Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA IKAN GINOGENESIS TRIPLOIDISASI DAN HIBRIDISASI Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas praktikum Genetika Ikan Disusun Oleh : Perikanan B Kelompok 3 Ayu Nurul FS 230110130088 Erik Riksa Munir 230110130119 Siti Aliyah 230110130144 Zulfiqar Wahyu I 230110130142 UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI PERIKANAN 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami dari penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini. Laporan praktikum ini berjudul “Pemijahan Buatan Ginogenesis, Triploidisasi dan Hibridisasi ”. Dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa pula kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu khususnya dari rekan-rekan sekelompok kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik, walaupun ada beberapa hambatan yang kami alami dalam penyusunan makalah ini, namun berkat motivasi yang disertai kerja keras dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya dapat teratasi. Semoga makalah ini, dapat bermanfaat dan menjadi sumber pengetahuan bagi pembaca. Dan apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan kiranya pembaca dapat memakluminya. Akhir kata dengan kerendahan hati, kritik dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Sekian dan terima kasih. Jatinangor, Desember 2014 Penyusun i DAFTAR ISI Bab I Halaman KATA PENGANTAR ............................................................. DAFTAR ISI............................................................................ DAFTAR TABEL…………………………………………… DAFTAR GAMBAR ............................................................... DAFTAR LAMPIRAN ........................................................... PENDAHULUAN ................................................................... i ii iv v vi Latar Belakang .................................................................... Identifikasi Masalah Tujuan ................................................................................. Manfaat ............................................................................... II TUNJAUAN PUSTAKA ........................................................ 2.1. Ikan komet ......................................................................... 2.2. Ikan Mas............................................................................. 2.3. reproduksi ikan................................................................... 2.4.Spermatozoa ....................................................................... 2.5. Pemijahan buatan ............................................................... 2.5.1 Ginogenesis ...................................................................... 2.5.2 Hibridisasi ........................................................................ 2.5.3 Triploidisasi ..................................................................... 2.6 Embriogenesis ..................................................................... III 4 7 10 13 15 16 19 20 21 METODOLOGI ...................................................................... 3.1. Waktu dan tempat .............................................................. 3.2. Alat dan Bahan ................................................................... 3.3. Prosedur ............................................................................. 3.3.1. Persiapan Alat Praktikum ............................................... 3.3.2. pemijahan buatan ............................................................ 3.3.3. Hibridisasi ....................................................................... 3.3.4. Ginogenesis ..................................................................... 3.3.5 Triploidisasi ..................................................................... 3.3.6 Embriogenesis .................................................................. 3.3.7 Pemeliharaan larva ........................................................... 3.4. Metode Praktikum .............................................................. 3.5. Rancangan Praktikum ........................................................ 3.5.1 FR ..................................................................................... ii 25 25 26 26 26 27 27 27 28 28 28 29 29 IV V 3.5.2 HR .................................................................................... 3.5.3 SR Larva .......................................................................... 3.6. Analisis data ....................................................................... HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 30 30 30 4.1. Pemijahan buatan ............................................................... 4.2. Hasil dan Pembahasan ....................................................... 32 33 KESIMPULAN ....................................................................... 5.1. Kesimpulan ........................................................................ 5.2. Saran…………………………………………………….. 46 46 DAFTAR PUSTAKA .............................................................. vii LAMPIRAN............................................................................. iii DAFTAR TABEL No. 1. Judul Perkembangan Embiogenesis Setiap Perlakuan.......……...... iv Halaman 38 DAFTAR GAMBAR No. Judul Halaman 1. Ikan Komet………………………...........…………………… 5 2. Ikan Mas………………...…………………………………… 7 3. Spermatozoa……..…………………………………………... 14 4. Embriogenesis…………...………………………………….. 22 v DAFTAR LAMPIRAN No. Judul Halaman 1. Proses Pemijahan Secara Buatan……………………………… 1 2. Alat dan Bahan Praktikum…………………………………….. 3 vi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan adalah salah satu sumber protein tertinggi di dunia ini. Untuk memperolehnya dapat dilakukan dengan cara menangkap langsung dari alam dan dapat pula dengan cara membudidayakannya. Pada saat ini, kebutuhan akan ikan sangatlah meningkat pesat, namun dalam kenyataannya produksi ikan yang ada di alam kurang mampu memenuhi kebutuhan tersebut secara keseluruan. Oleh karena itu diperlukan langkah yang sangat tepat, salah satu cara yang paling bisa diandalkan adalah dengan cara membudidayakannya. Namun, dengan budidaya masalah tidak berhenti begitu saja. Bahkan, masalah baru pun muncul seperti hasil yang buruk, dan lain – lain. Hasil yang buruk dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor lingkungan, faktor ekosistem, faktor SDM, dan faktor induk dan keturunannya. Dalam kaitanya dengan faktor induk dan keturunanya, perlu diadakan beberapa hal yang dapat meningkatkan kualitas keturunannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas induk dan keturunannya yaitu dengan proses rekayasa genetika ikan. Genetika adalah ilmu mengenai pewarisan sifat dan keanekaragamannya. Contoh dari rekayasa genetika pada ikan adalah degan cara Ginogenesis, Triploidisasi dan Hibridisasi. Ginogenesis adalah suatu proses penurunan sifat maternal secara total melalui perkembangan telur tanpa kontribusi sperma secara 1mbryog untuk menjadi embrio yang dimaksudkan agar keturunan yang dihasilkan bersifat homozigotik (cloning). Ginogenesis dapat terjadi secara alami dan buatan, ginogenesis secara alami jarang sekali terjadi ditemukan sperma yang membuahi telur dalam keadaan material 1 mbryog tidak aktif. Tahapan pelaksanaan ginogenesis adalah penyinaran sinar ultraviolet pada sperma selama 2 menit kemudian pemberian kejutan panas pada suhu 1 2 40oC selama 2 menit yang kemdian diinkubasi. Tingkat keberhasilan dari teknik ini dipengaruhi oleh waktu awal kejutan, suhu dan lamanya kejutan. Spesies. Dengan melakukan kegiatan praktikum kali ini praktikan jadi mengetahui bagaimana cara melakukan teknik ini dari segi perlakuan dan proses atau tahapannya. Triploidisasi adalah suatu usaha atau teknik yang dimana berguna untuk menghambat dari pembentukan sel kelamin dari suatu ikan agar ikan dapat berkembang atau tumbuh dengan cepat, karena energy yang tadinya digunakan untuk menumbuhkan gamet atau sel kelamin dialih fungsikan atau diserahkan kepada pertumbuhan ikan tersebut. Hibridisasi adalah suatu pemijahan buatan yang dimana mengawinkan dua jenis ikan yang dilakukan dengan cara eksternal dengan ikan yang memiliki sifat unggul guna memperbaiki keturunan dari ikan tersebut dan mendapatkan hasil yang lebih unggul dari semua segi dibanding indukannya. 2.6 Identifikasi Masalah Semakin berjalannya waktu, semakin banyak teknologi yang muncul dalam bidang perikanan ini termasuk dalam bidang budidaya. Dalam bidang budidaya pemijahan buatan yang biasa dilakukan adalah hibridisasi karena hibridisasi bisa dbilang mudah dibandingkan dengan yang lain. Dan pada kesempatan kali ini kita akan melakukan suatu pengamatan dan perlakuan terhadap tiga pemijahan buatan yaitu hibridisasi, ginogenesis dan triploidisasi. 1.1.1 Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum penijahan buatan Ginogenesis, Triploidisasi dan Hibridisasi adalah : 1. Mahasiswa mampu mengetahui 2mbryog yang digunakan dalam pemijahan buatan ini 3 2. Untuk dapat mengenali induk ikan yang siap memijah 3. Untuk dapat mengetahui teknik penyuntikan dan stripping 4. Mengetahui teknik pemijahan buatan Ginogenesis, Triploidisasi dan Hibridisasi 5. Untuk mampu membedakan antara bentuk telur yang terbuahi dan tidak terbuahi 6. Mengetahui perkembangan telur sejak fertilisasi hingga penetasan telur 2.6 Manfaat Praktikum Manfaat dari praktikum ini yakni dapat menambah kemampuan mahasiswa dalam proses peminjahan buatan yang dimana dengan melakukan tiga pemijahan buatan yaitu ginogenesis, triploidisasi dan hibridisasi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Komet Ikan komet (Carassius auratus) merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang 4mbryog di kalangan masyarakat, khususnya bagi pecinta ikan hias. Bukan hanya itu saja, sudah banyak yang berawal dari sekedar hobi kemudian mengkomersilkannya. Hal ini dikarenakan ikan komet memiliki warna yang indah dan eksotis serta bentuk dan gerakan yang menarik, dan dikenal sangat jinak karena dapat mudah hidup berdampingan dengan jenis ikan lain bila berada didalam satu tempat, karena sifatnya yang mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, ikan ini dapat dipelihara di 4mbryo semua tempat di dunia asal saja tempatnya bersih dan sehat. Ikan komet merupakan salah satu jenis ikan hias yang 4 mbryog saat ini, keunggulan ikan komet adalah pada warna yang terdapat pada ikan tersebut yang bermacam-macam seperti putih, kuning, merah, atau perpaduan lain dari warnawarna tersebut. Hal inilah yang membuat ikan komet memiliki nilai daya jual yang tinggi, sehingga banyak orang yang berusaha memperoleh keuntungan yang tinggi. Budidaya ikan hias ini tidak sulit, modalnya kecil dan seluruh anggota pun bisa dilibatkan, tidak membutuhkan lahan yang luas, modal utamanya justru keterampilan atau teknik budidaya yang harus terus ditingkatkan. 2.1.1 Klasifikasi Ikan Komet (Carassius auratus) Ikan komet termasuk dalam 4mbryo Cyprinidae dalam genus Carassius. Ikan komet merupakan salah satu jenis dari Cypridae yang banyak dikenal dikalangan masyarakat karena memiliki warna yang indah dan eksotis serta bentuk yang menarik. 4 5 Gambar 1. Ikan Komet (sumber: http://momolifememories.blogspot.com/) Kedudukan ikan komet di dalam sistematika menurut Goernaso (2005) adalah sebagai berikut :   Filum : Chordata  Kelas : Pisces  Sub kelas : Teleostei  Ordo : Ostariphisysoidei  Sub ordo : Cyprinoidea  Famili : Cyprinidae  Genus : Carassius Spesies : Carassius auratus 2.1.2 Biologi Ikan Komet Kebiasaan hidup di alam Ikan Komet aslinya hidup di sungai, danau, dan lain lambat atau masih menggerakkan tubuh air di kedalaman sampai dengan 20 m. Di habitat aslinya ikan Komet tinggal di iklim 5mbryogene dan lebih suka air tawar dengan pH 6,0-8,0, dengan kesadahan air sebesar 5,0 _ 19,0 DGH, dan rentang 5mbryogenes 32-106 F (0 – 41 C). Makanan ikan Komet terdiri dari krustasea, serangga, dan bahan tanaman. Ikan Komet bertelur pada vegetasi air. Hidup di 6 sungai-sungai, danau, kolam dan saluran dengan air tergenang dan lambat mengalir. Pemakan termasuk tumbuhan, krustasea kecil, serangga, dan detritus. Ikan Komet hidup lebih baik dalam air dingin dan bertelur pada vegetasi terendam. Ikan Komet merupakan ikan euryhaline yang mampu hidup pada salinitas 17 ppt, tetapi tidak mampu bertahan lama pemaparan diatas 15 ppt (Anonim, 2009). 2.1.3 Reproduksi Ikan Komet Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Menjelang memijah, induk-induk ikan mas aktif mencari tempat yang rimbun, seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan. (Gursina, 2008). Sifat telur ikan Komet adalah menempel pada substrat. Telur ikan Komet berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh . Antara 2-3 hari kemudian, telur-telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan Komet mempunyai kantong kuning telur yang berukuran 6mbryoge besar sebagai cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur tersebut akan habis dalam waktu 2-4 hari. Larva ikan Komet bersifat menempel dan bergerak 6mbryoge. Ukuran larva antara 0,50,6 mm dan bobotnya antara 18-20 mg. Larva berubah menjadi kebul (larva stadia akhir) dalam waktu 4-5 hari. Pada stadia kebul ini, ikan Komet memerlukan pasokan makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan alami kebul terutama berasal dari zooplankton, seperti 6mbryog, moina, dan daphnia. Kebutuhan pakan alami untuk kebul dalam satu hari sekitar 60-70% dari bobotnya. Setelah 2-3 minggu, kebul tumbuh menjadi burayak yang berukuran 1-3 cm dan bobotnya 0,1-0,5 gram. Antara 2-3 minggu kemudian burayak tumbuh menjadi putihan (benih yang 7 siap untuk didederkan) yang berukuran 3-5 cm dan bobotnya 0,5-2,5 gram. Putihan tersebut akan tumbuh terus. Setelah tiga bulan berubah menjadi gelondongan yang bobot per ekornya sekitar 100 gram. 2.1.4 Siklus Hidup Ikan Komet Siklus hidup ikan Komet dimulai dari perkembangan di dalam gonad (ovarium pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan yang menghasilkan sperma). Sebenarnya pemijahan ikan Komet dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun, di habitat aslinya, ikan Komet sering memijah pada awal musim hujan, karena adanya rangsangan dari aroma tanah kering yang tergenang air (Anonim, 2009). 2.2. Biologi Ikan Mas Gambar 2. Ikan Mas (sumber: http://memancing.info/teknik-mancing/cara-mancing-ikan-mas) 2.2.1  Klasifikasi Ikan Mas   Kingdom : Animalia Filum : Chordata  Kelas : Actinopterygi Ordo : Cypriniformes 8    Famili : Cyprinidae Genus : Cyprinus Spesies : Cyprinius Caprio Ikan mas ini memiliki bentuk tubuh yang panjang dan pipih atau biasa di sebut dengan sebutan comprossed. Belahan mulut nya terdapat pada bagian depan kepalanya atau lebih tepatnya berada pada bagian ujung hidungnya. Gigi kerongkongannya terdapat pada ujung mulut bagian dalamnya. Adanya dua pasang sungut pada wilayah anteriornya. Pada seluruh bagian tubuhnya di selimuti oleh sisik. Sisik ikan mas ini memiliki ukuran yang besar, jika di bandingkan dengan sisikikan yang lain akan sangat terlihat perbedaan nya. Bentuk ekor ikan mas ini memiliki bentuk yang berlekuk tunggal. Memiliki sirip punggung yang memanjang, Letak sirip punggungnya berseberangan dengan letak sirip perutnya. Letak sirip perutnya sangat dekat dengan sirip dadanya, Terdapat operculum dan properkulum pada sirip dada nya, Untuk menampung makanan, ikan mas menggunakan lambung palsu nya, Insang ikan mas terdiri dari beberapa bagian seperti tulang lengkung insang, tapis insang, dan lembaran daun insang. 2.2.2 Reproduksi Ikan Mas Ikan Mas merupakan kelompok hewan teleostei, ikan betina dan ikan jantan tidak memiliki alat kelamin luar. Ikan betina tidak mengeluarkan telur yang bercangkang, namun mengeluarkan ovum yang tidak akan berkembang lebih lanjut apabila tidak dibuahi oleh sperma. Ovum tersebut dikeluarkan dari ovarium melalui oviduk dan dikeluarkan melalui kloaka. Saat akan bertelur, ikan betina mencari tempat yang rimbun olehtumbuhan air atau diantara bebatuan di dalam air. Bersamaan dengan itu, ikan jantan juga mengeluarkan sperma dar testis yang disalurkan melalui saluran urogenital (saluran kemih sekaligus saluran sperma) dan keluar melalui kloaka, sehingga terjadifertilisasi di dalam air (fertilisasi eksternal). 9 Peristiwa ini terus berlangsung sampai ratusan ovum yang dibuahi melekat pada tumbuhan air atau pada celah-celah batu. Telur-telur yang telah dibuahi tampak seperti bulatan-bulatan kecil berwarna putih. Telur-telur ini akan menetas dalam waktu 24 – 40 jam. Anak ikan yang baru menetas akan mendapat makanan pertamanya dari sisa kuning telurnya, yang tampak seperti gumpalan di dalam perutnya yang masih jernih. Dari sedemikian banyaknya anak ikan, hanya beberapa saja yang dapat bertahan hidup. Sistem Genitalia Jantan: 1. Testis berjumlah sepasang, digantungkan pada dinding tengah rongga abdomen oleh mesorsium. Bentuknya oval dengan permukaan yang kasar. Kebanyakan testisnya panjang dan seringkali berlobus. 2. Saluran reproduksi, pada Elasmoranchi beberapa tubulus mesonefrus bagian anterior akan menjadi duktus aferen dan menghubungkan testis dengan mesonefrus, yang disebut dutus deferen. Baian posterior duktus aferen berdilatasi membentuk vesikula seminalis, lalu dari sini akan terbentuk kantung sperma. Dutus deferen akan bermuara di kloaka. Pada Teleostei saluran dari 9mbryo ekskresi dan 9mbryo reproduksi menuju kloaka secara terpisah. Sistem Genitalia Betina: 1. Ovarium pada Elasmoranchi padat, tapi kurang kompak, terletak pada anterior rongga abdomen. Pada saat dewasa yang berkembang hanya ovarium kanan. Pada Teleostei tipe ovariumnya sirkular dan berjumlah sepasang. 2. Saluran reproduksi Elasmoranchi berjumlah sepasang, bagian anteriornya berfusi yang memiliki satu ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Oviduk sempit pada bagian anterior dan posteriornya. Pelebaran selanjutnya pada uterus yang bermuara di kloaka. Pada Teleostei punya 10 oviduk pendek dan berhubungan langsung dengan ovarium. Pada bagian posterior bersatu dan bermuara pada satu lubang. Teleostei tidak memiliki kloaka. 2.3. Reproduksi Ikan Reproduksi pada ikan seperti halnya pada mahluk hidup lainnya, adalah suatu proses alamiah dalam rangka pengelakan spesies. Reproduksi adalah suatu proses makhluk hidup dalam usaha pengabdian spesies dan proses pemunculan spesies dengan ciri atau sifat yang merupakan kombinasi perubahan 10 mbryog. Ikan mengembangkan berbagai strategi reproduksi untuk mencapai keberhasilan reproduksi. Disini organ-organ yang terkait dengan proses reproduksi sangat berperan. Hal ini berhubungan dengan kondisi lingkungan perairan tempat hunian ikan. Perubahan lingkungan akan memberikan efek yang berbeda pada spesies ikan yang berbeda. Beberapa jenis ikan bahkan melakukan perjalanan ruaya yang jauh untuk memijah. Pemijahan yang tepat tempat dan tepat waktu untuk kepastian keberhasilan reproduksi terkait erat dengan peran 10mbryo endoktrin. Berdasarkan tipe-tipe reproduksi dan seksualitas, ikan dapat di bedakan menjadi 3 tipe, yaitu:  Biseksual Biseksual dapat di artikan sebagai jenis ikan yang memiliki dua kelamin dalam satu spesies atau dengan kata lain dapat di bedakan menjadi jantan dan betina. Pembedaan ini dapat dilakukan dengan melihat ciri seksual primer dan sekunder nya. Ciri seksual primer hanya bisa di lihat dengan melakukan pembedahan. Ciri seksual primer hanya dapat ditandai oleh organ yang berhubungan langsung dengan proses reproduksi; yaitu testis dan saluran pada ikan jantan, dan ovarium dan saluranya pada ikan betina. Sedangkan ciri seksual sekunder dapat dibedakan oleh dimorfise seksual 11 atau melihat ciri morfologi dari ikan tersebut dan dikromatisme seksual dengan melihat warna dari ikan tersebut.  Uniseksual Uniseksual dapat diartikan sebagai organisme yang berkelamin tunggal. Pada beberapa spesies ikan penentuan kelamin lebih mudah dilakukan karena semua individu berkelamin betina. Contoh yang tepat mengenai fenomenan ini adalah kelompok ikan molly-amazon (Poecillia 11mbryog) merupakan ikan yang ditemukan pertama kali sebagai ikan yang berkelamin betina. Molly-amazon bertindak sebagai 11mbryoge seksual terhadap dua spesies lain dari genus yang sama. Sperma dari jantan dari jenis ikan inang diperlukan untuk mengaktifkan perkembagan telur-telur molly-amazon, tetapi penyatuan kromosom jantan dan betina tidak terjadi sehingga hanya terbentuk betina yang secara 11 mbryog seragam. Pembentukan keturunan unuseksual ini disebut dengan 11mbryogenesis11s (partenos,perawan, dan genesis, kejadian).  Hermaprodit Hermaprodit dapat diartikan sebagai sebuah organisme yang memiliki kelamin ganda. Hermaprodit dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu hermaprodit singkroni, hemaprodit protandi, dan hemaprodit protogini. Hermaprodit singkroni adalah golongan ikan yang gonadnya terdapat sel kelamin jantan dan betina yang dapat aktif secara bersamaan. Hemaprodit protandi adalah golongan ikan yang dalam hidupnya mengalami perubahan jenis kelamin dari jantan menjadi betina misalnya ikan black porgy, ikan ini pada umur tiga tahun berubah dari kelamin jantan ke betina. Hermaprodit Protogini adalah golongan ikan yang dalam hidupnya mengalami perubahan dari jenis betina menjadi jantan misalnya Labroides dimidiatus. 12 Organ reproduksi ikan dinamakan dinamakan gonad. Pada ikan jantan gonad disebutt dengan testis, pada ikan betina disebit dengan ovarium.  Testis (gonad jantan) bersifat internal dan bentuknya memanjang (longitudinal) pada umumnya berpasangan. Beratnya bisa mencapai 12 % atau  lebih dari bobot tubuhnya. Kebanyakan testis berwarna putih atau kekuningan. Ovarium berbentuk longitudinal. Letaknya internal dan biasanya berjumlah sepasang. Jika dalam keadaan matang ovarium bisa mencapai 30-70% dari berat tubuhnya. Warnanya pun berbeda-beda, sebagian besar berwarna keputih-putihan dan menjadi kekuning-kuningan pada waktu matang. Kematangan testis dan ovarium dipengaruhi oleh umur, spesies dan, ukuran. Ikan memiliki siklus reproduksi yang berbeda satu dengan lainya misalnya saja ikan salmon (Onchorhynchud ), lamprey laut ( Petromyzon marinus) dan sidat ( Anquilla ) yang bereproduksi satu kali dalam hidupnya. Ada juga ikan yang bereproduksi empat minggu sekali contohnya Ikan seribu (Lebistes reticulatus). Namun ada juga ikan yang memijah dua sampai tiga kali dalam setahun misalnya ikan mujair (Oreochromis mossambicus). Dalam pemijahan ikan memiliki tempat pemijahan yang berbeda-beda, Diantaranya: 1. Memijah pada dasar perairan yang berbatu disebut golongan ikan Litophil. 2. Memijah pada pasir disebut golongan ikan Psamophil. 3. Memijah pada kolam air pada kolam terbuka disebut golongan ikan Pelagophil. 4. Memijah pada cangkang yang telah mati biasanya disebut golongan ikan Ostrachophil. 13 Berdasarkan tempat embrio berkembang dan tempat terjadinya pembuahan digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu: 1. Ovivar (bertelur) : Golongan ikan ovivar adalah ikan yang mengeluarkan telur pada saat pemijahan, sebagian besar jenis ikan termasuk golongan ini. 2. Vivipar (beranak) : Golongan ikan 13 mbryoge adalah ikan yang perkembangan embrionya berada dalam tubuh induknya dan perkembangan embrionya dipengaruhi oleh tali plasenta, contohnya beberapa ikan elasmobranchii. 3. Ovovivipar (bertelur beranak) : Golongan ikan ovovivipar adalah golongan ikan yang perkembangan embrionya berada dalam tubuh, namun perkembangan embrionya tidak dipengaruhi oleh tali plasenta, namun oleh kuning telur, contohnya ikan rockfish (Scorpaenidae). Perkembangan embrio diawali saat proses impregnasi, yaitu saat sel jantan memasuki sel telur. Fertililasi sel telur dikatakan sempurna ketika inti sel telur dan spermatozoa menyatu dalam sitoplasma telur, persatuan kedua inti sel tersebut mengakhiri proses pembuahan dan membentuk zigot. Tahap perkembangan embrio ikan dimulai dari Morula, Blastula, Gastrula, dan Organogenesis. 2.4. Spermatozoa Spermatozoa adalah sel seks pria atau gamet yang membuahi sel telur wanita atau ovum pada organisme yang bereproduksi secara seksual, termasuk semua hewan dan beberapa tanaman. Tidak seperti kebanyakan sel-sel yang membentuk organisme multiseluler, spermatozoa terdiri dari kepala dan setidaknya satu 13mbryoge atau 14 ekor, yang memungkinkan mereka untuk bergerak secara independen. Kepala mengandung sedikit sitoplasma dibandingkan dengan sel lain dan membawa kromosom sangat padat dalam inti. Seperti semua sel-sel kelamin, sel sperma haploid, hanya mengandung setengah jumlah kromosom khas spesies. Pada mamalia, spermatogenesis dimulai pada vesikel 14 mbryogenesi dari testis laki-laki. Dalam keberadaan konsentrasi tinggi 14 mbryogenesi, yang mulai terjadi pada masa remaja, spermatosit primer dewasa dan membagi menjadi spermatosit sekunder. Sel-sel yang dihasilkan dibagi menjadi 2 sel sperma belum matang yang disebut spermatid, masing-masing akan menjadi spermatozoon matang. Gambar 3. Spermatozoa (sumber: http://unikspedia.blogspot.com/2013/04/fakta-unik-sperma.html) Cairan 14mbryogen semen menyediakan lingkungan yang hangat dan lembab yang sel sperma membutuhkan untuk kelangsungan hidup dan media tempat mereka dapat bergerak dengan mudah. Hal ini juga melindungi sel-sel dan membantu untuk mengontrol kecepatan saat mereka bergerak. Energi yang dibutuhkan untuk gerakan seperti cambuk atau flagellar dengan ekor yang mendorong setiap sel sperma melalui cairan mani disediakan oleh struktur selular kecil yang disebut mitokondria yang mengelilingi bagian atas ekor. 15 Untuk fertilisasi dan reproduksi terjadi, spermatozoa harus ditransfer dari jantan ke betina melalui vagina atau kloaka dimana glikoprotein pada permukaan sel menjaga spermatozoa dari diserang oleh 15mbryo kekebalan tubuh betina. Perjalanan sperma melalui saluran reproduksi wanita, di mana salah satunya menembus lapisan pelindung terluar ovum. Spesies-reseptor spesifik pada permukaan dari kedua sel telur dan spermatozoa memastikan bahwa sel sperma dari satu spesies umumnya mampu membuahi ovum hanya dari spesies yang sama. Dalam 15 mbryoge sel yang membungkus kepala, dan menutupi banyak daerah bawah, adalah lapisan dalam yang disebut akrosom, yang memainkan peran penting dalam pembuahan. Penetrasi ovum terjadi ketika akrosom yang menonjol keluar spermatozoon menembus melalui 15mbryoge sel, bereaksi dengan serta seiring dengan melemahnya lapisan luar sel telur. Ketika reaksi akrosom ini berlangsung, kepala spermatozoa menyatu dengan 15mbryoge sel ovum dan melepaskan isinya ke sel telur. Inti sperma dan ovum bersatu, sehingga zigot dari mana organisme baru dari spesies yang sama berkembang. 2.5. Pemijahan Buatan 2.5.1 Ginogenesis Pengembangbiakan ikan merupakan salah satu kegiatan dari proses budidaya ikan. Ikan yang akan dibudidsayakan harus dapat tumbuh dan berkembang biak agar kontinuitas produksi budidaya dapat berkelanjutan. Untuk mendapatkan ikan yang berkualitas banyak langkah yang telah dilakukan para pembudidaya. Dimulai dari metode hibridisasi, sex reversal, poliploidisasi hingga selektif breeding. Poliploidisasi merupakan salah satu metode manipulasi kromososm untuk perbaikan dan peningkatan kualitas 15 mbryog ikan guna menghasilkan benih ikan dengan keunggulan pertumbuhan cepat, toleransi terhadap lingkungan, resisten terhadap penyakit, dan persentase daging tinggi. 16 Manipulasi kromosom mungkin dilakukan selama siklus 16 mbryog dalam pembelahan sel, dasarnya adalah penambahan atau pengurangan sel haploid atau diploid. Pada ikan dan hewan lainnya dengan fertilisasi eksternal proses dapat dilakukan untuk salah satu gamet sebelum fertilisasi atau telur terfertilisasi pada beberapa periode selama formasi pada zigot (Purdom, 1993). Salah satu metode manipulasi kromosom adalah ginogenesis. Ginogenesis adalah proses terbentuknya zigot dari gamet betina tanpa kontribusi dari gamet jantan. Dalam ginogenesis gamet jantan hanya berfungsi untuk merangsang perkembangan telur dan sifat-sifat genetisnya tidak diturunkan. Ginogenesis dapat terjadi secara alami dan buatan. Nagy et al,. 1978, menyebutkan ginogenesis adalah terbentuknya zigot 2n (diploid) tanpa peranan 16mbryog gamet jantan. Jadi gamet jantan hanya berfungsi secara fisik saja, sehingga prosesnya hanya merupakan perkembangan pathenogenetis betina (telur). Untuk itu sperma diradiasi. Radiasi pada ginogenesis bertujuan untuk merusak kromososm spermatozoa, supaya pada saat pembuahan tidak berfungsi secara genetic (Sumantadinata, 1981). Ginogenesis secara alami jarang terjadi pada pembuahan, karena 16mbryog sperma yang masuk ke dalam telur yang dalam keadaan tidak aktif jarang didapatkan, pada beberapa populasi ikan karper krusia (Carrasius auratus gibelio) dan beberapa spesies dari family Poecilidae di Meksiko terjadi ginogenesis secara alami. Sedangkan ginogenesis buatan dilakukan melalui beberapa perlakuan pada tahapan pembuahan dan awal perkembangan embrio. Perlakuan ini bertujuan untuk membuat supaya bahan 16mbryog jantan menjadi tidak aktif lalu mengupayakan terjadinya diploisasi agar telur dapat menjadi zigot. Bahan 16 mbryog dalam spermatozoa dibuat tidak aktif dengan radiasi sinar gama, sinar X dan sinar ultraviolet (Purdom, 1993). Perlakuan Ginogenesis Untuk mendapatkan benih ikan yang monosex secara ginogenesis ada beberapa perlakuan yang dapat dilakukan yakni antara lain: 17 2. Penyinaran sperma dengan sinar ultraviolet Sebelum sperma dicampur dengan sel telur (pemijahan buatan) sperma tersebut diberi perlakuan penyinaran dengan sinar UV. Hal ini dilakukan untuk merusak bahan 17 mbryog sperma. Komposisi kimiawi sperma pada plasma inti (nukleoplasma) diantaranya adalah DNA, Protamine, Non Basik Protein. Sedangkan seminal plasma mengandung protein, potassium, sodium, 17 mbryog, magnesium, posfat, klarida. Sedangkan komposisi kimia ekor sperma adalah protein, lecithin dan cholesterol (Gusrina, 2008). Sinar ultraviolet dengan panjang gelombang di bawah 300 nm dapat diserap secara kuat oleh bahan biologi tertentu, terutama asam nukleat, protein, dan koenzim. Tetapi sinar ini tidak sampai mengionisasi atom-atom dan molekulnya disamping itu kemampuan sinar ultraviolet untuk menembus bahan sangat terbatas. Walaupun sinar ultraviolet yang dapat masuk ke bahan biologi tersebut sedikit, tetapi 17mbryo semua diserap. Hal ini berarti efisiensi penyerapan sinar ultraviolet olleh bahan-bahan biologi sangat tinggi. Pada panjang gelombang hingga 260 nm sinar UV dapat merusak fungsi pirimidin AND yang merupakan bahan genetic sperma. Walapun sperma diradiasi namun tidak sampai merusak kemampuannya untuk bergerak dan membuahi telur. Dengan demikian sperma ini masih mampu untuk memicu untuk terjadinya pembuahan dan perkembangan telur. 2. Perlakuan kejut suhu Setelah sperma diberi perlakuan penyinaran kemudian dicampur dengan sel telur dan dilepaskan dalam air agar terjadi pembuahan. Setelah pembuahan terjadi kemudian telur yangterbuahi tersebut diberi kejutan lingkungan. Hal ini dapat berupa kejut suhu atau dengan tekanan hidrostatis. Perlakuan dengan tekanan hidrostatis memerlukan peralatan yang rumit, mahal sehingga suli untuk diterapkan telur dalam jumlah banyak namun metode ini efektif untuk memproduksi tingkat heterozigositas nol persen. Kejut suhu lebih praktis dalam penggunaannya sehingga bisa diterapkan 18 pada jumlah yang banyak. Kejut suhu dimaksudkan untuk pencegahan keluarnya polar body II telur pada saat terjadi pembelahan miosis kedua atau pencegahan pembelahan sel setelah duplikasi kromosom pada saat terjadi pembelahan mitosis pertama sehingga jumlah kromosom telur mengganda lagi pada awal perkembangan zigot (Nagy et al:, 1978). Kejut suhu disini berupa kejutan panas dan kejutan dingin. Pemberian kejutan panas lebih singkat periodenya dibandingkan dengan kejut dingin. Pada saat oogenesis (proses pembentukan sel telur hingga siap untuk ovulasi), sel telur belumlah dalam keadaan 2N melainkan 4N. Saat pembelahan sel miosis I terjadi,saat itu dikatakan sel telur telah matang. Saat itulah ada “loncatan” polar body I (2N), sehingga sel telur yang awalnya 4N menjadi 2N. Pembelahan sel secara miosis, ada pengurangan set kromosom menjadi setengah dari semula. Perbedaannya dengan pembelahan sel mitosis (pembelahan yang ditandai dengan penggandaan atau perbanyakan jumlah sel. Satu buah sel telur yang memiliki dua set kromosom (2N) dan satu buah sel sperma memiliki satu set kromosom (1N). Jika keduanya kita pasangkan, maka terjadilah pembuahan. Setelah sel telur dibuahi oleh sperma, maka satu set kromosom sperma memasangkan diri terhadap satu set kromosom pada sel telur. Dan sebagai akibatnya, ada satu set kromosom sel telur yang tidak mendapatkan pasangan. Itulah yang kemudian dipahami oleh beberapa peneliti, bahwa polar body II yang berisi satu set kromosom (1N) akan “ke luar” dari 18 mbryo. Satu set yang tidak memiliki pasangan kromosom itu akan ter denaturasi. Dengan terjadinya, maka sel telur yang sudah dibuahi tersebut, kembali pada kondisi normal (2N) dan menyiapkan diri untuk melakukan proses berikutnya; yakni pembelahan sel mitosis. Jika proses keluarnya polar body II kita ganggu dengan kejut suhu di atas hingga mengalami kegagalan, maka tentu saja sel telur yang sudah dibuahi itu akan tetap memiliki tiga set kromosom; dua set dari sel telur dan satu set dari sel sperma. Inilah yang kemudian kita kenal sebagai triploid atau individu yang memiliki tiga set kromosom (3N). Karena materi genetic sperma telah rusak maka yang akan berkembang dan mengalami pembelahan hanya pada set kromosom telur dari induk 19 betina. Oleh karena itu ginogenesis hanya akan menghasilkan anakan yang sama dengan sifat induknya jika metode ini berhasil. Ginogenesis dapat digunakan untuk pemurnian ikan menggantikan teknik perkawinan sekerabat. Menurut Rohadi, D. S, (1996) dengan ginogenesis buatan dapat menghasilkan ikan bergalur murni dengan sifat homozigositas. Hasil pemurnian ikan dengan metode ginogenesis selama satu generasi sama dengan hasil tujuh sampai delapan generasi perkawinan sekerabat sedangkan homozogositassatu generasi ikan ginogenesis sama dengan homozigositas tiga generasi ikan hasil perkawinan sekerabat. Keberhasilan dari metode ini ditentukan oleh umur zigot, lama waktu kejutan dan suhu kejutan panas yang digunakan. Lamanya kejutan suhu, pemilihan waktu yang tepat serta suhu perlakuan yang tepat adalah spesifik atau khas untuk masing-masing jenis ikan. 2.5.2 Hibridisasi Hibridisasi merupakan program persilangan yang dapat diaplikasikan pada ikan, udang, kerang-kerangan maupun rumput laut. Hasil dari program ini dapat menghasilkan individu-individu yang unggul, kadang-kadang ada juga yang steril dan dapat menghasilkan strain baru (Rustidja, 2005). Hibridisasi akan mudah dilakukan apabila dapat dilakukan reproduksi buatan seperti halnya ikan mas dan ikan nila, dimana dapat dilakukan striping telur dan sperma. Berdasarkan dari hasil penelitian oleh para ahli genetika hibridisasi dibagi menjadi dua yakni : Interspecifik hibridisasi yaitu perkawinan antara spesies yang berbeda. Intraspecipik hibridisasi yaitu perkawinan dalam satu species. Hibridisasi merupakan persilangan antara varitas atau spesies yang secara morfologis memiliki perbedaan. Kirpichnikov (1981), menyatakan bahwa perbedaan yang paling menonjol yang digunakan dalam hibridisasi intervaritas adalah perbedaan warna, bentuk, ukuran dan kelengkapan biologis lain yang melekat pada organ tubuh. 20 Hibridisasi dalam pengembangbiakan ikan sudah dikenal serta dilakukanorang untuk memeperbaiki sifat 20mbryog ikan tertentu. Hibridisasi pada ikan dapat dilakukan antara ikan ras dalam satu spesies, antara ras dalam satu genus anataragenus dalam ras satu family atau berbeda family (Hickling 1971 Dalam Syamsiah2001). Hibridisasi ini bertujuan untuk mendapatkan benih dengan sifat lebih baik dari yang dipunyai tertuanya terutama dalam pertumbuhan, kematangan gonad,ketahanan terhadap penyakit serta lingkungan buruk, dan efesiensi pemanfaatanmakanan (Hardjamulia dan Suseno dalam Syamsiah 2001).Berdasarkan konsep di atas penggunaan sperma ikan mas (Cyrinus carpio) dapat diaplikasikan pada hibridisasi ikan komet (Carassius auratus), mengingatikan mas memiliki pertumbuhan cepat, dan memiliki kekerabatan yang cukup dekat dengan ikan komet. Hibridisasi yang dilakukan diharapkan dapat menghasilkan ikan komet Hibrid yang memiliki mutu genetis yang lebih baik. 2.5.3 Triploidisasi Triploidisasi merupakan salah satu bagian dari ploidisasi dengan proses atau tgerbentuknya individu dengan kromosom lebih dari dua set.Triploidisasi telah dilakukan dandigunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ikan. Teknik triploidisasi dapat mengunakan dua pelakuan, yaitu perlakuan fisika dan kimia. Penggunaan perlakuan fisika dan kimia sesaat setelahdimulainya pembuahan merupakan cara yang 20mbryoge mudah dalam triploidisasi. Kejutan suhu mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Kejutan suhu ini bisa berupakejutan yang lebih panas dari suhu normal. Kejutan panas juga memerlukan waktu yang lebihsingkat Pendekatan praktis untuk induksi dari poliploidi pada kejutan melalui dingin. kejutan panas merupakan perlakuan aplikatif sesaat setelah fertilisasi (untuk induksi triploidi) atau sesaatsetelah pembelahan pertama (untuk induksi tetraploidi) pada suhu lethal.Tiga parameter yang berhubungan dengan perlakuan kejutan panas adalah umur zigotwaktu pelaksanaan kejutan, suhukejutan dan lama perlakuan kejutan. 21 Pemilihan umur zigot waktu pelaksanaan, suhu dan lama waktu kejutan yang tepat adalah spesifik untuk masing!masing sperma dalam petridisk. Prinsip pemberian kejutan suhu pada telur yang telah dibuahi adalah mencegah keluarnya badan kutub II pada saat pembelahan meiosis II. Ikanikan triploid merupakan ikan-ikan secara genetic mempunyai satu set tambahan kromosom, sehingga pada setiap sel tubuhnya memiliki tiga set kromosom. Dua set kromosom adalah kromosom telur dan satu set kromosom sperma. Individu tetraploid merupakan individu yang 21mbryog dan mempunyai laju pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan spesies diploid individu tetraploid mempunyai kemampuan didalam pembelahan sel yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan ikatan normal diploid, sehinggaikan tetraploid akan mempunyai jumlah sel yang lebih banyak jika dibandingkan dengan ikan norma 2.6 Embriogenesis Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Sel pada 21mbryogenesis disebut sebagai sel embriogenik. Secara umum, sel embriogenik tumbuh dan berkembang melalui beberapa fase, antara lain: a. Sel tunggal (yang telah dibuahi) b. Blastomer c. Blastula d. Gastrula e. Neurula f. Embrio / Janin 22 Untuk mengetahui tahapan-tahapan yang terjadi dalam proses embryogenesis ini digunakan embrio katak Xenopus laevis sebagai sediaan. Adapun tahapan yang akan diamati adalah tahap pembelahan awal, pembelahan akhir, tahap pembentukan blastula, ampioksous gastrula, tahapan pembentukan yolg plug, neural fold, dan neural tube. 2.6.1 Fase Cleavage dan Blastulasi Cleavage dan Blastulasi adalah proses awal yang menyebabkan terbentuknya individu baru bersel banyak dari sebuah ovum yang mengalami amphinuklei (zigot). Untuk katak sendiri mempunyai tipe cleavage holoblastik, total unequal. Pada prosesnya, terbentuk bidang cleavage pertama, yaitu meridional, setelah itu tebentuk bidang cleavage yang kedua yaitu meridional lagi, bidang cleavage yang ketiga adalah horizontal yang menghasilkan sel makromer (besar) dan sel mikromer (kecil). Setelah terbentuk sel-sel tersebut, dilanjutkan dengan cleavage yang keempat yaitu meridional simultan yang merupakan dua cleavage yang berlangsung bersama dan saling tegak lurus. Kemudian bidang cleavage yang kelima adalah horizontal simultan yang diikuti oleh cleavage hingga membentuk rongga pada bagian dalam (membentuk struktur bola berongga). Pada katak, rongga ini disebut blastocoel dan terisi cairan internal yang dibatasi oleh sel epitel. Bola berongga ini disebut blastula. ‘Gambar 4. Embriogenesis 23 2.6.2 Fase Gastrulasi Saat blastula terus mengalami pembelahan dan pertambahan jumlah sel, kutub animal akan berusaha membungkus kutub vegetal dengan bergerak dan melakukan invaginasi, yang sering disebut sebagai proses gastrulasi. Gastrulasi ini berlangsung dengan urutan kronologis sebagai berikut:    Pembentukan blastopore (saluran invaginasi) Pembentukan lapisan ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Selanjutnya sel bermigrasi dan berkohesi dengan bantuan senyawa cadherin dan integrin 2.6.3 Fase Neurulasi Fase gastrula kemudian dilanjutkan dengan neurulasi. Neurulasi adalah proses penempatan jaringan yang akan tumbuh menjadi saraf, jaringan ini berasal dari diferensiasi ektoderm sehingga disebut neural ektoderm. Dalam proses ini chorda mesoderm bertindak sebagai inducer. Pada bagian dorsal embrio akan terjadi penebalan ektoderm membentuk neoroplate, lalu terbentuk lipatan saraf (neural groove) ke arah yang dibatasi oleh neural fold. Neural fold lalu mengalami fusisehingga terbentuk neural tubedengan rongganya neoraocoel. Selama proses ini akan terbentuk pial neural yang kemudian akan membentuk ganglion-ganglion saraf, sementara itu, neural tube akan membentuk sistem saraf pusat. Setelah seluruh fase berlangsung, sel terus tumbuh dan berkembang sampai keluar dari rahim atau telur dan menjadi organisme dewasa, lalu menghasilkan sel gamet dan melakukan pembuahan sel, dan siklus ini pun terulang kembali 24 2.6.4 Fase Gastrulasi Saat blastula terus mengalami pembelahan dan pertambahan jumlah sel, kutub animal akan berusaha membungkus kutub vegetal dengan bergerak dan melakukan invaginasi, yang sering disebut sebagai proses gastrulasi. Gastrulasi ini berlangsung dengan urutan kronologis sebagai berikut:    Pembentukan blastopore (saluran invaginasi) Pembentukan lapisan ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Selanjutnya sel bermigrasi dan berkohesi dengan bantuan senyawa cadherin dan integrin 2.6.5 Fase Neurulasi Fase gastrula kemudian dilanjutkan dengan neurulasi. Neurulasi adalah proses penempatan jaringan yang akan tumbuh menjadi saraf, jaringan ini berasal dari diferensiasi ektoderm sehingga disebut neural ektoderm. Dalam proses ini chorda mesoderm bertindak sebagai inducer. Pada bagian dorsal embrio akan terjadi penebalan ektoderm membentuk neoroplate, lalu terbentuk lipatan saraf (neural groove) ke arah yang dibatasi oleh neural fold. Neural fold lalu mengalami fusisehingga terbentuk neural tubedengan rongganya neoraocoel. Selama proses ini akan terbentuk pial neural yang kemudian akan membentuk ganglion-ganglion saraf, sementara itu, neural tube akan membentuk sistem saraf pusat. Setelah seluruh fase berlangsung, sel terus tumbuh dan berkembang sampai keluar dari rahim atau telur dan menjadi organisme dewasa, lalu menghasilkan sel gamet dan melakukan pembuahan sel, dan siklus ini pun terulang kembali 25 BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini dilakukan pada tanggal 28-29 November 2014 pukul 08.00selesai. Praktikum ini dilakukan didekanat Fpik Unpad laboratorium Fisiologi Hewan Air. 3.2 Alat dan Bahan Praktikum Alat : 1. Alat suntik berfungsi untuk menyuntikkan hormon ovaprim ke dalam bagian tubuh ikan uji 2. Ember berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan ikan 3. Lap berfungsi untuk menutup kepala ikan saat akan disuntik agar ikan tidak mengalami stress 4. Bak fiber berfungsi sebagai tempat menyimpan induk 5. Instalasi aerasi (blower, batu aerasi, dan selang) berfungsi sebagai penyedia oksigen bagi ikan di dalam akuarium 6. Water bath untuk memanaskan air sampai suhu yang dikehendaki 7. Kotak styrofom dan saringan perendaman telur sebagai wadah penetasan telur 8. Kotak radiasi UV berfungsi sebagai tempat untuk melakukan radiasi terhadap sperma 9. Termometer berfungsi untuk mengukur suhu pada saat melakukan heat shock di dalam water bath 10. Heater untuk menstabilkan suhu air saat peroses kejutan suhu. 11. Cawan petri berfungsi sebagai tempat menyimpan sel telur dan sperma 26 12. Akuarium berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan telur yang sudah dibuahi dan tempat telur menetas 13. Mikroskop berfungsi untuk melihat dan mengamati perkembangan sel telur Bahan : 1. Ikan Komet jantan dan betina berfungsi sebagai sampel ikan yang akan diuji 2. Ikan mas berfungsi sebagai sampel ikan yang akan diuji 3. NaCl fisiologis berfungsi sebagai cairan untuk mengencerkan sperma 4. Hormon ovaprim berfungsi untuk merangsang terjadinya ovulasi telur oleh indukan yang dipijahkan dan untuk indukan jantan berfungsi untuk meningkatkan produksi sperma yang akan dikeluarkan 3.3 Prosedur Kerja Praktikum 3.3.1 Persiapan Alat 1. Mencuci akuarium hingga bersih. 2. Memasangkan instalasi aerasi agar berfungsi dengan baik. 3.3.2 Pemijahan Buatan 1. Menyeleksi indukan yang akan digunakan dalam praktikum. 2. Memisahkan indukan jantan dan indukan betina 3. Menyuntikan ovaprim pada indukan betina dan jantan dengan dosis 0,4 ml/kg induk betina dan 0,1 ml/kg induk jantan 4. Melakukan stripping sperma pada indukan jantan 5. Melakukan stripping telur pada indukan betina setelah ovulasi 27 3.3.3 1. Hibridisasi Mengencerkan sperma yang telah dihasilkan oleh indukan jantan menggunakan larutan NaCl. 2. Sperma diletakkan di cawan petri. 3. Melakukan streaping pada ikan komet betina dan menyimpanya pada cawan petri 4. Melakukan fertilisasi atau penyatuan telur ikan komet dengan sperma ikan mas. 5. Menebarkan telur yang sudah dibuahi pada saringan penetasan yang telah disediakan 3.3.4 Ginogenesis Yang kita gunakan adalah prosedur ginogenesis miotic yang dimana prosedurnya seperti yang ada dibawah ini : 1 Mengencerkan sperma yang telah dihasilkan oleh indukan jantan menggunakan larutan NaCl. 2 Sperma diletakkan di cawan petri. 3 Sperma yang telah diencerkan diradiasi selama 10-15 menit. 4 Melakukan fertilisasi atau penyatuan sel telur ikan betina yakni ikan komet dan sperma ikan jantan. 5 Hasil fertilisasi didiamkan selama 2 menit (saat embrio berada dalam fase meiosis II). 6 Sel telur dan sperma yang telah difertilisasi (fase meiosis II) kemudian diheat shock pada sterofoam berisi air yang suhunya 40o C selama 2 menit. 3.3.5 1 Triploidisasi Mengencerkan sperma yang menggunakan larutan NaCl. telah dihasilkan oleh indukan jantan 28 2 Sperma diletakkan di cawan petri. 3 Melakukan fertilisasi atau penyatuan sel telur ikan betina yakni Ikan komet dan sperma ikan jantan. 4 Hasil fertilisasi didiamkan selama 2 menit. 5 Sel telur dan sperma yang telah difertilisasi kemudian diheat shock pada sterofoam berisi air yang suhunya 40o C selama 2 menit. 6 Menebarkan sel telur di akuarium yang telah disediakan. 3.3.6 Embriogenesis 1. Menyiapkan mikroskop yang ingin digunakan 2. Menyiapkan sampel yang ingin diamati dengan mengambil dari masingmasing perlakuan ginogenesis, triploidisasi dan hibridisasi. 3.3.7 Pemeliharaan Larva Sel telur mengalami kematian dan tidak berkembang menjadi larva sehingga kita tidak dapat melakukan suatu pemeliharaan larva yang tadinya dianjurkan. 3.4 Metode Praktikum Menyiapkan 3 perlakuan yang ingin diamati, yaitu menyiapkan perlakuan hibridisasi, ginogenesis dan triploidisasi. Menyiapkan perlakuan hibridisasi dengan cara mengencerkan terlebih dahulu sperma yang sudah ada dengan NaCl dicawan petri. Lalu lakukan streaping pada ikan komet betina dengan menyimpannya pada cawan petri yang sudah berisika sperma. Lalu fertilisasi dengan menghomogenkan sperma ikan mas tersebut dengan telur hasil streaping pada ikan komet tersebut. Lalu simpan didalam aquarium. Pada perlakuan ginogenesis itu dengan cara melakukan pengenceran sperma yang sudah didapat dengan larutan NaCl lalu di radiasikan selama 10-15 menit. Lalu lakukan streaping pada ikan komet betina dan lalu simpan telur hasil dari streaping tersebut diwadah yang sudah berisikan sperma. Lalu setelah 29 itu masukkan kedalam akuarium selama 40 menit. Dan setelah itu bawa perlakuan itu untuk diheatshock pada suhu 40 derajat dalam waktu 2 menit. Lalu simpan lagi dalam akuarium. Dan untuk perlakuan triploidisasi seperti biasa dengan mengencerkan sperma yang sudah ada dengan larutan NaCl guna mencegah pengeringan sperma tersebut. Lalu lakukan streaping pada ikan betina dan wadahkan pada sperma yang sudah ada. Lalu diamkan selama 2 menit dan lalu lakukan heatshock pada sampel tersebut dengan suhu 40 derajat dengan waktu 2 menit. Dan setelah itu masukkan dalam akuarium. Setelah semua perlakuan sudah disiapkan yang harus dilakukan oleh kita adalah dengan menyiapkan alat-alat yang dimana untuk meneliti sel telur ikan tersebut. Yang pertama harus disiapkan adalah mikroskop yang dimana mikroskop ini yang akan kita gunakan untuk melihat perubahan-perubahan pada sel telur tersebut. Lalu sample yang akan kita amati perubahannya dari 3 perlakuan ginogenesis, triploidisasi dan hibridisasi jika sudah siap lakukanlah pengamatan pada setiap perlakuan dan lihatlah perubahannya. Jadi intinya adalah metode yang digunakan dalam praktikum ini berupa eksperimental dengan menggunakan beberapa perlakuan. Perlakuan yang diberikan diantaranya adalah striping, pengenceran, radiasi dan kejut suhu (heat shock). 3.5 Rancangan Praktikum 3.5.1 FR FR atau fertilization rate adalah derajat pembuahan telur. Pengamatan derajat pembuahan telur (FR) yang dilakukan setelah pembuahan telur pada proses ginogenesis, hibridisasi, dan triploidisasi selesai dilakukan. FR (%) = x 100 % 30 Keterangan : FR : Derajat fertilisasi telur (%) P : Jumlah telur sampel Po : jumlah telur yang dibuahi 3.5.2 HR HR atau hatching rate adalah derajat penetasan telur. Pengamatan derajat penetasan telur dilakukan ketika embrio berumur 17-20 jam dari proses pembuahan telur. HR (%) = x 100 % Keterangan : HR : Derajat penetasan telur Pt : Jumlah telur yang menetas Po : Jumlah telur yang dibuahi 3.5.3 SR Larva SR atau survival rate adalah derajat kelangsungan hidup ikan. Pengamatan derjat kelangsungan hidup ikan dilakukan hanya untuk proses ginogenesis, hibridisasi, dan triploidisasi setelah larva ikan berumur tujuh hari. SR (%) = x 100 % 31 Keterangan : SR : Kelangsungan hidup ikan selama praktikum Nt : Jumlah ikan pada akhir praktikum No : Jumlah ikan pada awal praktikum 3.6 Analisa Data Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk perhitungan dan dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan membandingkan hasil percobaan dengan literature yang berkaitan dengan hibridisasi, triploidisasi dan ginogenesis. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemijahan Buatan Pemijahan buatan yang kita lakukan itu ada tiga perlakuan yaitu, hibridisasi, ginogenesis dan triploidisasi. Dimana tiga perlakuan tersebut memiliki fungsi yaitu guna mendapatkan hasil yang kita inginkan, dari pertumbuhan hingga fisik yang kita inginkan. Yang dimana perlakuan tersebut memilki cara yang sama yaitu dengan pemijahan secara eksternal, yang dimana dilakukan diluar tubuh ikan tersebut. Sebelum kita melakukan tiga perlakuan tersebut, malamnya kita melakukan suatu penyuntikan pada ikan komet betina dengan menggunakan hormone ovaprim yang dimana berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel telur pada ikan tersebut agar dapat tumbuh lebih banyak. 4.2 Hibridisasi 4.2.1 Hasil Jumlah telur yang kelompok kami dapatkan dari proses streaping dan fertilisasi sebanyak 615 dan yang berhasil difertilisasi sebanyak 500 telur dan sisanya mati. Cara mengindentifikasi telur yang mati dan hidup itu dengan hanya melihat keadaan fisik yang dimana tidak menggunakan mikroskop yang bisa dicirikan jika telur ikan itu mati dan tidak dibuahi maka telur ikan tersebut berwarna putih pucat dan jika dibuahi akan berwarna kuning atau bening. Dan derajat fertilisasi yang didapat oleh kelompok kami adalah : FR (%) = = X 100% X 100 % 32 33 = 89,1% Sedangkan HR atau derajat penetasan telur ikan pada kelompok kami itu mendapatkan hasil : HR(%) = X100 % = X 100 % = 0% 4.2.2 Pembahasan Hibridisasi adalah suatu proses yang dimana mengawinkan dua jenis ikan secara eksternal atau diluar tubuh ikan tersebut dengan mengawinkan dengan ikan yang memiliki sifat unggul guna memperbaiki sifat genetic ikan tersebut dan bisa dilakukan dengan menggunakan spesies yang berbeda. Pada perlakuan hibridisasi yang kita gunakan untuk ikan komet dan mas ini tidak berhasil dikarenakan banyak factor yaitu dari tidak terfertilisasinya sel sperma dengan sel telur, lalu dikarena seringnya dikeluar masukkan cawan petri dari akuarium sehingga proses yang sedang berlangsung menjadi terganggu dan lalu dari proses penyuntikan juga berpengaruh terhadap kualitas sel telur yang ada. Data hasil kelompok kami didapatkan nilai derajat fertilisasinya sebesar 89.1% dan derajat penetasannya 0%. Kita mendapatkan derajat fertilisasi yang besar dikarenakan kita sudah menggunakan prosedur yang benar dengan pada saat melakukan penyuntikan hormone ovaprim yang dimana berfungsi untuk merangsang tumbuhnya telur pada betina dengan takaran yang sesuai dengan berat ikan tersebut. Lalu pada proses streaping juga yang dimana telur ikan diberi wadah dengan wadah yang sudah berisi 34 sperma yang sudah diencerkan dengan NaCl. Lalu langsung dimasukkan kedalam akuarium yang sudah siap dengan berisika air dan aerasi yang sudah aktif. Dan kemungkinan kegagalan ini disebabkan oleh factor dasar yang dimana terlalu seringnya sampel hibridisasi ini dikeluar masukkan dari akuarium yang sehingga telur tersebut tidak dapat berkembang dan bisa berkembang namun berhenti pada fase-fase tertentu karena ada gangguan luar seperti terlalu seringnya sampel tersebut dikeluar masukkan dari akuarium yang sehingga menyebabkan akuarium menjadi kotor dan sample terkontaminasi. Kelompok kami langsung menggunakan sampel hibridisasi yang dari proses streaping itu dikarenakan sulitnya mengambil beberapa telur dari sampel tersebut untuk diamati karena menempelnya telur tersebut dengan cawan petri. Oleh karena itu tingkat kegagalan pada kelompok kami tinggi dan akhirnya terjadi kegagalan tersebut. Selain itu terkontaminasinya sel telur tersebut dengan udara luar yang dimana tersentuh oleh tangan dan lain-lain. Lalu dikarenakan telur tersebut rentang sekali dengan alam luar maka seharusnya metode yang bernar itu dengan mengambil beberapa telur dari sample yang ada agar telur pada sample aslinya tidak terganggu dan tingkat keberhasilannya tinggi. 4.3 Ginogenesis 4.3.1 Hasil Jumlah telur yang kita dapatkan dari proses streaping dan fertilisasi ini adalah 753 telur dan 677 telur yang terfertilisasi dan sisanya mati. Hal ini bisa kita identifikasi dengan cara melihat bagian fisik dari telur tersebut saja, yang dimana jika telur tersebut berwarna kuning atau bening maka telur tersebut berhasil difertilisasi dan jika telur tersebut berwarna putih pucat dan sangat disayangkan telur tersebut tidak berhasil terfertilisasi. Dan nilai data fertilisasinya adalah sebagai berikut. 35 FR (%) = = X 100% X 100 % = 89,9 % Dan ini adalah persentase dari tingkat penetasan telur yang terjadi pada perlakuan ginogenesis. HR(%) = = X100 % X 100 % =0% 4.3.2 Pembahasan Ginogenesis adalah suatu pemijahan buatan yang dimana tidak memerlukan gamet jantan sepenuhnya, dan gamet jantan tersebut hanya digunakan untuk merangsang perkembangan sel telur saja atau bisa dibilang ginogenesis adalah proses terbentuknya zigot dari gamet atau sel kelamin betina tanpa kontribusi dari gamet jantan. Ginogenesis ini dalam pengerjaannya melewati suatu proses penyinaran dengan sinar uv guna mematikan gen-gen yang ada didalamnya lalu melalui proses heatshock, dan sebelum itu semua kita harus melakukan penyuntikan terhadap ikan komet betina yang dimana guna merangsang sel telur pada ikan tersebut agar mendapatkan kapasitas telur yang diinginkan. Lalu kita lakukan prosedur yang sesuai dengan ginogenesis ini yang dimana kita menggunakan ginogenesis miotic. Setelah dilakukan peradiasian sinar UV dilakukan pengecekkan sperma guna melihat motilitas. Jika sperma motil tanpa materi genetik di 36 dalamnya maka dapat dilakukan perlakuan ginogenesis selanjutnya. Jika sperma tersebut nonmotil atau mati maka ginogenesis tidak dapat terjadi yang terjadi hanya diploidisasi biasa. Sel sperma motil tanpa materi genetik yang didapat dicampurkan dengan sel telur. Tujuannya untuk melakukan fertilisasi (pembuahan). Pada proses ini sperma bergerak mencari sel telur yang akan dibuahi. Lalu hasil fertilisasi didiamkan selama 2 menit. Kemudian dilakukan heat shock dengan suhu 40 oC selama 2 menit dengan tujuan untuk mencegah pengurangan kromosom betina pada proses perkembangan telur yang akhirnya dapat menghasilkan zigot yang diploid dan homozigot karena pada dasarnya embrio ginogenetik adalah haploid. Data hasil pengamatan kelompok kami didapatkan hasil nilai derajat fertilisasinya adalah 89.9%. namun memiliki HR atau nilai persentase penetasan telur tersebut sebesar 0%. Pada saat pengamatan selama 15 menit sekali kita lakukan dan amati dan masih mengalami perubahan. Dan lalu pada saat 30 menit sekali dan pada saat itulah fase pada telur ikan itu tidak berkembang lagi dan telur tersebut hanya berbentuk bulat dengan inti berwarna gelap dan dapat dinyatakan bahwa telur yang kita amati tersebut sudah mati. Hal ini dikarenakan banyak factor yang menyebabkan tingkat penetasan telurnya sebesar 0%. Dikarenakan terlalu lamanya cawan petri yang berisikan telur tersebut diluar akuarium yang menyebabkan terkontaminasinya dengan keadaan luar dan terganggunya telur tersebut yang rentan mati menjadi terrealisasi. Dan dikarenakan terlalu seringnya dikeluar masukkan dari akuarium keluar sehingga telur yang harusnya dalam keadaan tenang jadi terganggu sehingga telur tersebut menjadi mati pada fase-fase tertentu. 4.4 Triploidisasi 4.4.1 Hasil Jumlah telur yang kita dapatkan dari proses streaping dan fertilisasi ini adalah 578 telur dan 515 telur yang terfertilisasi dan sisanya mati. Hal ini bisa 37 kita identifikasi dengan cara melihat bagian fisik dari telur tersebut saja, yang dimana jika telur tersebut berwarna kuning atau bening maka telur tersebut berhasil difertilisasi dan jika telur tersebut berwarna putih pucat dan sangat disayangkan telur tersebut tidak berhasil terfertilisasi. Dan nilai data fertilisasinya adalah sebagai berikut. FR (%) = = X 100% X 100 % = 89,1% HR(%) = X100 % = X 100 % = 0% 4.4.2 Pembahasan Triploidisasi adalah suatu usaha atau teknik yang dimana berguna untuk menghambat pembentukan sel kelamin dari ikan agar ikan tersebut dapat berkembang atau tumbuh lebih cepat karena energy yang digunakan untuk pembentukan sel kelamin tidak terpakai dan disalurkan atau diserahkan kepada pertumbuhan ikan tersebut. Yang dimana dengan melakukan heatshock agar mengagalkan proses pembelahan sel miosis II. Heat shock umumnya dilakukan pada menit pertama sampai ketiga setelah fertilisasi. Gagalnya lompatan polar body II akan memungkinkan embrio yang dihasilkan akan memiliki tiga set kromosom. Semua telur hasil dari perlakuan triploidisasi yang dilakukan oleh kelompok kami ini tidak ada yang hidup atau bisa dibilang mengalami kematian total, karena dilihat dari data HR diatas persentase dari penetasan telur pada perlakuan ini adalah 0% dan dapat dinyatakan bahwa telur tersebut 38 tidak ada yang hidup sampai menetas. Disebabkan oleh alat yang digunakan, misalkan seperti akuarium yang terlalu banyak sampel didalamnya dan terlalu sering diambil dari akuarium tersebut sehingga telur ikan yang harusnya tenang dalam melakukan proses demi proses menjadi terhalang dengan adanya hal tersebut sehingga menyebabkan suatu kematian dari telur-telur tersebut. Dan proses perubahan fase-fase juga bisa terhambat dengan adanya air yang kotor dari akuarium tempat penyimpanan sampel tersebut. Manajemen waktu dalam pengamatannya juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dari sel telur tersebut. Karena jika terlalu lama disimpan diudara luar makan telur tersebut tidak akan memproses atau berkembang ketahap selanjutkan karena terkontaminasinya dengan udara luar yang kotor yang masuk kedalam sel telur sehingga menyebabkan suatu kematian dari sel telur tersebut. Dan juga karena kurangnya oksigen pada bagia luar tersebut yang sehingga menyebabkna kematian pada sel telur tersebut. 4.5 Embriogenesis 4.5.1 Hasil Tabel 1. Perkembangan embrio Hibridisasi Waktu Gambar 10: 23 Fase Fertilisasi Keterangan Sel telur sudah mengalami fertilisasi dengan sel sperma 39 10:38 Cleavage Terjadi pembelahan menjadi 2 sel pada salah satu ujung kutub 10:53 Cleavage Terjadi pembelahan menjadi 8 sel pada salah satu ujung kutub 11:08 Cleavage Terjadi pembelahan menjadi 16 sel pada salah satu ujung kutub 11:23 Morula Terjadi pembelahan menjadi 32 sel pada salah satu ujung kutub 40 11:38 Morula Pembelahan menjadi 128 lebih sel pada salah satu ujung kutub dan terbentuk blastocoels 11:53 Blastulasi Sel semakin membelah dan mulai membentuk lapisan mesoderm, ectoderm dan endoderm 12:08 Grastulasi Terdapat tropoblast dan lekukan yang akan menjadi kepala dan ekor Fase fertilisasi Keterangan Sel telur sudah mengalami fertilisasi dengan sel sperma Waktu 10: 11 Tabel 2. Perkembangan embrio triploidisasi Gambar 41 10:26 Cleavage Terjadi pembelahan menjadi 2 sel pada salah satu ujung kutub 10:41 Cleavage Terjadi pembelahan menjadi 8 sel pada salah satu ujung kutub 10:56 Cleavage Terjadi pembelahan menjadi 16 sel pada salah satu ujung kutub 11:11 Morula Terjadi pembelahan menjadi 32 sel pada salah satu ujung kutub 42 11:26 Morula Pembelahan menjadi 128 lebih sel pada salah satu ujung kutub dan terbentuk blastocoels 11:41 Blastulasi Sel semakin membelah dan mulai membentuk lapisan mesoderm, ectoderm dan endoderm Tabel 3. Perkembangan embrio ginogenesis Waktu Gambar 10: 48 Fase Fertilisasi Keterangan Sel telur sudah mengalami fertilisasi dengan sel sperma 11:03 Cleavage Terjadi pembelahan menjadi 2 sel pada salah satu ujung kutub 43 11:18 Cleavage Terjadi pembelahan menjadi 8 sel pada salah satu ujung kutub 11:33 Morula Terjadi pembelahan menjadi 32 sel pada salah satu ujung kutub 11:48 Blastulasi Sel semakin membelah dan mulai membentuk lapisan mesoderm, ectoderm dan endoderm 13.33 Mati Sel terlihat tidak mengalami perkembangan 44 4.5.2 Pembahasan Embryogenesis adalah suatu proses pembentukan dan perkembangan dari embrio. Proses ini merupakan tahapan-tahapan perkembangan sel setelah mengalami fertilisasi. Setelah melakukan pengamatan kurang lebih 3 jam melalui mikroskop kami melihat perubahan-perubahan pada sel telur hasil hibridisasi, triploidisasi dan ginogenesis dengan jelas hingga sampai saat itu tiba dimana semua telur yang kami amati itu mati. Kami melakukan pengamatan pada masing-masing telur tersebut dicawan petri yang dimana setiap 15 menitnya selama 3 jam kita amati dibawah mikroskop. Kita melakukan pengamatan pada 3 sampel tersebut selamat kurang lebih 3 jam. Pada 15 menit pertama hingga seterusnya terjadi perubahan demi perubahan hingga pada pukul 13.33 pada perlakuan ginogenesis tidak laku mengalami perubahan dan kami simpulkan bahwa telur tersebut mati dengan meninggalkan tanda bulat dan hitam pada bagian tengahnya. Lalu pada pukul 12.11 pada perlakuan triploidisasi tidak lagi mengalami perubahan dan hanya meninggalkan bentuk bulat dan warna hitam ditengahnya dan kami nyatakan telur tersebut mati. Dan pada pukul 13.08 pada perlakuan hibridisasi tidak lagi mengalami perubahan dan samas seperti yang pada perlakuan yang lain hanya meninggalkan bentuk bulat dengan hitam ditengahnya. 4.6 Keberhasilan Pemijahan Keberhasilan disini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu dari seleksi induk yang dilakukan, lalu penyuntikan yang dilakukan, proses streaping yang dilakukan, kondisi air yang ada dan cara perlakuan atau penanganan saat pengamatan yang dimana bisa menyebabkan suatu kegagalan. Seleksi induk harus dilakukan secara teliti dan melihat garis 45 keturunannya juga agar dapat menghasilkan keturunan yang unggul atau lebih baik dari indukan tersebut. Kelompok kami memilih ikan komet yang memang sudah matang betul secara fisik,yang dimana dapat dilihat dari keadaan perutnya sudah besar dan untuk mendapatkan sel telur yang banyak maka pada praktikum ini dilakukan proses penyuntikna yang dimana berguna untuk merangsang pertumbuhan sel telur yang ada agar sesuai dengan apa yang kita inginkan yaitu pemijahan buatan itu berhasil. Penyuntikan tersebut dilakukan pada punggung ikan komet tersebut yang terletak disebelah sirip dorsal persis. Dalam proses penyuntikan ini dilakukan dengan menggunakan ovaprim dan ditambahkan dengan aquades. Setelah dilakukan penyuntikan tersebut pada keesokan harinya dilakukan strepping pada ikan komet yang sudah disuntik dengan ovaprim tersebut. Lalu difertilisasi dengan sperma jantan yang sudah kita dapati juga setelah itu lakukan sesuai dengan pemijahan buatan yang diwajibkan dengan sesuai prosedur yang ada. Setelah itu kelangsungan hidup dari telur tersebut bisa kita lihat, apakah berhasil atau tidaknya. Dan yang didapati oleh kelompok kami adalah suatu kegagalan yang dimana dari ketiga pemijahan buatan tersebut telur kami tidak ada yang berhasil menetas, BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan Dari pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa hormone yang kita gunakan dalam hal ini adalah ovaprim yang dimana berfungasi untuk merangsang pertumbuhan telur dari betina. Dari hal ini kita juga dapat mengetahui dan membedakan ikan betina yang sudah siap dipijahkan dan yang belum. Lalu kita juga dapat melakukan dan mengerti cara penyuntikan yang benar dan proses stripping yang benar. Dan dari tiga pemijahan buatan yang dilakukan memiliki tujuan yang sama yaitu guna mendapatkan suatu hasil yang berbeda dengan ikan-ikan yang dilakukan dengan pemijahan biasa dan yang pasti untuk medapatkan hasil yang kita inginkan dari misalkan pertumbuhan dan mungkin guna mendapatkan suatu ikan yang unggul dari segi pertumbuhan dan segi fisik yang kita inginkan. Namun dari tiga pemijahan buatan tersebut memiliki suatu tujuan yang sama namun berbeda yang dimana pada hibridisasi itu adalah suatu kegiatan yang dimana mengawinkan dua jenis ikan secara eksternal yang memiliki sifat unggul guna memperbaiki keturunan yang ada dan yang pasti mendapatkan suatu keturuan yang unggul. Lalu triploidisasi adalah suatu usaha atau teknik yang dimana untuk menghambat pertumbuhan dari sel gamet dari ikan agar ikan dapat berkembang dan bertumbung lebih cepat dibandingkan ikan-ikan biasanya dikarenakan dalam hal ini tidak bertumbuhkan sel gamet pada ikan tersebut dan energy yang tadinya digunakan untuk pertumbuhan sel gamet tersebut dialih fungsikan atau diserahkan kepada pertumbuhan fisik ikan tersebut. Lalu ginogenesis adalah proses terbentuknya zigot dari gamet betina tanpa kontribusi dari gamet jantan yang dimana ini adalah satu satu pemijahan 46 47 buatan yang parthenogenesis. Dalam ginogenesis ini gamet jantan hanya berfungsi untuk merangsang dari pertumbuhan sel telur tersebut. Selain itu, untuk mendapatkan hasil yang unggul ataupun memperoleh benih yang baik, dibutuhkan induk yang unggul pula baik dari jantan maupun betina guna menghasilkan sperma dan telur dengan kuantitas dan kualitas yang baik. Dan untuk mencapai tingkat keberhasilan yang kita inginkan , perlu dibutuhkan penanganan yang tepat serta ketelitian dan juga kesabaran yang tinggi dan ikuti tahap pengerjaan sesuai dengan prosedur yang diberikan dalam setiap perlakuan baik pada metode hibridisasi, ginogenesis maupun triploidisasi. 4.6 Saran Dalam praktikum ini adalah beberapa hal yang menjadi kendala yaitu akurium. Akurium disini seharusnya setiap kelompok mendapatkan satu akuarium aku mengurangi tingkat kegagalan akubat terkontaminasinya dengan air tersebut yang dimana selalu dilakukan pengambilan sampel dengan menggunakan tangan yang tidak steril yang dapat menyebabkan kegagalan. Dan untuk praktikan harus memahami proses demi proses dari ketiga perlakuan tersebut guna mendapatkan hasil yang baik dan dibutuhkan suatu ketelitian agar tidak terjadinya kegagalan dan mendapatkan hasil yang kita inginkan DAFTAR PUSTAKA Gusrina, 2008. Budidaya Ikan untuk SMK. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Nagy, A., K. Rajki. L. Horvart dan V. Csanyi. 1978. Investigation on carp (Cyprinus carpio L) ginogenesis. Jour. Fish. Biol. 13 : 215 – 224. Purdom. E.C. 1993. Genetics and Fish Breeding. Chapman and Hall. Fish and Fisheries Series. 277p Rohadi, D.S, 1996. Pengaruh Berbagai Waktu Awal Kejutan Panas Terhadap Persentase Larva Diploid Mitoandrogenetik Ikan Mas (Cyprinus carpio L). Universitas Padjadjaran, Fakultas Pertanian, Jurusan Perikanan, Jatinangor, Bandung Sumantadinata, K., 1981. Pengembangbiakan Ikan-Ikan Peliharaan di Indonesia. Sastra Hudaya, Jakarta. 105 hal. Hermanto, Esron., Hibridisasi dan Ginogenesis. 2014. Artikel blogger Rahadian, Raka., 2012. Sistem Reproduksi Ikan dan Sistem Anatomi. Artikel blogger Dianti, Sri., 2013. Spermatozoa. Artikel Bona, Ana., 2011. Embriogenesis. Artikel blogger Sumantadinata, K., 1981. Pengembangbiakan Ikan-Ikan Peliharaan di Indonesia. Sastra Hudaya, Jakarta. 105 hal. vii LAMPIRAN 1 Telur Hibridisasi Telur Triploidisasi Telur Ginogenesis 2 Proses Pengambilan Sperma Ikan Komet Jantan Ikan Komet Betina 3 Suntikan Saringan Beaker Glass 4 Cawan Petri Mikroskop Proses Penyuntikan Ikan Komet Betina