Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 69 – 84 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 69 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts DESAIN STRUKTUR TEMPAT EVAKUASI SEMENTARA TSUNAMI DI BENGKULU Alfinsa Bayu Pradana, Riko Pratama Saputra, Himawan Indarto *), Ilham Nurhuda *) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. 50239, Telp.: (024)7474770, Fax.: (024)7460060 ABSTRAK Beberapa wilayah Indonesiamemiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap bencana tsunami. Hal ini dapat dilihat pada berbagai kejadian tsunami dalam beberapa tahun terakhir yang melanda beberapa daerah pesisir di Indonesia dan menyebabkan kerusakan berbagai sarana dan prasarana di daerah-daerah yang terkena dampak bencana tersebut. Kejadian tsunami juga seringkali menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit.Untuk meminimalkan risiko korban jiwa saat terjadi tsunami diperlukan suatu strategi penyelamatan. Salah satunya adalah dalam bentuk penyediaan tempat-tempat evakuasi sementara (TES) di daerah-daerah pesisir rawan tsunami, yang dapat melindungi masyarakat yang tinggal di daerah pesisir tersebut dari bencana tsunami. Untuk mengantisipasi terjadinya tsunami, hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah gaya-gaya yang terjadi akibat tsunami, diantaranya adalah gaya hidrodinamis, gaya apung, gaya hidrodinamik dan impulsive, gaya benturan, gaya angkat hidrodinamik, dan efek pembendungan dari puing yang terbawa air, beban-beban tersebut harus dipertimbangkan sedemikian rupa agar dapat menahan beban-beban akibat tsunami. Sebelum terjadi terjadi tsunami, pasti terjadi gempa dan karena daerah yang terkena tsunami pada umumnya berada dekat dengan sumber gempa maka bangunan tempat evakuasi sementara tersebut juga harus memenuhi persyaratan bangunan tahan gempa. kata kunci : DesainStruktur, Tempat Evakuasi Sementara (TES), Tsunami, di Bengkulu ABSTRACT Several places in Indonesia have high vulnerability of tsunami. It can be seen from the facilities and infrastructures damages on several coastal areas caused by tsunami. Itcauses many victims. To minimize the risk of victims while tsunami occurs, need to prepare the rescuing strategies. One of those is providing temporary evacuation places for the coastal areas that can protect the local society from tsunami, including them are hidrodinamis, the buoyant force, hidrodinamik and impulsive, collision, lift hidrodinamik, and effects damming of debris is carried away water.In order to anticipate the tsunami, the temporary shelter should be designed to resist tsunami and earthquake loading. keywords: The Design, of the Structure, of Tsunami Evacuation Shelter, in Bengkulu *) Penulis Penanggung Jawab 69 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 70 PENDAHULUAN Dibeberapa wilayah indonesia karena memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap bencana tsunami. Hal ini dapat dilihat pada berbagai kejadian tsunami dalam beberapa tahun terakhir yang melanda beberapa daera pesisir di Indonesia dan menyebabkan kerusakan berbagai sarana dan prasarana di daerah-daerah yang terkena dampak bencana tersebut. Kejadian tsunami juga seringkali menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit.Untuk meminimalkan risiko korban jiwa saat terjadi tsunami diperlukan suatu strategi penyelamatan. Salah satunya adalah dalam bentuk penyediaan tempat-tempat evakuasi sementara (TES) di daerah-daerah pesisir rawan tsunami, yang dapat melindungi masyarakat yang tinggal di daerah pesisir tersebut dari bencana tsunami.Karena daerah yang terkena tsunami pada umumnya berada dekat dengan sumber gempa maka bangunan tempat evakuasi sementara tersebut juga harus memenuhi persyaratan bangunan tahan gempa. Data umum Proyek Data umum dari perencanaan proyek ini sebagai berikut : 1. Nama proyek : Pembangunan Desain StrukturTempat Evakuasi Sementara (TES), Tsunami 2. Lokasi bangunan : Bengkulu 3. Fungsi bangunan : Tempat evakuasi 4. Jumlah lantai : 7 lantai 5. Pondasi : Tiang pancang 6. Kondisi tanah : Tanah sedang (SD) 7. Elevasi genangan : 8 m Tinjauan Umum Berdasarkan sistem struktur (Pola bangunan, kolom bundar, batasan kekuatan dinding), pemilihan sistem struktur yang digunakan dan konfigurasinya dari pondasi sampai dengan rangka atap dapat memberikan pengaruh yang berbeda–beda terhadap kemampuan bangunan TES Tsunami untuk tetap bertahan dari beban–beban tsunami, angin, dan gempa bumi. Karakteristik–karakteristik struktur yang sudah terbukti dapat memberikan perilaku yang baik ketikan beban tsunami terjadi, antara lain adalah: a. Sistem struktur yang kuat yang memiliki kekuatan cadangan untuk menahan gaya berlebih. b. Sistem struktur yang terbuka sehingga air dapat mengalir melwati struktur dengan sedikit hambatan. c. Sistem struktur yang daktail, sehingga dapat menahan beban berlebih tanpa terjadi kegagalan. d. Sistem struktur dengan redundansi sehingga struktur mengalami kegagalan pada bagian tertentu tanpa menimbulkan adanya keruntuhan bertahap. 70 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 71 Berikut adalah gambar perencanaan bangunan TES Tsunami di Bengkulu : 3m 3m 8m 3m Gambar 1. Gambar gedung tampak depan Gambar 2. Gambar gedung tampak atas Gedung berbentuk lingkaran karena memberikan beberapa keuntungan dikarenakan bentuk yang melingkar dapat meminimalisir adanya benturan akibat tsunami, semakin sedikit bidang yang berpotensi tegak lurus terhadap arah datang arus, maka semakin sedikit pula resiko yang akan timbul terhadap struktur bangunan yang ditimbulkan oleh terjebaknya 71 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 72 benda-benda yang terbawa oleh arus tsunami. Hal ini berlaku juga untuk arus balik air menuju pantai. METODOLOGI Metodologi pelaksanaan dalam Tugas Akhir ini meliputi: 1. Identifikasi masalah dan survai lapangan Pengumpulan studi pustaka tentang panduan bangunan terhadap gempa sebagai bahan referensi dan literatur 2. Inventarisasi kebutuhan data 3. Pengumpulan data: a. Data primer : kondisi/situasi lokasi bangunan saat ini, luas lokasi pembangunan, kondisi tanah, dan keperluan bangunan sebagai tempat evakuasi b. Data sekunder : peta situasi, denah lokasi pembangunan, populasi masyarakat, keadaan tanah, jarak bibir pantai dengan bangunan, data tanah, dan elevasi permukaan tanah. 4. Analisis data : a. Perhitungan kategori resiko bangunan gedung untuk beban gempa b. Perhitungan spektrum respon percepatan desain c. Analisis beban-beban tsunami d. Perhitungan struktur atas e. Perhitungan Balok f. Perhitungan Pondasi, Tie-Beam dan tangga 5. Analisa kekuatan dari bangunan gedung evakuasi 6. Perencanaan tempat gedung tempat evakuasi tsunami 7. Pembuatan gambar gedung tempat evakuasi tsunami Analisa Dan Perhitungan Tahapan perencanaan dan analisis perhitungan beserta acuannya dalam perencanaan desain struktur tempat evakuasi sementara tsunamiadalah sebagai berikut: 1. Penentuan tipe bangunan, berupa sistem struktur (Pola bangunan, kolom bundar, batasan kekuatan dinding) 2. Penentuan dimensi elemen struktur 3. Penentuan beban – beban yang bekerja pada struktur baik beban gravitasi / vertikal maupun beban gempa / lateral dan beban-beban akibat tsunami 4. Permodelan tumpuan pondasi tiang pancang 5. Desain elemen struktur seperti slab (pelat), pile head dan tiang pancang 6. Pembuatan gambar desain Standar Yang Digunakan Untuk keperluan perencanaan desain struktur tempat evakuasi, digunakan standar struktur yang berlaku di Indonesia, yaitu: 1. Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain (SNI 17272013) 2. Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2013) 72 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 73 3. Pedoman Teknik Perancangan Struktur Bangunan, Tempat Evakuasi Sementara Tsunami (Pusat Penelitian Mitigasi Bencana 2013) 4. Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI 1729-2015) 5. Tata Cara Perancangan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 03-1726-2012) Penentuan Tipe Bangunan Berikut ilustrasi berbagai macam bentuk bangunan dan akibat alus air tsunami : Gambar 3.Gambar benturan akibat arus tsunami Keterangan : benturan yang terjadi akibat arus tsunami : arus yang dilewati tsunami Dari sisi penggunaan bentuk lingkaran dapat mengalihkan arus yang dtimbulkan oleh benturan yang terjadi akibat arus tsunami serta memberikan petunjuk secara optimal hal ini di sebabkan karena memenuhi kriteria landmark (bentuk dan fungsi). Pembebanan Pada Struktur Menurut SNI 1727-2013, Kombinasi pembebanan yang harus diperhitungkan adalah : 73 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 74 Tabel 1. Kombinasi pembebanan No Kombinasi Pembebanan 1,4D 1,2 D + 1,6Lr + L 1,2D+ 1,6L + 0,5 Lr 1,2D + 1,0E + L 0,9D + 1,0E 1,2 D + 1,0 Ts + 1,0 LREF + 0,25 L 0,9 D + 1,0 Ts 1 2 3 4 5 6 Sumber: SNI 1727-2013 Keterangan D =beban mati L = beban hidup Lr = beban hidup di luar area penghunian E = beban gempa Ts = beban tsunami LREF = beban hidup di area pengungsian Pembebanan Akibat Gempa Dengan menggunakan softwareon-line yang tersedia pada situs : puskim.pu.go.id (http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain spektra indonesia_2011)dan dengan memasukan data koordinat dari Kota Bengkulu yang termasuk dalam kategori sebagai Tanah Sedang (SD), didapatkan Grafik Percepatan Respon Spektrum Desain untuk wilayah kota bangun dan sekitarnya seperti pada Gambar 4. Percepatan Respon Spektra Sa (g) Periode T (detik) Gambar 4. Grafik Nilai Spektrum Respons Percepatan Desain Parameter percepatan spektral desain untuk perioda pendek, SDSdan pada perioda 1 detik, SD1dapat ditentukan melalui perumusan berikut ini : 2 SDS  SMS  0.73 3 74 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 75 2 SM1  0.5 3 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada perioda pendek ( SDS ) sebesar 0.73 dan parameter respons percepatan pada perioda pendek ( SD1 ) sebesar 0.5 adalah KDS D dapat di lihat pada Tabel 2 dan 3 : SD1  Tabel 2.Kategori desain seismik berdasarkan parameter respon percepatan pada periode pendek Nilai SDS Kategori resiko I atau II atau III IV SDS< 0,167 A A 0,167 ≤ SDS< 0,33 B B 0,33 ≤ SDS< 0,50 0,50 ≤ SDS C D C D Tabel 3.Kategori desain seismik berdasarkan parameter respon percepatan pada periode 1 detik Nilai SD1 Kategori resiko I atau II atau III IV SD1< 0,167 A A 0,167 ≤ SD1< 0,133 B B 0,133 ≤ SD1< 0,20 0,20 ≤ SD1 C D C D Sehingga dari SNI 1726-2012 kategori desain seismik berdasarkan nilai SDS , SD1 dan ketegori resiko adalah termasuk dalam KDS D. Material yang dipilih beton bertulang dan sistem penahan-gaya seismik yang diijinkan adalah sistem rangka pemikul momen Rangka beton bertulang pemikul momen khusus (SRPMK) dengan koefisien modifikasi respons (R) = 8,0. Pembebanan Akibat Tsunami Pembangunan tempat evakuasi sangat dibutuhkan, karena tinggi dari tsunami atau genangan air pada bangunan mencapai tinggi 8 meter, berikut tahap perhitungan yang dilakukan : 1. Gaya hidrostatis Bangunan TES yang dirancang merupakan bangunan dengan system portal dimana elemen strukturnya hanya balok, kolom dan pelat. Gaya hidrostatis ini biasa diperhitungkan untuk struktur yang panjang seperti seawall dan bendungan atau untuk mengevaluasi individu panel dinding yang memiliki ketinggian air yng berbeda antara satu sisi dengan sisi lainnya. Pada rancangan ini dinding tidak dianggap sebagai elemen 75 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 76 stuktur melainkan elemen struktural yang dperbolehkan hancur saat tsunami, sehingga gaya hidrostatis tidak diperhitungkan. Untuk rumus perhitungan dari Hidrostatis adalah sebagai berikut : ………………………………………………(1) Keterangan : =tekanan hidrostatik =merupakan kerapatan fluida termasuk endapan (1100 kg/m3) = luasan panel yang basah b = lebar dinding = percepatan gravitasi = ketinggian maksimum air yang diukur dari bagian dasar dinding pada struktur 2. Gaya apung Pada perancangan bangunan ini tinggi genangan tsunami rencana sebesar 8m yang terletak antara lantai 2 dan 3, tetapi pada lantai 1,2 dan 3 tidak terdapat plat lantai seperti terlihat pada gambar 2. Sehingga gaya apung tidak dperhitungkan. Untuk rumus perhitungan dari gaya apung adalah sebagai berikut : …………………………………………………………………..……(2) Keterangan : = merupakan kerapatan fluida termasuk endapan (1100 kg/m3) = percepatan gravitasi = volume air yang dipindahkan oleh bangunan (volume yang berada di bawah hmax 3. Gaya hidrodinamik dan impulsif Gaya angkat akan bekerja pada lantai bangunan yang terendam oleh genangan tsunami. Selain itu, dalam merencanakan beban gravitasi yang mungkin terjadi, bangunan TES Tsunami harus dirancang agar dapat menahan gaya angkat yang disebabkan oleh gaya apung dan gaya hidrodinamik. Ketika memperhitungkan gaya apung pada pelat lantai, harus mempertimbangkan adanya tambahan volume air yang dipindahkan akibat adanya udara yang terperangkap dalam lantai sistem portal. Di sisi lain, dinding eksterior pada lantai di atasnya akan mengeluarkan air sampai tahanan lateralnya terlewati akibat adanya tekanan hidrostati Fd F'd1   7,925 kN/m RZ Fd F'd 2   14,859 kN/m RZ Fs F's   11,888 kN/m RZ Keterangan : F'd = besar gaya hidrodinamik R =elevasi kenaikan air maksimum Z = rendaman yang terjadi akibat tsunami 76 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 77 4. Gaya benturan F1  1,3  U max k  md  1  c  ………………...........................................................(3) F1  535225,719 N  535,226 KN Keterangan : Umax = kecepatan aliran maksimum yang membawa puing-puing ke lokasi bangunan (puing diasumsikan bergerak dengan kecepatan yang sama dengan arus), kecuali untuk puing yang mengalir pada bagian dasar arus di mana kecepatan boleh direduksi hingga 50% C = koefisien mass hidrodinamik yang merepresentasikan efek dari pergerakan fluida pada puing K = kekakuan gabungan bersih efektif dari puing dari hantaman dan elemen struktur terhantam yang terdeformasi dari efek dari puing penghantam dan elemen struktur terhantam yang berdeformasi akibat hantaman (yakni 1/k = 1/ks + 1/kd) md = massa dari puing 5. Gaya angkat hidrodinamik 1 1 Fu   ρs  Cd  B  (h  u 2 )max   3  1100  0,052 2 2 ………………………........…………...…….(4) 2 2 kN/m Fu  4,125kg/m  0,04125 Keterangan : Fu = gaya hidrodinamik 3 ρS = kerapatan fluida termasuk endapan (1100 kg/m ) Cd = koefisien drag B = lebar struktur pada bidang normal dari arah aliran atau arah paralel terhadap pantai h = kedalaman aliran u = kecepatan aliran pada lokasi struktur berada Gaya angkat hidrodinamik yang dihasilkan tidak terlalu signifikan untuk diperhitungkan. Salah satu faktornya adalah karena kemiringan pantai yang cukup landai yaitu sebesar 1:100 6. Efek pembendungan dari puing yang terbawa air Pembendungan yang disebabkan oleh akumulasi dari puing-puing yang terbawa air dapat menghasilkan suatu gaya yang berasal dari air yang membawanya yang diperlakukan sebagai gaya hidrodinamik. Nilai dari gaya ini ditentukan oleh luasnya puing-puing yang membendung tersebut terhadap permukaan struktur. Besarnya efek pembendungan ini dihitung dengan mengacu pada persamaan yang digunakan saat menghitung besarnya gaya hidrodinamik, yaitu sebagai berikut: 1 Fdm   ρs  Cd  Bd  (h  u)2 max  26,71 kN/m …………………………………...(5) 2 Keterangan : Fdm = gaya akibat pembendungan puing-puing, Bd merupakan lebar dari puing-puing yang membendung ρS = kerapatan fluida termasuk endapan (1100 kg/m3) Cd = koefisien drag Bd = lebar dari puing-puing yang membendung h = kedalaman aliran 77 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 78 u = kecepatan aliran pada lokasi struktur berada Perencanaan Balok Induk Pada perencanaan balok induk, dimensi tinggi balok induk direncanakan dengan h = (1/10 – 1/15) L dan lebar balok induk diambil b = (1/2 – 2/3) h. Balok harus memikul beban gempa dengan perencanaan lentur momen ultimit (Mu) ≤ momen nominal (Mn) pada daerah tumpuan dan lapangan balok.Kuat lentur maksimum (Mpr) pada daerah sendi plastis dihitung berdasarkan tulangan terpasang dengan tegangan tarik baja fs = 1,25 fy dan faktor reduksi 1,0 dan tidak boleh lebih kecil dari gaya geser berdasarkan analisis struktur. Gambar 5. Probable Moment Balok Menahan Gempa ke Kiri dan Kanan Ve  M pr1  M pr2 ln  Wu.ln 2 …………………………………….……………………….(6) Dimana: Ve = Gaya geser akibat sendi plastis di ujung – ujung balok Mpr = Kekuatan lentur mungkin komponen struktur Wu = Gaya geser terfaktor ln = Panjang bentang bersih Dari hasil perhitungan, didapatkan diameteer tulangan utama D22, diameter tulangan sengkang D13 dan diameter tulangan torsi D13. Gambar 6. Penulangan balok induk pada tumpuan (kiri) dan lapangan (kanan) 78 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 79 Perencanaan Kolom Kolom dirancang lebih kuat dibandingkan balok (strong column weak beam) Kolom ditinjau terhadap portal bergoyang atau tidak bergoyang, serta ditinjau terhadap kelangsingan. Kuat lentur kolom dihitung berdasarkan desain kapasitas strong column weak beam yaitu sebagai berikut: Mc>1,2 Mg ………………………………………………….…………………….(7) Dimana : Mc = momen nominal kolom Mg = momen nominal balok Pada perencanaan kolom, gaya geser didapat dengan menjumlahkan Mpr kolom atas dengan Mpr kolom bawah dibagi dengan tinggi bersih kolom. Gaya geser tidak perlu diambil lebih besar gaya geser rencana dari kuat hubungan balok kolom berdasarkan Mpr balok, dan tidak boleh lebih kecil dari gaya geser terfaktor hasil analisis struktur. Gambar 7. Gaya Geser Rencana Kolom SRPMK Dari hasil perhitungan, didapatkan jumlah tulangan utama 36 dengan diameter tulangan utama D25 dan diameter tulangan sengkang D16. Gambar 8. Penulangan kolom 79 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 80 Perencanaan Hubungan Balok Kolom Hubungan balok‒kolom (HBK) atau beam‒column joint mempunyai peranan yang sangat penting dalam perencanaan suatu struktur gedung bertingkat tinggi dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Hal ini dikarenakan joint yang menghubungkan balok dengan kolom akan sangat sering menerima gaya yang dihasilkan oleh balok dan kolom secara bersamaan. Hal ini dapat mengakibatkan joint yang mempertemukan balok dan kolom menjadi tidak kuat dan cepat runtuh. Maka dari itu diperlukan tulangan pengekang untuk mampu menerima dan menyalurkan gaya gaya yang dihasilkan oleh balok dan kolom. Sehingga konsep SRPMK dapat dipenuhi. Dapat kita lihat free body gayanya seperti pada gambar dibawah : Gambar 9. Gaya–gaya yang bekerja pada hubungan balok-kolom Dirancang tulangan 4 leg D12 (Ast = 530,92 mm2), dengan spasi minimumtulangan adalah 50 mm. Gambar 10. Detail tulangan pengekang pada hubungan balok-kolom 80 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 81 Perencanaan Pondasi Pondasi pada struktur gedung ini direncanakanmenggunakan pondasi Tiang pancang. Latar belakang pemilihan tipe pondasi tersebut adalah berdasarkan hasil penyelidikan tanah di lokasi perencanaan, yang menyatakan bahwa untuk bangunan gedung dengan beban berat. Adapun spesifikasi dari pondasinya sebagai berikut: Dimensi Pancang = 40cm x 40cm Kedalaman (H) = 12000 cm = 12 m Luas penampang beton (Ab) = 1600 cm2 Keliling pondasi = 160 cm f’cpancang dan pile cap = 25 MPa Tebal Pile cap = 1200 mm Berdasarkan hasil dari analisis struktur untuk tiang pancang yang ditinjau, diperoleh beban aksial dan momen lentur sebesar : Pu = 8202,480 kN = 820 Ton (ordinat) Mu = 3813,92 kNm 381 Ton.m (absis) Untuk daya dukung tanah yang digunakan adalah dengan nilai terkecil, dengan menggunakan 4 metode. Metode yang digunakan dapat dilihat dari rumus sebagai berikut : 1. Berdasarkan kekuatan bahan pondasi tiang pancang Q ult  0,85xA  f' c ………………………………………………….…………………. (8) Dimana: Qult = daya dukung batas pondasi pondasi sumuran (ton) A = luas penampang beton (cm2) f’c = tegangan ijin beton (kg/cm2) 2. Berdasarkan Nilai qc (conus resistance) dan fs (Total friction) metode Meyerhoff : Qult = qc. Ab + fs .As ………………………………………………….……………… (9) Dimana : Qult = daya dukung batas pondasi pondasi sumuran (Kg) qc = conus resistance ujung pondasi (kg/cm2) Ab = Luas penampang pondasi sumuran (cm2) Fs = total friction (kg/cm) As = keliling penampang pondasi sumuran(cm) 3. Berdasarkan Nilai Ø (Sudut geser Tanah) metode Meyerhoff : Qult = Ab.γ.L.Nq* tan Ø + fs .As ………………………………….…………...…… (10) Dimana: Qult = daya dukung batas pondasi pondasi sumuran (Kg) Ab = Luas penampang bore pondasi sumuran (cm2) γ = Berat jenis tanah (kg/cm2) L = Panjang pondasi sumuran (cm) * Nq = koefisien Sudut Geser tanah Ø = Sudut geser tanah (o) fs = total friction (kg/cm) As = keliling penampang pondasi sumuran (cm) 81 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 82 4. Berdasarkan Hasil Bor Log (N-SPT) metode Meyerhoff : Qult  40.Nb .Ab  0,5.N.As …………….……………………….………….……….. (11) Dimana: N b = Nilai N-SPT Pada elevasi dasar pondasi sumuran, dihitung dengan rumus : N1 N2 Qult Ab N As N1  N 2 2 = Harga N pada ujung pondasi sumuran = Harga N rata- rata pada jarak 4D dari ujung pondasi sumuran. = daya dukung batas pondasi sumuran (ton) = luas penampang dasar pondasi sumuran (m2) = nilai N-SPT rata-rata = luas selimut pondasi sumuran (m2). Tahanan kulit/Friksi (Qs) digunakan metode broms, sebagai berikut : Tabel 4.Korelasi antara tipe tanah dengan nh Tanah Lempung terkonsolidasi Normal lunak Lempung terkonsolidasi normal Organik Gambut Gambut Loess nh (kN/m3) 166 – 3518 277 – 554 111 – 27 111 – 831 55 27,8 – 111 8033 - 11080 Referensi Reese dan Matlock (1956) Davisson Prakish (1963) Peck dan Davisson (1962) Davisson (1970) Davisson (1970) Wilson dan Hilts (1967) Bowles (1968) Tabel 5.Korelasi antara nilai N-SPT dengan nilai qc Subsurface Condition Very loose Loose Medium Dense Very Dense Penetration Resistance Range (N) 0–4 4 – 10 10 – 30 30 – 50 50 - 100 Friction Angle Poisson Ratio Cone Penetration Relative Density (deg) 28 28 – 30 30 – 36 36 – 41 41 - 45 (v) 0,45 0,40 0,35 0,30 0,20 qc = 4N 0 – 16 16 – 40 40 – 120 120 – 200 200 - 400 Dr (%) 0 – 15 15 – 35 35 – 65 65 – 85 85 - 100 Young’s Shear Modulus Modulus Range Range Es* (psi) G* (psi) 0 – 440 0 – 160 440 – 1100 160 – 390 1100 – 3300 390 – 1200 3300 – 5500 1200 – 1900 5500 - 11000 1900 - 3900 Parameter kuat geser kondisi undrained Cu ditentukan dari harga tahanan ujung konus sondir berdasarkan pendekatan empiris Sanglerat (1972), The Penetration and Soil Exploration, yaitu: qc qc …………….……………………….………….………..….. (12) Cu  s / d 15 20 Dimana: Cu = kuat geser lempung jenuh (ton/m2) qc = conus resistance ujung pondasi (kg/cm2) Dengan menggunakan tabel broms, maka didapat nilai momen ultimate 82 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 83 Gambar 11. Grafik Broms Ultimate Lateral Resistance (Das, 2004) pada tiang pancang Berdasarkan perhitungan perhitungan diatas, diperoleh nilai Qall sebesar 100 ton. Dari hasil perhitungan penulangan tiang pancang, didapatkan jumlah tiang pancangnya adalah 16 buah dan ukuran tiang pancangnya adalah 40x40 cm. Dari perhitungan pile cap diperoleh diameter tulangan utama D25 dan dengan jarak spasi sebesar 125 mm. Gambar 12. Detail penulangan pondasi tiang pancang dan potongannya. KESIMPULAN Hasil perencanaan struktur gedung bertingkat tinggi yang telah dibahasdapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pembangunan Tempat Evakuasi Sementara (TES) dapat menahan beban-beban yang terjadi akibat genangan tsunami yang terjadi, hal tersebut dapat terjadi dengan mempertimbangkan segala aspek beban yang timbul, sehingga bangunan dapat bertahan terhadap tsunami. 83 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 84 2. Sebelum terjadi tsunami pasti sebelumnya terjadi gempa, maka daripada itu bangunan harus tahan terhadap gempa. Bangunan tahan gempa adalahbangunan yang dapat bertahan dari keruntuhan akibat getaran gempa, serta memiliki fleksibilitas untuk meredam getaran. Prinsipnya pada dasarnya ada dua, yaitu kekakuan struktur dan fleksibilitas peredaman sehingga bangunan harus memiliki dua komponen tersebut. 3. Perencanaan dan perhitungan analisis struktur tahan gempa sesuai dengan peraturan struktur yang ada, seluruh elemen pada gedung dapat dibentuk menjadi suatu kesatuan sistem struktur. Pelat lantai dan balok berfungsi untuk menahan beban gravitasi dan menyalurkan ke kolom, sementara kolom berfungsi untuk menahan beban lateral seperti beban gempa. Kedua sistem tersebut digabungkan dan didisain terhadap beban gempa dengan metode analisis dinamik spektrum respons 4. Perencanaan struktur ini didisain menggunakan Sistem Rangka Gedung dengan menggunakan konfigurasi kerutuhan struktur Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) menggunakan konsep disain kapasitas (capacity design), sehingga menghasilkan perilaku struktur strong column-weak beam. SARAN Penulis bermaksud memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan Gedung Tempat Evakuasi Sementara sebagai berikut: 1. Bangunan harus memiliki tinggi yang lebih untuk menjaga tinggi genangan tsunami agar dapat melewati struktur sehingga terhindar dari hantaman akibat air genangan. 2. Pada daerah yang memiliki gempa dengan skala yang besar, struktur hendaknya memiliki kekakuan dan fleksibilitas yang mampu mengimbangi besar gempa yang terjadi. 3. Sebaiknya dipilih metode analisis disain kapasitas untuk perencanaan struktur gedung tahan gempa agar tercapai perilaku strong coloumn-weak beam. Dengan demikian, akan dihasilkan disain yang kokoh, namun tetap ekonomis dan efisien DAFTAR PUSTAKA Asroni, Ali, 2010. Balok Beton Bertulang, Edisi Pertama, Graha Ilmu, Surakarta. Badan Standardisasi Nasional,2015.Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja StrukturalSNI 1729 – 2015,BSN, Bandung. Badan Standardisasi Nasional,2013.Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2013,BSN, Bandung. Badan Standardisasi Nasional,2012.Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung, SNI 03-1726-2012,BSN, Bandung. Badan Standardisasi Nasional, 2013.Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktural Lain, SNI 1727-2013, BSN, Bandung. Dewobroto, Wiryanto, 2007.Aplikasi Rekayasa Kontruksi dengan SAP2000, Elex Media Komputindo, Jakarta. Pusat Penelitian Mitigasi Bencana, 2013.Pedoman Teknik Perancangan Struktur Bangunan, Tempat evakuasi Sementara Tsunami, ITB, Bandung. Sidharta, 1997. RekayasaFundasi IIFundasi Dangkal dan Fundasi Dalam, Gunadarma, Jakarta. 84