Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
«MARMORA. An International Journal for Archaeology, History and Archaeometry of Marbles and Stones», 16, 2020
Investigación Arqueológica Española en Egipto-exhibition catalogue, 2021
Το μουσείο προσεγγίζεται ως προς το ρόλο του, τη μουσειακή πρακτική και τη σχέση του με τον τόπο και την κοινωνία στην οποία βρίσκεται, πάντα όμως με γνώμονα τον επισκέπτη. Βασική του επιδίωξη είναι να παρακινήσει το κοινό να περάσει τις πόρτες του, καθώς πρωταρχικός του στόχος, εκτός από το να αποκτά, να συντηρεί, να ερευνά, να προβάλλει και να εκθέτει την υλική και άυλη πολιτιστική κληρονομιά, είναι να εκπαιδεύει και να ψυχαγωγεί. Επομένως, το μουσείο αποτελεί ένα μέσο διαφύλαξης και προβολής της παγκόσμιας πολιτισμικής κληρονομιάς και στους χώρους του ο επισκέπτης έχει τη δυνατότητα να έρθει σε επαφή με το παρελθόν και το παρόν, να εμπλουτίσει τις γνώσεις του, να βιώσει μια ξεχωριστή εμπειρία να προβληματιστεί αλλά και να ψυχαγωγηθεί. Μουσειακό Τρίπτυχο: Μάθηση – Εκπαίδευση – Ψυχαγωγία
Yayasan Tasamuh Indonesia Mengabdi (Y-Time), 2019
Guru memiliki peran yang sangat menentukan dalam upaya mewujudkan mutu pendidikan baik mutu input, proses dan out put. Guru yang dikenal dengan istilah “digugu dan dituru” memiliki kandungan makna sangat mendalam, karena sosok guru harus mampu memberi pencerahan, bisa dijadikan inspirasi bagi peserta didiknya khususnya dan masyarakat pada umumnya. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan juga Guru Madrasah memiliki beban yang sangat kompleks karena memiliki tugas dan tanggung jawab memberikan pencerahan dan pemahaman terhadap ajaran Islam agar Islam benar benar sebagai agama sempurna dan menyempurnakan. Setidaknya Islam memiliki tiga makna yang harus dipahami dan diimplementasikan dalam kehidupan sosial. Pertama, Islam sebagai simbol dan keyakinan (code). Agama Islam memiliki simbol simbol tertentu yang harus dipahami bagi para pemeluknya. Konsekuensinya setiap pemeluk Islam harus mengetahui dan memahami simbol yang ada di dalam agama Islam. Islam menjadi simbol tentang kualitas sikap dan kepribadian manusia. Setiap orang yang beragama pasti mengetahui dan memahami ajaran yang diperintahkan dan yang dilarang. Oleh sebab itu setiap orang yang beragama pasti memiliki ajaran dan keyakinan untuk selalu melaksanakan kebaikan dan kemanfaatan. Dari sinilah, mayoritas manusia mengatakan bahwa orang yang beragama adalah orang yang memiliki ikatan dan etika dalam menjalankan perilaku kehidupan sehari hari. Artinya Islam menjadi simbol kebaikan bagi pemeluknya. Kedua, Islam sebagai proses peribadatan ritual (credo). Dalam hal Islam sebagai credo diyakini bahwa Islam akan tegak jika pemeluknya selalu melaksanakan proses ritual peribadatan. Islam tidak bisa lepas dari proses ritual peribadatan seperti sholat, zakat, puasa, haji dan berdzikir. Indikasi seseorang layak disebut beragama yang baik dilihat dari sejauhmana menjalankan amalan peribadatan secara rutin. Jika pemeluk agama tidak menjalankan ritual peribadatan maka dikatakan kualitas agamnya rendah atau kosong. Islam sebagai credo mengandung makna bahwa Islam adalah suci, sacral karena lebih banyak berurusan dengan Allah SWT dan utusan-Nya yaitu Rasul. Menjalankan ibadah agama berarti menjalankan dan dekat kepada Allah SWT dan Rasul. Tidak menjalankan ibadah ritual berarti tidak dekat dan mengingkari perintah Allah SWT dan Rasul. Saking suci dan ritualnya Islam, berimplikasi mudah tersinggungnya para pemeluk Islam jika ada orang lain yang dianggap mengganggu, merusak atau menistakan Islam. Banyak umat Islam melakukan unjuk rasa dengan alasan membela Islam karena menganggap Islam telah dirusak atau dinodai oleh pihak pihak lain. Banyak sekali yang akhirnya masuk penjara karena dianggap telah menghina atau menistakan Islam. Ketiga, Islam sebagai sistem kehidupan (community system). Islam selain menjadi code dan credo, juga menjadi sistem kehidupan bagi pemeluknya. Islam tidak cukup hanya dijadikan simbol kebaikan seseorang, Islam juga tidak cukup hanya dilaksanakan melalui ritual peribadatan (credo). Islam harus dijadikan falsafah hidup bagi pemeluknya dalam artian menjadi pegangan dan filosofi dalam kehidupan. Konsekuensinya Islam akan dijadikan pegangan manusia dalam menjalankan kehidupan sosialnya. Nilai nilai dan pesan agama benar benar dapat direalisasikan dalam kehidupan sosial, sehingga Islam benar benar mempengaruhi dan mewarnai semua aspek kehidupan manusia. Ibadah sholat tidak hanya dimaksudkan untuk memperoleh pahala yang bisa masuk surga, tetapi sholat memuat berbagai simbol dan pelajaran yang harus dilaksanakan dalam kehidupan sosial. Misalnya makna takbir makna ruku’, makna sujud dan salam dalam sholat memiliki makna kepasrahan, ketawadluan dan keihlasan serta persatuan dan kesatuan diantara manusia. Zakat fitrah tidak hanya dimaksudkan untuk syarat pensucian ibadah tetapi lebih kepada melaksanakan nilai nilai kepedulian kepada sesama yang secara ekonomi masih lemah (dhu’afa). Artinya zakat fitrah mengandung makna pentingnya saling membantu kepada fakir miskin dan anak yatim. Lebih dari itu, ibadah zakat mengandung makna pentingnya memiliki sistem atau strategi untuk mewujudkan kesejahteraan dan keadilan umat Islam. Realitas kehidupan menunjukan bahwa fungsi Islam lebih banyak didominasi dengan code dan credo. Islam sebagai community system belum banyak dilakukan para pemeluk Islam. Implikasinya, masih banyak umat Islam yang rajin menjalankan sholat, rajin puasa, ibadah haji dan umrah berkali kali, tetapi dalam kehidupan sosialnya masih memiliki sifat sombong, kikir, bahkan ketika diberi kepercayaan (amanah) sebagai pemimpin sering melakukan penindasan, pelanggaran hukum seperti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Anomali atau penyimpangan dalam beragama seperti yang saya paparkan tidak bisa dibiarkan secara terus menerus, salah satu upaya harus dilakukan perbaikan melalui jalur pendidikan dan pembelajaran. Dalam konteks pendidikan, upaya untuk melakukan perbaikan kehidupan sosial harus dimulai dari pendidikan dan pembelajaran. Hal ini didasarkan asumsi bahwa berbagai penyimpangan sosial dapat dipengaruhi dari gagalnya proses pendidikan dan pembelajaran. Pendidikan agama Islam atau lembaga pendidikan keagamaan seperti madrasah dan pondok pesantren memiliki misi akademik (keilmuan) dan misi keagamaan (dakwah Islamiyah) yang harus dilaksanakan secara bersama sama dan sejalan. Artinya selain berusaha untuk melahirkan lulusan yang memiliki wawasan keilmuan juga memiliki tugas memberikan pencerahan dalam memahami agama Islam agar Islam benar benar sebagai agama yang mulia dan agung serta mampu mewujudkan sebagai agama yang rahmatan lil’alamiin. Kedua misi yang dimiliki lembaga pendidikan agama menuntut kepada para Guru PAI harus memiliki wawasan keilmuan yang luas atau wawasan lintas sektor yaitu Guru PAI tidak cukup hanya memiliki wawasan ilmu keagamaan saja seperti Fiqh, Alqur’an Hadis, SKI dan Ahlaq, tetapi Guru PAI juga harus memiliki wawasan ilmu pengetahuan tentang psikologi, sosiologi, manajemen, hukum, antropologi dan ilmu ilmu humaniora lainya. Mengapa demikian? Karena memberi pemahaman Islam tidak cukup dijelaskan melalui ilmu keagamaan Islam saja, tetapi juga harus dijelaskan atau didukung dengan ilmu lainya. Pembelajaran yang berhasil adalah yang dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi serta kemampuan peserta didik. Oleh sebab itu Guru harus mengetahui kemampuan awal peserta didik agar materi pembelajaran mudah di cerna dan dipahami. Karakter pembelajaran jenjang Madrasah Ibtidaiyah (MI) berbeda dengan jenjang Madrasah Tsanawiyah (MTS) dan juga berbeda dengan Madrasah Aliyah (MA). Dalam proses pembelajaran, Guru harus mengetahui karakteristiknya agar pembelajaran agama Islam benar benar efektif dan efisien. Hadirnya buku berjudul Karakteristik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam : upaya meneropong pola pembelajaran di MI, MTS dan MA merupakan salah satu ihtiyar akademik dari penulis untuk membantu kepada para Guru PAI dan Guru madrasah agar dalam menjalankan tugas profesinya benar benar efektif, efisien dan optimal. Buku ini disusun diorientasikan untuk para guru PAI dan Guru madrasah serta para calon Guru PAI yang masih menimba ilmu (kuliah) di Fakultas Agama Islam (FAI) seperti Tarbiyah. Penulis mengharap hadirnya buku ini akan menjadi khazanah ilmu pengetahuan akademik dan metodologis bagi Guru PAI dalam menjalankan tugas profesinya.
Ethnic and Racial Studies, 2023
This introduction to the special issue on "The South African Tradition of Racial Capitalism" situates the South African tradition of racial capitalism (SAT) against the organizational backdrop of the anti-apartheid movement, outlines the key theses of the SAT, and presents the contributions of the special issue. We argue that the SAT rests upon four key theses: 1) class struggle from above the pursuit of profit generates racism; 2) the capitalist state is the primary agent of racialization; 3) racial ideology can divide, enabling capitalism, but it can also unify, facilitating resistance; and 4) racial capitalism is a strategic concept that emphasizes the inseparability of anti-racist and anti-capitalist struggle. The SAT underscores the centrality of struggle and the importance of conjunctural analysis in the study of racial capitalism.
Ariel-a Review of International English Literature, 2004
International Journal of Advanced Scientific Innovation - IJASI, 2023
Revue Naqd. , 2021
Reading the Rasm - Quranic Text, Reading Traditions and The ʿArabiyya, 2018
Swarm Intelligence - Recent Advances, New Perspectives and Applications, 2019
Journal of Anaesthesiology Clinical Pharmacology, 2015
Bangladesh Critical Care Journal, 2019
IEEE Access, 2019
Zoological Science, 2000
Rev Colomb …, 2003
Chemistry - A European Journal, 2009
European Proceedings of Social and Behavioural Sciences, 2020