[O p e n A c c e s s]
Page
64
STT Ebenhaezer Tanjung Enim
SCRIPTA: Jurnal Teologi & Pelayanan Kontekstual
Sekolah Tinggi Theologi Ebenhaezer Tanjung Enim
ISSN: (Online) 2622-1144, (Print) 2338-0489
Volume 15, Nomor 1, Mei 2023, 63-77
Pentingnya Pekerja Kristus Dalam Implementasi Amanat
Agung
Sostenis Nggebu
Sekolah Tinggi Teologi Saint Paul Bandung, Indonesia
sostenis.nggebu@gmail.com
Abstract
The problem studied in this article relates to the challenges and needs of Christ's workers to reap the
yellowing fields. Remembering that the world as a field belonging to God is always short of workers.
The response of church members to the challenges and needs allows the field to be reaped. The purpose
of this article is to discuss the role of Christ workers in carrying out the Great Commission. The method
used in this article is the hermeneutic method. The results show that the Christ worker is someone who
surrenders and is actively involved in preaching the Gospel. Practically, he preaches the gospel, guides
the people he serves to grow spiritually. In this case he is also known as a person who trains others to
do the same task in carrying out the Great Commission of Jesus Christ.
Keywords: Christ worker, Great Commission, yellowing field, church
DOI: 10.47154/sjtpk.v15i1.176
Submited: 12 Agustus 2022
Copyright:
Riview : 23 Agustus 2022 - 24 Mei 2023
Accepted: 26 Mei 2023
@ 2023. The Author
License: This work is licensed under under the Creative Commons Attribution ShareAlike
Published: 28 Mei 2023
Underthe Chreative Commons AttributtionShareAlike 4.0 International License.
https://ejournal.stte.ac.id/index
Volume 15 Nomor 1
Tahun 2023
[O p e n A c c e s s]
Page
65
STT Ebenhaezer Tanjung Enim
Pentingnya Pekerja Kristus Dalam Implementasi Amanat
Agung
Sostenis Nggebu
Sekolah Tinggi Teologi Saint Paul Bandung, Indonesia
sostenis.nggebu@gmail.com
Abstrak
Problem yang dikaji dalam artikel ini berkaitan dengan tantangan dan kebutuhan pekerja
Kristus untuk menuai ladang yang sedang menguning. Mengingat bahwa dunia sebagai
ladang milik Tuhan senantiasa kekurangan pekerja. Respon warga gereja terhadap tantangan
dan kebutuhan itu memungkinkan ladang itu akan dituai. Tujuan artikel ini membahas
tentang peran pekerja Kristus dalam melaksanakan Amanat Agung. Metode yang digunakan
dalam artikel ini adalah metode hermeneutik. Hasilnya menunjukkan bahwa pekerja Kristus
adalah seorang yang menyerahkan diri dan terlibat secara aktif dalam pemberitaan Injil.
Secara praktis, ia memberitakan Injil, membimbing orang-orang yang dilayani agar
bertumbuh secara rohani. Dalam hal ini ia juga dikenal sebagai seorang melatih orang lain
untuk melakukan tugas yang sama dalam melaksanakan Amanat Agung Yesus Kristus.
Kata Kunci: Pekerja Kristus; Amanat Agung; Ladang Yang Menguning; Gereja.
Pendahuluan
ereja
sedang
menghadapi
keadaan
genting
karena
kekurangan pekerja. Tanpa
pekerja, misi Gereja berhadapan
dengan problem mendasar
seperti kendala dalam bertumbuh dan
jemaat yang suam-suam kukuh serta jiwajiwa terabaikan. Sunarko mengutarakan
ladang yang menguning membutuhkan
pekerja yang siap menuai dengan
sukacita.1 Ganda putra menekankan
pentingnya pekerja Kristus dalam
memberitakan Injil untuk menjawab
kebutuhan kekurangan pekerja di ladang
G
Andreas Sese Sunarko, “Implementasi Cara
Hidup Jemaat Mula-Mula Dalam Kisah Para
Rasul 2: 41-47 Bagi Pertumbuhan Gereja Masa
Kini,”
Kharismata:
Jurnal
Teologi
Pantekostasmata: Jurnal Teologi Pantekosta 2, no. 2
(2020): 129.
2 Edwin Gandaputra,
“Memikirkan Ulang
Aplikasi Penginjilan Pribadi Pada Masa New
1
https://ejournal.stte.ac.id/index
pelayanan.2 Di samping itu Kim et.al.,
menegaskan bahwa gereja mesti giat
dalam pemuridan agar menghasilkan
murid yang siap melayani.3 Pandangan
para peneliti tersebut mendorong gereja
agar aktif dalam membina jemaat agar
menjawab tantangan Yesus: “Tuaian
banyak, tetapi pekerja sedikit” (Mat 9:37;
Luk 10:2). Teks ini mengindikasikan
adanya
lowongan
pekerjaan
dan
kebutuhan pekerja untuk penuaian. Jelas
sekali Yesus manantang umat agar
mereseponi kebutuhan dan tantangan ini.
Jika ditelisik maka teks ini sebagai kiasan.
Artinya, ada lowongan dan kebutuhan
Normal,” Saint Paul’S Review 1, no. 1 (2021): 29–
45.
3 James Kwang Jin Kim, Hertina Soerjaman,
and Marichel Samuel, “The Role of The Holy
Spirit in Discipleship,” Saint Paul’S Review 3,
no. 1 (2023): 1–12.
Volume 15 Nomor 1
Tahun 2023
[O p e n A c c e s s]
Page
66
STT Ebenhaezer Tanjung Enim
pekerja di bidang kerohanian. Ladang
sebagai dunia yakni orang-orang yang
haus dan siap dilayani (dibutuhkan
penuai). Berarti gereja membutuhkan
pekerja. Tanpa pekerja, pemberitaan Injil
akan terhalang mencapai bangsa-bangsa.
Sesuai mandat Yesus, Injil patut
diberitakan di seluruh dunia (Mat 28:1920). Mandat Yesus itu berlaku bagi tiap
orang percaya. Berarti kebutuhan pekerja
itu datang dari kalangan orang percaya
sendiri. Dengan demikian ayat ini
menantang
tiap
orang
percaya.
Purdayanto mengatakan ladang yang
menguning membutuhkan pekerja, maka
Yesus memanggil para penuai untuk
menuai
ladang
siap
dituai
itu.4
Penekanannya terletak pada kebutuhan
yang mendesak tentang pekerja Kristus.
Ladang itu sudah siap, dan segera dituai.
Atau kiasannya tentang jiwa-jiwa yang
menanti dilayani. Widjaja melihat adanya
kebutuhan karena secara kontekstual,
negeri ini sedang terbuka dan juga sebagai
ladang yang siap dituai.5 Para penuai
diharapkan meresponi panggilan Yesus itu
untuk menyerahkan diri bergabung
dengan
proyek-Nya.
Hasahatan
Hutahaean et al., mengatakan bahwa
manusia diciptakan Allah dengan tujuan
agar ia menjadi pekerja yang menekuni
pekerjaannya.6 Artinya, tiap orang mesti
memiliki pekerjaan sebagai hakikat
hidupnya. Dalam hal ini Yesus menantang
para penuai agar sudi melibatkan diri
dalam pekerjaan menuai di ladang. Tuhan
membutuhkan pekerja untuk melayani
umat yang sedang menanti ditaburi firman
Allah. Panggilan ini penting dan
seyogianya mendapat respons dari warga
gereja.
Akan tetapi, dalam pekerjaan rohani
senantiasa kekurangan pekerja. Konteks
ini menunjukkan ada masalah genting
tentang pekerja Kristus. Sebab sedikit
sekali pekerja rohani yang dilihat Yesus
dibandingkan dengan ladang yang
menguning yang membutuhkan pekerja.
Persoalan yang dilihat Yesus pada masa
hidup-Nya juga menjadi tantangan yang
dihadapi oleh gereja masa kini. Pekerjaan
rohani kekurangan pekerja. Sari Saptorini
dan Listari mengatakan bahwa gereja
kekurangan pekerja karena keengganan
umat menyerahkan diri melayani.7 Hal
yang
sama
dikemukakan
oleh
Tampubolon dan Nassa bahwa gereja
masih kekurangan pekerja.8 Orang Kristen
sering menganggap bahwa pekerjaan
rohani itu tugas pendeta dan para penginjil
atau orang yang duduk dalam jajaran
kemajelisan gereja. Mereka merasa bahwa
pekerjaan pelayanan rohani sebagai tugas
yang spesifik yang diberikan Tuhan
kepada para pejabat di gereja. Anggapan
ini secara tidak langsung mempengaruhi
ketersediaan pekerja pelayanan rohani di
gereja.
Sanny
mengatakan
pelayanan
pemuridan itu sebagai mandat dari Allah
bagi Para Navigator untuk mengisi
Visi
kekurangan pekerja Kristus.9
Samuel Purdaryanto, “Efektivitas Gereja
Dalam
Menuntaskan
Amanat
Agung,”
Temisien Jurnal Teologi Misi dan Enterpreneurship
1, no. 2 (2021): 95–112, https://ejournal.sttiijakarta.ac.id/index.php/temisien.
5 Fransiskus Irwan Widjaja, Misi Dan Keyakinan
Pluralitas Di Indonesia, ed. Dian Christine
Fitriasari (Yogyakarta: Andi, 2019), v–vi.
6 Hasahatan Hutahaean, Nurliani Siregar, and
Desmiyanti Tampubolon, “Tafsir Efesus 6: 5-8
Tentang Teologi Kerja Dan Aplikasinya Bagi
Pemuda Gereja,” Manna Rafflesia 8, no. 1 (2021):
131–153.
7 Sari
Saptorini and Listari, “Pelayanan
Pemuridan Melalui Video Conference Dalam
Gereja Masa Kini,” Available Online at 1, no. 1
29–38,
(2021):
https://ejournal.staknkupang.ac.id/ojs/index
.php/teuo.
8 Yohanes Hasiholan Tampubolon and Grace
Son Nassa, “Urgensi Misi Penatalayanan
Ciptaan: Berdasarkan Hasil Sidang Gereja
Sedunia Dan Teologi Misi,” Theologia Insani
(Jurnal Theologia, Pendidikan, dan Misiologia
Integratif) 1, no. 1 (2022): 37.
9 Lorne Sanny, Fundamental of Ministry: Seminar
Woorkbook (Colorado Springs: The Navigators,
2007), 1–5.
4
https://ejournal.stte.ac.id/index
Volume 15 Nomor 1
Tahun 2023
[O p e n A c c e s s]
Page
pelayanan dari lembaga pelayanan yang
lain juga memiliki keyakinan yang sama.
Allah
memanggil
mereka untuk
melaksanakan Amanat Agung. Yolanda
Olivya Kadjakoro memandang seorang
pekerja Kristus haruslah mengandalkan
kuasa Allah. Karena Allah sendiri yang
memanggil mereka ke dalam pelayananNya.10 Gereja membutuhkan pekerja yang
berkarakter melayani dengan sepenuh hati
dan ketulusan. Sudarmanto menyimak
manusia yang dilanda krisis sebagai
ladang yang siap dituai.11 Pelayanan
rohani selalu menyambut pekerja yang
sudi dan rela bergabung. Mengingat
ladang yang menguning senantiasa
membutuhkan para pekerja Kristus.
Menurut hemat peneliti bahwa tantangan
Tuhan dalam Matius 9:37 itu demi
mewujudkan
implementasi
Amanat
Agung (Mat 28:19-20). Permasalahannya
adalah bahwa gereja masa kini pun sedang
berurusan dengan kebutuhan pekerja
demi melaksanakan Amanat Agung
sehingga artikel ini menjadi relevan untuk
mengkaji topik ini.
Untuk
itu
muncul
pertanyaan
bagaimanakah profile seorang pekerja
Kristus yang dimaksud Yesus dalam
Matius 9:37 demi menjawab panggilan
Amanat Agung? Tujuan dari artikel ini
guna menjawab pentingnya profile
seorang pekerja Kristus demi menunaikan
Amanat Agung.
Metode
Merode yang digunakan dalam
pembahasan artikel ini adalah metode
10 Yolanda
Olivya Kadjakoro, “Konsep Prajurit
Allah Berdasarkan Efesus 6:10-20 Dan
Implementasinya Dalam Kehidupan Orang
Percaya,” Jurnal Ilmiah Religiosity Entity
Humanity (JIREH) 1, no. 1 (2019): 40–56.
11
Gunaryo
Sudarmanto,
Ladang Sudah
Menguning & Siap Untuk Dituai (Malang, 2020),
7–8,
https://scholar.google.com/citations?view_o
p=view_citation&hl=en&user=AP9sMs8AAA
AJ&citation_for_view=AP9sMs8AAAAJ:zYL
M7Y9cAGgC.
https://ejournal.stte.ac.id/index
67
STT Ebenhaezer Tanjung Enim
hermeneutik.12 Kim menilai bahwa konsep
hermeneutik mesti bersesuaian dengan
konteks yang dihadapi.13 Langkah yang
ditempuh penulis ialah melakukan studi
analisis arti kata ἐργάται dalam teks
Matius 9:37 dan Lukas 10:2. Peneliti
menyelidiki kata ini
menyangkut
morfologi dan semantiknya agar muncul
makna dari kata tersebut sebagaimana
dikemukakan dalam teks yang diselidiki.
Setelah itu, peneliti menganalisis terkait
dengan konteks dan relasi dalam teks
untuk menghasilkan gambaran yang utuh
dalam konteksnya.14 Untuk melengkapi
data, peneliti menggunakan sumber
rujukan dari buku cetak, materi dari buku
PDF, dan artikel jurnal online. Selain itu,
peneliti juga mendapat data lapangan dari
hasil wawancara dari seorang pendeta dan
seorang penginjil sebagai nara sumber
penelitian untuk menggali pandangan
mereka tentang pekerja rohani dalam
gereja. Semua data penting tersebut
diadaptasikan untuk menyusun kajian ini
dan mengemukakan kesimpulan di bagian
akhir pembahasan.
Hasil dan Pembahasan
Hasil dari penelitian ini didasarkan
pada hipotesa berikut, jika warga gereja
meresponi panggilan Yesus Kristus untuk
menyerahkan diri bagi pekerjaan Allah,
maka pelayanan pemberitaan Injil akan
berjalan sesuai dengan Amanat Agung.
Penelitian ini merumuskan pentingnya
pekerja Kristus dalam implementasi
Amanat Agung. Selanjutnya, dalam artikel
juga dapat dirumuskan prinsip-prinsip
Hasan Sutanto, Hermeneutik: Prinsip Dan
Metode Penafsiran Alkitab (Malang: SAAT
Malang, 2015), 210–224.
13 Paulus Jinu Kim, “Peninjauan Kritikal
Terhadap Hermeneutika Asia,” Saint Paul’S
Review 2, no. 1 (2022): 40–53.
14 Sostenis Nggebu, Totalitas Dalam Menulis:
Kiat-Kiat Penelitian Teologis Untuk Menulis Tugas
Kuliah, Artikel Jurnal Dan Buku Rohani, ed.
Ridwan Sutedja (Bandung: Biji Sesawi, 2022),
46–47.
12
Volume 15 Nomor 1
Tahun 2023
[O p e n A c c e s s]
Page
bahwa pekerja rohani mendapat panggilan
Tuhan untuk menuai; pekerja Kristus
dituntut secara akif dalam melayani;
pekerja
Kristus
ditekankan
orang
menyerahkan diri untuk diperlengkapi;
mengabdi dengan penuh tanggung jawab
bagi Kerajaan Allah. Selain itu dirumuskan
juga pokok pikiran penting bahwa seorang
pekerja Kristus adalah seorang yang
menyerahkan dirinya untuk melayani
pekerjaan pemberitaan kabar baik yang
mendewasakan mereka hidup sesuai
firman Allah dan taat kepada Sang
Penebus.
68
STT Ebenhaezer Tanjung Enim
Keberadaan Pekerja Kristus Dipanggil
untuk Menuai
Kitab Perjanjian Baru menyajikan
tentang pentingnya pekerja Kristus dalam
ladang tuaian yang luas dan sedang
matang. Untuk memahami konteks dan
teks, peneliti memandang pentingnya
mengurai konsep kerja di dalam paparan
Alkitab. Danker mengatakan ἐργάται
sebagai kata benda nominative maskulin
dari ργάτης. Kata ἐργάται ini berarti (1)
‘orang yang sedang bekerja’ seperti
seorang yang bekerja di ladang atau
sebagai buruh. Kata kerja egratai
menunjuk pada orang yang melakukan
pekerjaan fisik (Mat 9:37; 10:10; bdk. Kis
19:25). Selain itu, kata egratai juga
memiliki makna yang menunjuk pada
seorang pemimpin rohani (2 Kor 11:13; Fil
3:2; 2 Ti 2:15). Ia melayani sebagai seorang
pemimpin dalam komunitas pelayanan
rohani seperti rasul atau penginjil atau
guru. (2) kata ἐργάται mengacu pada
‘orang yang menghasilkan sesuatu melalui
kerja' atau orang yang mendapat upah.
Tetapi sebaliknya kata ini juga menunjuk
pada sindiran ἀδικίας (jahat), yakni
seorang gemar melakukan kejahatan (Luk
13:27).15 Dalam pemahaman Danker ada
dua jenis pekerja yang baik dan yang jahat.
Pekerja yang baik melakukan pekerjaan
yang benar atau pekerja rohani; sedangkan
pekerja jahat adalah seorang yang
menunjukkan sifat dan perilaku yang
buruk.
Friberg memandang kata ἐργάται,
secara harfiah mengacu pada orang-orang
yang beraktivitas sebagai pekerja di ladang
atau buruh (Mat 10:10). Di samping itu,
secara metaforis, kata ἐργάται menunjuk
pada seseorang yang terlibat dalam
aktivitas spiritual, yakni pekerja rohani,
digunakan dalam pengertian baik (Luk
10:2), tetapi juga dalam pengertian yang
buruk (2 Kor 11:13) yang ditujukan kepada
para rasul palsu atau guru agama palsu,
yang tidak diutus Tuhan tetapi mengaku
sebagai utusan Allah. Ciri mereka yang
menonjol ialah mencari kepentingan
sendiri seperti mendapatkan upah materi.
Ini adalah pekerja palsu atau jahat yang
tidak sesuai dengan kriteria yang
dikehendaki Allah.16 Bagi Friberg, ada dua
jenis pekerja. Orang yang melakukan
pekerjaan di ladang atau juga sebagai
pekerja rohani; sedangkan pekerja yang
jahat digambarkan sebagai pekerja paslu.
Gingrich dalam Greek New Testament
Lexicon mengatakan ἐργάται disebut
sebagai pekerja, buruh yang giat dan
bersemangat dalam bekerja (Mat 9:37dst.;
20:1-3, 8; Kis 19:25; 1 Tim 5:18; Yak 5:4).
Tipikal dari para pekerja ini sebagai orang
menyala-nyala dalam melakukan suatu
pekerjaan yang terpuji dan yang
bertanggung jawab. Mereka dipuji karena
karakter mereka yang taat pada kehendak
ἐργάται
juga
Allah.
(2)
Kata
menggambarkan perilaku dari pekerja
yang jahat (2 Kor 11:13; Flp 3:2; 2 Tit 2:15).
Sifat yang menggambarkan pekerja jahat
yang ditolak Tuhan (Luk 13:27). Mereka
tidak dikenal Tuhan.17 Bagi Gingrich, ada
Frederick William Danker, Greek Lexicon New
Testament and Early Christian Literature, 3rd ed.
(Chicago: University of Chicago Press, 2001).
16 Timothy Friberg, Barbara Friberg, and Neva
F. Miller, Analytical Lexicon of The Greer New
Testament (Bloomington,
IN:
Trafford
Publishing, 2006).
17 William Ardnt and F. Wilbur & Gingrich, A
Greek-English Lexicon for New Testament Anda
Other Early Christian Literature, Second Edition,
15
https://ejournal.stte.ac.id/index
Volume 15 Nomor 1
Tahun 2023
[O p e n A c c e s s]
Page
69
STT Ebenhaezer Tanjung Enim
dua jenis pekerja yakni pekerja bertipikal
sebagai seorang yang bekerja di ladang,
yang aktif dan giat bekerja; dan jenis
pekerja berikutnya dikenal sebagai pekerja
jahat yang bertentangan dengan kehendak
Allah. Atau seperti seorang gembala
adalah pekerja yang bertanggung jawab
memelihara kawanan ternaknya di
padang.
Istilah
ini
merupakan
penggambaran dari tugas seorang
gembala di gereja. Mariani Harmadi
memandang bahwa gembala di gereja
sebagai seorang pekerja yang memelihara
kerohanian umat Tuhan.18 Berarti ia
seorang pekerja yang memelihara
kerohanian umat sama seperti para iman
dan bani Lewi yang mengabdi di Bait
Allah.
Dari studi di atas dapat dipaparkan
pengertian pekerja di dalam Perjanjian
Baru. Kata dasar ἐργάται berarti bekerja.
Lorne Sanny memahami bahwa adanya
aksi dan kegiatan dengan tujuan tertentu,
berbeda dengan kegiatan sekadar sibuk
yang tidak berguna apa-apa.19 Pekerja
Kristus yang ditekankan adalah seorang
memahami benar kontribusinya demi
kepentingan pembangan tubuh Kristus. Ia
akan terlibat aktif dalam memuridkan dan
membina sesama warga gereja agar
menjalani imannya dengan penuh
tanggung jawab. Pekerja tipikal ini sebagai
seorang yang giat bekerja di ladang seperti
di kebun anggur atau sebagai seorang
upahan (buruh) yang mendapatkan
penghasilan dari pekerja tersebut. Di sini
ditekankan
tentang
keterampilan,
mempunyai keahlian khusus. Juga
memperlihatkan sifat yang setia atau gesit
dalam bekerja. Arifianto menegaskan
bahwa orang giat melayani dalam
pelayanan
rohani
karena
mereka
diperlengkapi dengan karunia untuk
mengbadi bagi Tuhan.20 Mereka akan
melayani
untuk
mendewasakan
kerohanian umat. Tipe pekerja ibarat
seorang pekerja yang menguras keringat
demi mendapatkan upah. Ia bukan
seorang yang sekadar sibuk ke sana ke
mari tetapi giat selalu dalam melayani
sesuai karunianya untuk kepentingan
warga jemaat.
2nd ed. (Chicago: The University of Chicago,
1979).
18 Marinai Harmadi, “Pergeseran Perspektif
Teologi Penggembalaan Dengan Layanan
Virtual Pada Masa Pandemi Sekarang Dan
Nanti,” Jurnal Teologi Berita Hidup 3, no. 2
(2021): 137–149.
19 Sanny, Fundamental of Ministry: Seminar
Woorkbook, 19–20.
Yonatan Alex Arifianto, “Makna SosioTeologis Melayani Menurut Roma 12:7,” Jurnal
Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) 2, no.
2 (2020): 184–197.
21
Danny Yonathan, “Memahami Konsep
Menyangkal Diri, Memikul
Salib
Dan
Mengikut Yesus: Sebuah Analisis Biblikal
Lukas 9:23-26,” Jurnal Teologi Berita Hidup 1, no.
2 (2019): 135.
https://ejournal.stte.ac.id/index
Karakteristik Pekerja Kristus Senantiasa
Aktif Meyalani
Dalam konteks Matius 10, Yesus
menyebut tentang pekerja dikaitkan
dengan pengutusan 12 murid untuk
melayani, sedangkan konteks Lukas 10
tergambar jelas saat Yesus mengutus 70
murid sebagai pekerja. Sanny melihat
muncul lima karakter yang melekat kuat
dalam diri pekerja yang diutus Yesus,
yakni:
1. Para pekerja itu diperintahkan untuk
“pergi.”
Mereka
diutus
untuk
melakukan pekerjaan pemberitaan
firman sebagaimana yang telah mereka
amati dalam diri Yesus. Misi mereka
menyangkut menyampaikan firman
Allah yang telah mereka resapi dalam
relasi dengan Yesus. Pengajaran iman
yang
sudah
diterima
mereka,
diteruskan pada sesamanya. Jonathan
menegaskan bahwa seorang yang
mengikut
Yesus
mengutamakan
kehendak Allah di dalam hidupnya.21
Karakter seperti itulah yang menjadi
ciri khas seorang pekerja Kristus
mengedepankan firman Allah.
2. Para pekerja itu diperintahkan untuk
berkhotbah. Tema khotbah mereka
20
Volume 15 Nomor 1
Tahun 2023
[O p e n A c c e s s]
Page
adalah seputar tentang Kerajaan Allah
telah mendekat. Sebenarnya tema ini
sudah sering diutarakan Yesus dalam
pelayanan-Nya. Jadi, para murid diutus
untuk memberitakan tema yang sama
denga napa yang sudah diajarkan Yesus
kepada mereka.
3. Mereka terlihat melakuan pekerjaan
berikutnya seperti yang dilakukan
Yesus, yakni menyembuhkan orang
sakit dan mengusir kuasa setan.
Tampak jelas sekali bahwa Yesus telah
mengutus mereka dengan kuasa Allah.
Karena sebagaimana Yesus telah
menyembuhkan orang banyak dengan
kuasa Allah, maka sekarang para murid
pun telah diutus dengan otoritas yang
sama.
4. Mereka ditanggung oleh orang-orang
yang
mereka
kunjungi. Mereka
menumpang di rumah, tempat mereka
melayani. Mereka melayani orang yang
menyambut mereka dan sebaliknya
sang tuan rumah berkenan menjamu
dan menjamin kebutuhan mereka
selama masa pelayanan yang singkat
itu.
5. Mereka hanya melayani serta menetap
di rumah orang yang menerima
mereka. Tampaknya mereka tidak
menginap di sembarang tempat.
Tempat tumpangan para pekerja yang
diutus Yesus itu jelas, yakni di tempat
orang yang menerima kehadiran
mereka.
Dari paparan Sanny di atas, tampak
jelas bahwa pengutusan para murid itu
digelari sebagai “pekerja.” Menarik bahwa
mereka tidak disapa sebagai “pelayan”
yakni orang yang sedang melayani. Ini
menandakan bahwa para utusan rohani itu
berstatus sebagai seorang pekerja. Ia diberi
kedudukan yang setara dengan seorang
petani atau buruh yang memiliki profesi
yang diupahi. Para utusan itu sebagai
pekerja. Mereka bekerja dalam bidang
kerohanian. Tuhan memandang mereka
70
STT Ebenhaezer Tanjung Enim
sebagai pekerja. Jadi jelas sekali bahwa
para utusan Yesus itu adalah pekerja. Ini
pengertian yang menarik untuk dikaji dan
diimplementasikan dalam kehidupan
gereja masa kini. Susanto mengatakan
bahwa Gereja Mula-mula berkembang
karena mereka aktif memberitakan Injil.
Umat yang taat dituntut agar menunaikan
Amanat Agung.22 Artinya, orang yang
melakukan pekerjaan rohani di gereja atau
para gereja adalah seorang pekerja. Ia
menyandang status yang sama dengan
orang yang bekerja dalam pekerjaan
sekuler. Semua sama-sama menyediakan
diri untuk bekerja. Di mata Tuhan,
pekerjaan bagi seseorang itu penting. Para
rohaniwan di gereja adalah pekerja yang
melakukan pelayanan rohani, yang
menuntut keahlian atau keterampilan.
Adalah keliru bahwa orang sering
memandang para rohaniwan itu tugasnya
“melayani” umat saja. Malah dianggap
bahwa mereka melayani secara sukarela.
Itu pandangan yang keliru. Para
rohaniwan itu adalah pekerja, yang secara
spesifik mereka bekerja dalam bidang
pembinaan kerohanian umat. Artinya,
kehadiran mereka jangan dipandang
sebelah mata.
Rasul Paulus dalam 1 Timotius 5:17,18,
memakai kata egrates untuk menunjuk
pada para penatua yang bekerja dalam
tuaian. Mereka berkhotbah (memberitakan
Injil) kepada para pendengar dan mengajar
(menumbuhkan)
mereka
ke
arah
bertambah dewasa. Dalam teks ini, tampak
jelas sekali Paulus memaknai kata egrates
ini mengacu pada pekerjaan dalam
pelayanan rohani. Para penatua atau
diaken disapa sebagai pekerja rohani. Ini
istilah yang menarik karena Paulus lebih
menekankan pekerja rohani, yakni orang
yang secara khusus memberi diri untuk
pekerjaan rohani. Sama seperti kaum Lewi
ditetapkan Allah dalam Perjanjian Lama
untuk bekerja di Bait Allah, guna melayani
umat Allah. Jelas sekali pemahaman
Hery Susanto, “Gereja Yang Berfokus Pada
Gerakan Misioner,” FIDEI: Jurnal Teologi
Sistematika dan Praktika 2, no. 1 (2019): 62–80.
22
https://ejournal.stte.ac.id/index
Volume 15 Nomor 1
Tahun 2023
[O p e n A c c e s s]
Page
Paulus bahwa para pelayan di jemaat
haruslah dipandang sebagai pekerja,
bukan hanya “orang yang sukarela
melakukan pelayanan” saja. Mereka
disapa pekerja karena mereka menekuni
dan giat untuk melayani di tengah jemaat.
Tampa kehadiran mereka, jemaat akan
terbengkalai tak tergembalakan.
Pendekatan Yesus dalam membina
murid-murid agar mereka terampil dalam
melayani menarik untuk disimak. Ia mulai
dengan kelompok khusus yang memiliki
hati dan minat terhadap Kerajaan Allah.
Yesus menuntun dan menunjukkan
bagaimana mereka semestinya melayani
kebutuhan orang banyak. Training
pelayanan selama sekitar tiga tahun itu
telah membuka padangan dan wawasan
mereka untuk melayani umat, bukan
seperti para ulama yang menanti dilayani.
Filsafat pelayanan yang diperlihatkan
ialah memenuhi kebutuh rohani umat
Israel. Ia terjun ke tengah umat dan
mengabarkan
kabar
baik,
berita
pengampunan dari surga, memulihkan
tubuh yang lemah, dan melegahkan yang
berbeban berat. Bagi Katerina dkk, Yesus
telah memberi teladan kepada muridmurid agar bekerja. Dia mengarahkan
murid-murid mengikuti teladan-Nya.23
Hasilnya adalah mereka siap menunaikan
Amanat Agung. Dan setelah hari
Pentakosta, Tuhan memenuhi hati dan
pikiran mereka dengan kekuatan baru.
Roh Kudus menggerakkan memberitakan
Injil. Tonggak sejarah pemberitaan Injil itu
ditandai dengan pencurahan Roh Kudus
sehingga mereka berani bersaksi dengan
kuasa Allah mulai dari kota suci hingga
mencapai bangsa-bangsa lain.
71
STT Ebenhaezer Tanjung Enim
Arti dan Makna Sunergos
Selain ergates, muncul juga kata
sunergos, yang berarti rekan kerja. Dalam
teks Yunani 1 Korintus 3:9 dipakai kata
συνεργοί (sunergoi) kata sifat normal
nominatif maskulin jamak tidak ada
derajat dari συνεργός, yang berarti rekan
kerja. Friberg menerjemahkan συνεργοί
(sunergoi) yang berarti bermitra, saling
membantu. Kata ini sebagian besar secara
substantif di Perjanjian Baru yang
diartikan
sebagai
sesama
pekerja,
24
pembantu. Kata sunergoi tidak melihat
kemampuan individu yang menonjol.
Tetapi memandang pada potensi yang
menyatukan dalam bekerja bersama untuk
sebuah visi datau misi. Aplikasi dari kata
sunergos terlihat pada diri Rasul Paulus. Ia
bekerja bersama Prikila dn Akwila dalam
membuat tenda untuk memperoleh
pendapatan demi membangun pelayanan
mereka.
Irawan
Budi
Lukmono
memandang bahwa kedua pasangan ini
sebagai teladan bagi gereja karena
kemandirian mereka dalam mendukung
pelayanan sendiri.25 Selain itu, Paulus juga
bemitra
dengan
Barnabas
dalam
memberitakan kabar sukacita dari surga
dan perintisan jemaat. Di sini Paulus tidak
menonjolkan dirinya sendiri dalam
pelayanan, tetapi bermitra dengan rekan
lain. Dalam Roma 16, dideretkan banyak
tokoh yang saling bersentuhan dalam
pembangunan jemaat mula-mula. Ini
teladan bekerja sama demi kemajuan Injil.
Karakter ini dapat menginspirasi orang
percaya
agar
ber-sunergoi dalam
memajukan Gereja di abad 21 ini. Innawati
Teddywono menekankan penting jemaat
meningkatkan etos kerja mereka demi
kemajuan kerohanian dalam gereja.26
Mereka dituntut untuk bersinergi. Semua
lini mesti bersinergi untuk menyatukan
kekuatan atau potensi bagi kemajuan
Kerajaan
Allah.
Dengan
demikian
kemitraan itu mendapat penekanan dalam
teks Alkitab. Allah senantiasa bermitra
23
26
Ibid.
Friberg, and Miller, Analytical Lexicon
of The Greer New Testament.
25 Irawan
Budi Lukmono, “Kepemimpinan
Kemitraan Tentmaker Akwila Dan Priskila,”
Jurnal Penelitian STT Gamaliel 2, no. 1 (2018): 44.
24 Friberg,
https://ejournal.stte.ac.id/index
Innawati
Teddywono,
“Upaya
Meningkatkan Etos Kerja Jemaat Melalui
Pengajaran Hakikat Kerja Menurut Kolose 3:2224,” Kharismata: Jurnal Teologi Pantekosta 3, no. 2
(2021): 74–75.
Volume 15 Nomor 1
Tahun 2023
[O p e n A c c e s s]
Page
72
STT Ebenhaezer Tanjung Enim
dengan umat-Nya demi memperluas
pengaruh firman Allah dalam kehidupan
warga gereja. Hak istimewa tubuh Kristus
agar saling bermitra demi melaksanakan
mandat Yesus. Tanpa kemitraan dalam
gereja, maka pelayanan akan mengalami
kendala. Rasul Paulus menghimbau
kepada jemaat Kolose agar bermitra
dengan saling mendoakan satu sama
lainnya (Ef 4:1-16) dengan demikian
mereka akan menjadi kuat, bersatu dan
melayani dalam ladang Tuhan yang
sedang menguning di Efesus. Mereka
ditantang untuk bermitra dalam doa
supaya
Tuhan
membuka
ladang
pemberitaan Injil bagi mereka. Ini sebuah
kerinduan surgawi agar sebanyak
mungkin orang mendengar Injil Kristus
yang menyelamatkan manusia dari kuasa
dosa dan kejahatannya.
Gingrick mengartikan kata sunergoi
sebagai sesama pekerja, pembantu (Rm
16:3; 1 Kor 3:9; 2 Kor 1:24; Flp 2:25; 1Tes 3:2;
Flm 1, 24). Secara leksikal Inggris, kata ini
berarti bersinergis yakni bekerja bersamasama antara dua orang atau lebih. 27 Istilah
sinergi bukanlah istilah yang asing di
dunia komtemporer masa kini. Orang
sering berkata perlu ada sinergi dalam
pekerjaan supaya berhasil dan sukses.
Sesungguhnya, istilah bersinergi sudah
lama dikenal oleh umat Allah. Orangorang percaya pada zaman Gereja Mulamula sangat akrab dengan istilah sinergi.
Mereka ber-sinergoi untuk melakukan
pekerjaan rohani dalam pemberitaan Injil
atau dalam perintisan jemaat.
Sementara itu Danker menggunakan
συνεργοί juga sebagai gambaran dari
sesama pekerja. Tetapi beliau lebih
menekankan pada pada peran pendukung
(Rm 16:3; 1 Kor 3:9; 2 Kor 1:24; Flp 2:25; Kol
4:11; 1Tes 3:2; 3 Yoh 8).28 Paulus menyapa
Priskila dan Akwila sebagai rekan
sekerjanya dalam pemberitaan Injil.
Mereka
membuka
tangan
untuk
menyambut
Paulus
dalam
mengembangkan pelayannya.
Mereka
sudi bekerja sama dengan Paulus karena
hal itu sebagai ciri dari Kekristenan sejati.
Tuhan Yesus menghendaki agar orangorang percaya bergendengan tangan
dalam mobilisasi misi penginjilan. Rasul
Paulus melihat bahwa Priskila dan Akwila
telah
mendukung
dirinya
dalam
pelayanan terhadap Kristus Yesus.
Lukmono memandang keduanya sebagai
tentmaker yang membiayai pelayanan
mereka, bahkan membantu pelayanan
Paulus juga.29 Dukungan mereka sangat
penting bagi kemajuan pemberitaan Injil.
Tampak jelas sekali bahwa konsep bekerja
sama sebagai jiwa dari Kekristenan sejati.
Orang Kristen mesti bekerja sama, apalagi
dalam pelayanan rohani dan perintisan
pelayanan dalam pemberitaan Injil
Kristus.
Dalam tabel di bawah ini, tampak
bahwa semua versi Alkitab menekankan
kemitraan Allah dengan umat-Nya. Dia
telah mengikat diri-Nya untuk bermitra
dengan tiap individu orang percaya agar
siap menuai ladang-Nya yang sedang
menguning. Jadi, jelas sekali bahwa
kemitraan demi kemajuan pelayanan
pemberitaan Injil untuk menggenapi
Amanat Agung. Allah sendiri bekerja
melalui para pekerja Kristus. Merekalah
yang tepat dalam menyampaikan berita
kebenaran bagi dunia. Firman Allah itu
adalah terang yang akan menerangi hati
manusia agar berbalik dan percaya kepada
Kristus. Tujuan Allah itu dapat tercapai
melalui para pekerja Kristus yang rela
menerjunkan
diri
mereka
untuk
menunaikan Amanat Agung.
Ardnt and & Gingrich, A Greek-English
Lexicon for New Testament Anda Other Early
Christian Literature, Second Edition.
Greek Lexicon New Testament and
Early Christian Literature.
29
Lukmono, “Kepemimpinan Kemitraan
Tentmaker Akwila Dan Priskila,” 44.
27
https://ejournal.stte.ac.id/index
28 Danker,
Volume 15 Nomor 1
Tahun 2023
[O p e n A c c e s s]
Page
73
STT Ebenhaezer Tanjung Enim
Tabel 1:
Beragam Versi Alkitab tentang Pekerja dalam 1 Korintus 3:9
VERSI ALKITAB
FRASA YANG DIGUNAKAN
PENEKANANNYA
NIV
We are God’s fellow worker
Rekan kerja
Kita adalah rekan kerja Tuhan
Yunani-Indonesia
Kami adalah kawan sekerja Allah
Kawan sekerja
Terjemahan Baru
Kawan sekerja
Kawan sekerja
Kabar Baik
Sama-sama bekerja untuk Allah
Bekerja sama
BIS
Kami adalah kawan-kawan sekerja Kawan sekerja
Allah
Firman yang Hidup
Kami adalah teman sekerja Allah
Teman sekerja
Dalam teks versi The New International
Version Study Bible untuk kata συνεργοί
dalam 1 Korintus 3:9 dipakai frasa we are
God’s fellow workers (kita adalah rekan
kerja Tuhan). Dalam uraian NIV lebih
lanjut digunakan ladang Tuhan. Orangorang dipandang sebagai ladang Tuhan.
Juga berarti bangunan milik Tuhan.
Mereka juga digambarkan sebagai bait
Tuhan (bdk ayat 16-17). Tuhanlah yang
memiliki ladang dan bangunan, tempat
Paulus dan Apolos bekerja (melayani).30
Penggunaan kata συνεργοί dalam teks
Terjemahan Baru Alkitab Bahasa Indonesia
dipakai kata kawan sekerja Allah atau
sama-sama giat bekerja untuk Allah
(Alkitab versi Kabar Baik). Sedangkan
Alkitab Perjanjian Baru Indonesia-Yunani
dipakai “kami sebagai kawan sekerja
Allah.” Sementara itu, dalam terjemahan
Firman Allah yang Hidup (terbitan Kalam
Hidup) diterjemahkan
“kami
adalah
teman sekerja Allah.” Semua teks Alkitab
menekankan tentang pentingnya bermitra
dengan Allah demi
pembangunan
Kerajaan Allah. Perluasan Kerajaan Allah
sangat bergantung pada respons warga
gereja. Tanpa respons dalam menjawab
panggilan Allah, maka ladang yang
menguning tak tertuai.
Dalam beragam terjemahan Alkitab
yang ada di Indonesia memperlihatkan
bahwa συνεργοί menekankan beberapa
orang percaya sedang bekerja bersama-
sama untuk kepentingan Allah atau
Kerajaan Allah. Itu berarti mereka sepakat
bersinergi untuk mengerjakan Amanat
Agung (Mat 28:19-20; Kis 1:8). Atau
mereka bergandengan tangan bersamasama untuk melayani pekerjaan rohani di
gereja atau lembaga para gereja. Mariska
Lauterboom memandang pentingnya
kebutuhan tenaga pelayan lokal untuk
mengganti para misionaris.31 Hal ini sudah
sejak lama disadari oleh gereja-gereja di
Indonesia untuk memenuhi kebutuhan
pekerja Kristus.
Kata sunergoi dipakai menunjuk pada
hubungan antar rekan kerja dalam
kehidupan Gereja mula-mula seperti
terlihat dalam diri Priskila dan Akwila,
Urbanus, Titus, Timotius, Epafroditus,
Aristarkus, Markus, Justus, Filemon,
Demas dan Lukas. Semua pekerja ini
bekerja sama dengan Paulus. Konteks
dalam teks berikut ini menekankan
seorang pekerja terlihat di dalam:
menanam dan menyiram (1 Kor 3:6). Atau
meletakkan satu dasar dan membangun di
atas dasar itu (1 Kor 3:10,11). Di sini
keterlibatan sunergoi untuk pembangunan
iman. Mereka aktif bekerja sama. Soal
pekerja juga dikaitkan dengan menabur
dan menuai (Yoh 4:35-38). Kata untuk
tuaian (therismos) di dalam Matius 9:36
sama dengan kata yang dipakai untuk
menuai (therizo) di dalam Yohanes 4:35
sewaktu Yesus berbicara tentang hal
Kenneth Berker, The NIV Study Bible, ed.
Kenneth Berker et al. (Grand Rapids, Michigan:
Zondervan Publishing House, 1984).
31
30
https://ejournal.stte.ac.id/index
Mariska
Lauterboom,
“Dekolonisasi
Pendidikan Agama Kristen Di Indonesia,”
Indonesian Journal of Theology 7, no. 1 (2019): 88–
110.
Volume 15 Nomor 1
Tahun 2023
[O p e n A c c e s s]
Page
74
STT Ebenhaezer Tanjung Enim
membawa orang-orang Samaria agar
percaya kepada Dia. Tampak jelas bahwa
sunergoi menuntut peran aktif warga gereja
untuk
menyerahkan
diri
dan
bergandengan tangan dalam pekerjaan
Tuhan.
Sebetulnya pelayanan pemuridan yang
digalakkan oleh Lembaga pelayanan
seperti Lembaga Pelayanan Mahasiswa
Indonesia (LMPI), Persekutuan Antar
Universitas
(Perkantas)
dan
Para
Navigator dan lain-lain bertujuan untuk
menjawab
kebutuhan
pekerja
di
lingkungan pelayanan rohani di Indonesia.
Ketiga lembaga para gereja ini giat dalam
pemuridan sejak akhir tahun 1960-an dan
awal 1970-an karena melihat adanya
tantangan perekrutan pekerja Kristus dari
dunia kampus. Mereka giat melakukan
pemuridan di antara para mahasiswa
Kristen agar dapat menjaring pekerja
Kristus bagi tuaian yang luas di negeri
ini.32
Pelayanan dalam tubuh Kristus itu
beragam dan membutuhkan partisipasi
umat. Penegasan Rasul Paulus dalam
Efesus 4:12-14 sangat relevan untuk
menjawab kebutuhan pekerja rohani.
Menghasilkan pekerja yang berkualitas
dapat dimulai dari dalam tubuh Kristus
sendiri. Lomtata Sinaga mengemukakan
bahwa tubuh Kristus perlu diperlengkapi
agar dapat berfungsi dalam membangun
pelayanan demi kesatuan bersama.33
Nicanor Nangaro mengatakan para
rohaniwan yang melayani di gereja adalah
pekerja rohani. Tugas mereka adalah
mengerjakan pekerjaan pelayanan rohani
bagi umat. Mereka bukan sekadar
melayani karena sesungguh mereka
mendedikasikan seluruh hidupnya untuk
bekerja di gereja. Kehadiran mereka di
gereja untuk melayani (bekerja) sesuai
dengan karunianya. Mereka memiliki
status sebagai pekerja rohani. Dengan
demikian kehadiran mereka di gereja
bukan hanya asal-asal saja melibatkan diri,
tetapi memiliki kapasitas dan kualifikasi
dalam pekerjaannya di gereja. Mereka
layak menerima upah, bukan sekadar
persembahan yang diberikan sebagai
pemberian bagi rohaniwan. Mereka
berhak mendapat gaji seperti orang yang
bekerja di pekerjaan sekuler.34 Senada
dengan pandangan Nangaro,
John
Jamlaay, seorang pekerja rohani di
lingkungan Para Navigator menegaskan
bahwa dalam pemuridan yang ditekankan
untuk memproduksi pekerja generasi
berikutnya.35 Beliau melihat bahwa
generasi muda yang duduk di sekolah
menengah pun bisa dimuridkan untuk
melayani sesama siswa, bahkan pelayanan
itu dapat diteruskan hingga perguruan
tinggi. Jadi, pekerja Kristus dapat dibentuk
di semua level, termasuk di kalangan pada
siswa dan mahasiswa serta jemaat.
Rudy Sudianto menjelaskan citra
seorang pekerja Kristus adalah hidupnya
berpadanan dengan Injil.36 Ia sudah
memiliki hubungan yang erat dengan
Yesus tetapi sudah diperlengkapi untuk
melayani pekerjaan-Nya. Orang Kristen
dalam kategori ini memenuhi syarat
sebagai seorang pekerja Kristus. Sama
seperti Epafras yang melayani di Kolose
untuk menyiapkan para pekerja Kristus
yang akan melanjutkan pelayanan di
tengah jemaat.37 Purdayanto melihat
bahwa ladang yang menguning itu sebagai
Sostenis Nggebu, Dinamika Sejarah Gereja
Indonesia Modern (Draf Naskah Buku Proses Akhir
Editing) (Bandung: Biji Sesawi, 2022).
33 Lamtota Sinaga, “Konsep Paulus Tentang ‘
Kesatuan Tubuh Kristus ,’” Scripta: Jurnal
Teologi dan Pelayanan Kontekstual 13, no. 1
(2022): 56.
34 Nicanor Nangaro, Pekerja Rohani Di Gereja
(Jakarta, 2022), 1 Diskusi online pada awal Juli
2022.
John Jamlaay, Arti Dan Makna Peneguhan
(Bandung, 2022).
36 Rudi Sudiyanto, Roy Pieter, and Yehezkiel
Kiuk, “Karakteristik Pekerja Kristen,” Kingdom:
Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen 2, no. 1
73–74,
(2022):
https://ojs.sttkingdom.ac.id/index.php/Theo
/article/view/43/32.
37 Sostenis Nggebu, “Pemuridan Model Epafras
Sebagai Upaya Pendewasaan Iman Kristen The
Model of Epaphras Discipleship as an Effort of
32
https://ejournal.stte.ac.id/index
35
Volume 15 Nomor 1
Tahun 2023
[O p e n A c c e s s]
Page
kiasan dari jiwa-jiwa yang disiap
menyambut pemberiaan firman.38 Seorang
pekerja Kristus dituntut senantiasa siap
menabur firman bagi mereka yang sedang
haus akan kebenaran. Pekerja Kristus juga
dapat dipandang sebagai “orang kunci”
yang dipakai Allah dalam pemberitaan
Injil. Yesus Kristus bekerja melalui orangorang kunci itu untuk menuai ladang misi
yang sedang menguning.
Pekerja yang Memiliki Jiwa Pengabdian
Secara implikatif, makna pekerja di
gereja atau lembaga pelayanan tergolong
dalam makna kata egrates. Yakni orangorang terlibat sedang mengerjakan
pelayanan atau pembinaan kerohanian
kepada orang lain. Mereka sebagai murid
Kristus yang sudah dewasa dan tahu tugas
mereka dalam Amanat Agung. Dalam
pelayanan rohani dimaksud sebagai
seorang yang sudah menyerahkan dirinya
kepada Tuhan; dan selanjutnya ia pun sudi
diperlengkapi dalam pemuridan untuk
menjadi seorang pekerja Kristus yang
terampil dalam pelayan rohani demi
merealisasikan mandat gereja dalam
Amanat Agung. Jadi, jelas sekali bahwa
semua orang sedang menunaikan Amanat
Agung dapat digolongkan sebagai pekerja
Kristus, yang mengabdi bagi kepentingan
Kerajaan-Nya.
Simpulan
Berdasarkan uraian di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa kehadiran seorang
pekerja Kristus memiliki andil besar dalam
mengimplementasikan Amanat Agung.
Gagasan itu muncul dari konsep pekerja
dalam Perjanjian Baru yang mengacu pada
berbagai pengertian seperti tentang
seorang
penabur,
penuai
seperti
pemungut hasil panen. Secara teologis,
orang-orang yang meletakkan dasar dalam
pelayanan rohani seperti para rasul Yesus
Maturing of Church Members Faith,” Pengarah:
Jurnal Teologi Kristen 3, no. 1 (2021): 26–42.
38 Purdaryanto, “Efektivitas Gereja Dalam
Menuntaskan Amanat Agung,” 97.
https://ejournal.stte.ac.id/index
75
STT Ebenhaezer Tanjung Enim
yang merintis terbentuknya umat Kristen
dalam komunitas Gereja Mula-mula, para
pengkhotbah dan mereka yang giat dalam
melayani Injil dipandang sebagai pekerja
Kristus. Kehadiran mereka untuk menuai
ladang yang menguning. Secara lebih rinci
para pekerja dapat juga diartikan bagi
mereka yang menduduki jabatan pengajar
(guru), para perintis jemaat (para
pembangun), orang-orang yang terlibat
dalam mendewasakan kehidupan rohani
orang lain, dan termasuk para murid Yesus
Kristus. Orang-orang yang dipanggil Allah
diharapkan menyerahkan diri kepada-Nya
untuk diperlengkapi dengan keterampilan
melayani sesuai bidang dan minatnya.
Mereka yang memiliki relasi yang dekat
dengan Yesus dapat dipakai-Nya menjadi
alat yang efektif dalam kesaksian iman.39
Rencana terindah dari Yesus Kristus
adalah bermitra dengan umat-Nya untuk
menuai
ladang-Nya
demi
mengimplementasikan Amanat Agung itu
sendiri. Dia mengharapkan agar tiap orang
percaya dapat menikmati pengabdiannya
bagi Kerajaan sesuai dengan karunianya.
Mereka melayani tetapi lebih tepat
dipandang pekerja rohani. Mereka
menekuni pekerjaannya dalam bidang
kerohanian yang layak mendapat upah
sebagai seorang pekerja.
Kepustakaan
Ardnt, William, and F. Wilbur & Gingrich.
A Greek-English Lexicon for New
Testament Anda Other Early Christian
Literature, Second Edition. 2nd ed.
Chicago: The University of Chicago,
1979.
Arifianto, Yonatan Alex. “Makna SosioTeologis Melayani Menurut Roma
12:7.” Jurnal Ilmiah Religiosity Entity
Humanity (JIREH) 2, no. 2 (2020): 184–
197.
39 Sostenis Nggebu, “Supremasi
Kristus
Sebagai Instrumen Dasar Membangun Devosi
Pribadi Orang Percaya Berdasarkan Kolose 1:1510,” Jurnal Gamaliel: Teologi Praktika: Teologi
Praktika 4, no. 2 (2022): 108–122.
Volume 15 Nomor 1
Tahun 2023
[O p e n A c c e s s]
Page
Berker, Kenneth. The NIV Study Bible.
Edited by Kenneth Berker, Donald
Burdick, John Stek, Walter Wessel,
and Ronald Youngblood. Grand
Rapids,
Michigan:
Zondervan
Publishing House, 1984.
Danker, Frederick William. Greek Lexicon
New Testament and Early Christian
Literature.
3rd
ed.
Chicago:
University of Chicago Press, 2001.
Friberg, Timothy, Barbara Friberg, and
Neva F. Miller. Analytical Lexicon of
The
Greer
New
Testament.
Bloomington,
IN:
Trafford
Publishing, 2006.
Gandaputra, Edwin. “Memikirkan Ulang
Aplikasi Penginjilan Pribadi Pada
Masa New Normal.” Saint Paul’S
Review 1, no. 1 (2021): 29–45.
Harmadi, Marinai. “Pergeseran Perspektif
Teologi Penggembalaan Dengan
Layanan Virtual Pada Masa Pandemi
Sekarang Dan Nanti.” Jurnal Teologi
Berita Hidup 3, no. 2 (2021): 137–149.
Hutahaean, Hasahatan, Nurliani Siregar,
and
Desmiyanti
Tampubolon.
“Tafsir Efesus 6: 5-8 Tentang Teologi
Kerja Dan Aplikasinya Bagi Pemuda
Gereja.” Manna Rafflesia 8, no. 1
(2021): 131–153.
Jamlaay, John. Arti Dan Makna Peneguhan.
Bandung, 2022.
Jinu Kim, Paulus. “Peninjauan Kritikal
Terhadap Hermeneutika Asia.” Saint
Paul’S Review 2, no. 1 (2022): 40–53.
Kadjakoro, Yolanda Olivya. “Konsep
Prajurit Allah Berdasarkan Efesus
6:10-20 Dan Implementasinya Dalam
Kehidupan Orang Percaya.” Jurnal
Ilmiah Religiosity Entity Humanity
(JIREH) 1, no. 1 (2019): 40–56.
Kim, James Kwang Jin, Hertina Soerjaman,
and Marichel Samuel. “The Role of
The Holy Spirit in Discipleship.”
Saint Paul’S Review 3, no. 1 (2023): 1–
12.
Lauterboom,
Mariska.
“Dekolonisasi
Pendidikan Agama Kristen Di
Indonesia.” Indonesian Journal of
Theology 7, no. 1 (2019): 88–110.
Lukmono, Irawan Budi. “Kepemimpinan
https://ejournal.stte.ac.id/index
76
STT Ebenhaezer Tanjung Enim
Kemitraan Tentmaker Akwila Dan
Priskila.” Jurnal Penelitian STT
Gamaliel 2, no. 1 (2018): 41–46.
Nangaro, Nicanor. Pekerja Rohani Di
Gereja. Jakarta, 2022.
Nggebu, Sostenis. Dinamika Sejarah Gereja
Indonesia Modern (Draf Naskah Buku
Proses Akhir Editing). Bandung: Biji
Sesawi, 2022.
———. “Pemuridan Model Epafras
Sebagai Upaya Pendewasaan Iman
Kristen The Model of Epaphras
Discipleship as an Effort of
Maturing of Church Members
Faith.” Pengarah: Jurnal Teologi
Kristen 3, no. 1 (2021): 26–42.
———. “Supremasi Kristus Sebagai
Instrumen
Dasar
Membangun
Devosi Pribadi Orang Percaya
Berdasarkan Kolose 1:15-10.” Jurnal
Gamaliel: Teologi Praktika: Teologi
Praktika 4, no. 2 (2022): 108–122.
———. Totalitas Dalam Menulis: Kiat-Kiat
Penelitian Teologis Untuk Menulis
Tugas Kuliah, Artikel Jurnal Dan Buku
Rohani. Edited by Ridwan Sutedja.
Bandung: Biji Sesawi, 2022.
Purdaryanto, Samuel. “Efektivitas Gereja
Dalam Menuntaskan Amanat
Agung.” Temisien Jurnal Teologi Misi
dan Enterpreneurship 1, no. 2 (2021):
95–112. https://ejournal.sttiijakarta.ac.id/index.php/
temisien.
Sanny, Lorne. Fundamental of Ministry:
Seminar
Woorkbook.
Colorado
Springs: The Navigators, 2007.
Saptorini, Sari, and Listari. “Pelayanan
Pemuridan
Melalui
Video
Conference Dalam Gereja
Masa
Kini.” Available Online at 1, no. 1
(2021):
29–38.
https://ejournal.staknkupang.ac.id
/ojs/index.php/teuo.
Sinaga, Lamtota. “Konsep Paulus Tentang
‘ Kesatuan Tubuh Kristus .’” Scripta:
Jurnal
Teologi
dan
Pelayanan
Kontekstual 13, no. 1 (2022): 45–61.
Sudarmanto, Gunaryo. Ladang Sudah
Menguning & Siap Untuk Dituai.
Malang,
2020.
Volume 15 Nomor 1
Tahun 2023
[O p e n A c c e s s]
Page
77
STT Ebenhaezer Tanjung Enim
https://scholar.google.com/citation
s?view_op=view_citation&hl=en&u
ser=AP9sMs8AAAAJ&citation_for_
view=AP9sMs8AAAAJ:zYLM7Y9cA
GgC.
Sudiyanto, Rudi, Roy Pieter, and Yehezkiel
Kiuk. “Karakteristik
Pekerja
Kristen.” Kingdom: Jurnal Teologi dan
Kepemimpinan Kristen 2, no. 1 (2022):
59–74.
https://ojs.sttkingdom.ac.id/index.
php/Theo/article/view/43/32.
Sunarko, Andreas Sese. “Implementasi
Cara Hidup Jemaat
Mula-Mula
Dalam Kisah Para Rasul 2: 41-47 Bagi
Pertumbuhan Gereja Masa Kini.”
Kharismata:
Jurnal
Teologi
Pantekostasmata:
Jurnal
Teologi
Pantekosta 2, no. 2 (2020): 127–140.
Susanto, Hery. “Gereja Yang
Berfokus
Pada Gerakan Misioner.” FIDEI:
Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika
2, no. 1 (2019): 62–80.
Sutanto, Hasan. Hermeneutik: Prinsip Dan
Metode Penafsiran Alkitab. Malang:
SAAT Malang, 2015.
Tampubolon, Yohanes Hasiholan, and
Grace Son Nassa. “Urgensi Misi
Penatalayanan Ciptaan: Berdasarkan
Hasil Sidang Gereja Sedunia Dan
Teologi Misi.” Theologia Insani (Jurnal
Theologia, Pendidikan, dan Misiologia
Integratif) 1, no. 1 (2022): 28–48.
Teddywono,
Innawati.
“Upaya
Meningkatkan Etos Kerja Jemaat
Melalui Pengajaran Hakikat Kerja
Menurut Kolose 3:22-24.” Kharismata:
Jurnal Teologi Pantekosta 3, no. 2
(2021): 60–75.
Widjaja, Fransiskus Irwan. Misi Dan
Keyakinan Pluralitas Di Indonesia.
Edited by Dian Christine Fitriasari.
Yogyakarta: Andi, 2019.
Yonathan, Danny. “Memahami Konsep
Menyangkal Diri, Memikul Salib
Dan Mengikut Yesus: Sebuah
Analisis Biblikal Lukas 9:23-26.”
Jurnal Teologi Berita Hidup 1, no. 2
(2019): 121–137.
https://ejournal.stte.ac.id/index
Volume 15 Nomor 1
Tahun 2023