Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Kepemimpinan transformasional dan perubahan kebijakan

Kepemimpinan transformasional dan perubahan kebijakan 1Aminuddin, 2Mara Halim 1 Pemikiran Politik Islam, Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Indonesia 1 aminuddin8607@gmail.com, 2 halimharahapcuk.gmail.com Abstrak Kepemimpinan merupakan kegiatan mempengaruhi orang lain supaya mereka dapat bekerjasama mencapai tujuan yang di inginkan. Salah satu bentuk daripada kepemimpinan adalah kepemimpinan transformasional. Burns menyatakan bahwa model kepemimpinan transformasional pada hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggungjawab mereka lebih dari yang mereka harapkan. Pemimpin transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui kredibilitas pemimpinnya. Terdapat empat dimensi yang termasuk didalamnya, yakni idealized influence, Inspirational, Intellectual, Individualized consideratio Kata Kunci: kepemimpinan transformasional Pendahuluan Kepemimpinan merupakan salah satu unsur penentu dalam keberhasilan suatu organisasi. Sehingga kepemimpinan sektor publik juga tidak bisa dilepaskan dari proses berjalannya suatu organisasi publik. Suryono (2011: 5). Fenomena kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada keberadaan organisasi, bahkan bisa dianggap sebagai inti dari organisasi itu sendiri. Sistem organisasi dapat berjalan dengan baik apabila ia dikendalikan oleh pemimpin yang memiliki komitmen untuk mengoptimalkan fungsi, peranan dan tanggungjawabnya Kenyataan yang terjadi di Indonesia sungguh memprihatinkan, karena banyak pemimpin sektor publik yang terjerat kasus korupsi, kolusi dan nepotisme. Hal ini menyebabkan terjadinya ketidakpercayaan (distrust) masyarakat kepada pemimpinnya. Dan lebih parahnya lagi banyak masyarakat yang mulai berpikir pragmatis dengan memilih calon pemimpin yang memberikan kontribusi berupa uang atau barang dalam kasus pemilihan pemimpin daerah maupun DPR/DPRD. Distrust dan pemikiran pragmatis masyarakat inilah yang menyebabkan terjadinya degradasi moral bangsa yang tentu saja membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Oleh sebab itu gerakan untuk merubah mind set masyarakat agar tidak berpikir pragmatis dan upaya pencegahan terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme penting untuk dilakukan Konsep kepemimpinan tranformasional Menurut Robbins dalam Setiawanand Muhith (2013) kepemimpinan transformasional merupakan sebuah teori kepemimpinan yang modern dimana suatu gagasan awalnya dikembangkan oleh James Mc Groger Burns, beliau mengatakan bahwa kepemimpinan transformasional yang jelas adalah dimana sebuah proses pimpinan dan para bawahannya selaluberusaha untuk mencapai tingkat moralitas serta motivasi yang lebih tinggi dari sebelumnya.Menurut Wutun, kepemimpinan transformasional memiliki konsep dari Bass. Dimana bass ini merupakan salah satu konsep kepemimpinan yang dapat menjelaskan lebih rinci atau secara tepat dalam menggambarkan pola perilaku kepemimpinan atasan yang nyata ada dan mampu memuat pola-pola perilaku dari teori kepemimpinan lain. Wutun juga menyatakan bahwa pemimpin selalu berusaha untuk memperluas dan meningkatkan kebutuhan yang melebihi minat pribadi serta bertujuan untuk mendorong perubahan tersebut kearah kepentingan. Kepemimpinan transformasional dapat didefinisikan juga sebagai kepemimpinan dimana para pemimpin menggunakan karisma, selain itu mereka juga dapat menggunakan stimulasi intelektual untuk melakukan transformasional dan menghidupkan organisasinya. Menurut Hakim (2018) mengungkapkan bahwa para pemimpin yang transformasional lebih mementingkan reaktualisasi para pengikut dan organisasinya secara menyeluruh ketimbang memberikan instruksi-instruksi yang bersifat Top Down, artinya suatu Pendekatan dari atas kebawah, yang menggunakan pengambilan keputusan oleh pemerintah dan kemudian akan dikomunikasikan kepada rakyat, Selain itu pemimpin yang transformasional lebih memposisikan sebagai mentor yang bersedia menampung aspirasi para dirinya bawahannya. Kepemimpinan transformasional hadir dalam kehidupan dunia kepemimpinan dapat menjadi jawaban atas berbagai macam persoalan tentang tantangan pada zaman saat ini. Dimana pada zaman sekarang banyak perubahan. Bukan lagi zaman ketika manusia dapat menerima segala apa yang menimpanya, tetapi pada zaman sekarang sangat berbeda pada zaman dahulu karena pada zaman sekarang banyak manusia yang mengkritik dan meminta yang layak dari apa yang di berikan secara kemanusiaan. Ciri-ciri seorang pemimpin transformasional adalah dia yang senantiasa merangkul segala hambatan maupun halangan yang terdapat dalam organisasi. Setidaknya ada empat ciri-ciri kepemimpinan transformasional yang dijabarkan oleh Robbins dan Judge (2008), yaitu: 1. Pertimbangan Individual (IndividualizedConsideration) Di sini seorang pemimpin akan memperlakukan setiap bawahannya sebagai individu mendampingi serta yang berbeda menumbuhkan satu sama lain dan akan memonitor, peluang bagi para bawahan tersebut. Dengan begitu, pemimpin akan melihat setiap pengikutnya dengan cara yang berbeda-bedadan mengenali mereka serta memperlakukan mereka dengan kemampuan, kebutuhan danaspirasi yang berbeda pula. Pemimpin juga akan memberi pelatihan maupun saran yang berbeda-beda.. 2. Motivasi Inspirasional (Inspirational Motivation) Merupakan perilaku atau kemampuan dari seorang pemimpin dalam mengomunikasikan harapannya yang tinggi serta menyampaikan visi bersama dengan menarik kepada setiap orang yang dipimpinnya. 3. Pengaruh Ideal (Idealized Influence) Pengaruh ideal juga kerap disebut sebagai pemimpin yang karismatik. Pasalnya pemimpin tersebut memiliki kemampuan atau perilaku dalam membagikan visi dan misi bagi anggotanya, sehingga membuat anggotanya mempunyai keyakinan yang mendalam kepada pemimpin tersebut. Pengikut akan memiliki rasa bangga dan respek kepada pemimpinnya, sehingga mereka akan merasa sangat bangga menjadi pengikut dari pemimpin tersebut. Mereka juga percaya bahwa pemimpinnya merupakan sosok yang memiliki kapasitas dalam menyelesaikan permasalahan 4. Stimulasi Intelektual (Stimulasi Intelektual) Yakni kemampuan dari seorang pemimpin dalam meningkatkan kecerdasan, kreativitas, dan inovasi dari pengikutnya. Peran pemimpin dalam memfasilitasi perubahan kebijakan peran kepemimpinan hanya dapat dilihat dari keberpihakan kebijakan terhadap apa yang diyakini sebagai kebenaran dan dapat membawa kemaslahatan terhadap yang dipimpin. Pemimpin saat ini selayaknya tidak hanya mampu dalam menentukan kebijakan untuk mengantisipasi berbagai perubahan global lalu tunduk kepada arus trend globalisasi, tetapi justru harus mampu proaktif, mengukir sejarah masa depan dan mendesain wujud globalisasi serta percaturan ekonomi dunia. Pemimpin bukanlah manajer sehingga unsur pertama dari kepemimpinan adalah memanfaatkan kekuasaan dalam melakukan perubahan yang transformatif. Tantangan dan strategi dalam kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan Indonesia juga menghadapi tantangan, terutama dalam berperan untuk menangani beberapa permasalahan global yang terjadi. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah tentu harus mengutamakan kepentingan masyarakat, karena hal ini diperluan untuk memproteksi kepentingan rakyat yang menjadi tanggung jawab utama bagi seorang pemimpin negara. Kesulitan terbesar yang dihadapi Indonesia adalah bagaimana kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam penyelesaianpenyelesaian yang terjadi di tingkat global tetap mengutamakan kepentingan rakyat. Dinamika politik yang luar biasa besar menjadikan seorang pemimpin harus berhati-hati dalam mengambil setiap keputusan kebijakan. Tentang keadaan kritis merupakan pertaruhan bagi para pengambil kebijakan Ketika suatu negara mengalami krisis, maka hal pertama yang dicari adalah seorang pemimpin, karena pemimpin merupakan orang yang paling mengetahui bagaimana cara menghadapi masalah (krisis) yang terjadi dengan memberikan solusi melalui langkah-langkah kebijakan yang tepat, yang memperhatikan kepentingan rakyat. Seperti yang dikatakan oleh Hendra M. Saragih (2020) terkait dengan Resonsibility to protect, yakni “negara hadir untuk memproteksi dan lebih hati-hati dalam menjalankan kebijakan, harus lebih detail, jadi bukan soal kesepakatan antar negara-negara saja, tapi manfaatnya harus dirasakan oleh warga negara” (MPR UNAS, 2020). Kepemimpinan dapat dilakukan dalam sejumlah cara yang berbeda. Faktorfaktor yang mempengaruhi penggunaan strategi atau gaya kepemimpinan yang paling mencolok adalah personalitas dan tujuan dari sang pemimpin. Terdapat paling tidak tiga gaya kepemimpinan yang berbeda (Burns, 1978) dalam (Heywood, 2014): 1. Kepemimpinan laissez faire: keengganan dari sang pemimpin untuk campur tangan dalam persoalan-persoalan yang keluar dari tanggung jawabnya. Para pemimpin semacam ini memiliki ‘pendekatan lepas tangan’ terhadap kabinet dan manajemen departemental. 2. Kepemimpinan transaksional: mempunyai karakter ‘campur tangan’. Para pemimpin transaksional mengadopsi sebuah peran positif dalam kaitannya dengan pembuatan kebijakan dan manajemen pemerintahan, tetapi dimotivasi oleh tujuan-tujuan dan pertimbangan-pertimbangan yang secara esensial bersifat pragmatis. Para pemimpin semacam ini bertindak sebagai broker yang fokusnya adalah untuk menegakkan wajah kolegiat dari pemerintahan dengan menegosiasikan kompromi-kompromi dan menyeimbangkan individu, faksi dan kepentingan yang saling bersaing. 3. Kepemimpinan transformasional: pemimpin lebih pada pemberi inspirasi atau visi. Para pemimpin semacam ini tidak hanya dimotivasi oleh keyakinan keyakinan ideologis yang kuat, tetapi mereka juga memiliki tekad pribadi dan kemauan politik untuk mewujudkannya ke dalam praktik Penutup Kepemimpinan transformasional memiliki visi kolektif jelas, memiliki kemampuan mengkomunikasikan secara efektif terhadap seluruh pegawai, melalui berbagai cara, antara lain memberi contoh yang memberi inspirasi bahwa kepentingan organisasi lebih dari kepentingan individual. Dalam kepemimpinan transformasional, para pengikut merasakan kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan penghormatan terhadap pemimpin, dan mereka termotivasi untuk melakukan pekearjaan lebih produktif dari yang direncanakan diawal. Daftar Bacaan Nur, Muhamad Ansar, 2017. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kekompakan, Keterlibatan Kerja Dan Kinerja Pegawai, Jurnal Bisnis dan Pembangunan Yukl, Gary, 2005. “Kepemimpinan Dalam Organisasi”, PT. Indeks, Jakarta Utomo, Doni Wino Fajar Dan Margarehta Hanita. (2020). Strategi Kepemimpinan Krisis Dalam Menanggulangi Pandemi Covid-19 Untuk Memastikan Ketahanan Nasional. Jurnal Lemhanas, 2(8), Supriadi, Hasan. (2018). Gaya Kepemimpinan Presiden Indonesia. Jurnal Agregasi Silalahi, Ulber, 2011. Reinventing Kepemimpinan di Sektor Publik untuk Membangun Kepercayaan Warga Kepada Pemerintah, Jurnal Ilmu Administrasi, Volume VIII, No. 3, Desember 2011.