Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk ISSN : 2355-9357 brought to you by CORE provided by Open Library e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6672 REPRESENTATION SOCIAL CRITICISM IN THE DOCUMENTARY FILM OF BEHIND A FREQUENCY REPRESENTASI KRITIK SOSIAL PADA FILM DOKUMENTER DIBALIK FREKUENSI Mohamad Amirsyah Gani, Reni Nuraeni Program Studi S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Universitas Telkom Jl. Telekomunikasi No. 1 Terusan Buah Batu, Bandung amirsyahgani00@gmail.com rezn_ns@yahoo.com ABSTRAK Media massa adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan denga kehidupan kita pada saat ini, dikarenakan media massa adalah sumber informasi, hiburan, serta edukasi bagi masyarakat pada zaman ini. Namun apa jadinya bila media massa ternyata hanya menjadi suatu alat kepentingan ekonomi serta politik para golongan tertentu? serta membuat media tersebut menjadi tidak netral atau independen lagi dalam menyiarkan atau memproduksi sesuatu? Hal tersebut akan menyebabkan permasalahan sosial dikarenakan masyarakat sebagai konsumen media massa, akan menerima tayangan yang telah sengaja di setting untuk kepentingan golongan tertentu. Serta akan munculnya sebuah kritik sosial, yang dibuat untuk memperbaiki masalah ini. Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk mengetahui representasi kritik sosial yang terkandung dalam film dokumenter ‘’Dibalik Frekuensi’’. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan paradigma kritis yang menggunakan teknik analisis semiotika John Fiske. Hasil penelitian ini mengungkapkan adanya kritik sosial yang terkandung pada film dokumenter ini, dikarenakan adanya sebuah permasalahan sosial yang disebabkan oleh para kelas dominan yaitu para pemilik frekuensi atau meda di Indonesia yang menggunakan medianya sebagai alat kepentingan ekonomi serta politik golongan tertentu, dan menyebabkan media tersebut menjadi tidak independen atau netral dalam menyiarkan atau memproduksi sesuatu untuk masyarakat. Kata Kunci: Media Massa, Kritik Sosial, Film, Semiotika, John Fiske ABSTRACT The mass media is something that could not be separated with life at the moment , because the mass media are a source of information , entertainment , and education for the community in these days .But what happens if that the mass media is a means to political and the interests of certain groups ? as well as making the media is not neutral or independent again in broadcast or producing something ?That this will cause social problems due to the community as a consumer of mass media , will receive a not in setting for the benefit of certain groups .And will be the rise of a social criticism , made to fix this problem .In this research , researchers interested to know representation social criticism contained in the documentary ‘’behind a frequency’’ .The research is the qualitative study with the critical analysis techniques that uses a logician John Fiske . ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6673 Keywords: Mass Media, Social Criticsm, Semiotics, John Fiske ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6674 Hal tersebut baru terjadi pada massa PENDAHULUAN Kehidupan kita sehari – hari tidak Reformasi saat ini, dikarenakan pada masa akan lepas dari jerat media. ketika dirumah, Orde Baru kebebasan media massa khususnya kita tak lepas dari siaran media penyiaran media penyiaran ataupun pers telah dijamin televisi ataupun media penyiaran baru yang oleh pemerintah dalam UUD (Undang – berbasis internet yaitu seperti halnya youtube. Saat kita diperjalanan baik di kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum, radio siaran ataupun media baru Undang Dasar). Karena jauh pada masa Orde Baru sebelum Reformasi, media penyiaran seperti TVRI (Televisi Republik Indonesia ) sangat dikontrol oleh pemerintah, bahkan tidak bersifat Independen karena langsung dibawahi seperti halnya podcast serta aplikasi oleh kementerian Penerangan RI (Republik streaming musik spotify. Setelah itu setiap indonesia) pada saat itu, seperti yang dijelaskan harinya kita juga tak pernah lepas dari pada (Ishadi,44;2014) kontrol pemerintah media massa yang bersifat informasi seperti terhadap isi program, dan berita TVRI halnya koran ataupun majalah cetak yang dilakukan dengan beberapa cara. Pertama berjaya pada awal era 2000an serta koran secara struktural yaitu dengan menempatkan ataupun majalah online yang menjadi pemimpin TVRI berada di bawah Menteri penggantinya pada masa kini. Hal tersebut didasari karena secara teori, media massa bertujuan menyampaikan informasi dengan Penerangan secara langsung atau tidak langsung menjadi komisaris utama. Dengan demikian Menteri Penerangan memiliki hak dan wewenang untuk mengangkat dan benar secara efektif dan efesien kepada memberhentikan pemimpin TVRI sewaktu – setiap khalayak (Sobur, 2004;114). waktu, Pada masa Reformasi ini, media massa termasuk menetapkan juga pemimpin menunjuk redaksi di dan ruang ibarat primadona, dikarenakan dapat menjadi beritanya. Dia akan memilih orang yang modal kuat untuk menguasai opini publik. dianggap mampu dan bersedia melaksanakan Salah satu bagian dari media massa adalah misi yang dibebankan kepadanya. media penyiaran, tayangan berbentuk Setelah itu masih ada cara kedua serta wawancara pengamat, dialog, talk show dan ketiga yang dilakukan pemerintah untuk pendapat publik terus dijalankan secara masif mengontrol media penyiaran TVRI, yaitu Cara untuk membangun opini melalui sebuah media kedua dengan memberikan guidance secara yaitu televisi. Setelah itu tak jarang tayangan – tertulis maupun lisan tentang apa yang boleh tayangan tersebut didesain ataupun dibuat atau tidak boleh disiarkan, baik dalam bentuk dengan tujuan menguntungkan sejumlah pihak standard operating procedure maupun perintah yang terkait dengan media penyiaran tersebut. – perintah harian. Menteri Penerangan bahkan memberikan petunjuk untuk hal – hal yang ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6675 sifatnya sangat teknis, seperti penunjukan Surya Paloh, kita bisa menyaksikan beberapa langsung penyiar berita dari Timor – Timur kali kepentingan pemilik akan bisa tertayang di maupun Indonesia Timur sampai dengan media tersebut berulang kali secara masif. perintah untuk melakukan wawancara dengan tokoh – tokoh Golkar dalam berbagai kesempatan. Dan yang terakhir, Menteri Penerangan secara berkala ikut serta dalam https://www.kompasiana.com/edomedi a/54f35af2745513a22b6c71b2/mediapenyiaran-disalahgunakan-untuk-kepentinganpolitik ) rapat perencanaan siaran dan memberikan approval terakhir pada pola acara siaran Dalam wacana etika media, para tahunan. Cara lain untuk mengontrol berita di pemilik media di Indonesia ini mengikuti sikap TVRI adalah ketika Departemen Penerangan dari Silvio Berlusconi, sikap Berlusconi yang melalui Dirjen RTF membuat daftar 20 orang dicontoh para pemilik media Indonesia yang yang dicekal atau dilarang muncul di TVRI ‘terjatuh’ dalam pragmatisme politik praktis, baik untuk siaran berita atau talkshow. Daftar menunjukkan tersebut diletakan di meja – meja redaktur penganut teori etika egoisme. Teori etika pelaksana dan harus terus demikian sampai egoisme menyatakan bahwa semua tindakan larangan manusia dicabut atau direvisi. dilakukan kepentingan (Ishadi,45;2014). bahwa individu mereka untuk atau merupakan mendewakan diri sendiri (Littlejohn & Foss, 2009: 353). Ada tiga bentuk Pada saat masa Reformasi kini sejumlah media penyiaran yang pemiliknya mempunyai afiliasi pada kekuatan politik tertentu, akan menjadikan medianya ujung tombak dalam membangun brand dan opini kepentingan politik mereka. Sebagian media penyiaran juga dimanfaatkan untuk memback up para pemiliknya dalam berpetualang di dunia politik. Karena media penyiaran masih dipercaya masyarakat sebagai media yang merepresentasikan informasi dan opini independen dan fakta sesuai kaidah jurnalistik. Lihat saja TV One yang notabene milik ketua umum partai Golkar Aburizal Bakrie, media penyiaran ini benar – benar dijadikan corong sang pemilik dalam membangun image pribadi dan partainya. Kemudian Metro TV milik ketua umum partai Nasional Demokrat (NASDEM) penerapan komunikasi politik ala Berlusconi, yang ternyata ditiru di Indonesia. Pertama, melakukan kampanye hitam (black campaign) terhadap partai dan capres lain. Dalam konteks Indonesia, parpol yang pengurusnya tidak memiliki jaringan media terutama televisi secara sporadis diberitakan aib-aib politiknya, hingga nampak benar bahwa partai yang dibully terlihat semakin buruk di mata konsumen media. Padahal parpol yang di-backing jaringan media juga banyak memiliki aib-aib politik. Kedua, melakukan pencitraan yang berlebihan terhadap partai dan capresnya sendiri. Di Italia, pencitraan yang berlebihan melalui eksposur pesan yang bombastis atas ‘kebaikan’ Berlusconi dilakukan semua media di bawah jaringan Fininvest dan Mediaset. Malah program siaran infotainment pun tidak luput ISSN : 2355-9357 dari e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6676 kampanye sehingga sesuai dengan diri pengeritik. Saat ini banyak melambungkan nama Silvio Berlusconi dan bermunculan berbagai kritikan yang bertujuan membawanya ke kursi perdana menteri pada untuk membangun, menyadarkan, dan sebagai 1994, kemudian terpilih kembali pada 2001 dan salah satu bentuk prihatin atas apa yang terjadi 2008, di lingkungan sekitar. Selain itu kritik sosial Ketiga, terselubung melakukan penghukuman kepada wartawan atau kru non wartawan yang dianggap tidak mendukung ambisi politik pemilik media. Kesuksesan Berlusconi dalam berpolitik tidak dapat dipisahkan dari campur tangannya terhadap media-media nasional (miliknya) yang aktif melakukan eksposur pesan kampanye terselubung ke seluruh merupakan sebuah inovasi, artinya kritik sosal menjadi sarana komunikasi gagasan baru disamping menilai gagasan lama untuk suatu perubahan sosial. Kritik sosial sebagai salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau proses bermasyarakat. (oksinata, 2010:33) penjuru negeri. (Shin & Agnew, 2008). Sikap Berdasarkan penejelasan disimpulkan bahwa tersebut, Berlusconi dalam hal ini ternyata juga ditiru dapat para politisi tanah air yang memiliki jaringan merupakan suatu media mainstream, terutama televisi. Para kru sanggahan, sindiran, stasiun televisi tidak jarang harus melakukan sesuatu ‘liputan dewa’, yaitu liputan yang mengarah melanggar nilai – nilai yang ada dalam pada narsisme pemilik media agar terdongkrak kehidupan masyarakat. Kritik sosial dapat citranya di mata pemirsa. Padahal bentuk disampaikan melalui bebagai cara, salah satu pengeksploitasian kru media untuk dipaksa nya loyal terhadap ambisi politik pemilik media, sebuah film dokumenter dapat menyampaikan dapat melemahkan profesionalisme jurnalis informasi melalui potret kehidupan nyata. (Hallin & Mancini dalam Hanitzsch, 2009). Dimana adegan yang diambil berasal dari (https://www.hidayatullah.com/artikel/ghazwu yang kritik kritikan, masukan, tanggapan, dinilai sosial ataupun menyimpang atau melalui film dokumenter, dikarenakan kejadian yang terjadi diluar dugaan (spontanitas). Dalam proses pembuatannya, l-fikr/read/2015/10/23/81703/media- bisa juga memasukan unsur diagram, peta, atau maenstream-dan-komunikasi-politik-ala- sarana berlusconi-4.html) bantu menggunakan Permasalahan diatas tersebut menjadi dokumenter visual animasi. akan lainnya, Pada bahkan hakikatnya, menjelaskan kepada sebuah masalah sosial, dikarenakan memiliki penonton bahwa orang-orang, tempat dan acara dampak yang luas bagi masyrakat, maka yang ditunjukkan kepada kita itu nyata dan dibutuhkan sebuah kritik sosial. Kritik sosial berwujud Pengemasan yang ringkas dan padat, merupakan merupakan sebuah tindakan yang ingin mengungkapkan sesuatu yang dianggap tidak bagian utama dari struktur ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6677 pembuatan film dokumenter. (Bordwell & umum yang sekarang sedang menjabat sebagai Thompson, 2013:351-352) Dewan pembina Partai Golkar, lalu ada Harry Tanoe pemilik MNC Group adalah ketua umum Sebagai contoh adanya beberapa film dokumenter yang bertujuan untuk melakukan kritik sosial seperti film dokumenter ‘’ Dibelakang Hotel ‘’ produksi dari Partai Perindo serta ada Surya Paloh pemiliki Media Indonesia adalah ketua Umum Partai Nasdem. Sehubungan dengan film yang sarat WATCHDOC yang bertujuan melakukan kritik sosial terhadap dampak dari pembangunan akan simbol dan tanda, maka hotel di depan sebuah permukiman warga lokal menjadi perhatian penulis disini adalah dari di Yogyakarta yang menyebabkan krisis air di kajian pemukiman warga tersebut. Lalu mengutip menjadi metode yang tepat untuk penelitian ini Remotivi ada juga film dokumenter ‘’Jakrta karena semiotika merupakan studi tentang Unfair’’ yang bertujuan melakukan kritik sosial makna terhadap berita – berita penggusuran pada menganalisis data yang dimiliki, peneliti sebuah daerah di pinggiran kota Jakarta yang menggunakan kajian semiotika John Fiske dibuat oleh media dengan tidak tepat sesuai untuk menganalisis penelitian ini. Dalam fakta serta realitas yang berada dilapangan. semiotika (Ilmu tentang tanda) terdapat dua semiotiknya. yang akan dengan itu semiotika tanda-tanda. Mempermudah perhatian utama, yakni hubungan antara tanda (http://www.remotivi.or.id/wawancara/432/Ja dan makna nya, dan bagaimana suatu tanda karta-Unfair:-Berita-Berita-Penggusuran-di- dikombinasikan menjadi suatu kode. Pada Media-Tidak-Tepat) perkembangannya, model dari John Fiske tidak Berdasarkan hal tersebut tersebut hanya digunakan untuk menganalisis acara peneliti tertarik meneliti kritik sosial pada film televisi, tetapi juga digunakan untuk dokumenter ‘’Di balik Frekuensi’’ yang menganalisis teks media yang lain, seperti film, diproduksi oleh rumah produksi gambar iklan dan lain-lain (J. Fiske J. Hartley, 2003:22; bergerak production dan di sutradarai oleh Ucu Vera, 2014:34). Agustin. Film ini berisi mengenai kritik sosial Peneliti akan meneliti unit analisis, unit untuk para pemilik frekuensi di Indonesia yang analisis ditafsirkan dalam tiga level, makna seharusnya memberikan hiburan , informasi yaitu level realitas, level representasi, level serta edukasi yang netral serta independen ideologi. Dengan tiga level interpretasi makna tanpa adanya kepentingan ekonomi dan politik ini, dikarenakan, beberapa mendeskripsikan tentang penggambaran kritik frekeuensi di Indonesia atau yang disebut sosial yang terkandung dalam scene dan konglomerasi media di Indonesia adalah ketua gambar yang sesuai fakta dan realita dalam film umum partai politik yaitu Aburizal Bakrie dokumenter pemiliki Viva Group adalah mantan ketua memperlihatkan ada tiga pemilik peneliti akan Dibalik banyak mengetahui Frekuensi dan yang kepentingan – ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6678 kepentingan pribadi , ekonomi maupun politik 2. Bagaimana level representasi kritik beberapa pemilik media di Indonesia yang di sosial pada Film Dokumenter “Dibalik tayangkan dalam tayangan media penyiaran di Frekuensi” (Analisis Semiotika John Indonesia Fiske yang melebihi kepentingan masyarakat luas. Fiske mengenai Representasi Kritik Sosial memiliki aturan pasti dalam pada Film Dokumenter ‘’Dibalik Frekuensi”)? menganalisis suatu video yaitu fungsi analisi 3. Bagaimana level ideologi kritik Propp. Dalam analisi tersebut terdapat unit sosial analisis yaitu prolog, ideological content, dan Dibalik epilog. Oleh karena itu peneliti menggunakan Semiotika analisis semiotika John Fiske dalam meneliti Representasi Kritik Sosial pada Film kritik sosial dalam film dokumenter ‘’Dibalik Dokumenter ‘’Dibalik Frekuensi’’)? Frekuensi”. pada Film Dokumenter ” (Analisis Fiske mengenai Frekuensi John “ Rangkuman Teori Maka berdasarkan beberapa data dan Komuikasi Massa fakta diatas peneliti tertarik untuk melakukan “ Definisi komunikasi massa yang paling REPRESENTASI KRITIK SOSIAL PADA sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni: FILM komunikasi penelitian dengan judul DOKUMENETER ‘’DIBALIK FREKUENSI’’. massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is Identifikasi Masalah message communicated through mass medium Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:“ bagaimana representasi kritik sosial pada film dokumenter Dibalik Frekuensi ” dengan analisis semiotika menggunakan John Fiske agar tidak meluasnya pembahasan yang peneliti bahas, maka pada penelitian ini fokus penelitiannya adalah: to large number people). Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa, jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak seperti rapat akbar yang dihadiri puluhan, bahkan ribuan orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa 1. Bagaimana level realitas kritik sosial pada Film Dokumenter adalah: radio siaran dan televise-keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar “Dibalik Frekuensi” (Analisis dan majalah-keduanya disebut sebagai media Semiotika John mengenai cetak, serta media film. Film sebagai media Fiske Representasi Kritik Sosial pada Film komunikasi massa Dokumenter ‘’Dibalik Frekuensi”)? (Ardianto, 2009:3) adalah film bioskop ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6679 Film sebagai Komunikasi Massa Dalam kajian media massa, film masuk ke dalam jajaran seni yang ditopang oleh industri hiburan yang menawarkan impian kepada penonton yang ikut menunjang lahirnya karya film. Film diproduksi secara khusus untuk dipertunjukan di gedung bioskop. Salah satu yang khalayak menyebabkan adalah dari dapat segi merubah tempat atau mediumnya. Karena pengaruh film yang sangat besar terhadap khalayak. Biasanya pengaruh timbul tidak hanya di tempat atau di gedung bioskop saja, akan tetapi setelah penonton keluar dari bioskop dan melanjutkan aktivitas kesehariannya, secara tidak sadar pengaruh film itu akan terbawa terus sampai waktu yang mendekati kenyataan. Dalam suasana gelap dalam bioskop, penonton menyaksikan suatu cerita yang seolah-olah benar – benar terjadi dihadapannya. Film adalah fenomena sosial, psikologi, dan estetika yang kompleks yang merupakan dokumen yang terdiri dari cerita dan gambar yang diiringi kata-kata dan musik. Sehingga film merupakan produksi yang multi dimensional dan kompleks. Kehadiran film di tengah kehidupan manusia dewasa ini semakin penting dan setara Keberadaannya dengan praktis, media hampir lain. dapat disamakan dengan kebutuhan akan sandang pangan. Dapat dikatakan hampir tidak ada kehidupan sehari – hari manusia berbudaya maju yang tidak tersentuh dengan media ini. Gagasan cukup lama (Effendy, 2003 : 208). untuk menciptakan film adalah dari para seniman pelukis. Dengan Film ditemukannya Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk telah cinematography menimbulkan gagasan kepada mereka untuk menghidupkan gambar - gambar yang mereka lukis. terjadi dalam kehidupan sehari – hari, Film menimbulkan hal yang lucu dan menarik, memiliki realitas yang kuat salah satunya karena dapat disuruh memegang peran apa saja, menceritakan tentang realitas masyarakat. Film yang tidak mungkin diperankan oleh manusia. merupakan gambar yang bergerak. Film Si tokoh dalam film kartun dapat dibuat diartikan sebagai hasil budaya dan alat ekspresi menjadi ajaib, menghilang menjadi besar atau kesenian. Film sebagai komunikasi massa menjadi kecil secara tiba – tiba ( Effendy, 2000 merupakan gabungan dari berbagai teknologi : 211 – 216). Film dikelompokan pada jenis seperti fotografi dan rekaman suara, kesenian film cerita, film berita, film dokumenter dan baik seni rupa dan seni teater sastra dan film kartun. arsitektur serta seni musik. (Effendy,2000:207) 1. mengemukakan bahwa teknik perfilman, baik peralatannya maupun pengaturannya telah berhasil menampilkan gambar – gambar yang semakin Dan lukisan – mengkomunikasikan tentang suatu realita yang lukisan itu bias Film Cerita Film cerita (story film) adalah jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukkan di ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6680 gedung-gedung bioskop dengan Film berpengaruh besar kepada bintang film tenar dan didistribusikan penontonya, dan dari karakteristik film sebagai barang dagangan. Cerita yang yang diangkat menjadi topik film bisa berupa cerita fiktif/fiksi berdasarkan kisah dimodifikasi, sehingga atau nyata yang ada unsur menarik, baik dari jalan ceritanya mengandung ideologi dari pembuatnya, membuat pandangan bahwa film dapat dijadikan sebagai sebuah alat propaganda massa. Paling tidak ada empat cara memandang sebuah film, yaitu sebagai alat bisnis, alat propaganda, alat ekspresi, maupun dari segi artistiknya. serta alat dokumenteasi sosial ( McQuail, 2. Film Berita 1994:17). Temuan kajian tentang efek Film berita atau newsreel adalah komunikasi massa, khususnya efek film film mengenai fakta, peristiwa yang terhadap benar-benar terjadi. Karena sifatnya membuktikan film dalam mempengaruhi berita maka film yang disajikan kepada aspek efektif, kognitif, dan behaviorial publik harus mengandung nilai berita. (Iswahyuningtyas, 2010:200) Kriteria berita itu adalah penting dan menarik 3. khalayak Sebagai juga sebuah film masih yang mempengaruhi penonton, setidaknya film dokumenter Film Dokumenter Dibalik Frekuensi akan membuat sebuah pandangan baru terhadap Film dokumenter didefinisikan oleh Robert Flaherty sebagai ”karya ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of actuality) berbeda dengan film berita yang merupakan rekaman peristiwa yang terjadi secara nyata sesuai fakta serta realitas yang ada di lapangan ataupun kejadian pada saat itu. Dengan menggunakan dokumenter film kenyataan, maka film dokumenter Dibalik Frekuensi ini memperlihatkan adalah pribadi permasalahan konglomerasi media yang kenyataan sedang berlangsung di Indonesia. Dan hasil (pembuatnya interpretasi mengenai dalam film ini mengandung sebuah kritik tersebut). sosial 4. genre Film Kartun Film mengenai konglomerasi media tersebut. kartun (cartoon film) dibuat untuk konsumsi anak-anak, dan Film Sebagai Media Kritik Film sebagai media kritik dapat dipastikan kita semua mengenal sesungguhnya bukanlah sesuatu yang baru. tokoh Donald bebek (Donald Duck). Sebagai contoh, film "Kabayan" yang Film sebagai Media Propaganda tokoh utamanya dibintangi Didi Petet, ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6681 dapat dikategorikan sebagai media kritik. masih berkutat pada pada tingkat teknis, Film ini mengkritik cara pandang orang seperti penggunaan kamera, suara dan kota yang selalu menganggap remeh pengorganisasiannya. Dokumenter masih keluguan dan ketidaktahuan orang desa. ditempatkan sebagai produk jurnalistik dan Orang kota selalu menganggap dirinya bukan sinema. Sehingga bingkai bahasa superior dan orang desa diposisikan lebih inferior. Orang kota di saat melihat desa mengemas informasi. Selain itu, ada dan kumpulan manusia yang ada di banyak pembuat film dokumenter terjebak dalamnya melihat dengan cara pandang dalam bahasa ‘televisi’ (termasuk di nalar kuasa. Seolah desa adalah wilayah dalamnya; berita, reality show, infotaiment, penaklukan kota. Padahal dibalik keluguan, dan bahkan sinetron), yang notabene banyak kearifan yang ditunjukkan orang mementingkan hiburan dengan memainkan desa dalam menjalani kehidupan sehari- emosi penonton yang kadang jauh dari hari. Film "Kabayan" menyampaikan pesan realitas; seperti sinetron (Himawan Pratista, bahwa hidup yang damai adalah hidup yang 2008:44). banyak dijalani dengan kejujuran (D.A. Peransi, 2005:43). menekankan bagaimana Harus ada usaha yang lebih keras bagi sineas pembuat dokumenter yang Namun di Indonesia saat ini, film bertemakan ‘kritik untuk pemerintahan’ yang memuat kritik dari berbagai aspek tersebut, karena sering terjebak dalam baik sosial, politik, pendidikan, ekonomi eksotisme isu itu sendiri. Menurut saya, bahkan agama atas kemapanan yang ada, yang namanya ‘filem’ bukanlah itu, ada bisa dibilang masih langka. Padahal, film persoalan punya kekuatan mengajak penonton untuk artistik yang saling berhubungan. Apalagi berpikir kritis dan terus mempertanyakan di berbagai fenomena yang ada di sekitarnya. utamanya Film pun bisa menjadi media untuk Peransi mensosialisasikan sebuah perubahan. Film mengambil kenyataan-kenyataan objektif tidak sekadar menjadi media hiburan sebagai bahan utamanya, namun kenyataan semata. Meskipun demikian film dengan itu genre dokumenter dengan sinema atau pembuatnya. Karena itu kenyataan yang cerita yang memiliki konten khusus yang biasa bisa menjadi baru bagi penonton, menyoroti permasalahan dalam lingkup bahkan membuka perspektif baru. Di birokasi mulai sinilah letak hakikat dari film dokumenter. berkembang. Namun konteks dokumenter Periode awal film pri bumi Indonesia, dan lain-lain sudah dalam objektifitas, film adalah menulis, ditampilkan sinematik dokumenter material ‘‘kenyataan’’. film melalui dan D.A. dokumenter interpretasi ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6682 Usmar Ismail pernah mengatakan bahwa Genre Film Dokumenter para pembuat film kita sering berlaku Dalam pembuatan film dokumenter, ‘tempel-sambung-hantam-kromo’, yang perihal publisitas dan liputan pers akan penting logis, memperkuat pesan. Dokumenter digunakan kebanyakan terlepas dari kerja dengan untuk menyajikan informasi faktual tentang prinsip montase (D.A. Peransi,2005:53) keadaan dunia yang senyata-nyatanya. Dan kelihatan Sebagai ‘jalan’ dan sebuah film yang pesan yang disampaikan dalam film merepresentasikan sebuah kritik atas adanya dokumenter bisa disampaikan dengan berbagai permasalahan cara. (Bordwell & Thompson, 2013:351) sosial, setidaknya film dokumenter Dibalik Frekuensi akan membuat sebuah pandangan baru terhadap peristiwa yang terjadi secara nyata sesuai fakta serta realitas yang ada di lapangan ataupun kejadian pada saat itu. Dengan dokumenter film menggunakan Dibalik genre Frekuensi Pembagian genre film tidak hanya dimiliki oleh film fiksi, akan tetapi film dokumenter juga memiliki genre yang dibagi berdasarkan gaya dan bentuk bertutur sebuah film dokumenter antara lain : ini memperlihatkan permasalahan konglomerasi a. Laporan Perjalanan Penuturan media yang sedang berlangsung di Indonesia. model laporan perjalanan menjadi awal seseorang Film Dokumenter untuk membuat film nonfiksi. Pada Sebuah menyampaikan film dokumenter informasi melalui dapat awalnya potret didapatkan berasal dari kejadian yang terjadi diluar dugaan ini bisa juga memasukan unsur diagram, peta, atau menggunakan dokumenter visual animasi. akan selama perjalanan tidak selalu berupa rekaman bahkan perjalanan pertualangan tetapi juga hakikatnya, perjalanan seseorang keberbagai negara lainnya, Pada ingin berlangsung. Tipe laporan perjalanan (spontanitas). Dalam proses pembuatannya, bantu hanya mendokumentasikan pengalaman yang kehidupan nyata. Dimana adegan yang diambil sarana mereka menjelaskan yang dianggap memiliki panorama dan kepada kebudayaan unik. (Gerzon, 2008:42). penonton bahwa orang-orang, tempat dan acara yang ditunjukkan kepada kita itu nyata dan berwujud. Pengemasan yang ringkas dan padat, merupakan bagian utama dari struktur pembuatan film dokumenter. (Bordwell & Thompson, 2013:351-352) b. Sejarah Awalnya, produksi film sejarah dimaksudkan untuk propaganda. Diawali saat meletusnya Perang Dunia I pada sekitaar tahun 1914 hingga 1918, ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6683 kemudian dilanjutkan pada Perang d. Perbandingan Dokumenter ini dapat dikemas Dunia II sekitar tahun 1935 hingga lebih kedalam bentuk dan tema yang bervariasi, kebutuhan selain dapat pula digabungkan dengan propaganda. Dalam film dokumenter, penuturan lainnya, untuk mengetengahkan 1950-an. Kala diposisikan itu, film untuk genre sejarah menjadi salah satu yang sangat kental aspek referential sebuah perbandingan (Gerzon, 2008:47). e. Kontradiksi Dari bentuk sampai isi, tipe meaning- nya (makna yang sangat bergantung pada peristiwanya) referensi sebab keakuratan data sangat dijaga dan hampir tidak boleh ada yang salah baik pemaparan datanya maupun penafsirannya.(Gerzon, 2008:44) Pada era reformasi, peta kontradiksi memiliki kemiripan dengan tipe perbandingan; hanya saja tipe kontradiksi cendrung lebih kritis dan radikal dalam mengupas permasalahan. Tipe ini lebih banyak menggunakan wawancara untuk mendapatkan informasi lengkap mengenai opini publik. Misalnya film dokumenter sejarah diproduksi kontradiksi mengenai masyarakat kaya penekanannya dan karena kebutuhan miskin, demokratis dan otoriter, masyarakat akan pengetahuan dimasa modern dan tradisional, dan sebagainya lalu. Disebabkan mobilitas pekerjaan (Gerzon, 2008:47). masyarakat yang sangat tinggi, membatasi mereka akan pengetahuan tentang sejarah. seperti, expedition, morotai peninggalan terlupakan, sejarah merupakan yang dokumenter tentang sejarah peninggalan kolonial Belanda yang memiliki nilai historis tinggi namun terbengkalai. representasi kisah pengalaman hidup seorang tokoh terkenal ataupun anggota biasa yang riwayat hidupnya dianggap hebat, menarik, atau 2008:44). tipe ini berisi penyampaian informasi mengenai suatu teori, sistem, berdasarkan disiplin ilmu tertentu. Dokumenter tipe ilmu pengetahuan terbagi dalam dua bentuk kemasan dengan tujuan publik yang yang ditujukan untuk publik umum Isi film jenis ini merupakan unik, Dokumenter berbeda yaitu film dokumenter sains c. Potret/biografi masyarakat f. Ilmu Pengetahuan menyedihkan (Gerzon, seperti dunia binatang, dunia teknologi, dunia kebudayaan dan lainnya (Gerzon, 2008:48). Yang dokumenter kedua adalah instruksional film yang ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6684 ditujukan khusus untuk mengajari (instruksi) pemirsanya dianggap erat dengan jurnalistik, karena itu ada pula yang sebagaimana melakukan berbagai macam hal yang ingin dia lakukan, mulai dari membuat kolam pemeliharaan ikan benih, membuat menyebutnya dokumenter jurnalistik (Gerzon, 2008:50). j. Film eksperimen atau film seni (Association Picture Story) Sejumlah kerangka jembatan, merangkai dan pengamat film menganggap bentuk ini merupakan film memprogram robot dan sebagainya. seni atau eksperimen. Gabungan gambar, g. Nostalgia Dokumenter tipe ini biasanya mengisahkan kilas balik dan napak tilas. berkaitan Bentuk dikemas nostalgia dengan penuturan terkadang menggunakan perbandingan mengetengahkan musik, tipe ini tidak pernah menggunakan narasi, komentar, maupun dialog (Gerzon, 2008:51). k. Buku harian Dokumenter yang perbandingan jenis ini juga disebut diary film. Dari namanya, buku mengenai kondisi dan situasi dimasa harian, lampau dengan masa kini . penuturannya sama seperti catatan umumnya dokumenter harian investigasi dan sejarah. Dalam tipe ini mengherankan bagian-bagian peristiwa dimasa kini bersifat pribadi, tak terlihat pula bila dimasa lalu penuturan dokumenter sangat subjektif, disusun atau karena berkaitan dengan visi atau direkonstruksi berdasarkan fakta sejarah (Gerzon, 2008:49). pandangan seseorang terhadap komunitas atau lingkungan tempat dia i. Investigasi Tipe bentuk buku harian pribadi. Karena buku bentuk ini dapat ditemui pada dokumenter maupun bahwa pengalaman hidup sehari-hari dalam h. Rekonstruksi Pada jelas berada (Gerzon, 2008:51). investigasi mencoba l. Dokudrama mengungkap misteri sebuah peristiwa Dokumenter ini dapat diartikan yang belum atau tidak pernah terungkap sebagai rekonstruksi peristiwa nyata yang jelas. Yang dipilih biasanya berupa direpresentasikan peristiwa besar yang pernah menjadi biasanya untuk tujuan komersil. Dokurama berita hangat dalam media massa. Tipe adalah genre dokumenter dimana pada ini disebut pula investigative journalism, karena metode kerjanya secara kreatif yang beberapa bagian film disutradarai atau di ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6685 atur terlebih dahulu dengan perencanaan pengalaman didalam masyarakat yang detail . secara nyata. Fungsi bahasa seperti cermin Representasi untuk mencerminkan segalanya atas segala sesuatu yang Representasi berasal dari kata bahasa Inggris ‘’Representasion ‘’ yang berarti perwakilan, gambaran, atau penggambaran. Representasi dapat diartikan sebagai gambaran suatu hal yang didapat dari kehidupan yang digambarkan melalui media. ( Vera,2014:96) Representasi merupakan kegunaan dari tanda. Menurut Marcel Danesi dalam (Wibowo,2013:148), representasi merupakan proses merekam ide, pengetahuan atau pesan dalam beberapa cara fisik. Lebih tepatnya,, ada didunia. 2. Pendekatan Intensional, pendeketan ini melihat bahwa bahasa dan fenomenanya dipakai untuk mengatakan maksud dan memiliki pemakna atas pribadinya. Bahasa adalah media yang digunakan oleh penutur dalam mengkomunikasikan makna dalam representasi didefinisikan sebagai kegunaan setiap hal – hal yang berlaku dari tanda yaitu untuk menyambungkan, khusus. Jadi dalam pendekatan ini, melukiskan, meniru sesuatu yang dirasa, lebih ditekankan kepada pada dimengerti, diimajinasikan atau dirasakan dalam beberapa bentuk fisik. Representasi artinya apakah bahasa mengekspresikan menggunakan bahasa untuk mengatakan sesuatu yang penuh makna atau merepresentasikan dunia yang penuh makna kepada orang lain. Representasi merupakan bagian penting dari proses di mana telah mampu apa yang komunikator maksudkan. 3. Pendekatan Konstruksionis. Pendekatan ini mengungkapkan bahwa bahasa dan pengguna makna diproduksi dan saling dipertukarkan bahasa tidak bisa menetapkan antar budaya. Melibatkan bahasa, tanda-tanda makna melalui dirinya sendiri, dan citra yang mewakilinya (Hall, 1997:15). tetapi harus dihadapkan dengan Hall membagi menjadi tiga pendekatan hal lain hingga memunculkan yang yang digunakan untuk menjelaskan bagaimana disebut representasi makna melalui bahasa (Hall, 1997: diartikan bahwa bahasa terdiri dari 24-25), yaitu: 1. Pendekatan interpretasi. Dapat serangkaian kata yang kemudian Reflektif. Makna diproduksi oleh manusia melalui ide, media objek dan pengalaman – ditafsirkan sehingga menjadi suatu makna. ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6686 adanya penindasan menjadi langkah Kritik Sosial pertama untuk menghapus ilusi dan janji Kritik adalah pernyataan tidak manis yang diberikan suatu ideologi atau menyetujui, menantang, menyangkal, dan kepercayaan dan mengambil tindakan sebagainya. Kata sosial disini merupakan untuk mengatasi kekuasaan yang menindas kehidupan masyarakat. Jadi kritik sosial (Morissan,2013:56) adalah pernyataan atau ungkapan terhadap Kritik sosial merupakan sebuah kehidupan sosial masyarkat. Istilah kritik tindakan sosial pertama kali diungkapan oleh Max sesuatu yang dianggap tidak sesuai dengan Hokheimer pada tahun 1930 awal. Awalnya diri teori kritis berarti pemaknaan kembali bermunculan – gagasan gagasan ideal modernitas yang ingin pengeritik. mengungkapkan Saat berbagai bertujuan untuk ini kritikan banyak yang membangun, berkaitan dengan nalar dan kebebasan. menyadarkan, dan sebagai salah satu Pemaknaan ini dengan bentuk prihatin atas apa yang terjadi di mengungkap deviasi – lingkungan sekitar. Selain itu kritik sosial gagasan ideal tersebut dalam bentuk merupakan sebuah inovasi, artinya kritik saintisme, industri sosal menjadi sarana komunikasi gagasan kebudayaan, dan institusi politik borjuis. baru disamping menilai gagasan lama untuk Dengan menjadikan nalar sebagai sesuatu suatu perubahan sosial. Kritik sosial yang sosial dan menyejarah skeptisisme sebagai salah satu bentuk komunikasi historis akan muncul untuk merelatifkan dalam masyarakat yang bertujuan atau klaim – klaim filosofis tentang norma dan berfungsi sebagai kontrol terhadap jalannya nalar menjadi ragam sejarah dan budaya sebuah norma dilakukan dari gagasan kapitalisme, – norma kehidupan sosial atau proses bermasyarakat. (oksinata, 2010:33) (Anwar,2013:57). Kritik sistem Sesuai dengan isi beberapa scene menunjukan pada film dokumenter Dibalik Frekuensi ketertarikan untuk mengemukakan adanya yang mengandung sebuah kritik sosial suatu dan dikarenakan adanya permasalahan sosial mengusulkan suatu pengaturan kekuasaan yang disebakan oleh adanya kelas dominan bentuk sosial penindasan sosial upaya yang mempunyai lebih dari satu media atau mendukung emansipasi dan mendukung biasa disebut dengan konglomerasi media, terwujudnya masyarkat yang lebih bebas dengan dan lebih terpenuhi kebutuhanya (a feer kepentingan eknommi serta politik mereka and moore fullfilling society). Memahami pada medianya tersebut dan membuat (power arrangemment), dalam tujuan untuk memasukan ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6687 media yang dimilikinya menjadi tidak penindasan, peminggiran, dsb). Realita inilah netral yang menjadi objek paradigma kritis. (Sugeng, ataupun independen. Maka dibutuhkan sebuah kritik sosial sebagai 2015:29) kontrol pada sistem sosial khusunya pada dunia media ini. Paradigma kritis ini sangat sesuai digunakan karena objek penelitian ini adalah sebuah film dengan genre dokumenter. Film yang merekam suatu kejadian sesuai fakta dan Metodelogi Penelitian realita yang berada dilapangan, serta sesuai Paradigma dibutuhkan peneliti agar dengan tema pada penelitian ini adalah memiliki landasan berfikir yang jelas mengenai sebuah kritik sosial yang berisi tentang hal yang peneliti lakukan dalam mengenai sebuah ketimpangan, ketidakadilan penelitian ini. Kata ‘’paradeigma’’ berasal serta sebuah permasalahan sosial mengenai dari kata ‘’paradignunai’’ yang tersusun kepentingan dari prefix ‘’para’’ artinya disamping/disisi dan kata ‘’dekikunai’’ yang artinya menunjukan ‘’paradignunai’’ memiliki arti politik serta ekonomi para pemimpin disebuah media, yang membuat sebuah media menjadi tidak independen lagi. Serta dalam pembuatan film dokumenter, perihal publisitas dan liputan pers akan penggambaran atau representasi dari suatu memperkuat pesan. Dokumenter digunakan hal. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa untuk menyajikan informasi faktual tentang Indonesia, paradigma diartikan sebagai keadaan dunia yang senyata-nyatanya. Dan model dalam teori ilmu pengetahuan atau pesan kerangka dokumenter bisa disampaikan dengan berbagai berpikir. Dalam melakukan penelitian paradigma merupakan hal yang penting didalami agar dapat mengetahui cara pandang, kepercayaan asumsi, konsep, proposisi, atau presepsi yang mendasari pikiran dengan cara kerja dalam penelitian (Ibrahim, 2015:10). yang disampaikan dalam film cara. (Bordwell & Thompson, 2013:351) Berdasarkan hal tersebut, peneliti berasumsi bahwa paradigma penelitian kritis merupakan metode yang cocok karena peneliti ingin melihat secara dalam representasi kritik sosial dalam film penulis dokumenter Dibalik Frekuensi. Melalui menggunakan paradigma kritis, dikarenakan paradigma kritis, peneliti sebagai instrumen paradigma kritis melihat sesuatu realita secara kunci juga berharap dapat mengetahui kritis sebagai objek penelitian. Paradigma bagaimana representasi kritik sosial dalam penelitian ini melihat realita yang terjadi tidak film dokumenter Dibalik frekuensi yang Pada penelitian ini sesuai dengan apa yang sebaiknya terjadi pada masyarakat (ketimpangan, ketidakadilan, ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6688 digunakan dengan pendekatan semiotika sosial John Fiske. adalah dikarenakan salah mengungkap satunya adanya kepentingan politik ekonomi para PEMBAHASAN pemilik media yang menjaidkan media Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas yang diperoleh dari sembilan scene film tersebut tidak netral lagi. 2. Level Representasi dokumenter Dibalik Frekuensi, berikut adalah pembahasan yang menggunakan dilakukan pendekatan Berdasarkan peneliti semiotika berdasarkan tiga level yang dikemukakan oleh John Fiske. Hasil pembahasan peneliti uraikan analisis menggunakan level representasi, kode yang digunakan adalah kode kamera, , kode musik, kode karakter dan kode setting. Pada kode kamera Teknik sebagai berikut: pengambilan gambar yang di dominasi 1. Level Realitas medium shot, medium close up, dan Berdasarkan analisis melalui level realitas, dalam kode ekspresi, gesture, kostum, percakapan, lingkungan. Dapat suara dan disimpulkan bahwasannya terdapat sebuah kritik sosial yang disampaikan dalam berbagai potongan scene didalam film dokumenter Dibalik Frekuensi, seperti adanya kode ekspresi arah atau jengkel, sedih, muak, hingga kaget yang terdapat pada film ini. Setelah itu dilanjutkan dengan gesture tangan adanya kode menunjuk, menempelkan tangan ke dada, hingga mengangkat tangan ketas sebagai tanda semangat perlawan. Selain itu adanya kode kostum seperti kostum seragam para jurnalis dengan berbagai media dan juga kostum Partai politik di Indonesia. Lalu adanya beberapa percakapan dalam setiap scene yang didalamnya terdapat sebuah kritik long Pengambilan shot. gambar biasanya dimulai dengan long shot, long shot yang ditunjukan memiliki maksud untuk memperlihatkan suasan yang ada, bagaimana latar dan setting tempat, terlihat banyaknya demonstrasi, atau latar dan setting sebuah kantor media yang pada film ini dibahas. Dominannya teknik pengammbilan gambar medium close up dikarenakan banyaknya tampilan wawancara pada film dokumenter ini. Setelah itu adanya kode usik, salah satunya adalah lagu mars Partai Nasdem yang dijadikan backsound pada salah satu scene karena memiliki kritik sosial didalamnya. Serta juga adanya karakter kode karakter utamma yaitu yaitu dua Luviana seorang jurnalis Metro TV, yang dikleuarkan dengan cara – cara halus dikarenakan Luviana ingin membuat sebuah revolusi di manajemen Metro ISSN : 2355-9357 TV e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6689 dikarenakan berkeinginan politik golongan tertentu, daripada kepentingan membuat sebuah serikat pekerja di masyarakat. Hal ini menjadikan sebuah media lingkungan media Metro TV. Dan juga menjadi tidak netral lagi dan masyarakat adanya setting tempat seperti tempat sebagai media Metro yang didalamnya terjadi kepentingan ekonomi dan politik para kelas sebuah demonstrasi yang enunjukan dominan tersebut. adanya kritik sosial. konsumen menjadi korban atas Saran 3. Level Ideologi Pada bagian akhir dari penelitian, Peneliti menganalisis bahwa peneliti merasa perlu untuk memberikan saran terdapat sebuah ideologi kapitalisme terhadap subjek penelitian ini. Tujuannya yang dimiliki oleh para kelas dominan adalah untuk memberikan masukan agar yaitu pemilik modal selaku pemimpin penelitian selanjutnya dapat menggunakan dan juga pelaku konglomerasi media media massa atau media baru khususnya film atau kepemmilikan lebih dari satu dengan lebih baik untuk penelitian. Adapun media saran dari peneliti adalah sebagai berikut : di Indonesia. Ideologi kapitalisme ini terlihat dengan adanya kepentingan politik ekonomi golongan tertentu dalam media di Secara Teoritis, Penelitian ini diharapkan pimmpinya, dan menjadikan media dapat bermanfaat bagi perkembangan tersebut tidak bersifat netral dan penelitian Ilmu Komunikasi, khususnya independen lagi. Hal tersebut menajdi yang nantinya akan meneliti bagimana sebuah kritik sosial permasalahan masyarakat yang akan yang 1. Bidang Akademis sosial di terepresentasikan dalam dilakukan sebuah film dan juga penelitian yang sebuah kritik sosial dalam sebuah film berkaitan dengan Teori Semiotika John dokumenter Dibalik Frekuensi. Fiske. Peneliti menyarankan agar lebih berkembang dalam penyampaian dan KESIMMPULAN penganalisaan aspek-aspek sosial, makna Berdasarkan analisis semiotika John dan aspek audio visual. Fiske pada Representasi Kritik Sosial pada Film Dokumenter disimpulkan Dibalik bahwa Frekuensi. Dapat kritik sosial 2. Bidang Praktis Diharapkan para pembuat film di direpresentasikan oleh adanya kelas dominan Indonesia khususnya film pada genre yaitu para pemilik dan pelaku daripada sebuah dokumenter dapat lebih banyak membuat konglomerasi media, atau kepemilikan lebih sebuah dari satu media di Indonesia. Yang lebih mmengungkap sebuah mementingkan kepentingan ekonomi serta sosial sulit film yang dokumenter yang permasalahan diketahui oleh ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.6, No.3 Desember 2019 | Page 6690 masyarakat, hal ini bertujuan agar film Littlejohn, Stephen W & Karen A. Foss. ( 2009 khususnya pada genre dokumenter dapat ). Teori Komunikasi, edisi 9. Jakarta: Salemba menjadi suatu Humanika. pada McQuail, Denis. (1987). Teori Komunikasi media permasalahan kritik bagi khususnya permasalahan sosial. Massa (Suatu Pengantar). Jakarta: Erlangga. Daftar Pustaka Oksinata, Hantisa. (2010). “Kritik Sosial dalam Agnew, J., dan Snyder, G.,(2008). Removing Obstacles to Safety: A Behavior-Based Approach, Atlanta : Performance Management Publications. Kumpulan Puisi Aku Ingin Jadi Peluru Karya Wiji Thukul: Kajian Resepsi Sastra”. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. SK, Ishadi. (2014). Media & Kekuasaan Anwar, Yesmil. (2003). Sosiologi untuk (Televisi di hari – hari terakhir Presiden Suharto). Jakarta: Kompas. Universitas. Bandung: Refika Aditama. Subor, Alex. (2004). Semiotika Komunikasi. Ardianto, E., Komala, L. K., & Karlinah, S. (2009). Komunikasi Massa : Suatu Bandung: Rosdakarya Pengantar (Edisi Revisi). Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Vera, Nawiroh. (2014). Semiotika dalam Riset Komunikasi. Bogor: Penerbit Ghali Indonesia. Bordwell, David & Kristin Thompson. (2013) Film Art: An Introduction. Tenth edition. McGraw-Hill, United States of America Effendy, a/54f35af2745513a22b6c71b2/media- Onong Uchjana. (2000). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Hall, Stuart. (1997). The Work of Representation.Theories of Representation:Ed. Stuart Hall. London. Sagepublication. Hallin, C., Daniel and Paolo Mancini. 2004. Comparing Media Systems. Cambridge: Cambridge University Press Ibrahim. https://www.kompasiana.com/edomedi (2015). Metodologi Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Penelitian penyiaran-disalahgunakan-untuk-kepentinganpolitik ) (http://www.remotivi.or.id/wawancara/432/Ja karta-Unfair:-Berita-BeritaPenggusuran-di-Media-Tidak-Tepat)