TUGAS MATAKULIAH TOKSIKOLOGI VETERINER
“TOKSIKOLOGI UMUM”
Disusun Oleh : Nicholas Timothy Gunanta (2209511075)
Kelas A
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
JIMBARAN
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat
limpahan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan paper “Toksikologi
Umum” dengan baik.
Penyusunan paper ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Toksikologi Veteriner. Dalam paper ini menjelaskan mengenai
pengertian toksikologi, macam macam bidang toksikologi, kerja toksik,
gejala klinis, diagnosa, hingga penanganan. Materi yang disajikan cukup
terperinci agar mudah dipahami oleh pembaca. Paper ini dapat
terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen pengampu mata kuliah Toksikologi Veteriner yang telah
memberikan materi serta membimbing dalam penyelesaian paper
ini.
2. Teman - teman yang telah memberi dorongan dan masukan demi
terselesainya paper ini.
Kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
paper ini untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Namun kami
menyadari bahwa paper ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan
paper selanjutnya. Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Jimbaran, 16 April 2024
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I .............................................................................................................4
PENDAHULUAN ..........................................................................................4
1.1.
Latar Belakang................................................................................4
1.2.
Rumusan Masalah ...........................................................................5
BAB II ............................................................................................................6
KAJIAN PUSTAKA ......................................................................................6
2.1.
Pengertian Toksikologi ...................................................................6
2.2.
Bidang-Bidang Toksikologi ............................................................6
2.3.
Kerja Toksik dalam Tubuh .............................................................8
2.3.1.
Fase Eksposisi .............................................................................8
2.3.2.
Fase toksikinetik .........................................................................9
2.3.3.
Fase toksodinamik ......................................................................9
2.4.
Gejala klinis ....................................................................................9
2.5.
Diagnosa .......................................................................................10
2.6.
Penanganan ...................................................................................11
BAB III .........................................................................................................13
PENUTUP ....................................................................................................13
3.1.
Kesimpulan ...................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejak awal perkembangan manusia dan hewan dalam mencari makanan,
mereka telah menguji berbagai jenis bahan, baik yang berasal dari tumbuhan,
nabati, maupun mineral. Dalam proses ini, pengalaman mengajarkan kita
mengenai bahan-bahan yang aman dan yang berpotensi membahayakan.
Istilah "makanan" dalam konteks ini merujuk pada bahan-bahan yang aman
dikonsumsi, memberikan manfaat, dan dibutuhkan oleh tubuh untuk
kelangsungan hidup dan fungsi-fungsinya. Di sisi lain, istilah "racun"
digunakan untuk menggambarkan bahan-bahan, khususnya zat kimia, yang
jelas-jelas berbahaya bagi tubuh.
Toksisitas
adalah
istilah
relatif
yang
sering
digunakan
untuk
membandingkan tingkat keberbahayaan antara satu zat kimia dengan zat
kimia lainnya. Dikatakan bahwa suatu zat kimia lebih toksik daripada yang
lain, tetapi pernyataan semacam ini seringkali kurang memberikan informasi
yang cukup, kecuali jika dijelaskan dengan rinci mengenai mekanisme
biologis yang terlibat serta kondisi di mana zat kimia tersebut menjadi
berbahaya. Oleh karena itu, pendekatan dalam toksikologi sebaiknya
dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai efek zat kimia terhadap
sistem biologi yang berbeda, dengan fokus pada mekanisme efek berbahaya
yang terjadi dan situasi di mana efek berbahaya tersebut muncul.
Dalam konteks kedokteran hewan, pemahaman toksikologi sangat penting
karena dapat memberikan pandangan yang komprehensif tentang efek
berbagai zat kimia terhadap tubuh hewan. Paper ini akan membahas secara
umum tentang gambaran toksikologi, termasuk mekanisme efek berbahaya
dari zat kimia dan kondisi di mana efek tersebut terjadi.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1.
Apa yang dimaksud dengan toksikologi?
1.2.2.
Apa saja bidang bidang toksikologi?
1.2.3.
Bagaimana cara kerja toksik dalam tubuh?
1.2.4.
Bagaimana gejala yang ditimbulkan akibat terkena toksik?
1.2.5.
Bagaimana diagnosa dari paparan toksik?
1.2.6.
Bagaimana penanganan kasus toksik?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Toksikologi
Toksikologi dapat didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan
mekanisme efek berbahaya (efek toksik) berbagai bahan kimia terhadap
makhluk hidup dan sistem biologik lainnya. Ia dapat juga membahas
penilaian kuantitatif tentang berat dan kekerapan efek tersebut sehubungan
dengan terpejannya (exposed) makhluk tadi. Apabila zat kimia dikatakan
berracun (toksik), maka kebanyakan diartikan sebagai zat yang berpotensial
memberikan efek berbahaya terhadapmekanisme biologi tertentu pada suatu
organisme. (Ikhsanudin, 2019)
Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh: dosis, konsentrasi racun
di reseptor “tempat kerja”, sifat zat tersebut, kondisi bioorganisme atau
sistem bioorganisme, paparan terhadap organisme dan bentuk efek yang
ditimbulkan. Sehingga apabila menggunakan istilah toksik atautoksisitas,
maka perlu untukmengidentifikasi mekanisme biologi di mana efek
berbahaya itu timbul. Sedangkan toksisitas merupakan sifat relatif dari suatu
zat kimia, dalam kemampuannya menimbulkan efek berbahaya atau
penyimpangan mekanisme biologi pada suatu organisme.
2.2. Bidang-Bidang Toksikologi
2.2.1. Toksikologi Pangan
Pangan merupakan kebutuhan mendasar hewan yang paling pokok.
Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan hak asasi utama karena
hanya dengan pemenuhan pangan yang layak dan aman dikonsumsi
hewan dapat tumbuh dan berkembang. Pangan yang layak dikonsumsi
harus ada dalam keadaan normal dan tidak menyimpang dari
karakteristik yang seharusnya dimiliki, yaitu harus bebas dari bahaya
biologis, kimia dan fisika yang membahayakan kesehatan manusia.
Dari sudut pandang inilah keamanan pangan merupakan suatu
keharusan. Keamanan makanan merupakan suatu kondisi dan upaya
yang diperlukan untuk mencegahnya dari kemungkinan cemaran
biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan
membahayakan kesehatan manusia.
Selain itu keamanan makanan dimaksudkan untuk menjamin
persediaan makanan yang bebas dari pencemaran bahan-bahan kimia
berbahaya dan cemaran mikroba yang dapat menganggu, merugikan
dan membahayakan kesehatan hewan.
Sumber racun dalam makanan bisa datang dari luar makanan, Yang
paling menakutkan adalah produk dari pertumbuhan jamur yang disebut
mikotoksin, yang mencakup aflatoxin yang bersifat karsinogenik. Di sisi
lain, lebih dari 2500 zat kimia ditambahkan ke dalam makanan untuk
mengubah atau memberikan rasa, warna, stabilitas, dan tekstur, untuk
memperkuat atau memperkaya nilai gizi, atau untuk mengurangi biaya.
Selain itu, diperkirakan ada 12.000 zat yang digunakan dengan cara
tertentu sehingga secara tidak sengaja dapat masuk ke dalam pasokan
makanan. (Gupta, 2020)
2.2.2. Toksikologi Pestisida
Berdasarkan UU No.: 12 Thn 1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman, pestisida adalah zat atau senyawa kimia, zat pengatur dan
perangsang tumbuh, bahan lain, serta organisme renik, atau virus, yang
digunakan untuk melakukan perlindungan bagi tanaman.
Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit (dermal), Iritasi
kulit termasuk salah satu bahaya dari pestisida yang paling sering
terjadi. Kulit bisa mengalami iritasi saat terkena pestisida secara
langsung (Pane, 2023). Salah satu bentuk pestisida merupakan
glyphosate, dimana diperkirakan memiliki kadar toksisitas yang rendah,
tetapi ada penelitian yang membantahnya yang menyatakan bahwa
glyphosate menyebabkan keracunan pada hati dan ginjal di mamalia
(Long, 2017).
2.2.3. Toksikologi Industri
Toksikologi industri adalah studi tentang efek berbahaya pada
manusia oleh zat kimia yang digunakan di tempat kerja, produk yang
dihasilkan oleh perusahaan, dan limbah yang dihasilkan dalam proses
manufaktur. (Greenberg, 2019).
2.2.4. Toksikologi Lngkungan
Bidang studi dalam ilmu lingkungan yang berkaitan dengan
penilaian zat-zat beracun di lingkungan. Meskipun berbasis pada
toksikologi, toksikologi lingkungan sangat mengandalkan prinsip dan
teknik dari bidang lain, termasuk biokimia, biologi sel, biologi
perkembangan, dan genetika. Di antara minat utamanya adalah
penilaian zat-zat beracun di lingkungan, pemantauan lingkungan untuk
keberadaan zat-zat beracun, efek toksin pada komponen biotik dan
abiotik dari ekosistem, serta metabolisme dan nasib biologis dan
lingkungan dari toksin tersebut. (Corfield, 2022)
2.3. Kerja Toksik dalam Tubuh
Suatu kerja toksik pada umumnya merupakan hasil dari sederetan proses
fisika, biokimia, dan biologik yang sangat rumit dan komplek. Proses ini
umumnya dikelompokkan ke dalam tiga fase yaitu: fase eksposisi
toksokinetik dan fase toksodinamik.
2.3.1. Fase Eksposisi
Fase eksposisi merupakan kontak suatu organisme dengan
xenobiotika, pada umumnya, kecuali radioaktif, hanya dapat terjadi
efek toksik/farmakologi setelah xenobiotika terabsorpsi. Umumnya
hanya tokson yang berada dalam bentuk terlarut, terdispersi molekular
dapat terabsorpsi menuju sistem sistemik. Dalam konteks pembahasan
efek obat, fase ini umumnya dikenal dengan fase farmaseutika. Fase
farmaseutika meliputi hancurnya bentuk sediaan obat, kemudian zat
aktif melarut, terdispersi molekular di tempat kontaknya. Sehingga zat
aktif berada dalam keadaan siap terabsorpsi menuju sistem sistemik.
Fase ini sangat ditentukan oleh faktor-faktor farmseutika dari sediaan
farmasi. (Purnamasari, 2023)
2.3.2. Fase toksikinetik
Fase toksikinetik disebut juga dengan fase farmakokinetik. Setelah
xenobiotika berada dalam ketersediaan farmasetika, pada mana keadaan
xenobiotika siap untuk diabsorpsi menuju aliran darah atau pembuluh
limfe, maka xenobiotika tersebut akan bersama aliran darah atau limfe
didistribusikan ke seluruh tubuh dan ke tempat kerja toksik (reseptor).
Pada saat yang bersamaan sebagian molekul xenobitika akan
termetabolisme, atau tereksresi bersama urin melalui ginjal, melalui
empedu menuju saluran cerna, atau sistem eksresi lainnya.
(Purnamasari, 2023)
2.3.3. Fase toksodinamik
Fase toksodinamik adalah interaksi antara tokson dengan reseptor
(tempat kerja toksik) dan juga proses-proses yang terkait dimana pada
akhirnya muncul efek toksik/farmakologik. Interaksi tokson-reseptor
umumnya merupakan interaksi yang bolak-balik(reversibel). Hal ini
mengakibatkan perubahan fungsional, yang lazim hilang, bila
xenobiotika tereliminasi dari tempat kerjanya (reseptor). (Purnamasari,
2023)
2.4. Gejala klinis
Gejala klinis toksin pada hewan dapat bervariasi tergantung pada jenis
toksin dan spesies hewan. Berkut adalah beberapa gejala umum yang
mungkin terjadi:
a.
Gangguan Pencernaan: Toksin seringkali menyebabkan gangguan
pencernaan, seperti muntah dan diare.
b.
Gangguan Neurologis: beberapa toksin dapat mempengaruhi sistem
saraf, menyebabkan gejala seperti kejang, kehilangan keseimbangan,
dan halusinasi.
c.
Gangguan Respirasi: toksin tertentu dapat menyebabkan hewan sulit
bernafas
d.
Gangguan Kulit: Beberapa toksin dapat menyebabkan iritasi atau lesi
pada kulit
e.
Gangguan Darah: Toksin tertentu dapat menyebabkan anemia atau
hemoragi
2.5. Diagnosa
a.
Pengamatan Gejala: Ini melibatkan pengamatan langsung terhadap
hewan untuk mencari tanda-tanda fisik dari keracunan, seperti
perubahan perilaku, muntah, diare, kejang, atau gejala lainnya
b.
Riwayat Eksposur: Mengetahui riwayat eksposur hewan terhadap
potensi toksin sangat penting. Ini bisa melibatkan pertanyaan tentang
diet hewan, akses ke tanaman atau bahan kimia tertentu, dan sebagainya
c.
Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan fisik oleh dokter hewan dapat
membantu mengidentifikasi tanda-tanda tertentu dari keracunan
d.
Pemeriksaan Laboratorium: Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan
untuk mengkonfirmasi keberadaan toksin dalam tubuh hewan. Ini bisa
melibatkan pengujian darah, urin, atau jaringan
e.
Pemeriksaan Penunjang Lainnya: Terkadang, pemeriksaan penunjang
lainnya seperti CT scan mungkin diperlukan untuk membantu dalam
diagnosis
2.6. Penanganan
2.6.1
Menjaga Fungsi Vital Organ
a.
Jika menyerng sistim pernafasan kita harus memastikan tidak ada
benda asing dalam saluran pencernaan dapat juga dilakukan
pemberian nafas buatan.
b.
Jika menyerang sistim sirkulasi, yang ditandai dengan jantung
berhenti, dapat dilakukan massage adrenalin untuk memicu
jantung berdetak kembali. Pada keadaan syok dapat dilakukan
dengan pemberian cairan infus plasma
c.
Menjaga keseimbangan eletrolit, air, asam dan basa dengan
pemberian infus hydrogen karbonat.
2.6.2
Memperlambat/Mengurangi Pemasukan Racun
a.
Eksternal (terkena daerah kulit)
Dengan cara basuh dengan air hangat atau polyethin glikol
b.
Oral
1. Adsorbensia dengan Mg Oksida + Tannin
2. Laksansia dengan Mg Sulfat dan Na Sulfat
3. Pembilasan Lambung dengan air, larutan garam netral
4. Emetika dengan Na. Klorida
2.6.3
Eleminasi Racun Setelah Diabsorpsi
1. Diuresis paksa dengan zat diuretika
2. Dialisis peritoneal dengan
peritoneal (Kateter)
cairan
dialysis
ke
3. Hemodialisis untuk zat – zat nefrotoksik
4. Transfusi penukar
dengan pengambilan darah infus
darah
2.6.4
Antidot
1. Organofosfat dengan pemberian Atrophin Sulfat
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari efek berbahaya dari berbagai
bahan kimia terhadap makhluk hidup dan sistem biologis lainnya. Hal ini
meliputi penilaian kuantitatif terhadap dosis, konsentrasi racun di reseptor
tempat kerja, sifat zat, kondisi bioorganisme atau sistem, paparan organisme,
dan bentuk efek yang ditimbulkan. Bidang-bidang toksikologi mencakup
toksikologi pangan, pestisida, industri, dan lingkungan.
Dalam toksikologi pangan, fokus utamanya adalah keamanan pangan
untuk mencegah cemaran biologis, kimia, dan fisika yang membahayakan
kesehatan manusia dan hewan. Contoh sumber racun dalam makanan adalah
mikotoksin dari pertumbuhan jamur dan zat kimia tambahan yang dapat
mencemari makanan secara tidak sengaja.
Toksikologi pestisida membahas efek dan risiko pestisida terhadap
tanaman, hewan, dan manusia. Salah satu contohnya adalah glyphosate, yang
memiliki kontroversi terkait tingkat toksisitasnya pada hati dan ginjal
mamalia.
Toksikologi industri berkaitan dengan efek berbahaya zat kimia di tempat
kerja dan limbah industri. Sementara toksikologi lingkungan mengevaluasi
zat-zat beracun di lingkungan, efeknya pada ekosistem, dan nasib biologis
dan lingkungan dari zat-zat tersebut.
Proses kerja toksik dalam tubuh melalui fase eksposisi, toksikinetik, dan
toksodinamik. Gejala klinis keracunan toksin pada hewan dapat bervariasi,
termasuk gangguan pencernaan, neurologis, respirasi, kulit, dan darah.
Diagnosa keracunan melibatkan observasi gejala, riwayat eksposur,
pemeriksaan fisik, laboratorium, dan penunjang lainnya.
Penanganan keracunan meliputi menjaga fungsi vital organ, mengurangi
pemasukan racun, eliminasi racun setelah diabsorpsi, dan pemberian antidot.
DAFTAR PUSTAKA
Corfield,
J.
(2022,
Februari
22).
Britannica.
From
Britannica.com:
https://www.britannica.com/science/environmental-toxicology
Greenberg.
(2019,
April
15).
Encyclopedia.
From
Encyclopedia.com:
https://www.encyclopedia.com/medicine/encyclopedias-almanacstranscripts-and-maps/industrial-toxicology
Gupta, P. K. (2020). Problem Solving Questions in Toxicology. Springer.
Ikhsanudin. (2019). Bahaya Mikrobiologi. Makalah Toksikologi Bahan Pangan.
Long, N. E. (2017, Maret 21). National Library of Medicine. From ncbi:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5370400/
Pane, d. M. (2023, Oktober 19). Pestisida, Ini 7 Bahayanya bagi Kesehatan. From
alodokter.com:
https://www.alodokter.com/sedekat-inilah-pestisida-
dengan-kita
Purnamasari, S. (2023). FASE KERJA TOKSIKAN DAN FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI. FASE KERJA TOKSIKAN DAN FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI.