View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk
ISSN : 2355-9357
brought to you by
CORE
provided by Open Library
e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6672
REPRESENTATION SOCIAL CRITICISM IN THE
DOCUMENTARY FILM OF BEHIND A FREQUENCY
REPRESENTASI KRITIK SOSIAL PADA FILM DOKUMENTER
DIBALIK FREKUENSI
Mohamad Amirsyah Gani, Reni Nuraeni
Program Studi S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Universitas Telkom
Jl. Telekomunikasi No. 1 Terusan Buah Batu, Bandung
amirsyahgani00@gmail.com
rezn_ns@yahoo.com
ABSTRAK
Media massa adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan denga kehidupan kita pada saat ini,
dikarenakan media massa adalah sumber informasi, hiburan, serta edukasi bagi masyarakat
pada zaman ini. Namun apa jadinya bila media massa ternyata hanya menjadi suatu alat
kepentingan ekonomi serta politik para golongan tertentu? serta membuat media tersebut
menjadi tidak netral atau independen lagi dalam menyiarkan atau memproduksi sesuatu? Hal
tersebut akan menyebabkan permasalahan sosial dikarenakan masyarakat sebagai konsumen
media massa, akan menerima tayangan yang telah sengaja di setting untuk kepentingan
golongan tertentu. Serta akan munculnya sebuah kritik sosial, yang dibuat untuk memperbaiki
masalah ini. Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk mengetahui representasi kritik sosial
yang terkandung dalam film dokumenter ‘’Dibalik Frekuensi’’. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan paradigma kritis yang menggunakan teknik analisis semiotika
John Fiske. Hasil penelitian ini mengungkapkan adanya kritik sosial yang terkandung pada film
dokumenter ini, dikarenakan adanya sebuah permasalahan sosial yang disebabkan oleh para
kelas dominan yaitu para pemilik frekuensi atau meda di Indonesia yang menggunakan
medianya sebagai alat kepentingan ekonomi serta politik golongan tertentu, dan
menyebabkan media tersebut menjadi tidak independen atau netral dalam menyiarkan atau
memproduksi sesuatu untuk masyarakat.
Kata Kunci: Media Massa, Kritik Sosial, Film, Semiotika, John Fiske
ABSTRACT
The mass media is something that could not be separated with life at the moment , because
the mass media are a source of information , entertainment , and education for the community in
these days .But what happens if that the mass media is a means to political and the interests of certain
groups ? as well as making the media is not neutral or independent again in broadcast or producing
something ?That this will cause social problems due to the community as a consumer of mass media
, will receive a not in setting for the benefit of certain groups .And will be the rise of a social criticism
, made to fix this problem .In this research , researchers interested to know representation social
criticism contained in the documentary ‘’behind a frequency’’ .The research is the qualitative study
with the critical analysis techniques that uses a logician John Fiske .
ISSN : 2355-9357
e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6673
Keywords: Mass Media, Social Criticsm, Semiotics, John Fiske
ISSN : 2355-9357
e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6674
Hal tersebut baru terjadi pada massa
PENDAHULUAN
Kehidupan kita sehari – hari tidak
Reformasi saat ini, dikarenakan pada masa
akan lepas dari jerat media. ketika dirumah,
Orde Baru kebebasan media massa khususnya
kita tak lepas dari siaran media penyiaran
media penyiaran ataupun pers telah dijamin
televisi ataupun media penyiaran baru yang
oleh pemerintah dalam UUD (Undang –
berbasis internet yaitu seperti halnya
youtube. Saat kita diperjalanan baik di
kendaraan
pribadi
ataupun
kendaraan
umum, radio siaran ataupun media baru
Undang Dasar). Karena jauh pada masa Orde
Baru sebelum Reformasi, media penyiaran
seperti TVRI (Televisi Republik Indonesia )
sangat dikontrol oleh pemerintah, bahkan tidak
bersifat Independen karena langsung dibawahi
seperti halnya podcast serta aplikasi
oleh kementerian Penerangan RI (Republik
streaming musik spotify. Setelah itu setiap
indonesia) pada saat itu, seperti yang dijelaskan
harinya kita juga tak pernah lepas dari
pada (Ishadi,44;2014) kontrol pemerintah
media massa yang bersifat informasi seperti
terhadap isi program, dan berita TVRI
halnya koran ataupun majalah cetak yang
dilakukan dengan beberapa cara. Pertama
berjaya pada awal era 2000an serta koran
secara struktural yaitu dengan menempatkan
ataupun majalah online yang menjadi
pemimpin TVRI berada di bawah Menteri
penggantinya pada masa kini. Hal tersebut
didasari karena secara teori, media massa
bertujuan menyampaikan informasi dengan
Penerangan
secara
langsung
atau
tidak
langsung menjadi komisaris utama. Dengan
demikian Menteri Penerangan memiliki hak
dan
wewenang
untuk
mengangkat
dan
benar secara efektif dan efesien kepada
memberhentikan pemimpin TVRI sewaktu –
setiap khalayak (Sobur, 2004;114).
waktu,
Pada masa Reformasi ini, media massa
termasuk
menetapkan
juga
pemimpin
menunjuk
redaksi
di
dan
ruang
ibarat primadona, dikarenakan dapat menjadi
beritanya. Dia akan memilih orang yang
modal kuat untuk menguasai opini publik.
dianggap mampu dan bersedia melaksanakan
Salah satu bagian dari media massa adalah
misi yang dibebankan kepadanya.
media
penyiaran,
tayangan
berbentuk
Setelah itu masih ada cara kedua serta
wawancara pengamat, dialog, talk show dan
ketiga yang dilakukan pemerintah untuk
pendapat publik terus dijalankan secara masif
mengontrol media penyiaran TVRI, yaitu Cara
untuk membangun opini melalui sebuah media
kedua dengan memberikan guidance secara
yaitu televisi. Setelah itu tak jarang tayangan –
tertulis maupun lisan tentang apa yang boleh
tayangan tersebut didesain ataupun dibuat
atau tidak boleh disiarkan, baik dalam bentuk
dengan tujuan menguntungkan sejumlah pihak
standard operating procedure maupun perintah
yang terkait dengan media penyiaran tersebut.
– perintah harian. Menteri Penerangan bahkan
memberikan petunjuk untuk hal – hal yang
ISSN : 2355-9357
e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6675
sifatnya sangat teknis, seperti penunjukan
Surya Paloh, kita bisa menyaksikan beberapa
langsung penyiar berita dari Timor – Timur
kali kepentingan pemilik akan bisa tertayang di
maupun Indonesia Timur sampai dengan
media tersebut berulang kali secara masif.
perintah untuk melakukan wawancara dengan
tokoh
–
tokoh
Golkar
dalam
berbagai
kesempatan. Dan yang terakhir, Menteri
Penerangan secara berkala ikut serta dalam
https://www.kompasiana.com/edomedi
a/54f35af2745513a22b6c71b2/mediapenyiaran-disalahgunakan-untuk-kepentinganpolitik )
rapat perencanaan siaran dan memberikan
approval terakhir pada pola acara siaran
Dalam wacana etika media, para
tahunan. Cara lain untuk mengontrol berita di
pemilik media di Indonesia ini mengikuti sikap
TVRI adalah ketika Departemen Penerangan
dari Silvio Berlusconi, sikap Berlusconi yang
melalui Dirjen RTF membuat daftar 20 orang
dicontoh para pemilik media Indonesia yang
yang dicekal atau dilarang muncul di TVRI
‘terjatuh’ dalam pragmatisme politik praktis,
baik untuk siaran berita atau talkshow. Daftar
menunjukkan
tersebut diletakan di meja – meja redaktur
penganut teori etika egoisme. Teori etika
pelaksana dan harus terus demikian sampai
egoisme menyatakan bahwa semua tindakan
larangan
manusia
dicabut
atau
direvisi.
dilakukan
kepentingan
(Ishadi,45;2014).
bahwa
individu
mereka
untuk
atau
merupakan
mendewakan
diri
sendiri
(Littlejohn & Foss, 2009: 353). Ada tiga bentuk
Pada
saat
masa
Reformasi
kini
sejumlah media penyiaran yang pemiliknya
mempunyai afiliasi pada kekuatan politik
tertentu, akan menjadikan medianya ujung
tombak dalam membangun brand dan opini
kepentingan politik mereka. Sebagian media
penyiaran juga dimanfaatkan untuk memback up
para pemiliknya dalam berpetualang di
dunia politik. Karena media penyiaran masih
dipercaya masyarakat sebagai media yang
merepresentasikan
informasi
dan
opini
independen dan fakta sesuai kaidah jurnalistik.
Lihat saja TV One yang notabene milik ketua
umum partai Golkar Aburizal Bakrie, media
penyiaran ini benar – benar dijadikan corong
sang pemilik dalam membangun image pribadi
dan partainya. Kemudian Metro TV milik ketua
umum partai Nasional Demokrat (NASDEM)
penerapan komunikasi politik ala Berlusconi,
yang ternyata ditiru di Indonesia. Pertama,
melakukan kampanye hitam (black campaign)
terhadap partai dan capres lain. Dalam konteks
Indonesia, parpol yang pengurusnya tidak
memiliki jaringan media terutama televisi
secara sporadis diberitakan aib-aib politiknya,
hingga nampak benar bahwa partai yang dibully terlihat semakin buruk di mata konsumen
media. Padahal parpol yang di-backing jaringan
media juga banyak memiliki aib-aib politik.
Kedua, melakukan pencitraan yang berlebihan
terhadap partai dan capresnya sendiri. Di Italia,
pencitraan yang berlebihan melalui eksposur
pesan
yang
bombastis
atas
‘kebaikan’
Berlusconi dilakukan semua media di bawah
jaringan
Fininvest dan Mediaset. Malah
program siaran infotainment pun tidak luput
ISSN : 2355-9357
dari
e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6676
kampanye
sehingga
sesuai dengan diri pengeritik. Saat ini banyak
melambungkan nama Silvio Berlusconi dan
bermunculan berbagai kritikan yang bertujuan
membawanya ke kursi perdana menteri pada
untuk membangun, menyadarkan, dan sebagai
1994, kemudian terpilih kembali pada 2001 dan
salah satu bentuk prihatin atas apa yang terjadi
2008,
di lingkungan sekitar. Selain itu kritik sosial
Ketiga,
terselubung
melakukan
penghukuman
kepada wartawan atau kru non wartawan yang
dianggap tidak mendukung ambisi politik
pemilik media. Kesuksesan Berlusconi dalam
berpolitik tidak dapat dipisahkan dari campur
tangannya terhadap media-media nasional
(miliknya) yang aktif melakukan eksposur
pesan kampanye terselubung ke seluruh
merupakan sebuah inovasi, artinya kritik sosal
menjadi sarana komunikasi gagasan baru
disamping menilai gagasan lama untuk suatu
perubahan sosial. Kritik sosial sebagai salah
satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang
bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol
terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau
proses bermasyarakat. (oksinata, 2010:33)
penjuru negeri. (Shin & Agnew, 2008). Sikap
Berdasarkan
penejelasan
disimpulkan
bahwa
tersebut,
Berlusconi dalam hal ini ternyata juga ditiru
dapat
para politisi tanah air yang memiliki jaringan
merupakan
suatu
media mainstream, terutama televisi. Para kru
sanggahan,
sindiran,
stasiun televisi tidak jarang harus melakukan
sesuatu
‘liputan dewa’, yaitu liputan yang mengarah
melanggar nilai – nilai yang ada dalam
pada narsisme pemilik media agar terdongkrak
kehidupan masyarakat. Kritik sosial dapat
citranya di mata pemirsa. Padahal bentuk
disampaikan melalui bebagai cara, salah satu
pengeksploitasian kru media untuk dipaksa
nya
loyal terhadap ambisi politik pemilik media,
sebuah film dokumenter dapat menyampaikan
dapat melemahkan profesionalisme jurnalis
informasi melalui potret kehidupan nyata.
(Hallin & Mancini dalam Hanitzsch, 2009).
Dimana adegan yang diambil berasal dari
(https://www.hidayatullah.com/artikel/ghazwu
yang
kritik
kritikan,
masukan,
tanggapan,
dinilai
sosial
ataupun
menyimpang
atau
melalui film dokumenter, dikarenakan
kejadian
yang
terjadi
diluar
dugaan
(spontanitas). Dalam proses pembuatannya,
l-fikr/read/2015/10/23/81703/media-
bisa juga memasukan unsur diagram, peta, atau
maenstream-dan-komunikasi-politik-ala-
sarana
berlusconi-4.html)
bantu
menggunakan
Permasalahan diatas tersebut menjadi
dokumenter
visual
animasi.
akan
lainnya,
Pada
bahkan
hakikatnya,
menjelaskan
kepada
sebuah masalah sosial, dikarenakan memiliki
penonton bahwa orang-orang, tempat dan acara
dampak yang luas bagi masyrakat, maka
yang ditunjukkan kepada kita itu nyata dan
dibutuhkan sebuah kritik sosial. Kritik sosial
berwujud Pengemasan yang ringkas dan padat,
merupakan
merupakan
sebuah
tindakan
yang
ingin
mengungkapkan sesuatu yang dianggap tidak
bagian
utama
dari
struktur
ISSN : 2355-9357
e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6677
pembuatan film dokumenter. (Bordwell &
umum yang sekarang sedang menjabat sebagai
Thompson, 2013:351-352)
Dewan pembina Partai Golkar, lalu ada Harry
Tanoe pemilik MNC Group adalah ketua umum
Sebagai contoh adanya beberapa film
dokumenter yang bertujuan untuk melakukan
kritik sosial seperti film dokumenter ‘’
Dibelakang
Hotel
‘’
produksi
dari
Partai Perindo serta ada Surya Paloh pemiliki
Media Indonesia adalah ketua Umum Partai
Nasdem.
Sehubungan dengan film yang sarat
WATCHDOC yang bertujuan melakukan kritik
sosial terhadap dampak dari pembangunan
akan simbol dan tanda, maka
hotel di depan sebuah permukiman warga lokal
menjadi perhatian penulis disini adalah dari
di Yogyakarta yang menyebabkan krisis air di
kajian
pemukiman warga tersebut. Lalu mengutip
menjadi metode yang tepat untuk penelitian ini
Remotivi ada juga film dokumenter ‘’Jakrta
karena semiotika merupakan studi tentang
Unfair’’ yang bertujuan melakukan kritik sosial
makna
terhadap berita – berita penggusuran pada
menganalisis data yang dimiliki, peneliti
sebuah daerah di pinggiran kota Jakarta yang
menggunakan kajian semiotika John Fiske
dibuat oleh media dengan tidak tepat sesuai
untuk menganalisis penelitian ini. Dalam
fakta serta realitas yang berada dilapangan.
semiotika (Ilmu tentang tanda) terdapat dua
semiotiknya.
yang akan
dengan itu semiotika
tanda-tanda.
Mempermudah
perhatian utama, yakni hubungan antara tanda
(http://www.remotivi.or.id/wawancara/432/Ja
dan makna nya, dan bagaimana suatu tanda
karta-Unfair:-Berita-Berita-Penggusuran-di-
dikombinasikan menjadi suatu kode. Pada
Media-Tidak-Tepat)
perkembangannya, model dari John Fiske tidak
Berdasarkan
hal
tersebut
tersebut
hanya digunakan untuk menganalisis acara
peneliti tertarik meneliti kritik sosial pada film
televisi,
tetapi
juga
digunakan
untuk
dokumenter ‘’Di balik Frekuensi’’ yang
menganalisis teks media yang lain, seperti film,
diproduksi oleh rumah produksi gambar
iklan dan lain-lain (J. Fiske J. Hartley, 2003:22;
bergerak production dan di sutradarai oleh Ucu
Vera, 2014:34).
Agustin. Film ini berisi mengenai kritik sosial
Peneliti akan meneliti unit analisis, unit
untuk para pemilik frekuensi di Indonesia yang
analisis ditafsirkan dalam tiga level, makna
seharusnya memberikan hiburan , informasi
yaitu level realitas, level representasi, level
serta edukasi yang netral serta independen
ideologi. Dengan tiga level interpretasi makna
tanpa adanya kepentingan ekonomi dan politik
ini,
dikarenakan,
beberapa
mendeskripsikan tentang penggambaran kritik
frekeuensi di Indonesia atau yang disebut
sosial yang terkandung dalam scene dan
konglomerasi media di Indonesia adalah ketua
gambar yang sesuai fakta dan realita dalam film
umum partai politik yaitu Aburizal Bakrie
dokumenter
pemiliki Viva Group adalah mantan ketua
memperlihatkan
ada
tiga
pemilik
peneliti
akan
Dibalik
banyak
mengetahui
Frekuensi
dan
yang
kepentingan
–
ISSN : 2355-9357
e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6678
kepentingan pribadi , ekonomi maupun politik
2. Bagaimana level representasi kritik
beberapa pemilik media di Indonesia yang di
sosial pada Film Dokumenter “Dibalik
tayangkan dalam tayangan media penyiaran di
Frekuensi” (Analisis Semiotika John
Indonesia
Fiske
yang
melebihi
kepentingan
masyarakat luas.
Fiske
mengenai Representasi Kritik
Sosial
memiliki
aturan
pasti
dalam
pada
Film
Dokumenter
‘’Dibalik Frekuensi”)?
menganalisis suatu video yaitu fungsi analisi
3. Bagaimana level ideologi kritik
Propp. Dalam analisi tersebut terdapat unit
sosial
analisis yaitu prolog, ideological content, dan
Dibalik
epilog. Oleh karena itu peneliti menggunakan
Semiotika
analisis semiotika John Fiske dalam meneliti
Representasi Kritik Sosial pada Film
kritik sosial dalam film dokumenter ‘’Dibalik
Dokumenter ‘’Dibalik Frekuensi’’)?
Frekuensi”.
pada
Film Dokumenter
”
(Analisis
Fiske
mengenai
Frekuensi
John
“
Rangkuman Teori
Maka berdasarkan beberapa data dan
Komuikasi Massa
fakta diatas peneliti tertarik untuk melakukan
“
Definisi komunikasi massa yang paling
REPRESENTASI KRITIK SOSIAL PADA
sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni:
FILM
komunikasi
penelitian
dengan
judul
DOKUMENETER
‘’DIBALIK
FREKUENSI’’.
massa
adalah
pesan
yang
dikomunikasikan melalui media massa pada
sejumlah besar orang (mass communication is
Identifikasi Masalah
message communicated through mass medium
Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan diatas, maka peneliti merumuskan
masalah
sebagai
berikut:“
bagaimana
representasi kritik sosial pada film dokumenter
Dibalik Frekuensi ” dengan
analisis
semiotika
menggunakan
John Fiske agar tidak
meluasnya pembahasan yang peneliti bahas,
maka pada penelitian ini fokus penelitiannya
adalah:
to large number people). Dari pengertian
tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi
massa itu harus menggunakan media massa,
jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan
kepada khalayak yang banyak seperti rapat
akbar yang dihadiri puluhan, bahkan ribuan
orang, jika tidak menggunakan media massa,
maka itu bukan komunikasi massa. Media
komunikasi yang termasuk media massa
1.
Bagaimana level realitas kritik
sosial
pada
Film Dokumenter
adalah: radio siaran dan televise-keduanya
dikenal sebagai media elektronik; surat kabar
“Dibalik
Frekuensi”
(Analisis
dan majalah-keduanya disebut sebagai media
Semiotika
John
mengenai
cetak, serta media film. Film sebagai media
Fiske
Representasi Kritik Sosial pada Film
komunikasi
massa
Dokumenter ‘’Dibalik Frekuensi”)?
(Ardianto, 2009:3)
adalah
film
bioskop
ISSN : 2355-9357
e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6679
Film sebagai Komunikasi Massa
Dalam kajian media massa, film masuk
ke dalam jajaran seni yang ditopang oleh
industri hiburan yang menawarkan impian
kepada penonton yang ikut menunjang lahirnya
karya film. Film diproduksi secara khusus
untuk dipertunjukan di gedung bioskop. Salah
satu
yang
khalayak
menyebabkan
adalah
dari
dapat
segi
merubah
tempat
atau
mediumnya. Karena pengaruh film yang sangat
besar terhadap khalayak. Biasanya pengaruh
timbul tidak hanya di tempat atau di gedung
bioskop saja, akan tetapi setelah penonton
keluar dari bioskop dan melanjutkan aktivitas
kesehariannya, secara tidak sadar pengaruh film
itu akan terbawa terus sampai waktu yang
mendekati kenyataan. Dalam suasana gelap
dalam bioskop, penonton menyaksikan suatu
cerita yang seolah-olah benar – benar terjadi
dihadapannya. Film adalah fenomena sosial,
psikologi, dan estetika yang kompleks yang
merupakan dokumen yang terdiri dari cerita dan
gambar yang diiringi kata-kata dan musik.
Sehingga film merupakan produksi yang multi
dimensional dan kompleks. Kehadiran film di
tengah kehidupan manusia dewasa ini semakin
penting dan
setara
Keberadaannya
dengan
praktis,
media
hampir
lain.
dapat
disamakan dengan kebutuhan akan sandang
pangan. Dapat dikatakan hampir tidak ada
kehidupan sehari – hari manusia berbudaya
maju yang tidak tersentuh dengan media ini.
Gagasan
cukup lama (Effendy, 2003 : 208).
untuk
menciptakan
film
adalah dari para seniman pelukis. Dengan
Film
ditemukannya
Film adalah suatu media komunikasi
massa
yang
sangat
penting
untuk
telah
cinematography
menimbulkan gagasan kepada mereka untuk
menghidupkan gambar - gambar yang mereka
lukis.
terjadi dalam kehidupan sehari – hari, Film
menimbulkan hal yang lucu dan menarik,
memiliki realitas yang kuat salah satunya
karena dapat disuruh memegang peran apa saja,
menceritakan tentang realitas masyarakat. Film
yang tidak mungkin diperankan oleh manusia.
merupakan gambar yang bergerak. Film
Si tokoh dalam film kartun dapat dibuat
diartikan sebagai hasil budaya dan alat ekspresi
menjadi ajaib, menghilang menjadi besar atau
kesenian. Film sebagai komunikasi massa
menjadi kecil secara tiba – tiba ( Effendy, 2000
merupakan gabungan dari berbagai teknologi
: 211 – 216). Film dikelompokan pada jenis
seperti fotografi dan rekaman suara, kesenian
film cerita, film berita, film dokumenter dan
baik seni rupa dan seni teater sastra dan
film kartun.
arsitektur serta seni musik.
(Effendy,2000:207)
1.
mengemukakan
bahwa teknik perfilman, baik peralatannya
maupun
pengaturannya
telah
berhasil
menampilkan gambar – gambar yang semakin
Dan
lukisan
–
mengkomunikasikan tentang suatu realita yang
lukisan
itu
bias
Film Cerita
Film cerita (story film) adalah
jenis film yang mengandung suatu
cerita yang lazim dipertunjukkan di
ISSN : 2355-9357
e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6680
gedung-gedung
bioskop
dengan
Film berpengaruh besar kepada
bintang film tenar dan didistribusikan
penontonya, dan dari karakteristik film
sebagai barang dagangan. Cerita yang
yang
diangkat menjadi topik film bisa
berupa
cerita
fiktif/fiksi
berdasarkan
kisah
dimodifikasi,
sehingga
atau
nyata
yang
ada
unsur
menarik, baik dari jalan ceritanya
mengandung
ideologi
dari
pembuatnya, membuat pandangan bahwa
film dapat dijadikan sebagai sebuah alat
propaganda massa. Paling tidak ada empat
cara memandang sebuah film, yaitu sebagai
alat bisnis, alat propaganda, alat ekspresi,
maupun dari segi artistiknya.
serta alat dokumenteasi sosial ( McQuail,
2.
Film Berita
1994:17). Temuan kajian tentang efek
Film berita atau newsreel adalah
komunikasi massa, khususnya efek film
film mengenai fakta, peristiwa yang
terhadap
benar-benar terjadi. Karena sifatnya
membuktikan film dalam mempengaruhi
berita maka film yang disajikan kepada
aspek efektif, kognitif, dan behaviorial
publik harus mengandung nilai berita.
(Iswahyuningtyas, 2010:200)
Kriteria berita itu adalah penting dan
menarik
3.
khalayak
Sebagai
juga
sebuah
film
masih
yang
mempengaruhi penonton, setidaknya film
dokumenter
Film Dokumenter
Dibalik
Frekuensi
akan
membuat sebuah pandangan baru terhadap
Film dokumenter didefinisikan
oleh Robert Flaherty sebagai ”karya
ciptaan mengenai kenyataan (creative
treatment of actuality) berbeda dengan
film berita yang merupakan rekaman
peristiwa yang terjadi secara nyata sesuai
fakta serta realitas yang ada di lapangan
ataupun kejadian pada saat itu. Dengan
menggunakan
dokumenter
film
kenyataan, maka film dokumenter
Dibalik Frekuensi ini memperlihatkan
adalah
pribadi
permasalahan konglomerasi media yang
kenyataan
sedang berlangsung di Indonesia. Dan
hasil
(pembuatnya
interpretasi
mengenai
dalam film ini mengandung sebuah kritik
tersebut).
sosial
4.
genre
Film Kartun
Film
mengenai
konglomerasi
media
tersebut.
kartun
(cartoon
film)
dibuat untuk konsumsi anak-anak, dan
Film Sebagai Media Kritik
Film
sebagai
media
kritik
dapat dipastikan kita semua mengenal
sesungguhnya bukanlah sesuatu yang baru.
tokoh Donald bebek (Donald Duck).
Sebagai contoh, film "Kabayan" yang
Film sebagai Media Propaganda
tokoh utamanya dibintangi Didi Petet,
ISSN : 2355-9357
e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6681
dapat dikategorikan sebagai media kritik.
masih berkutat pada pada tingkat teknis,
Film ini mengkritik cara pandang orang
seperti penggunaan kamera, suara dan
kota yang selalu menganggap remeh
pengorganisasiannya. Dokumenter masih
keluguan dan ketidaktahuan orang desa.
ditempatkan sebagai produk jurnalistik dan
Orang kota selalu menganggap dirinya
bukan sinema. Sehingga bingkai bahasa
superior dan orang desa diposisikan
lebih
inferior. Orang kota di saat melihat desa
mengemas informasi. Selain itu, ada
dan kumpulan manusia yang ada di
banyak pembuat film dokumenter terjebak
dalamnya melihat dengan cara pandang
dalam bahasa ‘televisi’ (termasuk di
nalar kuasa. Seolah desa adalah wilayah
dalamnya; berita, reality show, infotaiment,
penaklukan kota. Padahal dibalik keluguan,
dan bahkan sinetron), yang notabene
banyak kearifan yang ditunjukkan orang
mementingkan hiburan dengan memainkan
desa dalam menjalani kehidupan sehari-
emosi penonton yang kadang jauh dari
hari. Film "Kabayan" menyampaikan pesan
realitas; seperti sinetron (Himawan Pratista,
bahwa hidup yang damai adalah hidup yang
2008:44).
banyak
dijalani dengan kejujuran (D.A. Peransi,
2005:43).
menekankan
bagaimana
Harus ada usaha yang lebih keras
bagi sineas pembuat dokumenter yang
Namun di Indonesia saat ini, film
bertemakan ‘kritik untuk pemerintahan’
yang memuat kritik dari berbagai aspek
tersebut, karena sering terjebak dalam
baik sosial, politik, pendidikan, ekonomi
eksotisme isu itu sendiri. Menurut saya,
bahkan agama atas kemapanan yang ada,
yang namanya ‘filem’ bukanlah itu, ada
bisa dibilang masih langka. Padahal, film
persoalan
punya kekuatan mengajak penonton untuk
artistik yang saling berhubungan. Apalagi
berpikir kritis dan terus mempertanyakan
di
berbagai fenomena yang ada di sekitarnya.
utamanya
Film pun bisa menjadi media untuk
Peransi
mensosialisasikan sebuah perubahan. Film
mengambil kenyataan-kenyataan objektif
tidak sekadar menjadi media hiburan
sebagai bahan utamanya, namun kenyataan
semata. Meskipun demikian film dengan
itu
genre dokumenter dengan sinema atau
pembuatnya. Karena itu kenyataan yang
cerita yang memiliki konten khusus yang
biasa bisa menjadi baru bagi penonton,
menyoroti permasalahan dalam lingkup
bahkan membuka perspektif baru. Di
birokasi
mulai
sinilah letak hakikat dari film dokumenter.
berkembang. Namun konteks dokumenter
Periode awal film pri bumi Indonesia,
dan
lain-lain
sudah
dalam
objektifitas,
film
adalah
menulis,
ditampilkan
sinematik
dokumenter
material
‘‘kenyataan’’.
film
melalui
dan
D.A.
dokumenter
interpretasi
ISSN : 2355-9357
e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6682
Usmar Ismail pernah mengatakan bahwa
Genre Film Dokumenter
para pembuat film kita sering berlaku
Dalam pembuatan film dokumenter,
‘tempel-sambung-hantam-kromo’,
yang
perihal publisitas dan liputan pers akan
penting
logis,
memperkuat pesan. Dokumenter digunakan
kebanyakan terlepas dari kerja dengan
untuk menyajikan informasi faktual tentang
prinsip montase (D.A. Peransi,2005:53)
keadaan dunia yang senyata-nyatanya. Dan
kelihatan
Sebagai
‘jalan’
dan
sebuah
film
yang
pesan
yang
disampaikan
dalam
film
merepresentasikan sebuah kritik atas adanya
dokumenter bisa disampaikan dengan berbagai
permasalahan
cara. (Bordwell & Thompson, 2013:351)
sosial,
setidaknya
film
dokumenter Dibalik Frekuensi akan membuat
sebuah pandangan baru terhadap peristiwa yang
terjadi secara nyata sesuai fakta serta realitas
yang ada di lapangan ataupun kejadian pada
saat
itu.
Dengan
dokumenter
film
menggunakan
Dibalik
genre
Frekuensi
Pembagian genre film tidak hanya
dimiliki oleh film fiksi, akan tetapi film
dokumenter juga memiliki genre yang dibagi
berdasarkan gaya dan bentuk bertutur sebuah
film dokumenter antara lain :
ini
memperlihatkan permasalahan konglomerasi
a. Laporan Perjalanan
Penuturan
media yang sedang berlangsung di Indonesia.
model
laporan
perjalanan menjadi awal seseorang
Film Dokumenter
untuk membuat film nonfiksi. Pada
Sebuah
menyampaikan
film
dokumenter
informasi
melalui
dapat
awalnya
potret
didapatkan
berasal dari kejadian yang terjadi diluar dugaan
ini
bisa juga memasukan unsur diagram, peta, atau
menggunakan
dokumenter
visual
animasi.
akan
selama
perjalanan
tidak
selalu
berupa
rekaman
bahkan
perjalanan pertualangan tetapi juga
hakikatnya,
perjalanan seseorang keberbagai negara
lainnya,
Pada
ingin
berlangsung. Tipe laporan perjalanan
(spontanitas). Dalam proses pembuatannya,
bantu
hanya
mendokumentasikan pengalaman yang
kehidupan nyata. Dimana adegan yang diambil
sarana
mereka
menjelaskan
yang dianggap memiliki panorama dan
kepada
kebudayaan unik. (Gerzon, 2008:42).
penonton bahwa orang-orang, tempat dan acara
yang ditunjukkan kepada kita itu nyata dan
berwujud. Pengemasan yang ringkas dan padat,
merupakan
bagian
utama
dari
struktur
pembuatan film dokumenter. (Bordwell &
Thompson, 2013:351-352)
b.
Sejarah
Awalnya, produksi film sejarah
dimaksudkan
untuk
propaganda.
Diawali saat meletusnya Perang Dunia
I pada sekitaar tahun 1914 hingga 1918,
ISSN : 2355-9357
e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6683
kemudian dilanjutkan pada Perang
d. Perbandingan
Dokumenter ini dapat dikemas
Dunia II sekitar tahun 1935 hingga
lebih
kedalam bentuk dan tema yang bervariasi,
kebutuhan
selain dapat pula digabungkan dengan
propaganda. Dalam film dokumenter,
penuturan lainnya, untuk mengetengahkan
1950-an.
Kala
diposisikan
itu,
film
untuk
genre sejarah menjadi salah satu yang
sangat
kental
aspek
referential
sebuah perbandingan (Gerzon, 2008:47).
e. Kontradiksi
Dari bentuk sampai isi, tipe
meaning- nya (makna yang sangat
bergantung
pada
peristiwanya)
referensi
sebab keakuratan data
sangat dijaga dan hampir tidak boleh
ada yang salah baik pemaparan datanya
maupun
penafsirannya.(Gerzon,
2008:44) Pada era reformasi, peta
kontradiksi memiliki kemiripan dengan
tipe
perbandingan;
hanya
saja
tipe
kontradiksi cendrung lebih kritis dan
radikal dalam mengupas permasalahan.
Tipe ini lebih banyak menggunakan
wawancara untuk mendapatkan informasi
lengkap mengenai opini publik. Misalnya
film dokumenter sejarah diproduksi
kontradiksi mengenai masyarakat kaya
penekanannya
dan
karena
kebutuhan
miskin,
demokratis
dan otoriter,
masyarakat akan pengetahuan dimasa
modern dan tradisional, dan sebagainya
lalu. Disebabkan mobilitas pekerjaan
(Gerzon, 2008:47).
masyarakat
yang
sangat
tinggi,
membatasi mereka akan pengetahuan
tentang sejarah. seperti, expedition,
morotai
peninggalan
terlupakan,
sejarah
merupakan
yang
dokumenter
tentang sejarah peninggalan kolonial
Belanda yang memiliki nilai historis
tinggi namun terbengkalai.
representasi kisah pengalaman hidup
seorang tokoh terkenal ataupun anggota
biasa
yang
riwayat
hidupnya dianggap hebat, menarik,
atau
2008:44).
tipe
ini
berisi
penyampaian informasi mengenai suatu
teori, sistem, berdasarkan disiplin ilmu
tertentu.
Dokumenter
tipe
ilmu
pengetahuan terbagi dalam dua bentuk
kemasan dengan tujuan publik yang
yang ditujukan untuk publik umum
Isi film jenis ini merupakan
unik,
Dokumenter
berbeda yaitu film dokumenter sains
c. Potret/biografi
masyarakat
f. Ilmu Pengetahuan
menyedihkan
(Gerzon,
seperti dunia binatang, dunia teknologi,
dunia kebudayaan dan lainnya (Gerzon,
2008:48).
Yang
dokumenter
kedua
adalah
instruksional
film
yang
ISSN : 2355-9357
e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6684
ditujukan khusus
untuk mengajari
(instruksi) pemirsanya
dianggap
erat
dengan
jurnalistik, karena itu ada pula yang
sebagaimana
melakukan
berbagai macam hal yang ingin dia
lakukan, mulai dari membuat kolam
pemeliharaan ikan benih, membuat
menyebutnya dokumenter jurnalistik
(Gerzon, 2008:50).
j. Film
eksperimen
atau
film
seni
(Association Picture Story)
Sejumlah
kerangka jembatan, merangkai dan
pengamat
film
menganggap bentuk ini merupakan film
memprogram robot dan sebagainya.
seni atau eksperimen. Gabungan gambar,
g. Nostalgia
Dokumenter tipe ini biasanya
mengisahkan kilas balik dan napak
tilas.
berkaitan
Bentuk
dikemas
nostalgia
dengan
penuturan
terkadang
menggunakan
perbandingan
mengetengahkan
musik, tipe ini tidak pernah menggunakan
narasi, komentar, maupun dialog (Gerzon,
2008:51).
k. Buku harian
Dokumenter
yang
perbandingan
jenis
ini
juga
disebut diary film. Dari namanya, buku
mengenai kondisi dan situasi dimasa
harian,
lampau dengan masa kini .
penuturannya sama seperti catatan
umumnya
dokumenter
harian
investigasi dan sejarah. Dalam tipe ini
mengherankan
bagian-bagian
peristiwa
dimasa
kini
bersifat
pribadi,
tak
terlihat
pula
bila
dimasa
lalu
penuturan dokumenter sangat subjektif,
disusun
atau
karena berkaitan dengan visi atau
direkonstruksi berdasarkan fakta sejarah
(Gerzon, 2008:49).
pandangan
seseorang
terhadap
komunitas atau lingkungan tempat dia
i. Investigasi
Tipe
bentuk
buku harian pribadi. Karena buku
bentuk ini dapat ditemui pada dokumenter
maupun
bahwa
pengalaman hidup sehari-hari dalam
h. Rekonstruksi
Pada
jelas
berada (Gerzon, 2008:51).
investigasi
mencoba
l. Dokudrama
mengungkap misteri sebuah peristiwa
Dokumenter ini dapat diartikan
yang belum atau tidak pernah terungkap
sebagai rekonstruksi peristiwa nyata yang
jelas. Yang dipilih biasanya berupa
direpresentasikan
peristiwa besar yang pernah menjadi
biasanya untuk tujuan komersil. Dokurama
berita hangat dalam media massa. Tipe
adalah genre dokumenter dimana pada
ini
disebut
pula
investigative
journalism, karena metode kerjanya
secara
kreatif
yang
beberapa bagian film disutradarai atau di
ISSN : 2355-9357
e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6685
atur terlebih dahulu dengan perencanaan
pengalaman didalam masyarakat
yang detail .
secara nyata. Fungsi bahasa seperti
cermin
Representasi
untuk
mencerminkan
segalanya atas segala sesuatu yang
Representasi berasal dari kata bahasa
Inggris
‘’Representasion ‘’
yang berarti
perwakilan, gambaran, atau penggambaran.
Representasi dapat diartikan sebagai gambaran
suatu hal yang didapat dari kehidupan yang
digambarkan melalui media. ( Vera,2014:96)
Representasi merupakan kegunaan dari
tanda.
Menurut
Marcel
Danesi
dalam
(Wibowo,2013:148), representasi merupakan
proses merekam ide, pengetahuan atau pesan
dalam beberapa cara fisik. Lebih tepatnya,,
ada didunia.
2. Pendekatan
Intensional,
pendeketan ini melihat bahwa
bahasa dan fenomenanya dipakai
untuk mengatakan maksud dan
memiliki pemakna atas pribadinya.
Bahasa
adalah
media
yang
digunakan oleh penutur dalam
mengkomunikasikan makna dalam
representasi didefinisikan sebagai kegunaan
setiap hal – hal yang berlaku
dari tanda yaitu untuk menyambungkan,
khusus. Jadi dalam pendekatan ini,
melukiskan, meniru sesuatu yang dirasa,
lebih ditekankan kepada pada
dimengerti, diimajinasikan atau dirasakan
dalam beberapa bentuk fisik.
Representasi
artinya
apakah
bahasa
mengekspresikan
menggunakan
bahasa untuk mengatakan sesuatu yang penuh
makna atau merepresentasikan dunia yang
penuh makna kepada orang lain. Representasi
merupakan bagian penting dari proses di mana
telah
mampu
apa
yang
komunikator maksudkan.
3. Pendekatan
Konstruksionis.
Pendekatan ini mengungkapkan
bahwa
bahasa
dan
pengguna
makna diproduksi dan saling dipertukarkan
bahasa tidak bisa menetapkan
antar budaya. Melibatkan bahasa, tanda-tanda
makna melalui dirinya sendiri,
dan citra yang mewakilinya (Hall, 1997:15).
tetapi harus dihadapkan dengan
Hall membagi menjadi tiga pendekatan
hal lain hingga memunculkan yang
yang digunakan untuk menjelaskan bagaimana
disebut
representasi makna melalui bahasa (Hall, 1997:
diartikan bahwa bahasa terdiri dari
24-25), yaitu:
1. Pendekatan
interpretasi.
Dapat
serangkaian kata yang kemudian
Reflektif.
Makna
diproduksi oleh manusia melalui
ide, media objek dan pengalaman –
ditafsirkan sehingga menjadi suatu
makna.
ISSN : 2355-9357
e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6686
adanya
penindasan
menjadi
langkah
Kritik Sosial
pertama untuk menghapus ilusi dan janji
Kritik adalah pernyataan tidak
manis yang diberikan suatu ideologi atau
menyetujui, menantang, menyangkal, dan
kepercayaan dan mengambil tindakan
sebagainya. Kata sosial disini merupakan
untuk mengatasi kekuasaan yang menindas
kehidupan masyarakat. Jadi kritik sosial
(Morissan,2013:56)
adalah pernyataan atau ungkapan terhadap
Kritik sosial merupakan sebuah
kehidupan sosial masyarkat. Istilah kritik
tindakan
sosial pertama kali diungkapan oleh Max
sesuatu yang dianggap tidak sesuai dengan
Hokheimer pada tahun 1930 awal. Awalnya
diri
teori kritis berarti pemaknaan kembali
bermunculan
–
gagasan
gagasan ideal
modernitas
yang
ingin
pengeritik.
mengungkapkan
Saat
berbagai
bertujuan
untuk
ini
kritikan
banyak
yang
membangun,
berkaitan dengan nalar dan kebebasan.
menyadarkan, dan sebagai salah satu
Pemaknaan
ini
dengan
bentuk prihatin atas apa yang terjadi di
mengungkap
deviasi
–
lingkungan sekitar. Selain itu kritik sosial
gagasan ideal tersebut dalam bentuk
merupakan sebuah inovasi, artinya kritik
saintisme,
industri
sosal menjadi sarana komunikasi gagasan
kebudayaan, dan institusi politik borjuis.
baru disamping menilai gagasan lama untuk
Dengan menjadikan nalar sebagai sesuatu
suatu perubahan sosial. Kritik sosial
yang sosial dan menyejarah skeptisisme
sebagai salah satu bentuk komunikasi
historis akan muncul untuk merelatifkan
dalam masyarakat yang bertujuan atau
klaim – klaim filosofis tentang norma dan
berfungsi sebagai kontrol terhadap jalannya
nalar menjadi ragam sejarah dan budaya
sebuah
norma
dilakukan
dari
gagasan
kapitalisme,
–
norma
kehidupan
sosial
atau
proses
bermasyarakat. (oksinata, 2010:33)
(Anwar,2013:57).
Kritik
sistem
Sesuai dengan isi beberapa scene
menunjukan
pada film dokumenter Dibalik Frekuensi
ketertarikan untuk mengemukakan adanya
yang mengandung sebuah kritik sosial
suatu
dan
dikarenakan adanya permasalahan sosial
mengusulkan suatu pengaturan kekuasaan
yang disebakan oleh adanya kelas dominan
bentuk
sosial
penindasan
sosial
upaya
yang mempunyai lebih dari satu media atau
mendukung emansipasi dan mendukung
biasa disebut dengan konglomerasi media,
terwujudnya masyarkat yang lebih bebas
dengan
dan lebih terpenuhi kebutuhanya (a feer
kepentingan eknommi serta politik mereka
and moore fullfilling society). Memahami
pada medianya tersebut dan membuat
(power
arrangemment),
dalam
tujuan
untuk
memasukan
ISSN : 2355-9357
e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6687
media yang dimilikinya menjadi tidak
penindasan, peminggiran, dsb). Realita inilah
netral
yang menjadi objek paradigma kritis. (Sugeng,
ataupun
independen.
Maka
dibutuhkan sebuah kritik sosial sebagai
2015:29)
kontrol pada sistem sosial khusunya pada
dunia media ini.
Paradigma kritis ini sangat sesuai
digunakan karena objek penelitian ini adalah
sebuah film dengan genre dokumenter. Film
yang merekam suatu kejadian sesuai fakta dan
Metodelogi Penelitian
realita yang berada dilapangan, serta sesuai
Paradigma dibutuhkan peneliti agar
dengan tema pada penelitian ini adalah
memiliki landasan berfikir yang jelas
mengenai sebuah kritik sosial yang berisi
tentang hal yang peneliti lakukan dalam
mengenai sebuah ketimpangan, ketidakadilan
penelitian ini. Kata ‘’paradeigma’’ berasal
serta sebuah permasalahan sosial mengenai
dari kata ‘’paradignunai’’ yang tersusun
kepentingan
dari prefix ‘’para’’ artinya disamping/disisi
dan
kata
‘’dekikunai’’
yang
artinya
menunjukan ‘’paradignunai’’ memiliki arti
politik
serta
ekonomi
para
pemimpin disebuah media, yang membuat
sebuah media menjadi tidak independen lagi.
Serta dalam pembuatan film dokumenter,
perihal publisitas dan liputan pers akan
penggambaran atau representasi dari suatu
memperkuat pesan. Dokumenter digunakan
hal. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa
untuk menyajikan informasi faktual tentang
Indonesia, paradigma diartikan sebagai
keadaan dunia yang senyata-nyatanya. Dan
model dalam teori ilmu pengetahuan atau
pesan
kerangka
dokumenter bisa disampaikan dengan berbagai
berpikir.
Dalam
melakukan
penelitian paradigma merupakan hal yang
penting didalami agar dapat mengetahui
cara pandang, kepercayaan asumsi, konsep,
proposisi, atau presepsi yang mendasari
pikiran dengan cara kerja dalam penelitian
(Ibrahim, 2015:10).
yang
disampaikan
dalam
film
cara. (Bordwell & Thompson, 2013:351)
Berdasarkan hal tersebut, peneliti
berasumsi bahwa paradigma penelitian
kritis merupakan metode yang cocok
karena peneliti ingin melihat secara dalam
representasi
kritik
sosial
dalam film
penulis
dokumenter Dibalik Frekuensi. Melalui
menggunakan paradigma kritis, dikarenakan
paradigma kritis, peneliti sebagai instrumen
paradigma kritis melihat sesuatu realita secara
kunci juga berharap dapat mengetahui
kritis sebagai objek penelitian. Paradigma
bagaimana representasi kritik sosial dalam
penelitian ini melihat realita yang terjadi tidak
film dokumenter Dibalik frekuensi yang
Pada
penelitian
ini
sesuai dengan apa yang sebaiknya terjadi pada
masyarakat
(ketimpangan,
ketidakadilan,
ISSN : 2355-9357
e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6688
digunakan dengan pendekatan semiotika
sosial
John Fiske.
adalah
dikarenakan
salah
mengungkap
satunya
adanya
kepentingan politik ekonomi para
PEMBAHASAN
pemilik media yang menjaidkan media
Berdasarkan uraian hasil penelitian di
atas yang diperoleh dari sembilan scene film
tersebut tidak netral lagi.
2. Level Representasi
dokumenter Dibalik Frekuensi, berikut adalah
pembahasan
yang
menggunakan
dilakukan
pendekatan
Berdasarkan
peneliti
semiotika
berdasarkan tiga level yang dikemukakan oleh
John Fiske. Hasil pembahasan peneliti uraikan
analisis
menggunakan level representasi, kode
yang digunakan adalah kode kamera, ,
kode musik, kode karakter dan kode
setting. Pada kode kamera Teknik
sebagai berikut:
pengambilan gambar yang di dominasi
1. Level Realitas
medium shot, medium close up, dan
Berdasarkan analisis melalui level
realitas, dalam kode ekspresi, gesture,
kostum,
percakapan,
lingkungan.
Dapat
suara
dan
disimpulkan
bahwasannya terdapat sebuah kritik
sosial
yang
disampaikan
dalam
berbagai potongan scene didalam film
dokumenter Dibalik Frekuensi, seperti
adanya kode ekspresi arah atau jengkel,
sedih, muak, hingga kaget yang
terdapat pada film ini. Setelah itu
dilanjutkan
dengan
gesture
tangan
adanya
kode
menunjuk,
menempelkan tangan ke dada, hingga
mengangkat tangan ketas sebagai tanda
semangat perlawan. Selain itu adanya
kode kostum seperti kostum seragam
para jurnalis dengan berbagai media
dan juga kostum Partai politik di
Indonesia.
Lalu
adanya
beberapa
percakapan dalam setiap scene yang
didalamnya terdapat sebuah kritik
long
Pengambilan
shot.
gambar
biasanya dimulai dengan long shot,
long shot yang ditunjukan memiliki
maksud untuk memperlihatkan suasan
yang ada, bagaimana latar dan setting
tempat,
terlihat
banyaknya
demonstrasi, atau latar dan setting
sebuah kantor media yang pada film ini
dibahas.
Dominannya
teknik
pengammbilan gambar medium close
up dikarenakan banyaknya tampilan
wawancara pada film dokumenter ini.
Setelah itu adanya kode usik, salah
satunya adalah lagu mars Partai
Nasdem yang dijadikan backsound
pada salah satu scene karena memiliki
kritik sosial didalamnya. Serta juga
adanya
karakter
kode
karakter
utamma
yaitu
yaitu
dua
Luviana
seorang jurnalis Metro TV, yang
dikleuarkan dengan cara – cara halus
dikarenakan Luviana ingin membuat
sebuah revolusi di manajemen Metro
ISSN : 2355-9357
TV
e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6689
dikarenakan
berkeinginan
politik golongan tertentu, daripada kepentingan
membuat sebuah serikat pekerja di
masyarakat. Hal ini menjadikan sebuah media
lingkungan media Metro TV. Dan juga
menjadi tidak netral lagi dan masyarakat
adanya setting tempat seperti tempat
sebagai
media Metro yang didalamnya terjadi
kepentingan ekonomi dan politik para kelas
sebuah demonstrasi yang enunjukan
dominan tersebut.
adanya kritik sosial.
konsumen
menjadi
korban
atas
Saran
3. Level Ideologi
Pada bagian akhir dari penelitian,
Peneliti menganalisis bahwa
peneliti merasa perlu untuk memberikan saran
terdapat sebuah ideologi kapitalisme
terhadap subjek penelitian ini. Tujuannya
yang dimiliki oleh para kelas dominan
adalah untuk memberikan masukan agar
yaitu pemilik modal selaku pemimpin
penelitian selanjutnya dapat menggunakan
dan juga pelaku konglomerasi media
media massa atau media baru khususnya film
atau kepemmilikan lebih dari satu
dengan lebih baik untuk penelitian. Adapun
media
saran dari peneliti adalah sebagai berikut :
di
Indonesia.
Ideologi
kapitalisme ini terlihat dengan adanya
kepentingan politik ekonomi golongan
tertentu
dalam
media
di
Secara Teoritis, Penelitian ini diharapkan
pimmpinya, dan menjadikan media
dapat bermanfaat bagi perkembangan
tersebut tidak bersifat netral dan
penelitian Ilmu Komunikasi, khususnya
independen lagi. Hal tersebut menajdi
yang nantinya akan meneliti bagimana
sebuah
kritik sosial
permasalahan
masyarakat
yang
akan
yang
1. Bidang Akademis
sosial
di
terepresentasikan
dalam
dilakukan
sebuah film dan juga penelitian yang
sebuah kritik sosial dalam sebuah film
berkaitan dengan Teori Semiotika John
dokumenter Dibalik Frekuensi.
Fiske. Peneliti menyarankan agar lebih
berkembang dalam penyampaian dan
KESIMMPULAN
penganalisaan aspek-aspek sosial, makna
Berdasarkan analisis semiotika John
dan aspek audio visual.
Fiske pada Representasi Kritik Sosial pada Film
Dokumenter
disimpulkan
Dibalik
bahwa
Frekuensi.
Dapat
kritik
sosial
2. Bidang Praktis
Diharapkan
para
pembuat
film
di
direpresentasikan oleh adanya kelas dominan
Indonesia khususnya film pada genre
yaitu para pemilik dan pelaku daripada sebuah
dokumenter dapat lebih banyak membuat
konglomerasi media, atau kepemilikan lebih
sebuah
dari satu media di Indonesia. Yang lebih
mmengungkap
sebuah
mementingkan kepentingan ekonomi serta
sosial
sulit
film
yang
dokumenter
yang
permasalahan
diketahui
oleh
ISSN : 2355-9357
e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6690
masyarakat, hal ini bertujuan agar film
Littlejohn, Stephen W & Karen A. Foss. ( 2009
khususnya pada genre dokumenter dapat
). Teori Komunikasi, edisi 9. Jakarta: Salemba
menjadi
suatu
Humanika.
pada
McQuail, Denis. (1987). Teori Komunikasi
media
permasalahan
kritik
bagi
khususnya
permasalahan sosial.
Massa (Suatu Pengantar). Jakarta: Erlangga.
Daftar Pustaka
Oksinata, Hantisa. (2010). “Kritik Sosial dalam
Agnew, J., dan Snyder, G.,(2008). Removing
Obstacles
to
Safety:
A
Behavior-Based
Approach, Atlanta : Performance Management
Publications.
Kumpulan Puisi Aku Ingin Jadi Peluru Karya
Wiji Thukul: Kajian Resepsi Sastra”. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
SK, Ishadi. (2014). Media & Kekuasaan
Anwar, Yesmil. (2003). Sosiologi untuk
(Televisi di hari – hari terakhir Presiden
Suharto). Jakarta: Kompas.
Universitas. Bandung: Refika Aditama.
Subor, Alex. (2004). Semiotika Komunikasi.
Ardianto, E., Komala, L. K., & Karlinah, S.
(2009). Komunikasi Massa : Suatu
Bandung: Rosdakarya
Pengantar (Edisi Revisi). Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
Vera, Nawiroh. (2014). Semiotika dalam Riset
Komunikasi. Bogor: Penerbit Ghali Indonesia.
Bordwell, David & Kristin Thompson.
(2013) Film Art: An Introduction. Tenth
edition.
McGraw-Hill,
United
States
of
America
Effendy,
a/54f35af2745513a22b6c71b2/media-
Onong
Uchjana.
(2000).
Ilmu
Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya
Hall,
Stuart.
(1997).
The
Work
of
Representation.Theories of Representation:Ed.
Stuart Hall. London. Sagepublication.
Hallin, C., Daniel and Paolo Mancini. 2004.
Comparing Media Systems.
Cambridge: Cambridge University Press
Ibrahim.
https://www.kompasiana.com/edomedi
(2015).
Metodologi
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Penelitian
penyiaran-disalahgunakan-untuk-kepentinganpolitik )
(http://www.remotivi.or.id/wawancara/432/Ja
karta-Unfair:-Berita-BeritaPenggusuran-di-Media-Tidak-Tepat)