Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
JPJO 4 (1) (2019) 8-13 Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index Physical Education Learning Motivation: A Gender Analysis Lutfi Nur, Adang Suherman, Herman Subarjah, Dian Budiana Program Studi Pendidikan Olahraga, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia Info Artikel Abstrak Sejarah Artikel : Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat motivasi belajar pendidikan jasmani berdasarkan jenis kelamin. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif komparatif. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMP kelas VII dengan jumlah 52 orang siswa, terdiri dari 30 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah angket motivasi belajar pendidikan jasmani untuk siswa SMP yang terdiri dari 29 item pernyataan dengan nilai validitas 0,518 dan reliabilitas 0,906. Analisis data yang digunakan adalah independent sample t test untuk menguji perbandingan motivasi siswa laki-laki dengan siswa perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar pendidikan jasmani siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan di jenjang SMP. Adanya temuan ini diharapkan menjadi evaluasi bagi pihak-pihak terkait dalam rangka menumbuhkan motivasi guna peningkatan hasil belajar siswa. Diterima November 2018 Disetujui Februari 2019 Dipublikasikan April 2019 Keywords : Gender, Motivation, Physical Education Abstract The purpose of this study was to find out the motivation of learning physical education based on gender. This study used a descriptive comparative method. The subjects in this study were 50 students in VII grade consisting of 30 male students and 22 female students. The instrument used by researchers was a physical education learning motivation questionnaire for junior high school students developed by Nur, Suherman, and Subarjah that contains 29 approved items with a validity value 0.518 and reliability value 0.906. The data analysis used an independent sample t test to analyze the motivation differences between male students and female students. The results of the study showed that the male students' physical education learning motivation was higher than female students in junior high school level. This finding is expected to be an assessment of the relevant parties in order to foster motivation to improve student learning outcomes. ISSN 2580-071X (online) ISSN 2085-6180 (print) DOI : 10.17509/jpjo.v4i1.13790  Correspondence Address :Jln. Dr. Setiabudhi No.229, Bandung, Indonesia. E-mail : lutfinur@upi.edu 8 Lutfi Nur dkk./ Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 4 (1) (2019) PENDAHULUAN Motivasi adalah konstruk psikologis yang mengarahkan seseorang ke arah pencapaian tujuan dan mempertimbangkan kekuatan psikologis yang digunakan untuk memperkuat tindakan (Bice, Ball, dan McClaran, 2015). Secara konseptual, motivasi dianggap sebagai energi yang memungkinkan seseorang untuk terlibat dalam tindakan fisik atau mental yang berorientasi pada pencapaian tujuan (Chen, 2013). Disisi lain motivasi merupakan jantung dari banyak masalah yang paling menarik dari olahraga sebagai hasil dari perkembangan lingkungan sosial seperti persaingan, ketekunan, pembelajaran dan kinerja (Cortés, dkk., 2017). persyaratan keterampilan untuk suatu kegiatan, dan jenis umpan balik memberikan kontribusi pada partisipasi untuk terlibat dalam aktivitas fisik dalam pendidikan jasmani (Thompson dan Wankel, 1980; Weinberg dan Jackson, 1979). Dalam pembelajaran pendidikan jasmani bentuk penerapan motivasi ekstrinsik biasanya dilakukan dalam bentuk pemberian hadiah bagi siswa atau kelompok siswa yang dapat memenuhi tugas belajar dengan baik Mengenai motivasi salah satu teori yang cukup ternama adalah Self-Determination Theory (SDT) yang dikembangkan oleh Deci dan Ryan. Menurut teori tersebut motivasi dibagi menjadi dimensi motivasi intrinsik dan ekstrinsik (Cortés, dkk., 2017). Motivasi intrinsik merupakan keterlibatan dalam kegiatan untuk kesenangan dan kegembiraan (Jaakkola, Yli-Piipari, Barkoukis, dan Liukkonena., 2015). Motivasi intrinsik merupakan faktor penting ketika dikaitkan dengan aktifitas fisik dalam pendidikan jasmani. Perilaku "kesenangan" dan tugas yang dianggap "menyenangkan" ketika dikaitkan dengan peningkatan keterampilan, pencapaian pribadi, kesenangan, dan kepuasan (Bice, Ball, dan McClaran, 2015). Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa siswa yang lebih termotivasi secara instrinsik memiliki kemungkinan lebih besar untuk berlatih diluar pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga (Granero-Gallegos, dkk. 2014). Individu lebih cenderung menunjukkan kepatuhan pada suatu perilaku jika mereka menikmati perilaku tersebut (Bice, Ball, dan McClaran, 2015). Motivasi instrinsik sangat berhubungan erat dengan perasaan diri sendiri tanpa dipengaruhi oleh faktor luar. Perasaan tersebut dapat berupa kenyamanan, kepuasaan, kesenangan, kegembiraan, dan juga ketertarikan. Motivasi ekstrinsik dicirikan oleh identifikasi dekat dengan pengakuan sosial, hadiah dan penghargaan (Cortés, dkk., 2017). Motivasi ekstrinsik menjelaskan bagaimana variabel dan penghargaan eksternal merangsang pelaksanaan perilaku. Motivasi ekstrinsik dapat dianggap luas secara konteks karena mencakup konstruksi sosial. Persepsi akan aktivitas fisik dalam pendidikan jasmani, konstruksi sosial, jenis lingkungan, http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index Berdasarkan teori SDT lebih menyarankan untuk mempromosikan gaya hidup sehat pada siswa dengan mengembangkan motivasi intrinsic bukan ekstrinsik. Secara sederhana, siswa yang ingin melakukan aktivitas fisik cenderung lebih sehat dikemudian hari dari pada mereka yang diminta untuk melakukan aktivitas fisik. (Davies, dkk. 2015). Motivasi adalah jantung dari berbagai permasalahan penting dan menarik dari olahraga sebagai hasil dari perkembangan lingkungan sosial seperti persaingan, ketekunan, pembelajaran dan kinerja (Cortés, dkk., 2017). Motivasi dalam bidang pendidikan jasmani dan olahraga menyatakan bahwa “Motivasi menggambarkan salah satu variabel paling penting dalam olahraga.” Menurut Vallerand (2004) Pernyataan tersebut memperjelas pentingnya motivasi dalam bidang pendidikan jasmani dan olahraga Motivasi yang berhubungan dengan konstruksi secara positif memprediksi perilaku aktivitas fisik yang dilakukan pada waktu luang. Kenyamanan dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan aktivitas fisik memediasi hubungan antara motivasi dalam pendidikan jasmani dan aktivitas fisik di waktu luang (Cox, Smith, dan Williams, 2008). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa motivasi siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani memainkan peran penting untuk memahami partisipasi aktivitas fisik siswa usia sekolah dan pembelajaran keterampilan dalam pendidikan jasmani (Gu, Chen, Jacson, dan Zhang, 2017). Jelas bahwa keterlibatan siswa dalam kelas pendidikan jasmani dipengaruhi dan ditentukan oleh faktor motivasi (Chen, dkk., 2014). Belajar merupakan proses multidimensi yang melibatkan berbagai sumber motivasi (Chen, dkk. 2014). Pendidikan jasmani merupakan sarana yang sangat tepat untuk mempromosikan gaya hidup sehat melalui aktivitas fisik pada anak. Motivasi siswa dalam pendidi DOI : 10.17509/jpjo.v4i1.13790 9 Lutfi Nur dkk./ Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 4 (1) (2019) kan jasmani dan olahraga muncul sebagai variabel penting, karena motivasi individu siswa terhadap pendidikan jasmani telah diakui sebagai penentu utama aktivitas fisik siswa (Kretschmann, 2014). Selain itu Kretschmann (2014) menambahkan bahwa ‘Kontribusi terbesar dan paling signifikan dalam penelitian psikologi sosial terhadap pendidikan jasmani selama 30 tahun terakhir berkaitan dengan motivasi. Oleh karena itu penelitian mengenai motivasi belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani sangat penting untuk dilakukan. Penelitian ini akan memfokuskan pada analisis motivasi belajar pendidikan jasmani berdasarkan jenis kelamin dikarenakan hal ini dianggap penting dalam upaya mendiagnosa tingkat motivasi belajar siswa lakilaki dan perempuan. Dengan demikian, diharapkan hasil penelitian ini menjadi bahan evaluasi bagi guru dalam merencanakan proses pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik motivasi siswa Dalam praktek pendidikan jasmani dan olahraga siswa dapat terlibat faktor motivasi yang mendorong atau mematahkan semangat (Cortés, dkk., 2017). Anakanak dalam pendidikan jasmani sering termotivasi oleh suatu peluang untuk berekplorasi. Keinginan anak untuk bereksplorasi dalam situasi tertentu memotivasi mereka untuk menjadi gigih dalam memecahkan masalah, memahami keterampilan gerakan, dan melanjutkan kinerja (Chen, dkk., 2014). Beberapa penelitian tampaknya mendukung bahwa partisipasi aktivitas fisik pada siswa SMP dipengaruhi oleh pengalaman siswa dalam pendidikan jasmani yang telah berhasil memotivasi diri siswa, memberikan persepsi kompetensi, dan kenikmatan (Chen, dkk., 2014). Hasil penelitian menunjukan bahwa siswa yang berhasil meningkatkan motivasi otonom dalam pendidikan jasmani, melakukan berbagai aktivitas fisik selama waktu istirahat (Chen, dkk., 2014). Peneliti berasumsi bahwa perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi motivasi seseorang dalam pembelajaran terutama pembelajaran pendidikan jasmani. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat motivasi belajar pendidikan jasmani berdasarkan jenis kelamin pada jenjang pendidikan SMP. METODE Penelitian ini menggunakan metode deskriptif komparatif. Penelitian ini bersifat membandingkan. http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index Penelitian ini sejenis metode deskriptif yang membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta berdasarkan kerangka pemikiran tertentu (Nazir, 2005). Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengambilan data, mengolah data serta menampilkan data hasil penelitian dengan berbagai jenis penyajian data guna memberikan gambaran mengenai suatu fenomena dan selanjutnya melakukan pengujian perbandingan berdasarkan kelompok sampel laki-laki dan perempuan dalam motivasi mengikuti pelajaran pendidikan jasmani. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung kelas VII dengan jumlah 52 orang siswa, terdiri dari 30 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan dengan usia 1213 tahun dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa angket motivasi belajar pendidikan jasmani untuk siswa SMP yang terdiri dari 29 item pernyataan. Instrumen angket motivasi belajar pendidikan jasmani untuk siswa SMP ini memiliki tingkat validitas 0,518 dan reabilitas 0,906 (Nur, Suherman dan Subarjah, 2018) sesuai yang terlihat pada tabel 1. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan uji t-test untuk mengetahui perbandingan motivasi siswa laki-laki dengan siswa perempuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dari hasil penelitian melalui penyebaran instrumen angket motivasi belajar pendidikan jasmani pada sampel telah menghasilkan data yang berupa angka atau skor. Data tersebut peneliti sajikan pada table 1. Secara keseluruhan diperoleh jumlah skor motivasi belajar pendidikan jasmani sebesar 1004, ratarata 19,31, standar deviasi 4,35, skor maksimal 27 dan skor minimal 11. Berdasarkan Tabel 2. Diperoleh jumlah skor motivasi belajar pendidikan jasmani pada sampel laki-laki sebesar 617, rata-rata 20,57, standar deviasi 3,11, skor maksimal 27, skor minimal 16. Sedangkan pada sampel perempuan diperoleh jumlah skor sebesar 387, rata-rata 17,59, standar deviasi 5,22, skor maksimal 27, skor minimal 11. Deksripsi data lebih lanjut lagi peneliti menyajikan data perbandingan motivasi belajar pendidikan jasmani disajikan pada table 2. Hasil pengujian yang ditunjukan pada tabel 3 menunjukkan nilai t = 2,382 dan sig = 0,023 < 0,05 DOI : 10.17509/jpjo.v4i1.13790 10 Lutfi Nur dkk./ Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 4 (1) (2019) Tabel 1. Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar Pendidikan Jasmani di Sekolah Menengah Pertama Aspek Sub Aspek Ketekunan dalam belajar Kehadiran di sekolah Mengikuti PBM Penjas di lapangan Latihan di rumah/luar sekolah Sikap terhadap kesulitan gerak dalam pembelajaran penjas, Usaha mengatasi kesulitan materi penjas, Kebiasaan dalam mengikuti pelajaran penjas Semangat dalam mengikuti PBM penjas Ulet dalam menghadapi kesulitan Minat dan ketajamanperhatian dalam belajar Berprestasi dalam belajar Mandiri dalam belajar Jumlah Keinginan untuk berprestasi dalam pelajaran penjas Kualifikasi hasil pelajaran penjas Ketekunan berlatih materi penjas Menggunakan kesempatan diluar jam pelajaran penjas maka dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara motivasi belajar siswa laki-laki dengan siswa perempuan dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Berdasarkan rata-rata perolehsan skor motivasi belajar, siswa laki-laki menunjukan motivasi belajar yang lebih tinggi dari pada siswa perempuan. Tabel 2. Deskripsi Ringkasan Data Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Total L P Jumlah Sampel 30 22 52 Jumlah Skor 617 387 1004 Rata-rata 20,5 17,5 19,3 Standar Deviasi 3,11 5,22 4,35 Skor Maksimal 27 27 27 Skor Minimal 16 11 11 Tabel 3. Hasil Uji Perbandingan Motivasi Belajar Berdasarkan Jenis Kelamin t hitung 2,382 Sig. Keterangan 0,023 Perbedaan Signifikan Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan tingkat motivasi belajar pendidikan jasmani siswa laki-laki dengan siswa perempuan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukan bahwa siswa laki-laki memiliki tingkat motivasi yang lebih besar dari pada siswa perempuan dalam pendidikan jasmani (Baena-Extremera dkk. http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index No, Pertanyaan Positif Negatif 1 2 3 5,7 4,6 8,11 9,10 Jumlah 2 1 4 4 12 13 2 16 14,15 17 2 2 18,19 20 3 21 23,25 26,28 22 24 27,29 2 3 4 29 2014). Selain itu siswa laki-laki juga lebih menyadari pentingnya dan kegunaan pendidikan jasmani dari pada siswa perempuan. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani siswa laki-laki juga lebih menunjukan dominasi dan partisipasi yang lebih tinggi. Siswa perempuan cenderung hanya menunjukan partisipasi tinggi pada beberapa jenis kegiatan saja. Berkaitan dengan hal tersebut siswa perempuan cenderung memiliki lebih banyak pengalaman negatif dalam pendidikan jasmani dan kurang tertarik untuk berpartisipasi untuk melakukan aktivitas fisik di waktu luang seperti halnya siswa laki-laki (Baena-Extremera dkk. 2014). Siswa perempuan yang tidak termotivasi dalam pendidikan jasmani, tidak akan melakukan aktivitas fisik pada waktu luang mereka. Sedangkan aktivitas fisik pada waktu luang siswa sangat berkaitan dengan pengalaman yang berhubungan dengan motivasi dalam pendidikan jasmani. Persepsi kompetensi, otonomi, dan keterkaitan, motivasi yang ditentukan sendiri, kesenangan, dan aktivitas fisik dalam pengaturan pendidikan jasmani secara langsung atau tidak langsung memprediksi aktivitas fisik waktu luang (Cox, Smith, dan Williams, 2008). Hasil penelitian menunjukan bahwa siswa yang berhasil meningkatkan motivasi otonom dalam pendidikan jasmani, melakukan berbagai aktivitas fisik selama waktu istirahat (Chen, dkk., 2014). Hal ini menunjukan masih diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkan kesenjangan motivasi belajar antara siswa laki-laki dan perempuan, selain itu juga DOI : 10.17509/jpjo.v4i1.13790 11 Lutfi Nur dkk./ Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 4 (1) (2019) lebih luas lagi tingkat motivasi belajar siswa dalam pendidikan jasmani masih perlu ditingkatkan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah membangun dan menciptakan lingkungan yang kondusif dan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Penyajian kegiatan fisik yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa sangatlah penting untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pendidikan jasmani. Hasil penelitian melaporkan bahwa pada siswa tingkat SMP sumber motivasi yang paling mungkin dalam pendidikan jasmani adalah kepercayaan siswa untuk dapat berhasil dalam tugas gerak pada pembelajaran pendidikan jasmani (Chen, 2013). Siswa yang kurang terampil secara fisik atau kognitif sering canggung dan tidak siap untuk belajar (Stodden dkk. 2008; Valentini dan Rudisill 2004 dalam Gu, Chen, Jacson, dan Zhang 2017). Dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa dapat menjaga harga diri dan kepercayaan diri siswa. Ketika siswa memiliki harga diri yang lebih tinggi dalam hal kemampuan fisik mereka, mereka lebih cenderung menikmati pendidikan jasmani dan ingin berpartisipasi (Davies dkk. 2015). Jelas nampaknya dalam hal ini peranan guru sangat utama, terutama dalam menangani siswa perempuan. Pembelajaran pendidikan jasmani harus lebih bervariatif, karena kegiatan pendidikan jasmani yang sama dapat menjadi kurang menarik dari waktu ke waktu dan siswa tidak memiliki pengalaman berarti dari pembelajaran mereka (Davies, dkk., 2015). Seorang guru harus berusaha untuk membuat pembelajaran yang selalu menyenangkan dengan Dengan menghargai upaya kelompok dan merayakan peningkatan individu, pendidikan jasmani menjadi pengalaman yang menyenangkan (Davies, dkk., 2015). Faktor kurikulum pembelajaran pendidikan jasmani juga tentunya menjadi salah satu pendukung bagi guru untuk dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Kebijakan kurikulum di sekolah mendukung untuk menciptakan dan mengembangkan lingkungan sekolah yang dipenuhi oleh aktivitas fisik. Lingkungan yang aktif secara fisik baik di sekolah dan di masyarakat dapat membantu mengembangkan, mempertahankan, dan melindungi motivasi aktivitas fisik anak-anak dan juga mendukung pencapaian akademik mereka (Chen, 2013). Sebuah pengamatan memperlihatkan negaranegara seperti Finlandia, Cina, Korea, atau Singapura memiliki tingkat akademis siswa yang sangat baik. http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index Laporan terbaru menunjukkan bahwa sekolah di negara -negara tersebut telah menerapkan kebijakan aktivitas fisik yang mendorong dan memotivasi anak-anak untuk aktif secara fisik (Chen, 2013). Pembahasan hasil penelitian ini menjadikan salah satu informasi sekaligus rekomendasi bahwa kajian lebih lanjut sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Selain itu, beberapa faktor yang melatar belakangi motivasi belajar siswa tersebut sungguhsungguh sangat perlu diperhatikan dan diberikan penanganan yang tepat. Karena motivasi belajar pendidikan jasmani merupakan faktor yang menentukan siswa untuk melakukan aktivitas fisik dan secara bertahap akan meningkatkan tingkat kesehatan fisik mereka. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan motivasi belajar pendidikan jasmani berdasarkan jenis kelamin, siswa laki-laki memiliki motivasi belajar lebih tinggi dari pada siswa perempuan. Adapun untuk penelitian selanjutnya, diperlukan upaya serius untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMP dalam pembelajaran pendidikan jasmani dari berbagai aspek, seperti lingkungan belajar, guru, orang tua, dan dukungan dari kebijakan pemerintah dan kurikulum. DAFTAR PUSTAKA Baena-Extremera, A, B., Gómez-López, M., GraneroGallegos, A., dan Abraldes, J, A. (2014). Motivation, motivational climate and importance of Physical Education. Procedia-Social and Behavioral Sciences 132 (2014) 37 – 42. Bice, M, R., Ball, J, W., dan McClaran , S. (2015). Technology and physical activity motivation. Routledge: International Journal of Sport and Exercise Psychology. DOI:10.1080/1612197X.2015.1025811. Chen, A. (2013). Top 10 Research Questions Related to Children Physical Activity Motivation. Routledge: Research Quarterly for Exercise and Sport. 84:4, 441 -447, DOI: 10.1080/02701367.2013.844030. Chen, S. dkk. (2014). Relationship Between Motivation and Learning inPhysical Education and After-School Physical Activity. Taylor & Francis Group: SHAPE America, Research Quarterly for Exercise and Sport, 85, 468–477, 2014. DOI : 10.17509/jpjo.v4i1.13790 12 Lutfi Nur dkk./ Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 4 (1) (2019) Cortés, S,A. dkk. (2017). Motivational faktors and effects associated with physical-sport practice in undergraduate students. Elsevier, ScienceDirect: Procedia – Social and Behavioral Sciences 237 (2017) 811 – 815. Cox, A, E., Smith, A, L., dan Williams, L. (2008). Change in Physical Education Motivation and Physical Activity Behavior during Middle School Author links open overlay panel. Journal of Adolescent Health Volume 43, Issue 5, November 2008, Pages 506-513 Cuevas, R., Contreras, O., dan García-Calvo, T. (2012). Effects of an experimental program to improve the motivation in physical education of Spanish students. Procedia - Social and Behavioral Sciences 47 (2012) 734 – 738. Davies, B., dkk. (2015) Intrinsic Motivation in Physical Education. Routledge: Journal of Physical Education, Recreation & Dance, 86:8, 8-13, DOI: 10.1080/07303084.2015.1075922. Granero-Gallegos, A. dkk (2014). Importance of Physical Education: motivation and motivational Climate. Elsevier, ScienceDirect: Procedia – Social and Behavioral Sciences 132 (2014) 364-370 Gu, X., Chen, Y., Jacson, A, W., dan Zhang, T. (2017). Impact of a pedometer-based goal-setting intervention on children’s motivation, motor competence, and physical activity in physical education. Routledge: Physical Education and Sport Pedagogy, DOI: 10.1080/17408989.2017.1341475. Jaakkola, T., Yli-Piipari, S,. Barkoukis, C,. dan Liukkonena, J. (2015). Relationships among perceived motivational climate, motivational regulations, enjoyment, and PA participation among Finnish physical education students. Routledge: International Journal of Sport and Exercise Psychology. DOI: 10.1080/1612197X.2015.1100209. Kretschmann, R. (2014). Student Motivation In Physical Education - The Evidence In A Nutshell. Acta Kinesiologica 8 (2014) 1: 27-32. Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. Nur, L., Suherman, A., dan Subarjah, H. (2018). Validitas dan Reliabilitas Angket Motivasi Belajar Pendidikan Jasmani. Laporan Penelitian. Bandung. Thompson, C., & Wankel, L. (1980). The effects of perceived activity choice upon frequency of exercise behavior. Journal of Applied Social Psychology, 10, 436–443. Vallerand, J, R. (2004). Intrinsic and Extrinsic Motivation in Sport. Encylopedia of Applied Psychology. Volume 2. Elsevier Inc. All Rights Reserved 2004. Weinberg, R., & Jackson, A. (1979). Competition and extrinsic rewards: Effect on intrinsic motivation and attribution. Research Quarterly, 50, 494-502. http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index DOI : 10.17509/jpjo.v4i1.13790 13