Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

MITOS KAMPUNG DATUK (TOK PANYAE

2022, Awabeen Samsuding

Myth in the context of old mythologies has the meaning of a formation of society oriented from the past or from historical formations that are static and eternal. Myth in the old sense is synonymous with history and the formation of society at that time. This research design uses qualitative methods. The type of this research is qualitative research-ethnography. Ethnography views culture not merely as a product, but as a process. Culture is not only a branch of values, but is the whole institution of human life. The mythical functions of Kampung Datuk include (1) The Myth of Kampung Datuk Functioning as a Place to Fulfill Your Destiny (2) The Myth of Kampung Datok Functioning as a Means of Education. (3) Myth of Kampung Datuk Functions as a Source of Cultural Tourism Development. And (4) the Myth of Datuk Village as an Effort to Maintain the Identity of the Patani Nation. The myth of Kampung Datuk is in the form of a real grave and can be touched with the five senses. This place is not only a symbol of history, but here is also a place for soul recovery for the community or in another language is a place to release one's desires. The selection of the Kampong Datuk Myth as the object of research is based on a concern that the legacy of the Patani Malay kingdom is now only left with a name.

MITOS KAMPUNG DATUK (TOK PANYAE) DI PATANI THAILAND SELATAN Awabeen Samsuding Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember awabeen.sapy@gmail.com Abstract Myth in the context of old mythologies has the meaning of a formation of society oriented from the past or from historical formations that are static and eternal. Myth in the old sense is synonymous with history and the formation of society at that time. This research design uses qualitative methods. The type of this research is qualitative research – ethnography. Ethnography views culture not merely as a product, but as a process. Culture is not only a branch of values, but is the whole institution of human life. The mythical functions of Kampung Datuk include (1) The Myth of Kampung Datuk Functioning as a Place to Fulfill Your Destiny (2) The Myth of Kampung Datok Functioning as a Means of Education. (3) Myth of Kampung Datuk Functions as a Source of Cultural Tourism Development. And (4) the Myth of Datuk Village as an Effort to Maintain the Identity of the Patani Nation. The myth of Kampung Datuk is in the form of a real grave and can be touched with the five senses. This place is not only a symbol of history, but here is also a place for soul recovery for the community or in another language is a place to release one's desires. The selection of the Kampong Datuk Myth as the object of research is based on a concern that the legacy of the Patani Malay kingdom is now only left with a name. Keywords: Myth, Function, Datuk Village, Patani. Abstrak Mitos dalam konteksmitologi-mitologi lama mempunyai pengertian suatu bentukan dari masyarakat yang berorientasi dari masa lalu atau dari bentukan sejarah yang bersifat statis dan kekal. Mitos dalam pengertian lama identik dengan sejarah dan bentukan masyarakat pada masanya. Rancangan penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Jenis Penelitian ini adalah Penelitian kualitatif – etnografi. Etnografi memandang budaya bukan semata-mata sebagai produk, melainkan proses. Kebudayaan tidak hanya cabang nilai, melainkan merupakan keseluruhan institusi hidup manusia. Fungsi mitos Kampung Datuk meliputi (1) Mitos Kampung Datuk Berfungsi sebagai Tempat Menunaikan Hajat (2) Mitos Kampung Datok Berfungsi sebagai Sarana Pendidikan. (3) Mitos Kampung Datuk Berfungsi sebagai Sumber Pengembangan Wisata Budaya. Dan (4) Mitos Kampung Datuk sebagai Upaya Menjaga Identitas Bangsa Patani. Mitos Kampung Datuk wujudnya berupa kuburan yang nyata dan dapat disentuh dengan pancaindera. Di tempat ini tidak hanya menjadi simbol sejarah, namun di sini juga adalah tempat pemulihan jiwa bagi masyarakat atau dalam bahasa yang lain adalah tempat melepaskan hajat. Pemilihan Mitos Kampong Datuk sebagai objek penelitian didasarkan atas suatu kekhawatiran bahwa peninggalan kerajaan Melayu Patani kini hanya tersisa nama. Kata Kunci : Mitos, Fungsi, Kampung Datuk, Patani. PENDAHALUAN Kebudayaan merupakan satu hal yang amat terkait dengan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kebudayaan timbul dari pola hidup manusia di setiap wilayah yang kemudian menjadi identitas dari sebuah bangsa, etnis atau komunitas budaya tersebut. Koentjaraningrat (dalam Meinarno, 2011:90) mendefinisikan kebudayaan sebagai seluruh sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan manusia dengan belajar. Salah satu bentuk atau produk kebudayaan yang bersifat non-materiil adalah folklor atau tradisi lisan. Danandjaja (2002:02) mendeifnisikan folklor sebagai kebudayaan kolektif yang tersebar dan diwariskan secara turun-temurun, secara tradisional. Folklor bisa hanya berbentuk lisan atau disertai gerak isyarat. Salah satu bentuk folklor adalah mitos. Mitos dibentuk dari sistem kepercayaan yang ada di sebuah masyarakat. Iswidayati, S. (2007:180) dalam artikelnya menjelaskan, bahwa mitos dalam konteksmitologi-mitologi lama mempunyai pengertian suatu bentukan dari masyarakat yang berorientasi dari masa lalu atau dari bentukan sejarah yang bersifat statis dan kekal. Mitos dalam pengertian lama identik dengan sejarah dan bentukan masyarakat pada masanya. Keruntuhan Kerajaan Melayu Patani meninggalkan banyak kesan sejarah samada berupa areal pemakaman para raja. Hal ini kemudian menimbulkan mitos yang belum banyak diketahui oleh masyarakat Patani secara luas. Yakni tentang pemakaman yang panjangnya tidak seperti biasanya, dan terletak di Laempho, Yaring, yang saat ini berada di bekas wilayah Kerajaan Pattani. Keruntuhan Kerajaan Melayu Patani meninggalkan banyak kesan sejarah samada berupa areal pemakaman para raja. Hal ini kemudian menimbulkan mitos yang belum banyak diketahui oleh masyarakat Patani secara luas. Yakni tentang pemakaman yang panjangnya tidak seperti biasanya, dan terletak di Laempho, Yaring, yang saat ini berada di bekas wilayah Kerajaan Pattani. Mitos Kampung Datok ini sangat penting bagi masyarakat untuk kelestarian cerita turun temurun dari generasi ke generasi, memilki fungsi di dalam masyarakat. Salah satuFungsi Mitos adalah menyedarkan manusia bahwa ada kekuatan kekuatan ajaib. Mitos itu tidak memberikan informasi kekuatan-kekuatan itu, tetapi membantu manusia agar ia dapat menghayati daya-daya itu sebagai sesuatu kekuatan yang mempengaruhi dan menguasai alam kehidupan sukunya. Dalam mitos ini membuktikan bahwa benar adanya kuasa Tuhan, sebagaimana dalam cerita menyebut mayat makin memanjang setelah dihukum mati. Dan ada yang menafsirkan bahwa itu adalah hukuman dari Tuhan bagi orang yang melanggar arahah seorang pemimpin. Pemilihan Mitos Kampong Datuk sebagai objek penelitian didasarkan atas suatu kekhawatiran bahwa peninggalan kerajaan Melayu Patani kini hanya tersisa nama. Secara politik, wilayah dan masyarakat yang dulunya bernama Patani, kini hanya menjadi bagian dari Thailand. Padahal, Patani sejatinya memiliki sejarah penting yang hal itu terlihat dari identitas budaya masyarakat Melayu Patani di Thailand Selatan. Dari penelusuran yang dilakukan penulis, sejauh ini belum ada penelitian ilmiah yang secara spesifik mengkaji Mitos Kampung Datok dalam pemanfaatannya sebagai alternatif pembelajaran Bahasa Melayu di Thailand Selatan. Selain itu, Mitos Kampung Datok belum diteliti dalam bentuk karya ilmiah sehingga menariknya untuk diteliti agar bisa menjadi bahan dalam mengkaji sejarah Patani. Berkaitan dengan hal itu, artikel ini akan mendeskripsikan wujud mitos Kampung Datok dan Fungsinya. METODE Rancangan penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Jenis Penelitian ini adalah Penelitian kualitatif – etnografi. Etnografi memandang budaya bukan semata-mata sebagai produk, melainkan proses. Kebudayaan tidak hanya cabang nilai, melainkan merupakan keseluruhan institusi hidup manusia. Dengan kata lain, kebudayaan merupakan hasil belajar manusia termasuk di dalamnya tingkah laku. Menurut Spradley (dalam Endraswara, 2013:52) etnografi harus menyakut hakikat kebudayaan, yaitu sebagai pengetahuan yang diperoleh, yang digunakan orang untuk menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial. Itulah sebanya etnografi akan mengungkap seluruh tingkah laku sosial budaya melalui deskripsi yang holistic. Fokus Penelitian ini adalah cerita rakyat yang melatarbelakangi mitos masjid Kerisik dari berbagai versi dari masyarakat Provinsi Patani. Selain menggunakan pendekatan etnografi peneliti juga menggunakan pendekatan struktur naratif sebagai struktur yang membantu dalam mendeskripsikan penelitian mengenai mitos kampong Datuk. Menurut Emzir (2011: 148-149) menambahkan terkait pendekatan etnografi adalah sebagai berikut : 1 ) Etnografi mengasumsikan kepentingan penelitian yang prinsip utamanya dipengaruhi oleh pemahaman kultural masyarakat. 2) Penelitian etnografi mengasumsikan suatu kemampuan mengidentifikasi masyarakat yang relevan dengan kepentingannya. 3) Dengan penelitian etnografi peneliti diasumsikan mampu memahami kelebihan kultural dari masyarakat yang diteliti, meguasai bahasa atau jargon teknis dari kebudayaan tersebut dan memiliki temuan yang didasarkan pada pengetahuan komprehensif dari budaya tersebut. PEMBAHASAN 1. Deskripsi Wujud Mitos Kampung Datuk di Patani Sebagai sebuah wilayah pemukiman, Kampung Datuk diperkirakan mulai terbentuk pada abad XV. Saat ini, wilayah yang disebut Kampung Datuk itu berada di Desa Datok yang terletak di kawasan Laem Pho, Distrik Yaring, Provinsi Pattani, Thailand Selatan. Pada awal terbentuknya, wilayah tersebut masih berada di bawah kekuasaan Kesultanan Patani. Terbentuknya Kampung Datuk ini berasal kampung nelayan yang cukup strategis di jalur persimpangan pelayaran. Seiring berjalannya waktu, Kampung Datuk mulai membesar. Terutama ketika pedagang dari India mulai masuk pada pertengahan abad XV untuk berdagang di wilayah Kesultanan Patani Darussalam. Para pedagang asal India yang beragama Islam itu kemudian membangun masjid di Kampung Datuk. Corak budaya India amat terlihat dari bentuk arsitektur masjid tersebut. (Ahmad Fathy Al-Fatani, 1994: 45) Penamaan Kampung Datuk untuk kampung nelayan ini didasarkan tradisi lisan. Yakni ketika bangsawan atau keluarga kerajaan Kelantan (yang kini masuk Malaysia) ke kampung nelayan tersebut. Pangeran bernama Datuk Yani itu datang ke wilayah Patani pada tahun 1835 Masehi. Sebutan “Dato“ atau “Datuk” lazim digunakan masyarakat Melayu untuk memanggil keluarga bangsawan dan tradisi itu masih bertahan hingga saat ini. Sebagaimana yang terjadi di berbagai wilayah lain, dari wilayah Kampung Datuk, berkembang sebuah mitos atau cerita yang disebut Mitos Makam Kampung Datuk atau terkadang cukup disebut Mitos Kampung Datuk. Mitos ini mengacu pada sebuah makam yang panjangnya di luar kelaziman masyarakat pada umumnya. Yakni mencapai enam meter. Sebelumnya, tempat makam tersebut dikenal sebagai tempat berkumpulnya orang-orang asing yang didominasi pedagang yang sedang singgah di wilayah tersebut. Menurut penuturan Zulkifli Raden Ahmad, tokoh masyarakat Melayu setempat yang juga guru bahasa Melayu di sekolah Muhammadiyah Pattani, Mitos Kampung Datuk tidak sepenuhnya fiktif. Kemunculan Mitos Kampung Datuk di kalangan masyarakat Melayu Patani terkait erat dengan rangkaian peristiwa sejarah politik yang melatari bangsa tersebut. Yakni dimulai ketika Kesultanan Melayu Patani Darussalam baru saja berhasil memenangkan perang melawan Kerajaan Siam pada tahun 1625 Masehi. (Wawancara dengan Zulkifli Raden Ahmad, 10 Februari 2021). Keterangan Zulkifli ini diperkuat juga dalam penelitian yang dilakukan oleh Teeuw & Wyatt dalam Hikayat Patani The Story of Patani. Menurutnya, Mitos Kampung Datuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Biru memerintah negeri Patani (1616-1624 M.) Baginda Raja Biru ialah raja perempuan kedua yang memerintah negeri Patani setelah Raja Hijau (15841616). Baginda Raja Biru juga merupakan raja ketujuh dalam urutan raja-raja pemerintahan Patani sejak awal berdirinya kesultanan tersebut oleh Sultan Ismail Syah. Sejak awal bertahta, Raja Biru sudah mulai menghadapi serangan dari Kerajaan Siam yang hendak menguasai Patani. Serangan dari Siam itu sudah mulai dilakukan sejak tahun 1603, ketika Patani masih di bawah pemerintahan Raja Hijau. ((Teeuw & Wyatt ,1970: hal 45) Dengan strategi yang matang, Patani di bawah pemerintahan Raja Biru berhasil menang telak atas serangan Kerajaan Siam. Namun kemenangan Kesultanan Patani itu tidak berlangsung lama. Sebab, berdasarkan sumber intelejen yang berkembang saat itu, Kerajaan Siam sedang menyusun kekuatan untuk kembali menyerang Kesultanan Patani. Setelah Mendapat informasi itu, Kesultanan Patani pun membuat kebijakan sebagai antisipasi menghadapi serangan balik. Baginda Raja Biru, memerintahkan untuk pembuatan meriam secara massal. Meriam-meriam tersebut rencananya akan ditempatkan di berbagai titik strategis terutama di wilayah perbatasan dengan Kerajaan Siam. Untuk pembuatan meriam secara massal itu, Baginda Raja Biru menunjuk Tok Kian untuk mempimpin proyek besar tersebut. Tok Kian merupakan ahli pembuatan meriam berasal dari Cina yang memiliki nama asli Lim Tau Kin. Setelah memeluk Islam, ia mengubah nama aslinya menjadi menjadi Tok Kian dan kemudian tinggal di rumah seorang petinggi Kesultanan Patani. Proyek pembuatan meriam secara massal itu terkendala oleh keterbatasan stok bahan baku, khususnya tembaga kuning. Untuk mendukung kebijakan itu, Bagin Raja Biru kemudian membuat maklumat yang melarang warganya untuk menjual tembaga kepada pedagang asing. Sebab, stok tembaga akan dioptimalkan untuk pembuatan meriam guna menghadapi serangan balik kerajaan Siam. Larangan tersebut berlaku selama tiga tahun, dengan ancaman hukuman mati bagi pelanggarnya. Perintah Sultan Patani itu dituruti oleh hampir seluruh rakyatnya. Namun, terdapat dua orang warga yang diduga melanggar perintah dengan menjual tembaga kepada pedagang asing. Mereka adalah Syeikh Gombak dan Abdul Mubin. Dua orang ini sebenarnya bukan rakyat biasa. Syeikh Gombak berlatar belakang tokoh agama yang dianggap cukup mengerti tentang hukum yang berlaku di negeri Patani yang saat itu memberlakukan syariat Islam. Syeikh Gombak disebut-sebut berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat. Sedangkan Abdul Mubin merupakan sosok pedagang yang cukup ternama. Syeikh Gombak yang bermitra dengan Abdul Mubin, memiliki cadangan tembaga dalam jumlah yang cukup besar. Secara bisnis, Syeikh Gombak merasa akan rugi jika seluruh cadangan tembaganya digunakan untuk keperluan militer. Karena itu, secara diam-diam, Syeikh Gombak menjalin hubungan bisnis dengan seorang pedagang dari Malaka untuk menjual cadangan tembaganya. Transaksi dan pengiriman tembaga keluar wilayah Patani dilakukan pada malam hari. Namun, ekspor ilegal itu akhirnya terbongkar oleh pasukan penjaga pantai Kesultanan Patani. Tindakan yang dianggap pengkhianatan itu kemudian dihadapkan oleh militer kepada Raja Biru. Tindakan dua orang tersebut kemudian diadili oleh kesultanan. Setelah terbukti melanggar, Syeikh Gombak bersama Abdul Mubin kemudian dihukum mati. Menurut Hikayat Patani, Syeikh Gombak bersama Abdul Mubin dieksekusi matai di suatu tempat bernama Pintu Gajah di kaki jambatan Kedi. Hikayat Patani mencatat eksekusi tersebut sebagai berikut: “Maka mayatnya pun dibuangkan pada Sungai Parit itulah. Dengan takdir Allah Ta’ala di atas hambanya, maka mayat Syaikh Gombak itupun terdiri hingga pinggangnya di atas air itu, dan mayat Abdul Mu’min itu terdiri sehingga dadanya di atas air. Apabila air surut mayat kedua itu pun hanyut hilir, kedua beriring-iring seperti orang berjalan rupanya: apabila air pasang mayat kedua orang itu hanyut balik ke jambatan pula, tiga hari lamanya yang demikian itu. Maka dipersembahkan orang kepada Tuk Besar. Arakian maka Tuk Besar pun masuk mengadap raja memohonkan mayat Nahkoda Gombak dengan mayat Abdul Mu’min. Maka mayat itu pun dikurniakan baginda, maka mayat kedua itu pun disuruh oleh Tuk Besar bawa ke seberang. Setelah sampai ke pantai seberang itu, maka mayat Nahkoda Gombak dan Abdul Mu’min itu pun ditarik orang naik hendak dikuburkan. Maka dengan takdir Allah Ta’ala mayat Tuk panjang dua bermurid dengan Abdul Mu’min pun sekonyangkonyang memanjangkan dirinya dengan lembut, tiada pernah mayat orang demikian itu. Maka mayat kedua itu pun dikuburkan oranglah. Setelah sudah disebut orang kubur Tuk Panjang datang sekarang ini pada tempat Tuk Panjang itulah.” Dalam Hikayat Patani disebutkan, bahwa jenazah dua orang terpidana mati itu hendak dibuang ke laut melalui sungai. Namun selama tiga hari, jenazah yang dibuang itu tersangkut di pinggir sungai dan terkendala untuk dibuang dengan peristiwa yang tidak logis. Peristiwa itu kemudian dilaporkan kepada sultan. Berdasarkan prinsip kemanusiaan dan agama, Raja Biru kemudian memutuskan untuk memerintahkan prajuritnya memakamkan jenazah dua terpidana mati itu secara layak. Kedua jenazah dimakamkan di Kampung Datuk yang memang terletak di tepi pantai. Pada saat akan dimakamkan, peristiwa yang dianggap klenik kembali terjadi. Saat jenazah akan dimasukkan ke liang lahat, ukuran jenazah selalu memanjang sehingga liang lahat tidak cukup. Beberapa kali liang lahat diperpanjang, namun jenazah selalu tidak cukup. Akhirnya diputuskan untuk menggali liang lahat dengan ukuran maksimal, yakni sekitar enam meter. Barulah jenazah bisa dimasukkan ke liang lahat. Namun hingga kini, di kalangan masyarakat Patani berkembang mitos bahwa panjang ukuran makam tersebut kerap berubah. Mitos Kampung Datuk masih sangat mengakar dan diwariskan secara lisan dan tulisan antar generasi di masyarakat Patani. Cerita Mitos Kampung Datuk merupakan perpaduan atau campuran dari peristiwa sejarah dan fiktif untuk tujuan nasionalisme bangsa Patani. Namun, kajian atas Mitos Kampung Datuk selama ini masih minim dilakukan. Hal ini juga tidak lepas dari kebijakan politik pemerintah Thailand yang selama ini cukup represif dalam memberikan akses kebebasan terhadap pengembangan budaya Patani. 2. Fungsi Mitos Kampung Datuk Mitos merupakan cerita yang diyakini bahwa benar ada oleh sebagian masyarakat. Mitos dalam masyarakat Patani (Thailand Selatan) adalah kumpulan cerita yang terjalin dalam kebudayaan masyarakat, dimana mitos-mitos tersebut adalah warisan setelah keruntuhan kerajaan kesultanan Melayu Patani. Disana banyak pesan yang harus diambil oleh generasi belakang. Mitos Kampung Datuk merupakan suatu cerita yang ditutur sejak turun temurun. Walau sudah beratus tahun namun mitos ini masih dibicarakan karena keberadaan mitos ini wujudnya berupa kuburan yang panjangnya tidak normal. Hal ini telah terbukti bagi pengunjung yang datang. Mitos Kampung Datuk banyak mengandung makna bagi masyarakat khususnya, arti penting dan kesakralan mitos Kampung ini masyarakat penganut tersebut menjadikan cerita mempunyai fungsi tersendiri. Keberadaan mitos di masyarakat tentu tidak lepas dari kepunahan. Hal ini dikarenakan pengetahuan masyarakat tentang mitos sudah mulai hilang. Apa lagi sambutan generasi baru kurang untuk menghayati dan melestarikannya. Walau bagaimanapun mitos kampung dato' ini sangat banyak fungsi yang kerap dimanfaatkan oleh masyarakat tempatan dan masyarakat umumnya. Fungsi Mitos Kampung Datuk sebagai berikut. a) Mitos Kampung Datuk Berfungsi sebagai Tempat Menunaikan Hajat sebuah mitos tidak hanya memberikan bahan informasi mengenai kekuatan-kekuatan Gaib, akan tetapi juga mempunyai nilai-nilai yang diwujudkan melalui simbol-simbol yang digunakan untuk membantu menjalani kehidupan sehari-hari. Mitos Kampung Datuk wujudnya berupa kuburan yang nyata dan dapat disentuh dengan pancaindera. Di tempat ini tidak hanya menjadi simbol sejarah, namun di sini juga adalah tempat pemulihan jiwa bagi masyarakat atau dalam bahasa yang lain adalah tempat melepaskan hajat. (1) Sampai sekarang tempat ini masih dianggap tempat keramat karena menjadi tempat menunaikan hajat contoh seseorang yang bercita-cita melakukan sesuatu dan dia berniat di kuburan tersebut bahwa sekiranya cita-citanya itu tercapai, dia akan menunaikan hajat atas kesempurnaan tersebut dengan melakukan ritual berupa penyembelihkan binatang, pemberian hadiah dan sebagainya. Data (1) di atas menunjukkan bahwa kuburan Datuk Gombak dan Abdul Mubin yang menjadi milik mitos Kampung Datuk ini masih dimanfaatkan oleh masyarakat dalam urusan kerohanian. Data di atas menyebutkan bahwa masyarakat di Thailand Selatan masih mempercayai kekuatan-kekuatan Gaib. Di sana mereka menyembelih kambing pada saat hajatnya tercapai contoh seperti melunasi hutang, nazar, dan lain-lain. b) Mitos Kampung Datok Berfungsi sebagai Sarana Pendidikan Secara umum fungsi mitos adalah memberikan informasi dan mengajarkan kepada kita mengenai suatu kehidupan dan nilai-nilainya. Fungsi mitos yang kedua adalah mitos Kampung Datuk berfungsi sebagai sarana pendidikan. Hal ini ini diungkapkan oleh sukatman dalam bukunya yang berjudul Mitos Tradisi Lisan di Indonesia. Kepercayaan terhadap mitos menjadikan mitos sebagai sarana pendidikan yang cukup efektif untuk memberikan pengajaran dan menanamkan nilai-nilai kebudayaan, norma-norma sosial, dan keyakinan masyarakat. Mitos- mitos dikembangkan untuk mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai budaya, pemikiran dan pengetahuan. Melalui mitos Kampung Datuk ini menyelit beberapa pesan yang disampaikan. Sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Zulfikri sebagai salah seorang narasumber dalam penelitian kali ini. (2) Setiap bangsa ada mitos yang dapat digunakan sebagai sarana dalam pendidikan bangsanya. Di mana di sebalik mitos tersebut mengandungi pengajaran yang dapat digunakan sebagai ikutan atau tauladan. Begitu juga dengan Mitos Kampung Datok atau Mitos Tok Panjang yang terdapat di dalam Hikayat Patani. Mitos tersebut mencerita bagaimana seorang peniaga yang datang berniaga di zaman kerajaan Melayu Patani dahulu, telah melanggar perintah atau larangan yang telah dikenakan agar tidak membenarkan menjual beli timah atau tembaga. Namun peniaga tersebut telah mengengkari larangan tersebut lalu dia telah dihukum bunuh oleh raja tersebut. Melalui mitos tersebut kita dapat melihat bagaimana masyarakat Melayu di zaman dahulu, sangat taat dan patuh kepada perintah raja dan jika terdapat sesiapa yang mengengkarinya dia akan mendapat balasan yang setimpal dengan perbuatannya. Nilai taat setia yang terdapat di dalam kisah tersebut dan diamalkan oleh masyarakat di zaman dahulu, adalah sangat berguna sebagai sarana di dalam pendidikan. Malah nilai ketaatan tersebut bukan sahaja kepada raja atau pemerintah, malah nilai ketaatan itu merangkumi ketaatan kepada ibu bapa serta perintah Tuhan. Tuhan akan memberikan pembalasan yang setimpal dengan perbuatan tidak mematuhi ibu bapa dan memdapat pembalasan dosa di akhirat kelak jika sesorang melakukan perbuatan yang boleh merusak dirinya, masyarakat dan negara. Dari (2) data di atas menggambarkan bahawa betapa penting sebuah parsitipasi dalam masyarakat, antar pemimpin dan kelompok rakyat, kerana jika terjadi pelanggaran terhadap kebijakan yang berlaku, maka seorang pemimpin juga harus tegas untuk mengambil kebijakan dan menjaga kemaslahatan umum. Dalam cerita ini juga memberi kesan yang baik, kerana dari segi positif nya kita bisa memandang bahawa taat kepada pemimpin harus dia mati secara baik. Kerana jika kita melihat dari peristiwa yang misteri ini. Jika tidak berlaku pelanggaran maka tidak akan adanya hukuman mati ke atas pelaku itu. Begitu juga dalam masyarakat kita perlu mengambil pengajaran sebuah pendidikan karakter bahawa antara atasan dan bawahan harus berpartisipasi untuk sama-sama bergerak menuju negara yang aman dan makmur c) Mitos Kampung Datuk Berfungsi sebagai Sumber Pengembangan Wisata Budaya Mitos Kampung Datuk memiliki fungsi sebagai pengembangan wisata budaya di kota Pattani. Selain tempat ini menjadi simbol sejarah Patani, masyarakat juga memanfaatkan sebagai tujuan wisata yang bernilai kebudayaan dan sejarah. Bukan hanya bisa menarik wisatawan dari tempatan yakni dari Thailand. Justru, di sini menjadi sasaran bagi para pencinta sejarah dan juga mengkaji konflik di Patani turut pengunjung di sini. Sebagaimana dijelaskan oleh warga tempatan yang beliau juga adalah guru bahasa Melayu di sebuah sekolah swasta agama di wilayah Pattani. (3) Bagi masyarakat tempatan tentu kisah mitos kampung Datok sudah tidak asing lagi, kerana ia selalu menjadi tumpuan para pelawat dari pelbagai destinasi untuk melawat dan melihat dengan diri sendiri tentang mitos Tok Panjang yang telah diceritakan di dalam buku sejarah dan juga Hikayat Patani. Di mana kisah tersebut bukan sekadar kisah yang tidak berasas malah terdapatnya bukti tentang kesahihan kubur Tok Panjang di Kampung datok. Malah bagi ahli sejarah atau peminat tentang Patani yang berada di alam Nusantara, juga turut sama menjejaki ke pusara tersebut, dengan ini ia telah menjadi daya tarikan bagi para pewisata untuk datang berkunjung. Dari data (3) yang dituturkan oleh bapak Ibrahim bin Syukri merupakan bentuk fungsi meter sebagai pengembangan wisata budaya. Selain yang datang adalah bertujuan menunaikan hajat pribadi sesuai dengan data yang dinyatakan sebelumnya, ada juga yang datang hanya ingin mengunjungi dan melihat keajaiban yang terjadi terhadap kuburan Datuk. d) Mitos Kampung Datuk sebagai Upaya Menjaga Identitas Bangsa Patani Dalam sejarah Patani ditakluk Bangsa Siam pada tahun 1785 M. sejak itu mulai adanya kebijakan dan polisi dari pemerintah Bangkok untuk coba mengsiamisasikan bangsa yang ada dibawah jajahanya. Maka selama ini masyarakat di Thailand Selatan masih bisa mempertahankan jati diri Melayu-Islam sampai sekarang dan salah satu strategi dari para sesepuh agar tidak hilangnya jati diri sebagai bangsa Melayu Patani. Maka digalakan untuk diceritakan kepada anak –anak cucu tentang kisah misteris di zaman dahulu dan salah satunya adalah mitos kampong datuk. Hal ini dikuatkan oleh bapak Hasan dalam wawancara. (4) Menurut Hasan Yamadibu, sejarawan Patani dan ketua Lembaga Bunga Raya Group, mitos Makam Kampung Datuk terus dilestarikan terutama oleh generasi tua Patani karena memiliki tujuan politis. Yakni untuk memelihara dan dan menjaga nasionalisme bangsa Patani. Sebab, hingga kini masyarakat Patani merasa dijajah oleh Thailand. Mitos Kampung Datuk masih sangat mengakar dan diwariskan secara lisan dan tulisan antar generasi di masyarakat Patani. Cerita Mitos Kampung Datuk merupakan perpaduan atau campuran dari peristiwa sejarah dan fiktif untuk tujuan nasionalisme bangsa Patani. Namun, kajian atas Mitos Kampung Datuk selama ini masih minim dilakukan. Hal ini juga tidak lepas dari kebijakan politik pemerintah Thailand yang selama ini cukup represif dalam memberikan akses kebebasan terhadap pengembangan budaya Patani. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai wujud Wujud Mitos Kampung Datok di Provinsi Pattani, Thailand Selatan, fungsi mitos, nilai,serta pemanfaatan mitos sebagai alternatif materi pembelajaran Bahasa Melayu dan sastra di tingkat Aliyah, dapat diuraikan kesimpulannya sebagai berikut. Cerita mengenai mitos Kampung Datuk wujudnyanya berupa sebuah kuburan yang panjang menyalahi normal, dan diceritakan melalui tuturan. Apabila baginda Raja Biru memerintah. Beliau merancang untuk membina Meriam, Di sebabkan dalam negeri Patani pada waktu itu belum ada loji pelebur besi, maka terpaksalah meriam-meriam itu diperbuat daripada tembaga kuning. Bagi mengumpul tembaga kuning secukupnya, Raja Biru telah mengeluarkan peraturan melarang menjual beli tembaga kuning keluar negeni dalam masa 3 tahun. Bagi mereka yang memilikinya pula digalakkan menjual atau mempersembahkan kepada raja. Dan barang siapa yang melanggar peraturan itu akan dikenakan hukuman mati atau bunuh. Fungsi mitos Kampung Daruk meliputi (1) Mitos Kampung Datuk Berfungsi sebagai Tempat Menunaikan Hajat (2) Mitos Kampung Datok Berfungsi sebagai Sarana Pendidikan. (3) Mitos Kampung Datuk Berfungsi sebagai Sumber Pengembangan Wisata Budaya. Dan (4) Mitos Kampung Datuk sebagai Upaya Menjaga Identitas Bangsa Patani. Mitos Kampung Datuk wujudnya berupa kuburan yang nyata dan dapat disentuh dengan pancaindera. Di tempat ini tidak hanya menjadi simbol sejarah, namun di sini juga adalah tempat pemulihan jiwa bagi masyarakat atau dalam bahasa yang lain adalah tempat melepaskan hajat. kepercayaan terhadap mitos menjadikan mitos juga sebagai sarana pendidikan yang cukup efektif untuk memberikan pengajaran dan menanamkan nilai-nilai kebudayaan, norma-norma sosial, dan keyakinan masyarakat. Mitos Kampung Datuk masih sangat mengakar dan diwariskan secara lisan dan tulisan antar generasi di masyarakat Patani. Cerita Mitos Kampung Datuk merupakan perpaduan atau campuran dari peristiwa sejarah dan fiktif untuk tujuan nasionalisme bangsa Patani. DAFTAR PUSTAKA Aliyah, Muhimatul. 2011. “Nilai Kultural Pujian Salat Lima Waktu Dalam Masyarakat Jawa Di Songgon-Banyuwangi”. Tidak Diterbitkan. Skripsi. Jember: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jember. Al-Fatani, Ahmad Fathy. 1994. Pengantar Sejarah Patani. Alor Star: Pustaka Darussalam. Amir, Adriyetti. 2014. Sastra Lisan Indonesia. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET Astuti. 2015. Buku Pedoman Umum Pelajar Sejarah. Bandung: Lembar Langit Indonesia Shukri, I. 2002. Sejarah Kerajaan Melayu Patani, Bangi: Penerbit Universiti Kebangsaan Malaysia, Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara A. Teeuw & D. K. Wyatt. 1970. Hikayat Patani: The Story of Patani. Bibliotheca Indonesica 5. The Hague: Martinus Nijhoff, Angeline, M. 2015. Mitos dan Budaya. https://media.neliti.com/media/publications/167291- ID-mitos-dan-budaya.pdf [Diakses pada 24 Juni 2019]. Badan Litbang Lektur dan Diklat Kementerian agama RI. 2013. Dinamika Islam Filipina, Burma dan Thailand. Jakarta: Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan. Damayanti, Aulia M.E. 2018. Mitos Dalam Upacara Adat Kebo-Keboan Masyarakat Osing Di Desa Alasmalang Kabupaten Banyuwangi: Kajian Etnografi. Skripsi. Jember: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jember. Danandjaja, James. 2002. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng dan LainLain. Jakarta: Grafitti Press. Hadi ,Sutrisno. 2004. Metodologi Research2. Andi Offiset, Yogyakarta, 2004 Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta. Rajawali Pers. Endraswara, S. 2013. Folklor Nusantara: Hakikat, Bentuk, dan Fungsi. Yogyakarta. Penerbit Ombak (Anggota IKAPI) Farid Mat zain, Mohamed, Samsu. 1998. Minoriti Muslim di Thailand. Selangor. Penerbitan L Minda Febriyanti, Ade Terina. 2011. Mantra Dalam Upacara Adat Kebo-Keboan Masyarakat Using Banyuwangi . Skripsi. Jember: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jember. Iswidayati, Sri. 2007. Fungsi Mitos Dalam Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Pendukungnya. Harmonia Jurnal Pengetahuan Dan Pemikiran Seni. Izmiatuti, Ocvida. 2019. Mitos Putri Mayang Sari Di Kabupaten Jember. Skripsi. Jember: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jember. A.Malek. Mohd. Zamberi. 1994. Patani dalam Tamadun Melayu. Kuala Lumpur, Malaysia : Dewan Bahasa dan Pustaka. Permadi, Dwi Andika. 2018. Mitos Di Wilayah Rawa Bayu Dan Pemanfatannya /Sebagai Materi Pembejaran Sastra Di SMA. Skripsi. Jember: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jember. Rafiek, M. 2010. Teori Sastra: Kajian Teori dan Praktik. Bandung: Rafika Aditama Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta : Balai Pustaka, 1999), 660. Alo Liliweri,M.S.2003,Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, Pustaka Pelajar: Yogyakarta Mawardi, Rizal. 2019. Penelitian Kualitatif : Pendekatan Etnografi https://dosen.perbanas.id/penelitian-kualitatif-pendekatan-etnografi/ [Diakses pada 24 Juni 2019] Meinarno, dkk. 2011. Manusia Salemba Humanika. dalam Kebudayaan dan Masyarakat. Jakarta: Miles, Matthew B dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Pers. Moloeng, Lexy J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja Rosdakarya Offset, Bandung Kaelan, 2005. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat. Paradigma. Yogyakarta. Sari, Eliya Prativa. 2015. Mitos Dalam Ritual Larung Sesaji Bumi Masyarakat Jawa Kota Probolingo. Skripsi. Jember: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jember. Solaeman. 2007. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: PT. Refika Aditama Sutrisno Hadi, Metodologi Research 2, Andi Offset, Yogyakarta, 2004 Sukatman. 2002. Apresiasi folklor nusantara (teori dan aplikasinya). Jember: Depdiknas Jember. Sukatman. 2009. Butir-Butir Tradisi Lisan Indonesia dan Pembejarannya).Yogyakarta: Laksbang PRESSindo. (Pengantar Teori Sukatman. 2011. Mitos dalam tradisi lisan Indonesia. Jember: Center for Socienty Studies (CSS) : Jember Iswidayati, S. 2007. Fungsi Mitos Dalam Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Pendukungnya. Harmonia Jurnal Pengetahuan Dan Pemikiran Seni. https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/harmonia/article/view/790/721. [Diakses pada 22 Desember 2019]. Williams, Timothy. 2011. “Beyond Development and Counter-Insurgency; Searching for A Political Solution to The Malay Secessionist Conflict in Southern Thailand”, Scholar Report, London School of Economics and Political Science Asia Research Centre (ARC)Thailand Government Scholarship Yusuf, Imtiyaz. 2009. “Ethnoreligious and Political Dimensions of The Southern Thailand Conflict”, dalam Amit Pandya and Ellen Laipson (eds), Islam and Politics, Renewal and Resistance in Muslim World. Washington DC: The Henry L. Stimson Center.