Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Telaah Pola Perilaku Komunikasi Organisasi Pedesaan

2019, Wade Publisher

KOMUNIKASI ORGANISASI (Telaah Pola Perilaku Komunikasi Organisasi Pedesaan ) A. Anditha Sari, S.Sos, M.I.Kom Jahid Syaifullah, M.I.Kom. Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta: 1. 2. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak ciptaan pencipta atau memberi izin untuk itu, dapat dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait, dapat dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). ~ ii ~ KOMUNIKASI ORGANISASI (Telaah Pola Perilaku Komunikasi Organisasi Pedesaan ) ~ iii ~ KOMUNIKASI ORGANISASI © A. Anditha Sari, S.Sos, M.I.Kom & Jahid Syaifullah, M.I.Kom. Editor Layout Design Cover : Team WADE Publish : Team WADE Publish : Team WADE Publish Diterbitkan oleh: Jln. Pos Barat Km. 1 Melikan Ngimput Purwosari Babadan Ponorogo Jawa Timur Indonesia 63491 Website : BuatBuku.com Email : redaksi@buatbuku.com Phone : 0821 3954 7339 Anggota IKAPI 182/JTI/2017 Cetakan Pertama, Agustus 2018 ISBN: 978-602-5498-80-0 Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotocopy, merekam atau dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa seizin tertulis dari Penerbit. viii+84 hlm; 15,5x23 cm ~ iv ~ KATA PENGANTAR Komunikasi organisasi merupakan bentuk-bentuk pertukaran informasi antara unit-unit komuniasi yang ada pada sebuah organisasi. Pemaknaan tersebut bermuara kepada sebuah arus komunikasi dalam pemberian instruksi kerja kepada rekan team organisasi dalam menyongsong proses pembangunan. Pembangunan nasional Indonesia adalah paradigma pembangunan yang terbangun atas pengalaman Pancasila yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya, dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan dan pedomannya. Dari amanat tersebut disadari bahwa pembangunan nasional bukan semata-mata proses ekonomi, tetapi suatu penjelmaan pula dari proses perubahan politik, sosial dan budaya yang meliputi bangsa, di dalam kebulatannya. Pembangunan Nasional merupakan cerminan kehendak terus-menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil dan merata, serta mengembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan negara yang maju dan demokratis berdasarkan Pancasila. Sistem pembangunan Indonesia diselenggarakan secara simultan antara sistem pembangunan nasional dan sistem pembangunan daerah. Sistem pembangunan Indonesia tersebut ditandai salah satunya dengan sistem pembangunan Indonesia yang meliputi pembangunan nasional, yaitu proses pembangunan yang manajemennya dilakukan oleh pemerintah pusat dan pembangunan daerah yang proses pembangunannya dilakukan pemerintah daerah. Proses perjalanan pesan dari rencana strategi pembangunan nasional menuju pembangunan daerah, melibatkan berbagai macam tingkatan elemen yang bervariatif dari tingkat pemangku jabatan sampai dengan pelaku di lingkugan kerja organisasi. Pengalamanpengalaman dan tingkatan kualitas SDM yang berbeda mengakibatkan riuhnya pola perilaku komunikasi di organisasi pedesaan, yang berakibat rentan terhadap ketidakpuasan warga masyarakat yang ~v~ menjadi ujung dari tolok ukur pembangunan desa. Berbagai macam persepsi masyarakat yang dibentuk atas informasi yang diterimanya, ikut memberikan sumbangsih dalam tingkat partisipasi pembangunan. Pola perilaku komunikasi organiasi di masyarakat desa akhirnya harus semakin bervariasi dan selektif disesuikan dengan objek penerima pesan. Dalam perspektif keilmuan komunikasi, feedback atau hubungan timbal balik yang akan menjadikan komunikasi berjalan efektif sesuai dengan harapan pencipta pesan. Ucapan terimakasih kami haturkan kepada Organisasi desa di kelurahan Wonorejo, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar yang telah memberikan informasi, ulasan, hingga penjabaran program-program yang telah di jalankan di tingkat desa. Besar harapan kami, kehidupan komunikasi organisasi di tingkat desa dapat berjalan serasi, selaras dan sesuai dengan rencana strategi pembangunan nasional yang berorientasi kepada sebuah proses pemberdayaan masyarakat yang mandiri, dinamis dan berkemajuan. Selain itu diharapkan dengan adanya buku ajar ini dapat dimanfaatkan oleh dosen sebagai kajian dalam pembelajaran dan sebagai referensi mahasiswa D3 Komunikasi Massa dalam penerapan komunikasi di dalam organisasi. Terutama di organisasi tingkat desa. Akhirnya sebagai penulis, kami mohon maaf jika dalam penyajian buku ini masih banyak kekurangan. Surakarta, 5 September 2018 Penulis ~ vi ~ DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .............................................................................. v DAFTAR ISI ........................................................................................... vii BAB 1 MENGENAL KOMUNIKASI ORGANISASI .................................... 1 A. Dasar dan Prinsip Komunikasi ..................................................... 1 B. Elemen dan Karakteristik Organisasi .......................................... 6 C. Pengaruh Komunikasi terhadap Perilaku Organisasi ............... 7 D. Dimensi-Dimensi Komunikasi dalam Kehidupan Organisasi ........................................................................................ 9 1. Komunikasi internal.................................................................. 9 2. Komunikasi eksternal ............................................................... 9 E. Fungsi Komunikasi Organisasi ................................................... 16 EVALUASI .......................................................................................... 23 BAB II TEORI KOMUNIKASI ORGANISASI.............................................. 25 A. Teori Struktural Klasik ................................................................. 25 B. Teori Transisional ......................................................................... 30 C. Teori Mutakhir .............................................................................. 34 EVALUASI .......................................................................................... 39 BAB 3 PERMASALAHAN KOMUNIKASI ORGANISASI ....................... 41 A. Iklim Organisasi ............................................................................ 41 B. Komunikasi Organisasi Verbal ................................................... 44 1. Pengertian Komunikasi Verbal.............................................. 44 2. Bentuk-bentuk komunikasi organisasi verbal ..................... 45 3. Hambatan Komunikasi Organisasi Verbal .......................... 47 C. Komunikasi Organisasi non verbal ............................................ 48 1. Pengertian Komunikasi non verbal ...................................... 48 2. Bentuk komunikasi organisasi nonverbal............................ 49 ~ vii ~ 3. Hambatan Komunikasi organisasi non verbal .................... 50 D. Teknologi Informasi dalam organisasi....................................... 51 1. Definisi Teknologi Informasi ................................................. 51 2. Peranan Teknologi Informasi bagi Organisasi .................... 52 3. Pemanfaatan Teknologi Informasi bagi Organisasi ............ 54 EVALUASI........................................................................................... 55 BAB 4 PERMASALAHAN KARIR DAN ETIKA ......................................... 59 A. Manajemen Konflik ...................................................................... 59 1. Pengertian Konflik................................................................... 59 2. Masalah Persepsi ..................................................................... 61 3. Strategi Penanganan Konflik ................................................. 64 B. Citra dan Reputasi ........................................................................ 66 1. Pengertian Citra ....................................................................... 66 2. Macam - Macam Citra ............................................................. 68 3. Pengertian Reputasi ................................................................ 70 4. Perbedaan Pandangan Citra dan Reputasi .......................... 70 EVALUASI........................................................................................... 72 Daftar Pustaka ......................................................................................... 73 Glosarium................................................................................................. 75 Indeks ....................................................................................................... 79 Profil Penulis ........................................................................................... 81 ~ viii ~ BAB 1 MENGENAL KOMUNIKASI ORGANISASI Tujuan umum instruksional Mahasiswa mampu mengidentifikasi jenis komunikasi dan mendiskripsikan komunikasi organisasi. Tujuan khusus instruksional 1. Menjelaskan Dasar-dasar Komunikasi 2. Menjelaskan Elemen dan Karakteristik Organisasi 3. Menjelaskan Pengaruh Komunikasi terhadap Perilaku Organisasi 4. Dimensi-Dimensi Komunikasi dalam Kehidupan Organisasi 5. Fungsi Komunikasi Organisasi A. Dasar dan Prinsip Komunikasi Sebuah komunikasi yang dijalankan, tentunya haruslah memiliki konsep yang matang dan terencana serta harus menggunakan Cara Berkomunikasi dengan Baik untuk menghasilkan sebuah Komunikasi yang Efektif. Konsep komunikasi yang dirancang dengan baik bukan hanya berguna untuk Komunikasi Antar Pribadi saja, melainkan seluruh jenis komunikasi termasuk Komunikasi Organisasi. Manusia di dalam kehidupan kesehariannya membututukan komunikasi, baik itu berkomunikasi secara pribadi, berkomunikasi di dalam kelompok, atau bahkan komunikasi dengan rekan kerjanya di dalam sebuah organisasi. Hal inilah yang menunjukkan bahwa manusia secara hakekat terbentuk dari sebuah integrasi social di ~1~ dalam sebuah kelompok. Proses integrasi inilah yang memunculkan sikap toleransi, saling pengertian dan saling memaknai peran dalam sebuah pertukaran proses komunikasi. Komunikasi merupakan pertukaran simbol antara seorang komunikator dan komunikan yang saling memberikan respon. Sebuah komunikasi dikatakan efektif jika ada proses saling memberikan respon atas dampak informasi yang diterimanya. Sebelum membahas efektifitas proses komunikasi, terlebih dahulu yang perlu kita fahami adalah unsur–unsur yang membangun proses itu yang diantaranya adalah adanya seorang komunikator, penyampaian pesan, melalui perantara media, komunikan penerima pesan dan respon atas informasi yang diterima. Dalam efektifitas proses komunikasi tersebut, tugas komunikator adalah memastikan bahwa informasi atau pesan yang di bangunnya kepada komunikan penerima informasi akan membawa dampak, oleh sebab itu pertimbangan pemilihan media serta penyandian pesan menjadi pertimbangan khusus dalam merancang sebuah produk pesan. Adanya umpan balik atau respon dari seorang komunikan menjadikan proses komunikasi itu efektif dan timbul komunikasi dua arah, artinya masing–masing individu atau kelompok dapat berlaku sebagai pengirim pesan sekaligus penerima pesan dan saling berinteraksi. Interaksi inilah yang akan menjadi penentu apakah sebuah pesan yang di bangun dapat saing diterima dan di mengerti hingga memperoleh hasil yang diinginkan. Jika dalam penyandian pesan yang diterima tidak sesuai dengan harapan yang dimaksud, muncul sebuah gangguan (Noise) yang mungkin terjadi dari aspek kondisi pengirim pesan, media yang di pilih, hingga kepada kondisi penerima pesan. Gangguan yang di biarkan secara terus menerus tanpa kendali akan memicu sebuah konflik karena salah menasirkan sebuah pesan yang diterima. Konsep dasar komunikasi organisasi dapat juga dikatakan sebagai sebuah susunan rencana atau strategi komunikasi yang akan atau dilakukan di dalam sebuah organisasi. Konsep yang baik dan benar akan membuat komunikasi menjadi lebih seru, lebih berwarna dan lebih terbuka. Selain itu, komunikasi yang terkonsep tidak akan ~2~ menyakiti hati dan pikiran seseorang karena komunikasi yang memiliki konsep yang baik dan benar, akan terhindar dari Hambatan-hambatan Komunikasi. Ketika hambatan-hambatan komunikasi sudah dapat diminimalisir dengan baik karena komunikasi kita sudah terkonsep, makakomunikasi yang dijalankan tersebut akan menghasilkan sebuah jawaban atas setiap permasalahan yang dimiliki organisasi. Namun, untuk mengkonsep sebuah komunikasi organisasi, kamu harus mengetahui beberapa komponen untuk mencapai sebuah komunikasi yang terkonsep. Adapun Komunikasi Organisasi merunjuk pada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi. Komunikasi organisasi melibatkan bentuk-bentuk komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok. Jadi, komunikasi organisasi adalah suatu komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi tertentu. Ciri dari komunikasi organisasi ini ialah berstruktur atau berhirarki. Komunikasi ini mempunyai struktur yang vertikal dan horizontal dan sebagai akibatnya dapat pula berstruktur keluar organisasi. Struktur yang terakhir ini jika organisasi tersebut melakukan interaksi dengan lingkungannya. Kalau dalam organisasi dikenal adanya struktur formal dan informal maka dalam komunikasinya pun dikenal adanya komunikasi formal dan informal. Komunikasi formal mengikuti jalur hubungan formal yang tergambar dalam susunan atau struktur organisasi. Adapun komunikasi informal arus informasinya sesuai dengan kepentingan dan kehendak masing-masing pribadi yang ada dalam organisasi tersebut. Proses hubungan komunikasi informal tidak mengikuti jalur struktural, sehingga bisa saja terjadi seseorang yang mempunyai struktur formal berada dibawah, berkomunikasi dengan seseorang yang berada ditingkat pimpinan. Pembahasan komunikasi organisasi antara lain menyangkut struktur dan fungsi organisasi, hubungan antar manusia, komunikasi dan proses pengorganisasian serta budaya organisasi. Komuikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain meliputi arus komunikasi vertikal dan horizontal. ~3~ Komunikasi bermula dari gagasan yang ada pada diri seseorang yang diolah menjadi sebuah pesan dan disampaikan atau dikirimkan kepada orang lain dengan menggunakan media tertentu. Dari pesan yang disampaikan tersebut kemudian terdapat timbal balik berupa tanggapan atau jawaban dari orang yang menerima pesan tersebut. Dari proses terjadinya komunikasi itu, secara teknis pelaksanaan, komunikasi dapat dirumuskan sebagai kegiatan dimana seorang menyampaikan pesan melalui media tertentu kepada orang lain dan sesudah menerima pesan serta memahami sejauh kemampuannya, penerima pesan menyampaikan tanggapan melalui media tertentu pula kepada orang yang menyampaikan pesan itu kepadanya. (Agus M. Hardjana 2000). Adapun prinsip-prinsip komunikasi seperti halnya fungsi dan definisi komunikasi mempunyai uraian yang beragam sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh masing-masing pakar. Istilah prinsip oleh William B. Gudykunst disebut asumsi-asumsi komunikasi. Larry A. Samovar dan Richard E. Porter menyebutnya karakteristik komunikasi. Deddy Mulyana, Ph. D membuat istilah baru yaitu prinsip-prinsip komunikasi. Terdapat 12 prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh dari definisi dan hakekat komunikasi yaitu: a) Prinsip 1: Komunikasi adalah suatu proses simbolik, Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan. b) Prinsip 2: Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi. Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses komunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus. c) Prinsip 3: Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan. Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi. ~4~ d) e) f) g) h) Percakapan diantara dua orang sahabat dan antara dosen dan mahasiswa di kelas berbeda memiliki dimensi isi yang berbeda. Prinsip 4: Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesenjangan. Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesenjangan yang rendah artinya tindakan komunkasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya tercapai. Prinsip 5: Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu. Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung. Prinsip 6: Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi. Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi. Prinsip 7: Komunikasi itu bersifat sistemik. Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi. Prinsip 8: Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi. Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan. ~5~ i) Prinsip 9: Komunikasi bersifat non-sekuensial. Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu dapat diterima dan dimengerti. j) Prinsip 10: Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional. Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi sebuah proses itu adalah dinamis dan transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi. k) Prinsip 11: Komunikasi bersifat irreversible. Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut. l) Prinsip 12: Komunikasi bukan penasehat untuk menyelesaikan berbagai masalah. Dalam arti bahwa komunikasi bukan satusatunya oleh mujarab yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. Sehingga merujuk kepada sebuah intisari komunikasi, korelasi antara organiasi dan komunikasi terletak kepada peninjauan manusia pelaku komunikasi di dalam mencapai tujuan sebuah organisasi. Ilmu komunikasi mempertajam sebuah alasan bentuk komunikasi macam apa yang terjadidi dalam sebuah organisasi tersebut, metode dan teknik apa yang di gunakan, media apa yang di gunakan, bagamaimana prosesnya, hingga factor-faktor apa yang menghambat sebuah laju pengambilan keputusan dalam organisasi. B. Elemen dan Karakteristik Organisasi Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin organizare, yang secara harafiah berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling bergantung. Di antara para ahli ada yang menyebut paduan itu sistem, ada juga yang menamakannya sarana. Everet M. Rogers dalam bukunya Communication in Organization, mendefinisi- ~6~ kan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan dan pembagian tugas. Robert Bonnington dalam buku Modern Business: A Systems Approach, mendefinisikan organisasi sebagai sarana dimana manajemen mengoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur formal dari tugas-tugas dan wewenang. Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi penghambat dan sebagainya. Jawaban-jawaban bagi pertanyaanpertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah untuk selanjutnya menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan jenis organisasi, sifat organisasi dan lingkup organisasi dengan memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual. C. Pengaruh Komunikasi terhadap Perilaku Organisasi Sebagai komunikator, seorang pemimpin organisasi, manajer, atau administrator harus memilih salah satu berbagai metode dan teknik komunikasi yang disesuaikan dengan situasi pada waktu ~7~ komunikasi dilancarkan. Sebagai komunikator, seorang manajer harus menyesuaikan penyampaian pesannya kepada peranannya yang sedang dilakukannya. Dalam hubungan ini, Henry Mintzberg seorang profesor manajemen pada McGill University di MontrealKanada, menyatakan wewenang formal seorang manajer menyebabkan timbulnya tiga peranan: peranan antarpersona; peranan informasi; dan peranan memutuskan. Peranan antarpersona seorang manajer meliputi dua hal: 1. Peranan tokoh. Kedudukan sebagai kepala suatu unit organisasi, membuat seorang manajer melakuan tugas yang bersifat keupacaraan. Karena ia merupakan seorang tokoh, maka selain memimpim berbagai upacara di kantornya, ia juga diundang oleh pihak luar untuk menghadiri berbagai upacara. Dalam peranan ini seorang manajer berkesempatan untuk memberikan penerangan, penjelasan, imbauan, ajakan, dll. 2. Peranan pemimpin. Sebagai pemimpin, seorang manajer bertanggung jawab atas lancar-tidaknya pekerjaan yang dilakukan bawahannya. Beberapa kegiatan bersangkutan langsung dengan kepemimpinannya pada semua tahap manajemen: penentuan kebijaksanaan, perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan penilaian. Ada juga kegiatan-kegiatan yang tidak langsung berkaitan dengan kepemimpinannya, antara lain memotivasi para karyawan agar giat bekerja. Untuk melaksanakan kepemimpinannya secara efektif, maka ia harus mampu melaksanakan komunikasi secara efektif. Dalam konteks kepemimpinan, seorang manajer berkomunikasi efektif bila ia mampu membuat para karyawan melakukan kegiatan tertentu dengan kesadaran, kegairahan dan kegembiraan. Dengan suasana kerja seperti itu akan dapat diharapkan hasil yang memuaskan. ~8~ D. Dimensi-Dimensi Komunikasi dalam Kehidupan Organisasi 1. Komunikasi internal Komunikasi internal organisasi adalah proses penyampaian pesan antara anggota-anggota organisasi yang terjadi untuk kepentingan organisasi, seperti komunikasi antara pimpinan dengan bawahan, antara sesama bawahan, dsb. Proses komunikasi internal ini bisa berujud komunikasi antarpribadi ataupun komunikasi kelompok. Juga komunikasi bisa merupakan proses komunikasi primer maupun sekunder (menggunakan media nirmassa). Komunikasi internal ini lazim dibedakan menjadi dua, yaitu: a) Komunikasi vertikal, yaitu komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberikan instruksi-instruksi, petunjukpetunjuk, informasi-informasi, dll kepada bawahannya. Sedangkan bawahan memberikan laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-pengaduan, dsb. kepada pimpinan. b) Komunikasi horizontal atau lateral, yaitu komunikasi antara sesama seperti dari karyawan kepada karyawan, manajer kepada manajer. Pesan dalam komunikasi ini bisa mengalir di bagian yang sama di dalam organisasi atau mengalir antar bagian. Komunikasi lateral ini memperlancar pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode dan masalah. Hal ini membantu organisasi untuk menghindari beberapa masalah dan memecahkan yang lainnya, serta membangun semangat kerja dan kepuasan kerja. 2. Komunikasi eksternal Komunikasi eksternal organisasi adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Pada organisasi besar, komunikasi ini lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat dari pada pimpinan sendiri. Yang dilakukan sendiri oleh pimpinan hanyalah terbatas pada hal-hal yang diang- ~9~ gap sangat penting saja. Komunikasi eksternal terdiri dari jalur secara timbal balik: a) Komunikasi dari organisasi kepada khalayak. Komunikasi ini dilaksanakan umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan, setidaknya ada hubungan batin. Komunikasi ini dapat melalui berbagai bentuk, seperti: majalah organisasi; press release; artikel surat kabar atau majalah; pidato radio; film dokumenter; brosur; leaflet; poster; konferensi pers. b) Komunikasi dari khalayak kepada organisasi. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan dan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi. Dimensi komunikasi organisasi berfokus kepada sub yang terkandung di dalam sebuah organisasi pelaku komunikasi. Ada beberapa diantaranya merupakan cakupan interaksi individu yang terlibat dalam sebuah organisasi. Adapaun Dimensi-dimensi yang terkandung di dalam komunikasi organisasi adalah sebagai berikut: a) Struktur Sosial Struktur social merupakan aspek gabungan yang ada dalam bentuk partisipasi baik itu secara normative atau tingkah laku. Normative menyangkut nilai etika, nilai dan peranan yang di harapkan, sedangkan tingkah laku berlaku kepada tingkah laku yang dilakukan dan bukan pada resep tingkah laku. Tingkah laku yang diperlihatkan manusia dalam organisasi ini mempunyai karakteristik umum yang merupakan pola atau jaringan tingkah laku. Misalnya dalam suatu organisasi akan dapat terlihat bahwa adanya partisipan yang suka mempengaruhi orang lain atau yang suka mengasingkan diri dari temannya atau ada yang membenci atau dibenci oleh temannya dan sebagainya. ~ 10 ~ b) Partisipan Partisipan organisasi merupakan individu perseorangan yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan dan kemajuan sebuah organisasi. Tingkat keahlian dan keterampilan partisipan yang dilakukan guna pengembangan sebuah organisasi sangat bervareasi, oleh sebab itu susunan struktur yang ada di dalam sebuah organisasi di rancang sesuai dengan kemampuan dan keterampilan partisipan anggota organisasi. c) Tujuan Tujuan organisasi merupakan yang paling penting dan fundamental dalam mempelajari organisasi. Tujuan sangat di perlukan dalam menganalisa rancangan yang akan di bangun dalam waktu penetapan orientasi program kerja awal. Bagi kebanyakan individu partisipan sebuah organisasi, tujuan merupakan sebuah titik sentral petunjuk dalam menganalisis organisasi. d) Teknologi Level teknologi di dalam sebuah organisasi merupakan alat partisipan dalam melakukan pekerjaan yang terarah menuju kepada sebuah tujuan yang di tetapkan. Beberapa organisasi memproses materi input atau masukan dan membangun peralatan perangkat keras (hardware). Organisasi lainnya memproses orang, hasil produksinya berupakan individu-individu yang berpengetahuan, yang terampil atau individu yang lebih sehat. e) Lingkungan Setiap organisasi berada pada keadaan fisik tertentu, teknologi, kebudayaan dan lingkungan sosial, terhadap mana organisasi tersebut harus menyesuaikan diri. Tidak ada organisasi yang mencakup kepentingan dirinya sendiri. Semuanya tergantung pada lingkungan sistem yang lebih besar untuk dapat terus hidip. Pada mulanya ahli analisis organisasi cenderung tiak melihat atau mengira kurang penting hubungan lingkunag organisasi. Tetapi sekarang pekerjaan menitikberatkan kepada lingkungan hubbungan ini. ~ 11 ~ Sangat sedikit organisasi mengira bahwa mereka bertanggung jawab penuh terhadap sosialisasi dan latihan partisipan mereka. Karyawan datang keorganisasi membawa kebudayaan dan keadaan sosial yang mereka proleh dari interaksi dalam kontek sosial yang lain. Sedikit sekali pengecualian bahwa partisipan terlibat lebih dari satu organisasi pada satu waktu. Minat dan komitmen keluar merupkan hambatan yang tidak dapat dielakkan dari tingkah laku partisipan dalam suatu organisasi yang kaadng-kadang sangat menentukan. Sama halnya, sedikit organisasi yang menciptakan teknologi mereka sendiri. Mereka lebih suka mengimpornya dari lingkungannya dalam bentuk perlengkapan mekanik, program pake, petunjuk-petunjuk dan pekerja-pekerja terlatih. Disamping itu ada pula organisasi tertentu yang harus menyesuaikan diri dengan struktur pekerjaan yang lebih besar dalam memilih dan memberhentikan pekerjaannya dalam memilih dan memberhentikan pekerjaannya dalam organisasi. Parson (Scoot 1981) telah memberikan perhatian terhadap pentingnya hubungan diantara tujuan organisasi dengan lingkungan masyarakat yang lebih luas. Suatu organisasi munglin mengharapkan dukungan sosial bagi aktivitasnya untuk merefleksikan nilai-nilai masyarakan pada fungsinya. Jika kesehatan menggambarkan suatu nilai positif yang kuat bagi suatu masyarakat kemudian organisasi yang mensuplai pemeliharaan kesehatan mungkin berusaha untuk mendapatkan dukungan dalam melaksanakan aktivitas mereka. Organisasi merupakan sebuah system yang mengkoordinasi sebuah aktivitas yang mempunyai tujuan. Di katakana sebuah system karena organisasi itu terdiri dari beberapa bgian yang saling tergantung satu dengan yang lainya. Sedangkan karakter sebuah organisasi yang di ambil dari sebuah buku komunikasi organisasi karya Stephen P. Robbins bahwa karakter yang muncul di dalam sebuah budaya komunikasi organisasi ada beberapa point, yakni adanya Inisiatif individual. Definisi inisiatif individual adalah tingkat tanggung jawab (responsibility), kebebasan (freedom) atau independensi () yang dimiliki setiap individu dalam berpendapat. Kelompok khususnya pimpinan ~ 12 ~ sebaiknya menghargai dan memang perlu dihargai inisiatif individu dalam suatu organisasi selama ide dan inisiatif tersebut berguna dalam memajukan dan mengembangkan organisasi atau perusahaan. Selain inisiatif personal, karakteristik komunikasi organisasi yang muncul adalah adanya toleransi terhadap sebuah tindakan yang beresiko. Karakteristik organisasi adalah perilaku dan tingkah laku suatu badan/institusi terhadap kondisi yang ada diluar institusi itu maupun di dalam institusi itu sendiri, artinya dalam dunia bisnisnya selalu fokus kepada pelanggannya yang bukan hanya dari luar perusahaan itu tapi juga orang-orang di dalam perusahaan yang merupakan aset perusahaan itu sendiri Setiap pegawai dan anggota atau kader perlu ditekankan tentang batas-batas dalam bertindak agresif, inovatif dan mengambil risiko. Sebuah budaya organisasi yang baik adalah sebuah budaya yang memberikan toleransi terhadap anggota atau para pegawai dalam bertindak inovatif dan agresif dalam mengembangkan dan memajukan organisasi atau perusahaan serta mendorong untuk berani dalam mengambil risiko terhadap apa yang akan dilakukannya. Pengarahan terpola dari jalur komunikasi organisasi juga merupakan sebuah karakteristik komunikasi organisasi yang sehat. Pengarahan dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi/ perusahaan dapat membuat dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran dan harapan tersebut haruslah secara jelas tercantum visi, misi dan tujuan organisasi (pengertian visi misi). Keadaan yang seperti ini akan memberikan pengaruh terhadap kinerja organisasi/perusahaan. Beberapa asumsi yang di sebutkan di awal, masih menjadi dinamika perjalanan sebuah komunikasi organisasi yang dinamis. Ditambahakan dengan integrasi dalam sebuah budaya organisasi akan menjadikan sebuah perjalanan organisasi akan terarah. Integrasi dalam budaya organisasi adalah kemampuan suatu organisasi atau perusahaan dalam memberikan dorongan terhadap unit unit atau satuan dalam organisasi atau perusahaan untuk bekerja dengan terpimpin atau terkoordinasi. Melalui kerja yang kompak dan terkoordinasi dengan baik dapat mendorong kualitas ~ 13 ~ dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan oleh sebuah organisasi atau perusahaan. Perkembangan laju sebuah organisasi yang dinamis, juga di dukung dengan adanya dukungan dari fihak manajemen. Dukungan manajemen dalam budaya organisasi merupakan tentang kemampuan tingkat manajer dalam sebuah organisasi atau perusahaan dalam berkomunikasi (baca pengertian komunikasi) kepada karyawan. Komunikasi tersebut harusnya dalam bentuk dukungan, arahan ataupun kritisi (membangun) kepada bawahan. Dengan adanya dukungan manajemen yang komunikatif, sebuah perusahaan atau organisasi dapat berjalan dengan mulus. Dukungan dari fihak manajemen kepada pola perilaku kinerja organisasi, menjadikan pelaku organisasi bertindak kreatif, terencana dan fleksibel. Adanya kepercayaan yang di berikan kepada pelaku organisasi dengan di tamahkan fungsi kontrol akan menjadikan laju kinerja semakin terarah. Kontrol dalam budaya organisasi sangat penting. Kontrol yang dimaksud adalah peraturan atau norma yang digunakan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Oleh karena itu diperlukan sejumlah peraturan dan tenaga pengawas (atasan langsung) yang berfungsi sebagai pengawas dan pengendali perilaku pegawai dan karyawan dalam suatu organisasi. Selain fungsi control, ada kalanya pembentukan identitas kinerja menjadi sebuah kebanggan yang melekat pada setiap personal pelaku komunikasi organisasi. Identitas dalam budaya organisasi adalah kemampuan seluruh karyawan dalam suatu organisasi atau perusahaan dalam mengidentifikasikan dirinya sebagai suatu kesatuan dalam perusahaan dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian profesional tertentu. Pada titik tumpu akhir dinamika perjalanan sebuah komunikasi organisasi, Sistem imbalan tidak kalah pentingnya dalam budaya organisasi. Sistem imbalan seperti pemberian kenaikan gaji, promosi (kenaikan jabatan), bonus liburan dan lainnya haruslah berdasarkan kemampuan atau prestasi karyawan dalam bekerja dan sangat tidak diperbolehkan atas alasan alasan perusak lainnya seperti senioritas, pilih kasih dan hal hal lain yang berbau korupsi ~ 14 ~ (baca pengertian korupsi). Sistem imbalan dapat memberikan boost atau dorongan terhadap prestasi kerja dan memberikan peningkatan dalam perilaku inovatif dan kerja maksimal sesuai keahlian dan kemampuan yang dimiliki karyawan atau anggota dalam organisasi. Dalam budaya organisasi, perbedaan pendapat yang memunculkan konflik sering terjadi dalam sebuah perusahaan atau organisasi. Hal inilah yang harus dilakukan sebagai upper manajement untuk mengarahkan konflik yang terbangun untuk melakukan perbaikan serta perubahan strategi untuk mencapai tujuan organisasi. Toleransi terhadap konflik harus dimediasi oleh pimpinan atau karyawan superior sehingga terjadi kritis membangun dan tidak saling menyerang. Pentingnya toleransi kepada publik menjadikan fungsi perjalanan komunikasi organisasi berjalan dinamis beriringan bersama dengan kepentingan publik yang menjadi penentu laju sebuah organisasi. Pola komunikasi dalam perusahaan atau organisasi sering dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal. Akan tetapi, pola yang terlalu ketat akan menghambat perkembangan organisasi karena tidakadanya hubungan emosional yang kental terhadap bawahan dan atasan dalam organisasi. Ada lima pola kinerja komunikasi yaitu personal, passion, sosial, organizational politics dan enkulturasi. Abdul Azis Wahab (2008:4) menjelaskan beberapa karakteristik dari organisasi diantaranya adalah 1) Sebuah entitas sosial; 2) Bertujuan atau diarahkan oleh tujuan (goal directed) 3) Memiliki sistem kegiatan terstruktur yang disengaja dan; 4) dengan batasbatas yang jelas. Sedangkan menurut Gerlof (1998:6) karakteristik dari sebuah organiasi yaitu, Tujuan, Orang (Personal) dan sebuah rencana. Beberapa karakteristik sebuah organisasi yang muncul dan menjadi penanda yang telah di jelaskan oleh beberapa ahli, memberikan persamaan konsep yang terintegrasi kepada sebuah pengertian sederhana yang ada di dalam sebuah organisasi. Prinsip dan karakteristik organisasi yang merupakan bagian yang tak terpisahkan bermuara kepada sub-sub bagian yakni sekumpulan orangorang (Personal), yang terlibat di dalam sebuah keterikatan tujuan, yang melalui cara-cara tertentu akan saling berinteraksi meneruskan ~ 15 ~ dan menyandikan sebuah pesan. Interaksi-interaksi tersebut selalu dilakukan secara teratur atau ditentukan oleh sejenis struktur. Semua orang dalam organisasi mempunyai tujuan –tujuan pribadi dan beberapa diantaranya itulah mendasari tindakan-tindakan mereka. Setiap orang mengharapkan bahwa partisipasi mereka dalam organisasi akan membantu mencapai tujuan tujuan-tujuan individu. Interaksi-interaksi tersebut dapat juga membantu mencapai tujuantujuan yang memiliki keterkaitan yang mungkin berbeda tetapi berhubungan dengan tujuan-tujuan pribadi. E. Fungsi Komunikasi Organisasi Komunikasi merupakan aktivitas yang menghubungkan antar manusia dan antar kelompok dalam sebuah organisasi. Kalau berbicara tentang komunikasi organisasi maka yang terbayang adalah peranan dan status dari setiap orang dalam organisasi, karena peranan dan status itu juga menentukan cara seseorang berkomunikasi dengan orang lain. Dalam masyarakat luas kita mengenali seseorang karena peran dan status yang beragam. Dalam organisasi keragaman tersebut dapat dilihat melalui pembagian kerja berdasarkan bakat dan kemampuan masing-masing orang dalam organisasi tersebut. Jika jenis dan pembagian pekerjaan demikian banyak, beragam dan berbeda-beda, maka dibutuhkan sebuah jalinan. Jalinan yang dimaksud disini adalah komunikasi. Komunikasi antara seorang pimpinan dengan bawahan, antara bawahan dengan atasan, atau komunikasi sesama bawahan. Dalam komunikasi organisasi ini dikenal dengan istilah Downward communication, Upward communication dan Horizontal communication. Menurut Scott dan T. R. Mitchell (1976), fungsi komunikasi dalam organisasi ada empat, yakni kendali (kontrol/pengawasan), motivasi, pengungkapan emosional dan informasi. Sebenarnya sudah cukup banyak hasil penelitian para ahli yang menemukan fungsi komunikasi dalam suatu organisasi. Dengan adanya proses komunikasi di dalam sebuah organisasi, memungkinkan tujuan yang di tetapkan di awal menjadi terpola dan terarah sebagaimana yang di harapkan para personal pemangku pelaku organisasi. Fungsi ~ 16 ~ pengendali yang ada di dalam seuah proses komunikasi selain pengontrol, ada fungsi pengawasan atas proses menuju sebuah tujuan akhir, baik itu dari pengawasan kualitas produk, atau sampai kepada pengawasan pesan promosi yang telah di rancang dalam upaya menuju kepada sebuah hasil yang terencana. Fungsi komunikasi sebagai kendali memiliki arti bahwa komunikasi bertindak untuk mengendalikan perilaku orang lain atau anggota dalam beberapa cara yang harus dipatuhi. Dengan adanya sebuah proses komunikasi, terutama laju komunikasi dari atasan kepada bawahan selaian memberikan instruksi petunjuk kerja, juga muncul proses pemberian motivasi agar hasil akhir dapat berjalan sesuai dengan rencana. Motivasi merupakan bentuk pemberian semangat kepada team kerja pada sebuah laju organisasi. Semangat yang di berikan berorientasi kepada target pencapaian yang telah di tetapkan secara periodic tertentu menuju kepada sebuah tujuan akhir organisasi. Setiap organisasi mempunyai hirarkhi wewenang dan panduan formal yang harus dipatuhi oleh para karyawannya. Komunikasi memberikan informasi yang diperlukan setiap individu dan kelompok untuk membuat atau mengambil keputusan. Agar kinerja efektif masing-masing kelompok perlu mempertahankan berbagai kontrol terhadap anggotanya, merangsang dan memotivasi para anggota untuk bekerja, menyediakan sarana untuk mengungkapkan emosi dan mengambil keputusan. Dapat disimpulkan bahwa setiap interaksi komunikasi dalam organisasi menjalankan satu atau lebih dari lima fungsi di atas. Sedangkan fungsi komunikasi organisasi di level pengungkapan emosional, Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya. Pada sebuah organisasi bisa saja terjadi sebuah per- ~ 17 ~ debatan yang menjurus kearah emosi dan perkelahian. Hal ini biasa dan wajar terjadi karena pada dasarnya, sebuah komunikasi yagn tidak berjalan dengan efektif akan mengakibatkan sebuah luapan emosi. Untuk itulah, sebuah komunikasi juga harus berfungsi untuk menjadi sarana mengungkapkan emosi kemarahan, kekecewaan ataupun kegelisahaan. Fungsi komunikasi di dalam sebuah organisasi yang lain adalah sebagai media informasi. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya. Conrad (dalam Tubbs dan Moss, 2005) mengidentifikasikan tiga komunikasi organisasi sebagai berikut: fungsi perintah; fungsi relasional; fungsi manajemen ambigu. Fungsi perintah berkenaan dengan angota-anggota organisasi mempunyai hak dan kewajiban membicarakan, menerima, menafsirkan dan bertindak atas suatu perintah. Tujuan dari fungsi perintah adalah koordinasi diantara sejumlah anggota yang bergantung dalam organisasi tersebut. Fungsi relasional berkenaan dengan komunikasi memperbolehkan anggota-anggota menciptakan dan mempertahankan bisnis produktif hubungan personal dengan anggota organisasi lain. Hubungan dalam pekerjaan mempengaruhi kinerja pekerjaan (job performance) dalam berbagai cara. Misal: kepuasan kerja; aliran komunikasi ke bawah maupun ke atas dalam hirarkhi organisasional dan tingkat pelaksanaan perintah. Pentingnya dalam hubungan antarpersona yang baik lebih terasa dalam pekerjaan ketika anda merasa bahwa banyak hubungan yang perlu dlakukan tidak anda pilih, tetapi ~ 18 ~ diharuskan oleh lingkungan organisasi, sehingga hubungan menjadi kurang stabil, lebih memacu konflik, kurang ditaati, dsb. Fungsi manajemen ambigu berkenaan dengan pilihan dalam situasi organisasi sering dibuat dalam keadaan yang sangat ambigu. Misal: motivasi berganda muncul karena pilihan yang diambil akan mempengaruhi rekan kerja dan organisasi, demikian juga diri sendiri; tujuan organisasi tidak jelas dan konteks yang mengharuskan adanya pilihan tersebut adanya pilihan tersebut mungkin tidak jelas. Komunikasi adalah alat untuk mengatasi dan mengurangi ketidakjelasan (ambiguity) yang melekat dalam organisasi. Anggota berbicara satu dengan lainnya untuk membangun lingkungan dan memahami situasi baru, yang membutuhkan perolehan informasi bersama. Komunikasi dalam organisasi sangat penting karena dengan adanya komunikasi maka seseorang bisa berhubungan dengan orang lain dan saling bertukar pikiran yang bisa menambah wawasan seseorang dalam bekerja atau menjalani kehidupan sehari-hari. Maka untuk membina hubungan kerja antar pegawai maupun antar atasan bawahan perlulah membicarakan komunikasi secara lebih terperinci. Dalam menyalurkan solusi dan ide melalui komunikasi harus ada si pengirim berita (sender) maupun si penerima berita (receiver). Solusi-solusi yang diberikan pun tidak diambil seenaknya saja, tetapi ada penyaringan dan seleksi, manakah solusi yang terbaik yang akan diambil dan yang akan dilaksanakan oleh organisasi tersebut agar mencapai tujuan, serta visi, misi suatu organisasi. Fungsi komunikasi di dalam sebuah organisasi adalah berhubungan dan mengajak dengan orang lain untuk mengerti apa yang kita sampaikan dalam mencapai tujuan sebuah organisasi. Keterampilan berkomunikasi diperlukan dalam bekerja sama dengan orang lain. Ada dua jenis komunikasi, yaitu verbal dan non verbal, komunikasi verbal atau tertulis dan komunikasi non verbal atau bahasa (gerak) tubuh. Komunikasi dua arah terjadi bila pengiriman pesan dilakukan dan mendapatkan umpan balik. Seseorang dalam berkomunikasi pasti dapat merasakan timbal balik antara ~ 19 ~ pemberi informasi serta penerima informasi sehingga terciptanya suatu hubungan yang mutualisme antara keduanya. Sebagai komunikator, seorang pemimpin organisasi, manajer, atau administrator harus memilih salah satu berbagai metode dan teknik komunikasi yang disesuaikan dengan situasi pada waktu komunikasi dilancarkan. Sebagai komunikator, seorang manajer harus menyesuaikan penyampaian pesannya kepada peranannya yang sedang dilakukannya. Sebagai seorang komunikator dalam sebuah perusahaan, pimpinan dalam hal ini manajer mempunyai Kedudukan sebagai kepala suatu unit organisasi, membuat seorang manajer melakuan tugas yang bersifat linear, terarah dan satu komando hingga ke penerima pesan yakni tim organisasi dibawahnya. Sebagai seorang pemimpin, seorang manajer bertanggung jawab atas lancar-tidaknya pekerjaan yang dilakukan bawahannya. Beberapa kegiatan bersangkutan langsung dengan kepemimpinannya pada semua tahap manajemen: penentuan kebijaksanaan, perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan penilaian. Ada juga kegiatan-kegiatan yang tidak langsung berkaitan dengan kepemimpinannya, antara lain memotivasi para karyawan agar giat bekerja. Untuk melaksanakan kepemimpinannya secara efektif, maka ia harus mampu melaksanakan komunikasi secara efektif. Dalam konteks kepemimpinan, seorang manajer berkomunikasi efektif bila ia mampu membuat para karyawan melakukan kegiatan tertentu dengan kesadaran, kegairahan dan kegembiraan. Dengan suasana kerja seperti itu akan dapat diharapkan hasil yang memuaskan. Dilanjutkan dengan peranan sebagai penghubung, seorang manajer melakukan komunikasi dengan orang-orang di luar jalur komando vertikal, baik secara formal maupun secara tidak formal. Seorang manajer memegang peranan yang sangat penting dalam sistem pengambilan keputusan dalam organisasinya. Seorang manajer berusaha memajukan organisasinya dan mengadakan penyesuaian terhadap perubahan kondisi lingkungannya. Ia senantiasa memandang ke depan untuk mendapatkan gagasan baru. ~ 20 ~ Jika sebuah gagasan muncul, maka ia mengambil prakarsa untuk mengembangkan sebuah proyek yang diawasinya sendiri atau didelegasikannya kepada bawahannya. Seorang manajer bertanggung jawab untuk memutuskan pekerjaan apa yang harus dilakukan, siapa yang akan melaksanakan dan bagaimana pembagian pekerjaan dilangsungkan. Manajer juga mempunyai kewenangan mengenai pengambilan keputusan penting sebelum implementasi dijalankan. Dengan kewenangan itu, manajer dapat memastikan bahwa keputusan-keputusan yang berkaitan semuanya berjalan melalui pemikran tunggal. Di dalam sebuah fokus perundingan, Manajer melakukan peranan perunding bukan saja mengenai hal-hal yang resmi dan langsung berhubungan dengan organisasi, melainkan juga tentang hal-hal yang tidak resmi dan tidak langsung berkaitan dengan kekaryaan. Bagi manajer, perundingan merupakan gaya hidup karena hanya ialah yang mempunyai wewenang untuk menanggapi sumber-sumber organisasional pada waktu yang tepat dan hanya ialah yang merupakan pusat jaringan informasi yang sangat diperlukan bagi perundingan yang penting. Kembali kepada sebuah fungsi komunikasi organisasi, peranan seorang komunikator, dalam menyandikan sebuah pesan menjadi penentu keberhasilan laju organisasi. Peranan seorang manajer, sebagai seorang komunikator Dalam peranannya sebagai juru bicara itu ia harus mengkomunikasikan informasi kepada orang-orang yang berpengaruh yang melakukan pengawasan terhadap organisasinya. Kepada khalayak di luar organisasinya ia memberikan informasi dalam rangka pengembangan organisasinya. Ia meyakinkan khalayak bahwa organisasi yang dipimpinnya telah melakukan tanggung jawab sosial sebagaimana mestinya. Ia meyakinkan pula para pejabat pemerintah bahwa organisasinya berjalan sesuai dengan peratruran sebagaimana harusnya. Komunikasi merupakan nafas dari keberlangsungan sebuah organisasi. Suatu organisasi tidak akan berjalan tanpa adanya komunikasi. Hal tersebut yang melatarbelakangi studi mengenai komunikasi organisasi. Dimana komunikasi organisasi sendiri merupakan ~ 21 ~ suatu jaringan komunikasi antar manusia yang saling bergantung satu sama lainya dalam konteks organisasi. Dalam sebuah organisasi di dalamnya terdiri atas orang-orang (organ) yang memiliki tugas masing-masing serta saling berkaitan satu sama lain sebagai suatu sistem tentu memerlukan komunikasi yang baik agar kinerja oraganisasi berjalan dengan baik pula. Sehingga apa yang menjadi tujuanya dapat tercapai. Komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk mengkoordinasikan sebagian atau seluruh tugas dan fungsi organisasi yang di bagi-bagi dalam bagian yang melaksanakan visi dan misi organisasi di bawah pimpinan atau manajer serta bawahan mereka. Tanpa komunikasi, maka organisasi hanya merupakan kumpulan orang-orang yang terbagi dalam tugas dan fungsi masing - masing yang melaksanakan aktivitas mereka tanpa keterkaitan satu sama lain (tanpa sinkronasi dan harmonisasi). Organisasi tanpa komunikasi dan koordinasi sama dengan organisasi yang menampilkan aspek individual dan bukan menggambarkan aspek kerjasama. Salah satu tujuan komunikasi yang penting adalah menghubungkan seluruh aparatur organisasi dengan tujuan organisasi. Komunikasi mengarahkan manusia dan aktivitas dalam organisasi. Sebuah informasi atau pertukaran informasi berfungsi untuk membagi kemudian menjelaskan informasi tentang tujuan organisasi, arah dari suatu tugas, bagaimana usaha untuk mancapai hasil dari pengambilan keputusan. Pentingnya komunikasi dalam kehidupan manusia sebagaimana yang dikemukakan pada bagian terdahulu tidaklah dapat dipungkiri demikian pula halnya dalam suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik akan membantu kelancaran organisasi, demikian pula sebaliknya Komunikasi yang efektif adalah merupakan bagian yang penting bagi semua organisasi. Berikut ini beberapa pandanga mengenai definisi komunikasi. Rubben (dalam Muhammad. 2001:3) memberikan definisi mengenai komunikasi manusia yang lebih komprehensif sebagai berikut: Komunikasi manusia adalah suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya. dalam kelompok, dalam organisasi ~ 22 ~ dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain. Dari pandangan di atas dapat dilihat bahwa dalam proses komunikasi mempunyai hubungan yang sangat erat antara satu bagian dengan bagian yang lainnya dan mempunyai beberapa tahap untuk tetap saling melakukan hubungan. EVALUASI 1. Komunikasi yang diterapkan dalam organsasi akan membentuk perilaku individu yang ada di dalam organisasi tersebut. Analisa lah salah satu organisasi yang anda ikuti. Analisa lah dengan melihat perilaku dari aspek: a. peranan tokoh b. peranan pemimpin 2. Buatlah bagan struktur organisasi yang ada dan jelaskan bagaimana alur komunikasi organisasi yang terjadi di dalamnya. 3. Jelaskan tujuan komunikasi organisasi yang anda ikuti! ~ 23 ~ ~ 24 ~ BAB II TEORI KOMUNIKASI ORGANISASI Tujuan umum instruksional Mahasiswa mampu menjelaskan dan menganalisa penerapan teori komunikasi organisasi. Tujuan khusus instruksional 1. Mahasiswa mampu menjelaskan aliran teori–teori komunikasi organisasi. 2. Mahasiswa mampu menganalisa penerapan teori komunikasi organisasi A. Teori Struktural Klasik Teori ini biasa di sebut dengan teori tradisional atau disebut juga teori mesin. Berkembang mulai 1800-an atau abad ke-19. Dalam teori ini organisasi di gambarkan sebuah lembaga yang di tresentralisasi dan tugas–tugasnya terspesialisasi serta memberikan petunjuk mekanistik struktural yang kaku serta tidak memberikan kreatifitas. Dalam teori organisasi di gambarkan seperti nada piano dimana masing–masing nada mempunyai spesialisasi dimana apabila tiap nada dirangkai maka akan tercipta lagu yang indah begitu juga dengan organisasi. Dalam teori organisasi secara umum di gambarkan sangat tersentralisasi dan tugas–tugasnya terspesialisasi serta memberikan petunjuk mekanistik yang struktural. Teori klasik mendefinisikan organisasi sebagai struktur hubungan, kekuasaan– kekuasaan, tujuan–tujuan, peranan–peranan, kegiatan–kegiatan, komunikasi dan faktor–faktor lain yang terjadi apabila orang–orang bekerjasama. ~ 25 ~ Aliran klasik mengembangkan prinsip–prinsip atau model universal yang dapat digunakan dalam semua keadaan, melihat organisasi sebagai sistem tertutup yang di ciptakan untuk mencapai tujuan dengan efesien, jadi inti dari organisasi klasik adalah efesiensi dan mekanistik sedangakan berdasarkan prespektif sistem teori organisasi klasik bersifat tertutup dan berdasarkan sifat tujuan yang bersifat rasional. Teori organisasi klasik yang sebagian besar dominan dengan pengaturan serta perencanaan terhadap manajemen organisasi tersebut telah mengalami perberkembang sedemikian pesatnya. Dapat dilihat pada tahun 1916 teori organisasi klasik mengalami produktivitas yang sangat pesat di pabrik maupun perusahaan. Sembari menilik kembali seorang industrialisasi Fayol yang pada saat itu mengalami kebangkrutan yang menyebabkan dirinya harus mengatasinya dengan bergagai cara, salah satunya memperbaiki manajamen yang ada pada perusahaan atau organisasinya tersebut. Ia berkeyakinan baha keberhasilan yang terjadi dalam organisasi tidak hanya dpengaruhi oleh mutu ribadi akan tetapi juga dipengaruhi oleh metode-metode yang ada pada pelaksanaan organisasi tersebut. Konsep mengenai teori organisasi sebenarnya mulai berkembang sejak tahun 1800-an, di mana konsep tersebut dikenal dengan nama ‘Teori Organisasi Klasik’ atau Classical Theory. Namun, dalam dunia keilmuan, terkadang ilmuan menyebutnya dengan sebutan ‘Teori Tradisional’. Karena teori ini menjelaskan tentang konsep dan pemahaman tentang organisasi di era kuno, yang konsepnya lebih menitikberatkan pada tugas-tugas khusus di setiap anggota dalam organisasinya. Secara sederhana, teori organisasi adalah suatu konsepsi, pandangan, tinjauan, ajaran, pendapat atau pendekatan mengenai pemecahan terkait masalah organisasi supaya organisasi tersebut dapat berjalan dengan pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan bersama. Sehingga dapat dikatakan bahwa teori organisasi ini merupakan acuan dalam berorganisasi. ~ 26 ~ Teori klasik sendiri merupakan merupakan tinjauan tentang teori-teori umum dalam manajemen organisasi. Dan yang sering dikaitkan dengan sudut pandang klasikal adalah model organisasi birokratik. Organisasi sosial merujuk pada pola interaksi sosial, reguralitas yang teramati dan perilaku sosial orang-orang yang disebabkan oleh situasi sosial mereka alih-alih oleh karakteristik fisiologis/ psikologis mereka sebagai individu. organisasi dipahami sebagai tempat (wadah) berkumpulnya orang-orang yang diikat dalam sebuah aturan-aturan yang tegas dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah terkoordinir secara sistematis dalam sebuah struktur guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Teori structural klasik di bagi menjadi 3 paradigma yaitu Organisasi Sosial, Organisasi Formal dan Manajemen Ilmiah Taylor Organisasi sosial menurut R. Wayne Pace dan Don F. Faules (2010) adalah organisasi yang merujuk pada pola-pola interaksi sosial (frekuensi dan lamanya kontak antara orang-orang; kecenderungan mengawali kontak; arah pengaruh antara orang-orang; derajat kerja sama; perasaan tertarik, hormat dan permusuhan; dan perbedaan status) dan regularitas yang teramati dan perilaku sosial orang-orang disebabkan oleh situasi sosial mereka alih-alih oleh karakteristik fisiologi atau psikologi mereka sebagai individu. Sedangkan asumsi organisasi formal bermuara tentang proses-proses sosial dalam sebuah cara yang menghubungkan motivasi individu dengan hasil-hasil sosial. Weber memberikan kerangka kerja untuk padangan tradisional tentang susunan organisasi sebagai sesuatu yang hirarki dan diatur oleh aturan. dalam melakukan sebuah perilaku organisasi, dalam pandangan organisasi formal tidak dapat berjalan tanpa adanya otoritas, spesialisasi dan aturan yang di berlakukan guna pencapaian sebuah tujuan. Otoritas merupakan kemampuan yang diberikan oleh orang tertentu untuk mengatur dan menetukan kebijakan yang harus dipatuhi oleh semua anggota organisasi. Sedangkan spesialisasi digunakan untuk membagi tugas antar elemen - elemen organisasi. Setiap bagian mempunyai tugas masing - masing dalam melakukan fungsinya. ~ 27 ~ Jadi unsur-unsur organisasi seperti ketua, wakil, bendahara, sampai dengan anggota saling mempunyai peran sehingga dapat berjalan sendiri secara kesinambungan dan adanya sebuah aturan di gunakan untuk memberikan pedoman kepada masing-masing elemen supaya melakukan tugas sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Paradigma manajemen ilmiah taylor menjelaskan bahwa ada beberapa unsur kunci keberhasilan efektifitas komunikasi organisasi. Unsur itu adalah unsur pembagian kerja, unsur proses scalar, unsur struktur dan unsur rentang kendali. Unsur pembagian kerja berkenaan denan bagaimana tugas, kewajiban dan pekerjaan organisasi didistribusikan (disinilah bagaimana jalur dan pola komunikasi berlangsung), sedangkan unsur proses scalar berkenaan dengan rantai perintah/dimensi vertical organisasi yang menunjukkan proses fungsional dan jalur horisontal organisasi. Unsur struktur yakni hubungan logis antara berbagai fungsi dalam organisasi. Teori klasik fokus pada dua stuktur dasar: lini (garis komando/ pimpinan/decision maker) & staf (garis koordinatif/pelaksana tugas/ follower) dan poin unsur yang terakhir dalam paradigm manajemen ilmiah taylor adalah unsur rentang kendalai. Di dalam unsur rentang kendali menunjukkan jumlah bawahan yang berada di bawah pengawasan seorang atasan. Efektifitas pengawasan organisasi tergantung pada besar kecilnya jumlah rentang kendali yang ada. Teori struktural klasik adalah representasi dari pandangan objektif murni. Teori–teori klasik secara umum terdiri atas organisasi informal dan formal yang merupakan landasan bagi teori struktural klasik mengenai organisasi. Organisasi informal terdiri dari hubungan yang tidak resmi/tidak sah dan dapat dikatakan sebagai organisasi bayangan dari organisasi formal. Teori klasik mementingkan aspek struktur dan fungsi. Bahwa untuk mencapai efisiensi yang tinggi, maka struktur organisasi harus stabil. Semakin stabil maka semakin efisien. Sehingga struktur-struktur dan fungsi cenderung selalu tetap/tidak berubah. Dua bentuk organisasi yang popular dalam teori ini adalah organisasi ~ 28 ~ social dan formal. Dalam organisasi social, perbedaan-perbedaan status social mengembangkan suatu hirarki dalam struktur sosial yang menempatkan figure-figur tertentu dalam posisi penting, yang biasanya dipertahankan bahkan dikultuskan. Demikian pula dalam organisasi formal atau birokrasi. Struktur dibentuk secara hirarkis (vertical) dengan sistem lini dan staf atau sistem garis komando dalam militer. Tujuannya adalah efisiensi. Teori ini melihat organisasi sebagai ‘organisasi’ (sangat obyektivis), dimana struktur dan kekuasaan yang stabil sangat penting dalam menghasilkan sesuatu. Hal-hal yang mengganggu kestabilan struktur dan fungsi organisasi akan di-reduce seminimal mungkin, bahkan dihilangkan. Contoh paling nyata adalah Indonesia pada zaman orde baru yang senantiasa mementingkan kestabilan ekonomi, politik dan keamanan, sehingga siapapun atau apapun yang dapat mengganggu kestabilan Negara pasti disingkirkan. Pejabat-pejabat dan posisi strategis selalu ditentukan dari atas untuk menjaga kestabilan tersebut. Organisasi-organisasi yang mengikuti teori klasik ini tidak bisa mengakomodir kreativitas dan dinamika, karena organisasi hanya ingin ‘mencari aman’ saja. Contoh lain dalam dunia bisnis banyak dijumpai pada perusahaan-perusahan keluarga yang cenderung mempertahankan nilai-nilai leluhur yang bergaya tradisional. Demikian pula pada perusahaan-perusahaan BUMN yang banyak dikontrol oleh pemerintah. Tak heran organisasi-organisasi ini cenderung kaku, sulit berkembang dan bersifat mekanis (seperti mesin). Kelemahan-kelemahan dan kritik terhadap teori structural klasik yang mengansumsikan bahwa hanya ada 1 syarat/cara terbaik untuk menyelesaikan semua situasi. Padahal pada kenyataannya suatu cara/syarat/ketentuan hanya bisa digunakan pada situsi tertentu tau hanya pada situasi normal, menjadikan pelaku sebuah organisasi mengubah paradigama berfikir kritis mereka. Selain hal tersebut, di dalam teori structural klasik Menganggap manusia sebagai mesin yaitu manusia akan bekerja keras dan terus menerus jika diberi imbalan yang lebih. Padahal kenyataanya tidak ~ 29 ~ begitu, manusia mempunyai perasaan cinta, rindu, sakit dan sebagainya yang walaupun di beri imbalan padasaat tertentu mereka menolaknya. Manusia dalam perilaku kesehariannya dalam sebuah organisasi memandang dalam hal ini sebagai rutinitas yang membosankan padahal manusia mempunyai titik jenuh atau bosan terhadap suatu pekerjaan yan diulang terus-menerus secara monoton. Teori ini juga beranggapan bahwa jika pekerjaan seseorang semakin dispesialisasi, maka produktifitas mereka akan semakin bagus dan banyak (tinggi). Namun pada kenyataannya terdapat titik jenuh yang menurunkan produktifitas dari spesialissi kerja mnusia tersebut karena manusia mempunyai rasa bosan dan jenuh, akhirnya Ide-ide inovatif tidak sampai kepada pengambil keputusan karena panjangnya jalur komunikasi hal ini disebabkan karena adanya sistem birokrasi yang panjang, meskipun dalam teori struktural klasik ini Terdapat spesialisasi kerja sehingga tidak banyak waktu yang terbuang untuk seseorang berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, karena jika seseorang berpindah pekerjaan orang tersebut harus menyesuaikan kembali pada pekerjaan barunya sehingga akan menghambat kemajuan dan ketrampilan pekerja di tambah dengan Kecakapan dan keahlian seseorang bertambah karena seorang pekerja bekerja terus-menerus dalam tugasnya yang telah dispesialisasi sehinga kemampuan kerjanya semakin terlatih dan semakin mahir dengan bidangnya. B. Teori Transisional Kelemahan-kelemahan yang muncul pada sebuah konsep teori structural klasik, Sehingga muncullah teori-teori transisional. Teori ini beranggapan bahwa kestabilan struktur dan fungsi ternyata tidak selalu membuat organisasi jadi efisien. Organisasi harus memberi perhatian penting pada aspek human relation. Untuk itu iklim komunikasi harus baik. Semakin baik iklim komunikasinya, semakin efisien organisasi tersebut. Teori ini menyadari bahwa manusia-manusia di dalam organisasi adalah makhluk yang aktif dan dinamis, bukan sekadar alat produksi yang kaku. ~ 30 ~ Organisasi seharusnya senantiasa mendengarkan aspirasi anggota dan tidak mematikan kreativitas. Hambatan-hambatan komunikasi maupun aliran informasi dalam organisasi yang disebabkan oleh faktor jabatan dan struktur yang kaku harus disingkirkan. Hal ini terlihat ketika zaman reformasi, kebebasan pers di Indonesia mulai dilepas. Budaya militeristik mulai dikurangi dan otonomi daerah mulai dijalankan. Sentralisasi kekuasaan berubah menjadi desentralisasi. Pengakuan dan penghargaan atas kemajemukan budaya, social dan agama menggantikan paham mayoritas-minoritas. teori-teori transisional ini adalah pengembangan dari teoriteori sebelumnya dengan melebarkan kajiannya pada hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan kekuasaan, psikologi kepatuhan, variabilitas perilaku setiap anggota organisasi dan pentingnya peran komunikasi dalam organisasi. Menurut teori transisional, struktur dan fungsi organisasi yang stabil saja tidak cukup untuk membuat organisasi menjadi lebih efisien. Adakalanya struktur organisasi yang kaku dapat menjadi faktor penyebab terjadinya hambatan komunikasi organisasi karena iklim komunikasi yang tidak baik. Untuk itu, dibutuhkan faktor penentu lain yang harus diperhatikan oleh organisasi yang dapat membuat iklim komunikasi dalam organisasi menjadi lebih baik. Faktor penentu yang dimaksud adalah hubungan manusia atau human relation. Dalam pandangan teori transisonal, manusia atau anggota organisasi adalah aset utama organisasi yang bersifat aktif serta dinamis. Karena itu, organisasi harus selalu mendengarkan aspirasi anggota organisasi dan turut mendukung kreatifitas yang dimiliki oleh masing-masing anggota organisasi. Dari berbagai literatur disebutkan bahwa terdapat beberapa teori yang dapat digunakan untuk membantu memahami teori transisional. Menurut Pace dkk (1993) dan Romli (2014) menyebutkan bahwa teori-teori yang termasuk dalam teori transisional adalah teori sistem dan teori perilaku dalam komunikasi organisasi. Sementara itu, Papa dkk (2007) menyebutkan dua macam teori transisional yaitu teori administratif dan teori fungsi eksekutif. ~ 31 ~ Teori administratif Follet dibangun berdasarkan atas dua prinsip. Pertama, prinsip tanggapan timbal balik, yaitu prinsip yang memandang interaksi manusia yang kerapkali memberikan pengaruh secara serentak. Dan kedua, prinsip tujuan universal integrasi, yaitu prinsip yang merujuk pada adanya perpaduan yang harmonis antara perbedaan-perbedaan yang ada sehingga diperoleh bentuk, entitas, serta hasil yang baru. Follet juga menekankan bahwa demokrasi dibangun dan dipertahankan melalui cara-cara tertentu yang mengintegrasikan berbagai kepentingan yang berbeda guna mencapai integrasi kepentingan. Lebih lanjut Follet menyatakan bahwa integrasi kepentingan bergantung pada kekuasaan bersama dan karenanya segala ide atau gagasan klasik tentang kekuasaan dan kewenangan harus dikurangi. Sedangkan teori fungsi eksekutif menyatakan bahwa teoriteori organisasi klasik atau teori manajemen ilmiah dipandang gagal dalam memberikan penjelasan yang komprehensif mengenai pentingnya perilaku organisasi. Hal ini mendorong Barnard untuk merumuskan beberapa gagasan guna memperbaiki kegagalan-kegagalan tersebut yang dituangkan dalam bukunya yang bertajuk The Functions of Executive. Adapun hal-hal yang dipandang perlu untuk diperbaiki atau dijelaskan lebih lanjut adalah hal-hal yang berkaitan dengan perilaku individu dalam organisasi, kepatuhan anggota organisasi dan komunikasi dalam organisasi. Bagi Barnard, individu merupakan aset penting organisasi dan keinginan masing-masing individu untuk saling bekerja sama merupakan faktor penentu efektivitas organisasi. Selain individu, kepatuhan individu sebagai anggota organisasi sangat penting karena dengan mematuhi semua perintah organisasi maka tujuan organisasi dapat tercapai. Namun pemberian perintah ini tidaklah cuma-cuma dalam artian organisasi dapat memberikan semacam ganjaran, penghargaan, insentif, atau bujukan agar setiap anggota individu dapat mematuhi setiap perintah organisasi. Hal terakhir yang menjadi perhatian Barnard adalah pentingnya konsep komunikasi dalam organisasi dalam melakukan analisis struktur organisasi. Menurut Barnard, dikarenakan komunikasi me- ~ 32 ~ megang peranan yang sangat penting dalam organisasi informal maka segala sesuatu yang berkaitan dengan peroses pengambilan keputusan dalam organisasi tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Hal ini menegaskan bahwa fungsi eksekutif menurut Barnard adalah untuk membentuk dan memelihara sistem komunikasi. Dalam dunia bisnis, banyak perusahaan yang beralih dari perusahaan keluarga menjadi perusahaan yang berbasis profesionalitas, seperti Bakrie Group, Salim Group, Sinar Mas atau Eka Group, dll. BUMN-BUMN pun banyak yang diprivatisasi seperti Indosat, Telkom, dll. Teori yang tepat mewakili teori transisional ini adalah teori-teori perilaku dan sistem. Teori komunikasi-kewenangan Barnard misalnya, yang menekankan pentingnya mengembangkan dan memelihara suatu system komunikasi. Begitu pula dengan teori hubungan manusiawi Mayo yang menyatakan hubungan kelompok informal lebih penting dan kuat dalam menentukan moral dan produktivitas. Teori Fusi dari Bakke dan Argyris yang menyarankan personalisasi dan sosialisasi individu untuk menghasilkan fusi kebutuhan serta keinginan karyawan dan organisasi. Sedangkan teori peniti penyambung Linkert menganggap organisasi sebagai sejumlah kelompok yang saling berhubungan dengan struktur yang cenderung horizontal. Demikian pula dengan teori system social Katz dan Kahn yang melihat organisasi sebagai suatu system yang menitikberatkan pada hubungan antara orang-orang yang saling berkomunikasi, menerima pesan-pesan dan menyimpan informasi. Namun, patut digarisbawahi pentingnya pemaknaan peserta organisasi terhadap pesan atau informasi dan bukan sekadar hubungan komunikasi belaka. Dan pemaknaan ini juga mencakup pemaknaan pesan komunikasi yang lebih luas, karena persaingan yang semakin ketat, serta perkembangan dinamika dunia yang semakin cepat, menuntut organisasi-organisasi dan perusahaan juga harus memperhitungkan faktor lingkungan atau ‘dunia luar’. ~ 33 ~ C. Teori Mutakhir Teori mutakhir menurut (Lincoln, 1985) merupakan sebuah paradigma atau pandangan dunia atas subyektivisme dan bukan semata mata perkembangan akan teori prilaku dan system sosial yang terjadi sebelumnya. Teori mutakhir atau modern merupakan pengembangan aliran hubungan manusiawi sekaligus sebagai pandangan baru tentang perilaku manusia dan sistem sosial. Dalam teori ini konsep manusia yang mewujudkan diri (motivasi manusia) sangat penting bagi manajemen organisasi. Meskipunpun teori yang lebih subyektif belum tentu adalah teori yang paling benar namun masih banyak pertimbangan dan pertanyaan apakah teori tersebut menggambarkan perubahan dalam cara berpikir mendasar, yang menolak pandangan obyektif atau ilmiah tentang organisasi. Akibat dari munculnya perubahan. perspektif ini, berpengaruh pada banyaknya pandangan tentang sebuah organisasi. Dua asumsi dasar dalam perkembangan teori mutkhir dalam perilaku organisasi yakni Teori Weick Mengenai pengorganisasian dan Cultural Organisasi. Teori yang dikemukakan oleh Karl weick sangat berpengaruh dan memotivasi untuk keluar dari paktik konseptual dan konvensional. Kreps (1986) menerangkan model ini berdasarkan teori “ evolusioner sosiokultural” teori informasi dan teori system. Walaupun model ini mewakili suatu teori system namun perlakuan model tersebuteah urut urutan amat berbeda karena proses-proses insane lebih diutamakan. Di dalam konsep ini weick mengatakan bahwa organisasi adalah sebuah urut- urutanperistiwa yang terjalin secara bersama-sama dan berlangsung dalam kawasan yang nyata. Jad penekanan dalam konsep ini terletak pada aktivitas dan proses. “ bagaimana organisasi tersebut bertindak dan tampil ditentkan oleh struktur yang ditetapkan oleh pola prilaku regular yang saling bertautan”. Perilaku yang seseorang yang bertautan dalam hal ini merupakan kundi dari berfungsinya sebuah organisasi tersebut. dalam teori terdahulu yakni transisional, struktur dipandang sebagai hierarki, kebijakan dan rancangan organisaasi. Sedangkan Weick memandang struktur sebagai aktivitas dan lebih spesifik lagi, ~ 34 ~ sebagai aktifitas komunikasi. Dalam teori ini prilaku dibedakan dengan struktur dan struktur ditandai oleh prilaku pengorganisasian. Komunikasi tidak mencerminkan prosese-proses penting, komunikasilah yang merupakan proses penting. Weick juga menyatakan sebuah system bersifat manusiawi, manusia tidak hanya menjalankan orgainsasi manusia merupakan organisasi tersebut. Teori ini juga menyebutkan tidak adanya pemisah yang tajam antara organisasi dengan lingkungan. Para anggota oraganisasi tidak hanya bereaksi dan berkreasi tetapi mereka membuat lingkungan mereka melalui interasksi dan penciptaan makna. Dalam system yang dipahami oleh Weick, benda-benda berada pada keadaan yang berubah secara terus–menerus (evolusi). Weick melangkah lebih jauh dari pada umumnya teoretisi system dengan menyatakan bahwa organisasi tidak hanya berinteraksi dengan lingkungan mereka, tetapi organisasi ini menciptakan lingkungan tersebut. Selanjutnya, konsep ini menyatakan bahwa karakter sistemik suatu organisasi merupakan suatu karakteryang diurutkan secaracermat dan memungkinkansetiap unit terikat erat dengan sesamanya. Sistem semacam ini disebut terangkai erat-erat (tightly coupled). Rangakaian–rangkaian ini merujuk kepada proses-proses yang mempengaruhi prilakubersama komponen–komponen organisasi. Weick (1976) mengemukakangagasan system rangkaian longgar (loosely coupled system). Suatu peristiwa yang terjadi dalamsuatu sistemdapat mempengaruhi komponen–komponen lainnya dalam system tersebut tetapi tidak secara langsung. Sedangkan konsepsi yang kedua dalam pandangan teori mutakhir adalah adanya pandangan tentang sebuah kultur organisasi (Cultural Organization) yang menjelaskan bahwa Dari dulu sampai sekarang, pandangan objektif yang rasional masih dianut dunia. Namun, istilah budaya dapat dikatakan telah mencapai target sebagai kata yang didengung–dengungkan pada akhir tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an. istilah “budaya” sampai abad ke-18 dan ia menunjukan bahwa sejak dulu gagasan budaya telah menjadi konsep dasar dan konsep sentral bagi antropologi, yang di dalamnya menjabarkan tiga ~ 35 ~ perspektif budaya secara luas mengenai budaya yang diterapkan pada situasi organisasi dalam kepustakaan yang berhubungan dengan pengelolaan. Ketiganya meliputi perspektif holistik, perspektif variable dan perspektif kongnitif. Perspektif holistic memandang budaya sebagai cara-cara terpola mengenai berfikir, menggunakan perasaan dan bereaksi. Perspektif variable terpusat pada pengekspresian budaya. Perspektif kongnitif member penekanan gagasan konsep, cetak biru, keyakinan, nilai-nilai dan norma-norma, “pengetahuan yang diorganisasikan”yang ada dalam pikiran orangorang untuk memahami realitas. Setiap organisasi memiliki satu budaya atau lebih yang memuat prilaku-prilaku yang diharapkan tertulis atau tidak tertulis. Kaum interpretivis menyoroti proses komunikasi dan pembentukan pemahaman (sense making) para anggota organisasi. Perspektif interpretative (subjektif) melihat budaya organisasi sebagi proses-proses pembentukan pemahaman yang membentuk realitas organisasi dan demikian memberi makna kepada keanggotaanya. Pandangan pembentukan pemahaman (subjektif) memandang budaya sebagai konteks yang dibangun secara simbolik, yang memungkinkan orang-orang untuk memahami bebagai peristiwa. Mereka menciptakan budaya dan memahaminya melalui interaksi. Kehidupan organisasi (realitas) tinggal bersama-sama secara komunikatif. Organisasi adalah prilaku simbolik dan eksistensinya bergantung pada makna bersama dan pada penafsiran yang diperoleh melalui interaksi manusia. Organisasi “beergantung pada eksistensi modus umum penafsiran dan pemahaman bersama atas pengalaman yang memungkinkan kegiatan sehari-hari menjadi rutin atau sebagaimana adanya. Bila kelompok-kelompok menjumpai situasi baru, harus dibentuk penafsiran baru untuk mempertahankan aktifitas yang teratur” Peranan komunikasi dalam budaya organisasi dapat dilihat secara berlainan bergantung pada bagaimana budaya dikonsepsikan. Bila budaya dianggap sebagai sebuah himpunan artifak simbolik yang dikomunikasikan kepada anggota organisasiuntuk ~ 36 ~ pengendalian organisasi, maka komunikasi dapat di artikan sebagai sebuah sarana yang memungkinkan perolehan hasilnya. Bila budaya ditafsirkan sebagai pembentukan pemahaman, proses komunikasi itu sendiri menjadi pusat perhatian utama karena proses inilah yang merupakan pembentukan makna tersebut. Penelitian komunikasi organisasi dari sudut pandang budaya mencangkup lebih daripada sekedar penelaahan pertukaran resmi pegawai atau orang-orang terpilih yang memiliki status. Dilihat dari pandangan tradisional, suatu organisasi tertentu mungkin tampak tidak rasional dan tidak terorganisasi, tetapi organisasi ini mungkin telah membentuk suatu budaya yang bermanfaat bagi bagi organisasinya. Bahkan komunikasi yang tampak sembarangan, bertentangan dan konyol, dapat menjalankan fungsi-fungsi pentingnya bagi para anggota sebuah organisasi. perubahan pandangan dunia ataupun paradigma tentang subyektivisme komunikasi organisasi memunculkan Teory Organisasi Mutakhir yang menunjukan keunggulan dari konsep konsep dasar tersebut. Kita percaya bahwa pandangan subyektif member informasi dan dengan alas an ini kita menambahkan suatu catatan pandangan subyektif tentang komunikasi organisasi. bagi setiap isu. Bila gagasan dalam isu tersebut bertentangan gagasan tersebut mungkin memerlukan penelitian yang lebih lanjut. Karena itu muncullah teori mutakhir atau moderen. Teori ini memberikan perhatian penting pada aspek adaptasi terhadap lingkungan atau dinamika ‘dunia luar’. Teori ini beranggapan bahwa human relation saja tidak cukup, tapi organisasi juga harus bersifat adaptif. Organisasi tidak bisa eksis jika tidak memperhatikan perkembangan lingkungan di mana organisasi itu tumbuh. Bagaimana mungkin di zaman teknologi informasi yang demikian pesat dewasa ini, organisasi masih seperti ‘katak dalam tempurung’? Bagaimana mungkin kita berpikir paling hebat dan maju sementara di sekeliling kita tumbuh pesat organisasi atau perusahaan-perusahan sejenis yang tak kalah hebat? Orang-orang dihadapkan pada banyak pilihan, sehingga kompetisi tak terhindarkan. Ketika Wings Group berpikir bahwa hanya ~ 37 ~ dengan ‘bermain harga’ maka mereka bisa memenangkan persaingan pasar consumer goods, maka pesaingnya sudah berpikir jangka panjang bahwa perceived quality lebih penting untuk membangun loyalitas konsumen. Terbukti, ketika masyarakat mulai merasakan ‘akibat’ dari membeli produk murah, mereka mulai ‘pintar’ dengan tidak cuma menuntut harga murah, tapi juga kualitas. Karena itu, Wings Group mengubah strateginya dengan membangun brand relationship dan tidak Cuma ‘menyogok’ konsumen dengan harga murah semurah-murahnya. Perceived quality dibangun, brand activation digencarkan, sehingga kini Wings Group bertransformasi dari ‘perusahaan murahan’ menjadi ‘perusahaan yang patut diperhitungkan’. Transformasi perusahaan atau organisasi merupakan muara dari adaptasi. Dan transformasi dimulai dari mengubah persepsi organisasi terhadap organisasi itu sendiri. Disini, teori-teori mutakhir sangat relevan, antara lain Teori Pengorganisasian Wick. Contoh lain penerapan teori ini adalah perusahaan-perusahaan go public bahkan go internasional. Dapatkah dibayangkan bagaimana kondisi Lenovo, sebuah perusahaan komputer China, sebelum mengakuisisi IBM, raksasa komputer dunia? Lenovo hanya sebuah liliput dengan kultur perusahaan keluarga yang kental. Ketika Lenovo mengubah kultur perusahaan menjadi lebih terbuka, perusahaan ini bertransformasi menjadi perusahaan raksasa, bahkan sanggup ’melahap’ perusahaan raksasa lain pesaingnya dari Amerika, yakni IBM. Kini Lenovo bukan lagi ‘milik China’ apalagi cuma sekadar perusahaan kecil milik keluarga. Lenovo telah menjadi ’milik dunia’ yang mampu bersaing di kancah internasional. Perusahaan-perusahaan lain juga banyak melakukan transformasi kultural sebagai bagian dari strateginya menghadapi ketatnya persaingan. Kini banyak berkembang apa yang disebut “spiritual company” (bukan religious company), sebuah perusahaan yang alih-alih menerapkan kultur tertentu, mereka lebih menyukai nilainilai universal yang menembus batas agama, suku, ras, bahkan negara dan bangsa. Apple, Hp, Garmen Bank, Body Shop adalah beberapa dari perusahaan yang telah menjadi spiritual company. ~ 38 ~ Dengan cara ini, mereka mampu bertahan dan mempertahankan loyalitas pelanggan di seluruh dunia. EVALUASI 1. Sebutkan tokoh-tokoh yang berperan dalam teori organisasi mulai dari teori klasik! 2. Dari berbagai pengertian yang telah disampaikan, apa makna dari komunikasi organisasi menurut pendapatmu ? 3. Carilah salah satu organisasi yang menerapkan teori mutakhir dan analisalah dengan menyebutkan bukti-bukti yang mendukung! ~ 39 ~ ~ 40 ~ BAB 3 PERMASALAHAN KOMUNIKASI ORGANISASI Tujuan umum instruksional Mahasiswa mampu mengidentifikasi permasalahan yang umum terjadi akibat komunikasi dalam organisasi dan memiliki ketrampilan untuk menanganinya. Tujuan khusus instruksional 1. Menjelaskan Iklim Organisasi 2. Menjelaskan komunikasi verbal 3. Menjelaskan komunikasi non verbal 4. Menjelaskan teknologi informasi dalam organisasi A. Iklim Organisasi Di bab sebelumnya penulis telah menjelaskan teori komunikasi organisasi berdasarkan evolusi historis perilaku organisasi. Komunikasi organisasi dapat diartikan sebagai penafsiran pesan dari berbagai unit yang ada di dalam organisasi. Setiap unit yang berinteraksi di dalam organisasi memiliki hubungan-hubungan hirarkis yang saling terkait satu dengan yang lainnya. Komunikasi organisasi yang telah berjalan akan membentuk jaringan komunikasi. Dalam proses pembentukan jaringan komunikasi dapat membantu menentukan iklim organisasi dan moral komunikasi. Inilah tantangan yang dihadapi oleh komunikasi organisasi, karena untuk membentuk iklim organisasi dan moral komunikasi diperlukan sumber daya manusia yang mampu memiliki kemampuan komunikasi dan kerpibadian yang memadai. ~ 41 ~ Menurut Davis dan Hewstrom (2004: 21) “Iklim organisasi adalah lingkungan dimana para karyawan disuatu organisasi melakukan pekerjaan mereka. Iklim mengitari dan mempengaruhi segala hal yang bekerja. sehingga iklim dikatakan sebagai suatu konsep yang dinamis “Iklim organisasi adalah lingkungan dimana para karyawan disuatu organisasi melakukan pekerjaan mereka. Iklim mengitari dan mempengaruhi segala hal yang bekerja dalam organisasi sehingga iklim dikatakan sebagai suatu konsep yang dinamis.” Konsep-konsep dinamis yang harus dimiliki merupakan refleksi isi dan kekuatan umum norma-norma tingkah laku, sikap dan perasaan anggota terhadap sistem sosial di dalam lingkungan tempat organisasi itu beraktifitas dalam rangka pencapaian tujuan. Berdasarkan konsep-konsep dnamis tersebut bisa kita lihat bahwa iklim organisasi tidak bisa terlepas dari iklim komunikasi. Tingkah laku komunikasi mengarahkan pada perkembangan iklim organisasi. Iklim organisasi dipengaruhi oleh bermacam-macam cara anggota organisasi bertingkah laku dan berkomunikasi. Iklim komunikasi yang penuh kehangatan mendorong para anggota yang lain untuk berpartisipasi. Sedangkan iklim yang negatif menjadikan anggota tidak berani berkomunikasi secara terbuka dan penuh rasa hangat. Oleh karenanya menurut Denis dalam Arni iklim komunikasi (2005:82-83) adalah iklim komunikasi sebagai kualitas pengalaman yang bersifat obyektif mengenai lingkungan internal organisasi, yang mencakup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi di dalam organisasi. Disinilah tantangan yang dihadapi oleh sebuah organisasi dalam membentuk iklim organisasi. Setiap anggota dalam organisasi mampu secara nyata menggambarkan suasana dan apa yang dirasakan di dalam diri saat berinteraksi di dalam aspek organisasi. Iklim dapat berubah berdasarkan interaksi antar anggota dimana di dalamnya akan saling bertukar persepsi individu. Menurut Falcione dalam Pace dan Faule “iklim komunikasi merupakan suatu citra ~ 42 ~ makro, abstrak dan gabungan dari suatu fenomena global yang disebut komunikasi organisasi. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi iklim organisasi menurut Pace dan Faule (1998:149): 1. Kepercayaan, personal disemua tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang di dalamnya kepercayaan, keyakinan, dan kredibilitas didukung oleh pernyataan dan tindakan. 2. Pembuatan keputusan bersama, para pegawai disemua tingkat dalam organisasi harus diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua wilayah kebijakan organisasi, yang relevan dengan kedudukan mereka. Para pegawai disemua tingkat harus diberikan kesempatan berkomunikasi dan berkonsultasi dengan manajemen di atas mereka agar berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan. 3. Kejujuran, suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus mewarnai hubungan-hubungan dalam dalam fikiran mereka tanpa mengindahkan apakah mereka berbicara kepada teman sejawat, bawahan, atau atasan. 4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, kecuali untuk keperluan informasi rahasia, anggota organisasi harus relatif mudah memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka saat itu, yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengkordinasikan pekerjaan mereka dengan orang-orang atau bagian-bagian lainnya, dan yang berhubungan luas dengan perusahaan, organisasi, para pemimpin, dan rencana-rencana. 5. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas, personil di semua tingkat dalam organisasi harus mendengarkan saran-saran atau laporan-laporan masalah yang dikemukakan personel di semua tingkat bawahan dalam organisasi, secara berkesinambungan dan dalam fikiran terbuka. Informasi dari bawahan harus dipandang cukup penting untuk dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang berlawanan. ~ 43 ~ 6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi, personel disemua tingkat di semua organisasi harus menunjukkan suatu komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi, produktifitas tinggi, kualitas tinggi, biaya rendah, demikian pula menunjukkan perhatian besar pada anggota organisasi lainnya. 7. Lingkungan Kerja Kekeluargaan dan Humoris hal yang tak kalah pentingnya mengenai iklim komunikasi organisasi adalah situasi dan kondisi yang kekeluargaan dan humoris di lingkungan kerja. Karena manusia punya hubungan erat tentang kekeluargaan. Kekeluargaan kata dasarnya adalah keluarga. Kekeluargaan merupakan sifat yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Selain menyelesaikan masalah, kekeluargaan bisa juga merupakan dasar seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan. karyawan. Selain lingkungan kekeluargaan, sifat humoris ternyata juga mempengaruhi iklim organisasi. Sifat humoris yang dibawa oleh atasan ke dalam organisasi mampu meningkatkan kreativitas dan menciptakan ide-ide segar yang tak terpikirkan sebelumnya akibat suasana iklim yang menyenangkan. B. Komunikasi Organisasi Verbal 1. Pengertian Komunikasi Verbal Verbal communication merupakan salah satu bentuk komunikasi yang disampaikan kepada pihak lain melalui tulisan atau lisan (Djoko Purwanto;1997). Seperti contoh berbicara dengan orang lain, menelepon kawan, presentasi makalah, membacakan puisi, membaca surat kabar, mendengarkan radio dan menonton televisi. Komunikasi verbal walaupun lebih kecil presentase keberhasilannya -bahkan menurut Ross hanya 35% dibanding komunikasi nonverbal, tetaplah dibutuhkan karena ada beberapa situasi yang tidak bisa disampaikan komunikasi kita secara nonverbal. Melalui komunikasi ini diharapkan orang akan memahami apa yang disampaikan komunikator secara apa adanya. Komunikan diharapkan membaca atau mendengar apa yang dikatakan. ~ 44 ~ Perlu juga disadari, bahwa hampir semua komunikasi berbentuk simbolik yang menunjukkan arti atau makna tertentu. Suatu simbol dapat dikatakan sebagai peta yang menguraikan suatu wilayah, namun simbol itu sendiri bukanlah wilayah sesungguhnya yang menuntut tafsiran lebih lanjut. Katakanlah kata “gunung” tentu tidak kelihatan gunung, namun arti kata “gunung” sebagai simbol telah mewakili sosok gunung. Arti dan tafsir yang ditangkap oleh penerima pesan akan bergantung pada pengalaman dan sikap mereka, bukan pada pengalaman dan sikap komunikator. Apabila dalam pengalaman pihak salah satu anggota (komunikan) suatu simbol memiliki makna A maka upaya komunikator yang bersikeras ingin menggunakan simbol yang bermakna B akan mengalami kesulitan untuk dapat dipahami oleh komunikan. Oleh karena itu dalam berkomunikasi, latar belakang dan sikap penerima pesan perlu diperhatikan dengan baik. Bahkan apabila pihak penerima pesan berusaha keras untuk memahami pesan, terdapat sejumlah gangguan yang dapat membatasi pemahaman pihak penerima yang disebut sebagai hambatan dalam berkomunikasi. 2. Bentuk-bentuk komunikasi organisasi verbal Seorang komunikator dituntut bisa menggunakan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan dan ucapan dan kemampuan menerima pesan dengan menggunakan pendengaran dan bacaan: a) Berbicara dan Menulis Orang lebih menyukai mengirimkan pesan dengan berbicara daripada menulis dengan alasan kepraktisan. Mengirimkan pesan dengan berbicara akan memunculkan isyarat sosial (social cues) yang dapat diterima orang lain. Isyarat sosial adalah kepingan informasi positif dan negatif dalam lingkungan bekerja yang mempengaruhi cara kita bereaksi terhadap komunikasi. Contoh isyarat sosial adalah nada suara, aksen, serta riwayat menggunakan kata-kata dalam budaya tertentu. Tingkat pemahaman atas semua isyarat itu akan berbeda-beda, bergan- ~ 45 ~ b) tung pada kredibilitas sumber, pengalaman yang kaitannya dengan masa lampau, ambiguitas dari isyarat tersebut, serta perbedaan antar individu. Sedangkan Tulis menulis bagi komunikator itu bukanlah semata-mata pekerjaan biasa tapi suatu kombinasi pekerjaan otak yang didukung dengan kemampuan untuk memadukan ide, pengetahuan dan kemampuan bahasa yang baik, berwawasan luas dan penuh kreatifitas mengolah suatu berita, press release, artikel atau feature secara “padat dan singkat, tetapi menarik” bagi pembacanya atau tagret audience-nya (Rosady Ruslan;1998). Bagaimana seorang komunikator menulis secara jelas, informatif, sistematis dan sederhana yang menarik tersebut harus membutuhkan dukungan fakta yang aktual dan faktual, data, informasi serta bacaan/kepustakaan atau referensi yang lengkap, hasil riset, diskusi, seminar, presentasi, dsb. Dari sini anggota membutuhkan kemampuan menerima informasi. Mendengarkan dan Membaca Disini diperlukan seorang pelaku bisnis yang bisa menggunakan keterampilan mendengar yang baik. Ada kecenderungan orang lebih menyukai menerima daripada menyampaikan informasi. Sayangnya kebanyakan pelaku bisnis tidak bisa menggunakan kemampuan mendengar secara optimal. Kemampuan membaca, disini diperlukan secara khusus cepat membaca, tepat menafsirkan dan benar dalam memberikan respon. Kemampuan membaca akan lebih meningkat untuk menafsirkan simbol lain yaitu gambar. Gambar digunakan untuk memperkuat penjelasan komunikasi melalui kata-kata. Suatu organisasi sangat banyak menggunakan gambar khususnya dalam presentasi, seperti cetak biru (blue prints), bagan, peta, film, model tiga dimensi serta sarana serupa lainnya. Gambar biasanya paling efektif apabila dipadukan dengan kata-kata dan gaya tindakan yang dipilih dengan baik untuk menceritakan suatu kisah yang lengkap, maka atas alasan ini suatu gambar sering disebut juga sebagai alat bantu visual. ~ 46 ~ 3. Hambatan Komunikasi Organisasi Verbal Hambatan tersebut bisa bersifat pribadi, fisik, maupun semantik. Hambatan pribadi adalah ganguan komunikasi yang timbul dari emosi, nilai dan kebiasaan menyimak yang tidak baik. Dalam situasi kerja, perasaan pribadi dapat membatasi komunikasi dengan orang lain, dalam hal ini sering adanya jarak psikologis diantara para pekerja yang seolah serupa dengan jarak fisik. Adapun hambatan fisik adalah suatu gangguan komunikasi yang terjadi dilingkungan tempat berlangsungnya proses komunikasi, misalnya saja suara bising yang mendadak dan mengaburkan Ada kalanya seseorang hanya ingin melihat dan mendengar hal yang secara emosional ingin dilihat dan didengar, begitu juga sebaliknya, sehingga komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kepribadian kita. Kita sering mengkomunikasikan penafsiran tentang realitas ketimbang realitas itu sendiri, artinya komunikasi diantara dua orang akan berjalan efektif, apabila persepsi seorang pengirim pesan dan persepsi penerima pesan berlangsung cukup sejalan. Sementara hambatan fisik lainnya adalah jarak diantara para pekerja, dinding penyekat, atau gangguan udara yang mengaburkan pesan radio. Para pekerja yang mengetahui kapan terjadinya gangguan fisik ini akan berusaha mengatasinya. Adapun hambatan semantik dapat timbul sebagai adanya keterbatasan simbol yang kita komunikasikan. Sebagaimana diketahui, suatu simbol memiliki keanekaragaman arti dimana kita harus memilih satu arti dari yang banyak itu. Ketika kita memilih arti yang salah maka kesalahfahaman dapat timbul. Seringkali kita menafsirkan suatu simbol atas dasar asumsi kita, bukan atas dasar fakta sebagai dasar kita membuat kesimpulan. Kita sering mengambil suatu kesimpulan tanpa menunggu sampai seluruh komunikasi mengandung fakta yang sesungguhnya. Dalam kaitan ini, sebelum melakukan kesimpulan, kita perlu berhati-hati dan perlu menimbang kembali apabila timbul keraguan tentang kesimpulan yang kita ambil dengan mencari umpan balik yang lebih utuh terlebih dahulu. Sebagai contoh dalam pemberitaan media akhir-akhir ini, kita sering disajikan berita sebagai suatu kesimpulan dan bukan fakta, misalnya dalam kasus ~ 47 ~ suap petugas KPK atau pihak lain yang tertangkap basah dalam kasus serupa yang melibatkan orang yang secara faktual tidak bersalah. C. Komunikasi Organisasi non verbal 1. Pengertian Komunikasi non verbal Seperti telah dijelaskan di atas bahwa dalam komunikasi bisnis sangat pula diperlukan komunikasi nonverbal. Bentuk komunikasi nonverbal adalah bentuk komunikasi yang memiliki sifat kurang terstruktur sehingga sulit untuk dipelajari. Apalagi perbedaan daerah, pendidikan, ruang lingkup sosial akan mempunyai latar belakang yang berbeda, bisa menyebabkan penafsiran atas sesuatu yang tidak sama pula sehingga pemahaman akan komunikasi nonverbal tetaplah merupakan suatu kondisi yang harus dipelajari, apalagi dalam dunia bisnis. Menurut Larry A. samovar & Richard E. Porter (Deddy Mulyana. 2003) “komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu proses komunikasi yang dihasilkan individu yang memiliki nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima.” Secara singkat, Komunikasi nonverbal adalah semua aspek kecuali kata-kata itu sendiri. Sebagai contoh adalah bentuk jabat-tangan atau senyuman yang mengandung makna. Seorang pemimpin yang tidak memuji para pekerja atas prestasi kerjanya, atau tidak melakukan tindakan yang telah dijanjikan, pada dasarnya mereka juga sedang mengkomunikasikan sesuatu kepada mereka. Ada kalanya suatu tindakan atau perbuatan lebih mengungkapkan sesuatu yang lebih jelas ketimbang kata-kata, atau dengan kata lain orang akan lebih mempercayai tindakan dari pada kata-kata. Para pekerja yang mengatakan sesuatu, namun yang diperbuat adalah hal lain, bisa saja yang disimak adalah bukan katakatanya melainkan perbuatannya. Pemimpin yang menganjurkan disiplin dengan kata-kata, namun dalam perbuatan sehari-harinya tidak menggambarkan disiplin yang diucapkannya, maka dalam komunikasi tidak memiliki kredibilitas komunikasi yang baik. Maka ~ 48 ~ kadar perbedaan antara yang dikatakan seseorang dengan apa yang dilakukannya sering disebut dengan kesenjangan kredibilitas komunikasi. Apabila kesenjangan kredibilitas seorang pekerja cukup lebar maka pekerja tersebut akan kehilangan kepercayaan dalam berkomunikasi. Bagian yang penting dari komunikasi non verbal adalah bahasa tubuh (body language), yaitu mengkomunikasikan arti kepada orang lain dengan bahasa tubuh mereka dalam interaksi antar pribadi. Bahasa tubuh merupakan pelengkap yang penting bagi komunikasi verbal dibelahan dunia manapun. Wajah dan tangan merupakan sumber bahasa tubuh yang sangat penting bagi situasi kerja. Sebagai contoh adalah pandangan mata, gerakan mata, senyuman, muka masam, sentuhan atau kernyit alis. Suatu contoh misalnya, seorang pemimpin yang menampakkan wajah masam ketika seorang pekerja mengajukan saran dapat ditafsirkan oleh pekerja sebagai penolakan, padahal pada saat itu sang pemimpin sedang sakit kepala. Dalam konteks yang tidak tepat senyumanpun sering ditafsirkan sebagai seringai mengejek, ketika seorang pekerja tengah mengalami kegagalan. 2. Bentuk komunikasi organisasi nonverbal Tipe-tipe komunikasi non verbal yang dapat kita lakukan sehari –hari 1. Kinetik atau bahasa tubuh yaitu jenis komunikasi yang diungkapkan melalui gerakan tubuh, postur, tangan, kaki, ekspresi wajah, garakan mata dan tangkai lengan. 2. Haptik atau sentuhan yaitu jenis komunikasi yahg berupa gerakan, seperti sentuhan, pukulan, tindakan memegang dan lain-lain. 3. Penampilan fisik yaitu jenis komunikasi yang diungkapkan melalui bentuk fisik atau tubuh, daya tarik yang bersifat umum, tinggi badan, berat badan dan warna kulit. 4. Artefak yaitu bentuk komunikasi melalui cara memanipulasi objek dengan seseorang, misalnya penggunaan parfum, pakaian, lipstik dan lain-lain. ~ 49 ~ 5. Proksemik atau orientasi ruang yaitu jenis komunikasi yang berkaitan dengan penggunaan ruang, personal dan sosial. Dalam hal ini seorang tamu misalnya, akan merasa disambut dengan baik apabila masuk keruang kantor yang didisain dan tertata dengan rapi, dengan harmoni, pengaturan tata letak, label dan interior yang indah. Pengaturan interior tata letak tersebut sebagai simbol pengakuan akan adanya status yang mempengaruhi persepsi tamu para pekerja atau pemimpin, hanya dengan melihat jenis tumbuh-tumbuhan atau dekorasi dinding saja. 6. Faktor lingkungan yaitu menyampaikan komunikasi dengan cara dekorasi ruang, lampu dan lain-lain. 7. Kronemik atau konsep waktu adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal. Penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal meliputi durasi yang dianggap cocok bagi suatu aktivitas, banyaknya aktivitas yang dianggap patut dilakukan dalam jangka waktu tertentu, serta ketepatan waktu 8. Parabahasa yaitu bentuk komunikasi yang menunjukkan keadaan atau cara seseorang mengucapkan ataa mengungkapkan sesuatu 9. Keheningan. Bentuk nonverbal ketika anggota yang ada di dalam komunikasi merasakan adanya keheningan. Keheningan dalam hal ini bisa menunjukkan dua hal. Pertama, menunjukkan adanya ketegangan komunikasi diantara kedua belah pihak. Kedua, menunjukkan bahwa anggota komunikasi merasa nyaman satu sama lain sehingga yang dibutuhkan adalah keheningan untuk merasakan kenyamanan satu sama lain. 3. Hambatan Komunikasi organisasi non verbal Dalam pelaksanaan berkomunikasi baik verbal dan nonverbal seringkali tidak semua pesan dapat diterima dan dimengerti dengan baik. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor penghambat komunikasi antara pengirim dan penerima pesan. Faktor yang harus diketahui adalah: ~ 50 ~ 1. Masalah dalam mengembangkan pesan dikarenakan munculnya keragu-raguan tentang isi pesan, kurang terbiasa dengan situasi yang ada atau dengan orang yang akan menerima. Juga adanya pertenatangan emosi, atau kesulitan dalam mengekspresikan ide atau gagasan. 2. Masalah dalam menyampaikan pesan. 3. Masalah dalam menerima pesan dapat terdeteksi seperti persaingan antara penglihatan dengan pendengaran/suara, suasana yang tidak nyaman, lampu yang mengganggu, konsentrasi yang tidak terpusat. Masalah dalam menafsirkan pesan dipengaruhi oleh perbedaan latar belakang, penafsiran kata dan perbedaan reaksi emosional. D. Teknologi Informasi dalam organisasi 1. Definisi Teknologi Informasi Dewasa ini, penyesuaian struktur organisasi yang melibatkan teknologi informasi semakin meningkat. Teknologi informasi memiliki kemampuan dalam mengimbangi perubahan-perubahan struktur organisasi, namun terdapat perdebatan yang terjadi dalam literatur sistem informasi berkenaan peran teknologi informasi dalam hubungannya dengan struktur organisasi yang mengalami perubahan tersebut. Teknlogi informasi (Robbins & Coulter, 1999) merupakan sinergi dari suatu sistem pengolahan data dan sistem telekomunikasi secara elektronik atau sering juga disebut sebagai perpaduan antara komputer dan komunikasi. Kemampuan teknologi inilah yang merubah desain organisasi yang tidak lagi dibatasi horisontal, vertical atau batas dari luar yang diterapkan oleh struktur organisasi sebelumnya. Teknologi informasi merupakan alat terintegrasi yang digunakan untuk menjaring data, mengolah dan mengirimkan atau menyajikan data secara elektronik menjadi format informasi yang bermanfaat bagi pemakainya. ~ 51 ~ Menurut Williams dan saywer yang dikutip oleh Seesar (2010: 6), bahwa “teknologi informasi merupakan sebuah bentuk umum yang menggambarkan setiap teknologi yang membantu menghasilkan, memanipulasi, menyimpan, mengkomunikasikan dan atau menyampaikan informasi”. Teknologi informasi saat ini sebagai salah satu penyebab tekanan bagi organisasi untuk mneyediakan kebutuhan informasi bagi pengguna. Tidak hanya terfokus dalam pemrosesan data saja tetapi juga termasuk semua aktivitas yang terdapat dalam sebuah organisasi. 2. Peranan Teknologi Informasi bagi Organisasi Peranan teknologi ini dapat memberikan berbagai manfaat bagi pemakainya. Teknologi informasi khususnya teknologi komunikasi sebagai mediator antara atribut lingkungan dengan atribut struktur organisasi. Teknologi komunikasi memegang peranan langsung dan berpengaruh terhadap hubungan antara lingkungan yang dinamis dengan kompleksitas struktural, hubungan antara kompleksitas lingkungan dengan kompleksitas struktural dan hubungan antara kompleksitas lingkungan dengan integrase. 5 (lima) peranan mendasar teknologi informasi di sebuah perusahaan, yaitu: 1. Fungsi Operasional Fungsi Operasional akan membuat struktur organisasi menjadi lebih ramping dan jauh dari sifat birokratis karena sejumlah aspek administratif yang ketat dan teratur telah diambil alih fungsinya oleh teknologi informasi. Karena sifat penggunaannya yang menyebar di seluruh fungsi organisasi, maka unit terkait dengan manajemen teknologi informasi akan menjalankan fungsinya sebagai “supporting agency” dimana teknologi informasi dianggap sebagai sebuah “firm infrastructure” 2. Fungsi Pengawasan dan Kontrol Keberadaan teknologi informasi akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan aktivitas di level manajerial embedded di dalam setiap fungsi manajer sehingga struktur ~ 52 ~ organisasi unit terkait dengannya harus dapat memiliki “span of control” atau “peer relationship” yang memungkinkan terjadinya interaksi efektif dengan para manajer di perusahaan terkait. 3. Fungsi Perencanaan dan Pengambilan Keputusan Mengangkat teknologi informasi ke tataran peran yang lebih strategis lagi karena keberadaannya sebagai enablerdari rencana bisnis perusahaan dan merupakan sebuah “knowledge generator” bagi para pimpinan perusahaan yang dihadapkan pada realitas untuk mengambil sejumlah keputusan penting sehari-harinya. Tidak jarang perusahaan yang pada akhirnya memilih menempatkan unit teknologi informasi sebagai bagian dari fungsi perencanaan dan/atau pengembangan korporat karena fungsi strategis tersebut di atas. 4. Fungsi Komunikasi Secara prinsip termasuk ke dalam “firm infrastructure” dalam era organisasi modern dimana teknologi informasi ditempatkan posisinya sebagai sarana atau media individu perusahaan dalam berkomunikasi, berkolaborasi, berkooperasi dan berinteraksi. Seperti halnya pada Fungsi Operational, unit teknologi informasi akan menempatkan dirinya sebagai penunjang aktivitas sehari-hari perusahaan. 5. Fungsi Interorganisasi Merupakan sebuah peranan yang cukup unik karena dipicu belakangan ini oleh semangat globalisasi yang memaksa perusahaan untuk melakukan kolaborasi atau menjalin kemitraan dengan sejumlah perusahaan lain. Konsep kemitraan strategis atau partnershipsberbasis teknologi informasi seperti pada implementasi Supply Chain Managementatau Enterprise Resource Planning membuat perusahaan melakukan sejumlah terobosan penting dalam mendesain struktur organisasi unit teknologi informasinya. Bahkan tidak jarang ditemui perusahaan yang cenderung melakukan kegiatan pengalihdayaan atau outsourcing sejumlah proses bisnis terkait dengan manajemen teknologi informasinya ke pihak lain demi kelancaran bisnisnya. ~ 53 ~ Dari 5 peranan teknologi informasi dapat kita simpulkan bahwa keberadaan nya memiliki peranan baik manfaat kualitatif maupun kuantitatif. Manfaat kuantitatif terdiri dari pengurangan biaya operasi dan perbaikan produk dan jasa yang ditawarkan. Manfaat kualitatif atau intangible benefit dapat berupa: analisis data dapat lebih cepat, penyajian laporan manajemen lebih baik, beberapa pekerjaan dapat dilakukan olehi individu yang sama, penghematan waktu, akses data dapat lebih tepat waktu, data yang disajikan lebih akurat dan perbaikan dalam pengambilan keputusan. 3. Pemanfaatan Teknologi Informasi bagi Organisasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Teknologi Informasi: 1. Faktor sosial (social factor), Merupakan internalisasi kultur subyektif kelompok dan persetujuan interpersonal tertentu yang dibuat individual dengan yang lain dalam situasi sosial tertentu. Kultur subyektif berisi norma (norm) dan nilai-nilai (value). 2. Affect Dapat diartikan sebagai perasaan individu atas pekerjaan, apakah menyenangkan atau tidak menyenangkan, rasa suka atau tidak suka dalam melakukan pekerjaan individu dengan menggunakan teknologi informasi. 3. Kompleksitas (complexity), Sebagai tingkat inovasi yang dipersepsikan sebagai sesuatu yang relatif sulit untuk dimengerti dan digunakan. Kesesuaian tugas (job fit), dapat di ukur dengan mengetahui ap akah individu percaya bahwa pemanfaatan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja individu yang bersangkutan. Hubungan yang positif antara kesesuaian tugas dengan pemanfaatan teknologi informasi telah dibuktikan hasil penelitian. 4. Konsekuensi jangka panjang (long-term concequences). Konsekuensi jangka panjangdari keluaran yang dihasilkan apakah mempunyai keuntungan dimasa yang akan datang dan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan saat ini. ~ 54 ~ 5. Kondisi yang memfasilitasi (fasiliting condition), dalam konteks pemanfaatan teknologi informasi, kondisi yang memfasilitasi dapat dimasukkan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan teknologi informasi Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan penulis sebelumnya dengan judul “Perilaku komunikasi organisasi dalam pelaksanaan sosialisasi program kerja di Desa Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar” menyatakan bahwa penggunaan SI/TI telah membawa perbaikan yang jelas dalam hal penurunan biaya dan peningkatan keuntungan. Disebutkan bahwa teknologi informasi memberikan manfaat bagi organisasi desa sebagai berikut: 1. Memperbaiki produktivitas dan kinerja 2. Pengawasan operasi internal yang lebih besar 3. Kemungkinan cara-cara baru dalam pengelolaan 4. Mudah dalam penyampaian informasi kepada masyarakat 5. Nilai tambah terhadap pelayanan perangkat desa terhadap masyakarat Evaluasi Contoh Kasus Konflik Uber Taksi: Perusahaan Asing VS Perusahaan Lokal/ Transportasi Online VS Transportasi Konvensional Konflik Uber di Indonesia ini sebenarnya sederhana. Pertama, Uber adalah musuh besar perusahaan taksi dimanapun. Fitur yang diberikan oleh Uber begitu hebatnya hingga sulit bagi konsumen (di negara-negara maju) untuk tidak menggunakan. Mereka tumbuh cepat di Amerika dan mendunia dalam waktu yang terbilang sangat singkat. Teknologi mereka disebut disruptive, sebuah solusi baru yang menggantikan solusi usang yang puluhan tahun ada dan tidak berubah. Melihat sejarah tersebut, tak heran jika perusahaan taksi di Indonesia ingin agar api yang masih kecil ini tidak membesar dengan cepat. Kalau perlu, api ini dimusnahkan sepenuhnya. Kere- ~ 55 ~ na jika mereka lengah dan terlanjur membesar, bisa-bisa sudah tidak terhentikan lagi. Sejak awal langkah untuk menggembosi Uber sudah terlihat. Yang paling “kasar” adalah ketika 5 pengemudi taksi Uber dijebak untuk mengantar tamu ke Polda Metro Jaya dan ditangkap. Siapa yang melakukan ini? tak lain adalah Organisasi Angkutan Darat DKI (Organda). Mengapa Organda terlihat begitu vokal menentang Uber? Bisa kita lihat dari Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) 20152020 Adrianto Djokosoetono yang tak lain adalah Direktur Blue Bird Group. Tentu saja sangat wajar jika Adrianto ingin menjaga agar bisnis taksi, tidak hanya Blue Bird Group, namun juga perusahaan taksi lainnya tetap terjamin. Ini juga terlihat bagaimana pembedaan antara Uber dengan Grab Taxi. Grab Taxi diperbolehkan tentu saja karena salah satunya karena masih melibatkan “taksi”. Karena, dampak Uber, menurut dilapangan dengan mewawancarai sopir Uber dan taksi biasa, sangat terasa. Seorang sopir Uber yang mantan sopir Blue Bird menuturkan bahwa hampir sebagian besar sopir di poolnya mengunduran diri untuk bergabung ke Uber. Dan tidak hanya Uber, melainkan juga perusahaan teknologi disruptive lainnya seperti Gojek. Organda menyerang Gojek karena sekali lagi menurut pengamatan saya di lapangan, Gojek walaupun berbeda moda transportasi, tapi juga berdampak besar terhadap peralihan penumpang maupun sopir taksi yang keluar dan bergabung ke Gojek. Hanya saja, saat ini Gojek sedang diatas angin. Perusahaan lokal tersebut dipuji mampu memberikan layanan luar biasa dalam transportasi. Langkah Organda menyerang Gojek justru semakin menunjukkan cara mereka yang tidak elegan dan kasar. ~ 56 ~ Diskusikan 1. Bagaimana peranan Teknologi Informasi terhadap jenis usaha diatas ? 2. Apa solusi yang bisa diberikan agar kedua jenis usaha diatas tetap berjalan? 3. Apa kelemahan dan kelebihan IT bagi perkembangan organisasi ? ~ 57 ~ ~ 58 ~ BAB 4 PERMASALAHAN KARIR DAN ETIKA Tujuan umum instruksional Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah umum di dalam organisasi. Tujuan khusus instruksional 1. Menjelaskan Manajemen Konflik 2. Menjelaskan pengertian dan proses citra 3. Menjelaskan pengertian dan proses reputasi 4. Menjelaskan perbedaan pandangan citra dan reputasi A. Manajemen Konflik 1. Pengertian Konflik Konflik adalah salah satu bentuk ketidakserasian yang disebabkan oleh tidak sejalannya pikiran antara kedua pihak yang terlibat dalam hubungan interpersonal. Konflik adalah bagian yang wajar terjadi dari sebuah hubungan.. Anda suka berbicara terus terang sedangkan salah satu rekan kerja anda lebih suka berbicara dengan santun, atasan suka karyawan yang teratur sedangkan anda lebih suka bebas berekspresi dalam bekerja. Ketika ini terjadi, kita bisa saling bertemu dan menyelesaikan masalah dengan cara yang tidak menyakiti hubungan. Dalam sebuah organisasi, konflik menurut Lambert et al. (2006: 55-74) merupakan situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang di antara beberapa orang, kelompok atau organisasi. Sikap saling mempertahankan diri, sekurang-kurangnya diantara dua kelompok, yang memiliki tujuan dan pandangan berbeda, dalam upaya mencapai satu tujuan, maka ~ 59 ~ mereka berada dalam posisi oposisi bukan kerjasama. Apabila suatu organisasi dengan kaku menolak adanya perubahan, maka situasi konflik yang terjadi tidak akan reda. Tensi akan makin meningkat “suhunya” dan setiap konflik yang baru terjadi akan makin menceraiberaikan sub unit-sub unit organisasi yang bersangkutan (Lambert et al. 2006). Diungkapkan dalam penelitian Irawati (2007) bahwa perbedaan muncul dalam organisasi mampu menimbulkan silang pendapat, pertengkaran atau bahkan konflik di dalam tubuh organisasi. Adanya job design dan job description secara otomatis telah memposisikan seseorang sebagai kompetitor bagi sesamanya, sehingga menimbulkan persaingan yang seringkali berakibat buruk bagi kinerja organisasi secara keseluruhan. Saat ini, deskripsi jabatan mulai ditinggalkan dan beralih pada sistem team description. Apabila timbul persaingan bahkan permusuhan yang seharusnya tidak perlu terjadi, maka pimpinan harus dapat memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh anggota organisasinya serta mencoba mengatasi konflik yang muncul tanpa merugikan organisasi itu sendiri. Dengan kata lain manajemen harus mampu memfasilitasi berbagai kegiatan di dalam organisasi agar menghasilkan kinerja yang baik dengan tingkat konflik intern minimal. Keberadaan konflik tidak menunjukkan bahwa sebuah hubungan dalam masalah. Konflik adalah sebuah tanda bahwa orangorang di dalam organisasi terlibat satu sama lain. Konflik bisa terbuka ketika salah satu pelaku hubungan mengekspresikan perbedaan dengan cara berterus terang. Dia mendiskusikan ketidaksetujuan secara jujur, melihat sudut pandang yang berbeda, berdebat mengenai ide, atau sekedar adu mulut. Kebanyakan dari kita berusaha menangkal atau menutupi pertentangan atau kemarahan dan mengeskrepsikannya secara tidak langsung. Konflik seperti ini disebut konflik rahasia. Konflik rahasia secara umum dilakukan dengan mengesampingkan masalah sebenarnya sehingga membuat masalah menjadi tidak mungkin terpecahkan. Sebagai contoh sederhana atasan membuat suatu aturan ~ 60 ~ baru bagi jam masuk kerja karyawan, tetapi hal ini membuat andi mengalami dilema karena jam kerja menjadi lebih awal padahal rumah andi cukup jauh dari kantor. Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan judul “Perilaku komunikasi organisasi dalam pelaksanaan sosialisasi program kerja di desa Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. Dalam penelitian ini tidak ditemui adanya hambatan yang bersifat mendasar terhadap proses sosialisasi kebijakan desa kepada masyarakat. Hambatan-hambatan yang dialami umumnya adalah akibat dari adanya kesalahpahaman dalam memahami informasi dari atasan kepada bawahan di Desa, dimana hambatan tersebut segera dapat diatasi ketika dilakukan komunikasi yang lebih baik. 2. Masalah Persepsi Konflik merupakan proses yang dhadapi dalam komunikasi yang melibatkan dua orang atau beberapa orang dalam sebuah organisasi. Proses komunikasi akan terdapat beragam pribadi yang harus dikenali, yaitu diri kita sendiri dan diri pihak/orang lain yang menjadi partner komunikasi kita. Upaya mengenali orang lain bukanlah perkara mudah dan sederhana. Upaya ini menyangkut proses psikologis yaitu persepsi. Persepsi merupakan proses internal dalam diri seseorang yang memungkinkan ia memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan sehingga hal itu mempengaruhi perilaku yang bersangkutan. Proses persepsi melibatkan penginderaan (sensasi) atas suatu objek (pesan/informasi) yaitu melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan; kemudian perhatian (atensi) atas sesuatu objek/pesan sehingga objek/pesan itu menarik perhatian; dan interpretasi. Karena itu, persepsi merupakan inti komunikasi sedangkan penafsiran (interpretasi) merupakan inti persepsi (Mulyana, 2000). Secara teoritik persepsi baik terhadap lingkungan fisik ataupun terhadap lingkungan sosial (termasuk lingkungan masyarakat ~ 61 ~ atau organisasi seperti halnya sekolah) tidak akan akurat dan banyak memiliki keterbatasan untuk dijadikan perolehan pengetahuan/informasi. Dalam memahami suatu objek dan mempersepsi orang lain, kita harus membuat kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak lengkap, yaitu informasi yang hanya diperoleh melalui kelima indera kita. Maka, ketika kita berkomunikasi, kita akan mendasarkan persepsi terhadap orang lain atas perilaku komunikasinya yang dapat kita amati. Persepsi merupakan segenap aktifitas kegiatan indrawi dalam merespon atau memberikan gambaran, pandangan, atau bahkan anggapan dari sebuah pesan yang diterima. Menurut Slameto (2010:102) persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera pengelihat, pendengar, peraba, perasa dan penciuman. Dalam memberikan persepsi, ada kerjasama inderawi dalam menyusun pesan atau feedback atas informasi yang diterima, baik itu berupa perasaan bahagia, senang, atau bahkan sedih. Persepsi di dalam masyarakat muncul dari akibat proses berjalannya pembangunan desa yang menjadi kesepakatan dalam wujud program kerja Di dalam perilaku social kemasyarakatan, ada 3(tiga) factor yang mempengaruhi respon dan persepsi khalayak masyarakat. Menurut Robbins (2006:89) bahwasanya pola persepsi masyarakat dapat di golongkan menjadi: 1) Pelaku Persepsi. Hal ini terjadi karena seseorang memandang obyek dan berusaha menafsirkan apa yang di pandangnya. Dan yang ditafsirkannya itu sangat di pengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi tersebut. 2) Target dan Objek. Hal ini dapat menimbulkan persepsi karena ada hubungan antara suatu target dengan latar belakang yang mempengaruhinya. 3) Situasi. Dalam hal ini kejadian dan peristiwa di dalam lingkungan berdampak kepada proses penilaian individu yang akhirnya akan muncul penafsiran dan persepsi. ~ 62 ~ Beberapa hal yang patut kita pelajari menyangkut persoalan dalam persepsi ini, Mulyana yang dikutip oleh A. Anditha Sari (2017: 63-65) mengungkapkan hal-hal berikut: 1. Persepsi mendasarkan pada pengalaman. Dikemukakan bahwa pola-pola perilaku seseorang itu berdasarkan persepsi mengenai realitas sosial yang telah dipelajarinya (pada masa lalu). Artinya, persepsi kita terhadap seseorang, objek, atau kejadian dan reaksi kita terhadap hal-hal itu amat tergantung pada pengalaman masa lalu berkaitan dengan orang, objek atau kejadian serupa. Seperti halnya cara kita bekerja, menilai pekerjaan yang baik bagi kita, cara kita makan, cara kita menilai kecantikan; semua ini amat tergantung pada apa yang telah diajarkan budaya kita mengenai hal-hal tersebut. 2. Persepsi bersifat selektif. Pada dasarnya melalui indera kita, setiap saat diri kita ini dirangsang dengan berjuta rangsangan. Jika kita harus memberikan tafsiran atas semua rangsangan itu, maka kita ini bisa menjadi gila. Karena itu, kita dituntut untuk mengatasi kerumitan tersebut dengan memperhatikan hal-hal yang menarik bagi kita. 3. Persepsi bersifat dugaan. Karena pada dasarnya data yang kita peroleh melalui penginderaan tidak pernah lengkap, makasering kita melakukan dugaan atau langsung melakukan penyimpulan. 4. Persepsi bersifat evaluatif. Tidak sedikit orang beranggapan bahwa apa yang mereka persepsikan sebagai sesuatu yang nyata. Artinya, perasaan seseorang sering mempengaruhi persepsinya, padahal hal tersebut bukanlah sesuatu yang objektif. Kita melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman masa lalu dan kepentingan subjektif kita sendiri. Karena itu persepsi bersifat evaluatif; merupakan proses kognitif yang mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan pengharapan dengan memaknai objek persepsi itu sendiri. ~ 63 ~ 5. Persepsi bersifat kontekstual. Dari setiap peristiwa komunikasi, seseorang selalu dituntut untuk mengorganisasikan rangsangan menjadi suatu persepsi. Konteks nampaknya berpengaruh kuat atas persepsi yang terbentuk dalam diri seseorang. Sebagai studi kasus penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan judul “Perilaku komunikasi organisasi dalam pelaksanaan sosialisasi program kerja di desa wonorejo Kecamatan gondangrejo kabupaten karanganyar. Persepsi masyarakat terhadap komunikasi organisasi khususnya terhadap sosialisasi program desa kepada masyarakat secara umum adalah baik. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Kadus Jetak sebagai berikut. “Persepsi masyarakat baik dengan adanya berbagai program dan mereka lebih banyak memberikan masukan dalam pelaksanaan program desa. Sehingga kerja sama bisa berjalan dengan baik. Selain itu dari pihak kelurahan juga mengadakan pengarahan untuk mengetahui perkembangan dalam pelaksanaan program”. Persepsi yang positif dari masyarakat juga disebabkan oleh faktor kebutuhan masyarakat terhadap program-program yang dicanangkan oleh desa. Hal tersebut dikemukakan oleh Kadus Wonorejo sebagai berikut. “Masyakarat menanggapi dengan serius dan menerima dengan senang hati. karena sebelum adanya dana desa pelaksanaan pembangunan sangat sulit. Secara strata ekonomi masyarakat wonorejo banyak yang buruh, petani sehingga pembangunan akan menjadi sulit jika tidak ditunjang dari pemerintah desa”. 3. Strategi Penanganan Konflik Agar konflik dapat diselesaikan dengan cara yang baik, ada beberapa strategi yang dapat kita kembangkan untuk menyelesaikan konflik. Menurut A. anditha Sari (2017:61-62) Win-Lost ~ 64 ~ strategy, dalam strategi ini masing-masing pihak ingin mengalahkan pihak yang lain dengan mengambil tindakan yang menguntungkan dirinya dan merugikan pihak lain. Penyelesaian dengan pendekatan ini tidak akan menumbuhkan perdamaian, Karena pihak yang lain merasa dirugikan dan akan menaruh kebencian. Lose-lose strategy, Penyelesaian dengan cara ini didasari oleh perasaan untuk melampiaskan kemarahan dengan melakukan tindakan yang merugikan kedua belah pihak. Dalam penyelesaian konflik seperti ini kedua belah pihak menjadi orang yang kalah. Win-win strategy, Pihak-pihak yang terlibat dalam konflik berusaha menciptakan suasana yang memberikan kesan bahwa tidak ada pihak yang kalah dengan berusaha menyelamatkan muka pihak lain (face saving strategy). Penyelesaian konflik seperti ini akan menumbuhkan suasana yang melegakan semua pihak. Dalam penyelesaian konflik di sebuah organisasi, diperlukan peranan pimpinan organisasi. Eisenhardt et al. dalam Robbins dan Hunsaker (1996) dan De Dreu dan Weingart (2003) bahwa sebuah organisasi dibutuhkan suatu strategi manajemen konflik melalui lima aktivitas seperti menghindari, mengakomodasi, mengkompromikan, mengkompetisikan dan berkolaborasi. Berikut penjelasan masing-masing aktivitas: 1. Menghidari (Avoiding) Seseorang atau organisasi cenderung untuk menghindari terjadinya konflik. Hal-hal yang sensitif dan potensial menimbulkan konflik sedapat mungkin dihindari sehingga tidak menimbulkan konflik terbuka. 2. Mengakomodasi (Accomodating) Anggota tim mau mengumpulkan dan mengakomodasikan pendapat-pendapat dan kepentingan pihak yang terlibat konflik, selanjutnya dicari jalan keluarnya dengan tetap mengutamakan kepentingan pihak lain atas dasar masukan-masukan yang diperoleh. 4. Mengkompromikan (Compromising) Penyelesaian konflik dengan cara melakukan negosiasi terhadap pihak-pihak yang berkonflik, sehingga kemudian meng- ~ 65 ~ hasilkan solusi (jalan tengah) atas konflik yang sama-sama memuaskan (lose-lose solution). 5. Berkompetisi (Competing) Pihak-pihak yang berkonflik saling bersaing untuk memenangkan konflik dan pada akhirnya harus ada pihak yang rela dikorbankan (dikalahkan) kepentingannya demi tercapainya kepentingan pihak lain yang lebih kuat atau yang lebih berkuasa (win-lose solution). 6. Mengkolaborasikan (Collaborating) Pihak-pihak yang saling bertentangan akan sama-sama memperoleh hasil yang memuaskan, karena mereka justru bekerjasama secara sinergis dalam menyelesaikan persoalan, dengan tetap menghargai kepentingan pihak lain, sehingga kepentingan kedua pihak tercapai (menghasilkan win-win solution). B. Citra dan Reputasi 1. Pengertian Citra Citra menurut A. Anditha Sari (2017: 27) merupakan sesuatu yang abstrak (intangible) yang tidak dapat diukur secara sistematis tetapi dapat dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk yang khususnya datang dari publik (khalayak sasaran) dan masyarakat luas pada umumnya. Seperti yang dikemukakan Sutisna (2001) image adalah realitas. Program pengembangan citra didasarkan atas realitas. Jika kinerja baik, pelayanan terhadap konsumen baik dan ekpektasi konsumen sesuai dengan apa yang telah ditawarkan terpenuhi maka citra perusahaan akan dengan sendirinya memiliki citra positif. Frank Jefkins (2002: 412) mengartikan citra sebagai kesan, gambaran atau impresi yang tepat (sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya) mengenai berbagai kebijakan personel, produk, atau jasa-jasa suatu organisasi atau perusahaan. Definisi lain citra diungkapkan oleh Rhenald Kasali (2003: 30). sebagai kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan. Pemahaman itu sendiri timbul karena adanya informasi. ~ 66 ~ Proses pembentukan citra sesuai dengan pengertian system komunikasi seperti yang dijelaskan oleh John S. Nimpoeno dalam Soemirat (2012: 115)sebagai berikut: Proses intern dalam model ini adalah pembentukan citra sedangkan input adalah stimulus yang diberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Jika stimulus ditolak proses selanjutnya tidak akan berjalan. Hal ini menunjukkan bahwa rangsang tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi individu karena tidak mendapat perhatian dari individu. Sebaliknya, jika rangsang diterima oleh individu berarti terdapat komunikasi dan perhatian dari komunitas sehingga proses selanjutnya dapat berjalan. Kognisi yaitu suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus. Keyakinan ini bisa diperoleh ketika individu telah mengerti stimulus dan diberikan informasi yang mempengaruhi perkembangan kognisinya. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap memiliki daya dorong yaitu motivasi. Sikap menentukan apakah ~ 67 ~ mau pro atau kontra, menentukan yang disukai atau tidak disukai, diharapkan dan diinginkan. 2. Macam - Macam Citra Menurut Frank Jefkins, dalam bukunya Hubungan Masyarakat yang dikutip oleh A. anditha Sari (2017: 29-32) ada beberapa jenis citra (image) yang dikenal di dunia public relations dan dapat dibedakan satu dengan yang lainnya sebagai berikut: 1. Citra Cermin (mirror image) Pengertian disini bahwa citra cermin yang diyakini oleh perusahaan yang bersangkutan terutama para pemimpinnya yang selalu merasa dalam posisi baik tanpa mengacuhkan kesan orang luar. Setelah diadakan studi tentang tanggapan, kesan dan citra di masyarakat ternyata terjadi perbedaan antara yang diharapkan dengan kenyataan citra di lapangan, bisa terjadi justru mencerminkan “citra” negatif yang muncul. 2. Citra Kini (current image) Citra merupakan kesan yang baik diperoleh dari orang lain tentang perusahaan /organisasi atau hal yang berkaitan dengan produknya. Berdasarkan pengalaman dan informasi kurang baik penerimaanya, sehingga dalam posisi tersebut pihak humas/PR akan menghadapi resiko yang sifatnya permusuhan, kecurigaan, prasangka buruk (prejudice) dan hingga muncul kesalahpahaman (misunderstanding)yang menyebabkan citra yang ditanggapi secara tidak adil atau bahkan kesan negatif yang diperolehnya. 3. Citra Keinginan (wish image) Citra keinginan ini adalah seperti apa yang ingin dan dicapai oleh pihak manajemen terhadap lembaga/perusahaan, atau produk yang ditampilkan tersebut lebih dikenal good awareness, menyenangkan dan diterima dengan kesan yang selalu positif diberikan (take and give) oleh publiknya atau masyarakat umum. ~ 68 ~ 4. 5. 6. Citra Perusahaan (corporate image) Jenis citra ini adalah yang berkaitan dengan sosok perusahaan sebagai tujuan utamanya, bagaimana menciptakan citra perusahaan (corporate image) yang opsitif, lebih dikenal serta diterima oleh publiknya, mungkin tentang sejarahnya, kualitas pelayanan prima, keberhasilan dalam bidang marketing dan hingga berkaitan dengan tanggung jawab sosial (social care) sebagainya. Citra serbaneka/majemuk (multiple image) Citra ini merupakan citra pelengkap dari citra perusahaan diatas, misalnya bagai mana pihak humas/PR akan menampilkan pengenalan (awareness) terhadap identitas perusahaan, atribut logo, brand’s name, seragam (uniform) para front liner, sosok gedung, dekorasi lobby kantor dan penampilan para profesionalnya. Semua itu kemudian diunifikasikan atau diidentikan kedalam suatu citra serbaneka/majemuk (multiple image) yang diintegrasiakn terhadap citra perusahaan (corporate image) Citra penampilan (performance image) Citra penampilan ini lebih ditujukan kepada subjeknya, bagaimana kinerja dan penampilan diri (performance image) para profesional pada perusahaan bersangkutan. Misal dalam memberikan berbagai bentuk dan kualitas pelayanan, menyabut telpon, tamu dan pelanggan serta publiknya, harus serba menyenangkan serta memberikan kesan yang selalu baik. Mungkin masalah citra penampilan ini kurang diperhatikan atau banyak disepelekan orang. Misalnya, dalam hal mengangkat secara langsung telpon yang sedang berdering tersebut dianggap sebagai tindakan interupsi, termasuk si penerima telpon masuk tidak menyebut identitas nama pribadi atau peruashaan bersangkutan merupakan tindakan kuang bersahabat dan melanggar etika. ~ 69 ~ 3. Pengertian Reputasi Reputasi organisasi merupakan salah satu hal penting bagi keberhasilan organisasi. Reputasi sering kali dianggap sama dengan citra oleh orang awam. Reputasi perusahaan dipengaruhi model psikologi yang dipengaruhi persepsi kualitas produk atau jasa yang disediakan oleh perusahaan. Paul A. Argenti dan Bob Druckenmiller (2004) mendefinisikan reputasi perusahaan sebagai gabungan dari berbagai macam image yang mewakili suatu perusahaan. Yang mana reputasi ini dibangun sejak lama yang berdasarkan identitas perusahaan, kinerja perusahaan serta bagaimana masyarakat mempersepsikan perilaku perusahaan tersebut. Reputasi tentang suatu perusahaan ditangkap oleh publik (masyarakat) secara langsung maupun tidak langsung berdasarkan pengalaman dan informasi yang diterima. Corporate reputation kadang-kadang dilihat sama dengan corporate image, sebagai perwakilan persepsi pihak luar terhadap corporate image (Albert Caruana, 1997). Gary L. Clark, at. Al (1992), menyatakan image perusahaan yang bagus bisa berpengaruh terhadap perilaku individual di luar perusahaan. Menurut Kevin Lane Keller, 1998, Corporate Image bisa dilihat sebagai asosiasi dalam memory konsumen terhadap perusahaan dalam pembuatan produk atau penyediaan jasa secara keseluruhan. Corporate diimagekan tergantung dari beberapa faktor seperti: (1) produk yang dibuat oleh perusahaan tersebut, (2) tindakan/aktivitas yang dilakukan perusahaan, (3) cara bagaimana perusahaan tersebut mengkomunikasikan kepada konsumen. Keller menyebutkan beberapa asosiasi yang penting dalam melihat corporate image, yaitu: Atribut produk (common product attribut, benefit or attitude), Hubungan dengan pelanggan (people and relationship), Values and Program, Kredibilitas perusahaan (Corporate Credibility). 4. Perbedaan Pandangan Citra dan Reputasi Menurut Keller, 1992, Corporate credibility tergantung pada tiga hal yaitu: Corporate expertise (pengalaman perusahaan) yaitu tingkatan dimana perusahaan terlihat mampu membuat dan menjual ~ 70 ~ produk atau memberikan layanan secara kompeten, Corporate trustworthiness yaitu tingkatan dimana perusahaan terlihat seperti termotivasi menjadi terbuka, tergantung dan sensitive terhadap kebutuhan konsumen, Corporate Likability yaitu tingkatan dimana perusahaan terlihat seperti menyenangkan, menarik, prestisius, dinamis dsb. Gary L. Clark, at al, 1992, membagi corporate image dalam enam faktor yaitu: Bertindak adil dengan konsumen, memperhatikan kepuasan pelanggan, perusahaan yang memiliki reputasi (kredibel), perusahaan yang tertarik pada opini pelanggan, sopan terhadap pelanggan, memperhatikan kualitas poduk. Dari penjabaran diatas, nampak bahwa ada perbedaan antara Corporate Image dengan Corporate Reputation adalah sebagai berikut: Corporate Image Cerminan dari identitas organisasi berupa persepsi publik terhadap kualitas pelayanan, produk dan perilaku organisasi Organisasi bisa memiliki image yang berbeda tergantung siapa publik dan stakeholdernya Strategi pencitraan bisa mencakup:  Product/service  Social responisibility, corporate citizenship  Environment  communication tools Corporate Reputation Merupakan evaluasi publik bahwa organisasi memenuhi harapan-harapan publik Terbangun sepanjang waktu, sebagai payung mempermudah mengatasi krisis Produk dan stakeholder internal dan eksternal ~ 71 ~ Evaluasi Berikut adalah pertanyaan yang dapat digunakan sebagai evaluasi materi. 1. Jelaskan bagaimana citra dibentuk! 2. Jelaskan bagaimana reputasi mampu mempengaruhi kinerja perusahaan! 3. Carilah sebuah kasus organisasi yang memiliki permasalahan reputasi dan berilah solusi dari reputasi tersebut! ~ 72 ~ DAFTAR PUSTAKA Abdul Azis Wahab. 2008 Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Alfabeta Arni, Muhammad. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara Boone, Louis E and Bowen Donal D. 1998. The Great Writing In Management and Organizational Behavior, Tulsa: PennWell Books. Cangara, Hafied. 1994. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers. Davis, Keith & JohnWNnewstrom. 2004. Perilaku dalam organisasi Alih bahasa. Agus Darma. Jakarta. PT. erlangga De Dreu CKW, Weingart LR. 2003. Task versus relationship conflict, team performance, and team member satisfaction: a meta analysis. Journal of Applied Psychology, 88(4): 741-749. Gibson, James I. 1990. Organisasi Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Erlangga. Irawati D. 2007. Manajemen konflik sebagai upaya meningkatkan kinerja teamwork dalam organisasi. Segmen Jurnal Manajemen Bisnis, (2): 15-27. Jefkins, Frank. 2002. Publick Relations Edisi Kelima Direvisi Oleh Daniel Yadin. Jakarta: Erlangga Kasali, Rheland.. 2003. Manajemen Public Relations. Jakarta. Grafiti Keller, K. L., “Conceptualizing, measuring, and managing customer based brand equity”, Journal of Maketing, 57(1), 1- 22, 1993 Lambert EG, Pasupileti S, Cluse-Tolar T, Jennings M, Baker D. 2006. The impact of work-family conflict on social work and human service worker job satisfaction and organizational commitment. An exploratory study. Administration in Social Work. ~ 73 ~ Muhammad, Arni. KomunikasiOrganisasi. (Jakarta: BumiAksara. 1995) Mulyana, Dedi. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. (Bandung: Remaja Rosdakarta. 1998 Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Onong Effendy, 1994, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya. Pace, Wyne dan Don Fules. 1998. Komunikasi Organisasi: Strategi Meningka tkan Kinerja perusahaan, alih bahasa Deddy Mulyana dan Ekus Kuswaro. Bandung: Remaja Rosdakarya Pace, R. Wayne dan Faules Don F. 2010. Komunikasi Organisasi. Remaja Rosdakarya: Bandung Robbins, Stephen P, and Mary Coulter. 1999. Management (terjemahan) Sixth edition, , Prentice -Hall., Inc. Robbins SP, Hunsaker PL. 1996. Training in Interpersonal Skill: Tips for Managing People At Work. Edisi 2. Jersey (US): Prentice Hall. Robbins, Stephen P. (1994), Teori Organisasi Struktur, Desain & Aplikasi Edisi Soemirat, Soleh dan Elvinaro Ardiyanto. 2012. Dasar–Dasar Public Relations. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tyson, Shaun & Tony Jackson. 1992. Perilaku Organisasi. Terj Deddy Jacous & Dwi Prabantini. Yogyakarta: Andi Tubbs, Stewart L.–Moss, Sylvia. 2005. Human Communication: Konteks-Konteks Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Wiryanto, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Grameia Wiiasarana Indonesia. A. Anditha Sari. 2017. Komunikasi Antarpribadi. Deepublish. Yogyakarta ~ 74 ~ GLOSARIUM Artefak : Cultural : Dimensi : Haptik : Iklim Integrasi Interaksi : : : Irreversible : Karakteristik : Konflik : komunikasi melalui cara memanipulasi objek dengan seseorang, misalnya penggunaan parfum, pakaian, lipstik dan lain-lain. pola hidup menyeluruh terbentuk karena adanya pola kebiasaan yang telah turun temurun dilakukan bahkan dapat dianggap sebagai sesuatu yang sakral. Salah satu aspek yang meliputi atribut, elemen, item, fenomena, situasi, atau factor yang membentuk suatu entitas. Jenis komunikasi yahg berupa gerakan, seperti sentuhan, pukulan, tindakan memegang dan lain-lain Suasana seseorang kepada orang lain Pembauran menjadi kesatuan utuh dan bulat. Hubungan timbal balik antara individu yang satu dengan yang lainnya yang saling mempengaruhi dalam hal bersosialisasi dan berkomunikasi. Dalam komunikasi sekali kita mengirimkan pesan, kita tidak dapat mengendalikan pengaruh pesan tersebut bagi khalayak, apalagi menghilangkan efek pesan tersebut sama sekali merupakan ciri atau karateristik yang secara alamiah melekat pada diri, keompok maupun institusi. sebuah keadaan dimana antara pihak yang bermasalah tidak mencapai tujuan dan kesepakatan yan ada sehingga hal ini bisa mencampuri urusan masing-masing pihak. ~ 75 ~ Kinetik : Komunikator : Kronemik : Mutakhir Nonverbal : : Noise : Non sekuensial : Parabahasa : Personal Personalisasi : : Perspektif : Jenis komunikasi yang diungkapkan melalui gerakan tubuh, postur, tangan, kaki, ekspresi wajah, garakan mata dan tangkai lengan. Kelompok ataupun seseorang yang menyampaikan gagasan, perasaan, ataupun pemikirannya kepada orang lain adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal. Penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal meliputi durasi yang dianggap cocok bagi suatu aktivitas, banyaknya aktivitas yang dianggap patut dilakukan dalam jangka waktu tertentu, serta ketepatan waktu Terakhir, terbaru Suatu proses dari komunikasi yang dimana penyampaian informasi atau pesannya tidak memakai kata-kata komunikasi ini sering disebut juga dengan bahasa isyarat sinyal yang tidak diinginkan dalam transmisi informasi atau gangguan. Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah. Keragaman berbicara yang berbeda dari katakata actual atau tata kalimat dan memuat banyak arti. bersifat pribadi atau perseorangan proses, cara, perbuatan mengubah atau memodifikasi sesuatu (telepon, komputer dan sebagainya) agar menunjukkan ciri personal tertentu. Suatu cara pandang terhadap suatu masalah yang terjadi atau sudut pandang tertentu yang digunakan dalam melihat suatu fenomena. ~ 76 ~ Proksemik : Prediksi Prosesual : : Realitas Simbolik Sosialisasi : : : Transaksional : Transformasi : Verbal : Orientasi ruang yaitu jenis komunikasi yang berkaitan dengan penggunaan ruang, personal dan sosial. pernyataan tentang peristiwa masa depan komunikasi yang dapat mengubah sebuah prilaku. Kenyataan dalam kehidupan sehari-hari Lambang yang mengandung makna atau arti. Suatu proses belajar yang dilakukan oleh seorang individu untuk bertingkah laku berdasarkan batasan-batasan yang telah ada dan diakui di dalam masyarakat. proses pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara terus menerus dalam sebuah episode. Perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi dan sebagainya) Suatu bentuk komunikasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan cara tertulis atau dengan cara lisan. ~ 77 ~ ~ 78 ~ INDEKS A N Artefak, 56, 81, 86 Noise, 10, 82, 86 Nonsekuensial, 86 Nonverbal, 82, 86 C Cultural, 41, 42, 81, 86 D Dimensi, 9, 17, 18, 81, 86 H Haptik, 56, 81, 86 I Iklim, 47, 48, 81, 86 Integrasi, 22, 81, 86 Interaksi, 10, 24, 81, 86 Irreversible, 81, 86 K Karakterisitik, 86 Karakteristik, 9, 15, 21, 81 Kinetik, 55, 82, 86 Komunikator, 82, 86 Konflik, 62, 64, 65, 66, 70, 81, 86 Kronemik, 56, 82, 86 M P Parabahasa, 56, 82, 86 Personal, 24, 82, 86 Personalisasi, 82, 86 Perspektif, 43, 83, 86 Prediksi, 13, 83 Proksemik, 56, 83, 86 Prosesual, 83, 86 R Realitas, 83, 86 S Simbolik, 83, 86 Sosialisasi, 83, 86 T Transaksional, 83, 86 Transformasi, 45, 83, 86 V Verbal, 50, 53, 83 Mutakhir, 41, 44, 82, 86 ~ 79 ~ ~ 80 ~ PROFIL PENULIS Nama A. ANDITHA SARI S,Sos M.I.Kom. Lahir di Kota Surakarta tanggal 28 Desember 1985. Setelah menyelesaikan S1 Komunikasi di Universitas Sebelas Maret tahun 2009, beliau mulai terjun ke dunia sosial dan lingkungan. Di dunia sosial beliau lebih concern di dunia kepemudaan terutama pengembangan organisasi Karang Taruna. Di bidang sosial membentuk kelompok pemuda peduli lingkungan dan merintis kepedulian mengenai sampah organic dengan pola recycle. Di tahun 2011 diberi kepercayaan untuk membimbing anak- anak sekolah dasar di salah satu sekolah swasta di Kota Surakarta. Di sela-sela kesibukannya, menyempatkan diri untuk melanjutkan pendidikan S2 di Manajemen Komunikasi Universitas Sebelas Maret. Mimpi menjadikan lingkungan lebih sehat dan bersih masih menjadi harapan untuk terwujud. Setelah masa studi pendidikan pasca sarjana selesai di tahun 2014, beliau mendapatkan kesempatan mengabdikan diri sebagai pengajar di Politeknik Indonusa Program Studi D3 Komunikasi Massa. Buku yang sudah diterbitkan adalah Praktik Komunikasi di Dunia Bisnis (2015) Komunikasi Antarpribadi (2016) dan Dasar-Dasar Public Relation (2017) (e-mail: anditha@poltekindonusa.ac.id) ~ 81 ~ Jahid Syaifullah merupakan seorang akademisi dalam bidang komunikasi di kampus Politeknik Indonusa Surakarta. Sebelum bergabung di bidang akademisi, penulis sempat bergabung di media televisi local di kota Surakarta. Penulis yang lahir di sebuah desa kecil di Kabupaten Karangayar ini menekuni dunia broadcasting semenjak tahun 2004 saat mengenyam pendidikan di kota yogyakarta. Kecintaan kepada dunia broadcasting selama beberapa tahun inilah yang kemudian mengantarkan kepada sebuah industri televisi. Dalam ranah pengembangan keilmuan, beberapa penelitian telah di hasilkan dan di jurnalkan baik itu jurnal lokal, maupaun nasional. Penulis lebih banyak concern ke media sosial, terutama mengenai pengguna media sosial, atau bahkan dampaknya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Pengembangan ranah keilmuan, penulis terbuka untuk diskusi di email jahid@ poltek indonusa.ac.id ~ 82 ~ ~ 83 ~ ~ 84 ~