DEFINISI
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja), dengan tinja berbentuk cair atau setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat (Markum, 2008). Menurut WHO (2014), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari dan diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis.
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Alimul H, 2006).
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Potter & Perry. 2006)
Diare adalah kondisi yang didefinisikan oleh peningkatan frekwensi defekasi (lebih dari 3kali sehari), peningkatan jumlah feses (lebih dari 200g per hari) dan perubahan konsistensi (cair) (Brunner&Suddart, 2014).
Dapat disimpulkan diare akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen,yang di tandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah.
ETIOLOGI
Etilogi diare menurut Brunner&Suddart (2014):
Faktor infeksi : Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak).
Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein.
Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak kutang matang.
Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
Medikasi tertentu, formula untuk pemberian makanan melalui selang, gangguang metabolisme dan endokrin, deficit sfingter anal, sindrom Zollinger-Ellison, ileus paralitik, AIDS, dan obstruksi usus.
TANDA dan GEJALA
Tanda dan Gelaja diare menurut Brunner&Suddart (2014):
Peningkatan frekwensi defekasi dan kandungan cairan dalam feses
Kram abdomen, distensi, gemuruh di usus (borborigmus), anoreksia dan rasa haus, kontraksi anus dan nyeri serta mengejan yang tidak efektif (tenemus) setiap kali defekasi.
Feses cair, yang mengindikasikan penyakit pada usus kecil
Feses semi padat, lunak yang disebakan oleh gangguan pada usus besar
Terdapat lender, darah, dan nanah dalam feses, yang menunjukan kolitis atau inflamasi
Cipratan minyak pada cairan toilet, yang merupakan diagnosis insufisiensi pancreas dan diare nokturnal, yang merupakan manifestasi neuropatik diabetik.
PATHWAY
Faktor infeksi F.malabsorbsi F.makanan F.Psikologi
KH,Lemak,Protein
Masuk dan meningk. Tekanan toksin tak dapat cemas
berkembang osmotik diserap
dalam usus
Hipersekresi air pergeseran air dan hiperperistaltik
dan elektrolit elektrolit ke rongga
( isi rongga usus) usus menurunya kesempatan usus
menyerap makanan
D I A R E
Frekuensi BAB meningkat distensi abdomen
Kehilangan cairan & elektrolit integritas kulit
berlebihan perianal
gangguan kes. cairan As. Metabl mual, muntah
dan elektrolit
Resiko hipovolemi syok sesak nafsu makan menurun
Gangguan Oksigensi BB menurun
Gangguan Tumbang
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun )
Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
Penalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis menurut Brunner&Suddart (2014):
Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada upaya mengontrol gejala, mencegah komplikasi, dan menyingkirkan atau mengatasi penyakit penyebab
Medikasi tertentu (misalkan pemberian antibiotic, agens anti-imflamasi) dan antidiare (misalkan pemberian loperamida (imodium)), defiknosilit (limotil) dapat mengurangi tingkat keparahan diare.
Menambah cairan oral, larutan elektrolit dan glukosa oral dapat diprogramkan
Antimikroba diprogramkan ketika agens infeksius telah teridentifikasi atau diare tergolong berat
Terapi IV digunakan untuk tindakan hidrasi cepat pada pasien yang sangat muda atau pasien lansia.
Terapi obat menurut Markum (2008):
obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian Keperawatan
Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan
Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya.
Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
Perkembangan
Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.
Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :
berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan (GK)
Meniru membuat garis lurus (GH)
Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
Melepasa pakaian sendiri (BM)
Pemeriksaan Fisik
pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih
Mata : cekung, kering, sangat cekung
Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat >35x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat >40x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
Sistem kardiovaskuler : nadi cepat >120x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .
Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik, suhu meningkat >37,50C, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang >2 detik, kemerahan pada daerah perianal.
Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare.
Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare
Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus menerus.
Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa1 :Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal dengan Kriteria hasil :
Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )
Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
Rasional: Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki deficit.
Pantau intake dan output
Rasional: Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
Timbang berat badan setiap hari
Rasional: Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt
Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
Rasional: Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
Kolaborasi :
Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
Rasional: koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).
Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
Rasional:engganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
Rasional: anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.
IMPLEMENTASI:
Memantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
Memantau intake dan output
Menimbang berat badan setiap hari
Menganjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
Berkolaborasi :
Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
EVALUASI:
Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt ), turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, dan konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari.
Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out put
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil:
Nafsu makan meningkat
BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
Rasional: Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan sluran usus.
Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
Rasional: situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
Rasional: Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
Monitor intake dan out put dalam 24 jam
Rasional: Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
obat-obatan atau vitamin ( A)
Rasional: Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan
IMPLEMENTASI:
Mendiskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
Menciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
Memberikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
Memonitor intake dan out put dalam 24 jam
Berkolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
obat-obatan atau vitamin ( A).
EVALUASI:
Nafsu makan meningkat dan BB meningkat atau normal sesuai umur.
Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi peningkatan suhu tubuh dengan kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C), Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa).
Intervensi :
Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
Rasional: Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)
Berikan kompres hangat
Rasonal: merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh
Kolaborasi pemberian antipirektik
Rasional: Merangsang pusat pengatur panas di otak
IMPLEMENTASI:
Memonitor suhu tubuh setiap 2 jam
Memberikan kompres hangat
Berkolaborasi pemberian antipirektik.
EVALUASI:
suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C), Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa).
Diagnosa4 :Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan frekwensi BAB (diare)
Tujuan : setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak terganggu dengan criteria hasil: Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga dan keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar.
Intervensi :
Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
Rasional: Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
Rasional: Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman feces
Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
Rasional: Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi .
IMPLEMENTASI:
Mendiskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
Mendemontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
Mengatur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam.
EVALUASI:
Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga dan keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar
Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu beradaptasi dengan kriteria hasil: Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel
Intervensi :
Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan
Rasional: Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga
Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS
Rasional: mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS
Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
Rasional: menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya
Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal (sentuhan, belaian dll)
Rasional: Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menunbuhkan rasa aman pada klien.
Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak.
IMPLEMENTASI:
Meliibatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan
Menghindari persepsi yang salah pada perawat dan RS
Memberikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
Melakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal (sentuhan, belaian dll)
Memberikan mainan sebagai rangsang sensori anak.
EVALUASI:
Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel.
DAFTAR PUSTAKA
Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta
Brunner&Suddart. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 12. EGC. Jakarta
Carpenitto.LJ. 2006. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 7. EGC. Jakarta.
Markum.AH. 2008. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
NANDA. 2012-2014. Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta
Suryanah. 2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN STASE ANAK
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
Disahkan Pada:
Hari/Tanggal :
Mengetahui:
Mahasiswi
(Ni Luh Made Ayu Sintia Dewi)
NIM: 15160048
Menyetujui:
Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik
( ) ( )