Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
EPISTEMOLOGI TEKNOSFER, INFOSFER, DAN SOSIOSFER (SUATU KAJIAN REVOLUSI INDUSTRI 4.0) Sitti Aminah1, Harmilawati2 1 IAI Muhammadiyah Sinjai, Sinjai 2 IAI Muhammadiyah Sinjai, Sinjai Email: aminah.tirtayasa@gmail.com Email: iladilla1986@gmail.com Abstrak Revolusi industri 4.0 merupakan istilah bagi revolusi industri ke-4 setelah dunia sebelumnya mengalami 3 kali revolusi. Revolusi Industri 4.0 merupakan akibat dari perkembangan yang luar biasa mengenai teknologi robotika, machine learning dan kecerdasan buatan (AI), Internet of Things, serta 3D printing. Titik berat Industri 4.0 ada pada kolaborasi, interkonektifitas, serta keterbukaan data yang memungkinkan kolaborasi dilakukan tak hanya antar manusia namun juga antar mesin. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kajian kepustakaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjabarkan beberapa hal terkait dengan dampak yang diakibatkan oleh adanya revolusi industri 4.0. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa revolusi industri 4.0 telah mendorong inovasi-inovasi teknologi yang memberikan dampak disrupsi atau perubahan fundamental terhadap kehidupan masyarakat, salah satunya yaitu pada bidang teknologi informasi yang mencakup aspek teknosfer, infosfer, dan sosiosfer. Teknosfer atau pola lingkungan teknologi menyebabkan masyarakat di era revolusi industri 4.0 memiliki ketergantungan yang sangat besar terhadap teknologi informasi. Pernyataan ini diperkuat oleh data hasil survey yang dilakukan oleh perusahaan NOKIA yang menemukan bahwa hampir setiap enam setengah menit, seseorang mengecek ponselnya. Infosfer atau bentuk lingkungan informasi menyebabkan daya jangkau informasi semakin luas. Melalui internet, wirausahawan muda dapat memasarkan produknya hingga ke berbagai penjuru dunia. Sosiosfer adalah istilah yang berkaitan dengan pergeseran lingkungan komunikasi sosial. Hal ini dapat dilihat dari peran guru, kyai, ulama, pendeta dan politisi yang dulunya memiliki peran sebagai agen sosialisasi, kini peran tersebut telah diambil alih oleh media komputer dan smartphone. Kata kunci : Teknosfer, Infosfer, Sosiosfer, Revolusi Industri 4.0, Penelitian Pustaka Pendahuluan Perubahan besar dan mendasar terjadi hampir di setiap bidang kehidupan. Kini, cara manusia hidup dan menikmati kehidupan sangat berbeda dengan era-era sebelumnya. Banyak hal yang sulit diprediksi seperti biasanya. Salah satu hal yang membuat terjadinya perubahan yang mendasar adalah evolusi teknologi yang menyasar hampir semua celah kehidupan manusia. Salah satu dampak dari revolusi industri terutama dalam bidang informasi adalah lahirnya istilah digitalisasi yang mengubah hampir semua tatanan kehidupan. Oleh sejumlah kalangan, perubahan tatanan kehidupan ini disebut sebagai disrupsi (disruption), situasi di mana pergerakan dunia industri atau persaingan kerja tidak lagi linear. Betapa tidak, di era ini manusia dituntut untuk bersaing dengan mesin yang secara kapabilitas lebih mampu melakukan segalanya tanpa rasa lelah jika dibandingkan dengan tenaga manusia yang terbatas. Lebih jauh dikatakan bahwa di era disrupsi, perubahan yang terjadi tidak secara bertahap layaknya orang yang meniti anak tangga, namun lebih menyerupai ledakan gunung berapi yang menghancurkan ekosistem lama dan menggantinya dengan ekosistem baru dengan wujud yang jauh berbeda dari sebelumnya. Era disrupsi ini ditengarai sebagai salah satu dampak dari revolusi industri 4.0. Revolusi industri 4.0 Klaus Schwab, Ekonom terkenal asal Jerman, pendiri dan ketua Eksekutif World Economic Forum (WEF) adalah orang pertama yang mengenalkan konsep Revolusi Industri 4.0. Dalam bukunya yang berjudul “The Fourth Industrial Revolution”, Prof Schwab menjelaskan revolusi industri 4.0. sebagai berikut: Of the many diverse and fascinating challenges we face today, the most intense and important is how to understand and shape the new technology revolution, which entails nothing less than a transformation of humankind. We are at the beginning of a revolution that is fundamentally changing the way we live, work, and relate to one another. In its scale, scope and complexity, what I consider to be the fourth industrial revolution is unlike anything humankind has experienced before. We have yet to grasp fully the speed and breadth of this new revolution. Consider the unlimited possibilities of having billions of people connected by mobile devices, giving rise to unprecedented processing power, storage capabilities and knowledge access. Or think about the staggering confluence of emerging technology breakthroughs, covering wide-ranging fields such as artificial intelligence (AI), robotics, the internet of things (IoT), autonomous vehicles, 3D printing, nanotechnology, biotechnology, materials science, energy storage and quantum computing, to name a few. Many of these innovations are in their infancy, but they are already reaching an inflection point in their development as they build on and amplify each other in a fusion of technologies across the physical, digital and biological worlds.1 Penjelasan Klaus di atas berarti bahwa revolusi industri 4.0 ini jauh berbeda dari revolusi industri sebelumnya sebab revolusi generasi ke empat ini memiliki skala, ruang lingkup dan kompleksitas yang lebih luas, yang mengintegrasikan dunia fisik, digital dan biologis yang pada hakikatnya telah 1 Schwab, Klaus. (2016). The Forth Industrial Revolution. Switzerland: World Economic Forum. h. 7. mempengaruhi semua disiplin ilmu, ekonomi, industri dan pemerintah. Adapun bidang-bidang yang mengalami terobosan berkat kemajuan teknologi baru di antaranya (1) robot kecerdasan buatan (artificial intelligence robotic), (2) teknologi nano, (3) bioteknologi, (4) teknologi komputer kuantum, (5) blockhain, (6) teknologi berbasis internet, dan (7) printer 3D. Revolusi industri 4.0 yang merupakan kelanjutan dari revolusi industri sebelumnya, membuka peluang yang luas bagi siapapun untuk maju. Teknologi informasi yang semakin mudah terakses hingga ke seluruh pelosok menyebabkan semua orang dapat terhubung di dalam sebuah jejaring sosial. Banjir informasi merupakan realitas yang lumrah ditemukan di era revolusi industri saat ini. Jalaluddin Rakhmat membagi era informasi kedalam 5 (lima) karakteristik, yaitu kekayaan, teknosfer, infosfer, sosiosfer, dan psikosfer. Kekayaan berkaitan erat dengan informasi yang diterima dan dikuasai seseorang dapat dimanfaatkan untuk sarana akumulasi kekayaan atau sumber komersialisasi. Teknosfer berkaitan dengan pola lingkungan tekhnologi. Infosfer adalah istilah yang berkaitan dengan bentuk lingkungan informasi. Sosiosfer erat kaitannya dengan pergeseran lingkungan komunikasi sosial. Psikosfer adalah istilah yang berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk bertahan dalam era “banjir” informasi.2 Berdasarkan pada pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh dampak revolusi industri 4.0 yang dilihat dari aspek teknosfer, infosfer dan sosiosfer. Hal tersebut dianggap perlu untuk ditelusuri mengingat bahwa revolusi industri membawa dampak perubahan yang sangat signifikan dalam kehidupan masyrakat dunia saat ini. Ada beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian terkait dengan revolusi industri 4.0, diantaranya yaitu 1) Cristina Orsolin Klingenberg (2017) dalam tulisannya yang berjudul ”Industry 4.0: What makes it a revolution?”. Dalam tulisannya, penulis mengemukakan bahwa ada 3 (tiga) elemen utama dari setiap revolusi industri, yaitu technical advances, economic scenario, dan demography. 3 ; 2) Hendra Suwardana (2017) dalam tulisannya “Revolusi Industri 2 Rakhmat, Jalaluddin. (1997). Hegemoni Budaya. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. h. 12 3 Klingenberg, CO. (2017). Industry 4.0: What makes it a revolution?. Paper presented in EurOMA 2017, Polytechnic School, Universidade do Vale do Rio dos Sinos, Brazil. h. 1 4.0 Berbasis Revolusi Mental”. Dalam tulisan tersebut, penulis menuliskan bahwa revolusi industri berjalan dengan dilandasai revolusi mental dimana dalam paradigma ini terdapat perubahan besar dalam struktur mental yang terbangun atas 3 (tiga) hal yaitu: cara berfikir, menyakini, dan cara bersikap. 4 Metode Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan kepustakaan. Menurut Kirk dan Miller (dalam Moleong) penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.5 Sedangkan pendekatan kepustakaan adalah kajian yang menggunakan analisis data berdasarkan bahan tertulis, bahan kepustakaan berupa catatan yang terpublikasikan, buku, majalah, surat kabar, naskah, jurnal ataupun artikel. Sumber data dalam penelitian ini yaitu berupa jurnal penelitian, buku, makalah, prosiding, dan dokumentasi hasil diskusi ilmiah yang erat kaitannya dengan tema penelitian ini yaitu mengenai revolusi industri 4.0. Dalam pengumpulan data, teknik yang digunakan adalah: 1. Mendaftar semua variabel yang perlu diteliti lalu kemudian mencari setiap variabel pada sumber data. 2. Memilih deskripsi bahan-bahan yang diperlukan dari sumber atau referensi yang tersedia. 3. Memeriksa indeks yang memuat variabel-variabel dan topik masalah yang diteliti. 4. Mencari artikel, buku, dan jurnal yang membantu dalam mendapatkan bahan-bahan yang relevan dengan masalah yang diteliti. 5. Setelah informasi yang relevan ditemukan, peneliti kemudian mereview dan menyusun bahan pustaka sesuai dengan urutan kepentingan dan relevansinya dengan masalah yang sedang diteliti. 6. Bahan-bahan informasi yang diperoleh kemudian dibaca, dicatat, diatur, dan ditulis kembali. 7. Selanjutnya, penulis menyusun dan menuliskan kembali informasi tersebut dalam bentuk essay.6 4 Suwardana, Hendra. (2017). Revolusi Industri 4.0 Berbasis Revolusi Mental. Jurnal JATI UNIK, 1 (2), 102 5 Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. h. 4 6 Pengurante, Yahya. (2015, Oktober 06). Penelitian Keputakaan. Diakses dari https://www.academia.edu/12339458/Penelitian_Kepustakaan_Yahya Dalam proses analisis data penulis membaca semua sumber data atau referensi yang terkait dengan variabel-variabel penelitian, kemudian mereview semua bahan pustaka untuk kemudian dianalisis. Dalam proses tersebut, penulis mengemukakan beberapa pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian ini. 7 Hasil Pembahasan Revolusi industri 4.0 merupakan fase ke empat dari perjalanan sejarah revolusi industri yang dimulai pada abad ke -18. Sebelum sampai pada revolusi industri tahap ke empat, dunia telah melewati 3 anak tangga revolusi industri sebelumnya. Revolusi fase pertama dimulai pada abad ke 18 yang ditandai dengan penemuan mesin uap yang menyebabkan pekerjaan-pekerjaan yang semula bergantung pada tenaga manusia dan hewan diambil alih oleh mesin. Hal tersebut kemudian menyebabkan banyak orang yang kehilangan pekerjaannya. Revolusi tahap ke dua ditandai oleh penemuan energi listrik dan konsep pembagian tenaga kerja untuk menghasilkan produksi dalam jumlah besar pada awal abad ke 19. Revolusi tahap ke tiga ditandai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat pada awal abad 20. Hal tersebut menginisiasi lahirnya teknologi informasi dan proses produksi yang dikendalikan secara otomatis. Sedangkan revolusi industri 4.0 hadir dan dikenal dengan teknologi digitalnya yang membawa dampak yang sangat besar dalm kehidupan manusia hari ini. Revolusi generasi ke empat ini mendorong sistem otomatisasi di dalam seluruh aspek aktifitas manusia. Gambar 1. Revolusi Industri8 7 Ibid 8 Maulana, Agung Rizqi. (04 Mei 2018) Apa Saja Yang Berperan Di Revolusi Industri 4.0?. Diakses dari https://www.dictio.id/t/apa-saja-yang-berperan-di-revolusi-industri-4-0/82241 Dari sekian banyak hal yang terkena dampak dari revolusi industri 4.0, ada 3 (tiga) aspek yang paling terdampak, yakni aspek teknosfer, infosfer, dan sosiosfer. a. Teknosfer Teknosfer atau pola lingkungan teknologi yang ditandai dengan semakin meningkatnya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap teknologi informasi. Berdasarkan pada survei yang dilakukan oleh beberapa perusahaan maupun lembaga survey menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan manusia terhadap terknologi sangat mengejutkan. Rata-rata orang memeriksa ponselnya setiap enam setengah menit. Sebuah survey yang dilakukan oleh Nokia dan dilansir dari Huffington Post terungkap bahwa rata-rata orang memeriksa ponselnya dalam sehari adalah 150 kali, dalam kurun waktu 16 jam, dimana orang beraktifitas. Lebih jauh dikatakan bahwa satu dari empat orang mengakui menghabiskan lebih banyak waktu untuk daring (online) daripada tidur. Survei lain yang dilakukan oleh ECigaretteDirect.co.uk tentang tingkat kecanduan orang terhadap teknologi terhadap 700 responden menyatakan bahwa kecanduan terhadap Twitter dan Facebook lebih besar daripada merokok.9 Berdasarkan pada pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kecanduan manusia terhadap teknologi berada di angka yang mencemaskan. Hal ini karena banyak orang yang sepertinya tidak mampu melanjutkan hidup tanpa gawai di tangannya. b. Infosfer Infosfer atau bentuk lingkungan informasi menunjukkan bahwa revolusi industri 4.0 yang identik dengan digitalisasi di segala aspek kehidupan manusia menyebabkan daya jangkau terhadap teknologi informasi tidak lagi berskala lokal tapi telah merambah dunia internasional. Dengan kata lain, akses informasi di era ini dapat dijangkau hingga ke berbagai penjuru dunia, termasuk ke pelosok- pelosok desa sekalipun. 9 Febrinastri, Nessy. (12 Desember 2014). Delapan Fakta Ketergantungan pada Teknologi. Diakses pada http://www.beritasatu.com/gaya-hidup/232713-8-fakta- ketergantungan-pada-teknologi.html. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya pada bagian pendahuluan dari tulisan ini bahwa banjir informasi adalah hal yang lumrah dan wajar di era Revolusi Industri 4.0. Hal tersebut terjadi karena orang-orang sudah mudah mengakses dan berbagi informasi terkini secara real time. Kemudahan yang ditawarkan ini sungguh sulit untuk ditolak oleh sebagian orang yang hidup di era ini. Banyak orang yang kemudian memanfaatkan hal tersebut secara maksimal untuk mendapatkan keuntungan. Namun demikian, segala hal baik yang lahir pastilah berjalan beriringan dengan sisi buruknya misalnya berkurangnya privasi. Orang-orang dengan enteng membagikan hampir semua aktifitasnya di sosial media yang mereka miliki entah itu kontennya baik atau tidak. Inti dari teori McLuhan adalah determinisme tekn ologi. Maksudnya adalah penemuan atau perkembangan teknologi komunikasi itulah yang sebenarnya yang mengubah kebudayaan manusia. Jika Karl Marx berasumsi bahwa sejarah ditentukan oleh kekuatan produksi, maka menurut McLuhan eksistensi manusia ditentukan oleh perubahan mode komunikasi. Kalau mau kita lihat saat ini tidak ada satu segi kehidupan manusia pun yang tidak bersinggungan dengan apa yang namanya media massa. Mulai dari ruang keluarga, dapur, sekolah, kantor, pertemanan, bahkan agama, semuanya berkaitan dengan media massa. Hampir-hampir tidak pernah kita bisa membebaskan diri dari media massa dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam bahasa Em Griffin (2003: 344) disebutkan, “Nothing remains untouched by communication technology. McLuhan juga menyebutkan bahwa media massa adalah ekstensi atau perpanjangan dari inderawi manusia (extention of man). Media tidak hanya memperpanjang jangkauan kita terhadap suatu tempat, peristiwa, informasi, tapi juga menjadikan hidup kita lebih efisien. Lebih dari itu media juga membantu kita dalam menafsirkan tentang kehidupan kita. Seperti yang kita tahu bahwa new media merupakan sebuah media baru yang memang dimana kita bisa berkomunikasi dengan orang lain (On Line) melalui dunia maya, tidak hanya itu saja akan tetapi kita bisa membaca berita tanpa harus membeli Koran (media cetak ) terlebih dahulu, kita bisa langsung update tentang berita-berita nasional/internasional. Namun untuk di zaman seperti sekarang ini dimana kita serba on line dan sebagian besar hampir melupakan media cetak Simpulan Ucapan Terima Kasih Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada Mitra Bestari dibawah ini yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam membantu menelaah naskah ini sampai selesainya tulisan ini. Dr. Firdaus, M.Ag (Rektor IAI Muhammadiyah Sinjai) Dr. Ismail, M.Pd (Wakil Rektor Bidang Akademik, Administrasi, dan Keuangan IAI Muhammadiyah Sinjai) Dr. Hardianto Rahman, M.Pd (Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAI Muhammadiyah Sinjai) Dr. Muh. Syukri, M.Pd (Kaprodi Pascasarjana PAI, IAI Muhammadiyah Sinjai) Nirwana, S.Pd.,M.Pd (Kaprodi Tadris Bahasa Inggris, IAI Muhammadiyah Sinjai) Rahmatullah, S.Sos.,MA (Kaprodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam, IAI Muhammadiyah Sinjai) Daftar Pustaka Harahap, Nursapia. (2014). Penelitian Kepustakaan. Jurnal Iqra’, 08 (01) Klingenberg, CO. (2017). Industry 4.0: What makes it a revolution?. Paper presented in EurOMA 2017, Polytechnic School, Universidade do Vale do Rio dos Sinos, Brazil. Pengurante, Yahya. (06 Oktober 2015). Penelitian Keputakaan. Diakses dari https://www.academia.edu/12339458/Penelitian_Kepustakaan_Yahya Rakhmat, Jalaluddin. (1997). Hegemoni Budaya. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. Schwab, Klaus. (2016). The Forth Industrial Revolution. Switzerland: World Economic Forum. Suwardana, Hendra. (2017). Revolusi Industri 4.0 Berbasis Revolusi Mental. Jurnal JATI UNIK, 1 (2)