplementasikan Amanat Agung. Gagasan itu muncul dari konsep pekerja dalam Perjanjian Baru yang mengacu pada berbagai pengertian seperti tentang seorang penabur, penuai seperti pemungut hasil panen. Secara teologis, orang-orang yang meletakkan dasar dalam pelayanan rohani seperti para rasul Yesus Maturing of Church Members Faith,” Pengarah: Jurnal Teologi Kristen 3, no. 1 (2021): 26–42. 38 Purdaryanto, “Efektivitas Gereja Dalam Menuntaskan Amanat Agung,” 97. https://ejournal.stte.ac.id/index 75 STT Ebenhaezer Tanjung Enim yang merintis terbentuknya umat Kristen dalam komunitas Gereja Mula-mula, para pengkhotbah dan mereka yang giat dalam melayani Injil dipandang sebagai pekerja Kristus. Kehadiran mereka untuk menuai ladang yang menguning. Secara lebih rinci para pekerja dapat juga diartikan bagi mereka yang menduduki jabatan pengajar (guru), para perintis jemaat (para pembangun), orang-orang yang terlibat dalam mendewasakan kehidupan rohani orang lain, dan termasuk para murid Yesus Kristus. Orang-orang yang dipanggil Allah diharapkan menyerahkan diri kepada-Nya untuk diperlengkapi dengan keterampilan melayani sesuai bidang dan minatnya. Mereka yang memiliki relasi yang dekat dengan Yesus dapat dipakai-Nya menjadi alat yang efektif dalam kesaksian iman.39 Rencana terindah dari Yesus Kristus adalah bermitra dengan umat-Nya untuk menuai ladang-Nya demi mengimplementasikan Amanat Agung itu sendiri. Dia mengharapkan agar tiap orang percaya dapat menikmati pengabdiannya bagi Kerajaan sesuai dengan karunianya. Mereka melayani tetapi lebih tepat dipandang pekerja rohani. Mereka menekuni pekerjaannya dalam bidang kerohanian yang layak mendapat upah sebagai seorang pekerja. Kepustakaan Ardnt, William, and F. Wilbur & Gingrich. A Greek-English Lexicon for New Testament Anda Other Early Christian Literature, Second Edition. 2nd ed. Chicago: The University of Chicago, 1979. Arifianto, Yonatan Alex. “Makna SosioTeologis Melayani Menurut Roma 12:7.” Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) 2, no. 2 (2020): 184– 197. 39 Sostenis Nggebu, “Supremasi Kristus Sebagai Instrumen Dasar Membangun Devosi Pribadi Orang Percaya Berdasarkan Kolose 1:1510,” Jurnal Gamaliel: Teologi Praktika: Teologi Praktika 4, no. 2 (2022): 108–122. Volume 15 Nomor 1 Tahun 2023 [O p e n A c c e s s] Page Berker, Kenneth. The NIV Study Bible. Edited by Kenneth Berker, Donald Burdick, John Stek, Walter Wessel, and Ronald Youngblood. Grand Rapids, Michigan: Zondervan Publishing House, 1984. Danker, Frederick William. Greek Lexicon New Testament and Early Christian Literature. 3rd ed. Chicago: University of Chicago Press, 2001. Friberg, Timothy, Barbara Friberg, and Neva F. Miller. Analytical Lexicon of The Greer New Testament. Bloomington, IN: Trafford Publishing, 2006. Gandaputra, Edwin. “Memikirkan Ulang Aplikasi Penginjilan Pribadi Pada Masa New Normal.” Saint Paul’S Review 1, no. 1 (2021): 29–45. Harmadi, Marinai. “Pergeseran Perspektif Teologi Penggembalaan Dengan Layanan Virtual Pada Masa Pandemi Sekarang Dan Nanti.” Jurnal Teologi Berita Hidup 3, no. 2 (2021): 137–149. Hutahaean, Hasahatan, Nurliani Siregar, and Desmiyanti Tampubolon. “Tafsir Efesus 6: 5-8 Tentang Teologi Kerja Dan Aplikasinya Bagi Pemuda Gereja.” Manna Rafflesia 8, no. 1 (2021): 131–153. Jamlaay, John. Arti Dan Makna Peneguhan. Bandung, 2022. Jinu Kim, Paulus. “Peninjauan Kritikal Terhadap Hermeneutika Asia.” Saint Paul’S Review 2, no. 1 (2022): 40–53. Kadjakoro, Yolanda Olivya. “Konsep Prajurit Allah Berdasarkan Efesus 6:10-20 Dan Implementasinya Dalam Kehidupan Orang Percaya.” Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) 1, no. 1 (2019): 40–56. Kim, James Kwang Jin, Hertina Soerjaman, and Marichel Samuel. “The Role of The Holy Spirit in Discipleship.” Saint Paul’S Review 3, no. 1 (2023): 1– 12. Lauterboom, Mariska. “Dekolonisasi Pendidikan Agama Kristen Di Indonesia.” Indonesian Journal of Theology 7, no. 1 (2019): 88–110. Lukmono, Irawan Budi. “Kepemimpinan https://ejournal.stte.ac.id/index 76 STT Ebenhaezer Tanjung Enim Kemitraan Tentmaker Akwila Dan Priskila.” Jurnal Penelitian STT Gamaliel 2, no. 1 (2018): 41–46. Nangaro, Nicanor. Pekerja Rohani Di Gereja. Jakarta, 2022. Nggebu, Sostenis. Dinamika Sejarah Gereja Indonesia Modern (Draf Naskah Buku Proses Akhir Editing). Bandung: Biji Sesawi, 2022. ———. “Pemuridan Model Epafras Sebagai Upaya Pendewasaan Iman Kristen The Model of Epaphras Discipleship as an Effort of Maturing of Church Members Faith.” Pengarah: Jurnal Teologi Kristen 3, no. 1 (2021): 26–42. ———. “Supremasi Kristus Sebagai Instrumen Dasar Membangun Devosi Pribadi Orang Percaya Berdasarkan Kolose 1:15-10.” Jurnal Gamaliel: Teologi Praktika: Teologi Praktika 4, no. 2 (2022): 108–122. ———. Totalitas Dalam Menulis: Kiat-Kiat Penelitian Teologis Untuk Menulis Tugas Kuliah, Artikel Jurnal Dan Buku Rohani. Edited by Ridwan Sutedja. Bandung: Biji Sesawi, 2022. Purdaryanto, Samuel. “Efektivitas Gereja Dalam Menuntaskan Amanat Agung.” Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship 1, no. 2 (2021): 95–112. https://ejournal.sttiijakarta.ac.id/index.php/ temisien. Sanny, Lorne. Fundamental of Ministry: Seminar Woorkbook. Colorado Springs: The Navigators, 2007. Saptorini, Sari, and Listari. “Pelayanan Pemuridan Melalui Video Conference Dalam Gereja Masa Kini.” Available Online at 1, no. 1 (2021): 29–38. https://ejournal.staknkupang.ac.id /ojs/index.php/teuo. Sinaga, Lamtota. “Konsep Paulus Tentang ‘ Kesatuan Tubuh Kristus .’” Scripta: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kontekstual 13, no. 1 (2022): 45–61. Sudarmanto, Gunaryo. Ladang Sudah Menguning & Siap Untuk Dituai. Malang, 2020. Volume 15 Nomor 1 Tahun 2023 [O p e n A c c e s s] Page 77 STT Ebenhaezer Tanjung Enim https://scholar.google.com/citation s?view_op=view_citation&hl=en&u ser=AP9sMs8AAAAJ&citation_for_ view=AP9sMs8AAAAJ:zYLM7Y9cA GgC. Sudiyanto, Rudi, Roy Pieter, and Yehezkiel Kiuk. “Karakteristik Pekerja Kristen.” Kingdom: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen 2, no. 1 (2022): 59–74. https://ojs.sttkingdom.ac.id/index. php/Theo/article/view/43/32. Sunarko, Andreas Sese. “Implementasi Cara Hidup Jemaat Mula-Mula Dalam Kisah Para Rasul 2: 41-47 Bagi Pertumbuhan Gereja Masa Kini.” Kharismata: Jurnal Teologi Pantekostasmata: Jurnal Teologi Pantekosta 2, no. 2 (2020): 127–140. Susanto, Hery. “Gereja Yang Berfokus Pada Gerakan Misioner.” FIDEI: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika 2, no. 1 (2019): 62–80. Sutanto, Hasan. Hermeneutik: Prinsip Dan Metode Penafsiran Alkitab. Malang: SAAT Malang, 2015. Tampubolon, Yohanes Hasiholan, and Grace Son Nassa. “Urgensi Misi Penatalayanan Ciptaan: Berdasarkan Hasil Sidang Gereja Sedunia Dan Teologi Misi.” Theologia Insani (Jurnal Theologia, Pendidikan, dan Misiologia Integratif) 1, no. 1 (2022): 28–48. Teddywono, Innawati. “Upaya Meningkatkan Etos Kerja Jemaat Melalui Pengajaran Hakikat Kerja Menurut Kolose 3:22-24.” Kharismata: Jurnal Teologi Pantekosta 3, no. 2 (2021): 60–75. Widjaja, Fransiskus Irwan. Misi Dan Keyakinan Pluralitas Di Indonesia. Edited by Dian Christine Fitriasari. Yogyakarta: Andi, 2019. Yonathan, Danny. “Memahami Konsep Menyangkal Diri, Memikul Salib Dan Mengikut Yesus: Sebuah Analisis Biblikal Lukas 9:23-26.” Jurnal Teologi Berita Hidup 1, no. 2 (2019): 121–137. https://ejournal.stte.ac.id/index Volume 15 Nomor 1 Tahun 2023