Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Senyum untuk Calon Penulis Judul : Senyum untuk Calon Penulis Penulis : Eka Budianta Penerbit : Pustaka Alvabet Cetakan : 1 September 2005 Tebal : 274 halaman ISBN : 979-3064-17-X Judul buku ini sangat menarik dan sangat spesifik dalam menentukan siapa kira-kira target pembaca buku ini. Dari judulnya saja, pembaca akan segera mengetahui apa yang tedapat dalam isi buku ini. Buku ini diharapkan dapat menjawab berbagai pertanyaan yang selalu muncul dalam benak seseorang ketika ia akan menulis. Dalam benak seorang yang ingin menulis, biasanya akan selalu timbul pertanyaan-pertanyaan seperti: Mengapa harus menulis ?, Apa yang harus ditulis ?, Untuk siapa, dimana ?, dan bagaimana menulis dengan baik ? Penulis buku ini adalah Eka Budianta. Beliau seorang penulis sekaligus penyair senior. Ia menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang selama ini menjadi kendala bagi para calon penulis. Buku ini memang bukan buku panduan praktis bagaimana menulis dengan benar. Akan tetapi, lebih dari itu! Buku ini mengajak, memotivasi, dan menginspirasi siapa saja yang ingin agar tulisan-tulisannya lebih “menyala” seperti lampu, dapat mengeluarkan berbagai “aroma” dan “bau”, menyalurkan bermacam perasaan takut, memberi semangat, dan mengejutkan pembaca. Buku ini terdiri dari 25 tulisan yang disusun dari berbagai tulisan Eka Budianta. Tulisan-tulisan tersebut dirangkum dari setiap makalah yang disajikannya di berbagai seminar dan diskusi dalam kurun waktu 4 tahun (1999-2002). Berbagai tema seputar dunia tulis-menulis, buku, lingkungan hidup, sastra, dan lain-lain mewarnai tulisan-tulisannya dalam buku ini. Salah satu tulisan yang judulnya diangkat menjadi judul buku ini yaitu “Senyum untuk Calon Penulis”. Dalam bukunya, Eka menyampaikan beberapa pokok masalah dalam menulis. Kesatu, selalu ingat mengapa Anda menulis ? Dalam hal ini, dalam bukunya, Eka menegaskan bahwa menentukan tujuan menulis merupakan hal yang paling penting dalam karya sastra. Bukan teknik, keindahan bahasa, plot, tetapi intinya yaitu isi cerpen, isi novel, isi puisi, itulah yang “bicara” (hal 195) Kedua, pentingkah kapan Anda menulis ? Bagi Eka, kapan menulis bukanlah masalah, yang lebih penting adalah melihat isi atau pesan setiap pengarang. Bagi penulis-penulis besar, pesan-pesan yang disampaikan biasanya akan abadi. Drama-drama Shakespeare tetap abadi hingga kini. Walmiki dengan Epos Ramayana telah menulisnya 2500 tahun lalu di India. Dari segi usia, kapan mulai menulis pun tidak menjadi persoalan. Jika tulisannya mengandung nilai-nilai abadi maka akan bertahan lama. Kartini, Chairil Anwar, Moh. Hatta menulis di usia yang sangat muda, namun apa yang ditulisnya tetap dibaca orang hingga kini. Ketiga, jiwa merdeka dan gembira. Modal utama seorang pengarang adalah jiwa yang merdeka. Dengan bebas berpikir dan berimajinasi, setiap penulis dapat melahirkan karya-karyanya. Akan tetapi, Eka mengingatkan bahwa semakin besar kemerdekaan seorang penulis maka semakin besar juga tanggungjawabnya dan semakin perlu hati-hati. Keempat, bagaimana menulis dan apa isinya ? Dalam hal ini, Eka menceritakan pengalamannya menjadi asisten HB. Jasin dalam menyeleksi karya-karya sastra. Walaupun suatu karya dinilai bagus oleh HB. Jasin, namun tidak berarti karya tersebut dapat dipublikasikan. Menurut Jasin seorang penulis membawa tugas sebagai “guru” bagi pembacanya, melalui tulisan, manusia dapat membongkar pikiran orang lain. Akan tetapi, jika penulis berhasil “membongkar”, tentu penulis harus dapat merapikannya. Jika membaca semua tulisan yang terdapat dalam buku ini, akan terlihat bahwa buku ini sangat kaya akan cakupannya. Selain itu, bahasanya mudah dimengerti karena ditulis dengan gaya personal, tidak hanya persoalan tulis-menulis yang dibahasnya, namun mencakup bidang sastra, budaya, lingkungan, politik, dan lainnya. Dari segi keterbacaannya, buku ini sangat mudah untuk dipahami karena Eka menulisnya dengan gaya yang khas. Kesimpulannya, buku ini dapat memberikan inspirasi bagi mereka yang bergerak dalam dunia tulis-menulis. Kritik terhadap buku ini terdapat pada pemilihan judul bukunya Senyum untuk Calon Penulis. Judul buku ini seolah membatasi bagi siapa buku ini diperuntukkan (calon penulis), padahal jika membaca seluruh tulisan yang terdapat dalam buku ini, bukan hanya untuk calon penulis saja melainkan bagi siapa saja yang berprofesi dan bergerak dalam dunia tulis menulis. Resensi ditulis oleh @h_tanzil (Sumber : http://ruangbaca.com, dengan pengubahan)