Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
SERVIRE Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 1, No. 2 (Oktober 2021): 1-10 Pandemi Covid 19 Ditinjau Dari Teologi Biblika Untuk Pengabdian Masyarakat Debora Dian Fitresia,1 Lionarto Erso Jayadi2 Sekolah Tinggi Teologi Periago, Indonesia1 Sekolah Tinggi Teologi Widya Agape, Indonesia2 Email: lionartojayadi@widyaagape.ac.id Submited: 28 Maret 2021 Revision: 7 September 2021 Accepted: 20 Oktober 2021 Abstract Covid 19 is now a problem and a pandemic around the world. This pandemic not only has an impact on the health aspect, but also has a negative impact on the economic, political and other aspects. Seeing this, this article aims to understand the meaning of the Covid 19 pandemic, which is viewed from the aspect of biblical theology. The method used is a descriptive biblical approach. The result of this writing is that Covid 19 is part of the problems faced by every human being and thus humans are challenged to find solutions and reflect on what has happened. In another context, Pandemic 19 is a human effort to return to hope for help and humans with God's help struggle to overcome it, and humans reorient life goals that are not self-centered, but maintain all of God's creations that He has given. Keywords: pandemic covid, biblical theology, indonesia Abstrak Covid 19 sekarang ini menjadi persoalan dan pandemi di seluruh dunia. Pandemi ini tidka hanya berdampak pada aspek kesehatan, tetapi juga berdampak negatif pada aspek ekonomi, politik, dan lainnya. Melihat hal tersebut artikel ini bertujuan untuk memahami makna pandemic Covid 19 yang hal tersebut ditinjau dari aspek teologi biblika. Metode yang digunakan adalah pendekatan biblika deskriptif. Hasil dari penulisan ini adalah Covid 19 merupakan bagian problematika yang dihadapi setiap manusia dan dengan demikian manusia ditantang untuk mencari solusi dan merefleksikan diri apa yang telah terjadi. Pada konteks lain, Pandemi 19 merupakan usaha manusia untuk kembali berharap pada pertolongan dan manusia dengan pertolongan Tuhan berjuang mengatasinya, serta manusia me-reorientasi-kan tujuan hidup yang tidak berpusat pada diri, tetapi memelihara seluruh ciptaan Tuhan yang telah diberikan-Nya. Kata kunci: pandemi covid, teologi biblika, indonesia PENDAHULUAN Awal tahun 2020 ditandai dengan satu peristiwa yang mengejutkan seluruh dunia. Virus Corona baru yang merebak di Wuhan, China sejak akhir 2019, secara masif mulai menyebar ke berbagai negara di seluruh penjuru dunia, menjadi sebuah ISSN: 2809-137X (Online) | 1 Debora, Lionarto…Pandemi Covid 19 ditinjau dari Teologi Biblika pandemi yang disebut COVID19 (Corona Virus Disease 2019). Umat manusia di seluruh dunia dihadapkan pada satu kondisi yang mengejutkan dan meluluhlantakkan berbagai sendi kehidupan. Bukan hanya kekuatiran akan penderitaan fisik yang diakibatkan oleh Covid 19, namun juga seluruh aspek kehidupan politik, ekonomi, sosial, hingga religiositas dan spiritualitas manusia menjadi terganggu. Melangsir dari Kompas.com mengenai perjalanan Covid-19 di Indonesia terlihat statistic yang semakin hari semakin banyak orang yang tertular virus tersebut (28/07/2020). Bahkan kasus di Indonesia lebih banyak daripada di China. Hal ini membuat pemerintah Indonesia khawatir, dan mecoba mengatur beberapa aspek agar kasus-kasus covid-19 di Indonesia dapat menurun.1 Sehingga dampaknya dirasakan juga oleh setiap agama yang ada di bangsa Indonesia. Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang dan berat. Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >38ºC), batuk dan kesulitan bernafas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran nafas lain. Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu. Dalam kasus berat perburukan secara cepat dan progresif seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolic yang sulit dikoreksi, dan pendarahan atau disfungsi koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis dan meninggal, berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi. Data Worldometers per Jumat, 1 Mei 2020 setidaknya mencatat jumlah kasus COVID-19 di dunia mencapai 3.302.909 kasus, meninggal sebanyak 233.756 dan 1.038.390 pasien sembuh2. Virus Corona dikonfirmasi telah menjalar di 212 negara dan 2 alat angkut internasional (kapal pesiar internasional Diamond Princess dan MS Zaandam) (Worldometer, 2020). Sementara di Indonesia, jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 per Jumat, 1 Mei 2020 mencapai 10.551 kasus, jumlah kasus meninggal sebanyak 412800 kasus dan pasien sembuh 1.591 orang (Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan COVID-19 Republik Indonesia, 2020). Jumlah ini baik “Perjalanan Pandemi Covid-19 di Indonesia, Lebih dari 100.000 Kasus dalam 5 Bulan,” https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/28/060100865/perjalanan-pandemi-covid-19-diindonesia-lebihdari-100.000-kasus-dalam-5?page=all 2 Worldometers, 1/5/2020, Reported Cases and Deaths by Country, Territory, or Conveyance, https://www.worldometers.info/coronavirus/?utm_campaign=homeAdUOA?Si 1 ISSN: 2809-137X (Online) | 2 SERVIRE: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 1, No. 2 (Oktober 2021): 1-10 skala global maupun domestik Indonesia diyakini terus bertambah hingga batas yang belum bisa dipastikan. Berbagai upaya dilakukan semua negara untuk penanggulangan COVID-19. Salah satu cara yang ditempuh untuk mengendalikan mata rantai persebaran virus Corona ini adalah melalui metode ‘pembatasan sosial’ (social distancing). Carolyn Y Johnson, dkk, dalam Social Distancing could Buy U.S. Valuable Time serangkaian Against Corona virus mendefinisikan social distancing sebagai tindakan pengendalian infeksi non-farmasi yang dimaksudkan untuk menghentikan atau memperlambat penyebaran penyakit menular3. Tujuan dari pembatasan sosial adalah mengurangi kemungkinan kontak antara orang terinfeksi dan oranglain yang tidak terinfeksi sehingga dapat meminimalkan penularan penyakit, morbiditas dan terutama kematian4. Social distancing merupakan strategi kesehatan publik untuk mencegah, melacak dan menghambat penyebaran virus. Social distancing sengaja meningkatkan ruang fisik antara orang-orang untuk menghindari penyebaran penyakit. Sebelumnya, pemerintah menggunakan frasa physical distancingatau ‘jarak fisik’. Physical Distancing adalah menjaga jarak fisik atau untuk tidak berdekatan secara fisik dengan orang lain. WHO cenderung menggunakan istilah physical distancing dengan maksud agar orang tetap terhubung secara sosial. WHO menganjurkan untukmenjaga jarak fisik yakni minimal 1 meter dengan oranglain untuk menghindari tubuh terkena percikan droplet dari batuk atau bersin yang mungkin terkontaminasi. Meskipun sekarang ini sudah masa transisi menuju perubahan new normal, akan tetapi masih banyak orang yang khawatir untuk melakukan aktivitas diluar rumah. SE Nomor 15 juga mengatur adanya permohonan surat keterangan (SK) rumah ibadah aman dari Covid-19 yang diajukan kepada ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di daerah. Thomas Pentury sebagai Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Kementerian Agama (kemenag) mengutarakan bahwa sebenarnya gereja tetap boleh melakukan ibadah secara langsung, hanya saja dengan memperhatikan protokolprotokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah pada Surat Edaran Menteri Johnson, Carolyn Y., Lena H. Sun, and Andrew Freedman, “Social Distancing could Buy U.S. Valuable Time Against Coronavirus,” washingtonpost, 10/3/2020. www.washingtonpost.com. 4 The Church of Jesus Crist. Pandemic Planning-Social Distancing. 2020. www.churchofjesuschrist.org. 3 ISSN: 2809-137X (Online) | 3 Debora, Lionarto…Pandemi Covid 19 ditinjau dari Teologi Biblika Agama Nomor 15 Tahun 2020 tentang Panduan Penyelenggaraan Kegiatan Keagamaan di Rumah Ibadah dalam Mewujudkan Masyarakat Produktif dan Aman dari Covid-19 di masa pandemi. Sehingga melalui tempat-tempat ibadah, terkhususnya gereja dapat menjadi contoh bagi masyarakat untuk mentaati protokol-protokol kesehatan.5 Pencetus Teori Konspirasi Corona adalah Dr. Judi Mikovits. 6Melalui film dokumenter yang dibuat Judi Mikovits, Plandemic, Neil dan Campbell merangkum Teori Konspirasi Corona seperti ini: virus Covid-19 adalah senjata biologi yang dibuat manusia di sebuah lab dan perusahaan farmasi (tertentu) telah mencoba memblokir berbagai pengobatan tradisional demi mempromosikan obat dan vaksin yang berbahaya. Masih menurut Neil dan Campbell, bahwa Mikovits telah mempromosikan gerakan antivaksin yang berusaha menghalangi pemberian massal vaksin Covid-19 jika vaksin itu diketemukan. Bagi kalangan retrovirolog seperti Neil dan Campbell, klaim-klaim yang beredar baik di YouTube maupun Facebook ini (walaupun telah berulang kali dihapus oleh YouTube dan Facebook), mengarahkan mereka kepada satu nama yang sangat akrab di telinga mereka, Dr. Judi Mikovits.7 Di Amerika Serikat sendiri, Teori Konspirasi Corona memiliki 2 versi: mereka yang meragukan keparahan virus ini dan mereka yang mengatakan bahwa virus ini adalah senjata biologi. Bagaimana isi keduanya, lihat penjelasan di bawah ini. Teori yang pertama menyebut bahwa virus ini tidak bahaya. Mereka cenderung meragukan kenyataan dari pandemi ini, bahkan ketika angka kematian di AS begitu tinggi. Donald Trump-lah pencetus untuk teori ini, walau akhirnya dia harus menangani dengan serius pandemi ini pada pertengahan Maret 2020. Bahkan beberapa meragukan aktifitas perawatan Covid-19 di rumah sakit sehingga mendorong orang-orang untuk merekam pasien yang keluar masuk rumah sakit.8 5 Kementerian Agama. Ibadah di Gereja Harus Aman dan Sesuai Protokol Kesehatan. https://nasional.kompas.com/read/2020/06/19/12493281/kemenag-ibadah-di-gereja-harus-amandan-sesuai-protokol-kesehatan?page=all 6 Stuart JD. Neil and Edward Campbell, “Fake of Science: XMRS, Covid-19 and The Toxic Legacy of Judi Mikovits,” AIDS research and Human Retrovirus 00, no. 00 (2020).s 7 Neil and Campbell, “Fake of Science: XMRS, Covid-19 and The Toxic Legacy of Judi Mikovits.” 8 The Atlantic. Ada lagi seseorang yang menelusuri hashtag #FilmYourHospital pada bulan Maret dan menemukan bahwa akun twitter adalah seorang anggota Partai republic, “Conspiracy theorists are falsely claiming that the coronavirus pandemic is an elaborate hoax” https://theconversation.com/conspiracy-theorists-are-falsely-claiming-that-the-coronavirus-pandemicis-an-elaborate-hoax-135985 ISSN: 2809-137X (Online) | 4 SERVIRE: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 1, No. 2 (Oktober 2021): 1-10 Teori kedua yang tidak kalah populer yang juga tersebar meluas di media sosial adalah virus ini merupakan senjata biologi yang secara sengaja atau tidak sengaja terlepas dari lab di China. Virus ini disebarkan oleh China atau Rusia atau Bill Gates atau George Soros, atau WHO yang dengan konspirasi jahatnya berusaha mengkontrol dunia dalam satu tatanan dunia baru dengan teknologi 5G yang akan ditanam melalui vaksin.9 Di Indonesia, Teori Konspirasi Corona ini mengisi banyak media sosial. Jika membuka youtube, ada orang-orang Indonesia yang menyuarakan teori ini. Salah satu orangnya telah diwawancarai oleh Aiman dalam Program Kompas TV pada pertengahan bulan April 2020.10 Jika diringkas maka begini bunyi Teori Konspirasi: pertama, virus ini sudah diprediksi dan didanai oleh Rockfeller Foundation dan Bill Gates. Kedua, Bill Gates mengendalikan WHO. Jadi jangan percaya WHO. Ketiga, data Worldometer tidak bisa dipercaya, termasuk yang ada di Indonesia. Menurutnya, jumlah yang mati karena Covid-19 hanya 1%. Keempat, rumah sakit kosong (atau banyak yang kosong). Video tentang kondisi rumah sakit dan dokter yg pakai APD di seluruh dunia sebenarnya berasal dari rumah sakit tertentu yang diulang-ulang tayangnya. Kelima, kantor berita ternama dikendalikan oleh Bill Gates. Kelima teori yang disuarakan di Indonesia ini tidak berbeda dengan yang beredar di luar negeri. Pada akhir bulan Mei 2020, seorang pendeta ternama mengungggah video dengan mengatakan bahwa New Normal di Indonesia adalah bagian dari program Tatanan Dunia Baru. Dia melanjutkan, secara perlahan orang Kristen sedang dibawa pada pemerintahan Antikris. Sayang video ini sudah tidak adalagi di Youtube. Pandemi ini disikapi beragam di antara orang-orang Kristen. Ada yang takut, namun ada pula yang terlalu “percaya diri” seolah-olah dengan menjadi orang Kristen, mereka kebal terhadap virus ini.Bagaimana kita harus menyikapi keadaan ini? Berikut ada 5 kebenaran Alkitab yang bisa kita renungkan: 9 Conspiracy in the Time of Corona: Automatic Detection of Covid-19 Conspiracy Theories in Social Media and the News. Penulis kolaborasi: Shadi Shahsavar, Pavan Holur, Timothy R.Tangherlini, VwaniRoychowdhury, https://www.vox.com/2020/3/4/21156607/how-did-the-coronavirus-getstarted-china-wuhan-lab. 10 https://www.youtube.com/watch?v=-ix1XvZOebE; https://www.youtube.com/watch?v=nEFYApFz_mc; https://www.youtube.com/watch?v=CuoMPI8qobg&t=16s ISSN: 2809-137X (Online) | 5 Debora, Lionarto…Pandemi Covid 19 ditinjau dari Teologi Biblika 1. Manusia diingatkan akan keterbatasannya. Penyebaran virus tersebut sangat memukul dunia, tidak hanya Cina. Apa yang telah dicapai umat manusia memang sudah begitu majunya. Tetapi, tetap saja dibuat pusing dengan “benda” yang ukurannya super kecil. (4)Peristiwa ini kembali mengingatkan keterbatasan kita sebagai manusia. Jika dibandingkan dengan keagungan Allah yang nampak dari ciptaan-Nya di alam semesta ini, apalah arti manusia? (Mzm. 8:4-5). Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kau tempatkan: (5) apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? (Mzm. 8:4-5) 2. Wabah ini belum tentu merupakan tanda akhir zaman. Tidak sedikit orang Kristen yang berpikir bahwa wabah virus Corona ini merupakan pertanda bahwa akhir zaman akan segera tiba. Mereka biasanya mengutip ayat berikut: Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hijau kuning dan orang yang menungganginya bernama Maut dan kerajaan maut mengikutinya. Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang, dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang di bumi. (Why. 6:8). Faktanya, virus ini sebenarnya tidak terlalu mematikan, sehingga kurang tepat jika mau dikaitkan dengan malapetaka yang tertulis dalam Alkitab. Dari antara para penderita, tingkat kesembuhan dari virus ini mencapai 80%. Fakta lainnya lagi, dunia sudah berulang kali mengalami pandemi seperti ini. Misalnya, The Black Death (terjadi tahun 1346-1353). Wabah penyakit pes ini melanda Eropa, Asia, dan Afrika. Diperkirakan, sekitar 75-200 juta orang meninggal dunia. Jadi, jangan selalu mengaitkan kejadian seperti ini sebagai “tanda-tanda kiamat.” Alkitab sendiri menyatakan bahwa hari Tuhan akan datang seperti pencuri (1Tes. 5:2; 2Ptr. 3:10). Tiba-tiba saja, tanpa ada seorang pun yang mengetahuinya. Tentang hal ini, Tuhan Yesus juga pernah mengatakannya dalam Mat. 24:36, 44: “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri” (Mat. 24:36). “Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga” (Mat. 24:4). ISSN: 2809-137X (Online) | 6 SERVIRE: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 1, No. 2 (Oktober 2021): 1-10 3. Anak-anak Tuhan tidak otomatis dijauhkan dari penyakit dan malapetaka. Menyikapi wabah ini, sebagian orang Kristen bersikap “terlalu percaya diri.” Misalnya, mereka mengutip Mzm. 91:3, “Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk.” Bagi mereka, ayat ini merupakan janji Tuhan sehingga anak-anak-Nya tidak akan terjangkit virus Corona. Benarkah demikian? Kalau kita meneliti Alkitab, maka kita akan menjumpai banyak tokoh iman di dalamnya yang justru bernasib “tragis.” Ayub, seorang yang saleh namun mendapat kemalangan yang tiba-tiba. Yohanes Pembaptis, seorang yang luar biasa pelayanannya namun mati dipenggal. Bahkan Tuhan Yesus sendiri, Anak Allah, mengalami proses kematian yang begitu mengerikan. Mengapa bisa begitu? Sesungguhnya, Allah tidak pernah menjanjikan kepada kita untuk selalu dijauhkan dari masalah. Yang Allah janjikan adalah hidup kekal dan penyertaan-Nya melewati berbagai permasalahan hidup. Seberapapun besar permasalahan yang kita hadapi, kasih setia-Nya tidak akan pernah lepas dari hidup kita. “Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita? Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis: “Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan.” Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikatmalaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. (Rm. 8:31-39) ISSN: 2809-137X (Online) | 7 Debora, Lionarto…Pandemi Covid 19 ditinjau dari Teologi Biblika 4. Allah tetap bekerja di dalam masa-masa tergelap manusia sekalipun. Alkitab berulang kali memaparkan masa-masa yang sangat gelap yang dialami oleh bangsa Israel. Mereka pernah ditindas di Mesir selama kurang lebih 430 tahun. Mereka pernah ditindas oleh bangsa-bangsa di sekitar Kanaan waktu zaman hakimhakim. Juga, bangsa Israel pernah mengalami pembuangan di Babel. Tetapi di dalam peristiwa itu semua, Allah tetap mempedulikan mereka. Mereka selalu mendapat kelepasan yang datang dari Allah. Jadi, jangan pernah berpikir ada masa-masa yang begitu gelap sehingga Allah tidak mungkin bekerja di dalamnya. Bahkan dalam peristiwa yang paling gelap sekali pun, yaitu penyaliban Kristus, Allah ternyata menggunakannya untuk menggenapi rencana-Nya. Inilah yang menjadi penghiburan kita bahwa Allah pun pasti sedang bekerja saat ini. Dia akan menguatkan umat-Nya untuk melewati masa-masa sulit ini, dan mengubahnya menjadi kebaikan, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Rm. 8:28). 5. Di tengah kesulitan seperti apa pun, kita harus tetap mengasihi Tuhan dan sesama. Jangan biarkan keadaan yang sulit ini mengaburkan identitas kita sebagai garam dan terang dunia. Walaupun caranya mungkin akan berbeda, namun kita harus tetap menjalankan perintah-perintah Tuhan. Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Luk. 10:27). Dalam situasi saat ini, di mana keganasan pandemi covid-19 yang semakin hari semakin menyerang secara membabi buta makhluk yang bernama manusia tanpa melihat apakah dia pejabat atau warga biasa, miskin atau kaya, pria atau perempuan, tenar atau low profile, pas-pasan atau tampan apakah kita masih berani untuk berharap? Tentu, harapan tersebut bukan berarti pasif; tidak melakukan apa-apa; dan hanya menunggu saja kapan harapan itu terwujud. Harapan tidak identik dengan pasrah; berharap bukan berarti lari dari dunia ini. Ketekunan dalam berharap justru harus ditunjukkan dengan menjalankan tanggung jawab dalam hidup. Untuk konteks kita saat ini, di mana pandemi covid-19 semakin meluas, harapan yang mesti kita bangun ialah, pertama, wabah ini pasti akan berlalu ISSN: 2809-137X (Online) | 8 SERVIRE: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 1, No. 2 (Oktober 2021): 1-10 dari kehidupan kita. Ini adalah harapan kita; kedua, “bahwasannya di mana bahaya itu ada, di situ tumbuh juga “kuasa” untuk menyelamatkan. Akan tetapi, tanpa adanya harapan dan kepedulian dari pihak kita, kuasa itu mustahil tumbuh. Bahaya melatih kita untuk peduli, yaitu bertanggung jawab dengan tidak berkumpul, untuk berbela rasa tanpa menyentuh, untuk setia kawan tanpa merangkul. Ketiga, harapan untuk konteks kita saat ini dapat juga berarti berdisiplin diri, taat terhadap arahan atau anjuran dari yang berwajib demi keselamatan semua orang, dan peduli dengan keadaan orang-orang di sekitar kita. Melalui harapan seperti ini, tragedi kemanusiaan ini segera akan berlalu dari hidup kita. Teologi pengharapan Jurgen Moltmann menekankan hal penting dalam hidup umat beriman yakni pentingnya menaruh harapan kepada Kristus. Pengalaman penderitaan pribadi dan juga kehancuran bangsa Jerman, menyadarkan Moltmann akan pentingnya harapan terjadinya perubahan hidup ke arah yang lebih baik di masa depan11. Tentu di masa ini, manusia sedang dilanda wabah covid 19. Dari peristiwa ini tentu manusia mempunyai pengharapan yang besar untuk mampu keluar dari situasi tersebut. Pengharapan ini bukan tanpa Allah, melainkan bersandar pada Allah, secara khusus salib dan kebangkitan Kristus. Inilah landasan pengharapan Kristiani. Akan tetapi, iman akan Kristus ini harus diwujudkan dalam tingkah laku konkret, yakni mengubah dunia yang penuh penderitaan ini menjadi dunia yang lebih baik. Dengan demikian, pengharapan kristiani bukan hanya ucapan, tetapi dibuktikan melalui aksi yang nyata yang menghadirkan Kristus sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia. KESIMPULAN Inilah pengharapan yang realistis; pengharapan yang menyentuh persoalan konkret para pengikut Kristus. Gereja dipanggil untuk pergi dan melayani dunia, membangun dunia baru sambil menaruh harapan kepada Kristus. Kehadiran orang Kristen diharapkan memberi harapan dan semangat baru bagi perjuangan mengatasi 11 Moltmann, Jurgen. 1965. Theology of Hope. Munich: SCM Press Ltd ISSN: 2809-137X (Online) | 9 Debora, Lionarto…Pandemi Covid 19 ditinjau dari Teologi Biblika penderitaan, yang dialami masyarakat Indonesia saat ini (covid-19), sebab mereka selalu mengarahkan diri pada Kristus, sumber pengharapan sejati. REFERENSI “Perjalanan Pandemi Covid-19 di Indonesia, Lebih dari 100.000 Kasus dalam 5 Bulan,” https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/28/060100865/perjalananpandemi-covid-19-di-indonesia-lebihdari-100.000-kasus-dalam-5?page=all Worldometers, 1/5/2020, Reported Cases and Deaths by Country, Territory, or Conveyance, https://www.worldometers.info/coronavirus/?utm_campaign=homeAdUOA?Si Johnson, Carolyn Y, Lena H Sun dan Andrew Freedman, 10/3/2020, Social Distancing could Buy U.S. Valuable Time Against Coronavirus, www.washintontonpost.com The Church of Jesus Crist. Pandemic Planning-Social Distancing. 2020. www.churchofjesuschrist.org. Kementerian Agama. Ibadah di Gereja Harus Aman dan Sesuai Protokol Kesehatan. https://nasional.kompas.com/read/2020/06/19/12493281/kemenag-ibadahdi-gereja-harus-aman-dan-sesuai-protokol-kesehatan?page=all Stuart JD. Neil and Edward Campbell, “Fake of Science: XMRS, Covid-19 and The Toxic Legacy of Judi Mikovits,” AIDS research and Human Retrovirus 00, no. 00 (2020).s Neil and Campbell, “Fake of Science: XMRS, Covid-19 and The Toxic Legacy of Judi Mikovits.” The Atlantic. Ada lagi seseorang yang menelusuri hashtag #FilmYourHospital pada bulan Maret dan menemukan bahwa akun twitter adalah seorang anggota Partai republic, “Conspiracy theorists are falsely claiming that the coronavirus pandemic is an elaborate hoax” https://theconversation.com/conspiracytheorists-are-falsely-claiming-that-the-coronavirus-pandemic-is-an-elaboratehoax-135985 Conspiracy in the Time of Corona: Automatic Detection of Covid-19 Conspiracy Theories in Social Media and the News. Penulis kolaborasi: Shadi Shahsavar, Pavan Holur, Timothy R.Tangherlini, VwaniRoychowdhury, https://www.vox.com/2020/3/4/21156607/how-did-the-coronavirus-getstarted-china-wuhan-lab. https://www.youtube.com/watch?v=-ix1XvZOebE https://www.youtube.com/watch?v=nEFYApFz_mc https://www.youtube.com/watch?v=CuoMPI8qobg&t=16s Moltmann, Jurgen. Theology of Hope. Munich: SCM Press Ltd, 1965. SERVIRE: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat by https://jurnal.widyaagape.ac.id/index.php/servire/ is licensed under a Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional ISSN: 2809-137X (Online) | 10