Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Muhammad Khusna Amal dalam karyanya "Populisme Islam" menguraikan secara mendalam fenomena populisme yang berkembang sebagai alat politik dalam konteks Islam. Buku ini mengkaji bagaimana populisme muncul dan berkembang dalam berbagai gerakan dan figur politik, terutama di Indonesia, serta dampaknya terhadap struktur sosial. Bab awal buku ini membahas konsep populisme yang sering diidentifikasi sebagai representasi "kehendak rakyat" dalam melawan elit yang dianggap tidak peka terhadap kebutuhan masyarakat. Pemimpin populis memperkuat legitimasi politik mereka dengan menggunakan retorika dan simbol-simbol Islam. Buku ini menawarkan pemahaman mendalam tentang bagaimana populisme dapat berintegrasi ke dalam Islam dan berfungsi sebagai alat politik.
2019
Populisme Islam merupakan suatu konsep populisme yang merupakan idealisasi kolektif atas penolakan terhadap elitisme. Pranata politik dan desain institusi politik dinilai tak lebih dari pengejawantahan dari dominasi elit atas rakyat, dan karenanya harus dibongkar dan ditundukkkan melalui perebutan kekuasaan oleh rakyat dan sokongan penuh kepada pemimpin revolusioner yang mewakili kepentingan rakyat, bukan kepentingan segelintir elit. Istilah populisme sebagai sebuah gerakan politik memang sudah sangat lama muncul, yaitu pada tahun 1892 ketika pada saat itu gerakan populisme berhasil menginisiasi pembentukan partai populis atau partai rakyat. Mengusung tuntutan dengan dilaksanakannya demokrasi langsung dan kebijakan yang lebih memihak kepada rakyat. Sebagaimana juga yang dikatakan oleh Enzo Falleto, bahwa populisme hadir dan berkembang sebagai respon terhadap krisis kekuasaan oligarki, tetapi pada saat yang bersamaan populisme memutuskan untuk bercerai dengan praktik demokrasi libera...
2018
This article aims to describe how Islamic populism can rise in Indonesia, especially in the Islamic Defensive Action. The rise of Islamic populism in actions that took place in volumes was generally defined as a moral effort for the search for justice, where the pressure group urged the government to immediately carry out legal proceedings against the figure of Ahok who was considered for blasphemy. In the eyes of populism, in particular Laclau's version of populism, discourse plays an important role in the effort to build and ensure then to instill hegemony that is received by a large number of people who are involved in the volumes. This article tries to show that discourse cannot be underestimated as a determinant of the formation or minimum the trigger of the rise of Islamic populism in contemporary Indonesia.
Invasi dan kolonialisasi yang dilakukan oleh Negara-negara Barat terhadap dunia Islam yang berlangsung sejak abad 15 masehi, banyak merugikan umat Islam, bukan hanya menjajah akan tetapi memiskinkan jajahan mereka, baik moril maupun materil, serta mereka manfa’atkan juga untuk menyebarkan ideologi mereka, hal ini mereka lakukan untuk mempertahankan hegemoni mereka atas umat Islam yang mereka jajah. Abad Ke-15 yang merupakan abad kebangkitan eropa (renesaince), kebangkitan ini ditandai dengan berkembangnya ilmu-ilmu rasional yang dipelopori oleh ahli sains dan cendikiawan Barat. Ilmu yang dikembangkan oleh mereka ini tidak lepas dari pengaruh pemikiran filsafat Barat yang berasaskan sekulerisme, utilitarianisme dan materialisme. Pemikiran ini mempengaruhi konsep, penafsiran, dan makna ilmu itu sendiri. Konsep-konsep yang lahir dari pemikiran ini sudah tentu bertentangan dengan fitrah manusia apalagi kalau dilihat dari cara pandang Islam (Islamic worldview), konsep ilmu Barat menimbulkan lebih banyak masalah daripada kebaikan dan keadilan. Menghadapi kenyataan ini, banyak cendikiawan Muslim yang peduli terhadap permasalahan yang sedang dihadapi umat Islam, salah satu bentuk kepedulian intelektual Muslim adalah dengan munculnya gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan Modern sekitar empat dekade yang lalu.
Melawan Fenomena Populisme Islam dengan Moderasi Beragama, 2021
1. Pendahuluan Fenomena politik yang berkembang di Indonesia mengalami penurunan kualitas, bahkan indeks demokrasi pun mengalami penurunan. Terhitung pada tahun 2020, berdasarkan The Economist Intellegence Unit (EIU) menempatkan Indonesia di posisi ke 64 dengan skor 6,4 dan ini menjadi indeks terburuk selama 14 tahun terakhir. Hal ini terjadi bukan karena tanpa sebab, banyak hal yang menyebabkan indeks Demokrasi Indonesia turun drastis, mulai dari Pengesahan UU yang terkesan tidak mempertimbangakan kepentingan rakyat, Pemilu yang tidak transparan, represifitas yang dilakukan aparat saat pengawalan demonstrasi, hingga munculnya fenomena populisme agama. berbagai fenomena yang terjadi bahkan tidak sedikit menyebabkan integrasi bangsa terpecah, terhitung sejak tahun 2017 proses demokrasi di Indonesia dinilai semakin menurun, umat beragama pun tak ingin ketingggalan akan proses kontestasi politik, tak terkucuali umat islam yang tergabung dalam suatu organisasi masyarakat. Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 menjadi langkah awal munculnya kembali populisme agama (New Islamic Populism) 1 dalam hal ini adalah dilakukan oleh sebagian umat islam, Umat islam terpancing dengan salah satu pasangan calon yang menyingggung keyakinan umat islam, tindakan protes dan demontrasi dilakukan sebagai upaya menuntut keadilan hukum, sampai saat itu penulis menganggap hal ini masih wajar dan justru demonstrasi yang dilakukan bagian dari proses demokrasi. Hanya saja, demonstrasi yang dilakukan tidak berhenti pada moment itu, sehingga ada demonstrasi lanjutan yang membawa bebagai narasi, seperti ; kriminalisasi ulama, legalisasi prostitusi, miras, hingga narasi rezim komunis. Fenomena Populisme Islam tidak berhenti di tahun 2017, Pilkada 2018 dan Pilpres 2019 juga diwarnai fenomena populisme islam. Di tahun 2019 Koalisi oposisi pemerintah memanfaatkan kekuatan yang dimiliki umat islam, untuk memuluskan kepentingan elektoralnya. Narasi yang digunakanpun tidak jauh beda dengan yang terjadi di tahun 2017, dan ditambahi 1 Vedi R Hadiz, Islamic Populism in Indonesia and the Middle East.
Achmad Syaifuji, 2024
Populisme Islam: kesalehan, politik identitas dan dekonsolidasi demokrasi ini menggambarkan tentang dinamika populasi Islam di Indonesia sejak tahun 2014 sampai 2019 yang ditulis oleh Prof. M. Khusna Amal. Pengaruh Islam dalam politik Indonesia bukan satu perkara yang baru, Malah ia menjadi Tunggak bagi gerakan nasionalisme dan anti penjajah. Ramai yang pasti sudah tahu pertumbuhan islamisme di saat kemerdekaan Indonesia dengan golongan nasionalisme. Pengaruh Islam kemudian tidak begitu besar semasa zaman Orde Baru Presiden Soeharto, yang ingin mengedepankan pembangunan. partai-partai Islam termasuk Nahdlatul Ulama (NU) digabung di bawah satu partai islam PPP ( Partai Pembangunan Perpaduan). Pada tahun 1984 NU mengambil keputusan untuk menjadi ormas sepenuhnya dan meninggalkan politik formal. hanya pada awal tahun 1990-an politik Islam kembali besar dan hal ini difasilitasi oleh rezim Soeharto yang ingin berpaut pada sentimen agama demi mengekalkan pemerintahan
2015
Tulisan ini membahas salah satu dari karya Al-Farabi yang digelari sebagai Guru Kedua yaitu Ihsha al-Ulum . Bagaimana pengaruh buku al-Farabi terhadap ilmuan-ilmuan yang datang setelah al-Farabi? Apakah pengaruh dari buku al-Farabi itu terbatas pada kalangan tertentu atau tidak? Setelah mengkaji karya tersebut dari sisi sistematika penulisan dan juga pengaruhnya di dunia ilmu pengetahuan maka di dapat kenyataan bahwa buku Ihsha al-Ulum mempengaruhi pemikir-pemikir di dunia Islam, dan juga berpengaruh di kalangan pemikir di dunia Barat. Kenyataan tersebut menjadi menarik untuk menjadi bahan renungan bagi para pecinta ilmu keislaman pada masa mendatang.
Ana Garduño Ortega, Ekaterina Álvarez Romero y Silvia Rodríguez Molina (eds.), El México antiguo. Colección del Museo Amparo, 2021
Manual Prático de Linguagem Inclusiva, 2020
Metode Science Studies Journal, 2022
ZSA 35, 2021
Physics Letters B, 1994
Jos Journal of Medicine, 2012
Paediatrics and Child Health, 2012
Mutaciones inducidas en plantas de cultivo: mutantes de interés científico y/o agronómico en el Instituto de Genética "Ewald A. Favret"., 2021
The FASEB Journal, 2016