ANALISIS JENIS DAN LATAR BELAKANG PENGGUNAAN
DIKSI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIIIC
SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Guna mencapai derajat
Sarjana S-1
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Diajukan Oleh:
RETNO DIAH RAHMAWATI
A 310 100 014
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
1
ABSTRAK
ANALISIS JENIS DAN LATAR BELAKANG PENGGUNAAN DIKSI
PADA KARANGAN SISWA KELAS VIIIC SMP MUHAMMADIYAH 10
SURAKARTA
Retno Diah Rahmawati. A 310 100 014. Markhamah dan
Sabardila. Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Ke
guruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 201
4. 69 halaman.
Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan pe
milihan diksi yang
terdapat pada karangan siswa kelas VIIIC SMP Muhamm
adiyah 10 Surakarta,
(2) mendeskripsikan latar belakang penggunaan diksi
pada karangan siswa kelas
VIIIC SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. Objek peneliti
an dalam skripsi ini
adalah jenis dan latar belakang penggunaan diksi pa
da karangan siswa kelas
VIIIC SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. Data dalam pen
elitian ini adalah
kalimat yang mengandung diksi dalam karangan siswa
kelas VIIIC SMP
Muhammadiyah 10 Surakarta, sedangkan sumber datanya
merupakan kalimat-
kalimat yang terdapat dalam karangan. Teknik pengum
pulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kepust
akaan, simak, dan catat.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan tekn
ik perluas dan metode padan
referensial. Hasil penelitian dapat disimpulkan pem
ilihan diksi ditemukan: (a)
bentuk kata khusus, (b) bentuk kata umum, (c) bentu
k kata bersinonim, (d) bentuk
kata idiom, (e) bentuk kata indera yang diklasifika
sikan dalam 4 macam: indera
peraba, indera penciuman, indera pendengaran, dan i
ndera penglihatan, (f)
bahasa asing, (g) bahasa daerah, dan (h) bentuk kat
a konotatif. Latar belakang
penggunaan diksi ditemukan: (a) konteks ibadah, (b)
konteks kegiatan, (c) konteks
seni, dan (d) konteks sifat.
Kata kunci
:
diksi, kata umum, idiom, latar belakang.
2
ANALISIS JENIS DAN LATAR BELAKANG PENGGUNAAN DIKSI
PADA KARANGAN SISWA KELAS VIIIC SMP MUHAMMADIYAH 10
SURAKARTA
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan ses
eorang untuk
saling berinteraksi. Berbahasa yang baik harus memp
erhatikan beberapa hal, salah
satunya pilihan kata. Komunikasi menggunakan bahasa
merupakan alat yang
sangat penting bagi masyarakat manusia. Komunikasi
tidak dilakukan saat
bertatap muka saja, tetapi bisa lewat tulisan. Mere
ka yang terlibat dalam
komunikasi perlu menguasai kosa kata (perbendaharaa
n kata).
Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dipergun
akan masyarakat
untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifik
asi diri. Wacana fiksi adalah
wacana yang bentuk dan isinya berorientasi pada ima
jinasi (Mulyana, 2005:54).
Salah satu contoh fiksi adalah karangan. Seseorang
dapat mengungkapkan
gagasan dan perasaannya melalui karangan. Bahasa ya
ng efektif dan komunikatif
dapat memudahkan pembaca dalam memahami isinya. Pes
an yang disampaikan
penulis melalui karyanya dapat disampaikan kepada p
embaca.
Kridalaksana dalam Markhamah (2010:149-150) menyata
kan diksi adalah
pilihan kata dan kejelasan lafal untuk menggambarka
n efek tertentu dalam
berbicara di depan umum atau dalam karang mengarang
. Persoalan pilihan kata
menyangkut pula masalah makna kata dan kosa kata se
seorang. Persoalan
pendayagunaan kata mencakup dua persoalan pokok, ya
itu ketepatan dalam
memilih kata dan kesesuaian dalam menggunakan kata.
Bahasa dituntut memiliki
fungsi komunikatif.
Seseorang harus dapat memilih kata-kata yang akan d
igunakan dalam
berbahasa agar orang lain dapat memahaminya. Menuru
t Keraf (2004:24) pilihan
kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana
yang dipakai untuk
menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pen
gelompokkan kata-kata
3
yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang
tepat, dan gaya mana
yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Dik
si atau pilihan kata adalah
persoalan yang sangat perlu dipelajari. Orang yang
tidak mengerti diksi akan
terjerumus kedalam kesalahan yang fatal. Pilihan ka
ta atau diksi perlu
dipertimbangkan dalam merangkai kalimat-kalimat di
dalamnya.
Penelitian ini dilengkapi dengan tinjauan pustaka a
tau penelitian relevan
untuk mengetahuai keaslian karya ilmiah ini yaitu F
atimah (2011) meneliti
“Variasi Diksi dalam Kolom ‘Asal-Usul’ Koran
Kompas
Tulisan Harry Roesli”.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diksi yang d
igunakan dalam kolom
“Asal- usul” tulisan Harry Roesli di Koran
Kompas
variatif, yakni menggunakan
(1) kata atau istilah yang kurang familiar bagi mas
yarakat umum dan hanya
mampu dipahami kaum terpelajar, (2) kata bentukan b
aru yang dibuat melalui
teknik afiksasi dan penggabungan kata sehingga terb
entuk kata baru yang
menimbulkan asosiasi jenaka, (3) kata slang yang di
bentuk atas dasar proses
penggantian dan penghilangan fonem, penambahan suku
kata, dan pembentukan
akronim yang sewenang-wenang, (4) bentuk plesetan s
ebagai satire dan kritik
sosial, (5) kata bermakna asosiasi, terutama asosia
si negatif, serta (6) idiomidiom.
Persamaan penelitian Fatimah (2011) dengan peneliti
an ini yaitu mengenai diksi.
Perbedaannya terletak pada objeknya saja. Penelitia
n yang peneliti lakukan adalah
meneliti karangan siswa. Penelitian Fatimah dilakuk
an pada media cetak, yaitu
koran.
Kurniawati (2012) meneliti “
Diksi dan Gaya Bahasa Wacana Iklan pada
Majalah Nova Edisi Bulan September-Desember 2011”.
Hasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan (1) terdapat perbedaan antara dik
si dan gaya bahasa merupakan
diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok ti
daknya pemakaian kata, frase
atau klausa tertentu menghadapi situasi, (2) gaya b
ahasa bukan saja dipergunakan
untuk menyatakan makna mana yang perlu dipakai untu
k mengungkapkan suatu
gagasan, tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa
, ungkapan-ungkapan dan
sebagainya, (3) jadi kedua kalimat itu berbeda, gay
a bahasa mengungkapkan suatu
gagasan dan ungkapan-ungkapan diksi mempersoalkan c
ocok tidaknya pemakaian
4
kata, frase atau klausa. Persamaan penelitian Kurni
awati (2012) dengan penelitian
ini adalah mengenai diksi. Perbedaannya: penelitian
Kurniawati difokuskan pada
pengkajian diksi dan gaya bahasa, sedangkan penelit
ian ini fokus pada pengkajian
diksi saja.
Puspitasari (2012) meneliti “
Analisis Diksi dan Variasi Kalimat dalam
Rubrik Zodiac pada Majalah Keren Beken! Edisi Oktob
er 2011”.
Hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan: (1) jenis diksi pada wa
cana zodiac majalah
Keren
Beken
! edisi Oktober 2011 dapat dikelompokkan sebagai be
rikut: a) pemakaian
kata tutur, b) pemakaian kata indria yaitu indria p
englihatan dan indria perasa, c)
pemakaian istilah asing, dan d) pemakaian makna yai
tu makna konotasi dan
makna denotasi, (2) jenis kalimat dalam rubrik zodi
ac pada majalah
Keren Beken
!
edisi Oktober 2011 dikelompokkan sebagai berikut: a
) kalimat berita, b) kalimat
tanya, dan c) kalimat perintah yang meliputi kalima
t perintah ajakan, kalimat
perintah larangan dan kalimat perintah biasa. Persa
maan penelitian Puspitasari
dengan penelitian ini adalah mengenai diksi. Perbed
aannya: penelitian Puspitasari
mengakaji mengenai diksi dan variasi kalimat, sedan
gkan penelitian ini mengkaji
mengenai diksi.
Susilowati (2012) meneliti “Diksi dan Gaya Bahasa p
ada Puisi Karangan
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Cawas”. Hasil penelit
ian tersebut dapat
disimpulkan bahwa ada pemakaian diksi pada makna ka
ta denotatif, penggunaan
makna konotasi, pemakaian kata umum dan kata khusus
, penggunaan kata konkret
dan kata abstrak, penggunaan diksi pemakaian kata a
tau istilah asing, penggunaan
diksi pemakaian indra dan penggunaan kata berstrukt
ur leksikal sinonimi dan
antonym, penggunaan gaya bahasa metafora, gaya baha
sa perumpamaan epos,
gaya bahasa personifikasi, metonimia dan alegori, d
an gaya bahasa sinekdoki.
Persamaan penelitian Susilowati (2012) dengan penel
itian ini terletak pada
objeknya, yaitu karangan siswa. Perbedaannya peneli
tian Susilowati juga
memfokuskan penelitiannya pada gaya bahasa. Penelit
ian ini fokus pada diksi
saja.
5
Isroin (2013) meneliti “
Diksi dan Gaya Bahasa pada Karangan Siswa
Kelas X SMA Islam Karangrayung, Kabupaten Grobogan
Tahun Ajaran 2011”.
Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan berupa:
(1) bentuk pemakaian diksi,
meliputi: (a) kata tutur, (b) kata indria penglihat
an, (c) indria penciuman, (d)
perubahan makna, (e) istilah asing, (2) bentuk pema
kaian gaya bahasa, meliputi:
(a) gaya bahasa mulia dan bertenaga, (b) berdasarka
n struktur kalimat. Persamaan
penelitian Isroin (2013) dengan penelitian ini adal
ah terletak pada objeknya.
Perbedaannya terletak pada sumber data yang diperol
eh. Penelitian Isroin tidak
memfokuskan pada diksi saja, tetapi ia juga menelit
i gaya bahasa yang terdapat
pada objeknya.
Berdasarkan uraian sebelumnya dirumuskan dua permas
alahan, yaitu (1)
bagaimana pemilihan diksi yang terdapat pada karang
an siswa kelas VIIIC SMP
Muhammadiyah 10 Surakarta? (2) apa yang melatarbela
kangi penggunaan diksi
pada karangan siswa kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 10
Surakarta? Tujuan
yang dicapai pada penelitian ini adalah (1) mendesk
ripsikan pemilihan diksi yang
terdapat pada karangan siswa kelas VIIIC SMP Muhamm
adiyah 10 Surakarta, (2)
mendeskripsikan latar belakang penggunaan diksi pad
a karangan siswa kelas
VIIIC SMP Muhammadiyah 10 Surakarta.
Hasil penelitian ini memiliki manfaat praktis dan m
anfaat teoretis. Manfaat
praktis pada penelitian ini adalah (1) diharapkan m
ampu memberi sumbangan
terhadap perkembangan pembelajaran Bahasa Indonesia
, (2) diharapkan mampu
memberikan informasi mengenai kajian sintaksis, yai
tu tentang diksi, (3) pembaca
dapat menggunakan bahasa sesuai dengan kaidah pengg
unaan bahasa. Manfaat
teoretis dalam penelitian ini adalah (1) mengembang
kan ilmu pengetahuan
dibidang sintaksis, (2) menjadi tambahan referensi
bagi peneliti-peneliti
berikutnya, (3) diharapkan dapat memberikan sumbang
sih pengetahuan tentang
pemilihan dan latar belakang penggunaan diksi.
6
METODE PENELITIAN
Sesuai rumusan masalah dan tujuan penelitian yang
akan dicapai, maka
jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian in
i adalah deskriptif dengan
metode kualitatif. Penelitian ini bersifat deskript
if kualitatif karena data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan ang
ka-angka (Moleong, 2004:
27). Penelitian bersifat deskriptif karena lebih me
mentingkan proses daripada
hasil. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsik
an objek yang akan diteliti
yaitu mengenai analisis pemilihan dan latar belakan
g penggunaan diksi pada
karangan siswa SMP Muhammadiyah 10 Surakarta.
Pengumpulan data adalah tahapan yang paling penting
dalam penelitian.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik
kepustakaan, simak dan catat. Teknik simak dan tekn
ik catat berarti peneliti
sebagai instrumen kunci melakukan penyimakan secara
cermat, terarah dan teliti
terhadap sumber data primer (Al-Ma’ruf, 2011:12). T
eknik simak adalah
penyediaan data yang dilakukan dengan menyimak data
pengguna bahasa
(Sudaryanto, 1993:133).
Data perlu dicermati kesahihan dan keabsahannya seb
elum menjadi
landasan dalam penarikan kesimpulan. Penelitian ini
menggunakan teknik
triangulasi untuk menguji keabsahan data. Metode tr
iangulasi digunakan dalam
penelitian kualitatif sebagai cara untuk meningkatk
an pengukuran validitas dan
memperkuat kredibilitas temuan penelitian dengan me
mbandingkan pendekatan
yang berbeda.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dat
a kualitatif. Data yang
sudah terkumpul dianalisis menggunakan metode padan
referensial pada tujuan
pertama dan teknik perluas untuk tujuan kedua. Meto
de padan alat penentunya
tidak menjadi bagian dari bahasa (
language
) yang bersangkutan. Sudaryanto
(1993:55) mengemukakan bahwa teknik perluas itu ada
lah untuk menentukan
segi-segi kemaknaan (aspek semantis) satuan lingual
tertentu.
ANALISIS KESALAHAN DIKSI DALAM KARANGAN SISWAKELAS VI SD NEGERI 1 PEUSANGAN SELATANKABUPATEN BIREUEN
1.
Latar Belakang
Bahasa terdiri atas beberapa tataran gramatika antara lain kata, frase, klausadan kalimat. Kata merupakan tataran terendah dan kalimat merupakan tatarantertinggi. Begitu pula ketika mengarang, kata merupakan kunci utama membentuk karangan. Oleh karena itu, Sejumlah kata dalam Bahasa Indonesia harus dipahamiagar ide maupun pesan seseorang dapat dimengerti. Dalam kenyataannya, kata-katayang digunakan untuk berkomonikasi harus dipahami dalam konteks kalimat, alineamaupun wacana. Kata sebagai unsur bahasa, tidak dapat dipergunakan dengansewenang-wenang. Akan tetapi, kata-kata tersebut harus mengikuti kaidah-kaidahyang benar.Karangan dipelajari siswa di Sekolah Dasar melalui mata pelajaran bahasa.Penulisan karangan memerlukan pengetahuan yang cukup luas karena pada dasarnyamengarang adalah menyusun ribuan pikiran yang dituangkan dalam kalimat-kalimatyang di dalamnya terdapat rangkaian kata-kata. Karangan dikatakan baik kalaubahasanya tersusun baik serta ide yang diuraikan berurutan dengan pilihan kata yangtepat. Dengan demikian, orang yang membaca karangan itu akan dapat memahami jalan pikiran dan perasaan pengarang. Mengarang yang baik tidak akan datangdengan sendirinya karena mengarang atau menulis membutuhkan ketekunan,keuletan, dan latihan terprogram serta terpimpin agar tercapai tujuan yangdiinginkan.
You're reading a free preview.
Pages 2 to 10 are not shown in this preview.
Alea tiethyuuth Erza
Beranda
Daily Calendar
Mengenai Saya
alya naim erza
Lihat profil lengkapku
Fish
Diberdayakan oleh Blogger.
ANALISIS KESALAHAN TERHADAP KESESUAIAN PEMILIHAN DIKSI MADING MAHASISWA PBA SEMESTER VI PERIODE 2011/2012
oleh: aliyatunnaim (09.11.00171)
Abstrak
Diketahui bahwa bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran terendah sampai tertinggi adalah kata, frase, klausa, kalimat. Ketika menulis berbicara, kata adalah kunci pokok dalam membentuk tulisan maupun ucapan dalam belajar bahasa arab kita harus memahami kata-kata tersebut sesuai denga konten isinya.
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata, gaya bahasa, ungkapan-ungkapan pengarang untuk mengungkapkan sebuah cerita. Walaupun dapat diartikan begitu, diksi tidak hanya pilih-memilih kata saja atau mengungkapkan gagasan penulis, tetapi juga meliputi gaya bahasa, ungkapan-ungkapan yang tepat.
Adanya penelitian ini bertujuan untuk mennganalisis kesalahan dalam pemilihan kata (diksi) terhadap tulisan mahasiswa, menemukan kesalahan yang paling dominan dalam tulisannya. Metode yang digunakan untuk analisis data adalah metode agih atau distribusional dengan teknik ganti dan penyajian datanya dengan tanda asterisk (*)
Dari hasil analisis data terhadap analisis kesalahan pemilihan kata adalah kata benda memiliki persentase 46,2 %. pemilihan kata sifat memiliki presentase 30,8%. dan pemilihan kata kerja memiliki presentase yaitu 23 %. Maka kesalahan yang akan paling sering dialami mahasiswa dalam memilih diksi adalah pemilihan kata benda.
Kata kunci: Analisis kesalahan, diksi
A. PENDAHULUAN
Bahasa adalah alat komunikasi dan kerja sama yang paling efektif dalam berkomunikasi. Dengan demikian bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Peran bahasa harus difahami sebagai bentuk praktis dalam penggunaan bahasa tersebut dalam berbagai ranah kehidupan dengan taat asas berbahasa yang baik dan benar. Oleh karena itu penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan asas berbahasa yang baik dan benar disebut sebagai kesalahan berbahasa.
Kesalahan berbahasa sering terjadi dikalangan pembelajar bahasa Asing. Baik pada tataran fonologi, morfologi, sintaksis maupun semantik. Kesalahan tersebut bukan saja disebabkan oleh interferensi atau transfer dari bahasa pertama, akan tetapi mungkin juga disebabkan oleh strategi belajar, bingung, model penganjaran dari guru yang salah, penjelasan yang keliru dari guru, interferensi dari bahasa secara sendiri, dan adapula kesalahan yang merupakan masa transisi dari bahasa pertama ke bahasa kedua.
Oleh karena itu diperlukan sebuah metode yang digunakan untuk menjelaskan kesalahan pembelajar. Metode tersebut disebut metode analisis kesalahan berbahasa. Manfaat praktis dari metode analisis kesalahan berbahasa adalah untuk memperbaiki kesalahan berbahasa pembelajar atau bias juga bagi guru sebagai alat penjelasan kesalahan tersebut. Sedangkan manfaat teoritisnya adalah untuk memberikan landasan yang kuat tentang bahasa anak atau bahasa perolehan dalam menguasai bahasa ibunya sendiri.
Kesalahan berbahasa dalam tataran semantik dapat berkaitan dengan bahasa tulis maupun bahasa lisan. Kesalahan berbahasa ini dapat terjadi pada tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis. Kesalahan berbahasa dalam tataran semantik ini penekanannya pada penyimpangan makna, baik yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Jadi, jika ada sebuah bunyi, bentuk kata, ataupun kalimat yang maknanya menyimpang dari makna yang seharusnya, maka tergolong ke dalam kesalahan berbahasa ini.
Dalam makalah ini lebih difokuskan untuk mendeskripsikan kesalahan pada level pemilihan diksi dalam bahasa Arab terutama pada pemilihan kata benda, kata kerja, dan kata sifat, frekuensi serta penyebab terjadinya kesalahan, serta prediksi kesalahan penggunaannya. Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai acuan bagi mahasiswa PBA khususnya calon guru bahasa Arab, agar dapat mengaplikasikan disiplin ilmu yang dipelajarinya. Memprediksi sekaligus mengoreksi kesalahan berbahasa siswa yang mencakup bidang semantiknya terutama dalam kaitannya dengan pemilihan diksi atau leksikal.
B. ANALISIS KESALAHAN
1. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa
Apa yang dimaksud kesalahan berbahasa? Terdapat dua ukuran dalam menjawab pertanyaan tersebut, yaitu: pertama, berkaitan dengan faktor-faktor penentu dalam berkomunikasi. Faktor-faktor penentu dalam berkomunikasi itu adalah: siapa yang berbahasa dengan siapa, untuk tujuan apa, dalam situasi apa (tempat dan waktu), dalam konteks apa (peserta lain, kebudayaan, dan suasana), dengan jalur apa (lisan atau tulisan), dengan media apa (tatap muka, telepon, surat, kawat, buku, koran, dan sebagainya), dalam peristiwa apa (bercakap-cakap, ceramah, upacara, laporan, lamaran kerja, pernyataan cinta, dan sebagainya). Kedua, berkaitan dengan aturan atau kaidah kebahasaan yang dikenal dengan istilah tata bahasa. Jadi, kesimpulannya kesalahan bahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa.
Kesalahan berbahasa dianggap sebagai bagian dari proses belajar-mengajar, baik belajar secara formal maupun secara tidak formal. Pengalaman guru di lapangan menunjukkkan bahwa kesalahan berbahasa itu tidak hanya dibuat oleh siswa yang mempelajari B2, tetapi juga oleh siswa yang mempelajari B1. Kesalahan berbahasa yang terjadi atau dilakukan dalam suatu proses belajar-mengajar mngaplikasikan tujuan pengajaran bahasa belum tercapai secara maksimal. Semakin tinggi kuantitas kesalahan berbahasa itu, semakin sedikit tujuan pengajaran bahasa yang tercapai. Kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa harus dikurangi sampai ke batas minimal, bahkan diusahakan dihilangkan sama sekali. Hal ini dapat tercapai jika guru pengajar bahasa telah mengkaji secara mendalam segala aspek seluk-beluk kesalahan berbahasa itu.
[1] Nanik Setyawati, Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia (Teori dan Praktek), (Surakarta: Yuma Pressindo, 2010), cet. Pertama, hlm. 10-12 [1]
2. Penyebab Kesalahan Berbahasa
Pangkal penyebab kesalahan bahasa ada pada orang yang menggunakan bahasa yang bersangkutan bukan pada bahasa yang digunakannya. Ada tiga (3) kemungkinan penyebab seseorang dapat salah dalam berbahasa, antara lain sebagai berikut:
pertama, terpengaruh bahasa yang lebih dahulu dikuasainya. Ini dapat berarti bahwa kesalahan berbahasa disebabkan oleh interferensi bahasa ibu atau bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2) yang sedang dipelajari si pembelajar (siswa). Dengan kata lain sumber kesalahan terletak pada perbedaan sistem linguistik B1 dengan sistem linguistik B2.
Kedua, kekurangfahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya. Kesalahan yang merefleksikan ciri-ciri umum kaidah bahasa yang dipelajari. Dengan kata lain, salah satu keliru menerapkan kaidah bahasa. Misalnya: kesalahan generalisasi, aplikasi kaidah bahasa secara tidak sempurna, dan kegagalan mempelajari kondisi-kondisi penerapan kaidah bahasa. Kesalahan seperti ini sering disebut dengan istilah kesalahan intrabahasa (intralingual error). Kesalahan ini disebabkan oleh: (a) penyamarataan berlebihan, (b) ketidaktahuan pembatasan kaidah, (c) penerapan kaidah yang tidak sempurna, dan (d) salah menghipotesiskan konsep
Ketiga, pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna. Hal ini berkaitan dengan bahan yang diajarkan atau yang dilatihkan dan cara pelaksanaan pengajaran. Bahan pengajaran menyangkut masalah sumber bahan, pemilihan bahan, penyusunan bahan, pengurutan bahan, dan penekanan bahan. Cara pengajaran menyangkut masalah pemilihan teknik penyajian, langkah-langkah dan urutan penyajian, intensitas dan kesinambungan pengajaran, dan alat-alat bantu dalam pengajaran.
[2] Nanik Setyawati, Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia (Teori dan Praktek), (Surakarta: Yuma Pressindo, 2010), cet. Pertama, hlm. 10-11[2]
3. Metodologi Analisis Kesalahan Berbahasa
Analisis kesalahan berbahasa merupakan suatu prosedur kerja. Sebagai suatu prosedur kerja atau metode, analisis kesalahan berbahasa memiliki langkah-langkah kerja tertentu. Langkah-langkah kerja tertentu tersebut selanjutnya dianggap sebagai metodologi analisis kesalahan berbahasa.
Adapun dalam kesempatan kali ini, metode analisis kesalahan berbahasa yang dipilih atau digunakan adalah metode alternatif. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data
2. Mengidentifikasi kesalahan
3. Mengklasifikasi kesalahan
4. Menjelaskan kesalahan dan memberi contoh yang benar
5. Merangking kesalahan
6. Mencari penyebab kesalahan
7. Memprediksi kesalahan
8. Terapi/evaluasi/koreksikesalahan: solusi dalam pembelajaran bahasa.
[3] Khabibi Muhammad Luthfi, Power point (Anakon&Anakes 10).[3]
C. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Semantik
Semantik merupakan cabang ilmu yang mempelajari makna menurut palmer. Sedangkan menurut kridalaksana, semantik mempunyai pengertian:.
a. Bagian dari skruktur bahasa yang berhubungan dengan makna dari ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara
b. Sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya
Semantik merupakan suatu komponen yang terdapat dalam linguistic. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa makna menjadikan bagian dari bahasa. Seperti halnya komponen bunyi dan gra matikal, makna merupakan komponen yang menduduki tingkatan tertentu pula. Kebanyakan linguis baik secara eksplisit maupun implicit, menerima bahwa komponen bunyi menduduki tingkat pertama, gramatikal tingkat kedua, makna menduduki tingkat terakhir. Hubungan ketiga komponen tersebut dapat dipahami karena hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa:
a. Bahasa pada mulanya merupakan bunyi-bunyi abstrak yang mengacu pada lambang-lambang tertentu,
b. Lambang-lambang merupakan sistem yang memilki tatanan atau hubungan tertentu,
c. Seperangkat lambing yang memilki bentuk dan hubungan itu mengasosiasikan adanya makna tertentu (palmer).
Objek studi semantik adalah bahasa dengan berbagai komponen dan tatarannya. Komponen bahasa adalah leksikon atau kosakata dari bahasa tersebut, sedangkan tatanan bahasa adalah fonologi dan gramatika atau tata bahasa yang mencakup tataran morfologi dan sintaksis.
Jenis semantik yang kita kenal yaitu semantik leksikal, semantik gramatikal, semantik kalimat, dsb. Kita menghadapi semantik leksikal apabila yang menjadi objek kajian itu berupa leksikon bahasa tersebut. Dalam semantik leksikal dibicarakan makna leksem-leksem bahasa yang bermakna. Oleh karena itu makna yang ada dalam leksem-leksem itu pun disebut makna leksikal. Makna leksikal adalah makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang-lambang benda, peristiwa, dll. Makna leksikal dipunyai unsur-unsur bahasa lepas dri penggunaan atau konteksnya. Sedangkan makna gramatikal adalah makna yang didalamnya terdapat tataran gramatikal.
[4] Sarwiji Suwandi, serbalinguistik mengupas perbagai praktik berbahasa, (Surakarta: Upt UNS press, 2010), hal.61-62[4]
2. Diksi
1. Pengertian Diksi
Dalam KBBI diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan.
Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja “diubah” saat digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat. Lebih dai itu, bisa saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika digunakan dalam kalimat yang berbeda.
Berdasarkan hal itu dapat dikatakan bahwa diksi memegang tema penting sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan dengan mengharapkan efek agar sesuai.
2. Syarat-Syarat Pemilihan Kata
1. Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang terkandung sebuah kata secara objektif. Makna denotatif sering disebut makna konseptual. Misalnya, kata makan yang bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah dan ditelan.
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan pada makna konotatif berarti untung atau pukul. Makna konotatif selalu berubah dari zaman ke zaman. Contoh lainnya misalnya kamar kecil dapat bermakna konotatif jamban, sedangkan makna denotative adalah kamar yang kecil.
2. Makna Umum dan Makna Khusus
Kata umum adalah kata yang acuannya lebih luas. Kata khusus adalah kata yang acuannya lebih sempit atau khusus. Misalnya ikan termasuk kata umum, sedangkan kata khusus dari ikan adalah mujair, lele, gurami, gabus, koi. Contoh lainnya misalnya lele dapat menjadi kata umum, jika kata khususnya adalah lele lokal, lele dumbo.
3. Kata Konkrit dan Kata Abstrak
Kata konkrit adalah kata yang acuannya dapat diserap oleh pancaindra. Misalnya meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Sedangkan kata abstrak adalah kata yang acuannya sulit diserap oleh pancaindra. Misalnya perdamaian, gagasan. Kegunaan kata astrak untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak dapat membedakan secara halus antara gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Pemakaian kata abstrak yang banyak pada suatu karangan akan menjadikan karangan tersebut tidak jelas dalam menyampikan gagasan penulis.
4. Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Misalnya kata cermat dan cerdik yang keduanya bersinonim, tetapi keduanya tidaklah sama persis.
5. Kata Ilmiah dan Kata Populer
Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang dapat diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum pelajar dalam berkomunikasi maupun dalam tulisan-tulisan ilmiah seperti karya tulis ilmiah, laporan ilmiah, skripsi, tesis, desertasi. Selain itu digunakan pada acara-acara resmi. Kata popular adalah kata yang biasa digunakan dalam komunikasi sehari-hari masyarakat umum. Contoh dari kata- kata (Analogi – kiasan, Final - akhir , Bibliograf - daftar pustaka)
[5] http://irpantips4u.blogspot.com/2011/10/makalah-diksi.html
[5]
4. Ketepatan dan Kesesuaian Penggunaan Diksi
Pemakaian kata mencakup dua masalah pokok, yakni pertama, masalah ketepatan memiliki kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan atau ide. Kedua, masalah kesesuaian atau kecocokan dalam mempergunakan kata tersebut.
Menurut keraf “Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembaca”. Masalah pilihan akan menyangkut makna kata dan kosakatanya akan memberi keleluasaan kepada penulis, memilih kata-kata yang dianggap paling tepat mewakili pikirannya. Ketepan makna kata bergantung pada kemampuan penulis mengetahui hubungan antara bentuk bahasa (kata) dengan referennya. Seandainya kita dapat memilih kata dengan tepat, maka tulisan atau pembicaraan kita akan mudah menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dirasakan atau dipikirkan oleh penulis atau pembicara. Mengetahui tepat tidaknya kata-kata yang kita gunakan, bisa dilihat dari reaksi orang yang menerima pesan kita, baik yang disampaikan secara lisan maupun tulisan. Reaksinya bermacam-macam, baik berupa reaksi verbal, maupun reaksi nonverbal seperti mengeluarkan tindakan atau perilaku yang sesuai dengan yang kita ucapkan. Agar dapat memilih kata-kata yang tepat.
Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan berikut:
a. Kita harus bisa membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan konotatif, bersinonim dan hampir bersinonim; kata-kata yang mirip dalam ejaannya, seperti :bawa-bawah, koorperasi-korporasi, interfensi-interferensi.
b. Hindari kata-kata ciptaan sendiri atau mengutip kata-kata orang terkenal yang belum diterima di masyarakat.
c. Waspadalah dalam menggunaan kata-kata yang berakhiran asing atau bersufiks bahasa asing, seperti :Kultur-kultural, biologi-biologis, idiom-idiomatik, strategi-strategis, dan lain-lain
d. Kata-kata yang menggunakan kata depan harus digunbakan secara idiomatik, seperti kata ingat harus ingat akan bukan ingat terhadap, membahayakan sesuatu bukan membahayakan bagi, takut akan bukan takut sesuatu.
e. Kita harus membedakan kata khusus dan kata umum.
f. Kita harus memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
g. Kita harus memperhatikan kelangsungan pilihan kata.
5. Kata dan Gagasan
Dalam berkomunikasi, setiap orang menggunakan kata (bahasa). Para linguis sampai sekarang masih memperbincangkannya karena belum ada batasan yang mutlak tentang itu. Istilah kata bisa digunakan oleh para tatabahasawan tradisional. Menurut mereka, kataadalah satuan bahasan yang memiliki satu pengertian atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti. Para tatabahasawan struktural, penganut aliran Bloomfield menyebutnya morfem. Batasan kata yang dibuat Bloomfield sendiri, yakni kata adalah satuan bebas terkecil.
Rangkaian kata-kata yang paling penting adalah pengertian yang tersirat di balik kata-kata yang digunakan. Setiap orang yang terlibat dalam berkomunikasi harus saling memahami atau saling mengerti, baik pembicara maupun pendengar, pengertian yang tersirat dalam sebuah kata itu mengandung makna bahwa tiap katamengungkapkan sebuah gagasan atau sebuah ide. Dengan kata lain, kata adalah media yang digunakan untuk menyampaikan gagasan atau ide kepada orang lain. Menurut Keraf, Kata-kata ibarat ”pakaian” yang dipakai oleh pikiran kita. Tiap kata memiliki “jiwa”. Setiap anggota masyarakat harus mengetahui “jiwa”, agar ia dapat menggerakkan orang lain dengan “jiwa” dari kata-kata yang dapat digunakannya.
Kata dengan gagasan mempunyai hubungan ketergantungan. Orang yang mempunyai banyak gagasan pasti mempunyai banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak ide atau gagasan yang bisa diungkapkannya. Orang yang banyak menguasasi kosakata akan merasa mudah dan lancar berkomunikasi dengan orang, lain. Seringmkita sering tidak memahami pembicaraan orang lain, karena kita tidak atau kurang menguasai kata-kata atau gagasan seperti yang dikuasai oleh pembicara.
6. Pilihan Kata
Pilihan akat atau diksi bukan hanya memilih kata-katayang cocok dan tepat untuk digunakan dalam mengungkapkan gagasan atau ide, tetapi juga menyangkut persoalan fraseologi (cara memakai kata atau frase di dalam konstruksi yang lebih luas, baik dalam bentuk tulisan maupun ujaran), ungkapan, dan gaya bahasa. Fraseologi mencakup persoalan kata-kata dalam pengelompokan atau susunannya, atau menyangkut cara-cara yang khusus berbentuk ungkapan-ungkapan. Pemilihan gaya bahasa yang akan digunakan pun merupakan kegiatan memilih kata menyangkut gaya-gaya ungkapan secara individu.
Orang yang banyak menguasai kosakata akan lebih mudah memilih kata-kata yang tepat untuk digunakan dalam menyampaikan gagasannya. Orang yang kurang banyak menguasai kosakata terkadang tidak bisa menempatkan kata terutama yang bersinonim, seperti kata meneliti sama artinya dengan kata menyelidiki, mengamati, dan menyidik. Kata0kata turunannya penelitian, penyelidikan, pengamatan, dan penyidikan. Orang yang menguasai banyak kosakata tidak akan menerima bahwa kata-kata tersebut mengandung arti yang sama, karena bisa menempatkan kata-kata itu dengan cermat sesuai dengan konteksnya. Sebaliknya orang yang tidak menguasai kosakata akan mengalami kesulitan karena tidak mengetahui ada kata yang lebih tepat, dan tidak mengetahui ada perbedaan dari kata-kata yang bersinonim itu. Dengan demikian, menurut Keraf diksi adalah :
a. Mencakup pengertian kata-kata yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, cara menggabungkan kata-kata. Yang tepat, dan gaya yang paling baik digunakan dalam situasi tertentu.
b. Kemampuan secara tepat membedakan nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar atau pembaca.
c. Diksi yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan kosakata yang banyak.
7. Makna Kata dan Jenisnya
Kata yang merupakan satuan bebas terkecil mempunyai dua aspek, yakni aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi atau makna. Bentuk bahasa adalah sesuatu yang dapat dicerna oleh pancaindra, baik didengan maupun dilihat. Isi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi atau respon dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan atau stimulus aspek bentuk tadi. Kalau seseorng berkata, “pergi!” kepada kita, maka akan timbul reaksi dalam pikiran kita diam sekarang”. Dengan demikian, kata pergi merupakan bentuk atau ekspresi dan isinya atau maknanya merupakan reaksi seseorang atas perintah tadi.
Makna kata merupakan hubungan antara bentuk dengan sesuatu yang diwakilinya atau hubungan lambang bunyi dengan sesuatu yang di acunya. Kata kuda merupakan bentuk atau ekspresi “sesuatu yang diacu oleh kata kuda” yakni “seeekor binatang yang tinggi-besar, larinya kencang dan biasa ditunggangi”.kedua istilah yang disbut referen. Hubungan antara bentuk dan referen akan menimbulkan makna atau referensi.
Makna kata pada umumnya terbagi atas dua macam yakni makna denotatif dan makna konotatif. Kata-kata yang bermakna denotatif biasa digunakan dalam bahasa ilmiah yang bersifat tugas atau tidak menimbulkan interpretasi tambahan. Makna denotatif disebut juga dengan istilah; makna denatasional, makna kognitif, makna konseptual, makna konseptual, makna ideasional, makna referensial, atau makna proposional (Keraf). Disebut makna denotasional, konseptual, referensial dan ideasional, karena maknamitu mengacu pada referen, konsep atau ide tertentu dari suatu referen. Disebut makna kognitif karena makna itu berhubungan dengan kesadarn, pengetahuan dan menyangkut rasio manusia.
Karena adanya bermacam-macam makna, maka penulis harus hati-hati dalam memilih kata yang digunakan. Sebenarnya memilih kata-kata bermakna denotatif lebih mudah daripada memilih kata-kata bermakna konotatif. Seandainya ada kesalahan dalam penulisan denotasi, mungkin karena adanya kekeliruan disebabkan oleh kata-kata yang mirip karena masalah ejaan. Kata-kata yng mirip itu seperti: gaji-gaji, darah-dara, interferensi-interfensi, dan bawah-bawa. Untuk lebih jelasnya, makna denotatif dapat dibedakan menjadi dua macam hubungan antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya. Kedua, hubungan sebuah kata dengan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya.
Makna konotatif atau sering juga disebut makna kiasan, makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respons mengandung nilai-nilai emosional. Kata-kata yang bermakna konotatif atau kiasan biasanya dipakai pada pembicaraan atau karangan nonilmiah, seperti: berbalas pantun, peribahasa, lawakan, drama, prosa, puisi, dan lain-lain. Karangan nonilmian sangat mementingkan nilai-nilai estetika. Nilai estetika dibangun oleh bahasa figuratif dengan menggunakan kata-kata konotatif gar penyampaian pesan atau amanat itu terasa indah. Pada karangan ini kurang memperhatikan keakuratan informasi dan kelogisan makna. Dalam menyampaikan pesan ada dua macam cara. Pertama, penyampaian pesan secara langsung. Penyampaian pesan secara langsung hampir sama dengan penyampaian pesan (informasi) dalam karangan tidak langsung harus menggunakan bahasa figuratif dengan kata-kata konotatif. Kita tidak akan bisa langsung memahami pesan atau amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang kalau tidak mempunyai kemampuan mengapresiasinya
8. Perubahan Makna Kata
Bahasa bersifat dinamis sehingga dapat menimbulkan kesulitan bagi pemakai yang kurang mengikuti perubahannya. Ketepatan suatu kata untuk mewakili atau melambangkan suatu benda, peristiwa, sifat, dan keterangan, bergantung pada maknanya, yakni hubungan antara lambang bunyi (bentuk/kata) dengan referennya.
Perubahan makna kata bukan hanya ditentukan oleh perubahan jaman (waktu), melainkan disebabkan oleh tempat bahasa itu tumbuh dan berkembang. Makna bahasa mula-mula dikenal oleh masyarakatnya, tetapi pada suatu waktu akan bergeser maknanya pada suatu wilayah yang lain masih mempertahankan makna yang aslinya. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam menggunakan atau memilih kata apalagi dalam hal-hal yang bersifat nasional (masalah tempat), terkenal, dan sementara belangsung (masalh waktu)”. Para mahasiswa yang membuat katya ilmiah, yang tulisannya bisa dibaca dalam taraf nasional harus menggunakan kata yang bersifat nasional, terkenal dan masih dipakai masyarakat.
Sebelum Perang dua Ke II kita mengenal kata daulat, dalam KBBI mengandung arti: “1. berkat kebahagiaan (yang adal pada raja); bahagia; 2. kekuasaan; pemerintah. Kata ini digunakan dalam kalimat ,”Penyerahan kedaulatan Republik Indonesia; Negara Republik Indonesia yang merdeka berdaulat. Tetapi pada waktu revolusi fisik kata daulat bermakna lain yakni, merebut hak dengan tidak sah, memecat dengan paksa. Misalnya: tanah-tanah Belanda banyak yang didaulatoleh rakyat; gubernur itu didaulat tidak dipakai lagi, sehingga kata itu hampir mati meskipun dalam KBBI masih tercantum tetapi sudah jarang pemakainya.
[6] http://capungtempur.blogspot.com/2010/10/diksi-pengertian-diksi-adalah-pilihan.html (diakses pada tgl 27/06/2012) [6]
3. Kesalahan Pemilihan Kata atau Diksi
Sebuah kata mengemban peran yang penting dalam sebuah kalimat/tuturan karena arti atau makna sebuah kalimat dapat dibangun dengan pemilihan kata yang tepat. Apabila terjadi kesalahan pemilihan kata maka akan terjadi pergeseran arti/makna kalimat, tidak sebagaimana diinginkan oleh penulisnya. Bagi pembaca, kesalahan tersebut akan menimbulkan kesalahpaham atas arti/makna yang dimaksudkan penulis.
Penggunaan kata-kata yang saling menggantikan yang dipaksakan akan menimbulkan perubahan makna kalimat bahkan merusak struktur kalimat, jika tidak disesuaikan dengan makna atau maksud kalimat yang sebenarnya. Pilihan kata yang tidak tepat sering penggunaannya divariasikan secara bebas, sehingga menimbulkan kesalahan. Kalimat seperti tidak bermasalah, jika hanya dicermati sekilas saja. Contoh: mantan dan bekas, busana dan baju, jam dan pukul dan lain-lain.
[7] Nanik Setyawati, Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia (Teori dan Praktek), (Surakarta: Yuma Pressindo, 2010), cet. Pertama, hlm. 72-73[7]
D. METODE PENELITIAN
1. Data dan Pengumpulan Data
Dalam makalah ini data yang digunakan adalah data natural
[8] Data yg diperolh stlah adanya tindakan.[8] yang berbentuk tulisan yang berasal dari mading mahasiswa PBA VI A yang telah dipublikasikan oleh divisi Shihafah HMPS PBA periode 2011/2012. Karena data ini berupa data pustaka maka teknik yang digunakan untuk mengumpulkannya adalah teknik shearcing. Dengan mencari dan mengidentifikasi kata yang terdapat dalam mading yang tidak sesuai dengan makna yang tertera dalam kamus. Kemudian dari sejumlah kata yang diperoleh, kami mengelompokkannya sesuai dengan tiga klasifikasi pada fokus penelitian kami yaitu klasifikasi kata benda, kata kerja, dan kata sifat.
2. Analisis Data
Setelah data diidentifikasi dan diklasifikasikan sesuai dengan fokus penelitian, langkah selanjutnya adalah menganalisis data
[9] Analisis data merupakan upaya sang penelii menangani langsung masalah yang terkandung dalam data (Sudaryanto, 1993). Tri Mastoyo Jati Kesuma, Pengantar Metode Penelitian Bahasa, (Yogyakarta: Penerbit Carasvatibooks, 2007), hlm. 47.[9] tersebut. Metode analisis data yang digunakan adalah satu dari dua jenis metode analisis data menurut letak alat penentunya
[10] Metode analisis data dapat dipilah menjadi dua jenis menurut letak alat penentunya, yaitu metode padan dan metode agih. Metode padan adalah metode analisis data yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (language) yang bersangkutan atau diteliti (Sudaryanto, 1993). Sedangkan metode agih adalah metode analisis yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti. Tri Mastoyo Jati Kesuma, Pengantar Metode Penelitian Bahasa,……., hlm. 47-54.[10] yaitu metode agih atau distribusional. Dari satuan kebahasaan yang berupa leksikal dalam bahasa Arab yang kami teliti, kami analisis dengan menggunakan satuan kebahasaan atau leksikal lain dalam bahasa Arab pula.
Adapun teknik yang digunakan adalah teknik ganti yang biasa pula disebut dengan istilah (teknik) distribusi (Verhaar, 1981)
[11] Teknik ganti adalah teknik analisis data dengan cara mengganti satuan kebahasaan tertentu di dalam suatu konstruksi yang bersangkutan. Teknik ganti itu berguna untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori satuan kebahasaan yang terganti dengan satuan kebahasaan penggantinya. Tri Mastoyo Jati Kesuma, Pengantar Metode Penelitian Bahasa,……., hlm. 58.[11]. Dalam menganalisis kesalahan leksikal bahasa Arab yang telah dklasifikasikan berdasarkan kata benda, kata kerja, ataupun kata sifat kami langsung menggantinya dengan leksikal yang berupa kata benda, kata kerja, ataupun kata sifat lain dalam bahasa Arab yang lebih sesuai dengan makna yang diharapkan. Sebagaimana beberapa contoh di bawah ini
[12] Tanda (*) menunjukkan terdapat kesalahan pemilihan kata dalam kalimat tersebut.[12]:
a. يجرؤ على التعبيرعن النية والغرض من قلبه*
b. الذي يعرف الحياء*
c. و خلاقة و ثاقبة نشطة *
d. الطلاب الذين يستوفون بثلاث دراما*
Dengan menerapkan teknik ganti, dapat diketahui bahwa kata يجرؤ dapat digantikan dengan kata شجاعة , يعرف dapat digantikan dengan kata يكون , kata دراما dapat digantikan dengan kata قدمار , kata ثاقبة dapat digantikan dengan kata ثقابة.
Dari kalimat diatas memiliki makna sebagai berikut:
a. Berani mengutarakan maksud dan tujuan hatinya
b. Mempunyai rasa malu
c. Giat, Kreatif, dan inovatif
d. Mahasiswa yang memenuhi 3 darna mahasiswa
3. Penyajian Data
Penyajian data ini saya berikan agar pembaca mengetahui letak ksalahan yang akan saya perbarui dengan menggunakan tanda asterisk (*…), jadi dengan tanda asterisk ini sebagai tanda bahwa terdapat kesalahan dalam kalimat tersebut.
Contoh: و خلاقة و ثاقبة نشطة *
E. ANALISIS KESALAHAN TERHADAP PEMILIHAN DIKSI
1. Hasil Penelitian
Di dalam makalah ini data yang dianalisis adalah kesalahan pemilihan kata yang digunakan oleh mahasiswa PBA VI A dalam menyusun sebuah mading. Kesalahan tersebut dikelompokkan ke dalam 3 kesalahan dalam pemilihan diksi dalam bahasa Arab, yakni kesalahan dalam pemilihan kata benda, kata kerja, dan kata sifat.
Berdasarkan data yang dianalisis diperoleh jumlah keseluruhan kesalahan pemilihan diksi sebanyak 13 sebagaimana table berikut ini:
No.
Pemilihan diksi
Jumlah Kesalahan
Persentase (%)
1.
Kata Benda
6
46,2
2
Kata Kerja
3
23
3
Kata Sifat
4
30,8
Jumlah
13
100
Dari tabel tersebut terlihat bahwa jumlah kesalahan pemilihan diksi pada level kata benda yang mencapai 46,2 % merupakan kesalahan yang paling besar. Kesalahan terbesar kedua adalah kesalahan pemilihan diksi pada level kata sifat mencapai 30,8%. Sedangkan kesalahan yang paling rendah adalah kesalahan pemilihan diksi pada level kata kerja mencapai 23 %.
2. Pembahasan
Dari penelitian di atas, kesalahan pemilihan diksi pada level kata benda yang mencapai 46,2 % merupakan kesalahan yang menempati urutan pertama. Kesalahan terbesar urutan kedua adalah kesalahan pemilihan diksi pada level kata sifat mencapai 30,8%. Sedangkan kesalahan ketiga yang merupakan kesalahan paling rendah adalah kesalahan pemilihan diksi pada level kata kerja yaitu 23 %.
Kesalahan pemilihan diksi yang terdapat dalam mading PBA VI A terjadi karena kekurangfahaman mahasiswa terhadap bahasa yang dipakainya (intralingual error). Mahasiswa cenderung memahami arti kata yang terdapat dalam bahasa Arab pada sebatas artinya saja. Mahasiswa belum bisa memahami arti kata sesuai dengan makna kata secara lepas diluar konteks kalimatnya. Sebagaimana contoh berikut ini
a. يجرؤ على النية والغرض من قلبه*
شجاعة على النية والغرض من قلبه
Kata يجرؤ dalam kalimat di atas tidak tepat karena tidak sesuai dengan makna yang diinginkan. Kata يجرؤ memiliki arti berani, dalam artian berani disini adalah berani melawan(hal negative) Sedangkan kata شجاعة memilki makna berani. Dalam konteksnya memikili arti yaitu seorang yang ideal adalah berani untuk mengungkapkan maksud dan tujuan apa yang ada dihatinya dengan berbagai cara.
b. الذي يعرف الحياء*
الذي يكون بالحياء
Kata يعرف pada kalimat yang diartikan yang tahu malu kurang tepat karena, يعرف memiliki arti إدارك البسائط والجزئيات
[13] Maktabah samilah, furuuq al-lughowiyah, juz 1. Hal 501[13] yang dimaksud dengan tahu malu dalam hal ini adalah tidak hanya sekedar mengetahui atau mengenal malu, akan tetapi juga mempunyi/memiliki rasa malu. Sehingga penggunaan kata يشعر lebih cocok.
c. الطلاب الذين يستوفون بثلاث دراما*
الطلاب الذين يستوفون بثلاث قدمار .
Kata دراما dalam kalimat di atas tidak tepat karena kata darna adalah istilah jawa dan perlu diindonesiakan lagi, maka ketika diterjemahkan munculnya kata darma tidak sesuai dengan makna yang diinginkan. Maka peneliti mengambil Kata قدمار yang artinya layanan, karena yang dimaksud dari kontens kalimatnya adalah mahasiswa yang ideal itu harus memenuhi 3 darma (layanan).
d. و خلاقة و ثاقبة نشطة
و خلاقة و ثقابة نشطة
Kata ثاقبة ketika dicari dalam kamus tidak ditemukan, karena disini ada kesalahan kata yaitu dari ثاقبة yang seharusnya ثقابة yang artinya adalah inovatif (membuat trobosan baru), mahasiswa ideal harusnya bias kretif, dan inovatif.
Berdasarkan data yang telah kami klasifikasikan bahwasannya tingkat kesalahan pemilihan kata benda memiliki persentase paling sering yaitu 46,2 %. Kemudian kesalahan persentase yang kedua (sering) terjadi pada pemilihan kata sifat yaitu 30,8%. Sedangkan persentase kesalahan ketiga (jarang) terjadi pada pemilihan kata kerja yaitu 23 %. Maka kami prediksikan bahwasannya kesalahan yang akan paling sering dialami mahasiswa dalam memilih diksi adalah pemilihan kata benda, kemudian pemilihan kata sifat, dan kesalahan yang akan jarang terjadi adalah kesalahan dalam pemilihan kata kerja.
3. Pembelajaran berbasis anakes
Dari analisis diatas, peniliti mencoba mengaplikasikan teradap pembelajaran berbasis anakes tentang pemilitahn kata yang tepat.
Dilihat hari tujuan pembelajarannya disini penliti menawarkan untuk menggunakan metode terjemah, karena dalam pembelajaran ketika menggunakan metode terjemah itu bagaimana sesorang untuk memilah-milah kata yang teat sesuai dengan kontennya, baik dalam pemilihan kta sifat, kata benda dan kata kerja.
Kemudian jika diterapkan dalam tehnik pembelajarannya nantinya menggunkann teknik langsung, karena ketika ada kesalahan dalam pemilihan kata, secara langsung untuk dibenarkan dengan cara bimbingan guru, ataupun mencari kata-kata yang tepat dari kamus, maupun dari teman sejawat. Kemudian memperbaiki dan mengganti kesalahan kesalahan yang disesuaikan dengan kontennya.
F. PENUTUP
a. Kesimpulan dan Saran
Dari pembahasan di atas dapat diketahui bahwasannya kesalahan terbesar dalam pemilihan diksi yang dilakukan oleh mahasiswa PBA semester VI A dalam membuat mading adalah kesalahan dalam pemilihan kata benda, kata sifat, kata kerja. Penyebab kesalahan yang ada adalah intralingual error. Maka dari itu solusi yanng kami tawarkan adalah memperbaiki dan mengganti kosakata yang salah sesuai dengan kamus.
Pada makalah ini kami hanya membahas tentang kesalahan semantik pada pemilihan diksi. Dan menurut kami karena mahasiswa adalah seseorang yang sedang berproses mempelajari bahasa kedua maka dalam mading yang kami teliti kesalahan berbahasa yang dilakukan mahasiswa tidak hanya sebatas pada kesalahan pemilihan diksi. Masih banyak kesalahan berbahasa lain yang tidak difokuskan dalam penelitian ini. Oleh sebab itu saran kami adalah ada peneliti lain yang melanjutkan penelitian ini dengan fokus penelitian lain yang agar nantinya kita mendapatkan pemahaman yang utuh tentang kesalahan-kesalahan yang masih sering dilakukan oleh mahasiswa PBA dalam menyusun sebuah tulisan bahasa Arab. Sehingga dapat sebagai acuan untuk koreksi dalam maharah kitabah mahasiswa PBA.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik umum. Jakarta : Rineka cipta.
Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Penerbit Carasvatibooks.
Khabibi Muhammad Luthfi, Power point (Anakon&Anakes 10).
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia (Teori dan Praktek). Surakarta: Yuma Pressindo.
Suwandi, Sarwiji. 2010. Serbalinguistik Mengupas Perbagai Praktik Berbahasa. Surakarta: Upt UNS press.
Maktabah samilah, furuuq al-lughowiyah, juz 1
Kamus Al-Asyri arab-indonesia
http://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/hakikat-hakiki-kemerdekaan/semantik/ (diunduh tanggal 18 Juni 2012).
http://capungtempur.blogspot.com/2010/10/diksi-pengertian-diksi-adalah-pilihan.html (diakses pada tgl 27/06/2012).
http://irpantips4u.blogspot.com/2011/10/makalah-diksi.html
http://capungtempur.blogspot.com/2010/10/diksi-pengertian-diksi-adalah-pilihan.html (diakses pada tgl 27/06/2012
Diksi atau pilihan kata memiliki peran penting dalam sebuah tulisan. Menulis membutuhkan rangkaian kata yang disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan tulisan yang mudah dipahami oleh pembaca. Diksi adalah pilihan kata yang digunakan dalam tulisan, agar pembaca tidak salah menginterpretasikan arti yang disampaikan oleh penulis.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan diksi dalam karangan naratif siswa kelas V SDN Cemorokandang 02 Malang, yang meliputi bentuk diksi yang digunakan beserta ketepatan penggunaan diksi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sesuai dengan tujuan penelitian, instrumen dalam penelitian ini adalah tes menulis karangan naratif sebagai instrumen utama beserta panduan kodifikasi dan analisis data sebagai instrumen pembantu. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Cemorokandang 02 Malang.
Berdasarkan uraian paparan data hasil penelitian, dari hasil tes mengarang 35 siswa, 3 karangan siswa diantaranya tidak layak dianalisis karena jumlah kalimat dalam karangan berkisar 3-6 kalimat dan susunan kata sangat rancu. Pada 32 karangan siswa layak dianalisis, terdapat penemuan sebanyak 5 siswa yang sangat tepat penggunaan diksinya, 5 siswa penggunaan diksinya masuk dalam kategori cukup tepat, 13 siswa penggunaan diksinya kurang tepat dan 9 siswa yang tidak tepat dalam penggunaan diksinya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan diksi dalam karangan naratif siswa kelas V SDN Cemorokandang kurang baik. Penguasaan ketepatan diksi di kelas V masih minim, karena hanya terdapat 2 siswa yang penggunaan diksinya tepat 100%. Bentuk diksi yang paling banyak digunakan adalah kata denotatif, dan yang paling jarang digunakan adalah kata abstrak. Bentuk ketidaktepatan penggunaan diksi yang paling banyak ditemukan adalah siswa kesulitan memilih paduan kata yang tepat sehingga susunan kalimat tidak mudah dimengerti oleh pembaca.
Berdasarkan hasil penelitian, dikemukakan saran sebagai berikut: (1) Guru sebagai tenaga pengajar, diharapkan memberikan kesempatan lebih banyak pada siswa untuk memperoleh wawasan tentang diksi; mengarahkan siswa untuk lebih banyak membaca agar penguasaan diksi dan kosakata meningkat, sehingga siswa dapat menulis karangan yang lebih baik, (2) Peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian tentang penggunaan diksi dalam karangan naratif siswa di lingkungan yang berbeda; serta mengembangkan aspek penelitian yang tidak terdapat pada penelitian ini.
1.
Pendahuluan
Di dalam kehidupan sehari
-
hari bahasa digunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi.
Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan agar siswa
terampil berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. Dalam berkomunikasi memiliki dua
cara yaitu
berkomunikasi secara langsung dan tidak langsung. Berkomunikasi secara
langsung merupakan proses dari kegiatan berbicara dan menyimak, sedangkan secara
tidak langsung merupakan proses dari kegiatan membaca dan menulis.
Keterampilan berbahasa dalam kurikul
um sekolah biasanya mencakup empat
keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Menurut (Tarigan, 2008:3),
menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan
orang lain.
Kemampuan menulis digunakan untuk menulis sebuah karangan yang menceritakan
sesuatu. Adapun macam
-
macam karangan yaitu, karangan narasi, argumentasi,
deskripsi, dan eksposisi. Dalam menulis karangan, penulis menuangkan ide pokok
pikirannya, se
lain itu penulis harus menggunakan bahasa yang baik dan benar,
misalnya pada penggunaan diksi atau pilihan kata agar pembaca mengerti apa yang
penulis sampaikan dalam tulisannya.
Dari hasil pengamatan, banyak ditemukan kesalahan dalam menulis karangan
des
kripsi siswa, seperti penulisan huruf kapital, tanda baca, kalimat yang tidak efektif
dan pilihan kata yang tidak tepat untuk mengungkapkan ide, gagasan dan pikirannya.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap penggunaan diksi
dalam karangan deskripsi.
Menurut (Widjono Hs, 2007:98
)
, d
iksi adalah ketepatan pilihan kata. Pengunaan
ketepatan pilihan kata ini dipengaruhi oleh kemampuan penggunaan bahasa yang
terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan
s
ejumlah kosa kata secara
aktif yang dapat
mengungkapkan
gaga
san secara tepat
sehingga mampu
mengomunikasikan
-
nya secara efektif kepada pembaca atau
pendengarnya
.
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas,
penulis
mencoba melakukan
penelitian terhadap
kesal
ahan penggunaan diksi pada karangan deskripsi siswa kelas
VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Tanjungpinang Tahun Ajaran 2012/2013.
2.
Metode Penelitian
Tempat penelitian ini adalah Sekolah Menengah Pertama Negeri 10
Tanjungpinang yang beralamat Jln. Sul
tan Mahmud Tanjungpinang. Penelitian ini
dilaksanakan pada semester genap Tahun Ajaran 2012/2013. Sampel adalah sebagian
atau wakil dari populasi yang diteliti, (Arikunto, dalam skripsi Arianti, 2012:16),
apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil
semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Akan tetapi, jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil
antara 10
-
15% atau 20
-
25% atau lebih tergantung pada kemampuan peneliti, sempit
luasnya wilayah pengamatan, dan besarnya peneliti. Sampel
pe
neli
tian ini
diambil
sebanyak 25% dari jumlah populasi 190 siswa yaitu 45 sampel sesuai dengan pendapat
ahli diatas. Sampel tersebut diambil dengan cara acak pada enam kelas, jadi total
sampel yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 45 sampel.
Metode ya
ng digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut
(Malik, 2010:3), metode deskriptif adalah pengkajian ilmiah yang dilakukan untuk
memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian itu dilakukan sehingga
dapat diperiksa seca
ra sistematis, baik dengan maupun tanpa menguji hipotesis, dan
tanpa mengadakan perlakuan terhadap variabel
-
variabel yang diamati.
Menurut (Wati, 2010:63), teknik pengumpulan data merupakan bagian yang
menguraikan tentang cara
-
cara yang dilakukan peneliti
dalam menganalisis data yang
diperolehnya. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
adalah teknik observasi, tes dan analisis wacana. Observasi penulis langsung terjun
langsung ke lapangan untuk mengamati dan mengumpulkan data. Tes d
apat digunakan
untuk mengetahui kesalahan penggunaan diksi pada karangan deskripsi siswa,
sedangkan analisis wacana
untuk mengumpulkan data keitidaktepatan penggunaan
diksi dalam karangan siswa untuk di analisis.
Setelah data terkumpul, kemudian dianalisi
s dengan menggunakan teknik
analisis data deskriptif kualitatif
yaitu
untuk menganalisis data dengan
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya
data yang diperoleh.
Menurut (Arikunto, 2010:278), secara garis besar, peke
rjaan analisis data
meliputi 3 langkah yaitu:
a.
Persiapan
Persiapan dalam penelitian ini antara lain:
1.
Mengecek kelengkapan sampel.
2.
Membaca seluruh karangan deskripsi siswa yang dijadikan objek penelitian.
3.
Menganalisis
kesalahan
penggunaan diksi pada karangan
deskripsi yang
diteliti.
b.
Tabulasi
Tabulasi adalah penyususnan menurut lajur yang telah tersedia, penyajian data
dalam bentuk tabel atau daftar untuk memudahkan pengamatan dan evaluasi
(kamusbesar, 2010).
Langkah tabulasi dalam penelitian ini a
dalah m
enca
tat penggunaan diksi yang
salah dalam kalimat.
c.
Penerapan
Penerapan dalam penelitian ini antara lain:
1.
Membuktikan kesalahan dengan padanan kalimat yang benar.
2.
Menyimpulkan hasil analisis dari
hasil pengamatan
3.
Pembahasan
Untuk mengetahui hasil kesalahan pe
nggunaan diksi pada karangan deskripsi
siswa, maka dilakukan tes saat penelitian yaitu dengan memberikan tugas siswa untuk
menulis karangan deskripsi, kemudian dianalisis utuk mengetahui kesalahan
penggunaan diksi pada karangan deskripsi siswa.
Kesalahan p
enggunaan diksi yang terdapat pada karangan siswa seperti,
ketidaktepatan dalam pemilihan kata, ketidakbakuan kata, ketidaksesuaian atau
kecocokan kata dalam kalimat, ketidaklangsungan atau tidak ekonomis kata yang
dipilih dalam kalimat sehingga kalimat me
njadi tidak efektif.
Adapun beberapa kesalahan penggunaan diksi pada karangan deskripsi siswa
sebagai berikut:
a.
Kesalahan diksi pada karangan M.Zamroni.A
Bentuk penerapan diksi yang salah pada karangan M.Zamroni.A
“
Pantai parang tritis
terletak
di
Jawa Timur
”
Penggunaan pilihan kata/diksi yang kurang tepat dalam kalimat pada
karangan adalah kata
terletak.
Penggunaan kata
terletak
tidak tepat untuk
kalimat tersebut, karena biasa
ny
a dipakai untuk menjelaskan keberadaan
suatu barang .
Kata yang tepat d
alam kalimat adalah
berada.
Bentuk Penerapan Diksi Yang Benar Pada Karangan M.Zamroni.A
“
Pantai parang tritis
berada
di Jawa Timur
”
b.
Kesalahan diksi pada karangan M.Zamroni.A
Bentuk penerapan diksi yang salah pada karangan M.Zamroni.A
“
Banyak warga
dari dalam daerah maupun luar daerah untuk
mendatangi
pantai tersebut
”.
Penggunaan pilihan kata/diksi yang kurang tepat dalam kalimat pada
karangan adalah kata
mendatangi
. Penggunaan kata
mendatangi
kurang tepat
untuk dipakai dalam kalimat, karena b
isa menimbulkan ketidakefektifan
dalam kalimat.
Kata yang tepat dalam kalimat adalah
mengunjungi.
Bentuk Penerapan Diksi Yang Benar Pada Karangan M.Zamroni.A
“
Banyak warga dari dalam daerah maupun luar daerah untuk
mengunjungi
pantai tersebut
”.
c.
Kesalahan
diksi pada karangan M.Zamroni.A
Bentuk penerapan diksi yang salah pada karangan M.Zamroni.A
“
Konon
di pantai itu tidak boleh memakai baju berwarna hijau, karena
akan
keseret
ombak/jin yang ada di pantai itu
”.
Peggunaan pilihan kata/diksi dalam kalimat pada
karangan adalah kata
konon
dan
keseret.
Penggunaan kata
konon
merupakan kata yang tidak tepat
dalam kalimat tersebut, karena biasanya kata
konon
digunakan dalam dialek
-
dialek daerah tertentu, agar lebih mudah dimengerti kata
konon
bisa diganti
dengan kata
yang mempunyai kesamaan maknanya. Penggunaan kata
keseret
merupakan bentuk penggunaan bahasa yang masih dipengaruhi oleh bahasa
percakapan sehari
-
hari.
Kata yang tepat dalam kalimat adalah
ceritanya
dan
terbawa.
Bentuk Penerapan Diksi Yang Benar Pada Kara
ngan M.Zamroni.A
“
Ceritanya
di pantai itu tidak boleh memakai baju berwarna hijau,
karena akan
terbawa
ombak/jin yang ada di pantai itu
”.
d.
Kesalahan diksi pada karangan Cherin Brilian Salsabila
Bentuk penerapan yang salah pada karangan Cherin Brilian Salsa
bila
“
Pantai ini
rame
dikunjungi wisatawan pada saat liburan sekolah
maupun pada saat hari
-
hari besar lainnya
”.
Penggunaan pilihan kata/diksi yang
tidak
tepat dalam kalimat pada
karangan adalah kata
rame.
Penggunaan kata
rame
berasal dari dialek bahasa
jaw
a, sehingga penggunaan bahasa menjadi tidak baku dan
masih
dipengaruhi
oleh penggunaan bahasa percakapan sehari
-
hari.
Deng
an demikian,
kata yang
tepat dalam kalimat adalah
ramai.
Bentuk Penerapan Diksi Yang Benar Pada Karangan Cherin Brilian Salsabila
“
Pan
tai ini
ramai
dikunjungi wisatawan pada saat liburan sekolah
maupun pada saat hari
-
hari besar lainnya
”.
4.
Simpulan dan Rekomendasi
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan terhadap karangan deskripsi siwa kelas
VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Tanju
ngpinang, dapat disimpulkan bahwa
penggunaan diksi/pilihan kata dalam menulis karangan deskripsi siswa banyak tidak
tepat atau tidak sesuai dengan kaedah bahasa yang baik dan benar, sehingga pesan yang
disampaikan dalam penulisan karangan sulit dimengerti
oleh pembaca.
Kesalahan penggunaan diksi dalam karangan seperti,
ketidaktepatan dalam
pemilihan kata, ketidakbakuan kata, ketidaksesuaian atau kecocokan kata dalam
kalimat, ketidaklangsungan atau tidak ekonomis kata yang dipilih dalam kalimat
sehingga kali
mat menjadi tidak efektif.
Rekomendasi dari penelitian ini adalah untuk siswa
hendaknya sering melakukan
kegiatan menulis agar bisa melatih kemampuan siswa dalam menulis dari sekarang
dan
s
iswa hendaknya rajin membaca
,
karena dengan membaca siswa akan
mam
pu
mengusai sejumlah besar kosa kata
serta mampu menggunakan kalimat
-
kalimat yang
jelas dan efektif dalam menyampaikan gagasannya
agar mudah dipahami oleh
pembaca.
Sedangkan untuk g
uru hendaknya membimbing dan mendidik siswa dalam
melakukan kegiatan pembel
ajaran menulis
dan g
uru hendaknya sering memberikan
latihan menulis kepada siswa.
HOME
TATA BAHASA
TEKNIK MENULIS
UNIK
CATATAN
Top of Form
Bottom of Form
Home » bahasa indonesia » diksi » tata bahasa » Pengertian dan Contoh Diksi
Pengertian dan Contoh Diksi
Pengertian dan Contoh Diksi | Kita mungkin pernah mendengar kata diksi, terutama saat membicarakan sastra. Dalam sastra, penggunaan diksi selalu disinggung karena memiliki peran yang cukup penting. Di dalam puisi, misalnya, pemilihan diksi berkorelasi dengan irama musikal yang akan ditimbulkan puisi tersebut.
Pengertian Diksi
Lalu, apa sebenarnya diksi itu?
Diksi adalah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia katang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lari dari kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan kepada kita tentang pemakaian kata-kata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan.
Baca Juga: Pengertian dan Contoh Paragraf Deduktif dan Induktif
Contoh Paragraf Deskripsi
Cara Menulis Resensi Buku
Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan kata itu harus pula sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata itu.
Contoh:
Nenekku mampus tadi pagi (tidak tepat)
Nenekku meninggal dunia tadi pagi (tepat)
Itulah sekelumit mengenai pengertian diksi sekaligus dengan contohnya. Ada banyak contoh lain yang bisa Anda tuliskan. Semoga artikel singkat ini bisa membantu Anda memahami apa itu diksi dan contohnya. Artikel di atas diambil dari buku “Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi” karangan E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai (Akapress, 2010).
novia devina
Beranda
PENGANTAR TELEMATIKA
Senin, 26 November 2012
PENGERTIAN DIKSI DAN CONTOHNYA
Diksi
Diksi dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua “diksi” yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi daripada pemilihan kata dan gaya.
• Plilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
• Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa – nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
• Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.
Diksi memiliki beberapa bagian; pendaftaran – kata formal atau informal dalam konteks sosial – adalah yang utama. Analisis diksi secara literal menemukan bagaimana satu kalimat menghasilkan intonasi dan karakterisasi, contohnya penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan gerakan fisik menggambarkan karakter aktif, sementara penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan pikiran menggambarkan karakter yang introspektif. Diksi juga memiliki dampak terhadap pemilihan kata dan sintaks.
Selain itu juga Diksi, digambarkan dengan kata – seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya. Atau kemampuan membedakan secara tepat nuansa – nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
Jika dilihat dari kemampuan pengguna bahasa, ada beberapa hal yang mempengaruhi pilihan kata, diantaranya :
· Tepat memilih kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal yang ‘diamanatkan’
· Kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembacanya.
· menguasai sejumlah kosa kata (perbendaharaan kata) yang dimiliki masyarakat bahasanya, serta mampu menggerakkan dan mendayagunakan kekayaannya itu menjadi jaring-jaring kalimat yang jelas dan efektif.
KESESUAIAN DIKSI
Perbedaan ketepatan dan kecocokan pertama-tama mencakup soal kata mana yang akan digunakan dalam kesempatan tertentu, walaupun kadang-kadang masih ada perbedaan tambahan berupa perbedaan tata bahasa,pola kalimat, panjang atau kompleknya suatu alinea, dari beberapa segi lain. Perbedaan antara ketepatan dan kesesuaian dipersoalkan adalah apakah kita dapat mengungkapkan pikiran kita dengan cara yang sama dalam sebuah kesempatan dan lingkungan yang kita masuki.
A.Syarat-Syarat Kesesuaian Diksi
Syarat-syarat kesesuaian diksi adalah sebagai berikut:
1.Hindarilah sejauh mungkin bahasa aatau unsur substandard dalam situasi yang formal.
2.Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata popular.
3.Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.
4.Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata slang
5.Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan.
6.Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati).
7.Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artfisial.
Hal-hal tersebut akan diuraikan lebih lanjut dalam bagian-bagian di bawah ini
1. Bahasa Standar dan Sub Standar
Bahasa standar adalah semacam bahasa yang dapat dibatasi sebagai tutur dari mereka yang mengenyam kehidupan ekonomis atau menduduki status sosial yang cukup dalam suatu masyarakat. Kelas ini meliputi pejabat-pejabat pemerintah, ahli bahasa, ahli hukum, dokter, pedagang, guru, penulis, penerbit, seniman, insinyur, dan lain sebagainya.
Bahasa non stsndar adalah bahasa dari mereka yang tidak memperoleh pendidikan yang tinggi. Pada dasarnya, bahasa ini dipakai untuk pergaulan biasa, tidak di pakai dalam tulisan. Kadang unsur ini digunakan juga oleh para kaum pelajar dalam bersenda gurau, dan berhumor. Bahasa non stadar juga berlaku untuk suatu wilayah yang luas dalam wilayah bahasa standar.
Bahsa standar lebih efektif dari pada bahasa non standar. Bahasa non standar biasanya cukup untuk digunakan dalam kebutuhan-kebutuhan umum.
2. Kata Ilmiah dan Kata Populer
Pilihan kata dalam hubungan dengan kesempatan yang dihadapi seseorang dapat dibagi atas beberapa macam kategori salah satunya adalah kata-kata
ilmiah melawan kata-kata populer.
Bagian terbesar dari kosa kata sebuah bahasa terdiri dari kata-kata yang umum yang dipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik yang terpelajar maupun orang atau rakyat jelata. Maka kata ini dinamakan kata-kata populer.
Kata-kata ini juga dipakai dalam pertemuan-pertemuan resmi, dalam diskusi-diskusi yang khusus, dan dalam diskusi-diskusi ilmiah.
Contoh:
Kata populer kata ilmiah
Sesuai Harmonis
Pecahan Fraksi
Aneh Eksentrik
Bukti Argumen
Kesimpulan konklusi
3. Jargon
Kata jargon mengandung beberapa pengertian.
Jargon adalah suatu bahasa,dialek, atau struktur yang dianggap kurang sopan atau aneh tetapi istilah itu dipakai juga untuk mengacu semacam bahasa atau dialek hybrid yang timbul dari percampuran bahasa-bahasa, dan sekaligus dianggap sebagai bahasa perhubungan atau lingua franca.
Jargon diartikan sebagai kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok-kelompok khusus lainnya.
Oleh karena jargon merupakan bahasa yang khusus sekali, maka tidak akan banyak artinya bila dipakai untuk suatu sasaran yang umum. Sebab itu, hendaknya dihindari sejauh mungkin unsur jargon dalam sebuah tulisan umum.
4.Kata Percakapan
Kata percakapan adalah kata-kata yang biasa dipakai dalam percakapan atau pergaulan orang-orang yang terdidik. Pengertian percakapan ini disini sama sekali tidak boleh disejajarkan dengan bahasa yang tidak benar, tidak terpelehara atau tidak disenangi.
Bahasa percakapan yang dimaksud disini lebih luas dari pengertian kat-kat populer, kata-kata percakapan mencakup pula sebagian kata-kata ilmiah yang biasa dipakai oleh golongan terpelajar
5.Kata Slang
Kata slang adalah kata-kata non standar yang disusun secara khas; bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan. Kadang kala kata slang yang dihasilkan dari salah ucap yang disengaja.
Kata-kata slang sebenarnya bukan hanya terdapat pada golongan terpelajar, tetapi juga pada semua lapisan masyarakat.
6.Idiom
Idiom adalah pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frase, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis, dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya, misalnya: seorang asing yang sudah mengetahui makna kata makan dan tangan, tidak akan memahami makna perasa makan tangan. Siapa yang berfikir bahwa makan tangan sama artinya dengan kena tinju atau beruntung besar ? dan selanjutnya idiom-idiom yang menggunakan kata makan seperti: makan garam, makan hati, dan senagainya.
7.Bahasa Artifisial
Yang dimaksud dengan artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni.
Fakta dan pernyataan-pernyataan yang sederhana dapat diungkapkan dengan sederhana dan langsung tak perlu disembunyikan.
Artifisial : Ia mendengar kepak sayap kalelawar dan guyuran sisa hujan dari dedaunan, karena angin kepada kemuning.
Ia mendengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih kembali menampakkan bima sakti yang jauh.
Biasa :Ia mendengar bunyi sayap kelelawar dan sisa hujan yang ditiup angin di daun.
Ia mendengar derap kuda dan pedati ketika langit mulai terang.
Jenis-Jenis Pilihan Kata atau Diksi
1. Berdasarkan makna
a. Makna Denotatif
Makna denotasi menyatakan arti yang sebenarnya dari sebuah kata. Makna denotasi berhubungan dengan bahasa ilmiah. Makna denotasi dapat dibedakan atas dua macam relasi, pertama, relasi antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya, dan kedua relasi antara sebuah kata dan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya.
Contoh: Bunga melati
b. Makna Konotatif
Makna konotatif adalah suatu jenis kata yang memiliki arti bukan sebenarnya dari sebuah kata.
Contoh: Bunga Bank
2. Berdasarkan leksikal
a. Sinonim
Sinonim adalah kata-kata yang memiliki makna yang sama.
Contoh:
• sayang bersinonim kasih
b. Antonim
Antonim adalah dua buah kata yang maknanya “dianggap” berlawanan.
Contoh:
• Bagus berantonim dengan jelek.
c. Homonim
Homonim adalah dua buah kata atau lebih yang sama bentuknya tetapi maknanya berlainan.
Contoh :
• Ibu mengukur kelapa terlebih dahulu sebelum mengupas pisang itu.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Diksi
http://id.wikibooks.org/wiki/Fonem
http://savvior.blogspot.com/2010/10/diksi-atau-pilihan-kata.html
Fungsi dan Manfaat Diksi
Fungsi Diksi
Fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam cerita tersebut.
Manfaat Diksi
Dapat membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan konotatif, bersinonim dan hapir bersinonim, kata-kata yang mirip dalam ejaannya.
Dapat membedakan kata-kata ciptaan sendiri fan juga kata yang mengutip dari orang yang terkenal yang belum diterima dimasyarakat. Sehingga dapat menyebabkan kontroversi dalam masyarakat.
Diposkan oleh melky a.m di 10.56
Pengertian
Diksi atau pilihan kata adalah pemilihan kata – kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan. Diksi atau Plilihan kata mencakup pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Pemilihan kata mengacu pada pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih dan digunakan oleh pengarang. Mengingat bahwa karya fiksi (sastra) adalah dunia dalam kata, komunikasi dilakukan dan ditafsirkan lewat kata-kata. Pemilihan kata-kata tentunya melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk mendapatkan efek yang dikehendaki (Nurgiyantoro 1998:290).
Jika kita menulis atau berbicara, kita itu selalu menggunakan kata. Kata tersebut dibentuk menjadi kelompok kata, klausa, kalimat, paragraph dan akhirnya sebuah wacana.
Di dalam sebuah karangan, diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi yang bertalian dengan ungkapan-unkapan individu atau karakteristik, atau memiliki nilai artistik yang tinggi.
Definisi Diksi
Pilihan kata atau Diksi adalah pemilihan kata – kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan. Diksi atau Plilihan kata mencakup pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Fungsi Diksi
Fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam cerita tersebut.
Manfaat Diksi
1. Dapat membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan konotatif, bersinonim dan hapir bersinonim, kata-kata yang mirip dalam ejaannya.
2. Dapat membedakan kata-kata ciptaan sendiri fan juga kata yang mengutip dari orang yang terkenal yang belum diterima dimasyarakat. Sehingga dapat menyebabkan kontroversi dalam masyarakat.
ANALISIS KESALAHAN DIKSI PADA KARANGAN
SISWA KELAS V SD NEGERI 035 PAMUSIAN
TAHUN PEMBELAJARAN 2007/2008
Oleh Yuliana
(Mahasiswa Universitas Borneo Tarakan)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa terdiri atas beberapa tataran gramatikal antara lain kata, frase, klausa, dan kalimat. Kata merupakan tataran terendah Jan kalimat merupakan tataran tertinggi. Begitu pula ketika mengarang, kata merupakan kunci utama membentuk karangan. Oleh karena itu, sejumlah kata dalam Bahasa Indonesia harus dipahami agar ide maupun pesan seseorang dapat dimengerti. Dalam kenyataannya, kata-kata yang digunakan untuk berkomunikasi harus dipahami dalam konteks kalimat, alinea maupun wacana. Kata sebagai unsur bahasa, tidak dapat dipergunakan dengan sewenang-wenang. Akan tetapi, kata-kata tersebut harus mengikuti kaidah-kaidah yang benar.
Karangan dipelajari siswa di Sekolah Dasar meialui mata pelejaran bahasa. Penulisan karangan memerlukan pengetahuan urn urn yang cukup luas karena pada dasarnya mengarang adalah menyusun ribuan pikiran yang dituangkan dalam kalimat-kalimat yang di dalamnya teidapat rangkaian kata-kata. Karangan dikatakan baik kalau bahasanya tersusun baik serta ide yang diuraikan berurutan dengan pilihan kata yang tepat. Dengan demikian, orang yang membaca karangan itu akan dapat memahami jalan pikiran dan perasaan pengarang. Mengarang yang baik tidak akan datang dengan sendirinya karena mengarang atau menulis membutuhkan ketekunan, keuletan, dan latihan terprogram serta terpimpin agar tercapai tujuan yttng diinginkan.
Menulis merupakan kegiatan yang mampu menghasilkan ide-ide dalam bentuk tulisan secara terus-menerus dan teratur (produktif) dan mampu mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, perasaan (ekspresif). Oleh karena itu, keterampilan menulis atau mengarang membutuhkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Salah satu unsur penting dalam mengarang adalah penguasaan kosa kata. Kosa kata merupakan bagian dari diksi.
Ketepatan diksi dalam suatu karangan merupakan hal yang tidak dapat diabaikan. Ketidaktepatan penggunaan diksi pasti menimbulkan ketidakjelasan makna.
Dengan demikian, mengarang merupakan salah satu materi yang harus dipelajari di Sekolah Dasar. Akan tetapi, penulis menemukan kelemahan-kelemahan, ketika menuangkan ide ataa gagasan masih banyak siswa yang belum mampu memilih kata (diksi) yang tepat. Hal ini juga terjadi pada siswa di SDN 035 Pamusian. Berdasarkan kenyataan tersebut, penulis berusaha untuk meneliti kesalahan diksi dalam karangan siswa di SDN 035 Pamusian, Tarakan.
B. Alasan Pemilihan Judul
Penulis memilih judul Analisis Kesalahan Diksi pada Karangan Siswa Kelas V SDN 035 Pamusian, Kecamatan Tarakan Tengah, dsngan didasari atas pertimbangan sebagai berikut:
masih banyak siswa yang belum mampu memilih diksi dalam karangan;
diksi memegang peran penting dalam karangan sehingga perlu diteliti;
sepengetahuan penulis belum pernah ada penelitiari sebelumnya
mengenai kesalahan diksi pada karangan siswa terutama di SDN 035.
C. Pembatasan Masalah
Permasalahan dalam karangan siswa terdiri atas masalah pengembangan paragraf, cara menuangkan ide pokok, oenggunaan kalimat, dan diksi. Akan tetapi, dalam penelitian ini peniuis membatasi masalah pada kesalahan diksi saja. Adapun karangan yang dianalisis adalah karangan bebas. Hal ini dilakukan karena siswa kelas V SD belum dapat membedakan macam-macam karangan.
D. Perumusan Masalah
Bardasarkan batasan masalah yang telah dijelaskan, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut, bagaimana kesalahan diksi pada karangan siswa kelas V SON 035 Pamusian, Tahun pembelajaran 2007/2008?
£. Tujuan Penelitian ,
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis kesalahan diksi dalam karangan siswa Kelas V SON 035 Pair.ushn.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan penulis dalam penelitian ini untuk:
mendorong siswa agar lebih giat menulis atau mengarang dengan
menggunakan diksi secara tepat;
memberikan sumbangan pemikiran kepada guru bahasa Indonesia agar
lebih mampu dalam menggunakan diksi;
digunakan sebagai alat pengukur potensi siswa dalam mengarang.
G. Penegasan judul
Judul dalam penelitian ini adalah Analisis Kesalahan Diksi pada Karangan Siswa kelas V SDN 035 Pamusian Tahun Pembelajaran 2007/2008. Penegasan judul sangat penting untuk menghindari kesalahpahaman terhadap maksud judul penelitian. Adapun penegasan judul dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Analists
Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya yaitu sebab musabab, duduk perkaranya (KBBI, 2003: 37).
2. Kesalahan
Kesalahan maksudnya hal yang salah, kekeliruan dan !;ealpaan (KBBI, 2003: 982)
3. Diksi
Diksi adalah pilihan kata. Maksudnya kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu (Arifm, 1987: 150).
4. Karangan
Karangan adalah hasil karangan cerita, buah pena dan ciptaan. (KBBI, 2003: 506)
5. Siswa
Siswa adalah murid terutama pada tingkat SDN atau peiajar (KBBI, 2003: 951) dalam penelitian ini siswa adalah siswa kelas V SDN 035 Pamusian, Tarakan Tengah .
6. Pamusian
Pamusian adalah nama salah satu kelurahan tepatnya di Kecamatan Tarakan Tengah. Pamusian merupakan tempat penelitian ini dilakukan oleh penulis tepatnya di SON 035 Tarakan.
7. Tahun Pembelajaran 2007/2008
Tahun pembelajaran 2007/2008 adalah waktu penelitian ini dilaksanakan,
tepai pada semester 1.
Berdasarkan deflnisi di atas, maksud judul penelitian ini adalah peneliti berusaha mempelajari dan menganalisis kesalahan diksi (pilihan kata) pada karangan siswa, khususnya siswa kelas V SON 035 Pamusian, Tarakan Tengah.
H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pemahaman skripsi ini, penulisan dalam penelitian ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan, terdiri atas latar belakang masalah, alasan pemilihan judul, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan penegasan judul.
Bab II Landasan Teori, terdiri atas tinjauan umum diksi, rambu-rambu pemilihan diksi yang meliputi: masalah situasi, medan makna, ragam bahasa, proses morfologis, dan gejala bahasa.
Bab III Metodologi Penelitian, terdiri atas pengertian metode penelitian, pendekatan penelitian, tempat penelitian, waktu penolitian, populasi dan sample, teknik pengumpulan data, dan tehnik analisis data.
Bab IV Analisis Data, terdiri atas deskripsi data dan analisis data.
Bab V Penutup, terdiri atas kesimpulan dan saran.