Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Chronologia (2023) vol. 4 no. 3 hal. 129-139 http://dx.doi.org/10.22236/jhe.v4i3.11136 E-ISSN: 2686-0171 Menulusuri Aspek Maritim Sungai Musi Untuk Pembelajaran Sejarah Lokal Exploring The Maritime Aspect of The Musi River For Learning Local History Aulia Novemy Dhita 1, Muhammad Reza Pahlevi 2 1 Universitas Sriwijaya E-mail: aulianovemydhita@unsri.ac.id, mrpahlevi@fkip.unsri.ac.id Diterima: 13 Februari 2023 | Direvisi: 31 Maret 2023 | Diterbitkan: 31 Maret 2023 ARTICLE INFO ABSTRACT The Musi River has an important role in historical periodization in Palembang, especially during the Srivijaya period. However, the role of the Musi river has not been conveyed so often in the concept of learning local history and its relation to maritime affairs. Based on these conditions, this study aims to examine the maritime aspects of the Musi River as a means of learning local history. The method used is a qualitative method using a historical approach. The role of the Musi river in Indonesian maritime needs to be developed for learning local history. This is very important because Sriwijaya's maritime glory was also influenced by the Musi river. This role can be explained through maritime aspects, namely trade, shipping, shipping, maritime traditions, sea mythology, piracy, fisheries, law of the sea. Based on exploring these maritime aspects, the material on the Musi river becomes broader and contextual to be applied in learning local history based on the basic competencies of the curriculum. Keywords: Musi River, Maritime, Palembang, Learning Local History. Kata Kunci: Sungai Musi, Maritim, Palembang, Pembelajaran Sejarah Lokal. Sungai Musi memiliki peran penting dalam periodisasi sejarah di Palembang terutama pada masa Sriwijaya. Namun peran sungai Musi itu belum begitu sering disampaikan dalam konsep pembelajaran sejarah lokal dan kaitannya dengan kemaritiman. Berdasarkan kondisi tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menelaah aspek maritim sungai Musi sebagai sarana pembelajaran sejarah lokal. Metode yang digunakan yaitu metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan historis. Peran sungai Musi dalam kemaritiman Indonesia perlu dikembangkan untuk pembelajaran sejarah lokal. Hal ini menjadi sangat penting karena kejayaan maritim Sriwijaya juga dipengaruhi oleh sungai Musi. Peran tersebut dapat dijelaskan melalui aspek maritim yaitu perdagangan, pelayaran, perkapalan, tradisi bahari, mitologi laut, perompakan, perikanan, hukum laut. Berdasarkan penelusuran aspek maritim tersebut, materi sungai Musi menjadi lebih luas dan konstektual untuk diterapkan dalam pembelajaran sejarah lokal dengan berpedoman pada kompetensi dasar kurikulum. Menurut kamus bahasa Indonesia „maritim‟ PENDAHULUAN Membicarakan „maritim‟ identik dengan „laut‟ diartikan sebagai sesuatu yang berkenaan sehingga dua kata tersebut dianggap memiliki dengan laut, berkenaan dengan pelayaran. satu makna. Kata „maritim‟ berasal dari bahasa Sedangkan „laut‟ adalah perairan asin besar Inggris, yang „maritime‟ yang artinya navigasi. dikelilingi secara menyeluruh atau Dhita, Pahlevi, 2023, Menelusuri Aspek Maritim . . . sebagian oleh daratan. Secara baik di wilayah Ilir (dibagian Utara sungai Musi) geografis, Indonesia sebagai negara kepulauan yang atau berbasis maritim dapat dilihat dengan panjang Palembang. garis kemudian kampung Arab merupakan keturunan Arab yang menjadikan Indonesia sebagai negara ke-4 yang saat ini banyak berprofesi sebagai pedagang di memiliki garis pantai terpanjang setelah Amerika Pasar 16 Ilir Palembang dan ulama (Dhita & Serikat, Kanada dan Rusia (Adhayanto, 2014). Putri, 2021). pantai 95.181km yang memperkuat Selatan Penduduk sungai yang Musi) bermukim di kemaritiman Belanda, peran sungai di Palembang mengalami Indonesia. Beribu kota di Palembang, Sriwijaya perubahan. Modernisasi dengan penimbunan- sebagai kerajaan maritim dilengkapi dengan penimbunan keberadaan sungai Musi. Berkat keberadaan dalamnya sungai Musi yang strategis secara geografis, mengubah citra perkotaan Palembang. Persepsi Sriwijaya menjadi pusat peradaban dunia. Dapat penduduk lokal pun tentang ruang koa bergeser dikatakan bahwa kejayaan Palembang tidak mengenai dari “ruang perairan” ke “ruang lepas dari sungai Musi. Perspektif tersebut daratan”. Menurut analisis Irwanto, penduduk diperkuat oleh Furnivall yang menggambarkan mulai memaknai “ruang daratan” yang tercermin Palembang Sriwijaya dari jalan-jalan yang diciptakan oleh pemerintah merupakan kota yang sangat kaya, dan menjadi kolonial sebagai sarana transportasi yang jauh pusat imperium komersial yang menguasai lebih mudah dan cepat jika dibandingkan kawasan Nusantara (Nawiyanto & Endrayadi, dengan “ruang perairan” sebelumnya. Namun, 2016). pembangunan sebagai „status‟ (dibagian Memasuki periode pemerintahan Kolonial Secara historis, kerajaan maritim Sriwijaya semakin Ulu ibu kota sungai-sungai secara lambat jalan dan yang tapi ada pasti jembatan di telah yang Selain Sriwijaya, sungai Musi juga berperan menimbun sungai tersebut membawa implikasi dalam perkembangan Islam di Palembang. bagi masyarakat lokal yang melakukan proses Agama Islam yang dianut oleh masyarakat adaptasi terhadap pola daratan yang diciptakan Palembang oleh pemerintah kolonial (Farida et al, 2019). mewarnai perkembangan Sungai peradaban tersendiri di wilayah ini. Ideologi Musi juga membentuk identitas Islam yang berpadu dengan kondisi geografis masyarakat Palembang. Identitas yang melekat telah membentuk peradaban Islam yang khas ini memang tidak dapat dilepaskan dari letak Palembang. Peradaban-peradaban Islam itu sungai Musi yang berada diantara wilayah ilir muncul karena disebabkan oleh faktor, seperti: dan ulu Palembang. Keistimewaan sungai milik politik, wong kito galo ini sosial-budaya (agama), dan juga dapat dirasakan dari perekonomian. Salah satu peradaban Islam di berbagai aspek maritim. Walau membicarakan Palembang yang didorong oleh politik adalah maritim identik dengan laut, namun jika „melihat‟ Keraton Kesultanan Palembang Darussalam Sumatera (Farida et al, 2019). Peradaban Islam di sungai merupakan rupa bumi yang sangat Palembang tersebut saat ini dapat dilihat dari dominan di Sumatera (Asnan, 2019). Sehingga keberadaan kampung Arab ditepian sungai Musi ketika membicarakan „maritim‟ di Palembang 130 Selatan khususnya Palembang, Chronologia Volume 4 Nomor 3, bulan Maret, tahun 2023: hal 129 – 139 artinya berkaitan dengan sungai serta terutama media massa online. Selain itu juga menggunakan sungai Musi. menguraikan Pengembangan materi aspek maritim sungai pendekatan aspek historis maritim untuk sungai Musi memperkaya berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh sejarah maritim dalam pembelajaran sejarah Gusti Asnan dalam “Dunia Maritim Pantai Barat lokal. Pembelajaran sejarah lokal diakomodir Sumatera” dalam tersebut Musi merupakan kurikulum maupun bagian dari baik di perguruan sekolah menengah atas. tinggi perkapalan, Dalam (2007). yaitu Adapun aspek perdagangan, tradisi bahari, maritim pelayaran, mitologi laut, perguruan tinggi pembelajaran sejarah lokal perompakan, perikanan, hukum laut. Tema dikembangkan dalam kurikulum sebagai mata utama penelitian ini adalah mengembangkan kuliah sekolah materi sungai Musi untuk pembelajaran sejarah menengah atas, sejarah lokal dikembangkan lokal pada Kurikulum 2013 SMA. Berdasarkan oleh pada tahapan yang digunakan, diperoleh historiografi materi mengenai relevansi materi sungai Musi dengan berkaitan dengan Sriwijaya, maka guru sejarah kompetensi dasar pada Kurikulum 2013 dan di Palembang dapat mengembangkan aspek pengembangan materi berdasarkan enam aspek kemaritiman maritim yang diuraikan oleh Gusti Asnan. sedangkan guru kompetensi pada dengan dasar. sungai kurikulum tetap mengacu Sehingga Musi. ketika Pengembangan materi sungai Musi dalam sejarah maritim juga berperan penting dalam memperkuat identitas HASIL DAN PEMBAHASAN „kemaritiman‟ masyarakat Palembang sebagai Relevansi bagian dari bangsa Indonesia. Berdasarkan latar Pembelajaran Sejarah Lokal Materi Sungai Musi dalam akan Sejarah lokal adalah ”sejarah dari suatu menguraikan aspek maritim sungai Musi agar ”tempat”, suatu ”locality”, yang batasannya dapat ditentukan belakang tersebut digunakan penelitian sebagai ini materi dalam oleh ”perjanjian” yang diajukan pembelajaran sejarah lokal. Aspek maritim penulis sejarah (Abdullah, 1985). Beberapa sungai Musi akan diuraikan berkenaan dengan pengertian lain sejarah lokal dapat berfokus perdagangan, pelayaran, perkapalan, tradisi pada tempat itu sendiri, orang-orang yang bahari, mitologi laut, perompakan, perikanan, tinggal di sana, atau peristiwa yang terjadi di hukum laut (Asnan, 2007:4). tempat tertentu dan memberi kontribusi dalam mengembangkan METODE rasa kepemilikan sebagai sebuah bangsa (Hariyono, 2017; Sari & Sunarti, Penelitian ini menggunakan metode kualitatif 2022). dengan teknik analisis data Miles & Huberman Konsep sejarah lokal penting untuk (1992) meliputi reduksi data, penyajian data dan menggugah semangat nasionalisme bangsa verifikasi. Berbagai data diperoleh dari sumber Indonesia. Pengembangan materi sungai Musi berupa dokumen kurikulum, hasil penelitian untuk kepentingan pembelajaran sejarah lokal (yang ditulis dalam bentuk artikel dan buku) tidak hanya menguraikan peran sungai Musi di 131 Dhita, Pahlevi, 2023, Menelusuri Aspek Maritim . . . masa lampau namun juga bersifat kontekstual. Kelas Aspek Maritim Kompetensi Dasar Sungai Musi Untuk memulai pengembangannya, maka perlu memeriksa kurikulum. Misalnya berbagai dalam Kurikulum Merdeka, Sejarah terintegrasi dengan IPS, materi yang tepat mengenai sungai Musi tentang proses masuknya agama dan adalah Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia. teori kebudayaan Islam ke Indonesia Pada Kurikulum 2013 (masih diterapkan pada 3.8 Menganalisis beberapa sekolah menengah atas di Indonesia), Perdagangan, perkembangan tradisi posisi mata pelajaran Sejarah difungsikan untuk kehidupan perikanan membentuk karakter bangsa dan menjadi alat masyarakat, pemersatu rasa kebangsaan dan cinta tanah air. pemerintahan Pada Kurikulum 2013 kajian Sejarah Indonesia budaya pada masa dan Peminatan memberikan alokasi waktu yang kerajaan-kerajaan besar bagi pengembangan sejarah lokal. Islam di Indonesia 3.5 Menganalisis proses masuknya agama pada XI Perdagangan, pelayaran perkembangan penjajahan bangsa Eropa ke Indonesia 3.6 Menganalisis Perdagangan, perkembangan pelayaran, kehidupan perkapalan, masyarakat, perompakan, dan budaya pada masa hukum 3.7 Menganalisis Pelayaran peristiwa proklamasi laut, perikanan kerajaan-kerajaan kemerdekaan dan maknanya bagi kehidupan sosial, budaya, Hindu dan Budha di politik serta ekonomi, dan pendidikan bangsa menunjukkan Indonesia bukti-bukti yang masih berlaku pada 3.1 Menganalisis proses masuk dan ke Indonesia contoh di Indonesia masa kini Hindu dan Budha Indonesia kehidupan masyarakat kebudayaan pemerintahan bukti-bukti yang masih berlaku teori tentang dan contoh Perdagangan berbagai dan serta menunjukkan Tabel 1. Relevansi Aspek Maritim Sungai Musi dalam Kurikulum 2013 SMA Aspek Maritim Kelas Kompetensi Dasar Sungai Musi X bahari, Selain Kurikulum 2013, Kurikulum Merdeka kehidupan Belajar masyarakat sangat memungkinkan mengembangkan materi sungai Musi. Merdeka Indonesia masa kini 3.7 Menganalisis juga belajar Perdagangan 132 memiliki hakikat bebas dalam Chronologia Volume 4 Nomor 3, bulan Maret, tahun 2023: hal 129 – 139 memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman menuju sungai dengan berdasarkan Sumatera). Untuk masuk ke pedalaman melalui kodratnya. Hal ini sejalan dengan pendapat para sungai Ogan dan sungai Komering. Dari uraian tokoh Sjahrir, tersebut, Palembang berada di tengah arus lalu Merdeka Belajar berperan untuk membangun lintas tersebut (Sevenhoven, 1971). Akibat lalu stabilitas politik dan sistem politik yang sehat lintas di sungai-sungai tersebut, Palembang serta menciptakan manusia yang berkarakter mendapat keuntungan. mengakui bangsa manusia diantarnya menurut Musi (masuk pantai timur jati diri Sungai Musi memiliki sembilan anak sungai bangsa Indonesia (Pangestu & Rochmat, 2021). (Sungai Komering, Sungai Lematang, Sungai Konsep Merdeka Belajar ini dapat dikatakan Ogan, Sungai Rupit, Sungai Lakitan, Sungai sesuai yang Rawas, Sungai Batang Hari Leko, Sungai merdeka Kelingi dan Sungai Rawas) yang mengalir di sesuai dengan dengan dikemukakan belajar kebudayaan dan konsep oleh adalah pendidikan Freire proses bahwa pengajaran bagian Sumatera Selatan. Berdasarkan data yang membebaskan peserta didik dari segala macam yang dihimpun dari website penjajahan, seperti banking system (Sesfao, satudata.palembang.go.id, Palembang memiliki 2020). Saat ini di Indonesia, beberapa sekolah tiga anak sungai besar dari sungai Musi (sungai masih menggunakan Kurikulum 2013 dan sudah Komering, sungai Ogan dan sungai Keramasan) menggunakan Kurikulum Merdeka Belajar. dan 114 anak sungai kecil yang tersebar di Kertapati, Seberang Ulu I, Seberang Ulu II dan Plaju, Ilir Timur I, Ilir Timur II, Kalidoni, Ilir Barat Geomorfologi Sungai Musi Palembang secara geografis adalah sebuah I, Ilir Barat II, Gandus, Kemuning, Sukarami, kota yang jauh dari laut (200km dari laut yang Sako/Sematang Borang dan Alang-Alang Lebar. ada di lepas pantai timur Sumatera). Untuk Sungai ini memiliki mata air yang berasal dari sampai di Palembang dapat melalui laut (selat daerah Kepahiang, Bengkulu dan bermuara di Bangka), lalu masuk ke sungai Musi. Sungai selat Bangka. Sungai Musi merupakan salah Musi memiliki panjang 700km dan lebar rata- satu sungai yang berbentuk meander. Sungai rata 300m di pulau Sumatera melewati empat meander dapat didefinisikan sebagai sungai provinsi yaitu Sumatera Selatan, Bengkulu, yang mempunyai alur berbelok-belok, sehingga Jambi dan Lampung. Dari 700km panjang hampir menyerupai huruf “S” berulang (Augustio sungai Musi, 460km dapat dilayari. Bagian hulu & Setiawan, 2019). sungai Musi terletak di daerah Kapahyang, kab. Rejanglebong Prov. Bengkulu. Mengembangkan Materi Sungai Musi Sedangkan bagian hilir berada di daerah Sungsang kab. Mengembangkan materi sungai Musi dalam Banyuasin Prov. Sumatera Selatan (Purwanti, pembelajaran sejarah lokal di sekolah dengan 2010). menggunakan uraian aspek maritim sungai Bagian sungai Musi yang dapat dilayari kapal Musi. besar diantaranya dari arah sungai Sungsang Aspek maritim tersebut yaitu perdagangan, pelayaran, perkapalan, tradisi 133 Dhita, Pahlevi, 2023, Menelusuri Aspek Maritim . . . bahari, mitologi laut, perompakan, perikanan, sungai Musi. Memasuki abad ke-18 Masehi hukum saat pemerintahan laut (Asnan, 2007:4). Selain Kolonial bawah diatas, transformasi transportasi air ke transportasi dikembangkan merujuk Gemeente Palembang, di menguraikan aspek maritim berdasarkan aspek materi Gemeente Belanda, Kompetensi Dasar (KD) Kurikulum 2013 pada darat. mata pelajaran sejarah SMA sebagaimana pembangunan jalan darat dengan menimbun diuraikan di bawah ini: anak sungai Musi. Sungai pertama yang ditimbun Palembang terjadi yaitu melakukan sungai Tengkuruk. Modernisasi dari „ruang air‟ ke „ruang darat‟ 1) Perdagangan, Pelayaran dan Perkapalan Palembang merupakan ibu kota Sriwijaya ini menggeser penggunaan ke transportasi pada abad ke-7 Masehi. Sebagian situs darat karena lebih mudah dan cepat (Santun, Sriwijaya berapa di sepanjang tepian sungai 2010). Walau demikian, lalu lintas di sungai Musi sampai jarak 5km dari tepi sungai Musi (Rangkuti, 2010). Sungai Musi merupakan menghubungkan „pijakan awal‟ Sriwijaya melakukan pelayaran pedalaman Palembang dengan masyarakat dan perdagangan (melakukan ekspedisi) ke di wilayah ibu kota hingga saat ini. masih „ramai‟. para Sungai Musi pedagang di dan Pada aspek perkapalan atau transportasi sejarah tentara Sriwijaya dari Palembang air yang digunakan di wilayah maritim adalah menuju dengan perahu dan kapal. Sungai Musi merupakan menyusuri sungai Musi dan melintasi selat jalur lalu lintas perahu dan kapal yang sibuk Bangka (Rangkuti, 2010). Sehingga tepat setidaknya sampai tahun 1835, sebelum dikatakan bahwa selat Bangka adalah „pintu menimbun sungai Tengkuruk. Pada masa masuk‟ ke Palembang begitu pula sebaliknya, Kesultanan Palembang, selain digunakan „jalan‟ bagi Sriwijaya menuju dunia (Zusneli, sebagai alat dalam aspek perdagangan, 2015). transportasi air luar. Berdasarkan Kota bukti Kapur arkeologis (Bangka) pertahanan. Di sungai Musi terdapat rakit- Sekitar abad ke-10 Masehi, Sriwijaya telah menguasai semenanjung Malaya digunakan untuk sistem rakit bagian kayu yang disiapkan agar dapat utara mampu mengontrol jalur perdagangan menghalau kapal musuh saat memasuki antara dua emporioum besar yaitu Cina dan perairan sungai Musi. Strategi rakit ini India. Disamping wilayah Cina dan India, digunakan oleh Sultan Mahmud Badaruddin para pedagang Arab juga telah melakukan II untuk memperkuat sistem pertahanan kontak dagang dengan wilayah Sriwijaya. Kesultanan Palembang melawan Belanda Para pedagang ini menggunakan kapal Jung (Purwanti, masuk ke sungai Musi. Selain perdagangan transportasi yang turut meramaikan sungai dengan dunia luar, perdagangan lokal juga Musi pada masa Kesultanan Palembang dilakukan diantaranya kesultanan di sungai Musi. Palembang Pada masa 2010). perahu jukung, perahu kajang. kegiatan perdagangan dilakukan diatas perahu di 134 Selain rakit, pancalang, jenis perahu Chronologia Volume 4 Nomor 3, bulan Maret, tahun 2023: hal 129 – 139 Memasuki perahu dan awal kapal abad ke-20 mulai Palembang dan sebaliknya serta pengangkut Masehi batu bara. menggunakan teknologi mesin. Jenis transportasi air lainnya yang dapat ditemukan di sungai 2) Tradisi Bahari dan Mitologi Laut Musi (perahu Tradisi bahari adalah warisan masyarakat bermotor cepat) dan tongkang. Tongkang perairan yang masih berlangsung hingga mengangkut barang-barang kebutuhan pokok saat ini. Tradisi bahari yang paling melekat dan daerah-daerah dengan sungai Musi yaitu lomba balap pedalaman yang belum memiliki jalan darat perahu bidar dan perahu hias. Perlombaan dan perabu diantaranya ketek, speed membawanya hanya dapat ke boat dilalui dengan bidar pada masa pemerintahan menggunakan jalan laut (Santun, 2010). Ada Kolonial Belanda dilakukan untuk merayakan juga di hari ulang tahun Ratu Wilhemina. Lomba sungai Musi dari dermaga di Kab. Musi perahu bidar digelar untuk memperingati Hari Banyuasi, Kab. Banyuasin, Muara Enim dan Ulang Palembang. Aktivitas tongkang di sungai Indonesia Musi menimbulkan permasalahan seperti Pada tahun 2019 pelaksanaan lomba perahu menabrak tiang jembatan Ampera, menabrak bidar ditunda karena COVID-19. Kegiatan kapal Jukung, dermaga dan rumah rakit. tersebut kembali diselenggarakan pada bulan tongkang pengangkut batubara Tahun Kemerdekaan Republik dan Hari Jadi kota Palembang. Agustus tahun 2022. Perahu (ketek dan speed boat) dibuat secara tradisional oleh masyarakat yang hidup sekitar sungai Musi. Salah satu wilayah yang banyak memproduksi perahu yaitu di daerah 2 Ulu Palembang. Mereka membuat perahu jenis speed boat berdasarkan pesanan dari Palembang atau dari Banyuasin dan Sungsang. Lama pengerjaan yaitu tiga Gambar 1. Lomba Perahu Bidar di sungai Musi Palembang Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022 hari jika dilakukan oleh tiga orang. Biaya membuat speed boat baru sekitar 7,5 juta sedangkan untuk memperbaiki speed boat Menurut salah satu sumber, perahu idar yang rusak diperlukan sekitar 1 juta. sama dengan perahu pancalang. Perahu Bebagai jenis transportasi air di sungai Musi digunakan untuk pancalang digunakan sultan untuk berlayar mendukung ke wilayah pedalaman. Perahu ini memuat perekonomian seperti mencari ikan, wisata sekitar (menuju Pulo Kemaro, Kampung Arab dan berlayar lainnya), dan banyaknya pendayung pada perahu tersebut, kebutuhan lainnya dari daerah pedalaman ke dapat dipastikan perahu ini berukuran besar pengangkut komoditas 50 pendayung dengan sehingga cepat. dapat Berdasarkan (panjang 10-20 m dan lebar 2,5-3 m) 135 Dhita, Pahlevi, 2023, Menelusuri Aspek Maritim . . . (Elfariansyah & Attas, 2022). membuat beberapa pihak „sakit kepala‟ atas Warisan pernyaaan tersebut. masyarakat sungai Musi lainnya yaitu rumah rakit. Pada awalnya rumah rakit dihuni oleh Perairan yang dikuasai oleh Sriwijaya orang Tionghoa, Melayu, dan orang asing aman dari gangguan seperti bajak laut. lainnya (Sevenhoven, 1971). Sampai saat ini Sriwijaya rumah rakit menjadi ciri khas masyarakat pelayaran terhadap kejahatan bajak laut. Palembang menjamin Musi. Strategi mitologi, pada memasukkan kepala-kepala bajak laut dalam masyarakat Palembang „beredar‟ mitologi ikatan kerajaan dengan memberikan bagian mengenai antu banyu (bahasa Palembang, tertentu dari hasil perdagangan. Sehingga yang artinya Hantu Air). Mitos antu banyu dapat dikatakan bahwa bajak laut merupakan yang masyarakat bagian dari sistem perdagangan Sriwijaya Palembang kemudian diabadikan menjadi (Suryosumarto, 2006). Selain itu, pasukan cerita rakyat, salah satunya, oleh Sari Herleni Sriwijaya digambarkan sebagai pasukan laut berjudul “Antu Banyu Cerita dari Sumatera yang terlatih, tidak takut mati dan setia pada Selatan”, Laboratorium raja. Mereka memiliki kekuataan maritim Kebhinekaan Bahasa dan Sastra, Kemdikbud yang cukup memadai seperti ketersediaan pada tahun 2016. Mitologi antu banyu yang kapal, senjata seperti rantai, dan punya berkembang nilai-nilai keahlian tempur yang cukup kuat. Setiap diantaranya untuk menjaga ekosistem ikan di kapal pedagang yang masuk akan diperiksa sungai Musi dan menjaga sungai Musi dari dan membayar pajak sebelum memasuki pencemaran sehingga dapat terus layak kawasan perdagangan Sriwijaya. Bagi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air melanggar, terutama masyarakat yang tinggal di tepian segera sungai Musi dan masyarakat Palembang menghukum awak kapal yang membangkang pada umumnya. Selain itu juga tersebut (Kee-Long, 1998: 301-302). Berkaitan sepanjang dengan aspek berkembang diterbitkan ini pada oleh memiliki dilakuakn jalur-jalur sungai di yang keamanan pasukan mengejar Sriwijaya yaitu laut tersebut akan kapal tersebut dan Pada abad ke-18 Masehi pasca Sriwijaya, perompakan sering terjadi di selat Bangka 3) Perompakan dan Hukum Laut Perompakan perampokan atau yang bajak laut dilakukan dan adalah di sungai Musi. Mengenai peristiwa perompakan itu Residen Palembang sering laut (perairan). Mereka merampas barang-barang mengajukan dari kapal-kapal yang berhasil mereka bajak. Muhamad Bahauddin (1776-1804) tentang Topik bajak laut mengingatkan pada tahun hal 2019, menghalau ketika Ridwan Saidi mengatakan ini. protes Pihak sultan elanong bahwa Sriwijaya merupakan kerajaan fiktif kawasan perairan dan hanya berisi sekelompok bajak laut. tersebut tidak Pernyataan (Rochmiatun, ini sangat kontroversi dan 136 kepada pun berulangkali (bajak ini dapat 2016). Sultan akan laut) dari tetapi hal menghilangkannya Dalam konsep Chronologia Volume 4 Nomor 3, bulan Maret, tahun 2023: hal 129 – 139 kontekstual, bajak laut dapat diartikan bentuk KESIMPULAN kejahatan yang terjadi di sungai Musi. Sejarah maritim merupakan salah satu tema penting dalam pembelajaran sejarah lokal. 4) Perikanan Walau sejarah maritim lebih banyak dikaitkan Sungai Musi memberikan berkah dengan laut, namun di Palembang sejarah perekonomian bagi masyarakat Palembang Maritim sangat erat kaitannya dengan sungai. terutama bidang perikanan. Dalam ANRI, Hal ini berdasarkan bentangan alam dan kajian Bundel Palembang No. 62.7; No. 62.2 historis Palembang yang berkenaan dengan (Efrianto et al, 2014) berbagai jenis ikan yang sungai. ada di sungai-sungai Palembang antara lain berdasarkan konsep pembelajaran sejarah lokal ikan Tapa, ikan diantaranya bersifat kontekstual dan dekat Lemak, ikan Lais, ikan Materi sungai Musi dikembangkan Tembakang, ikan Patin, ikan Bandeng, ikan dengan Kluyu, ikan Pareh, ikan Datum, ikan Belida, Kurikulum 2013 atau Kurikulum Merdeka Belajar ikan Sagaret, ikan Arok, ikan Toman, ikan memiliki relevansi yang sangat kuat dengan Tongkol, ikan Delak, ikan Buju, ikan Lele, pengembangan materi sungai Musi. Pengkajian ikan Juara, ikan Blutulang, ikan Tebangkang sungai Musi melalui aspek maritim selain dan lainnya. Adapun jenis ikan yang ada di memperkuat sungai Musi yaitu ikan Tenggiri, ikan Belida pembelajaran sejarah lokal sungai Musi, juga dan ikan Gabus (Efrianto, 2014) yang dapat memberikan pembelajaran yang bermakna bagi diolah menjadi makanan khas Palembang peserta didik. seperti pempek dan berbagai jenis pindang. Aspek lingkungan peserta kemaritiman perdagangan, didik. Indonesia pelayaran Baik melalui dan Selain dari ikan, pempek juga dapat diolah perkapalan memiliki kaitan satu sama lain. dari udang yang disebut „pempek udang‟. Dimulai dari periode Sriwijaya hingga saat ini, Daerah yang banyak menghasilkan udang sungai Musi berperan penting pada tiga aspek yaitu Sungsang (muara sungai Musi). Ikan tersebut. Selanjutnya aspek tradisi bahari sungai dan udang yang mereka tangkap diolah Musi yaitu berkaitan dengan lomba balap menjadi terasi untuk dijual ke pulau Jawa dan perahu bidar, perahu hias dan rumah rakitt. wilayah 2016). Selanjutnya aspek mitologi, pada masyarakat Berdasarkan fungsinya, pempek memiliki Palembang berkembang „kisah‟ antu banyu. empat fungsi yaitu makanan sehari-hari Aspek maritim yang tak kalah menarik lainnya masyarakat dalam yaitu perompakan dan bajak laut. Sriwijaya upacara tradisional, komoditas ekonomi dan memiliki strategi „jitu‟ merangkul bajak laut untuk identitas masyarakat Palembang (Efrianto, kepentingan 2014). Namun pada masa Kesultanan Palembang lainnya (Rochmiatun, Palembang, sajian perdagangan pada masanya. hingga saat ini, memiliki „cerita‟ yang berbeda. Aspek maritim yang terakhir yaitu perikanan. Sungai Musi memiliki berbagai jenis ikan yang 137 Dhita, Pahlevi, 2023, Menelusuri Aspek Maritim . . . dapat diolah menjadi makanan khas Palembang 10(1), hal. 67-79. DOI: 10.35706/judika.v10i1.5842 Farida, I., Rochmiatun, E. & Kalsum, N.U. (2019). Peran Sungai Musi dalam Perkembangan Peradaban Islam di Palembang: Dari Masa Kesultanan Palembang hingga Hindia Belanda. Jurnal Sejarah Peradaban Islam. Vol. 3(1): 50-57. DOI: 10.30829/juspi.v3i1.4079 Hariyono. (2017). Sejarah Lokal: Mengenal Yang Dekat, Memperluas Wawasan. Jurnal Sejarah dan Budaya. Vol. 17(2): 160-166. DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um020v11i22017p 160 https://labbineka.kemdikbud.go.id/bahasa/ceritar akyat/e4da3b7fbbce2345d7772b0674a318d5 https://palembang.tribunnews.com/2022/08/21/di nas-energi-dan-sumber-daya-mineralsumsel-raih-juara-1-lomba-perahu-bidar-disungai-musi https://otomotif.tempo.co/read/1689086/dragrace-and-drag-bike-championship-2023digelar-di-palembang Kee-Long, So. 1998. Dissolving Hegemony or Changing Trade Pattern? Images of Srivijaya in the Chinese Sources of the Twelfth and Thirteenth Centuries. Source: Journal of Southeast Asian Studies, Vol. 29, No. 2 (Sep., 1998), pp. 295-308). Nawiyanto, & Endrayadi, E. C. (2016). Kesultanan Palembang Darussalam: Sejarah dan Warisan Budayanya. Jember: Tarutama Nusantara. Pangestu, D.A. & Rochmat, S. (2021). Philosophy Of Freedom To Learn In The Perspective Of Founding Fathers. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Vol. 6(1), hal: 78-92. DOI: https://doi.org/10.24832/jpnk.v6i1.1823 Purwanti, R. (2010). Peran Sungai Musi dalam Pembentukan Pusat Politik-Ekonomi Budaya Masyarakat Palembang dalam Mencari Ekspedisi Sriwijaya Mencari Jalur yang Hilang, Bambang Budi Utomo (Ed). Kementrerian Kebudayaan dan Pariwisata Badang Pengembangan Sumberdaya Kebudayaan dan Pariwisata: Balai Arkeologi Palembang. Rangkuti, N. (2010). Ekspedisi Sriwijaya dan Arkeologi Maritim dalam Mencari Ekspedisi Sriwijaya Mencari Jalur yang Hilang, Bambang Budi Utomo (Ed). Kementrerian Kebudayaan dan Pariwisata Badang yaitu pempek dan pindang. Selain dioleh untuk kebutuhan sendiri, hasil olahan ikan dari sungai Musi dan anak sungai lainnya menjadi identitas masyarakat Palembang. Pengembangan materi sungai Musi melalui aspek maritim untuk pembelajaran sejarah lokal menghasilkan pengetahuan yang melimpah. Selain Sriwijaya, peserta didik juga memiliki pemahaman yang luas mengenai peran sungai Musi dalam kemaritiman Indonesia. Hal ini tentu sangat berkaitan dengan mewujudkan cita-cita pendidikan Indonesia melalui pembelajaran sejarah Lokal. DAFTAR PUSTAKA Adhayanto, O. (2014). Maritim Constitution. Jurnal Selat. Vol. 2(1): 135-145. Abdullah, T. (1985). Di Sekitar Sejarah Lokal di Indonesia. Dalam Taufik Abdullah (ed.). Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Asnan, G. (2007). Dunia Maritim Pantai Barat Sumatera. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Augustio, O & Setiawan, B. (2019). Pengaruh Kondisi Geologi Terhadap Perubahan Morfometri Sungai Musi Daerah Empat Lawang dan Sekitarnya. Prosiding Seminar Nasional AVoER XI 2019 Palembang, 23-24 Oktober 2019 Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya, hal. 523-527. Dhita, A.N. & Putri, S.D. (2021). Membaca Keturunan Arab di Palembang: Dari Kedatangan Hingga Kini. Tamaddun: Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam. Vol. 9(1): 117-138. DOI: 10.24235/tamaddun.v9i1.8174 Efrianto, Zubir, Z., & Maryeti. (2014). Pempek Palembang Makanan Tradisional dari Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Padang: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direkorat Jenderal Kebudayaan Balai Pelestarian Nilai Budaya Padang. Elfariansyah, A. & Attas, S.G. (2022). Tradisi Perahu Bidar Sebagai Warisan Budaya Dalam Kehidupan Masyarakat Kota Palembang. Jurnal Pendidikan UNSIKA. Vol. 138 Chronologia Volume 4 Nomor 3, bulan Maret, tahun 2023: hal 129 – 139 Pengembangan Sumberdaya Kebudayaan dan Pariwisata: Balai Arkeologi Palembang. Rochmiatun, E. (2016). Orang Laut, Bajak Laut, dan Raja Laut: Dinamika Kehidupan dan Kekuasaan dalam Naskah Kontrak SultanSultan Palembang Abad 18-19. Jurnal Manuskrip. Vol. 6(1), hal. 181-210. Sari, E. P., & Sunarti. (2022). Penerapan Model Pembelajaran Living History dalam Materi Lokal Serat Centini sebagai Upaya Membangun Nilai Pendidikan Karakter Siswa. Proceedings Series on Social Sciences & Humanities. Vol. 3: 503-508. DOI: https://doi.org/ https://doi.org/10.30595/pssh.v3i.319 Santun, M.D.I. (2010). Venesia Dari Timur: Memaknai Produksi dan Reproduksi Simbolik Kota Palembang dari Kolonial sampai Pascakolonial. Yogyakarta: Ombak. Sesfao, M. (2020). Perbandingan Pemikiran Pendidikan Paulo Freire dengan Ajaran Tamansiswa Dalam Implementasi Merdeka Belajar. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, 2020. Sevenhoven, J.L. van. (1971). “Beschrijving van de hoofdplaats van Palembang”, dalam Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten 9. 1923. diterjemahkan Lukisan Tentang Ibu Kota Palembang. Djakarta: Bhratara. Suryosumarto, B. (2006). Sriwijaya Kerajaan Maritim Terbesar Pertama di Nusantara. Jurnal Ketahanan Nasional. Vol. 9(1), hal: 4956. Zusneli, Z. (2015). Peranan Selat Bangka sebagai Pintu Gerbang Dunia Maritim Kota Palembang. Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya. Vol. 1(2): 248-263. DOI: https://doi.org/10.36424/jpsb.v1i2.92 139