Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Era kini bernama disrupsi, yang sering diposisikan sebagai suatu masalah, di lain sisi sebagai tantangan dan sekaligus solusi dalam peradaban kehidupan kekinian. Terminologi " disruptif " yang menjadi kata sifat dari era atau jaman memiliki makna konotasi negatif karena merupakan sebuah perubahan kemapanan. Disrupsi yang secara literal diterjemahkan sebagai " kekacauan " memiliki derivasi makna yang tidak lepas dari daya ledakan perubahan yang mengganggu kematangan modernisasi. Ia juga membuat kekisruhan baru melalui pola-pola menyeluruh dari aspek semua kehidupan. Terminology ini tentu saja menjadi sebuah masalah. Bukan saja masalah yang berkaitan dengan alat utama yang menjadi ciri khas era milenial yaitu teknologi digital, namun dampak luas dari alat itu yang mengontrol kehidupan. Ia bisa berupa dampak perubahan pola pikir ekonomi, sosial, profesi, pendidikan bahkan agama. Perubahannya pun disinyalir masih belum menemukan ekuilibirum (keseimbangan) menjadi sebuah pola acak, ia masih mencari bentuk khas sebagai kristalisasi berbagai pola yang dialaminya. Sistem kehidupan yang terdampak dari disrupsi ini masih tetap berproses sehingga belum ada komposisi solutif yang tepat sebagai obat penawarnya. Para ahli masih meraba-raba strategi jitu dalam penanggulangan dampak negatifnya. Dalam konteks ilmu pengetahuan dan agama, tentu saja bisa diramu untuk sebuah solusi praktis di era ini. Ilmu pengetahuan dan Agama diyakini secara konsep dan teologis mampu menyelesaikan berbagai persoalan di semua jaman dan menjadi solusi yang relevan untuk semua konteks yang dihadapinya. Tapi, itulah sejatinya ilmu pengetahuan dan keyakinan teologisnya agama. Tinggal kita saja yang meramu konsep itu menjadi sebuah cara jitu dalam menyelesaikan setiap masalah di jamannya.
Pengantar Keragaman (diversity) yang dimaksud adalah ciri-ciri yang melekat pada kelompok tertentu. Pengelompokkan ini dapat ditinjau dari aspek jenis kelamin, jasmaniah, status sosial ekonomi, etnis-ras, budaya, bahasa, agama, kondisi mental, perilaku, intelektualitas, dan seterusnya. Misalnya terdapat perbedaan antara kelompok siswa laki-laki dengan kelompok siswa perempuan atau pun kelompok siswa dari status sosial ekonomi rendah dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi. Pada sisi lain, terdapat variasi antar individu di mana masing-masing siswa memiliki perbedaan yang disebut sebagai keunikan individu (individual differences). Dengan demikian, dalam setiap kelompok terdapat pula perbedaan individual. Dalam bagian ini, akan dibicarakan mengenai perlunya memahami dan memberikan perlakuan yang tepat bagi kelompok siswa yang berbeda-beda. Siswa mempunyai latar belakang keluarga yang bervariasi. Ada beberapa sumber variasi yang cukup berperan besar yaitu etnis-budaya-bahasa-agama, dan status sosial ekonomi. Kebhinekaan Indonesia tak dapat disangkal lagi. Selalu ada kemungkinan pertemuan antar etnis di ruang kelas. Etnis budaya membawa kemajemukan tata perilaku akibat pengaruh dari kebudayaan. Status sosial ekonomi orang tua ditinjau dari penghasilan, pekerjaan, dan latar belakang pendidikan. Gaya Belajar Gaya belajar adalah cara yang cenderung terus-menerus dipakai siswa dalam mempelajari suatu materi pelajaran. Perbedaan gaya belajar siswa dipengaruhi oleh cara berpikir yang biasanya dipakai atau sering diistilahkan sebagai gaya kognitif. Menurut Zhang dan Sternberg (dalam Seifert & Sutton, 2009) gaya kognitif adalah cara yang terus-menerus digunakan siswa dalam mempersepsi, mengingat, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Guilford (dalam Sternberg, 1997) memperkenalkan model struktur intelektual yang membedakan cara bekerjanya (operasi) pikiran menjadi dua tipe berpikir konvergen (convergent thinking) dan berpikir divergen (divergent thinking). Individu yang berpikir secara konvergen berarti berpikir mengkerucut, sehingga umumnya berpandangan bahwa penyelesaian diperoleh melalui cara berpikir prosedural atau struktural. Sementara itu, berpikir divergen berarti membuka pikiran untuk berbagai kemungkinan termasuk
SISTEM KOMUNIKASI SATELIT, 2023
Indonesia as an archipelagic country crossed by the equator has unique characteristics in its territorial waters, where there is interaction between water masses from the Indian Ocean and the Pacific Ocean. Oceanographic conditions or parameters such as sea surface temperature, salinity, marine chlorophyll concentration, and weather, have a significant influence on the habitat of fish communities and the dynamics of seawater movement both horizontally and vertically. This final project aims to develop a method for calculating sea surface temperature (SST) using data taken from the MODIS sensor. The data is processed using a formula derived from Algorithm Theoretical Basis Documents (ATBD) to obtain accurate SST values at several sample locations in Indonesian waters. By utilizing remote sensing technology and MODIS data, it is hoped that this research can make an important contribution in understanding and managing Indonesian marine ecosystems. In addition, the SST data obtained from this research can assist in monitoring and mitigating various problems that may arise in the territory of this archipelagic nation, and can support making the right decisions in managing natural resources and mitigating risks of natural disasters.
7.1 PENDAHULUAN Model dunia nyata dapat memudahkan manusia dalam studi area aplikasi yang dipilih dengan cara mereduksi sejumlah kompleksitas yang ada. Jika model dunia nyata ini akan digunakan, model ini harus diimplementasikan di dalam basis data. Komputer tidak dapat mengerti mengenai esensi dari bentuk bangunan, batas-batas tanah milik, batas administrasi, garis-garis jalan raya, dll. Untuk mempresentasikannya komputer hanya memanipulasi objek dasar atau entity yang memiliki atribut geometri. Bentuk representasi entity spasial adalah konsep vekor dan raster. Dengan demikian, data spasial direpresentasikan di dalam basisdata sebagai vektor atau raster, sehingga untuk menyajikan entity spasial digunakan model data raster atau vektor. 7.2 MODEL DATA RASTER Model data raster menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks atau piksel-piksel yang membentuk grid. Setiap piksel memiliki atribut tersendiri, termasuk koordinatnya yang unik (di pojok, pusat, atau ditempat lain dalam grid). Akurasi model ini sangat tergantung pada resolusi atau ukuran pikselnya dipermukaan bumi. Entity spasial raster di dalam layers yang secara fungsionalitas direlasikan dengan unsure-unsur petanya. Contoh unsur spasial raster adalah citra satellite (NOAA, spot, Landsat, Ikonos, dll), citra rada, dan model ketinggian digital (DTM). Gb. 7.1. Permukaan bumi dan layers pada model data raster
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Analele Universității București, 2023
IP innovative publication pvt ltd, 2020
Nature Scientific Reports, 2022
The Unthinkable Body: Challenges of Embodiment in Religion, Politics, and Ethics, 2024
Journal of the Higher School of Economics, 2022
Fibres and Textiles
Environmental Earth Sciences, 2019
SAS Journal of Surgery, 2020
Migracijske i Etniĉke Teme, 2000