Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
TEORI BELAJAR KREATIF Nela Malia 22022031 Email :nelamalia309@gmail.com Departemen Pendidikan Guru Pendidikan Anak UsIa Dini Dr. Dadan Suryana A.Belajar Kreatif 1. Pengertian pembelajaran kreatif Kreativitas diartikan sebagai suatu kemampuan untuk bisa menciptakan suatu produk baru, baik itu bentuk baru ataupun berupa barang modifikasi dengan mengembangkan hal-hal yang sudah ada. Sedangkan pembelajaran kreatif merupakan suatu proses pembelajaran yang mengahruskan guru dapat mendorong dan memunculkan kreativitas anak selama proses pembelajaran berlangsung.dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang beragam, seperti kerja kelompok, pemecahan masalah dan sebagainya Menurut para ahli, pengertian pembelajaran kreatif adalah suatu proses belajar yang berlangsung selama hidup atau longlife education yang ada pada diri setiap orang. Orang-orang yang menerapkan longlife education ini biasanya dapat memperlihatkan perilaku kearah yang lebih baik secara kognitif, afektif, san psikomotorik. Selain itu, pembelajaran kreatif juga dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas siswa dengan menggunakan metode-metode dan strategi pembelajaran yang variatif selama pembelajaran berlangsung Pembelajaran kreatif mengharuskan guru agar mampu merangsang anak sehingga bisa memunculkan kreativitas, baik dalam konteks kreatif berfikir maupun dalam konteks kreatif melakukan sesuatu. Kreatif dalam berfikir merupakan kemampuan imajinatif namun rasional. Berfikir kreatif biasanya berawal dari berfikir kritis yakni menemukan dan menciptakan sesuatu yang tidak ada sebelumnya atau memperbaiki sesuatu yang sudah ada sebelumnya. 2. Cakupan proses pembelajaran kreatif Melalui proses pembelajaran kreatif, siswa memiliki keterampilan belajar yang mencakup keterampilan memperoleh pengetahuan (learning to know), keterampilan mengembangkan diri (learning to be), keterampilan melakukan suatu hal (learning to do), dan keterampilan cara bijaksana (learning how to learn).hamdaya (2014)menyampaikan bahwa model pembelajaran kreatif adalah identik dengan pembelajaran yang dilaksanakan secara terpadu, yaitu sebuah pendekatan pembelajaran yang bisa memberikan pengalaman mendalam kepada anak. model pembelajaran ini secara efektif menciptakan kesempatan yang lebih luas kepada anak-anak untuk melihat dan membangun konsep yang saling berkaitan. Berikut ini pembelajaran kreatif yang diamati oleh para peneliti adalah sebagai berikut: a. Kegiatan pembelajaran yang imajinatif (Faizah, 2008), seperti: mendongeng dan bermain peran atau drama b. Kegiatan pembelajaran yang mengasah kemampuan anak dalam berfikir dan bernalar (Jean Piaget dalam Kail, 2012) c. Kegiatan pembelajaran yang menciptakan berbagai kemungkinan dari suatu permasalahan/berfikirdivergen (Faizah,2008) d. Kegiatan pembelajaran yang mengasah kemampuan anak agar ingin bertanya (Faizah,2008) e. Kegiatan pembelajaran seperti bermain (Jean Piaget dalam Kail, 2012) f. Kegiatan pembelajaran yang melibatkan interaksi sosial (Vyogotsky dalam Kail,2012) g. Kegiatan pembelajaran yang bertahap sesuai dengan kemampuan anak (SeftonGreen, 2008 dalam McLellan et.al, 2012) h. Kegiatan pembelajaran yang menghasilkan produk baru (Sefton-Green, 2008dalam McLellan et.al, 2012) i. Kegiatan pembelajaran yang aktif(Vygitsky dalam Kail,2012) j. Kegiatan pembelajaran yang membuat anak berani (Shalleross,1981,dalam Faizah,2008) 3. Mengapa belajar kreatif itu penting Ketika ingin mencapai kesuksesan dalam sebuah pembelajaran,seorang guru memiliki uraian tugas yang penting dan mulia. Berupaya menjadikan anak memiliki keterampilan belajar, mencakup keterampilan dalam memperoleh pengetahuan (learning to know), keterampilan dalam mengembangkan diri (learning to be).keterampilan dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu (learning to do), dan keterampilan untuk hidup berdampingan dengan sesama secara harmonis (learning to live), belajar yang baik (learning how to learn). Treffinger (dalam Semiawan, 1987) memberikan alasan mengapa pemikiran kreatif merupakan hal yang penting. a. Berfikir kreatif membantu anak menjadi lebih berhasil dalam menyelesaikan masalahnya. hal ini karena berfikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat berbagai kemungkinan untuk penyelesaian suatu masalah b. Berfikir kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk bisa memecahkan masalah yang akan timbul di masa depan c. Berfikir kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar dalam kehidupan yang memungkinkan manusia bisa meningkatkan kualitas hidup d. Berfikir kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang lebih besar Ada beberapa hal penting untuk mengembangkan kreativitas dalam proses pembelajaran, yaitu: a. Kreativitas itu bukan sifat atau bawaam sejak lahir, kreativitas merupakan hasil kemampuan nalar yang mendorong seseornga agar berupaya untuk menemukan sesuatu yang baru b. Kegagalan merupakan jalan menuju keberhasilan, sehingga seseorang dalam mewujudkan suatu kreativitas, tidak akan takut akan kegagalan c. Kehidupan manusia memiliki berbagai problem, sebab itu diperlukan keterbukaan dalam menerima gagasan d. Karya yang kreatif menuntut sikap penerimaan terhadap subjektifitas,toleransi terhadap perbedaan, pemanfaatan pendapat orang lain,penghormatan terhadap pengalaman dan pendapat orang lain e. Pemikiran yang kreatif merupakan pencerahan harapan untuk bisa meraih hasil dan tujuan yang lebih baik kedepannya, sehingga aktivitas pembelajaran yang sangat ditentukan oleh kreativitas orang-orang yang juga ada didalamnnya f. Pengembangan kreativitas memnbutuhkan kemampuan mendayagunakan potensi-potensi yang ada, baikt itu dari dalam maupu dari dalam diri seseorang. Dalam setiap orang telah tercipta kekuatan yang akan mendorong kreativitasnya, namun masih serin gtidak dapat digunakna sebagaimana mestinya 4. Tiga tingkat pembelajaran kreatif (Model Triffinger) Model pembelajaran Treffinger merupakan salah satu dari sedikit model yang menangani masalah terkait kreativitas secara langsung. Model pembelajaran Treffinger bisa membantu anak untuk berfikir kreatif dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, membantu agar dapat menguasai konsep-konsep yang sudah diajarkan, serta membiarkan anak agar bisa menunjukan kemampuan pemecahan masalah. Dengan kreativitas yang dimiliki anak, berarti anak mampu menggali potensi dalam berdaya cipta, menemukan gagasan baru serta menemukan solusi atas masalah yang dihadapinya melibatkan proses berpikir. Menurut Shoimin (2014:219) "model Treffinger adalah suatu strategi pembelajaran yang dikembangkan dari model belajar kreatif yang bersifat develop mental dan mengutamakan segi proses". Maksud dari develop mental adalah dengan adanya setiap tingkatan atau tantangan dalam pembelajaran dapat menghasilkan pembelajaran yang kreatif. Menurut Maharani (2018:507) model pembelajaran treffinger memiliki keunggulan diberikan kesempatan memahami berbagai konsep cara memecahkan masalah, mengembangkan kemampuan dalam berfikir dan memaparkan permasalahan yang dihadapi, mengumpulkan data,menganalisis, menciptakan gagasan, dan mencoba sebagai pemecahan permasalahan. Model Treffinger menurut Shoimin (2014:220) terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: a. Tahap basic tools Basic tool atau teknik kreativitas meliputi keterampilan berpikir divergen dan teknikteknik kreatif. Pada tahap pengenalan, fungsi-fungsi divergen meliputi perkembangan dari kelancaran (fluency), kelenturan (flexibility), keaslian (originality), dan keterincian (elaboration) dalam berpikir. Tahap ini anak diajak untuk berpikir kreatif dalam memecahkan masalahnya, misalnya anak dibimbing untuk melakukan diskusi dan bisa menyampaikan gagasannya terkait msalah terbuka. b. Tahap practice with process Practice with process yaitu memberi kesempatan kepada anak agar bisa menerapkan keterampilan yang sudah dipelajari pada tahap I dalam situasi praktis. Segi pengenalan pada tahap II ini meliputi penerapan,analisis, sintesis, dan penilaian (evaluasi). Pada tahap ini anak akan diberikan soal yang lebih kompleks lagi terkait masalah dalam kehidupan sehari-hari dan menganalisisnya secara terperinci c. Tahap working with real problems Working with real problem, yaitu anak menerapkan keterampilan yang dipelajari pada dua tahap yangsebelumnya terhadap tantangan yang ada pada realita. Ditahap ini anak menggunakan kemampuannya dengan cara-cara yang bermakna bagi kehidupannya. Anak tidak hanya belajar keterampilan berpikir kreatif, tetapi juga bagaimana memanfaatkan informasi itu dalam kehidupannya. Pada tahap ini anak diajak untuk belajar membuat masalah kemudia mampu menyelesaikannya dengan berpikir kreatif mereka masing-masing. Ketiga tahapan diatas dapat disimpulkan bahwa tahapan demi tahapan dalam model pembelajaran Treffinger ada kaitannya dengan proses berpikir kreatif anak.dengan model Treffinger untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis B. Pengembangan penerapan pembelajaran secara kreatif Anak yang kreatifberpotensi lebih baik dalam mengembangkan daya nalar dan menemukan solusi dari berbagai permasalahan dalam pembelajaran. Jika dikembangkan potensi berpikir kreatif akan membangun motivasi diri yang tinggi untuk hal-hal yang lebih positif. Ini didasarkan pada kemauan yang kuat untuk belajar,memiliki rasa percaya diri yang tinggi, serta mampu berpikir tinggi. Dalam penyusunan pembelajaran kreatif ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,yaitu: 1. Terbuka untuk ide baru Menumbuhkan pembelajaran kreatif adalah guru harus selalu berpikiran fresh dan terbuka. Mencoba untuk melihat suatu hal dari cara dan perspektif yang lain hingga berpotensi menciptakan pemikiran yang baru dengan metode pembelajaran dengan interaksi siswa. Pendidikan pada masa usia dini harus mengembangkan kemampuan agar anak bertindak secara kreatif (Suryana,2013). 2. Menciptakan suasana kelas yang nyaman Guru harus bisa memulai kelas dengan menyapa siswa atau menanyakan kabar dengan ramah dan bersemangat untuk menarik perhatian siswa. Ketika anak merasa nyaman dalam kelas, mereka tidak akan merasa takut untuk membuat kesalahan. Menciptaan awal yang berkesan sangat penting karena akan mempengaruhi proses dalam kegiatan belajar mengajar. Dukungan seperti ini sangat penting untuk mendorong terbangunnya hubungan pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimiliki anak dengan apa yang sedang pelajarinya. Kemudian bagi guru dapat menciptakan pelaksanaan pembelajaran yang kreatif inovatif dan menyenangkan 3. Anggap kreativitas sebagai bagian dari pembelajaran Ciptakan kelas yang akan mendatangkan kreativitas. Guru harus bisa membuat mading yang berisi berbagai cara penyelesaian masalah, atau solusi kreatif dalam permasalahan direalita. Tingkat kreativitas pendidik berpengaruh terhadap pelaksanaan pembelajaran yang menyenangkan untuk anak. Sehingga nantinya guru akan terbiasa untuk melibatkan kreativitas lainnya dalam penyampaian materi. Kreativitas berperan penting dalam mengembangkan potensi dalam diri dan suatu kebutuhan perwujudan potensi diri sebagai salah satu kebutuhan tertinggi seseorang (Suryana, 2020) 4.Menanamkan kreativitas dalam kurikulum Guru harus bisa mendukung kreativitas anak dengan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Karena itu, guru harus memiliki pemahaman tentang pendagogi yang mengacu pada pengetahuan tentang merancang pengalaman belajar kreatif untuk bisa medukung dan menumbuhkan sikap, pemikiran, serta tindakan kreatif siswa yang telah disesuaikan dnegan kurikulum. Studi terdahulu mengungkapkan bahwa pola pikir guru merupakan salah satu kesuksesan pelaksanaan kurikulum (Myint Thu,2021) 5. Bereksperimen dengan metode pembelajaran yang bervariatif Guru perlu mencoba menerapkan beberapa metode pembelajaran baru untuk menemukan metode yang paling efektif. Anak memiliki kecerdasan, gaya dan cara belajar yang berbedabeda. Oleh karena itu, gru perlu mencoba beberapa mencoba beberapa metode pembelajaran baru agar dapat menemukan mana yang paling sesuai dengan anak. Guru harus menyadari bahwa anak dalam kelas memiliki latar belakang yang berbeda sehingga juga memerlukan menggunakan metode belajar yang bervariatif.Lingkungan pembelajaran yang sengaja dirancang dan untuk merangsang memunculkan anak berprilaku kreatif biasanya akan mestrimulasi anak berpikir kreatif. 6. Menemukan cara untuk menggabungkan seni, musik, dan budaya dalam pembelajaran Kreativitas adalah sumber kekuatan utama yang membentuk budaya kita.Dalam pembelajaran, guru bisa menggabungkan kreativitas seni dan budaya untuk menyampaikan materi dan memperkaya pengetahuan anak akan budaya yang ada. Guru dapat mengelola kelas secara terarah, merencanakan pembelajaran, dan menyesuaikan proses pembelajaran sesuai dengan kemampuan masingmasing siswa (Ningsih, Yunimar, S., Suryana, 2020). C. Mengklasifikasikan penerapan pembelajaran secara kreatif 1. Model Pembelajaran Klasikal Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran dimana anak melakukan kegiatan dikelas dalam waktu yang sama. Model ini efektif jika digunakan pada proses pembelajaran anak usia dini. Meskipun model ini pembelajaran anak-anak cenderung kurang aktif dan hanya berpusat pada pendidik, namun seiring diterapkan di awal pertemuan, anak-anak akan mengingat kebiasaan baik dengan sendirinya, seperti membiasakan berdoa sebelum aktivitas a. Kelebihan model pembelajaran:     Guru cenderung lebih mudah menguasai dan mengorganisasikan kelas Pembelajaran cenderung lebih mudah untuk diikuti siswa dengan jumlah besar Guru dapat dengan mudah menerangkan materi pelajaran dengan lebih baikd an praktis Memberi kesempatan pada guruagar bisa menerapkan pengalaman menggunakan bahan ajar yang lebih banyak sehingga membantuk anak lebih mendengar secara akurat, kritis dan penuh konsentrasi b. Kekurangan model pembelajaran:     Cenderung banyak terjadi verbalisme sehingga aktivitas yang melibatkan unsur visual menjadi berlangsung kurang baik. Apabila terlalu sering, anak akan menjadi bosan. Keberhasilan model pembelajaran ini sangat bergantung pada peran orang yang menerapkannya. Cenderung membuat siswa pasif. 2. Model Pembelajaran Kelompok (Cooperative Learnging) Model pembelajaran ini tergolong ke dalam strategi pembelajaran yang mengajak anak untuk terlibat berpartisipasi dalam suatu kelompok kecil untuk saling berinteraksi satu sama lain. dalam model ini, guru harus mengelola kelas lebih aktif. Model ini mendorong terciptanya interaksi yang lebih luas, yakni interaksi dan komunikasi antara anak dengan guru, anak dengan teman, dan guru dengan anak. a. Kelebihan model ini     Anak tidak terlalu bergantung pada guru karena keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan kelompok tersebut. Dapat meberdayakan setiap anak agar lebih bertanggung jawab akan keberhasilan bersamsa. Memberikan kesempatan pada setiap kelompok untuk bisa bertatap muka, berinteraksi satu sama lain danmelakukan diskusi terkait informasi. Dapat melatih keaktifan anak dakam berpartidipasi dan berkomunikasi dalam belajar. b. Kekurangan model ini   Anak yang memiliki kelebihan merasa terhambat karena anak yang memiliki kemampuan yang kurang, hal ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok. Jika pembelajaran ini tidak berjalan semestinya maka materi yang harus dipahami anak tidakakan tercapai. Guru bertindak sebagai fasilitator atau pemandu yang memberikan dukungan yang dibutuhkan anak untuk dapat berkembang secara intelektual. 3. Model Pembelajaran Area (Minat) Suyadi (2010) memberikan pendapat bahwa model pembelajaran ini lebih memberikan kesempatan pada anak untuk memilih dan melakukan kegiatan sendiri sesuai minatnya. Pembelajarannya dirancang guna memnuhi kebuthan-kebutuhan spesifik anak serta menghormati keberagaman budaya yang ada pada masing-masing individu. a. Kelebihan model ini    Adanya kebebasan miant anak untuk bermain sesuatu yang mereka inginkan tanpa harus merasa tertekan. Hampir tidak ada batasan dalam pendekatan ini. apabila difasiliasi dengan baik, maka anak dapat pengalaman yang mendalam atas permainan yang dipilihnya. Model ini memberikan pelajarantentang rasa tanggung jawan merapikan permianan yang sudah dipakai, belajar mandiri,berpikir kreatif, sehingga anak dapat menarik kesimpulan dari hal yang dipelajarinya. b. Kekurangan model ini   Anak didik hanya memilih satu atau dua area yang benar-benar menjadi minatnya. Sementara area permianan lain yang mungkin lebih pentingtidak dipilih karena anak tidak memiliki minat disana. Adanya kemungkinan anak berpindah area berkali-kali sebelum anak benar-benar sudah menyelesaikan permainannya. 4. Model Pembelajaran BCCT (Beyond Centre and Circle Time) Model pembelajaran ini merupakan bentuk pembelajaran yang dilaksanakan dalam "lingkaran" (circle time) dan "sentra bermain". Dalam konsep model pembelajaran ini, istilah"lingkaran"berarti guru duduk bersama anak dalam posisi melingkar untuk memberikan dukungan sebelum dan sesudah bermain. Yang dimaksud dengan "sentra bermain" adalah suatu zona atau area peralatan alam terbuka yang diperlukan untuk perkembangan yang seimbang dari seluruh potensi dasar siswa dari berbagai sudut pandang.Sentra yang tersedia setiap hari disesuaikan dengan jumlah kelompok di masing-masing lembaga pendidikan. sentra bermain dapat terdiri dari: sentra bahan alam dan sains, sentra balok, sentra kesenian, sentra bermain peran,sentra persiapan, sentra keagamaan dan sentra musik.· a. Kelebihan model ini   Dapat memberikan anak pengalaman bermian secara lengkap dan mendalam melalui pembagian sentra-sentra dalam lingkungan Lebih bersifat fleksibel dan kontekstual b. Kekurangan model ini  Menekankan pada sentra dan lingkaran yang justru berkebalikan dengan kelemahan yang ada pada sistem area. Jika pada sistem area anak bebas memilih dan mengganti mainan, maka di BCCT tidak. pendekatan ini kebebasna anak dibatasi untuk memilih satu permainan saja, dan juga tidak bisa beralih darsatu permianan ke permainan lain jika belum selesai. Sistem area memberikan anak pengalaman bermain luas namun dangkal sedangkan BCCT memberi anak suatu pengalaman bermain yang mendalam namun sempit. DAFTAR PUSTAKA Aisyah, S. (2018). Perencanaan dalam Pendidikan. Adaara: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 7(1),715-731. Ananda, R.(2019).Perencanaan Pembelajaran. Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia. Kalida, M. (2015). Model Pembelajaran Kreatif Dalam Meningkatkan Minat Membaca Anak Di Luar Sekolah. Hisbah: Jumal Bimbingan dan Konseling Islam, /2(1),1-14. Nursilawati,I., Nurhikmayati, I., & Santoso, E. (2019, October). MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan (Vol. 1, pp. 127-133). Pentury, H.J. (2017). Pengembangan kreativitas guru dalam pembelajaran kreatif pelajaran Bahasa Inggris. Faktor: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 4(3), 265-272. Suryana, D. (2013). Pengetahuan tentang strategi pembelajaran, sikap, dan motivasi guru.Jurnal ilmu pendidikan, 79(2). Suryana, D. (2013). Pengetahuan tentang strategi pembelajaran, sikap, dan motivasi guru. Jurnal ilmu pendidikan, 19(2). Suryana, D. (2014). Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Perkembangan Anak.Jurnal Pesona:Jurnal Pendidikan Dasar dan Humaniora,2(1),65-72. Suryana, D. (2014). Hakikat anak usia dini. Dasar-dasar pendidikan TK, 1, 5-10. Suryana, D. (2016).Pendidikan Anak Usia Dini: Stimulasi & Aspek Perkembangan Anak.Prenada Media. Suryana, D. (2017). Pembelajaran Tematik Terpadu Berbasis Pendekatan Saintifik di Taman Kanak-Kanak. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,17(1),67-82. Suryana, D., & Rizka, N. (2019). Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Akreditasi Lembaga. Dewi, L., & Suryana, D. (2020). Analisis evaluasi kinerja pendidik paud di PAUD Al azhar bukittinggi. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(2), 1051-1059. Suryana ,D. (2021). Pendidikan anak usia dini teori dan praktik pembelajaran. Prenada Media. Suryana, D., & Hijriani, A. (2022). Pengembangan Media Video Pembelajaran Tematik Anak Usia Dini 5-6 Tahun Berbasis Kearifan Lokal.Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(2), 1077-1094. Tika, R., & Suryana, D. (2022). Pengaruh Kreasi Media Debog terhadap Kemampuan Kreativitas Anak Usia 5-6 Tahun. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(3), 12121220. Uzlah, U., & Suryana, D. (2022). Kompetensi guru PAUD mengimplementasikan kurikulum 2013. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(5), 3921-3930.