Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Makalah LS

KUMPULAN MAKALAH P E L A T I H A N LESSON STUDY BAGI GURU BERPRESTASI DAN PENGURUS MGMP MIPA SMP SELURUH INDONESIA Diselenggarakan atas kerjasama Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional dengan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta di PPPG Kesenian Yogyakarta tanggal 26 November – 10 Desember 2006 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia KATA PENGANTAR Atas berkah dan rahmat Allah SWT materi pelatihan lesson study bagi guru berprestasi dan Pengurus Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bidang studi Matematika dan IPA SMP/MTs se-Indonesia Bagian Tengah selesai disusun. Pelatihan lesson study ini secara umum bertujuan agar para peserta memahami lesson study untuk menumbuhkembangkan budaya akademik di sekolah tempat kerjanya. Secara khusus, pelatihan ini bertujuan agar peserta dapat meningkatkan mutu pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas mereka. Dengan kata lain, agar peserta dapat meningkatkan keprofesionalannya, yang pada gilirannya peserta didik mereka akan meningkat kualitas hasil dan proses belajarnya. Lesson study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun learning community. Jadi lesson study merupakan suatu strategi bagaimana meningkatkan keprofesionalan guru dari guru oleh guru dan untuk guru. Oleh karena itu, peserta perlu memahami pengertian lesson study dan langkah-langkah pelaksanaannya serta mempraktekkannya. Untuk ini disusun materi pelatihan tentang pengertian lesson study dan langkah-langkah pelaksanaannya, serta bagaimana menyusun perangkat pembelajaran yang dapat dipahami dan dipraktekkan oleh para guru sesuai dengan perangkat yang telah direncanakan. Untuk dapat menyusun perangkat pembelajaran, khususnya rencana pembelajaran (lesson plan), selain penguasan materi ajar, guru perlu mempertimbangkan karakteristik siswa dan strategi/metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakteristik siswa yang dihadapinya. Untuk ini disusun materi pelatihan tentang strategi pembelajaran yang inovatif dan cara menyusun desainnya. Rencana pembelajaran dan perangkat lainnya yang telah disusun secara matang, selanjutnya perlu dipraktekkan di depan kelas. Apakah dengan mempraktekkan rencana pembelajaran dan perangkat lainnya tersebut dapat nyata-nyata dapat mengaktifkan belajar siswa, siswa tampak memahami materi ajar, siswa termotivasi belajarnya, dan siswa tampak senang dan bergairah dalam belajar? Untuk mengetahui hal-hal tersebut dengan benar, maka disajikan materi pelatihan tentang evaluasi pelaksanaan lesson study dan cara menyusun instrumennya. Selanjutnya, agar model-model pelaksanaan lesson study tersebut dapat dicontoh atau sebagai bahan kajian, maka pelaksanaan lesson study perlu didokumentasikan dengan baik. Untuk ini disusun materi pelatihan teknik dokementasi agar para peserta dapat melakukan dokumentasi kejadian-kejadian dalam pembelajaran yang menarik untuk dijadikan bahan kajian. Akhirnya pada kesempatan ini, kami mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada para penyusun materi pelatihan ini. Selain itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Direktur Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Depdiknas yang membiayai pelatihan ini. Kami akan sangat senang dan berterima kasih, jika para pembaca memberikan koreksi atas kesalahan dan kekurangan materi pelatihan ini. Semoga bermanfaat bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Yogyakarta, November 2006 FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DEKAN FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS ii Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia DAFTAR ISI 1. Halaman Judul ................................................................... i 2. Kata Pengantar ................................................................. ii 3. Daftar Isi ............................................................................ iii 4. Peningkatan Keprofesionalan Guru Melalui Lesson Study................................................................................. 1 5. Inovasi Pembelajaran MIPA Di Sekolah Dan Alternatif Implementasinya .............................................................. 14 6. Prinsip-Prinsip Monitoring Dan Evaluasi Program Lesson study............................................................................... 29 7. Penyusunan Perangkat Pembelajaran Lesson Study .... 66 8. Strategi Perekaman Audio Visual Kegiatan Lesson Study Dan Interpretasinya Untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran ................................................................... 85 9. Teknik Dokumentasi Dalam Dalam Lesson Study ........... 94 FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS iii Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia PENINGKATAN KEPROFESIONALAN GURU MELALUI LESSON STUDY Sukirman, M.Pd. A. Latar Belakang Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah banyak faktor yang harus diperhatikan seperti: pendidik (guru), siswa, sarana dan prasarana, laboratorium dan kelengkapannya, lingkungan, dan manajemennya. Namun pada kesempatan ini hanya akan dilihat dari segi pendidik (guru) dan siswa yang merupakan dua komponen terpenting, yang berperan dalam peningkatan kualitas pembelajaran, dengan tidak mengesampingkan komponen atau faktor-faktor lainnya. Dalam era sentralisasi pendidikan, peningkatan kualitas pembelajaran dari segi pendidik (guru) biasanya dilakukan dengan kegiatan inservice teacher training yang berupa penyetaraan, pelatihan, penataran, seminar atau lokakarya, atau kegiatankegiatan lain yang sejenis. Setelah mengikuti kegiatan tersebut, diharapkan guru dapat menerapkan hasil training tersebut dalam pembelajaran di kelas. Kegiatankegiatan tersebut telah banyak dilaksanakan dengan biaya yang tidak kecil yang dikeluarkan oleh pemerintah, baik yang berasal dari rupiah murni maupun dari dana pinjaman luar negeri. Banyak atau sedikit, pasti ada sumbangan kegiatan tersebut dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Tetapi, kebanyakan setelah kegiatan inservice teacher training, hasil monitoring yang mempersoalkan apakah ada peningkatan mutu pembelajaran yang dilakukan oleh para peserta tidak tampak nyata hasilnya. Padahal pada dasarnya, hakikat pelaksanaan kegiatan inservice teacher training selain meningkatkan kualitas guru, yang lebih penting adalah guru peserta inservice teacher training mampu menerapkan hasil training dalam proses pembelajaran di kelasnya dan mengimbaskan kepada rekan-rekan guru di sekolahnya atau di kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Namun masih banyak guru setelah mengikuti kegiatan inservice teacher training, mereka tidak mengubah cara pembelajaran untuk para siswanya. Hal ini sangat dimungkinkan karena dalam kegiatan training tersebut tidak diberikan contoh kongkret cara pembelajarannya di kelas nyata. Mulai tahun 2002, Indonesia menerapkan sistem desentralisasi pendidikan. Apakah dalam era desentralisasi ini strategi peningkatan kualitas pembelajaran dari segi guru akan tetap sama seperti dalam era sentralisasi? Dalam era desentralisasi pendidikan, posisi guru berada pada titik sentral dengan tanggung jawab yang luas dan menjadi tumpuan vital dalam pengembangan pembelajaran yang dilakukan. Guru bukan lagi sebagai pelaksana pengajaran seperti yang tertulis dalam Garis garis Besar Program Pengajaran (GBPP) yang telah ditetapkan oleh Menteri Pendidikan di masa lalu. Dalam era desentralisasi pendidikan, guru harus menyusun sendiri jabaran kurikulum. Kurikulum sekarang sangat sederhana, secara garis besar hanya berisi standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaiannya. Guru harus menjabarkannya menjadi silabus (garis-garis besar program pengajaran yang lebih rinci), yang sesuai dengan karakteristik siswa, kemampuan sekolah, dan lingkungannya. Pada era desentralisasi ini, guru harus lebih aktif mengambil prakarsa sendiri, karena tidak akan ada lagi intervensi dari luar yang harus dipatuhi secara mutlak. Bukan karena sesuatu yang datang dari luar dianggap pasti tidak sesuai. Tetapi yang lebih penting adalah bahwa guru lebih leluasa berperan sebagai seorang profesional. Kini guru ditantang tampil dengan kemampuan yang terbina dari dalam dirinya, guru harus mampu membuktikan kemampuan profesionalnya untuk menerima amanah sebagai pendidik yang tangguh. Secara singkat, jika pada era sentralisasi pendidikan, guru sebagai pelaksana dari apa yang telah dipikirkan oleh para birokrat, tapi kini guru ditantang untuk berfikir logis, kritis, kreatif, dan refleksif dalam meningkatkan mutu pembelajarannya, dan melaksanakan hasil pemikirannya ini dalam pembelajaran di kelas. 1 FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia Bergantinya sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi pendidikan secara mendadak seperti saat ini tidak akan serta merta mengubah pola pikir guru yang semula sebagai pelaksana pengajaran langsung menjadi pemrakarsa pembelajaran, seperti membalikkan telapak tangan. Apalagi beragamnya kualitas dan profesionalitas guru, dari guru yang bermotivasi peribadahan hingga karena keterpaksaan, dari guru yang selalu menggerutu hingga yang senantiasa tawakkal. Untuk itu perlu tersedianya pendukung yang memadai dan proses yang panjang dalam program pendidikan dan pembinaan guru. Perlu adanya gerakan dari bawah, dari para guru untuk mengidentifikasi kebutuhan dirinya dalam meningkatkan kompetensinya, agar dapat mengembangkan mutu pembelajaran pada siswanya. Bertolak dari pandangan tersebut, ditawarkan suatu sistem pembinaan guru melalui lesson study dalam rangka peningkatan keprofesionalan guru. B. Pengertian Lesson Study Lesson Study merupakan suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun learning community. Lesson Study bukan suatu metode pembelajaran atau suatu strategi pembelajaran, tetapi dalam kegiatan Lesson Study dapat memilih dan menerapkan berbagai metode/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi pendidik. Lesson study dapat merupakan suatu kegiatan pembelajaran dari sejumlah guru dan pakar pembelajaran yang mencakup 3 (tiga) tahap kegiatan, yaitu perencanaan (planning), implementasi (action) pembelajaran dan observasi serta refleksi (reflection) terhadap perencanaan dan implementasi pembelajaran tersebut, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. PLAN (merencanakan) DO (melaksanakan) SEE (merefleksi) Skema kegiatan dalam lesson study 1. Tahap perencanaan Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah yang ada di kelas yang akan digunakan untuk kegiatan lesson study dan perencanaan alternatif pemecahannya. Identifikasi masalah dalam rangka perencanaan pemecahan masalah tersebut berkaitan dengan pokok bahasan (materi pelajaran) yang relevan dengan kelas dan jadwal pelajaran, karakteristik siswa dan suasana kelas, metode/pendekatan pembelajaran, media, alat peraga, dan evaluasi proses dan hasil belajar. Dari hasil identifikasi tersebut didiskusikan (dalam kelompok lesson study) tentang pemilihan materi pembelajaran, pemilihan metode dan media yang sesuai dengan karakteristik siswa, serta jenis evaluasi yang akan digunakan. Pada saat diskusi, akan muncul pendapat dan sumbang saran dari para guru dan pakar dalam kelompok tersebut untuk menetapkan pilihan yang akan diterapkan. Pada tahap ini, pakar dapat mengemukakan hal-hal penting/baru yang perlu diketahui dan FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 2 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia diterapkan oleh para guru, seperti pendekatan pembelajaran konstruktif, pendekatan pembelajaran yang memandirikan belajar siswa, pembelajaran kontekstual, pengembangan life skill, Realistic Mathematics Education, pemutakhiran materi ajar, atau lainnya yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pemilihan tersebut. Hal yang penting pula untuk didiskusikan adalah penyusunan lembar observasi, terutama penentuan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam suatu proses pembelajaran dan indikator-indikatornya, terutama dilihat dari segi tingkah laku siswa. Aspek-aspek proses pembelajaran dan indikator-indikator itu disusun berdasarkan perangkat pembelajaran yang dibuat serta kompetensi dasar yang ditetapkan untuk dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Dari hasil identifikasi masalah dan diskusi perencanaan pemecahannya, selanjutnya disusun dan dikemas dalam suatu perangkat pembelajaran yang terdiri atas : i. ii. iii. iv. v. vi. Rencana Pembelajaran (RP) Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran (Teaching Guide) Lembar Kerja Siswa (LKS) Media atau alat peraga pembelajaran Instrumen penilaian proses dan hasil pembelajaran. Lembar observasi pembelajaran. Penyusunan perangkat pembelajaran ini dapat dilakukan oleh seorang guru atau beberapa orang guru atas dasar kesepakatan tentang aspek-aspek pembelajaran yang direncanakan sebagai hasil dari diskusi. Hasil penyusunan perangkat pembelajaran tersebut perlu dikonsultasikan dengan dosen atau guru yang dipandang pakar dalam kelompoknya untuk disempurnakan. Perencanaan itu dapat juga diatur sebaliknya, yaitu seorang atau beberapa orang guru yang ditunjuk dalam kelompok mengidentifikasi permasalahan dan membuat perencanaan pemecahannya yang berupa perangkat-perangkat pembelajaran untuk suatu pokok bahasan dalam suatu mata pelajaran yang telah ditetapkan dalam kelompok. Selanjutnya, hasil identifikasi masalah dan perangkat pembelajaran tersebut didiskusikan untuk disempurnakan. 2. Tahap Implementasi dan Observasi Pada tahap ini seorang guru yang telah ditunjuk (disepakati) oleh kelompoknya, melakukan implementasi rencana pembelajaran (RP) yang telah disusun tersebut, di kelas. Pakar dan guru lain melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan dan perangkat lain yang diperlukan. Para observer ini mencatat hal-hal positif dan negatif dalam proses pembelajaran, terutama dilihat dari segi tingkah laku siswa. Selain itu (jika memungkinkan), dilakukan rekaman video (audio visual) yang mengclose-up kejadian-kejadian khusus (pada guru atau siswa) selama pelaksanaan pembelajaran. Hasil rekaman ini berguna nantinya sebagai bukti autentik kejadian-kejadian yang perlu didiskusikan dalam tahap refleksi atau pada seminar hasil lesson study, di samping itu dapat digunakan sebagai bahan diseminasi kepada khalayak yang lebih luas. 3. Tahap Refleksi Selesai praktik pembelajaran, segera dilakukan refleksi. Pada tahap refleksi ini, guru yang tampil dan para observer serta pakar mengadakan diskusi tentang pembelajaran yang baru saja dilakukan. Diskusi ini dipimpin oleh Kepala Sekolah, Koordinator kelompok, atau guru yang ditunjuk oleh kelompok. Pertama guru yang melakukan implementasi rencana pembelajaran diberi kesempatan untuk menyatakan kesan-kesannya selama melaksanakan pembelajaran, baik terhadap dirinya maupun terhadap siswa yang dihadapi. Selanjutnya observer (guru lain dan 3 FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia pakar) menyampaikan hasil analisis data observasinya, terutama yang menyangkut kegiatan siswa selama berlangsung pembelajaran yang disertai dengan pemutaran video hasil rekaman pembelajaran. Selanjutnya, guru yang melakukan implementasi tersebut akan memberikan tanggapan balik atas komentar para observer. Hal yang penting pula dalam tahap refleksi ini adalah mempertimbangkan kembali rencana pembelajaran yang telah disusun sebagai dasar untuk perbaikan rencana pembelajaran berikutnya. Apakah rencana pembelajaran tersebut telah sesuai dan dapat meningkatkan performance keaktifan belajar siswa. Jika belum ada kesesuaian, hal-hal apa saja yang belum sesuai, metode pembelajarannya, materi dalam LKS, media atau alat peraga, atau lainnya. Pertimbangan-pertimbangan ini digunakan untuk perbaikan rencana pembelajaran selanjutnya. Memperhatikan perencanaaan, pelaksanaan dan observasi serta refleksinya, langkah-langkah dalam pelaksanaan lesson study ini ada kemiripan dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), maka setiap kelompok dapat melaksanakannya sebagai PTK, sehingga setiap kelompok lesson study, selain mengadministrasi semua perangkat pembelajaran dan hasil refleksi harus membuat laporan PTK seperti lazimnya penelitian. Bahkan akan sangat baik, jika dilengkapi dengan artikel untuk dimuat dalam jurnal. C. Pelaksanaan Lesson Study Lesson Study adalah suatu model peningkatan mutu pembelajaran melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun learning community. Oleh karena itu lesson study dapat dilaksanakan dalam satu sekolah, kelompok sekolah, kelompok guru mata pelajaran sejenis atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Suatu sekolah (khususnya Sekolah Menengah) dapat melaksanakan school based lesson study, jika banyaknya guru mata pelajaran sejenis atau serumpun minimal 3 (tiga) orang, untuk mata pelajaran yang akan diterapkan lesson study. Mereka dapat secara rutin bersama dan berkelanjutan dalam melaksanakan lesson study, baik dalam perencanaan (plan), implementasi (do) dan observasi serta refleksi (see) pada suatu mata pelajaran. Dalam pelaksanaan lesson study di suatu sekolah, agar tidak mengganggu kewajiban guru dalam tugas mengajarnya, perlu penyusunan jadwal pelajaran yang menyediakan pertemuan rutin guru mata pelajaran sejenis/serumpun. Lesson study dapat pula dilaksanakan dengan cara: seorang guru menyusun seluruh perangkat pembelajaran secara lengkap untuk suatu topik tertentu (yang bermasalah) untuk didiskusikan dengan beberapa teman sejawat. Selanjutnya ia tampil sebagai guru model dan teman sejawat melakukan observasi, lalu melakukan refleksi atas pembelajaran yang telah dilakukan. Hal-hal di atas dapat dilaksanakan dalam kelompok sekolah (jika suatu sekolah tidak memenuhi persyaratan untuk melaksanakan lesson study), kelompok guru mata pelajaran sejenis, atau dalam MGMP. Sekali lagi, lesson study dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan, oleh karena itu pelaksanaannya perlu diatur sedemikian hingga tidak mengganggu kewajiban mengajar dan diusahakan keberlanjutannya. D. Lesson Study sebagai Model Pembinaaan Guru Lesson Study merupakan kerja kolektif sekelompok guru (atau anggota MGMP), bisa dengan mahasiswa dan dosen. Pembuatan rencana pembelajaran (planning) dapat dikerjakan secara bersama-sama, diimplementasikan dengan menunjuk salah satu anggota sebagai guru model, guru lain dan pakar bertindak sebagai observer, FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 4 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia kemudian dari hasil observasi tersebut dianalisis (melalui tahapan reflecting) secara bersama-sama. Lesson study mempunyai pengertian belajar pada suatu pembelajaran. Seseorang (guru atau calon guru) bisa belajar tentang bagaimana melakukan pembelajaran pada mata pelajaran tertentu melalui tampilan pembelajaran yang ada (live/real atau rekaman video). Guru bisa mengadopsi metode, teknik, ataupun strategi pembelajaran, penggunaan media, dan sebagainya yang diangkat oleh guru penampil untuk ditiru atau dikembangkan di kelasnya masing-masing. Guru lain/pengamat perlu melakukan analisis untuk menemukan positif-negatifnya kelas pembelajaran tersebut dari menit ke menit. Hasil analisis ini sangat diperlukan sebagai bahan masukan bagi guru penampil untuk perbaikan atau lewat profil pembelajaran tersebut, guru/pengamat bisa belajar atas inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru lain. Lesson study dapat dipandang sebagai model pembinaan guru dalam meningkatkan profesionalitasnya. Mengapa demikian? Pada tahap penyusunan perencanaan (planning), sekelompok guru dan seorang pakar berdiskusi tentang : 1. Kondisi dan lingkungan siswa serta fasilitas yang tersedia. 2. Rumusan kompetensi apa yang harus dimiliki siswa serta merumuskan indikator-indikator pencapaiannya 3. Penentuan materi pelajaran yang berkenaan, antara lain : a. pokok-pokok materi dan uraian masing-masing pokok materi, b. urutan sajian materi pelajaran, c. sajian materi yang disesuaikan dengan lingkungan siswa atau materi lokal atau yang berkaitan dengan life skill atau yang berkaitan dengan keimanan/agama, d. pemilihan/penyusunan soal-soal latihan, soal-soal yang berkaitan dengan problem-solving dalam rangka penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan soal-soal untuk tes formatif. 4. Pemilihan metode/strategi pembelajaran inovatif yang menyenangkan dan memotivasi belajar siswa. 5. Pemilihan media/alat peraga pembelajaran dan pengadaannya. 6. Petunjuk guru dalam praktek pembelajarannya (teaching guide). 7. Penentuan indikator-indikator proses pembelajaran yang dikatakan berhasil. 8. Model Rencana Pembelajaran (RP) atau Satuan Acara Pembelajaran (SAP). Ada banyak model/format RP/SAP, mana yang perlu dipilih? Hal-hal apakah yang penting dan merupakan prinsip-prinsip dalam penyusunan RP/SAP, sehingga seorang guru dapat memahami dan menerapkannya dalam pembelajaran. Materi-materi diskusi tersebut dapat diangkat sebagai materi pelatihan yang senantiasa aktual, mengingat kompleksnya perkembangan pengetahuan dalam dunia yang senantiasa berkembang. Sehingga dalam suatu kelompok guru yang merasa tertantang dengan suatu permasalahan pembelajaran dapat mengundang pakar yang dipandang dapat memberi pemecahan permasalahan tersebut. Selanjutnya, pada tahap implementasi dapat langsung diamati oleh observer, yang selanjutnya pada tahap refleksi dapat didiskusikan, apakah yang telah direncanakan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, atau ada hal-hal dalam perencanaan tersebut yang perlu diperbaiki, atau hal-hal lainnya tentang pembelajaran yang telah dilakukan, baik dari segi siswa maupun guru. Keberhasilan lesson study dapat dilihat pada dua aspek pokok, yaitu: perbaikan pada praktek pembelajaran oleh guru, dan meningkatkan kolaborasi antar guru. FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 5 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia Pertama, lesson study memberikan banyak hal yang menurut para peneliti dianggap efektif dalam merubah praktek pembelajaran, seperti : 1. penggunaan materi pembelajaran yang konkret untuk memfokuskan pada permasalahan yang lebih bermakna, 2. mengambil konteks pembelajaran dan pengalaman guru secara eksplisit, dan 3. memberikan dukungan pada kesejawatan guru. Dengan kata lain, lesson study memberikan banyak kesempatan kepada para guru untuk membuat bermakna ide-ide pendidikan dalam praktik mengajar mereka, untuk merubah perspektif mereka tentang pembelajaran, dan untuk belajar melihat praktek mengajar mereka dari perspektif siswa. Dalam lesson study, kita melihat apa yang terjadi dalam pembelajaran lebih objektif dan itu membantu kita memahami ideide penting dalam memperbaiki proses pembelajaran. Kedua, lesson study juga mempromosikan dan mengelola kerja kolaboratif antar guru dengan memberi dukungan dan intervensi sistematik. Selama lesson study, para guru berkolaborasi untuk: 1. merumuskan kompetensi yang harus dimiliki siswa sebagai dasar untuk pengembangan belajar siswa; 2. merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang berdasar pada hasil penelitian dan observasi, agar siswa memiliki kompetensi yang telah dirumuskan. 3. mengobservasi secara hati-hati tingkat belajar siswa, keterlibatan mereka, dan perilaku mereka selama pembelajaran; 4. melaksanakan diskusi setelah pembelajaran bersama dalam kelompok kolaboratif mereka untuk mendiskusikan dan merevisi rencana pembelajaran. Lesson study sebagai suatu strategi dalam meningkatkan keprofesionalan guru oleh para guru, yang sudah tentu merupakan gerakan dari para guru untuk mewujudkannya. Oleh karena itu, perlu komitmen dari para guru yang didukung oleh kebijakan para pengambil keputusan, agar gerakan itu terwujud. Wang-Iverson dan Yoshida (2005) juga mengemukakan definisi dan hal-hal yang terkait dengan lesson study sebagai berikut. 1. Lesson study (jugyokenkyu) is a form of long-term teacher-led professional learning, developed in Japan, in which teachers systematically and collaboratively conduct research on teaching and learning in classroom in order to enrich students’ learning experiences and improve their own teaching. 2. A lesson study cycle generally involves a team of teachers planning collaboratively based upon a research theme, implementing the lesson in the classroom, collecting observation data, reflecting upon and discussing the data, and developing a record of their activity. 3. Lesson study is more than a studying instructional materials and developing useful lessons. It also explores ideas for improved teaching that bring out students’ thinking and thinking processes, helps students to develop mental images for solving problem and understanding the topic, and expands those skills and abilities. 4. Lesson study is a comprehensive approach to professional learning that helps teachers develop ways of: a) thinking about learning and teaching in the classroom b) planning lessons c) observing how students are thinking and learning and taking appropriate actions d) reflecting on and discussing teaching e) identifying and recognizing knowledge and skills necessary to improve their practice and seek new solutions. FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 6 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia 5. Lesson study supports teachers in becoming lifelong learners about how to develop and improve teaching and learning in the classroom. E. Mengapa Lesson study? Lesson study dipilih dan dimplementasikan karena beberapa alasan. Pertama, lesson study merupakan suatu cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas belajar siswa. Hal ini karena (1) pengembangan lesson study dilakukan dan didasarkan pada hasil “sharing” pengetahuan profesional yang berlandaskan pada praktik dan hasil pengajaran yang dilaksanakan para guru, (2) penekanan mendasar pada pelaksanaan suatu lesson study adalah agar para siswa memiliki kualitas belajar, (3) kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa, dijadikan fokus dan titik perhatian utama dalam pembelajaran di kelas, (4) berdasarkan pengalaman real di kelas, lesson study mampu menjadi landasan bagi pengembangan pembelajaran, dan (5) lesson study akan menempatkan peran para guru sebagai peneliti pembelajaran (Lewis, 2002). Kedua, lesson study yang didisain dengan baik akan menjadikan guru yang profesional dan inovatif. Dengan melaksanakan lesson study para guru dapat (1) menentukan kompetensi yang perlu dimiliki siswa, merencanakan dan melaksanakan pembelajaran (lesson) yang efektif; (2) mengkaji dan meningkatkan pelajaran yang bermanfaat bagi siswa; (3) memperdalam pengetahuan tentang mata pelajaran yang disajikan para guru; (4) menentukan standar kompetensi yang akan dicapai para siswa; (5) merencanakan pelajaran secara kolaboratif; (6) mengkaji secara teliti belajar dan perilaku siswa; (7) mengembangkan pengetahuan pembelajaran yang dapat diandalkan; dan (8) melakukan refleksi terhadap pengajaran yang dilaksanakannya berdasarkan pandangan siswa dan koleganya (Lewis, 2002) Wang-Iverson dan Yoshida (2005) mengatakan bahwa lesson study memiliki beberapa manfaat sebagai berikut. 1). Mengurangi keterasingan guru (dari komunitasnya) 2). Membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya 3). Memperdalam pemahaman guru tentang materi pelajaran, cakupan dan urutan materi dalam kurikulum. 4). Membantu guru memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas belajar siswa. 5). Menciptakan terjadinya pertukaran pengetahuan tentang pemahaman berpikir dan belajar siswa 6). Meningkatkan kolaborasi pada sesama guru. F. Bagaimana Melaksanakan Lesson study? Ada berbagai variasi tahapan atau langkah pelaksanaan lesson study dalam perkembangan implementasinya. Lewis (2002) menyarankan ada enam tahapan dalam awal mengimplementasikan lesson study di sekolah, yakni :. Tahap 1: Membentuk kelompok lesson study. Tahap 2: Memfokuskan lesson study. Tahap 3: Menyusun rencana pembelajaran. Tahap 4: Melaksanakan pembelajaran di kelas dan mengamatinya (observasi). Tahap 5: Refleksi dan menganalisis pembelajaran yang telah dilaksanakan. Tahap 6: Merencanakan pembelajaran tahap selanjutnya. Sementara itu, Richardson (2006) menuliskan ada 7 tahap atau langkah yang termasuk dalam lesson study, yang masih mirip deng Lewis, yakni: Tahap 1: Membentuk tim lesson study. Tahap 2: Memfokuskan lesson study Tahap 3: Merencanakan pembelajaran. Tahap 4: Persiapan untuk observasi. FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 7 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia Tahap 5: Melaksanakan pembelajaran dan observasinya. Tahap 6: Melaksanakan diskusi pembelajaran yang telah dilaksanakan (refleksi). Tahap 7: Merencanakan pembelajaran untuk tahap selanjutnya. Di tempat lain, dalam rangkaian adaptasi dan implementasi lesson study, Robinson (2006) mengusulkan ada delapan tahap berdasarkan pada banyaknya kegiatan yang diperlukan dalam pelaksanaan lesson study, yakni: Tahap 1: Pemilihan topik lesson study Tahap 2: Melakukan reviu silabus untuk mendapatkan kejelasan tujuan pembelajaran untuk topik tersebut dan mencari ide-ide dari materi yang ada dalam buku pelajaran. Selajutnya bekerja dalam kelompok untuk menyusun rencana pembelajaran. Tahap 3: Setiap tim yang telah menyusun rencana pembelajaran menyajikan atau mempresentasikan rencana pembelajarannya, sementara kelompok lain memberi masukan, sampai akhirnya diperoleh rencana pembelajaran yang lebih baik. Tahap 4: Guru yang ditunjuk oleh kelompok menggunakan masukan-masukan tersebut untuk memperbaiki rencana pembelajaran. Tahap 5: Guru yang ditunjuk tersebut mempresentasikan rencana pembelajarannya di depan semua anggota kelompok lesson study untuk mendapatkan balikan. Tahap 6: Guru yang ditunjuk tersebut memperbaiki kembali secara lebih detail rencana pembelajaran dan mengirimkan pada semua guru anggota kelompok, agar mereka tahu bagaimana pembelajaran akan dilaksanakan di kelas. Tahap 7: Para guru dapat mempelajari kembali tentang rencana pembelajaran tersebut dan mempertimbangkannya dari berbagai aspek pengalaman pembelajaran yang mereka miliki, khususnya difokuskan pada hal-hal yang penting seperti : hal-hal yang akan dilakukan guru, pemahaman siswa, proses pemecahan oleh murid, dan kemungkinan yang akan terjadi dalam implementasi pembelajarannya. Tahap 8: Guru yang ditunjuk tersebut melaksanakan rencana pembelajaran di kelas, sementara guru yang lain bersama dosen/pakar mengamati sesuai dengan tugas masing-masing untuk memberi masukan pada guru. Pertemuan refleksi segera dilakukan secepatnya kegiatan pelaksanaan pembelajaran, untuk memperoleh masukan dari guru observer, dan akhirnya komentar dari dosen atau pakar luar tentang keseluruhan proses serta saran sebagai peningkatan pembelajaran, jika mereka mengulang di kelas masing-masing atau untuk topik yang berbeda. Dari delapan tahapan di atas tampak adanya upaya penyusunan dan perbaikan rencana pembelajaran yang berulang-ulang untuk memperoleh rencana pembelajaran yang terbaik. Dalam implementasi lesson study yang dilakukan oleh IMSTEP-JICA di Indonesia, Saito, dkk (2005) mengenalkan lesson study yang berorientasi pada praktik. Lesson study yang dilaksanakan tersebut terdiri atas 3 tahap pokok, yakni: 1. Merencanakan pembelajaran dengan penggalian akademis pada topik dan alatalat pembelajaran yang digunakan, yang selanjutnya disebut tahap Plan. 2. Melaksanakan pembelajaran yang mengacu pada rencana pembelajaran dan alat-alat yang disediakan, serta mengundang rekan-rekan sejawat untuk mengamati. Kegiatan ini disebut tahap Do. FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 8 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia 3. Melaksanakan refleksi melalui berbagai pendapat/tanggapan dan diskusi bersama pengamat/observer. Kegiatan ini disebut tahap See. Lebih jelasnya digambarkan dalam bagan berikut. Perencanaan (Plan): - Penggalian akademis - Perencanaan pembelajaran - Persiapan alat-alat Pelaksanaan (Do): - Pelaksanaan pembelajaran - Pengamatan oleh rekan sejawat dan pakar Melihat: - Refleksi dengan rekan - Komentar dan diskusi Gambar 2: Daur Studi Pembelajaran Berorientasi pada Praktik Berikut ini akan diuraikan secara lebih detil keenam tahap yang dikemukakan oleh Lewis. 1. Membentuk Kelompok Lesson study Setidak-tidaknya ada empat kegiatan yang perlu dilakukan dalam membentuk kelompok lesson study. Keempat kegiatan tersebut adalah (1) merekrut anggota kelompok, (2) menyusun komitmen tentang tugas-tugas yang harus dilakukan, (3) menyusun jadwal pertemuan, dan (4) membuat aturan-aturan kelompok. Anggota kelompok lesson study pada dasarnya dapat direkrut dari guru, dosen, supervisor akademik, pejabat pendidikan, dan/atau pemerhati pendidikan. Yang sangat penting adalah mereka mempunyai komitmen, minat, dan kemauan untuk melakukan inovasi dan memperbaiki kualitas pendidikan. Setiap anggota kelompok lesson study harus memiliki komitmen, agar dia menyiapkan waktu khusus untuk mewujudkan atau mengimplementasikan lesson study. Para anggota kelompok ini biasanya menyelenggarakan pertemuan-pertemuan rutin baik mingguan, bulanan, semesteran, maupun tahunan dalam satu tahun ajaran tertentu. Di samping itu, mereka juga bisa bertindak sebagai guru untuk melakukan suatu research lesson. Seperti dikemukakan di atas, pertemuan-pertemuan anggota kelompok diperlukan adanya jadwal yang harus ditaati oleh setiap anggota kelompok. Jadwal itu mengatur semua tugas yang terkait dengan kegiatan anggota kelompok, termasuk tugas mengajar rutin. Anggota kelompok yang bertugas sebagai guru tentu saja tidak boleh meninggalkan kelas mengajarnya, sehingga kegiatan lesson study tidak mengganggu tugas pokok mengajar. Oleh karena itu, dalam menyusun jadwal pertemuan hharus mempertimbangkan tugas pokok mengajarnya, agar tugas pokok tersebut tidak ditinggalkan. 2. Memfokuskan Lesson study Pada langkah ini ada tiga kegiatan yang dapat dilakukan, yaitu menyepakati tema permasalahan, fokus permasalahan, atau tujuan utama pemecahan masalah, memilih subbidang studi, serta memilih topik dan unit pelajaran. Terkait dengan penentuan tema permasalahan suatu lesson study, kita perlu memperhatikan tiga hal. Pertama, bagaimana kualitas aktual para siswa saat sekarang? Kedua, bagaimana kualitas ideal para siswa yang diinginkan di masa mendatang? Ketiga, adakah kesenjangan antara kualitas ideal dan kualitas aktual FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 9 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia para siswa yang menjadi sasaran lesson study? Kesenjangan inilah yang dapat diangkat menjadi bahan tema permasalahan. Mata pelajaran yang digunakan untuk lesson study ditentukan oleh anggota kelompok lesson study. Anggota kelompok bisa memilih, misalnya mata pelajaran IPA, Bahasa, atau Matematika, dan sebagainya sesuai dengan minat para anggota. Sebagai panduan untuk memilih mata pelajaran, kita dapat menggunakan tiga pertanyaan berikut. Pertama, mata pelajaran apa yang paling sulit bagi siswa?. Kedua, mata pelajaran apa yang paling sulit diajarkan oleh guru?. Ketiga, mata pelajaran apa yang ada pada kurikulum baru yang ingin dikuasai dan dipahami oleh guru?. Setelah menentukan mata pelajaran, langkah berikutnya adalah memilih topik dan pembelajaran. Topik yang dipilih sebaiknya adalah topik yang menjadi dasar bagi topik-topik berikutnya, topik yang selalu sulit bagi siswa atau tidak disukai siswa, topik yang sulit diajarkan atau tidak disukai oleh guru, atau topik yang baru dalam kurikulum. Topik dipilih harus sesuai dengan kompetensi dasar yang perlu dimiliki oleh siswa. Berdasarkan kompetensi dasar ini kita menyusun pembelajaran yang akan menunjang tercapainya kompetensi tersebut. 3. Merencanakan Pembelajaran Di dalam merencanakan pembelajaran (instructional improvement), di samping mengkaji pembelajaran-pembelajaran yang sedang berlangsung, kita perlu mengembangkan suatu rencana untuk memandu belajar (plan to guide learning). Rencana itu akan memandu proses pembelajaran, pengamatan, dan diskusi tentang pembelajaran serta mengungkap temuan yang akan muncul selama lesson study berlangsung. Rencana untuk memandu belajar itu merupakan suatu hal yang kompleks. Suatu rencana pembelajaran diharapkan akan menjawab pertanyaan yang sangat penting, yaitu “perubahan-perubahan apa yang akan terjadi pada siswa selama pelajaran berlangsung dan apa yang akan memotivasi mereka. Daftar pertanyaan berikut mungkin dapat membantu untuk memandu perencanaan pembelajaran (Lewis, 2002). 1. Apa yang saat ini dipahami oleh siswa tentang topik ini? 2. Apa yang kita inginkan dari siswa untuk dipahami pada akhir pembelajaran? 3. Rentetan pertanyaan dan pengalaman apa yang akan mendorong para siswa untuk berpindah dari pemahaman awal menuju pemahaman yang diinginkan? 4. Bagaimana para siswa akan menjawab pertanyaan dan aktivitas apa yang dilakukan siswa pada pembelajaran tersebut? Apakah terdapat masalah dan miskonsepsi yang akan muncul? Bagaimana guru akan menggunakan idea dan miskonsepsi untuk meningkatkan pembelajaran tersebut? 5. Apa yang akan membuat pembelajaran ini mampu memotivasi dan bermakna bagi siswa? 6. Apakah diperlukan bukti tentang belajar siswa, motivasi siswa, perilaku siswa yang perlu dikumpulkan, yang nantinya dapat didiskusikan dalam kegiatan refleksi? Bagaimanakah format pengumpulan data yang diperlukan? Penyusunan lembar observasi untuk pengumpulan data ini merupakan suatu elemen penting yang didasarkan pada rencana pembelajaran yang telah disusun. Lembar observasi ini memandu pengamat untuk memperhatikan aspek-aspek khusus dari pelaksanaan pembelajaran. Anggota kelompok lesson study dan guruguru biasanya diberikan tugas dan format pengumpulan data untuk membantu mereka dalam mengumpulkan data. Pengumpulan data itu biasanya dikaitkan dengan denah tempat duduk siswa, daftar anggota setiap kelompok siswa, catatan tentang pemikiran awal siswa, daftar cek untuk mencatat hal-hal penting tentang karya siswa, catatan tentang partisipasi setiap siswa dari suatu kelompok kecil, atau data lainnya yang diperlukan/mendukung. Data yang dikumpulkan selama lesson study biasanya memuat bukti tentang aktivitas belajar, motivasi, dan iklim sosial. Walaupun pengumpulan data lebih difoFMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 10 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia kuskan pada siswa, namun juga bisa dilakukan untuk mencatat ucapan, gerakan guru, dan waktu yang digunakan guru pada setiap elemen pembelajaran. Satu bagian penting lagi dan yang patut dipertimbangkan dalam merencanakan lesson study adalah kehadiran ahli/pakar dari luar. Mereka bisa berasal dari guru senior atau dosen yang memiliki pengetahuan tentang bidang studi yang dipelajari dan/atau bagaimana mengajar bidang studi tersebut. Keterlibatan ahli/pakar dari luar ini akan lebih efektif jika berlangsung sejak awal. Dengan cara ini, ahli/pakar tersebut mempunyai kesempatan dalam membantu merancang pembelajaran, memberi saran tentang sumber-sumber kurikulum, dan bertindak sebagai komentator dan motivator terhadap pelaksanaan lesson study. 4. Praktik Pembelajaran dan Observasi Rencana pembelajaran yang telah disusun bersama diimplementasikan oleh seorang guru yang ditunjuk (disepakati) oleh kelompok dan diamati oleh guru lain dan pakar/ahli dari luar. Pengamat akan mengumpulkan data yang diperlukan selama pelajaran berlangsung. Untuk mendokumentasikan proses pelaksanaan pembelajaran biasanya dapat dilakukan dengan menggunakan audiotape, videotape, handycam, kamera, karya siswa, dan catatan observasi naratif. Peranan pengamat selama lesson study adalah mengumpulkan data dan bukan membantu apalagi mengganggu siswa. Para siswa harus diberitahu lebih dahulu bahwa pengamat atau guru lain di kelas mereka itu hanya bertugas untuk mempelajari pembelajaran yang berlangsung dan bukan untuk membantu ataupun menilai mereka. Selanjutnya, setiap anggota kelompok lesson study sebaiknya diberi tugas dengan tanggung jawab tertentu. Untuk ini setiap anggota kelompok memahami isi dari semua perangkat pembelajaran yang digunakan guru, seperti rencana pembelajaran, lembar kerja siswa (LKS), teaching guide, dan lembar observasi, sehingga mereka akan lebih cermat dalam mengamatinya. 5. Refleksi dan Menganalisis Pembelajaran yang Telah Dilakukan Rencana pembelajaran yang sudah diimplementasikan perlu dilakukan refleksi dan dianalisis. Hal ini perlu dilakukan, karena hasil refleksi dan analisis tersebut dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk perbaikan atau revisi rencana pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran berikutnya diharapkan akan menjadi lebih sempurna, efektif dan efisien. Refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran sebaiknya memuat butir-butir: (1) refleksi dari guru pelaksana pembelajaran, (2) tanggapan umum dari observer/pengamat, (3) presentasi dan diskusi tentang hasil pengolahan data dari pengamat, (4) tanggapan dan saran dari ahli/pakar. Beberapa bagian penting yang berguna sebagai panduan refleksi pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut. Pertama, guru yang melakukan pembelajaran diberi kesempatan menjadi pembicara pertama untuk mengemukakan semua kesulitan dalam pembelajarannya, kesalahan yang diperbuatnya selama pembelajaran, atau hal-hal lain yang terjadi dalam pembelajaran dan perlu dikemukakan dalam refleksi. Kedua, pembelajaran yang disampaikan merupakan milik semua anggota kelompok lesson study. Ini adalah pembelajaran “kita”, bukan pembelajaran “saya” ataupun pembelajaran ”Anda”, sehingga hal ini direfleksikan pada setiap anggota kelompok. Anggota kelompok bertanggung jawab untuk menjelaskan pemikiran dan perencanaan yang telah disusun bersama tersebut. Ketiga, para guru yang merencanakan pembelajaran itu sebaiknya menceritakan mengapa mereka merencanakan itu, perbedaan antara apa yang mereka FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 11 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia rencanakan dan apa yang sesungguhnya terjadi dalam pelaksanaan, serta aspekaspek pelajaran yang mereka inginkan agar para pengamat mengevaluasinya. Keempat, diskusi yang berfokus pada data yang dikumpulkan oleh para pengamat. Para pengamat membicarakan secara spesifik tentang kegiatan siswa dan karya siswa yang mereka catat. Pengamat tidak membicarakan tentang kualitas pelajaran berdasarkan kesan mereka, tetapi mereka membicarakan atas dasar fakta yang ditemukan. Kelima, waktu refleksi bebas terbatas, oleh sebab itu hanya terdapat kesempatan yang terbatas (Lewis, 2002). Refleksi dari pelaksanaan pembelajaran ini dilaksanakan segera, pada hari yang sama, setelah rencana pembelajaran diimplementasikan. Hal ini seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa hasil diskusi dan analisis ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk merevisi materi pelajaran, pendekatan pembelajaran, dan media yang digunakan. 6. Merencanakan Tahap-tahap Berikutnya Dalam merefleksikan lesson study, hal yang perlu dilakukan adalah memikirkan tentang apa-apa yang sudah berlangsung dengan baik sesuai dengan rencana dan apa-apa yang masih perlu diperbaiki. Sekarang tiba saatnya untuk berpikir tentang apa yang harus dikerjakan selanjutnya oleh kelompok lesson study. Apakah anggota kelompok berkeinginan untuk membuat peningkatan agar pembelajaran ini menjadi lebih baik? Apakah anggota-anggota yang lain dari kelompok lesson study ini berkeinginan untuk mengujicobakan pembelajaran ini pada kelas mereka sendiri? Apakah anggota kelompok lesson study puas dengan pelaksanaan lesson study dan operasional kelompok? (Lewis, 2002). Pertanyaan-pertanyaan berikut juga dapat membantu dalam melakukan refleksi terhadap siklus lesson study maupun memikirkan langkah yang akan dilakukan berikutnya. Pertanyaan tersebut (menurut Lewis, 2002), antara lain : a. Apa yang berguna atau nilai tambah apa tentang pelaksanaan lesson study yang telah dikerjakan bersama? b. Apakah lesson study membimbing kita untuk berpikir dengan cara baru tentang praktek pembelajaran sehari-hari? c. Apakah lesson study membantu mengembangkan pengetahuan kita tentang materi pelajaran serta pengetahuan tentang pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan siswa? d. Apakah pelaksanaan lesson study menarik bagi kita dalam meningkatkan keprofesionalan kita? e. Apakah pelaksanaan lesson study yang dilakukan secara kolaboratif/bersama-sama merupakan suatu kerja yang produktif dan suportif? f. Sudahkah kita membuat kemajuan pembelajaran secara menyeluruh melalui pelaksanaan lesson study? g. Apakah semua anggota kelompok kita merasa terlibat dan berguna? h. Apakah pihak yang bukan peserta kelompok memperoleh informasi atau manfaat dari hasil pelaksanaan kegiatan lesson study kita? Daftar Pustaka DGSE. (2002). Report on Validation and Socialization of the Guideline of Syllabi and Evaluation System of Competent-Based Curriculum for Mathematics in Manado, North Sulawesi. Jakarta: Depdiknas. FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 12 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia Fernandez, Clea and Yoshida, Makoto. (2004). Lesson Study : A Japanese Approach to Improving Mathematics Teaching and Learning. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers. Garfield, J. (2006). Exploring the Impact of Lesson Study on Developing Effective Statistics Curriculum. (Online): diambil tanggal 19-6-2006 dari: www.stat.auckland.ac.nz/-iase/publication/-11/Garfield.doc. Lewis, Catherine C. (2002). Lesson study: A Handbook of Teacher-Led Instructional Change. Philadelphia, PA: Research for Better Schools, Inc. Morgan, Shawn. 2001. Teaching Math the Japanese Way (Online), Diambil tanggal 16 Mei 2005 dari: http://www.as1.org/alted/lessonstudy.htm,. Robinson, Naomi. 2006. Lesson Study: An example of its adaptation to Israeli middle school teachers. (Online): stwww.weizmann.ac.il/G-math/ICMI/ Robinson_proposal.doc Richardson, J. 2006. Lesson study: Teacher Learn How to Improve Instruction. Nasional Staff Development Council. (Online): www.nsdc.org. 03/05/06. Saito, E., Imansyah, H. dan Ibrohim. 2005. Penerapan Studi Pembelajaran di Indonesia: Studi Kasus dari IMSTEP. Jurnal Pendidikan “Mimbar Pendidikan”, No.3. Th. XXIV: 24-32. Saito, E., (2006). Development of school based in-service teacher training under the Indonesian Mathematics and Science Teacher Education Project. Improving Schools. Vol.9 (1): 47-59 Takashi A. (2006). Implementing lesson study in North American schools and school (makalah yang dipresentasikan pada seminar “APEC International Symposium on Innovation and Good Practice for Teaching and Learning Mathematics through Lesson Study”, 14-17 Juni 2006). Thailand: Khon Kaen University. Tim Piloting. (2002). Laporan Kegiatan Piloting. Yogyakarta: IMSTEP-JICA FMIPA UNY. ___________ .(2003). Laporan Kegiatan Piloting. Yogyakarta: IMSTEP-JICA FMIPA UNY. ___________. (2004). Laporan Kegiatan Piloting. Yogyakarta: IMSTEP-JICA FMIPA UNY. Tim Pengembang Sertifikasi Kependidikan. (2003). Pedoman Sertifikasi Kompetensi Tenaga Kependidikan (draft). Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi Ditjen Dikti Depdiknas. Walker, J.S. (2005). UWEC Math Dept. Journal of Lesson Studies. (Online) Wang-Iverson, Patsy and Yoshida, Makoto (Editors). (2005). Building Our Understanding of Lesson study. Philadelphia, PA: Research for Better Schools. FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 13 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia INOVASI PEMBELAJARAN MIPA DI SEKOLAH DAN ALTERNATIF IMPLEMENTASINYA Oleh Prof. H. Suparwoto, M.Pd Dr. H. Rusgianto H.S. Sudjoko, M.S. DOSEN FMIPA- UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA A. Pendahuluan Sebagian besar guru selalu berusaha melaksanakan tugasnya secara baik, dan kenyataan yang dijumpai di sekolah adalah guru melaksanakan tugasnya dalam pembelajaran sejalan dengan kesepakatan jadwal yang telah ditetapkan. Hal ini seringkali diartikan sebagai bukti pelaksanaan tugas yang baik dan dalam bahasa lain diartikan guru dapat menjadikan dirinya efisien. Melaksanakan tugas seperti di atas itu memang penting, tetapi tindakan yang dilakukan guru di atas tidak selamanya berdampak pada pembelajaran yang efektif di kalangan siswa. Tindakan yang dilakukan guru dikatakan tidak efektif manakala apa yang dilakukan guru tidak mengarah pada sesuatu hal yang benar. Kegiatan pembelajaran dikatakan efektif manakala dapat mencapai tujuan yang dicanangkan seperti dalam perencanaan secara baik. Dalam tugas ini guru seharusnya mampu menyusun tugas sedemikian rupa secara kreatif sehingga tujuan atau sasaran pembelajaran dicapai dalam waktu yang lebih cepat. Praxis pembelajaran menuntut agar seseorang mampu melakukan aksi terhadap apa yang telah dipahaminya. Hambatan yang dialami dalam pembelajaran MIPA pada umumnya bertumpu tidak dipahami konsep MIPA secara utuh. Pembelajaran Matematika/sains pada intinya adalah upaya memahami konsep matematika/sains melalui proses internalisasi dalam diri siswa dan selanjutnya penguasaan konsep tersebut diterapkan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Kenyataan yang dijumpai selama ini guru dalam mengampu MIPA menunjukkan bahwa hambatan yang paling besar pada penyelesaian masalah adalah lemahnya siswa dalam berlogika dan upaya menggambarkan gejala secara benar. Pembelajaran efektif tentu berbeda dengan pembelajaran efisien, meskipun kedua-duanya merujuk pada upaya peningkatan kualitas pendidikan. Pembelajaran efisien pada umumnya mengacu pada pelaksanaan prosedur baku yang dapat meningkatkan kualitas. Prosedur baku yang dimaksudkan di sini adalah langkahlangkah kerja sistemik dengan tahapan yang urut dan teratur secara sistematis. Penerapan prosedur ini secara rasional dan empiris dapat meningkatkan kualitas siswa, namun proporsi siswa yang mencapai skor optimal tidak banyak berubah, demikian pula posisi skor siswa.. Dalam distribusi skornya tampak kecenderungan, bila semula skor berdistribusi normal, di akhir pembelajaran juga masih berdistribusi normal meskipun terjadi peningkatan rerata skor siswa B. Strategi, Metode, Pendekatan dan model Pembelajaran Dalam praktek pembelajaran di kelas keempat istilah ini seringkali dipakai secara bersamaan dan ada kalanya dipisahkan satu sama lain. Bagi yang memisahkan istilah tersebut seringkali dengan maksud agar memberikan ketegasan implementasinya. Bagi sebagian guru pemisahan ini dimaksudkan agar tindakan yang dilakukan dapat segera direfleksi lewat pengalaman empiris sehari-hari dari tugas profesinya. Pembelajaran MIPA di sekolah dapat dipandang dari berbagai segi, misalnya pembelajaran diartikan sebagai proses penyelesaian masalah, proses pemberian informasi, membangun interaksi antar guru-siswa-sumber belajar dan bentuk lain yang kesemuanya itu bermuara dalam upaya meningkatkan kualitas peserta didik. Lewat pengertian belajar demikian inilah ke empat istilah tersebut dibeda-bedakan. Dalam kaitan dengan penyelesaian masalah pendekatan pembelajaran diartikan sebagai kerangka berpikir dalam menyelesaikan masalah. Dalam hal ini FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 14 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia pendekatan pembelajaran dapat berupa cara pandang guru dalam melihat dan menyikapi masalah beserta bentuk penyelesaiannya. Pendekatan pembelajaran ini secara real di kelas dikenali dari aspek bentuk bantuan guru terhadap peserta didik agar mereka mampu menyelesaikan masalah berkaitan dengan topik yang sedang dipelajarinya. Misalnya seorang guru dalam pembelajaran menekankan penggunanan pendekatan CBSA, maka tekanan utama pendekatan ini adalah bagaimana guru dapat membantu peserta didik secara aktif menemukan sendiri cara belajar efektif dan efisien. Keterlibatan secara aktif ini dapat diterjemahkan terlibat secara aktif aspek fisik dan psikologis untuk menyelesaikan masalah. Pendekatan CBSA tentu sangat luas cakupan bentuk kegiatan belajar di pihak siswa maupun pembelajaran di pihak guru, sehingga secara spesifik perlu dioperasionalkan ke dalam istilah strategi, metode dan model pembelajaran untuk mewujudkan pembelajaran yang memiliki payung CBSA tersebut. Dalam istilah kemiliteran strategi adalah the art of the general, yakni pengaturan sumber daya dan perhitungan faktor pembatasnya dalam pengaturan siasat perang. Selanjutnya dalam pengertian manajemen, strategi ditekankan pada upaya pengaturan perencanaan dan pengelolaan sumber daya yang tersedia. Di sini fokusnya tentu ketercapaian tujuan dengan efektif dan efisien, oleh karena itu ide/gagasan, tujuan, urutan langkah perlu memperhitungkan faktor keunggulan dan keterbatasannya. Perhitungan tentang keunggulan dan faktor pembatas yang cermat tentang potensi diri dan lembaga menjadi fokus utamanya. Dalam kaitan dengan penerapan pendekatan CBSA, maka strategi adalah pemikiran seorang guru tentang cara memberikan bantuan kepada peserta didik dalam menyelesaikan masalah. Strategi ini seringkali dilakukan jauh sebelum proses pembelajaran, khususnya saat perencanaan. Dalam istilah lain dilakukan di belakang meja. Sebagai upaya mengembangkan strategi pembelajaran agar lebih spesifik, misalnya pendekatan CBSA dilakukan dengan mengembangkan diskusi. Dari segi strategi tujuan penggunanan diskusi bagi siswa adalah agar siswa dapat berpartisipasi aktif mengeluarkan pendapatnya, menyelesaikan masalah dengan saling tukar pendapat, terlatih menghargai pendapat orang lain dengan memperoleh feedback dari teman lain mengenai kemampuan berfikir, berpendapat, dan menyimpulkan, mengembangkan penalarannya secara teoretis maupun praktis, menambah pengetahuan dan kemampuannya, lebih bersemangat dalam belajar lebih lanjut. Dari tujuan tersebut selanjutnya perlu dipikirkan peran guru dan siswa dalam diskusi. Sebagai gambaran peran guru dan siswa dalam diskusi agar berlangsung secara optimal antara lain : Peran guru dalam diskusi meliputi, Initiating, Seeking information, Giving information, Giving Opinion, Clarifying, Controling dan Encouraging. Secara rinci beberapa istilah tersebut diartikan sebagai berikut : 1. Initiating, yakni menyarankan gagasan baru atau cara baru dalam melihat pokok/materi yang didiskusikan 2. Seeking information, meminta fakta yang relevan (info kualitatif) tentang topik diskusi. 3. Giving information, memberi fakta relevan, menghubungkan pokok diskusi dengan pengalaman pribadi siswa. 4. Giving Opinion, memberi pendapat tentang pokok yang sedang dipertimbangkan oleh kelompok dengan maksud memberi semangat/motivasi. 5. Clarifying, merumuskan kembali pernyataan seseorang dengan maksud memperjelas pernyataan. 6. Controling, mengatur/mengawasi giliran bicara, 7. Encouraging, bersikap reseptif dan responsif terhadap pernyataan dan buah pikiran siswa. Beberapa peran siswa dalam diskusi antara lain menjaga dan menegakkan tata tertib diskusi, berpartisipasi aktif dalam diskusi, mau mendengar dan menerima pendapat orang lain, self controling dan self convidence serta aktif berinisiatip untuk FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 15 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia memberikan kontribusi pendapatnya. Jadi berbagai hal yang diuraikan di atas merupakan gambaran tentang implementasi strategi. Metode pembelajaran memiliki pengertian lebih spesifik, yang merupakan persoalan bagaimana tujuan, peran guru dan siswa dalam diskusi dapat diimplementasikan dalam kelas agar pembelajaran mencapai tujuan dengan efektif dan optimal. Dalam terapannya di kelas metode ini pada umumnya selalu dibarengi dengan penerapan taktik, yakni saat implementasi pembelajaran di kelas dengan keadaan real siswa, sarana pra-sarana yang tersedia. Jika pada implementasi di kelas mengalami pergeseran dari perencanaan, dengan kondisi dan situasi siswa nyata, ketersediaan sarana dan prasarana yang ada, maka seorang guru harus segera memutuskan apa yang harus dan patut dilaksanakan dalam pembelajaran di kelas secara cepat. Banyak metode pembelajaran yang telah dikembangkan baik lewat riset maupun lewat pemikiran, menyimpulkan bahwa belajar menjadi lebih bermakna manakala melibatkan siswa secara aktif. Keterlibatan secara aktif ini sering ditafsirkan bermacam-macam yang bergantung pada konteksnya. Di satu pihak diterjemahkan dalam terlibat aktif dari segi fisiknya, di lain pihak terlibat aktif dari segi psikisnya dapat diartikan sebagai belajar secara aktif. Tentu saja yang dikehendaki adalah terlibat aktif baik dari segi fisik maupun psikisnya. Melalui cara ini diharapkan muncul komunikasi secara horisontal sehingga pembelajaran menjadi lebih bervariasi dan bermakna. Model pembelajaran didefinisikan sebagai suatu pola pembelajaran yang dapat menerangkan proses, menyebutkan dan menghasilkan lingkungan belajar tertentu sehingga siswa dapat berinteraksi yang selanjutnya berakibat terjadinya perubahan tigkah laku siswa secara khusus. Ciri model pembelajaran yang baik antara lain (1).memiliki prosedur yang sistematik dalam mengubah tingkah laku siswa (2).menyebutkan hasil belajar secara detail tentang penampilan siswa (3).menjelaskan secara pasti kondisi lingkungan belajar, yang pada lingkungan tersebut perilaku siswa dapat diamati. (4). Memiliki kriteria penampilan siswa yang spesifik dan dapat di tampilkan melalui langkah-langkah pembelajaran yang ditetapkan. (5). Menyebutkan mekanisme yang merujuk pada reaksi siswa dalam interaksinya dengan lingkungan yang ditetapkan. C. Hubungan antara Prinsip Belajar dengan Penetapan Metode Pembelajaran. Di antara metode-metode pembelajaran yang dirumuskan ini banyak aspek yang harus mendapatkan perhatian dalam terapannya di kelas. Penggantian penampilan guru di kelas dengan suatu alat/media pembelajaran tentu memiliki dampak yang berbeda bagi siswa. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa dalam pembelajaran di kelas akan melibatkan banyak domain yang dapat dicapai lewat interaksi antara guru dengan siswa. Gagne (1965) mengungkapkan 8 tipe belajar yakni belajar signal, belajar stimulus respon, berantai, asosiasi verbal, belajar diskriminasi, belajar konsep, belajar aturan dan problem solving. Ke delapan tipe ini tersusun secara hierarkhis yang diawali dengan belajar signal dan membentuk hubungan stimulus respon yang dianggap sebagai prasyarat belajar. Selanjutnya rantai dan asosiasi verbal merupakan kelanjutan dari belajar stimulus–respon yang pada gilirannya merupakan prasyarat belajar yang lebih lengkap, sehingga memunculkan kemampuan deskriminasi yang dalam hal ini mendahului belajar konsep. Melalui proses yang lebih lanjut belajar konsep ini merupakan prasyarat bagi belajar yang lebih kompleks sehingga menghasilkan belajar aturan, dan tingkatan belajar aturan inilah yang nantinya mampu mengantarkan siswa untuk melakukan problem solving. Belajar seperti diatas sifatnya hierakhikal, setiap langkah mesti diambil sebelum langkah berikutnya yang dilakukan dengan berhasil. Dalam kaitaannya dengan pemilihan metode pembelajaran, aktivitas pemilihan metode selalu menuntut guru untuk selalu bertanya dimana posisi siswa, yakni apakah siswa telah berada pada hierarkhi yang tingi dari keterampilan belajar, dan prasyarat apa yang perlu dalam belajar yang lebih tinggi. Dalam kaitan ini pengetahuan tentang kesiapan siswa menjadi sangat penting, seperti halnya saran FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 16 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia Ausubel yang menyatakan bahwa ‘mulailah pembelajaran dengan apa yang telah diketahui siswa, yakinlah akan hal itu’. Oleh karena itu, kadar keaktifan siswa ditentukan oleh dua hal pokok yakni (1). informasi tentang keberartian belajar bagi siswa dan (2). kadar penemuan yang didapat dari siswa saat belajar. Ke dua hal ini memberikan indikasi bahwa ada dua ujung yang ekstrim untuk menilai kebermaknaan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru yakni metode ceramah (guru aktif, siswa pasif) di satu pihak dan metode penemuan (siswa aktif, guru sebagai fasilitator pembelajaran) di lain pihak. Kedua ujung ini tidaklah selalu bertentangan, atau yang satu lebih baik dari yang lain. Oleh karena itu seorang guru haruslah dapat menempatkan dirinya secara baik, metode ceramah barangkali akan bermakna dan efektif dalam tujuan tertentu, misalnya : penyampaian informasi, memberikan pengertian pada siswa. Metode penemuan bermakna dan efektif bagi upaya pembelajaran yang ditekankan pada proses. Setiap penetapan metode pembelajaran sampai dengan implementasinya di kelas, akan berhasil jika seorang guru mampu menciptakan situasi yang mendukung proses pembelajaran sehingga siswa benar-benar belajar tentang sesuatu materi. Oleh karena itu setiap guru perlu menyadari bahwa prinsip-prinsip belajar tidak terwujud hanya dengan memilih metode pembelajaran semata. Dalam hal ini motivasi belajar siswa amat bergantung pada banyak variabel, misalnya tantangan, kemanfaatan hal yang dipelajari bagi siswa, kemudahan akses belajar di kelas dan sebagainya. Beberapa aspek yang pilihan yang ada hubungannya antara prinsip belajar dengan metode pembelajaran antara lain motivasi, pelibatan secara aktif, pendekatan pribadi, pentahapan, umpan balik dan transfer belajar. Motivasi merupakan bagian penting yang perlu mendapatkan perhatian guru, sebab motivasi belajar siswa meningkat apabila materi ditampilkan secara menarik, dapat diterapkan dalam praktik hidup sehari-hari dan membawa manfaat bagi siswa. Dalam hal pemilihan metode pembelajaran, sampai pada tingkat tertentu masih dapat dicapai lewat pemilihan metode tertentu oleh guru. Namun demikian metode partisipatif yang banyak langsung menerapkan pengetahuan siswa untuk materi pelajaran dalam kehidupan sehari-hari siswa akan mampu memberikan peningkatan gairah siswa untuk mempelajarinya. Pelibatan secara aktif merupakan landasan utama dalam metode partisipatif. Lazimnya apabila siswa merasa dirinya banyak dilibatkan, motivasi (baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik) akan meningkat sehingga memungkinkan semakin banyak materi pelajaran yang dikuasainya. Sebagai catatan penting bagi guru : metode yang dianggap paling partisipatif juga belum menjamin pelibatan siswa secara total, dan keterlibatan siswa ini juga sangat bergantung pada persiapan guru, gaya kepemimpinan guru, gaya belajar siswa, dan faktor lainnya. Siswa tentu akan bersifat pasif manakala menganggap bahwa materi ajar bermutu rendah atau tingkat komptensi guru rendah khususnya kepedulian dan kecakapan guru kurang. Pendekatan dari segi pribadi siswa, merupakan bagian yang tak terpisahkan saat guru membangun komunikasi dengan siswa. Guru perlu memperhatikan keadaan pribadi siswa, khususnya berkait dengan bakat siswa. Setiap siswa memiliki bakat yang barangkali berbeda satu sama lain, dan kecepatan belajar yang berbeda pula. Siswa kadang-kadang juga memiliki gaya belajar yang berbeda satu sama lain, oleh karena itu perlu diupayakan agar semua siswa memiliki kepedulian terhadap materi yang diajarkan guru. Beberapa indikator untuk melihat komitmen siswa antara lain guru perlu memperhatikan berbagai hal antara lain : (a). perhatikan pekerjaan yang wajib dilakukan oleh siswa sendiri (bacaan, latihan dsb) (b). gunakan alat peraga/media yang dapat membantu mengembangkan komunikasi dengan siswa (c). upayakan membagi tugas kepada siswa secara merata dan kembangkan tugas tambahan siswa secara sukarela dalam rangka mendeteksi siswa yang pandai dan aktif. Pentahapan yang dimaksudkan di sini berkaitan dengan luas dan kompleksnya sajian materi pelajaran. Dalam hal ini materi perlu dipecah-pecah sesuai dengan tingkat kesulitannya, apakah materi yang dipelajari disusun secara bertahap. Langkah yang perlu dilakukan guru adalah membuat pentahapan FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 17 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia pembelajaran dengan menggunakan model spiral, yakni penyusunan dan penyajian materi dilakukan dengan prinsip maju berkelanjutan. Pengulangan perlu dilakukan bertahap dengan tingkat pendalaman yang berbeda. Untuk maksud itulah seorang guru seharusnya dalam situasi tertentu tidak meninggalkan pemberian ceramah atau memberikan tugas membaca kepada siswa. Umpan balik dan transfer merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dalam pembelajaran. Umpan balik dalam hal ini berkaitan dengan kemampuan dan perilaku siswa yang dapat dilihat oleh guru maupun siswa lainnya. Misalnya umpan balik mengenai apa yang telah diketahui/dimiliki siswa dari materi yang dipelajari lewat tes atau wawancara kepada siswa. Menggunakan pertanyaan guru selanjutnya dapat mengetahui kemampuan siswa dalam menerapkannya secara efektif. Umpan balik ini dapat merupakan salah satu indikator adanya transfer dalam pembelajaran. Transfer ini dapat berupa retensi siswa, yakni kemampuan siswa dalam mengingat informasi yang telah dipelajarinya dan reinforcement yakni penguatan di pihak siswa mengenai materi yang telah dipelajari/diingat dan siswa mampu menyelesaikan persoalan yang sejenis yang berkaitan dengan kemampuan yang dipelajarinya. D. Model-Model Pembelajaran Model pembelajaran didefinisikan sebagai suatu pola pembelajaran yang dapat menerangkan proses, menyebutkan dan menghasilkan lingkungan belajar tertentu sehingga siswa dapat berinteraksi yang selanjutnya berakibat terjadinya perubahan tigkah laku siswa secara khusus. Melalui pemahaman berbagai model pembelajaran yang banyak dikembangkan di kelas, seorang guru dapat mengembangkan strategi pembelajaran lewat pemikiran di belakang meja sebelum yang bersangkutan menghadapi siswa. Model pembelajaran dapat membantu guru dalam penguasaan kemampuan dan keterampilan yang berkaitan dengan upaya mengubah tingkah laku siswa sejalan dengan rencana yang telah ditetapkan. Hal ini berarti model pembelajaran diharapkan dapat berperan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas. Umumnya model pembelajaran yang dikembangkan memiliki berbagai jenis sumber dan pengembangnya, yang secara umum akan membedakan pendekatan yang digunakannya yang sasaran akhirnya adalah perubahan tingkah laku siswa. Oleh karena itu kegunaan model pembelajaran bagi guru antara lain membimbing, membantu dalam pengembangan kurikulum, penetapan material pembelajaran, dan peningkatan efektivitas pembelajaran. Membimbing yang dimaksudkan disini adalah menolong guru dalam menentukan apa yang seharusnya dilakukan guru dalam rangka pencapaian tujuan. Membantu dalam pengembangan kurikulum berkaitan dengan pemahaman tentang usia siswa, sehingga perhatian guru di samping pada materi yang akan dikembangkan dalam pembelajaran juga kondisi psikologis yang sejalan dengan usia siswa. Selanjutnya penetapan material pembelajaran berkaitan dengan macam dan jenis material yang dipilih dan digunakan guru dalam rangka mengubah tingkah laku siswa. Melalui pemilihan material pembelajartan ini kepribadian siswa diharapkan dapat terbentuk lewat kebiasaan cara belajar yang dilakukan. Akhirnya dari semua hal di atas, efektivitas pembelajaran dapat dicapai lewat pembelajaran yang dilakukan guru. Efektivitas merujuk pada aktivitas guru yang tidak sematamata bertindak secara prosedural, tetapi juga mampu dan menggerakkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Kelima ciri model pembelajaran seharusnya dapat di ukur lewat perencanaan dan penampilan siswa melalui pembelajaran yang dikembangkan. Sejalan dengan kelima ciri tersebut dikenal 4 model pembelajaran yakni (a). interaksi sosial (b). pemrosesan informasi (c). sumber pribadi dan (d). modifikasi tingkah laku. Masingmasing model pembelajaran ini memiliki asumsi-asumsinya masing-masing. Interaksi sosial dalam hal ini model pembelajaran lebih menekankan pentingnya hubungan sosial antara siswa dalam masyarakat. Dalam hal ini model ini diharapkan dapat mengembangkan dan meningkatkan proses demokratisasi dalam masyarakat. FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 18 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia Asumsi yang dipergunakan oleh model ini adalah bahwa hubungan sosial adalah sarana pembelajaran yang tepat. Pemrosesan informasi, tekanan pembelajaran yang dikembangkan ditandai dengan kemampuan siswa dalam menangani stimuli, data yang terorganisir dan permasalahan serta penyelesaiannya. Model pembelajaran tipe ini berasumsi bahwa proses berfikir merupakan proses transaksi aktif di pihak siswa, sehingga kemampuan intelektual siswa berkembang secara bertahap. Tahapan–tahapan berpikir siswa dapat dipelajari, sehingga model ini pada umumnya berkembang pesat terutama dalam MIPA, sebab struktur materi MIPA selalu membahas mengenai kesanggupan intelektual siswa. Sumber pribadi, merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada individu-individu sebagai sumber ide dalam pendidikan. Penekanan pada model ini diberikan pada bagian mana proses berlangsung dalam individu yang ditandai dengan kemampuan individu untuk menyusun dan mengorganisasikan realitas. Asumsi yang dipergunakan dari model ini antara lain kehidupan pribadi siswa, emosional dan organisasi internal mampu mempengaruhi lingkungannya. Modifikasi tingkah laku, fokus pembelajarannya seringkali merupakan bagian dari ‘operant conditioning models’ yang dikembangkan oleh BF Skinner. Pada model ini yang diutamakan dalam pembelajaran adalah kegiatan yang ditujukan pada perubahan tingkah laku pengutamaan penguatan. Berikut ini ditampilkan empat (4) klasifikasi model pembelajaran yang banyak dikembangkan di kelas sebagai berikut : No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Nama Model yang Pengembang Dikembangkan Donald Oliver and Jurisprudential Teaching James P. Shaver Model Herbert Thelen and Group Investigation John Dewey Byron Massials and Social inquiry Benyamin Cox Hilda Taba Inductive models of Teaching Joseph J. and Science Inquiry Model J.Schab Jerome Brunner Concept Attainment Model Development Models of Jean Piaget, Irving Siegel and Edmund Teaching Sullivan David Ausubel Advance Organizer Model Non Directive Teaching Model Carl Rogers William Glasser Classroom Meeting Model BF Skinner Operant Conditioning Models Jenis sumber Social Interaction Social Interaction Social Interaction Information Processing Information Processing Information Processing Information Processing Information Processing Person Person Behavior Modification Dalam pembelajaran MIPA model yang banyak dikembangkan adalah information processing yang didasarkan pada asumsi bahwa : (a). Proses berfikir pada individu manusia dapat dipelajari. (b). Proses berfikir dapat dianggap sebagai proses transaksi aktif antara individu yang belajar dengan data, sehingga operasi berfikir tidak lain adalah operasi mental yang tidak dapat diajarkan secara langsung, tetapi harus melalui materi pelajaran. Tugas guru hanyalah membantu proses internalisasi dan konseptualisasi. (c). Proses berfikir berkembang secara bertahap dan tahapannya tak dapat dibalik, untuk menghasilkan pembelajaran bermakna perlu dipilih saat yang tepat yakni siswa dalam keadaan rasa ingin tahunya. (d). Pengetahuan seharusnya memiliki struktur tertentu dan semua pengetahuan dapat dipetakan ke dalam struktur yang besar yang membentuk dunia mental FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 19 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia masing-masing individu. Upaya menghadapkan siswa ke dalam situasi yang membingungkan bermakna dalam kemampuan mengorganisasikan pikirannya yang diharapkan mampu pola berfikir yang baru dengan membawa ke pada kesimbangan internal dan eksternal. (e). Setiap ilmu pengetahuan memiliki struktur konsep yang membentuk dasar dari sistem proses informasi bagi siswa, sehingga belajar antara lain mencocokkan konsep dalam materi ke dalam sistem yang dimiliki dan berfungsi bagi dirinya. Salah satu contoh yang dapat menggambarkan bahwa belajar merupakan pemrosesan informasi, berikut ini ditampilkan rancangan science inquiry models yang langkah-langkah pembelajarannya diungkapkan sebagai berikut : Tahapan awal dimulai dengan pemilihan topik, yakni adakah disekitar tempat tinggal siswa didapati peristiwa alam yang sesuai dengan topik yang akan dipelajari siswa. Peristiwa tersebut sebaiknya diambil yang dapat membingungkan siswa di awal pembelajaran. Misalnya : dalam mata pelajaran fisika di kelas dipilih gejala pemantulan dan pembiasan cahaya yang terjadi secara bersamaan. Pembelajaran diawali dengan gejala yang memungkinkan munculnya konflik penalaran siswa, selanjutnya langkah pembelajaran yang disarankan adalah sebagai berikut : (1). menghadapkan siswa dengan masalah (2). mengumpulkan data dan informasi untuk melakukan klasifikasi. (3). melakukan pengumpulan data dalam experimentasi. (4). memformulasikan penyelesaian masalah dan analisis proses inkuari. Tahapan tersebut diarahkan agar siswa mampu belajar mandiri lewat informasi yang dibangun pembelajaran yang dapat dipilih adalah independent study/case Study. E. Contoh Panduan Impelementasi Pembelajaran di Sekolah Perlu ditegaskan di sini bahwa tidak ada satu metode, pendekatan, model atau strategi yang paling baik dalam pembelajaran, baik itu pembelajaran Matematika maupun pembelajaran sain. Kesesuaian antara metode pilihan guru dengan karakteristik siswa dan lingkungan serta tersedianya sarana prasarana merupakan bagian yang perlu dipertimbangkan oleh guru. Sebagai seorang guru, kita dituntut untuk menyelesaikan target yang diungkap oleh kurikulum, masyarakat maupun stake holder untuk dapat melaksanakan menajemen pembelajaran. Manajemen pembelajaran meliputi 4 tahapan, yaitu: 1). perencanaan program pembelajaran; 2). pelaksanaan program pembelajaran; 3). monitoring dan evaluasi proses pembelajaran; dan 4) analisis hasil monitoring dan evaluasi untuk selanjutnya digunakan sebagai masukan dalam merevisi program pembelajaran. Terkait dengan perencanaan pembelajaran di samping guru merumuskan tujuan pembelajaran, berupa kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki setelah mengikuti proses pembelajaran, guru harus dapat mengidentifikasi karakteristik siswa yang akan mengikuti proses pembelajaran. Identifikasi karakteritik siswa antara lain meliputi: a). kompetensi yang dimiliki siswa sebelum mengikuti pembelajaran (pre requisite skill), b). tingkat motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, c). heterogenitas kompetensi siswa, d). kebiasaan-kebiasaan siswa dalam proses pembelajaran, dan e). perilaku-perilaku lain bagi tiap individu dalam belajar. Pengetahuan guru tentang indikator masing-masing siswa, sangat bermanfaat bagi guru dalam menyusun program pembelajaran. Banyak Teori-teori belajar telah dikemukakan oleh para psikolog atau pakar pendidikan yang dapat digunakan sebagai dasar pengembangan pembelajaran yang inovatif. Untuk pembelajaran MIPA, dengan sifat dan karakteristik materi banyak disarankan menggunakan model pemrosesan informasi seperti yang telah diungkap di atas. Di antaranya aliran Psikologi Tingkah Laku dikemukakan antara lain oleh: Thorndike, Ausubel, Gagne, Pavlov dan teori tentang Psikologi Kognitif antara lain dikemukakan oleh Piaget, Brunner, Brownell, Dienes dan Van Hiele. Beberapa asumsi dalam Psikologi Tingkah Laku: 1. Thorndike, mengemukakan teori Stimulus dan Respon dalam belajar, respon siswa perlu dimunculkan dengan pemberian stimulus-stimulus yang tepat, FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 20 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia selanjutnya dapat dikemukakan hukum belajar. Hukum belajar yang dikenal dengan nama Law of effect, dalam hukum ini dikatakan bahwa seorang siswa akan meningkat keberhasilannya dalam belajar jika respon siswa terhadap suatu stimulus memperoleh reinforcement atau penguatan yang berupa pujian atas keberhasilannya. Pemberian penguatan ini menimbulkan rasa senang bagi siwa, sehingga ada kecenderungan ia akan berusaha lebih keras dalam belajar untuk dapat memperoleh reinforcement lagi. Teori lain yang dikemukakan oleh Thorndike dalam belajar berkaitan Stimulus dan Respon siswa, yaitu: 1). Hukum kesiapan (Law of readiness), 2) Hukum latihan (Law of Exercise), dan 3). Hukum akibat ( Law of Effect). a. Hukum kesiapan menjelaskan bahwa respon seorang terhadap stimulus yang diberikan kepadanya akan muncul jika siswa dalam keadaan siap, dan respon yang diberikan akan memberikan kepuasan bagi diri siswa. Sebaliknya jika siswa tidak siap, maka respon yang dikemukakan terhadap stimulus yang diberikan tidak akan muncul, atau jika munculpun tidak akan sesuai dengan harapan dirinya maupun teman atau gurunya. Hal ini menimbulkan perasaan ketidaksenangan pada dirinya. b. Hukum latihan sangat diperlukan dalam belajar Matematika dan Sain, siswa banyak latihan dalam menyelesaikan soal yang semacam dengan tingkat kesulitan berbeda, akan lebih memantapkan konsep dan prinsip yang dipelajarinya. c. Hukum akibat, sebagai misal siswa yang memperoleh penguatan akan berakibat dia merasa senang dalam belajar dan ada kecenderungan meningkatkan gairah belajarnya. Sebaliknya respon yang diberikan siswa salah, kecaman guru akan memimbulkan akibat kebencian terhadap guru dan sekaligus kebencian terhadap mata pelajaran yang diasuh guru tersebut. Oleh karena itu guru harus pandai-pandai memberikan tanggapan terhadap respon siswa yang salah agar tidak berakibat fatal. Penguatan atau reinforcement bagi siswa yang memberikan respon yang benar merupakan reward untuk memotivasi siswa lebih giat belajar. Brunner menyatakan bahwa sajian materi yang bermakna lebih memantapkan siswa belajar. Belajar yang baik apabila siswa dapat mengkonstruksi kognisi melalui pengetahuan yang diterima, kemudian dianalisis apakah sesuai dengan pengetahuan yang telah dimiliki atau justru bertentangan dengan apa yang dimiliki. Dari hasil analisis ini siswa dapat memperkuat pengetahuan yang dimiliki, atau menggugurkan konstruksi pengetahuan yang dimiliki jika informasi baru diterima bertentangan dengan konstruksi kognitif yang dimiliki sebelumnya, atau menumbuhkan konstruksi pengetahuan baru, jika konstruksi pengetahuan belum dimiliki sebelumnya. Pembentukan konstruksi kognitif selanjutnya dinamakan paham konstruktivisme, yang dirintis semenjak lama oleh Piaget. Efektivitas belajar dapat dideteksi apakah pembelajaran yang berlangsung di sekolah ini memiliki manfaat bagi siswa. Dengan demikian di kalangan siswa akan muncul rasa ingin tahu, rasa ingin melibatkan diri, mencoba-coba, mengajukan pertanyaan dalam kegiatan pembelajaran, berusaha menamukan sendiri jawaban dari masalah yang dipelajari. Menurut UNESCO, kecenderungan pendidikan di abad 21 memuat empat pilar utama, yaitu: (1). Learning to know, (2) Learning to do, (3). Learning to live together, (4). Learning to be, sedangkan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diluncurkan pada Tahun 2006 bahwa Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut: 1. berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. 2. beragam dan terpadu FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 21 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia 3. tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni 4. relevan dengan kebutuhan kehidupan 5. menyeluruh dan berkesinambungan 6. belajar sepanjang hayat 7. seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Memperhatikan hal-hal tersebut di atas guru dituntut untuk mampu mengembangkan model-model pembelajaran atau pendekatan pembelajaran yang dapat di dukung teori-teori tersebut. Berbagai bentuk pembelajaran yang menunjang pilar keempat pembelajaran yang dikemukakan UNESCO adalah (I) Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif); (II).Problem Based Instructions(Pembelajaran berdasar Masalah) (III).Direct Instructions(Pembelajaran langsung). I. Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif) Pada Cooperative Learning siswa bekerja bersama-sama dalam team yang beranggotakan 4 atau 5 siswa. Cooperative Learning is a succesful teaching strategy in wich small teams, each with students of different levels of ability, use a variety of learning activities to improve the understanding of a subject. Each members of a team is responsible not only for learning what is taught but also for helping teammates learn, yhus creatung an atmosphere of achievement. (http://www.ed.gov). Pada definisi tersebut terkandung pengertian bahwa dalam belajar kooperatif banyaknya anggota kelompok kecil, kemampuan anggota-anggota kelompok yang berbeda, menggunakan aktivitas belajar yang bervariasi untuk meningkatkan pemahaman diri. Setiap anggota kelompok tidak hanya bertanggung jawab pada belajar sendiri tetapi juga membantu teman satu team yang lain dalam belajar, sehingga tercipta suasana sukses. Definisi lain dikemukakan oleh Roger T. Johnson dan David W. Johnson (http://www.co_operation.org), bahwa: Cooperative learning is a relationship in a group of students that requires positive interdependence (a sense of sink or swim together), individual accountability (each of us has to contribute and learn), interpersonal skills (communication, fruit, leadership, decision making, and conflict resolution), face to face promotive interaction and processing (reflection on how well the team is functioning and how to function even better). Pada definsi ini terkandung pemahaman bahwa dalam belajar kooperatif tercipta kerjasama yang baik antar anggota team ada ketergantungan saling memerlukan yang positip (menanamkan rasa kebersamaan), tanggung jawab masing-masing anggota (setiap anggota memiliki sumbangan dan belajar), keterampilan hubungan antar person (komunikasi, keberhasilan, kepemimpinan, membuat keputusan, dan penyelesaian konflik), tatap muka menaikkan interaksi dan pengolahan data. Slavin mengemukakan bahwa: Cooperative Learning refers to a variety of teaching methods in which students work in a small groups to help one another learn academic content. In cooperative classrooms, student are expected to help each other, to discuss and argue with each other, to assess each other’s current knowledge in fill in gaps in each other understanding. Belajar bekerjasama berkenaan dengan berbagai macam metode pembelajaran yang perwujudan realnya siswa bekerja dalam group-group kecil dan saling membantu belajar materi akademis. Dalam kerjasama dalam bentuk kelas, partisipasi yang diharapkan dari siswa adalah saling membantu satu sama lain, berdiskusi dan berargumentasi satu sama lain, saling menilai pengetahuan dan perbedaan pemahaman satu sama lain. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik simpulan bahwa dalam pembelajaran kooperatif memiliki unsur-unsur: FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 22 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia 1. Siswa belajar dalam kelompok kecil yang beranggotakan 4 sampai 5 orang untuk efektifitas kelompok dalam belajar. Anggota kelompok yang terlalu besar tidak menjamin adanya kerja belajar yang efektif. 2. Setiap anggota kelompok memiliki rasa ketergantungan dalam kelompok, keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh kekompakan anggotaanggota dalam kelompok tersebut. 3. Diperlukan tanggung jawab masing-masing anggota kelompok, kesadaran tanggung jawab masing-masing anggota kelompok dalam belajar sangat mendukung keberhasilan kelompok. 4. Terdapat kegiatan komunikasi tatap muka baik antar anggota kelompok daslam kelompok maupun antar kelompok. Adanya komunikasi ini dapat mendorong terjadinya interaksi positip, sesama siswa dapat lebih saling mengenal, masing-masing siswa saling menghargai pendapat teman, menerima kelebihan dan kekurangan teman apa adanya, menghargai perbedaan pendapat yang selalu terjadi dalam kehidupan. Siswa saling asah, saling asih dan saling asuh. 5. Anggota-anggota kelompk berlatih untuk mengevalusi pedapat teman, melalui adu argumentasi, belajar menerima hasil evaluasi dari teman esama anggota kelompok, pada akhirnya dapat menumbuhkan rasa toleransi pendapat dan bergaul dalam hidup bermasyarakat. Dari 5 hal di atas dapat ditarik simpulan bahwa lewat pembelajaran kooperatif, di samping diperoleh pencapaian aspek akademik yang tinggi di kalangan siswa, juga bermakna dalam membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial dalam hubungannya dengan sesama. Adapun dalam model pembelajaran kooperatif ini peran guru yang dapat ditampilkan antara lain : No Fase pembelajaran Peran guru 1 Rumuskan tujuan, menyampaikan tujuan pembelajaran, mengaitkan apersepsi dan motivasi dengan manfaat mempelajari materi dan memotivasi siswa 2 Ceramah dan menyajikan informasi lewat media yang sesuai Misalnya bahan bacaan, menyajikan informasi kepada siswa. lewat media yang demonstrasi, menggali pemahaman siswa sesuai 3 Organisasi kelompok- bentuk kelompok, menjelaskan tujuan, bentuk dan kelompok belajar siswa macam kegiatan serta membantu kelompokkelompok agar trasisi antara informasi dan belajar berlangsung prosedural. 4 Bimbingan kelompok memberikan bimbingan saat mengerjakan tugas dan siswa untuk bekerja dan menampung kesulitan siswa untuk dipecahkan belajar bersama 5 Asesmen melakukan asesmen terhadap tugas, lewat tampilan siswa dalam kelompok besar dan seterusnya bersama siswa melakukan refleksi. 6 memberikan memilih cara yang sesuai untuk menghargai setiap penghargaan hasil karya kelompok dan tampilan individual saat presentasi Terkait dengan Cooperative Learning, Slavin mengemukakan beberapa model, antara lain: 1). Student Teams-Achievement Divisons, yang memiliki 5 komponen, yaitu: (a). Class Presentation (presentasi kelas); (b). Teams (kelompok); (c) quizzes (kuis); (d) individual improvement scores (peningkatan skore individu); (e). Team recognition (penghargaan kelompok). 23 FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia 2). Teams-Games-Tournament yang dikembangkan oleh David De Vries dan Keith Edwards, pembentukan kelompok memperhatikan perbedaan jenis kelamin dan tingkat kemampuan siswa, yang memiliki 5 komponen, yaitu: (a). Class Presentation oleh guru; (b). Tim mengerjakan lembar kerja yang telah disiapkan guru; (c). Saling mengajukan pertanyaan dan belajar bersama untuk menghadapi turnament; (d) tournament yang biasanya diselenggarakan seminggu sekali. Kurang lengkap. 3). Jigsaw II yang diadaptasi oleh Elliot Aronson’s dari teknik jigsaw. Seperti pada STAD dan TGT, team bekerja dengan keaggotaan 4 siswa yang heterogen. II. Problem Based Instructions (Pembelajaran Berdasar Masalah) Model pembelajaran ini bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir di kalangan siswa lewat latihan penyelesaian masalah, oleh sebab itu siswa dilibatkan dalam proses maupun perolehan produk penyelesaiannya. Dengan demikian model ini juga akan mengembangkan keterampilan berpikir lewat fakta empiris maupun kemampuan berpikir rasional, sehingga latihan yang berulang-ulang ini dapat membina keterampilan intelektual dan sekaligus dapat mendewasakan siswa. Siswa berperan sebagai self-regulated learner, artinya lewat pembelajaran model ini siswa harus dilibatkan dalam pengalaman nyata atau simulasi sehingga dapat bertindak sebagai seorang ilmuwan atau orang dewasa. Model ini tentu tidak dirancang agar guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, tetapi guru perlu berperan sebagai fasilitator pembelajaran dengan upaya memberikan dorongan agar siswa bersedia melakukan sesuatu dan mengungkapkannya secara verbal. Adapun dalam model pembelajaran kooperatif ini peran guru yang dapat ditampilkan antara lain : No fase pembelajaran Peran guru 1 Rumuskan tujuan dan menjelaskan tujuan pembelajaran dan segala hal orientasi masalah yang berkaitan dengan masalah dan penyelesaiannya, memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas penyelesaian masalah. 2 Oranisasi siswa untuk membantu dan membimbing mendefinisikan tugasbelajar tugas serta mengorganisasikan tugas-tugas siswa untuk penyelesaian masalah 3 Bimbingan penyelidikan mendorong dalam merancang dan melaksanakan individual dan kelompok eksperimen, mengukur, mengamati, mengumpulkan informasi yang sesuai. 4 Sajian hasil karya dan membantu rencana dan penyiapan karya yang pengembangannya sesuai, melakukan pengecekan ulang dengan eksperimen untuk mendapatkan penyelesaian masalah yang dimaksud. 5 analisis dan evaluasi membantu siswa dalam refleksi dan evaluasi proses penyelesaian penyelidikan dan proses-proses penyelesaian masalah masalah yang telah dilakukan III. Direct Instructions (Pembelajaran langsung ) Pembelajaran ini seringkali dianggap sebih sesuai dengan sifat ilmu yang dipelajari, seperti halnya kelompok mata pelajaran Basic Science. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan MIPA tersusun secara terstruktur yang memuat materi prasyarat dalam setiap langkah penyajiannya. Pembelajaran langsung pada umumnya dirancang srcara khusus untuk mengembangkan aktivitas belajar di pihak siswa berkaitan dengan aspek pengetahuan procedural serta pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik yang dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Fokus utama dari pembelajarn ini adalah adanya pelatihanpelatihan yang dapat diterapkan dari keadaan nyata yang sederhana sampai yang lebih kompleks. Adapun dalam model pembelajaran langsung ini peran guru yang dapat ditampilkan antara lain : FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 24 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia No fase pembelajaran Peran guru 1 Rumuskan tujuan dan menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar orientasikan kepada belakang, pentingnya materi ini dipelajari dan mempersiapkan siswa untuk belajar lewat pola kegiatan siswa latihan. 2 demonstrasi pengetahuan menampilkan kegiatan dengan demonstrasi dan keterampilan keterrampilan atau menyajikan materi pembelajaran setahap demi setahap dengan mempertimbangkan strukturnya 3 Bimbingan latihan menampilkan bentuk atau model untukpelatihan awal. 4 Kontrol penguasaan di mengecek keberhasilan pelaksanaan tugas pihak siswa dan berikan latihan apakah siswa telah berhasil dengan baik diteruskan dengan kegiatan untuk memperoleh umpan balik balikan (tes, wawancara, pengamatan dan sebagainya). 5 Berikan kesempatan untuk memberi kesempatan untuk pelatihan lanjutan pelatihan lanjutan dan yang fokusnya adalah penerapan pada situasi penerapan hasil latihan yang lebih kompleks dalam kehidupan nyata. Untuk semua model di atas beberapa catatan yang penting antara lain : 1. Pendalaman materi secara individual dapat dilakukan di luar jam pelajaran, hal tersebut memilik dua keuntungan: a). Siswa dapat mencari sumber belajar lebih luas (internet atau buku bacaan yang lain), b). Waktu yang disediakan untuk kerja terstruktur dapat dimanfaatkan untuk diskusi kelompok dan presentasi hasil, sehingga lebih longgar. 2. Untuk Lesson Study, beberapa guru dapat memonitor dan mengevaluasi seluruh kegiatan dari awal sampai akhir, untuk selanjutnya dilakukan diskusi diluar jam sebagai bahan masukan untuk merevisi perncanaan program selanjutnya. F. Penutup Upaya peningkatan kualitas pembelajaran MIPA perlu bertumpu pada kebutuhan siswa, artinya pengoptimalan penggunaan sense siswa menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran. Integrasi antara evaluasi dengan pembelajaran memungkinkan guru mengungkap potensi siswa secara optimal. Hal ini berarti aktivitas mendidik, melatih dan pembelajaran perlu diintegrasikan dalam tingkah laku dalam tugas dan hidup keseharian guru. Berbagai hal yang berkaitan dengan pemilihan model pembelajaran perlu mendapatkan perhatian yang sebaikbaiknya. Upaya melatih sikap empati guru terhadap siswa maupun sejawat dalam diri seorang guru perlu mendapatkan perhatian yang optimal agar keahlian, kepakaran, tanggung jawab serta perasaan senasib sepenanggungan dapat dikembangkan secara intrinsik. G. Daftar Pustaka Nasution, S. (1987). Berbagai Pendekatan dalam PBM. Jakarta: Bina Aksara. Piet A. Suhertian, (1992). Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta: Andi Ofset Squires David A. , William G. Huitt and john K. Segars, (1983). Effective Schools and Classrooms. Washington: ASCD. FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 25 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia Peterson, Penelope L. And Herbert J. Walberg (1979). Research on Teaching: Concepts, Finding and Implications. California : Mc Cutchan Pub. Slavin, Robert E. (1990). Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. Singapore: Allyn and Bacon. Joyce, Well and Marsha Weil,(1996). Bacon Models of Teaching. Boston: Allyn and Winne, Phillip H., and Ronald W. Marx (1979). Perceptual Problem Solving: Research on Teaching (ed. Penelope C. Patterson et.al.). California : McCutchan Pub. Udin S. Winataputra,dkk.(2001). Pusat Penerbitan UT FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS Strategi Belajar Pembelajaran IPA. Jakarta : 26 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia Tugas : Kerjakan dalam bentuk kelompok Buatlah flow chart satu dari contoh Model di atas Alokasi Waktu Untuk : 2 jam pertemuan ( 2 x 50 ) menit No. Bentuk Kegiatan 1. Pengarahan dari guru dan pembentukan kelompok 2. Pendalaman materi secara individual 3. Diskusi Kelompok dan persiapan saji hasil diskusi 4. Presentasi kelompok 5. Resume dan pemantapan oleh guru jumlah waktu Alokasi Waktu 15 menit 20 menit 25 menit 30 menit 10 menit 100 menit Lampiran 1: Diskusi dan Macamnya Diskusi ditinjau dari tujuannya dibedakan menjadi : 1. The Social Problem Meeting, merupakan metode pembelajaran dengan tujuan berbincang-bincang menyelesaikan masalah sosial di lingkungan. 2. The Open ended Meeting, berbincang bincang mengenai masalah apa saja yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dimana kita berada. 3. The Educational Diagnosis Meeting, berbincang-bincang mengenai tugas/pelajaran untuk saling mengoreksi pemahaman agar lebih baik. Ditinjau dari Bentuknya, dibedakan menjadi : 1. Whole Group, merupakan bentuk diskusi kelompok besar (pleno, klasikal,paripurna dsb.) 2. Buz Group, merupakan diskusi kelompok kecil yang terdiri dari (4-5) orang. 3. Panel, merupakan diskusi kelompok kecil (3-6) orang yang mendiskusikan objek tertentu dengan cara duduk melingkar yang dipimpin oleh seorang moderator. Jika dalam diskusi tersebut melibatkan partisipasi audience/pengunjung disebut panel forum. 4. Syndicate Group, merupakan bentuk diskusi dengan cara membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari (3-6) orang yang masingmasing melakukan tugas-tugas yang berbeda. 5. Brainstorming, merupakan diskusi iuran pendapat, yakni kelompok menyumbangkan ide baru tanpa dinilai, dikritik, dianalisis yang dilaksanakan dengan cepat (waktu pendek). 6. Simposium, merupakan bentuk diskusi yang dilaksanakan dengan membahas berbagai aspek dengan subjek tertentu. Dalam kegiatan ini sering menggunakan sidang paralel, karena ada beberapa orang penyaji. Setiap penyaji menyajikan karyanya dalam waktu 5-20 menit diikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari audience/peserta. Bahasan dan sanggahan dirumuskan oleh panitia sebagai hasil simposium. Jika simposium melibatkan partisipasi aktif pengunjung disebut simposium forum. 7. Colloqium, strategi diskusi yang dilakukan dengan melibatkan satu atau beberapa nara sumber (manusia sumber) yang berusaha menjawab pertanyaan dari audience. Audience menginterview nara sumber selanjutnya diteruskan dengan mengundang pertanyaan dari peserta (audience) lain Topik dalam diskusi ini adalah topik baru sehingga tujuan utama dari diskusi ini adalah ingin memperoleh informasi dari tangan pertama. 8. Informal Debate, merupakan diskusi dengan cara membagi kelas menjadi 2 kelompok yang pro dan kontra yang dalam diskusi ini diikuti dengan tangkisan dengan tata tertib yang longgar agar diperoleh kajian yang dimensi dan kedalamannya tinggi. Selanjutnya bila penyelesaian masalah tersebut dilakukan secara sistematis disebut diskusi informal. Adapun langkah dalam diskusi informal adalah : 1. menyampaikan problema 2. pengumpulan data 3. alternatif penyelesaian 27 FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia 4. memlilih cara penyelesaian yang terbaik. 9. Fish Bowl, merupakan diskuasi dengan beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua mengadakan diskusi untuk mengambil keputusan. Diskusi model ini biasanya diatur dengan tempat duduk melingkar dengan 2 atau 3 kursi kosong menghadap peserta diskusi. Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi sehingga seolah-olah peserta melihat ikan dalam mangkok. 10. Seminar, merupakan kegiatan diskusi yang banyak dilakukan dalam pembelajaran. Seminar pada umumnya merupakan pertemuan untuk membahas masalah tertentu dengan prasaran serta tanggapan melalui diskusi dan pengkajian untuk mendapatkan suatu konsensus/keputusan bersama. Masalah yang dibahas pada umumnya terbatas dan spesifik/tertentu, bersifat ilmiah dan subject approach. 11. Lokakarya/widya karya, merupakan pengkajian masalah tertentu melalui pertemuan dengan penyajian prasaran dan tanggapan serta diskusi secara teknis mendalam. Dalam diskusi ini bila perlu diikuti dengan demonstrasi/peragaan masalah tersebut. Peserta lokakarya pada umumnya para ahli. Tujuannya mendapatkan konsensus/keputusuan bersama mengenai masalah tersebut. Telaahnya : Subject matter approach. FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 28 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia PRINSIP-PRINSIP MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM LESSON STUDY Oleh: Bambang Subali, Sukardjo, dan Suharyanto A. Pendahuluan Upaya meningkatkan kompetensi guru dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, yakni pendekatan internal dengan memanfaatkan guru yang lebih berpengalaman sebagai pelatih, pendekatan eksternal dengan mengirimkan guru untuk mengikuti pelatihan ataupun studi lanjut, dan dengan pendekatan kemitraan melalui kerjasama antara perguruan tinggi dan sekolah. Karakteristik program kemitraan adalah dikembangkannya prinsip kolaborasi yang memberikan keuntungan pihak-pihak yang terlibat (Fandi Tjiptono & Anastasia Diana, 1996). Prinsip kolaborasi juga dapat dilakukan antar sesama guru dalam suatu sekolah juga dapat menjadi ajang yang efektif untuk meningkatkan mutu guru. Lesson study sebagai salah satu program kegiatan untuk meningkatkan kompetensi guru dan kualitas pembelajaran dapat dikembangkan di sekolah sebagai studi untuk analisis atas suatu praktik pembelajaran yang dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran berbasis riset untuk menemukan inovasi pembelajaran tertentu. Lesson Study pada dasarnya adalah salah satu bentuk kegiatan pengembangan profesional guru yang bercirikan guru membuka pelajaran yang dikelolanya untuk guru sejawat lainnya sebagai observer, sehingga memungkinkan guru-guru dapat membagi pengalaman pembelajaran dengan sejawatnya. Lesson study merupakan proses pelatihan guru yang bersiklus, diawali dengan seorang guru: 1) merencanakan pelajaran melalui eksplorasi akademik terhadap materi ajar dan alat-alat pelajaran; 2) melakukan pembelajaran berdasarkan rencana dan alatalat pelajaran yang dibuat, mengundang sejawat untuk mengobservasi; 3) melakukan refleksi terhadap pelajaran tadi melalui tukar pandangan, ulasan, dan diskusi dengan para observer. Oleh karena itu, implementasi program lesson study perlu dimonitor dan dievaluasi sehingga akan diketahui bagaimana keefektifan, keefesienan dan perolehan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. B. Lesson Study Lesson study sebagai salah satu kegiatan untuk meningkatkan kompetensi guru dan kualitas pembelajaran berasal dari bahasa Jepang Jugyokenkyu yang oleh Fernandez & Yoshida (Paidi, 2005) diartikan sebagai studi untuk analisis atas suatu praktik pembelajaran yang dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran berbasis riset untuk menemukan inovasi pembelajaran tertentu. Di sekolah-sekolah di Jepang kegiatan lesson study sebagai media untuk belajar dari pembelajaran yang merupakan a. inisiatif suatu sekolah atau guru untuk meningkatkan diri atau untuk memperoleh masukan atas pembelajaran inovatif yang telah dipikirkan/dilakukan, dengan cara membuka kelas bagi guru lain atau pengamat lain. b. wahana belajar bagi guru/peserta lain (juga guru penampil sendiri). c. wahana bersejawat, berdiskusi/sharing pikiran untuk meningkatkan keprofesionalan mereka. d. Wahana berkolaborasi antara sekolah dengan universitas atau lembaga lain, kolaborasi antara guru dengan dosen atau pemikir pendidikan lainnya guna menghasilkan inovasi pembelajaran. Lebih lanjut Paidi menyatakan bahwa ada tiga tahapan utama dari lesson study yakni: a. Tahap perencanaan (planning): pada tahapan ini secara kolaboratif (guru dengan guru atau guru dengan dosen atau guru dengan pemikir) menyusun suatu perencanaan pembelajaran yang inovatif sehingga dihasilkan suatu perencanaan pembelajaran (lesson plan) yang terbaik dan membantu siswa 29 FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia belajar dengan baik yang disusun berdasarkan pengalaman, hasil pengamatan, buku-buku atau sumber ide lainnya. b. Tahap implementasi (implementing/do): pada tahapan ini dilakukan pembagian tugas bagi pihak-pihak yang berkolaborasi untuk meimplementasikan lesson plan yang sudah disusun. Salah satu kolaborator berperan sebagai guru dan yang lainnya sebagai pengamat/observer yang melakukan pengamatan dengan menggunakan lesson plan sebagai acuan. Pada skala besar kegiatan implementasi ini dapat diikuti oleh guru atau pemerhati pendidikan lainnya di luar pihak-pihak yang berkolaborasi. c. Tahap refleksi (reflecting/see): pada tahap ini pihak-pihak yang berkolaborasi (atau dengan ditambah pengamat lainnya) duduk bersama untuk melakukan diskusi dalam bentuk sharing mengenai apa-apa yang baru saja mereka tangkap dan amati dari implemantasi lesson plan yang telah dilakukan. Dengan melihat tahapan pelaksanaan kegiatan lesson study maka monitoring dan evaluasi yang dilakukan juga harus mengacu pada tahapan yang dilakukan. C. Lesson Study sebagai Classroom Action Research Lesson study sebagai suatu riset meliputi tiga tahapan utama yakni tahap perencanaan (planning), tahap implementasi (implementing/do), tahap refleksi (reflecting/see). Dari tahapan tersebut, jika mengacu pada PTK menurut Sagor (1992), maka pelaku lesson study bekerja pada tiga tahapan tindakan, yakni: (1) memprakarsai tindakan (initiating action), misalnya ingin mengadopsi suatu gagasan atau ingin menerapkan suatu strategi baru, (2) monitoring dan membenahi tindakan (monitoring and adjusting action), dan (3) mengevaluasi tindakan (evaluation action) untuk menyiapkan laporan final dari program secara lengkap. Oleh karena itu, dari sudut inquiry maka kegiatan untuk memprakarsai tindakan biasanya berupa kegiatan mencari informasi yang akan membantu dalam memahami dan memecahkan masalah sehingga merupakan research for action. Selama pelaksanaan dilakukan monitoring dan pembenahan tindakan yang lebih berkait dengan apa yang dapat dilakukan sehingga merupakan research in action. Pada akhir kegiatan dilakukan evaluasi akhir untuk mengevaluasi tindakan yang lebih berfokus untuk mengevaluasi kinerja yang telah dilakukan sehingga merupakan research of action. Jika disajikan dalam bentuk bagan pada gambar 1 sebagai berikut. 1 2 Riset Tindakan Pemahaman Monitoring dan pembenahan 3 Riset Evaluasi Gambar 1. Tahapan PTK Menurut Sagor Agar dapat dibuat perencanaan yang baik pada tahap research for action, pemrakarsa tindakan harus melakukan refleksi awal yang berbasis pada kondisi awal dan digalii melalui need asesment. Dalam tahap ini diperoleh akar masalah yang akan diatasi melalui lesson study sehingga hasil need assessment, sebagai deskripsi semua kondisi awal. Dalam hal yang demikian, dapat dijadikan dasar placement FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 30 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia evaluation dengan tujuan untuk menetapkan program agar sesuai dengan kondisi riil di lapangan. Dari placement evaluation itulah dapat dipahami dengan pasti posisi masing-masing pihak yang berkolaborasi, baik dosen, guru, maupun siswa berkait dengan akar masalah yang akan dipecahkan. Pada tahap reserch in action, dilakukan kegiatan monitoring untuk memperoleh deskripsi maupun hubungan sebab akibat yang terjadi dengan adanya implementasi tindakan. Pada tahap ini, data hasil monitoring digunakan untuk mengambil kepuitusan seberapa jauh perbaikan/pembenahan perencanaan tindakan dalam setiap siklus harus dilakukan. Oleh karena itu, keputusan yang diambil adalah pada tataran formative evaluation. Melalui Pada tahap research of action, kegiatan monitoring dilakukan untuk memperoleh deskripsi, hubungan sebab akibat yang berkait dengan implementasi program secara keseluruhan (seluruh siklus), dan seberapa jauh keterlibatan pihakpihak yang telah berkolaborasi. Dengan demikian, keputusan atas dasar hasil monitoring bertujuan untuk menetapkan efektivitas dan efisiensi program lesson study. Dalam tahapan ini, kedudukan evaluasi program adalah sebagai sumative evaluation. 1. Macam Lesson Study Lesson Study sebagai penelitian tindakan kelas dapat dilaksanakan dalam beberapa macam. Mengacu pendapat Kemmis dan McTaggart (1997) ada tiga macam PTK, yakni PTK yang dilakukan secara individual, PTK yang dilakukan secara kolaboratif, dan PTK yang dilakukan secara kelembagaan. a. Lesson Study dalam bentuk PTK yang Dilakukan Secara Individual Lesson study dalam PTK yang dilakukan secara individual, seorang guru/dosen yang melakukan PTK berkedudukan sebagai peneliti sekaligus sebagai praktisi. Sebagai peneliti, guru/dosen harus mampu bekerja pada jalur penelitiannya, yakni jalur menuju perbaikan dengan langkah-langkah yang dapat dipertanggungjawabkan dalam arti guru/dosen yang bersangkutan harus menjamin kesahihan data yang dihimpun sehingga mendukung objektivitas penelitian yang dilakukan serta ketepatan dalam menginterpretasi dan menarik kesimpulan hasil penelitian. Untuk itu dalam PTK yang dilakukan secara individual harus didukung oleh critical friend. Critical friend yang tepat sangat membantu saat peneliti melakukan refleksi. Selain itu, critical friend juga dapat sebagai observer saat peneliti melakukan praktik pembelajaran sebagai praktisi. Bila tanpa critical friend ada yang mempertanyakan objektivitas penelitiannya. Critical friend dipilih sesuai dengan keahlian atau kebutuhan. Oleh karena itu, critical friend dapat berganti-ganti orang sepanjang penggantian fungsional untuk membantu keberhasilan program lesson study yang dilaksanakan. Jika seorang pelaksana program lesson study sudah senior atau sudah terbiasa melakukan dan didukung sarana prasarana untuk peliputan data yang memadai seperti alat perekam dalam bentuk audio visual, maka dapat saja melibatkan critical fiend untuk mengkritisi hasil-hasil yang dilaksanakan setelah ia menganalisis hasil perekaman. Dengan demikian, critical friend hanya dilibatkan pada saat refleksi dan sekaligus mengkritisi lesson study yang dilakukan. Bahkan, diharapkan critical friend juga mau mengadop bila hasilnya dinilai positif. Sebaliknya, bagi pemula, maka dapat melibatkan critical friend di setiap tahapan lesson study yang dilaksanakan, mulai dari pemilihan permasalahan, perencanaan, pelaksanaan, refleksi, sampai pada pelaporan. b. Lessn Study berbasis PTK yang Dilakukan Secara Kolaboratif PTK dalam bentuk kolaboratif/kelompok melibatkan sekelompok guru/dosen, sehingga ada guru/dosen sebagai peneliti dan guru/dosen sebagai praktisi. Dapat pula kolaborasi dilakukan antara guru dengan dosen. Dalam kolaborasi antara guru FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 31 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia dan dosen, permasalahan digali bersama di lapangan, dan dosen dapat sebagai inisiator untuk menawarkan pemecahan atas dasar topik area yang dipilih. Dalam hal ini validitas penelitian lebih terjamin karena ada posisi sebagai peneliti dan posisi sebagai praktisi. 3. Lesson Study berbasis PTK yang Dilakukan Secara Kelembagaan Lesson study yang dilakukan dalam bentuk PTK individual/perorangan ataupun dalam bentuk PTK yang dilakukan secara kolaboratif/kelompok memiliki skop terbatas atau berfokus pada topik area yag sempit. Misalnya, penelitian hanya berfokus pada hubungan antara proses pembelajaran dan hasil yang ingin dicapai. PTK yang dilakukan secara kelembagaan memiliki skop penelitian yang lebih luas dan ditujukan untuk perbaikan lembaga. Dengan demikian, dalam satu penelitian dapat ditetapkan beberapa topik area. Dalam PTK yang dilakukan secara kelembagaanpun melibatkan kolaborasi dapat dibangun secara luas dengan melibatkan banyak pihak yang terkait. Untuk sekolah, dapat melibatkan siswa, guru, karyawan, orang tua, kepala sekolah, dinas, dan dosen perguruan tinggi. Untuk perguruan tinggi, dapat melibatkan mahasiswa, dosen, karyawan, pihak pengguna, dan stakeholder ataupun yang lainnya. Tujuan utama PTK yang dilakukan secara kelembagaan adalah untuk memajukan lembaga. Oleh karena itu, dapat dibuat kelompok-kelompok peneliti menurut topik-topik area yang relevan dengan kelompok yang bersangkutan. Menurut Kemmis dan McTaggart (1997) dalam PTK bentuk ini kelompok-kelompok kecil yang ada di dalamnya dapat melakukan kegiatan eksperimen untuk menguji beberapa inovasi untuk permasalahan yang ada. D. Model-Model Tahapan PTK Ada beberapa model pentahapan dalam PTK. Menurut Mc Taggart (1991) juga Kemmis dan McTaggart (1997) PTK dilakukan siklus demi siklus, sebelum memulai dengan siklus pertama diawali dengan (a) refleksi awal untuk melakukan penyidikan dalam upaya menetapkan topik area (thematic concern) yang akan diteliti, kemudian dilanjutkan dengan (b) perencanaan secara keseluruhan, (c) implementasi tindakan dan observasi, dan (d) refleksi. Memasuki siklus berikutnya dimulai dengan (a) tahap perencanaan lanjut sebagai revisi atas perencanaan yang disusun sebelumnya dengan memanfaatkan hasil refleksi, (b) pelaksanaan tindakan dan observasi lanjut , dan (c) refleksi lanjut. Jika disajikan dalam bentuk bagan adalah sebagai berikut. Refleksi Rencana Rencana Obserasi Tindakan Rencana Rencana yang direvisi Refleksi yang direvisi Obserasi Tindakan Gambar 2. Tahapan PTK FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 32 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia Menurut McKernan (Hopkins, 1993) PTK dilakukan siklus demi siklus dan dimulai dengan tahapan siklus pertama yang diawali dengan (a) menetapkan permasalahan, (b) need assessment untuk mencari akar masalah, (c) perumusan gagasan hipotesis, (d) implementasi tindakan, (e) evaluasi tindakan, dan diakhiri dengan (f) pengambilan keputusan. Setelah siklus pertama dilanjutkan ke siklus berikutnya yang diawali kembali dengan: (a) menetapkan kembali permasalahan, (b) need assesment untuk mencari kembali akar permasalahan (c) perumusan hipotesis baru, (d) implementasi rencana, (e) evaluasi tindakan, dan diakhiri dengan (f) pengambilan keputusan. Jika disajikan dalam gambar 3 sebagai berikut. Tindakan siklus I Tindakan sklus II Tindakan menghendaki perbaikan situasi permasalahan KEPUTUSAN Refleksi, penjelasan, pemahaman EVALUASI TINDAKAN IMPLEMENTASI RENCANA PERUMUSAN MASALAH NEED ASSESSMENT GAGASAN HIPOTESIS PENGEMBANGAN RENCANA TINDAKAN KEPUTUSAN Refleksi, penjelasan, pemahaman PERUMUSAN KEMBALI MASALAH EVALUASI TINDAKAN NEED ASSESSMENT IMPLEMENTASI RENCANA HIPOTESIS BARU REVISI RENCANA TINDAKAN T2 T1 T3 Gambar 3. Tahapan PTK Menurut McKernan Menurut Ebbutt (Hopkins, 1993; McNiff, 1992) PTK dilakukan siklus demi siklus. Pada siklus pertama diawal dengan (a) penetapan gagasan umum, (b) melakukan penyidikan (b) menyusun perencanaan secara keseluruhan, (c) pelaksanaan tindakan pertama, (d) monitoring dan penyidikan. Hasil monitoring dan penyidikan untuk (a) merevisi perencanaan secara keseluruhan yang sudah disusun, atau (b) untuk membenahi gagasan umum, atau (c) untuk memasuki tindakan berikutnya. Jika disajikan gambar 4 sebagai berikut. Menurut Elliott (Hopkins, 1993; McNiff, 1992) PTK dilakukan siklus demi siklus, diawali dengan menemukenali gagasan awal, (b) penyidikan dengan mencari fakta dan menganalisisnya, (c) menysun pwerencanaan umum yang terdiri dari beberapa tahapan tindakan, (d) melaksanakan tindakan tahap pertama, (e) memonitor pelaksanaan tahapan tindakan pertama dan melihat efeknya, (f) melakukan penyidikan untuk menemukan kegagalan/kesalahan tindakan dan efeknya. Hasil penyidikan dipakai untuk merevisi gagasan umum beserta tahapantahapan tindakannya, dan dilanjutkan dengan melaksanakan tahap-tahap tindakan yang sudah direvisi, dilanjutkan kembali dengan memonitor pelaksanaan tahapantahapn tidanakn dan melakukan penyidikan kembali sebagai dasar untuk memasuki siklus berikutnya. Jika disajikan dalam bentuk bagan adalah sebagai berikut. Jika disajikan dalam bentuk bagan adalah sebagai berikut. FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 33 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia GAGASAN UMUM PEMBENAHAN GAGASAN UMUM GAGASAN UMUM YANG SUDAH DIBENAHI PENYIDIKAN PERENCANAAN KESELURUHAN YANG SUDAH DIREVISI PETINDAKAN KEDUA DAN SELANJUTNYA ATAU PENYIDIKAN PERENCANAAN KESELURUHAN TINDAKAN PERTAMA MONITORING DAN PENYIDIKAN KEMBALI MEREVISI PERENCANAAN KESELURUHAN PERENCANAAN KESELURUHAN YANG BARU TINDAKAN KEDUA DAN SELANJUTNYA ATAU TERUS KE TAHAPAN TINDAKAN KEDUA DAN SELANJUTNYA Gambar 4. Tahapan PTK Menurut Elliot E. Prinsip prinsip Monitoring dan Evaluasi Program Suatu program, termasuk didalamnya program pendidikan rutin, program pelatihan, maupun program dalam kemitraan merupakan suatu kegiatan yang terencana yang lengkap dengan rincian tujuan beserta jenis-jenis kegiatannya. Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah program yang diimplementasikan benar-benar berharga diperlukan monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi yang dimaksud adalah suatu proses yang sistematis yang dilaksanakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiensi program yang bersangkutan. Monitoring dan evaluasi terhadap tingkat efisiensi program terutama ditujukan kepada program yang sifatnya akan dilaksanakan berulang. Jadi, dalam artian bahwa pada tahun mendatang program tersebut akan terus dilaksanakan. Dengan mengetahui tingkat efisiensinya akan dapat dihemat baik tenaga, biaya, maupun waktunya. Walaupun suatu program dinilai sangat efektif tetapi bila kurang efisien maka akan dinilai kurang berhasil karena mahal, terlalu lama, dan terlalu banyak menghabiskan tenaga (Pusat Pengujian, 1998). Keberhasilan suatu program tidak dapat terlepas dari segi pelaksanaannya. Oleh karena itu, monitoring dan evaluasi terhadap suatu program akan menyangkut berbagai hal yang terkait, baik yang menyangkut kualitas masukan (input), kualitas proses maupun kualitas hasil pelaksanaan (output) program. Selain itu, monitoring dan evaluasi terhadap suatu program dapat dilaksanakan atas dasar sekuensi implementasinya, dapat pula dilakukan terhadap komponen programnya (Issac & Michael, 1981). Karena keberhasilan suatu program tidak dapat terlepas dari segi pelaksanaannya, maka penilaian terhadap suatu program akan menyangkut berbagai hal yang terkait, baik yang menyangkut kualitas masukan, kualitas proses maupun kualitas hasil pelaksanaan program. Selain itu, penilaian dapat dilaksanakan atas dasar sekuensi implementasi program, dapat pula dilakukan terhadap komponen program. Dalam program pendidikan pada umumnya, evaluasi keberhasilan program menjadi sangat kompleks karena dapat dilakukan terhadap kurikulumnya, sarana dan prasarana, tenaga yang terlibat baik edukatif maupun administratif, kelancaran pelaksanaan program, efisiensi waktu penyelenggaraan program, dan tentunya seberapa jauh efektifnya program yang telah diselenggarakan. Evaluasi suatu program adalah suatu pengambilan keputusan untuk menetapkan berharga tidaknya suatu implementasi program yang bersangkutan. Hal 34 FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia ini akan sangat tergantung kepada perspektif yang digunakan. Perspektif tersebut dapat menyangkut hal-hal berikut. a. Perspektif alat-tujuan, yang lebih menekankan kepada pengukuran, yang kadang-kadang hasilnya bias. b. Perspektif situasional, yang menekankan kepada sosok programnya dan dikaitkan dengan penghayatan semua pihak yang terkait c. Perpektif kritis, yang dikembalikan kepada asumsi dasar dan nilai dasar yang digunakan dalam penyelenggaraan program. Karena evaluasi merupakan suatu bentuk penetapan untuk menyatakan berharga tidaknya suatu implementasi program, maka perlu adanya kriteria penilaian yang dapat dipertanggungjawabkan. Kriteria penilaian mencakup hal-hal berikut: a. Kriteria internal, yang dijabarkan dari dalam rancangan program pendidikan/ pengajarannya itu sendiri, yang dapat ditinjau dari sudut: 1) koherensi (konsistensi), baik koherensi antara: a) tujuan dengan penilaian; b) tujuan dengan pengalaman kegiatan pembelajaran diselenggarakan; c) pengalaman kegiatan pembelajaran dengan penilaiannya; d) tujuan dengan bahan ajarnya, dll. 2) pengetahuan penempatan resource yakni mencakup pemilihan staf; 3) reaksi pemakai program (kelompok sasaran) yang dapat ditinjau dari: a) kepuasan; b) pencapaian tujuan pribadi; c) minat; d) wawasan, dll. 4) reaksi pelaksana program, dalam hal ini adalah tenaga pengajar, yang dapat ditinjau dari sudut a) sikapnya terhadap program; b) cara penerimaan terhadap program; c) kepuasan; d) minat; e) wawasan; f) kepentingan/tujuan pribadi, dll. 5) efektivitas penggunaan dana; 6) kemampuan generatif atau pengembangan diri dari program (side effect). b. Kriteria eksternal, yang mencakup 1) kemampuan pengarahan kebijakan, maksudnya adalah sejauh mana pelaksanaan atau implementasi program sesuai dengan garis kebijakan yang telah ditetapkan; 2) analisis cost-benefit untuk membandingkan antara biaya dengan keuntungan secara keseluruhan; 3) efek multiplier (melipat ganda), baik yang berupa imbasan langsung ataupun imbasan yang tidak langsung (Depdikbud, 1986) Dalam dunia pendidikan, program yang ada dapat berbeda-beda tingkatannya, yaitu mulai dari tingkat departemen, dinas pendidikan di wilayah, sekolah, sampai di kelas. Dari segi penyelenggaranya ada yang diselenggarakan oleh lembaga negeri, diselenggarakan lembaga swasta, diselenggarakan oleh dua atau lebih lembaga dalam bentuk kemitraan. Dari segi peserta didik sendiri ada pihak orang tua yang terlibat di belakangnya. Oleh karena itu, pihak-pihak itulah yang memerlukan hasil hasil evaluasi dari program yang diselenggarakan. Dari segi pelaksananya, penilai suatu program pendidikan dapat dilakukan oleh perencana dan pelaksana program, dan dapat pula diserahkan kepada pihak lain yang dianggap ahli. Jika penilaian dilakukan terhadap setiap satuan kecil dari suatu program pendidikan yang lebih besar yang masih berjalan dalam upaya untuk pengendalian pelaksanaan program, maka evaluasi dilakukan sendiri oleh pihak pelaksana program. Dalam hal ini dikenal dengan evaluasi program dalam skala mikro. Sebagai contoh, untuk menilai program pembelajaran di kelas secara periodik dalam waktu yang relatif singkat, yang paling tepat maka pelaku penilaian formatif FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 35 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia maupun sumatif adalah guru yang bersangkutan. Hal itu disebabkan gurulah yang setiap saat berinteraksi dengan siswa selama kegiatan pembelajaran, guru pulalah yang berkepentingan menggunakan hasil penilaian keberhasilan/prestasi untuk menyempurnakan program pembelajarannya agar sasaran yang telah ditetapkan dapat tercapai sesuai harapan. Dalam skala mikro, orientasi utama evaluasi program ditujukan kepada halhal yang berkait dengan strategi pembelajaran. Sebaliknya, evaluasi juga dilakukan pada skala makro yang dititikberatkan pada hal-hal yang berkait dengan efisiensi pelaksanaan, yaitu berkenaan dengan strategi dan pelaksanaan. Oleh karena itu, evaluasi pada skala makro akan lebih baik jika dilakukan oleh pihak luar. Namun demikian, karena menyangkut efisiensi dan kerahasiaan, maka lembaga yang ditugasi untuk melakukan evaluasi program dalam skala makro akan lebih ideal jika tetap dari pihak pemerintah, baik yang berkait dengan evaluasi dari aspek finansial, sarana-prasarana, ketenagaan, juga sampai pada aspek substantif dalam perencanaan dan pelaksanaan program pendidikan itu sendiri (Pusisjian Depdikbud, 1997). Penelitian Rusgianto (2002) menyimpulkan bahwa bentuk pelatihan perlu dievaluasi yang menyangkut revisi program dan keberhasilan program. Kaitannya pengimbasan ide-ide baru di lapangan seperti yang akan dilakukan oleh guru peserta lokakarya/pelatihan, Roger Schumacher mengkategorikan respon masyarakat ke dalam tiga kelompok: yaitu kelompok yang menerima secara langsung dan lawannya adalah kelompok yang menolak penuh. Kelompok yang ketiga berada di antara kedua kelompok ekstrim tersebut. Demikian pula halnya dengan kegiatan kemitraan beserta pengimbasannya terhadap guru lain di sekolah yang bersangkutan. Dengan monitoring dan evaluasi di lapangan perlu dilakukan. Dengan cara itu, akan dapat diketahui keunggulan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan tantangan (threat) pada pelaksanaan kegiatan tersebut dan langkah persiapan untuk kegiatan-kegiatan serupa untuk yang akan datang. Dari informasi ini diharapkan diperoleh pula strategi yang cocok untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Mengacu pada pendapat Mitchell (1997) secara khusus monitoring dapat dipisahkan dengan evaluasi. Menurut Mitchell monitoring difokuskan pada penggambaran perubahan kondisi yang terjadi dan menjelaskan hubungan sebab akibat yang terjadi. Manakala kemudian dilakukan asesmen terhadap efektifitas, efisiensi, dan keseimbangan pihak-pihak yang dilibatkan dalam proses perubahan yang diharapkan, maka komponen evaluasi akan masuk didalamnya. Mengacu pada pendapat Mitchell, monitoring dapat dilakukan dengan tujuan antara lain: (1) untuk menilai kondisi secara umum, (2) untuk menjamin keterlaksanaan konsep dasar, kecenderungan, dan efek kumulatifnya, (3) untuk mendokumentasikan beban, sumber daya, dan perubahan, (4) untuk menguji model yang dipakai dan untuk memverifikasinya, dan (5) untuk menyediakan informasi bagi pengambil keputusan. Upaya meningkatkan kompetensi guru dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, yakni pendekatan internal dengan memanfaatkan guru yang lebih berpengalaman sebagai pelatih, pendekatan eksternal dengan mengirimkan guru untuk mengikuti pelatihan ataupun studi lanjut, dan dengan pendekatan kemitraan melalui kerjasama antara guru dan sekolah. Karakteristik program kemitraan adalah dikembangkannya prinsip kolaborasi yang memberikan keuntungan pihak-pihak yang terlibat (Fandi Tjiptono & Anastasia Diana, 1996). Oleh karena itu, dalam melakukan monitoring dan evaluasi perolehan pihak-pihak yang berkolaborasi harus menjadi fokus utama. F. Model-Model Monitoring dan Evaluasi program Dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi program lesson study dapat dilakukan sebagaimana monitoring dan evaluasi program pada umumnya. Pada dasarnya, model monitoring dan evaluasi program harus didudukkan dalam konteks program. Dalam hal ini, monitoring dan evaluasi program diposisikan sebagai tools FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 36 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia dalam keseluruhan aspek manajemen program. Oleh karena itu, model monitoring dan evaluasi akan lebih baik jika mengacu salah satu model. , Menurut Issac dan Michael (1981) berdasarkan pendekatannya, ada dua model monitoring dan evaluasi program yakni 1. Model monitoring dan evaluasi program menggunakan pendekatan sistem (systems approach) yaitu dengan memperhatikan: (a) masukan (input), (b) proses, dan (c) luaran (output). Model ini diterapkan dengan tujuan untuk sekedar melihat keberhasilan progam. Dengan membandingkan luaran dan masukan akan dapat diketahui perolehan (gain) yang dicapai. 2. Model monitoring dan evaluasi program menggunakan pendekatan tujuan (objectives approach) yaitu dengan memperhatikan: (a) tujuan (objectives), proses/kebermaknaan (mean), dan ukuran keberhasilan (measure). Model ini diterapkan dengan tujuan untuk mengoptimasi program. Dengan melihat pelaksanaan selama proses kemudian dikembalikan lagi pada tujuan yang sudah ditetapkan maka keberhasilan progam dapat dioptimalisasikan. Model yang lebih kompleks adalah model CIPP (Context, Input, Process, Product). Model ini bertujuan untuk memonitor dan mengevaluasi implementasi program dengan jangkauan yang lebih luas, yakni menyangkut evaluasi conteks, evaluasi input, evaluasi proses, evaluasi produk dalam bentuk output dan dampak. Model ini diterapkan dengan tujuan secara lebih luas, dalam artian dapat untuk mengevaluasi seberapa jauh kebijakan yang diterapkan dapat dicapai dengan baik. Bila ternyata hasilnya tidak optimal maka dengan mengkaji kembali data konteks, input, proses, dan produk maka akan dapat dibuat rekomendasi apakah perlu progam harus dimodifikasi bila akan diterapkan kembali. Dengan demikian, dengan model ini dapat dipakai sebagai model monitoring dan evaluasi program di mana program didudukkan sebagai kebijakan. Evaluasi konteks merupakan need assessment kebutuhan pengembangan profesional guru di suatu wilayah. Problem apa yang dihadapi guru-guru di wilayah tersebut? Kelemahan apa yang ada pada aspek kurikulum/silabi, pembelajaran, media pembelajaran, aktivitas laboratorium, bahan ajar, asesmen pelajaran, dan lainlain. Dari hasil evaluasi konteks dapat disimpulkan substansi apa yang perlu menjadi muatan kegiatan Lesson Study MGMP, khususnya aspek-aspek kompetensi apa yang perlu dikembangkan pada diri guru melalui kegiatan Lesson study. Kompetensi pedagogic yang mana dan kompetensi profesional yang mana? Disamping mengembangkan tradisi ”berkooperasi” dikalangan guru mata pelajaran sejenis, LS pun hendaknya berisi intervensi untuk mengubah moda pembelajaran dari ”teacher centered” ke arah ”student centered”, serta dari ”teoritik” ke arah ”hands-on. Evaluasi input berfokus pada pengumpulan informasi input yang penting seperti profil siswa (kapasitas beljar, tingkat kemampuan dll.), profil guru (latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar, mismatch, sikap terhadap suatu inovasi, budaya kerja sekolah, dll.). dan fasilitas belajar yang tersedia di sekolah. Dari evaluasi input dapat disimpulkan pendekatan pengelolaan apa yang perlu diterapkan dalam LS, model pembelajran apa yang perlu ditumbuh kembangkan, serta hidden agenda apa yang perlu dibawa melalui LS MGMP. Sasaran ”baseline survey” mestinya diarahkan pada pengumpulan informasi yang diperlukan untuk evaluasi konteks dan input. Oleh karenanya disain dan instrumen baseline survey perlu dirancang dengan merujuk pada kebutuhan pengumpulan informasi secara komprehensif tentang problem lapangan yang berkaitan dengan pembelajaran, keberadaan peralatan pendukung pembelajaran, selain profil input lainnya, seperti kondisi guru dan siswa. Evaluasi proses (dapat disebut monitoring) berkenaan dengan kajian seberapa jauh pelaksanaan operasional LS di MGMP berjalan secara efektif ke arah pengembangan profesional guru yang diharapkan. Evaluasi proses bersifat sebagai evaluasi formatif, sehingga hasil evaluasi perlu segera diumpanbalikkan kepada pihak-pihak terkait, termasuk manajemen program di wilayah tertentu, untuk ditindaklanjuti. FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 37 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia Evaluasi produk meliputi dua aspek, yakni evaluasi output dan evaluasi dampak (impact). Evaluasi output terarah pada hasil langsung (direct) program, baik perubahan-perubahan pada kinerja mengajar guru maupun kinerja beljar siswa yang teramati pada akhir implementasi program. Evaluasi dampak lebih bersifat monitoring terhadap konsistensi aktivitas LS MGMP pasca project (sustainability). Kerangka kerja program evaluasi dapat diilustrasikan dalam gambar 5 berikut ini. KOMPONEN Context FUNGSI Need assessment PROSEDUR Baseline survey Input Site Condition Process Formative Monitoring Outputs (summative) End-line survey PROGRAM EVALUATION Product Impact (sustainability) Post-project Impact study Gambar 5. Kerangka Kerja Monitoring dan Evaluasi Program model CIPP Oleh karena evaluasi produk terarah pada perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat dari program inovasi, maka isu sering muncul adalah ”benchmark´ yang dipakai untuk membandingkan kinerja guru. Penggunaan desain ex-post facto dengan sekolah kontrol mengundang kontroversi karena persoalan disekitar kesetaraan antara guru partisipan dengan guru non-partisipan. Oleh karenanya pembuktian secara ilmiah akan terjadinya perubahan mesti menggunakan kinerja pada pra-program sebagai ”benchmark”. Dengan kata lain, desain perbandingan kinerja guru dan kinerja siswa pasca program terhadap pra-program menjadi prosedur yang perlu diangkat. Mengingat pentingnya informasi kinerja guru dan kinerja siswa pada keadaan pra-program menjadi penting untuk memberikan bukti empirik bagi keberhasilan program, maka perlu dilakukan tiga hal berikut: a. Pada fase Perencanaan Program ditetapkan tolok ukur kinerja guru dan kinerja siswa yang akan dipakai untuk mengevaluasi perubahan sebagai output dan outcomes program. b. Monitoring kinerja guru dan kinerja siswa sebelum program diimplementasikan (pra-program) sebagai pembanding. Data otentik berkenaan dengan kinerja guru dan kinerja siswa belajar perlu tersedia (videotaping). Hendaknya guru dan seolah yang dipih sebagai sampel teridentifikasi secara jelas karena akan dirunut kembali pada fase pasca program. Monitoring ini dapat dijadikan bagin dari baseline survey. 38 FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia c. Memonitor kinerja guru dan kinerja siswa selama proses pembelajaran pada sampel pasca program untuk menginferensi perubahan-perubahan yang terjadi pada evaluasi output dan dampak. Tolok ukur yang perlu disepakati stakeholder a. Tolok ukur keberhasilan program dalam mengubah kinerja guru dan kenerja siswa dan instrumen asesmen inerja mengajar dan kinerja belajar guru untuk mengevaluasi aspek produk dari program. b. Informasi-informasi yang perlu dikumpulkan pada baseline survey baik untuk penetapan substansi dan fokus program LS MGMP dan instrumen baseline survey. c. Tolok ukur kemajuan implementasi program serta prosedur dan alat monitoring. Monitoring dan evaluasi kegiatan MGMP merupakan bagian integral dari program keseluruhan. Merujuk pada profil program yang dipaparkan di atas, program harus mengembangkan mekanisme pemantauan dan evaluasi kegiatan MGMP. Indikator ketercapaian output program ini adalah frekuensi monitoring dan evaluasi yang dilakukan dengan menggunakan metode dan alat evaluasi yang dikembangkan. G. Alternatif Alat-alat Monitoring dan Evaluasi model CIPP Dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi model CIPP perlu direncanakan teknik sampling yang akan digunakan, struktur data monitoring dan evaluasi serta mengembangkan alat-alat monitoring dan evaluasi dikembangkan berdasarkan komponen evaluasi program yang terdiri dari evaluasi konteks dan input untuk baseline survey, komponen evaluasi input, process dan produk. 1. Pembuatan Instrumen Monitoring dan Evaluasi Pada tahap kegiatan ini ditujukan agar diperoleh seperangkat instrumen yang dipandang memadai dari segi kesahihan isi sesuai dengan tujuan diselenggarakannya lesson study, dan dari segi keterbacaan instrumen oleh para resoponden. Untuk itu perlu dilakukan seminar dan uji coba yang disesuaikan dengan calon responden. Perangkat instrumen yang diperlukan adalah angket dan panduan observasi/wawancara. Perangkat instrumen tersebut digunakan untuk menjaring data dari pihak perguruan tinggi yakni: (a) pengelola, dan (b) dosen, serta dari pihak sekolah yakni : (a) kepala sekolah, (b) guru, dan (c) siswa yang terlibat dalam kegiatan lesson study. 2. Penyusunan Struktur Data Sesuai dengan model evaluasi yang akan dikembangkan, maka perlu dilakukan penyusunan Struktur Data yang dapat menjelaskan aspek evaluasi, fokus, informasi yang diperlukan, metoda pengumpulan informasi dan sumber data. Dalam penyusunan struktur data ini diperlukan pemahaman tentang konsep setiap aspek evaluasi, dan akan lebih mudah contoh struktur data pada gambar 3 sebagai berikut. FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 39 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia Tabel 2. Struktur Data No. Aspek Fokus 1 Evaluasi konteks Syllabi Pembelajaran Bahan Ajar Media pembelajaran Aktivitas laboratorium Asesmen Pembelajaran 2 Input Profil siswa Profil guru Informasi yang diperlukan ¾ Identifikasi sekolah identitas sekolah, mata pelajaran, kelas dan semester ¾ Pengurutan Standard Kompetensi dan Kompetensi Dasar ¾ Penentuan Materi Pokok dan Uraian Materi pokok ¾ Pemilihan pengalaman belajar ¾ Teknik asesmen ¾ Dll. ¾ Rencana Pembelajaran ¾ Persiapan pembelajaran ¾ Proses pembelajaran di kelas ¾ Dll. ¾ Handout ¾ LKS ¾ Peralatan atau media untuk mepelajaran ¾ Pemanfaatan sumber belajar (buku, majalah dll) ¾ Peralatan untuk percobaan ¾ Persiapan pembelajaran di lab ¾ Proses pembelajaran di lad. ¾ Alat asesmen ¾ Penyusunan bentuk instrumen baik berupa tes maupun non-tes ¾ Proses penilaian dalam proses pembelajaran ¾ Teknik penskoran ¾ Dll ¾ Penguasaan konsep ¾ Kemampuan keterampilan proses ¾ Motivasi dan persepsi terhadap sains ¾ Hasil UAN ¾ Dll ¾ Latar belakang pendidikan (mismatch) ¾ Pengalaman mengajar ¾ Sikap terhadap inovasi ¾ Keterlibatan dalam kegiatan MGMP ¾ dll FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS Metode pengumpulan informasi Studi dokumen terhadap silabi Studi dokumen terhadap renpel, wawancara, observasi dan rekaman video. Studi dokumen Sumber data Guru Guru, Proses pembelajaran di kelas Guru Observasi dan studi dokumen Guru Observasi, rekaman video dan wawancara. Guru, proses pembelajaran Studi dokumen, wawancara dan observasi Guru, Proses pembelajaran Tes penguasaan konsep danketerampilan proses sains Studi dokumen, angket, dan wawancara Angket, wawancara dan studi dokumen Siswa Siswa Siswa Siswa & Guru Guru Guru Guru Dan kepala sekolah 40 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia No. Aspek Fokus Kegiatan MGMP Informasi yang diperlukan ¾ Aktivitas MGMP sebelum tahun 2006 ¾ Jadwal kegiatan ¾ Proses Implementasi MGMP ¾ Kondisi fasilitas sekolah ¾ Kondisi kelas dan laboratorium ¾ Dll Perencanaan ¾ Pengembangan Renpel Lesson Study ¾ Keterlibatan Expert (Dosen) ¾ Pengembangan Media Pembelajaran ¾ Pengembangan asesmen pembelajaran Proses Lesson ¾ Proses belajar mengajar di Study kelas ¾ Keterlibatan observer ¾ Aktivitas siswa Refleksi ¾ Identitas para observer ¾ Komentar dari para observer (guru, ketua MGMP, kepala sekolah dll.) PerubahanKin Peningkatan kualitas pada: erja guru ¾ Renpel, bahan ajar, media dan asesmen pembelajaran ¾ Proses pembelajaran baik dalam kelas maupun dalam laboratorium ¾ Sikap terhadap inovasi pembelajaran ¾ Keterlibatan dalam MGMP Kemampuan Adanya peningkatan pada siswa aspek: ¾ Motivasi untuk belajar sains dan mat ¾ Persepsi terhadap Mat dan Sains ¾ Penguasaan konsep dan keterampilan proses ¾ Hasil UAN Aktivitas ¾ Peningkatan keberadaan alat laboratorium lab ¾ Peningkatan frekuensi dan kualitas pembelajaran di lab Reaksi MGMP ¾ Persepsi anggota MGMP terhadap LS ¾ Program kegiatan LS MGMP ¾ Jadwal kegiatan dan implementasi keg LS MGMP Reaksi sekolah ¾ Persepsi kepala sekolah kepada LS ¾ Progrogram kegiatan LS di skeolah ¾ Pelaksanaan LS di Sekolah Lingkungan belajar 3 4 Evaluasi proses Evalua-si Output FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS Metode pengumpulan informasi Angket, studi studi dokumen, observasi dan wawancara Observasi, dan wawancara Angket, observasi dan wawancara Sumber data Guru Guru, Principal & Ketua MGMP Guru & kepala sekolah Guru & Dosen Oservasi, rekaman Guru, observer video, wawancara dan proses pembelajaran Angket, wawancara Guru, dan rekaman video observer, MGMP dan Kepsek Guru, proses Studi dokumen, pembelajaran wawancara, angket dan observasi atau rekaman video Tes penguasaaan konsep, dan angket. Siswa Observasi, rekaman video, studi dokumen dan observasi Guru, Proses pembelajaran Angket , wawancara dan observasi Ketua dan anggota MGMP Angket, observasi dan wawancara Krepala sekolah dan proses kegiatan LS di sekolah 41 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia No. Aspek Fokus 5 Evalua-si dampak Program MGMP Program Sekolah Informasi yang diperlukan ¾ Keberlanjutan program keg LS MGMP ¾ Jadwal kegiatan LS MGMP ¾ Adanya manfaat dari keg LS ¾ Keberlanjutan kegiatan LS di sekolah ¾ Jadwal pelaksanaan LS ¾ Adanya manfaat dari keg LS Metode pengumpulan informasi Studi dokumen, wawancara dan observasi Observasi, wawancara dan studi dokumen Sumber data Ketua MGMP Kepala sekolah Berdasarkan struktur data di atas alat-alat evaluasi dikembangkan. Terdapat dua jenis data yang akan dioleh yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Instrumen yang harus disiapkan untuk data kuantitatif terdiri dari : - Angket Kepala sekolah - Angket untuk Guru - Angket untuk Siswa - Dan Test penguasaan konsep (Academic Test) bila berkait dengan prestasi Instrumen yang harus disiapkan untuk data kualitatif terdiri dari : - Pedoman analisis rekaman video pembelajaran - Pedoman observasi fasilitas sekolah - Pedoman wawancara untuk kepala sekolah, guru, siswa dan ketua MGMP. H. Pengembangan instrumen Agar dapat dihimpun data yang sahih maka perlu dibuat instrumen untuk menghimpunnya. Dalam mengembangkan instrumen, perlu disusun terlebih dahulu kisi-kisinya. Misalnya, untuk melakukan monitoring dan evaluasi program lesson study model kolaborasi, dalam hal aspek pengembangan kolaborasi dibuat kisi-kisi dengan pengembangan deskriptor setara sebagai berikut. A. Pengembangan kolaborasi Indikator 1. Dasar pemilihan pasangan kolaborator 2. Dasar penetapan banyaknya kolaborator Deskriptor ¾ Memilih kolaborator yang dapat diberi tanggungjawab tugas tertentu ¾ Memilih kolaborator yang dapat bekerja sama dalam kelompok ¾ Memilih kolaborator yang memiliki motivasi untuk berinovasi Skor maksimum ¾ Menentukan kolaborator berdasarkan jenis tugas ¾ Menentukan kolaborator atas cacah aspek jenis tugas ¾ Menentukan kolaborator atas penyelesaian tugas dalam waktu tertentu Skor maksimum Skor bila dilakukan 1 1 1 3 1 1 1 3 Setelah dibuat kisi-kisinya selanjutnya dibuat instrumen siap pakai, misalnya sebagai berikut. FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 42 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia A. Instrumen monitoring dan pengembangan kolaborasi evaluasi untuk mengukur aspek Beri tanda X bila dilakukan! Indikator Deskriptor 1. Dasar ¾ Memilih kolaborator yang dapat diberi pemilihan tanggungjawab tugas tertentu pasangan ¾ Memilih kolaborator yang dapat bekerja sama dalam kolaborator kelompok ¾ Memilih kolaborator yang memiliki motivasi untuk berinovasi Skor 2. Dasar ¾ Menentukan kolaborator berdasarkan jenis tugas penetapan ¾ Menentukan kolaborator atas cacah aspek jenis banyaknya tugas kolaborator ¾ Menentukan kolaborator atas penyelesaian tugas dalam waktu tertentu Skor Jumlah skor Dilakukan? Skor .... .... .… .... .… .… .… .… …. Kisi-kisi juga dapat dibuat dalam bentuk pengembangan deskritor vertikal sebagai berikut. A. Pengembangan kolaborasi Subaspek Dasar pemilihan pasangan kolaborator Indikator ¾ Pertimbangan aspek tanggung jawab ¾ Pertimbangan kemampuan bekerjasama ¾ Pertimbangan kemauan dan motivasi untuk berinovasi Deskriptor ¾ Memilih kolaborator yang dapat diberi tanggungjawab tugas tertentu dan sesuai dengan bidangnya ¾ Memilih kolaborator yang dapat diberi tanggungjawab tugas tertentu tanpa memperhatikan bidangnya ¾ Memilih kolaborator asal mau disertakan ¾ Memilih kolaborator yang dapat bekerja sama dan yang sesuai bidangnya ¾ Memilih kolaborator yang dapat bekerjasama meskipun tidak sebidang ¾ Memilih kolaborator asal mau disertakan ¾ Memilih kolaborator yang memiliki motivasi untuk berinovasi dan sesuai dengan bidangnya ¾ Memilih kolaborator yang memiliki motivasi untuk berinovasi meskipun sesuai dengan bidangnya ¾ Memilih kolaborator asal mau disertakan Skor 3 2 1 3 2 1 3 2 1 Jika dibuat kisi-kisi model deskriptor vertikal, maka instrumen siap pakai akan tersaji seperti contoh berikut. Kisi-kisi juga dapat dibuat dalam bentuk pengembangan deskritor vertikal sebagai berikut. FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 43 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia A. Pengembangan kolaborasi Beri tanda X bila dilakukan! Subaspek Indikator ¾ Pertimbangan aspek tanggung jawab Dasar pemilihan pasangan kolaborator ¾ Pertimbangan kemampuan bekerjasama Deskriptor ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ Pertimbangan ¾ kemauan dan motivasi untuk berinovasi ¾ ¾ Dilakukan? Skor Memilih kolaborator yang dapat diberi tanggungjawab tugas tertentu dan sesuai dengan bidangnya Memilih kolaborator yang dapat diberi tanggungjawab tugas tertentu tanpa memperhatikan bidangnya Memilih kolaborator asal mau disertakan .... .... …. …. …. …. Memilih kolaborator yang dapat bekerja sama dan yang sesuai bidangnya Memilih kolaborator yang dapat bekerjasama meskipun tidak sebidang Memilih kolaborator asal mau disertakan Memilih kolaborator yang memiliki motivasi untuk berinovasi dan sesuai dengan bidangnya Memilih kolaborator yang memiliki motivasi untuk berinovasi meskipun sesuai dengan bidangnya Memilih kolaborator asal mau disertakan .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... Jumlah skor I. Analisis hasil dan Pelaporan Data hasil monitoring selanjutnya diolah dan dianalisis untuk mengenali kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang dihadapi oleh pihak-pihak yang terkait dalam implementasi lesson study sehingga dapat dievaluasi untuk ditetapkan derajat efektivitas, efisiensi, dan keterlibatan pihak-pihak yang terkait, baik pada tahapan perencanaan, implementasi program, maupun hasil program. Atas hasil analisis data selanjutnya dapat ditetapkan sebagai tindakan kebijaksanaan apakah program lesson study dilanjutkan tanpa direvisi ataukah harus direvisi untuk tahun mendatang. Berikut ini diberikan contoh pengolahan data. Misalnya, dari aspek pengembangan kolaborasi pada program lesson study model kolaborasi diperoleh hasil sebagai berikut. A. Aspek pengembangan kolaborasi Indikator 1. Dasar pemilihan pasangan kolaborator 2. Dasar penetapan banyaknya kolaborator Deskriptor ¾ Memilih kolaborator yang dapat diberi tanggungjawab tugas tertentu ¾ Memilih kolaborator yang dapat bekerja sama dalam kelompok ¾ Memilih kolaborator yang memiliki motivasi untuk berinovasi Skor ¾ Menentukan kolaborator berdasarkan jenis tugas ¾ Menentukan kolaborator atas cacah aspek jenis tugas ¾ Menentukan kolaborator atas penyelesaian tugas dalam waktu tertentu Skor Jumlah skor FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS Dilakukan? x Skor 1 x 1 0 x x x 2 1 1 1 3 5 44 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia Rentang skor dan kriteria pencapaian untuk aspek pengembangan kolaborasi ditetapkan sebagai berikut. A. Rentang skor dan kriteria pencapaian aspek pengembangan kolaborasi Rentang skor aspek pengembangan kolaborasi 5–6 3–4 0–2 Kriteria pencapaian Baik Sedang Jelek Dari contoh di atas diperoleh skor 5, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil evaluasi terhadap aspek pengembangan kolaborasi masuk dalam kategori baik. Contoh lain, misalnya dalam aspek konteks untuk mencari permasalahan, misalnya diperoleh data sebagai berikut. B. Aspek Pengkajian konteks untuk mencari permasalahan yang layak di angkat untuk kegiatan LS Indikator 1. Tinjauan terhadap silabus 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3. Bahan Ajar 4. Media pembelajaran 5. Aktivitas laboratorium Deskriptor ¾ Perunutan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang sukar ¾ Perunutan Pemilihan kegiatan pembelajaran untuk memperoleh pengalaman belajar ¾ Perunutan teknik asesmen yang telah dilakukan Skor ¾ Peninjauan kembali terhadap pemilihan model/pendekatan/ strategi pembelajaran ¾ Peninjauan kembali terhadap skenario/urutan proses pembelajaran di kelas yang pernah dilaksanakan ¾ Peninjauan kembali terhadap operasionalisasi perencanaan asesmen Skor ¾ Peninjuan kembali terhadap relevansi handout/LKS dengan kompetensi yang dikembangkan ¾ Peninjauan kembali terhadap ketepatan penyajian handout/LKS dalam mendukung pencapaian kompetensi ¾ Peninjauan kembali kejelasan penyajian handout/LKS Skor ¾ Peninjauan kembali terhadap relevansi antara media pembelajaran dan kegiatan pembelajaran ¾ Peninjauan kembali terhadap kefungsionalan media pembelajaran ¾ Peninjauan kembali terhadap dampak pemilihan media pembelajaran terhadap motivasi siswa Skor ¾ Peninjauan kembali terhadap kelengkapan peralatan lab untuk mendukung kegiatan pembelajaran ¾ Peninjauan kembali terhadap pembuatan/pemodifikasian peralatan lab oleh guru/siswa ¾ Peninjauan kembali terhadap kemanfaatan pembuatan/pemodifikasian peralatan lab FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS Dilakukan? x Skor 1 x 1 x X 1 3 1 X 1 X 1 3 0 0 0 X 0 1 X 1 X 1 3 0 0 0 45 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia Skor 0 ¾ Peninjauan kembali terhadap perencanaan sistem asesmen ¾ Peninjauan kembali terhadap implementasi suatu metode asesmen ¾ Peninjauan kembali pelaksanaan suatu asesmen Skor Jumlah skor 6. Asesmen Pembelajaran X 1 X 1 X 1 3 12 Rentang skor dan kriteria pencapaian untuk aspek konteks untuk mencari permasalahan ditetapkan sebagai berikut. B. Rentang skor dan kriteria pencapaian aspek konteks untuk mencari permasalahan Rentang skor aspek pengembangan kolaborasi 13– 18 7 – 12 0–6 Kriteria pencapaian Baik Sedang Jelek Dari contoh di atas skor 12, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil evaluasi terhadap aspek konteks untuk mencari permasalahan masuk dalam kategori sedang. Bila instrumen dikembangkan dalam model deskriptor vertikal maka contoh analisis data sebagai berikut. Misalnya, dari instrumen untuk mengukur aspek pengembangan kolaborasi diperoleh data sebagai berikut. A. Aspek pengembangan kolaborasi Subaspek Dasar pemilihan pasangan kolaborator Indikator ¾ Pertimbangan aspek tanggung jawab ¾ Pertimbangan kemampuan bekerjasama Deskriptor ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ Pertimbangan ¾ kemauan dan motivasi untuk berinovasi ¾ ¾ Jumlah skor FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS Dilakukan? Skor Memilih kolaborator yang dapat diberi tanggungjawab tugas tertentu dan sesuai dengan bidangnya Memilih kolaborator yang dapat diberi tanggungjawab tugas tertentu tanpa memperhatikan bidangnya Memilih kolaborator asal mau disertakan ..X.. ..3.. …. …. …. …. Memilih kolaborator yang dapat bekerja sama dan yang sesuai bidangnya Memilih kolaborator yang dapat bekerjasama meskipun tidak sebidang Memilih kolaborator asal mau disertakan Memilih kolaborator yang memiliki motivasi untuk berinovasi dan sesuai dengan bidangnya Memilih kolaborator yang memiliki motivasi untuk berinovasi meskipun sesuai dengan bidangnya Memilih kolaborator asal mau disertakan .... .... ..X.. ..2.. .... ..X.. .... ..3.. .... .... .... .... 8 46 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia Rentang skor dan kriteria pencapaian untuk aspek pengembangan kolaborasi ditetapkan sebagai berikut. A. Rentang skor dan kriteria pencapaian aspek pengembangan kolaborasi Rentang skor aspek pengembangan kolaborasi 7–9 4–6 0–3 Kriteria pencapaian Baik Sedang Jelek Dari contoh di atas diperoleh skor 8, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil evaluasi terhadap aspek pengembangan kolaborasi masuk dalam kategori baik. Triangulasi perlu dilakukan jika data di atas berdasarkan jawaban responden. Artinya, pemonitor dan evaluator harus melihat pula apa yang tersaji di dalam laporan lesson study. Sebagai contoh, dalam hal pengembangan kolaborasi pada lesson study model kolaborasi dapat dilakukan pengecekan silang antara jawaban peneliti dan jawaban praktisi yang menjadi kolaboratornya. Dalam aspek konteks untuk mencari permasalahan dapat dilakukan pengecekan silang antara data yang diperoleh dari jawaban peneliti, praktisi yang menjadi kolaboratornya, dan laporan lesson study yang dibuat. Dalam lesson study model individual maka pengecekan silang dapat dilakukan atas dasar data yang dihimpun dari peneliti dari critical friend dan dan/atau dari laporan lesson study yang dibuat. I. Penutup Monitoring dan evaluasi menjadi salah satu aspek penentu keberhasilan implementasi program lesson study. Bila program lesson study dilakukan oleh guruguru di sekolah, maka pemonitor dan evaluator dapat dilakukan oleh pihak sekolah dengan menunjuk orang tertentu untuk melakukannya. Dengan demikian, akan dapat diketahui apakah lesson study yang diprogramkan dapat berjalan sesuai harapan. Monitoring dan evaluasi program lesson study pada prinsipnya tidak berbeda baik dalam hal tujuan, fungsi, mekanisme, dan prosedurnya dengan monitoring dan evaluasi program pada umumnya. Dengan demikian, pemahaman atas monitoring dan evaluasi untuk program lesson study dapat diterapkan untuk program yang lain. DAFTAR PUSTAKA Allen, W.J. (2001), Working Together for Environmental Management: The Role of Information Sharing and Collaborative Learning, Ph.D. Thesis (Development Studies) ,Massey University, pp.12-29. Calhoun, E.F. (1994), How to Use Action Research in the Self Renewing School, Association for Supervision and Curriculum Development, Alexandria, Virginia. Dewa Komang Tantra, Herawati Susilo, Sumarno, Kisyani Laksono, Suhadi Ibnu, Dian Armanto, Putu Kerti Nitiasih, Abdurrahman Idris, Mulyana, & Suryadi Adj Basri (2006), Pedoman Penyusunan Usulan dan laporan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), Direktorat Ketenagaan, Ditjen Dikti, Depdiknas. Depdikbud. (1998) Bahan Penataran Pengujian Pendidikan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Pengujian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 47 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia Depdikbud. (1983) Penilaian Program Pendidikan. Buku Modul Akta Mengajar V-B. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdikbud. Jakarta. Fandy Tjiptono & Anastasia Diana (1996). Total Quality Management. Yogyakarta: Andi. Hopkins, D. (1993), A Teacher’s Guide to Classroom Research, Open University Press, Buckingham. Issac, S. dan Michael, W.B. (1981) Handbok in Research and Evaluation. San Diego : EdITS Pulishers. Mitchell, B. (1997). Resource and Environmental Management. Waterloo, Ontario: Longman. McNiff, J. (1992), Action Research: Princilples and Practice, Routlege, London. McTaggart, R. (1991), Action Research: A Short Modern History, Deaken University, Victoria. Kemmis, S. & McTaggart, R. (1997). The Action Research Planner, Deaken University, Victoria. Paidi (2005). Implementasi Lesson Study Untuk Peningkatan Kompetensi Guru dan Kualitas Pembelajaran yang Diampunya. Makalah disampaikan pada acara Diskusi Guru-guru MAN 1 Yogyakarta tanggal 10 Desember 2005. Rusgianto, H.S. (2002) ), Laporan Penelitian Evaluasi Pelatihan TOT untuk Guru Matematika SLTP Tingkat Nasional Tahun 2002. Yogyakarta: FMIPA UNY. Sagor, R. (1992), How to Conduct Collaborative Action Research, Association for Supervision and Curriculum Development, Alexandria. Suharsimi, Suhardjono, & Supardi (2006) Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta. Tim Pelatih Proyek PGSM (1999), Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah, Ditjen Dikti, Depdiknas. FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 48 LAMPIRAN 1 Contoh kisi-kisi instrumen monitoring dan evaluasi program model CIPP untuk “Lesson Study Model Kolaborasi” dengan menggunakan deskriptor setara No. Variabel Dimensi 1 Pengembangan kolaborasi Dasar pemilihan pasangan kolaborator 2 Pengkajian konteks untuk mencari permasalahan yang layak di angkat untuk kegiatan LS Deskriptor ¾ Memilih kolaborator yang dapat diberi tanggungjawab tugas tertentu ¾ Memilih kolaborator yang dapat bekerja sama dalam kelompok ¾ Memilih kolaborator yang memiliki motivasi untuk berinovasi Skor maksimum Dasar penetapan ¾ Menentukan kolaborator berdasarkan jenis tugas banyaknya ¾ Menentukan kolaborator atas cacah aspek jenis tugas kolaborator ¾ Menentukan kolaborator atas penyelesaian tugas dalam waktu tertentu Skor maksimum Tinjauan ¾ Perunutan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang sukar terhadap silabus ¾ Perunutan Pemilihan kegiatan pembelajaran untuk memperoleh pengalaman belajar ¾ Perunutan teknik asesmen yang telah dilakukan Skor maksimum Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ¾ Peninjauan kembali terhadap pemilihan model/pendekatan/ strategi pembelajaran ¾ Peninjauan kembali terhadap skenario/urutan proses pembelajaran di kelas yang pernah dilaksanakan ¾ Peninjauan kembali terhadap operasionalisasi perencanaan asesmen Skor maksimum Skor 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 3 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia No. Variabel Dimensi Bahan Ajar Media pembelajaran Aktivitas laboratorium Asesmen Pembelajaran FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS Indikator ¾ Peninjuan kembali terhadap relevansi handout/LKS dengan kompetensi yang dikembangkan ¾ Peninjauan kembali terhadap ketepatan penyajian handout/LKS dalam mendukung pencapaian kompetensi ¾ Peninjauan kembali kejelasan penyajian handout/LKS Skor maksimum ¾ Peninjauan kembali terhadap relevansi antara media pembelajaran dan kegiatan pembelajaran ¾ Peninjauan kembali terhadap kefungsionalan media pembelajaran ¾ Peninjauan kembali terhadap dampak pemilihan media pembelajaran terhadap motivasi siswa Skor maksimum ¾ Peninjauan kembali terhadap kelengkapan peralatan lab untuk mendukung kegiatan pembelajaran ¾ Peninjauan kembali terhadap pembuatan/pemodifikasian peralatan lab oleh guru/siswa ¾ Peninjauan kembali terhadap kemanfaatan pembuatan/pemodifikasian peralatan lab Skor maksimum ¾ Peninjauan kembali terhadap perencanaan sistem asesmen ¾ Peninjauan kembali terhadap implementasi suatu metode asesmen ¾ Peninjauan kembali pelaksanaan suatu asesmen Skor maksimum Skor 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 3 50 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia No. 3 4 Aspek/Dimensi Indikator Pengkajian Input Profil siswa untuk menemukan permasalahan yang layak diangkat dalam LS Lingkungan belajar Pengkajian Proses a.Perencanaan program LS Deskriptor ¾ Peninjauan kembali terhadap penguasaan konsep siswa ¾ Peninajauan kembali terhadap penguasaan keterampilan proses sains oleh siswa ¾ Peninjauan kembali terhadap motivasi dan persepsi siswa terhadap sains Skor maksimum ¾ Peninjauan kembali terhadap kondisi lingkungan sekolah ¾ Peninjauan kembali terhadap kondisi lingkungan rumah siswa ¾ Peninjauan kembali kondisi interaksi antar siswa selama di kelas/lab Skor maksimum Penetapan ¾ Dasar urgensi pelaksanaan LS permasalahan ¾ Dasar kemampuan untuk melaksanakan yang akan diatasi ¾ Dasar dukungan kelembagaan Skor maksimum Penetapan ¾ Pertimbangan empirik yang pernah dilakukan orang lain tindakan ¾ Pertimbangan teoretik berdasar dukungan kajian pustaka ¾ Pertimbangan rasional logik Skor maksimum Penetapan tujuan ¾ Ditentukan berdasarkan alasan pembaharuan dan peninkatan kualitas LS ¾ Ditentukan berdasarkan kemungkinan tercapainya tujuan yang dirumuskan ¾ Ditentukan berdasarkan dampak yang ditimbulkan Skor maksimum Penetapan ¾ Kesesuaian rincian kegiatan/ tindakan dengan tujuan yang dirumuskan langkah-langkah ¾ Kesesuaian rincian kegiatan dengan indikator kinerja kegiatan dalam ¾ Kajian rincian kegiatan dengan resiko kegagalan tindakan setiap siklus Skor maksimum FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS Skor 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 3 51 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia No. Dimensi b. Pelaksanaan tindakan LS Indikator Pelaksanaan setiap siklus Perekaman data Pelibatan kolaborator c. Kegiatan refleksi Tindakan refleksi Kemanfaatan refleksi FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS Deskriptor ¾ Kesesuaian pelaksanaan dengan setiap langkah yang ditetapkan dalam perencanaan ¾ Keterfokusan pelaksanaan sesuai dengan indikator kinerja ¾ Keterfokusan pada kondisi yang kontekstual dengan pengalaman siswa Skor maksimum ¾ Data sesuai dengan seluruh indikator yang ditentukan ¾ Data sesuai degan keadaan yang sebenarnya ¾ Menggunakan instrumen yang tepat seuai aspek yang diamatai/diukur Skor maksimum ¾ Kolaborator dapat melaksanakan praktik pembelajaran sesuai skenario dalam setiap siklus ¾ Kolaborator fungsional dalam menghadapi setiap permasalahan ¾ Kolaborator bertindak kooperatif dalam pelaksanaan kegiatan di setiap siklus Skor maksimum ¾ Berfokus pada pencapaian indikator kinerja ¾ Dilakukan berdasarkan data yang terekam dari lapangan ¾ Dikembangkan atas dasar prinsip kolaborasi Skor maksimum ¾ Hasil refleksi untuk memperbaiki tindakan pada siklus berikutnya ¾ Tindakan pada siklus berikutnya memberi hasil yang lebih baik dibanding hasil siklus sebelumnya ¾ Hasil tindakan pada siklus berikutnya semakin memfokus pada indikator knerja. Skor maksimum Skor 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 3 52 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia No. 5 Dimensi Pengkajian Produk a. Pengkaji an Output Indikator Perubahan Kinerja guru Kemampuan siswa Aktivitas laboratorium Reaksi sekolah o Pengkaji an dampak Program Sekolah Program MGMP FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS Deskriptor ¾ Peningkatan pada kemampuan merencanakan kegiatan pembelajaran ¾ Peningkatan pada kemampuan pelaksanaan pembelajaran baik dalam kelas maupun laboratorium ¾ Peningkatan pada kemampuan melakukan evaluasi Pembelajaran Skor maksimum Adanya peningkatan pada aspek: ¾ Peningkatan dalam motivasi belajar sains/mat ¾ Peningkatan persepsi terhadap sains/mat ke arah yang positif ¾ Penguasaan konsep sain/mat (termasuk penguasaan proses sains untuk matapelajaran IPA) Skor maksimum ¾ Peningkatan frekuensi kegiatan lab ¾ Peningkatan kualitas kegiatan lab ¾ Peningkatan pemakaian peralatan lab Skor maksimum ¾ Direspons positif kepala sekolah kepada LS ¾ Pengimbasan Program LS di sekolah ¾ Pelaksanaan LS oleh guru lain di Sekolah Skor maksimum ¾ Pengembangan lanjut kegiatan LS pada aspek lain ¾ Penjadwalan lanjut kegiatan LS pada aspek lain ¾ Pemanfaatan lanjut dari kegiatan LS pada pembelajaran Skor maksimum ¾ Pengkajian program keg LS MGMP untuk aspek lain ¾ Penjadwalan lanjut peninjauan kegiatan LS di sekolah ¾ Pengkajian pemanfaatan lanjut dari keg LS bagi pembelajaran Kor maksimum Skor 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 2 53 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia No. 5 Dimensi Indikator Perubahan Pengkajian Kinerja guru Produk b. Pengkajian Output Kemampuan siswa Aktivitas laboratorium Reaksi sekolah o Pengkajian Program dampak Sekolah Program MGMP FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS Deskriptor ¾ Peningkatan pada kemampuan merencanakan kegiatan pembelajaran ¾ Peningkatan pada kemampuan pelaksanaan pembelajaran baik dalam kelas maupun laboratorium ¾ Peningkatan pada kemampuan melakukan evaluasi Pembelajaran Skor maksimum Adanya peningkatan pada aspek: ¾ Peningkatan dalam motivasi belajar sains/mat ¾ Peningkatan persepsi terhadap sains/mat ke arah yang positif ¾ Penguasaan konsep sain/mat (termasuk penguasaan proses sains untuk matapelajaran IPA) Skor maksimum ¾ Peningkatan frekuensi kegiatan lab ¾ Peningkatan kualitas kegiatan lab ¾ Peningkatan pemakaian peralatan lab Skor maksimum ¾ Direspons positif kepala sekolah kepada LS ¾ Pengimbasan Program LS di sekolah ¾ Pelaksanaan LS oleh guru lain di Sekolah Skor maksimum ¾ Pengembangan lanjut kegiatan LS pada aspek lain ¾ Penjadwalan lanjut kegiatan LS pada aspek lain ¾ Pemanfaatan lanjut dari kegiatan LS pada pembelajaran Skor maksimum ¾ Pengkajian program keg LS MGMP untuk aspek lain ¾ Penjadwalan lanjut peninjauan kegiatan LS di sekolah ¾ Pengkajian pemanfaatan lanjut dari keg LS bagi pembelajaran Skor maksimum Skor 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 3 54 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia LAMPIRAN 2 Contoh kisi-kisi instrumen monitoring dan evaluasi program model CIPP untuk “Lesson Study Model Kolaborasi” dengan menggunakan deskriptor vertikal No. 1 Komponen Subkomponen pengembangan kolaborasi Dasar pemilihan pasangan kolaborator Indikator ¾ Pertimbangan aspek tanggung jawab ¾ Pertimbangan kemampuan bekerjasama Deskriptor ¾ Memilih kolaborator yang dapat diberi tanggungjawab tugas tertentu dan sesuai dengan bidangnya ¾ Memilih kolaborator yang dapat diberi tanggungjawab tugas tertentu tanpa memperhatikan bidangnya ¾ Memilih kolaborator asal mau disertakan ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ Pertimbangan kemauan dan motivasi untuk berinovasi ¾ Dasar penetapan banyaknya kolaborator ¾ Pertimbangan atas jenis tugas yang harus dikerjakan ¾ Pertimbangan atas penyelesaian LS ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ Memilih kolaborator yang dapat bekerja sama dan yang sesuai bidangnya Memilih kolaborator yang dapat bekerjasama meskipun tidak sebidang Memilih kolaborator asal mau disertakan Memilih kolaborator yang memiliki motivasi untuk berinovasi dan sesuai dengan bidangnya Memilih kolaborator yang memiliki motivasi untuk berinovasi meskipun sesuai dengan bidangnya Memilih kolaborator asal mau disertakan Menentukan kolaborator berdasarkan jenis tugas dan aspek untuk setiap jenis tugas Menentukan kolaborator berdasarkan jenis tugas atau aspek untuk setiap jenis tugas Memilih kolaborator tanpa pertimbangan tertentu Menentukan kolaborator yang sanggup untuk menyelesaikan tugas dalam waktu tertentu dan sesuai jadwal pentahapannya .... ¾ .... FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS Skor 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 55 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia No. 2 Komponen Subkomponen Pengkajian konteks untuk mencari permasalahan yang layak di angkat untuk kegiatan LS Tinjauan terhadap silabus Indikator ¾ Perunutan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang sukar ¾ ¾ Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS Deskriptor ¾ ¾ ¾ Perunutan pemilihan kegiatan ¾ pembelajaran untuk memperoleh pengalaman ¾ belajar ¾ Perunutan teknik asesmen ¾ yang telah dilakukan ¾ ¾ Peninjauan kembali ¾ terhadap pemilihan model/pendekatan dan ¾ strategi pembelajaran ¾ Peninjauan kembali ¾ terhadap skenario/urutan proses pembelajaran di kelas yang pernah ¾ dilaksanakan ¾ ¾ Peninjauan kembali terhadap operasionalisasi perencanaan asesmen ¾ sebagai bagian dari ¾ perencanaan pelaksanaan pembelajaran Merunut SK dan KD yang sukar dikuasai siswa .... .... Merunut kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar yang beragam dan bermakna .... .... Menentukan teknis asesmen dan bentuik instrumen yang sesuai .... .... Mengkaji keterlaksanaan model/ pendekatan dan strategi/metode pembelajaran yang dipilih .... .... Mengkaji keterlaksanaan dan kefungsionalan skenario/urutan proses pembelajaran yang pernah dilaksanakan untuk menunjang ketercapaian KD .... .... Mengkaji perencanaan dan keterlaksanaan asesmen yang direncanakan sebagai bagian dari rencana pelaksanaan pembelajaran .... .... Skor 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 56 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia No. Komponen Subkomponen Bahan Ajar Media pembelajaran Indikator ¾ Peninjuan kembali terhadap relevansi handout/LKS dengan kompetensi yang dikembangkan ¾ ¾ ¾ Peninjauan kembali terhadap keoperesionalan dan ketepatan penyajian handout/LKS dalam mendukung pencapaian kompetensi ¾ ¾ ¾ Peninjauan kembali kejelasan dan kebenaran konsep dalam penyajian handout/LKS ¾ Deskriptor ¾ Mengkaji relevansi handout/ LKS denganSK/KD yang dirumuskan ¾ Peninjauan kembali terhadap relevansi antara media pembelajaran dan kegiatan pembelajaran beserta kefungsionalannya ¾ Mengkaji relevansi dan media pembelajaran dengan kegiatan pembelajaran yang direncanakan dan kefungsionalannya ¾ .... ¾ .... ¾ Mengkaji pemilihan media pembelajaran dan dampak yang ditimbulkan terhadap motivasi belajar siswa ¾ .... ¾ .... ¾ Peninjauan kembali terhadap dampak pemilihan media pembelajaran terhadap motivasi siswa FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS ¾ .... ¾ .... ¾ Mengkaji keoperasionalan Handout/LKS dan ketepatannya dalam menunjang pencapaian SK/KD ¾ .... ¾ .... ¾ Mengkaji kejelasan mater dan kebenaran konsep handout/LKS ¾ .... ¾ .... Skor 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 57 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia No. Komponen Subkomponen Aktivitas laboratorium Indikator ¾ Peninjauan kembali terhadap kelengkapan dan kefunsgionalan peralatan lab yang ada untuk mendukung kegiatan pembelajaran ¾ Peninjauan kembali terhadap pembuatan/pemodifikasian peralatan lab oleh guru/siswa dan kefungsionalannya ¾ Peninjauan kembali terhadap kemanfaatan pembuatan/pemodifikasian peralatan lab sesuai dengan spesifikasinya Asesmen Pembelajaran ¾ Peninjauan kembali terhadap perencanaan sistem asesmen baik yang bersifat testing maupun nontesting ¾ Peninjauan kembali terhadap implementasi suatu metode asesmen ¾ Peninjauan kembali pelaksanaan suatu asesmen FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS Deskriptor ¾ Mengkaji ketersediaan dan kefungsionalan peralatan lab dengan kebutuhanpembelajaran yang direncanakan ¾ .... ¾ .... ¾ Mengkaji kemungkinan pembuatan/pemodifikasian peralatan lab oleh guru/siswa dan kefungsionalannya ¾ .... ¾ .... ¾ Mengkaji kemungkinan penggunaan alat hasil buatan/ modifikasi oleh guru/siswa dan kefungsionalan sesuai dengan spesifikasinya ¾ .... ¾ .... ¾ Mengkaji sistem asesmen yang direncanakan baik yang bersifat testing maupun nontesting ¾ .... ¾ .... ¾ Mengkaji keterlaksanaan metode asesmen yang digunakan baik yang berkait dengan testing maupun nontesting ¾ .... ¾ .... ¾ Megkaji pelaksanaan suatu asesmen yang dilakukan baik dari segi tingkat kesulitan maupun waktu pelaksanaannya ¾ .... ¾ .... Skor 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 58 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia No. 3 Komponen Subkomponen Pengkajian Profil siswa Input untuk menemukan permasalah an yang layak diangkat dalam LS Indikator ¾ Peninjauan kembali terhadap penguasaan konsep ¾ Peninajauan kembali terhadap penguasaan keterampilan proses sains ¾ Peninjauan kembali terhadap motivasi dan persepsi terhadap sains Lingkungan belajar ¾ Peninjauan kembali terhadap kondisi lingkungan sekolah ¾ Peninjauan kembali terhadap kondisi lingkungan rumah ¾ Peninjauan kembali kondisi interaksi yang terjadi selama di kelas/lab FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS Deskriptor ¾ Mengkaji penguasaan konsep oleh siswa sebagai hasil pembelajaran dan dispesifikasi sesuai dengan setiap pokok bahasan yang dipelajarinya ¾ .... ¾ .... ¾ Mengkaji keterampilan proses sains oleh siswa sebagai hasil pembelajaran dan dispesifikasi sesuai dengan pokok bahasan yang dipelajarinya ¾ .... ¾ .... ¾ Mengkaji motivasi dan persepsi siswa terhadap sains dan dispesifikasi sesuai dengan jenis pokok bahasan maupun jenis kegiatan yang dilakukannya ¾ .... ¾ .... ¾ Mengkaji kelayakan lingkungan sekolah untukbelajar siswa baik ditinjau lingkunan fisik maupun lingkungan sosialnya ¾ .... ¾ .... ¾ Mengkaji kelayakan lingkungan rumah untuk belajar siswa baik dari lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya ¾ .... ¾ .... ¾ Mengkaji interaksi antarsiswa dan interaksi siswa-guru dalam kelas/lab ¾ .... ¾ .... Skor 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 59 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia No. 4 Komponen Pengkajian Proses a.Perencanaan program LS Subkomponen Penetapan permasalahan yang akan diatasi Penetapan tindakan Indikator ¾ Dasar urgensi dan kemampuan melaksanakan lesson study ¾ Dasar dukungan kelembagaan ¾ Pertimbangan ilmiah empirik ¾ Pertimbangan ilmiah logik Penetapan tujuan LS ¾ Pertimbangan inovasi ¾ Pertimbangan pencapaian ¾ Pertimbangan dampak yang ditimbulkan FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS Deskriptor ¾ Memilih masalah berdasarkan urgensi dan tingkat keterlaksanaan lesson study ¾ .... ¾ .... ¾ Memilih masalah untuk lesson study berdasarkan dukungan dari sekolah baik moral maupun finansial ¾ .... ¾ .... ¾ Penetapan tindakan yang dipilih didasarkan pada pertimbangan kajian kepustakaan dan dasar empirik yang pernah dilakukan orang lain ¾ .... ¾ .... ¾ Penetapan tindakan yang dipilih didasarkan pada pertimbangan kajian kepustakaan dan rasional logik ¾ .... ¾ .... ¾ Tujuan lesson study ditentukan berdasarkan alasan pembaharuan dan peningkatan kualitas pembelajaran ¾ .... ¾ .... ¾ Tujuan lesson study ditentukan berdasarkan kemungkinan tercapainya tujuan yang dirumuskan dan dengan hasil yang terminal (ada hasil yang nyata) ¾ .... ¾ .... ¾ Ditentukan berdasarkan dampak yang ditimbulkan baik bagi siswa, guru maupun pihak yang terkait ¾ .... ¾ .... Skor 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 60 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia No. Komponen Subkomponen Penetapan langkahlangkah kegiatan dalam setiap siklus Indikator ¾ Relevansi rincian kegiatan/tindakan dengan tujuan ¾ Relevansi rincian kegiatan dengan indikator kinerja ¾ Pertimbangan rincian kegiatan dengan resiko kegagalan b. Pelaksanaan tindakan LS Pelaksanaan setiap siklus ¾ Kesesuaian pelaksanaan dengan setiap langkah yang ditetapkan dalam perencanaan ¾ Keterfokusan pelaksanaan sesuai dengan indikator kinerja ¾ Keterfokusan pada kondisi yang kontekstual dengan pengalaman siswa FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS Deskriptor ¾ Kesesuaian rincian kegiatan/ tindakan dengan tujuan yang dirumuskan dan tingkat keoperasionalannya ¾ .... ¾ .... ¾ Kesesuaian rincian kegiatan dengan indikator kinerja dan tingkat keoperasionalannya ¾ .... ¾ .... ¾ Mengkaji operasionalisasi kegiatan dan dihubungkan dengan resiko kegagalan tindakan ¾ .... ¾ .... ¾ Kesesuaian pelaksanaan dengan setiap langkah yang ditetapkan dalam perencanaan ¾ .... ¾ .... ¾ Keterfokusan pelaksanaan sesuai dengan indikator kinerja ¾ .... ¾ .... ¾ Keterfokusan pada kondisi yang kontekstual dengan pengalaman siswa ¾ .... ¾ .... Skor 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 61 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia No. Komponen Subkomponen Perekaman data Indikator ¾ Sesuai indikator kinerja (lengkap) ¾ Sesuai dengan kondisi lapangan (objektif) ¾ Instrumen yang digunakan sesuai dengan aspek yang diamati/diukur (sahih) Pelibatan kolaborator ¾ Kolaborator dapat melaksanakan praktik pembelajaran sesuai skenario dalam setiap siklus ¾ Kolaborator fungsional dalam menghadapi setiap permasalahan ¾ Kolaborator bertindak kooperatif dalam pelaksanaan kegiatan di setiap siklus c. Kegiatan refleksi Tindakan refleksi ¾ Berfokus pada pencapaian indikator kinerja dan didasarkan pada data ¾ Dikembangkan atas dasar prinsip kolaborasi FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS Deskriptor ¾ Data sesuai dengan seluruh indikator yang ditentukan ¾ .... ¾ .... ¾ Data sesuai degan keadaan yang sebenarnya ¾ .... ¾ .... ¾ Menggunakan instrumen yang tepat seuai aspek yang diamatai/diukur ¾ .... ¾ .... ¾ Kolaborator dapat melaksanakan praktik pembelajaran sesuai skenario dalam setiap siklus ¾ .... ¾ .... ¾ Kolaborator fungsional dalam menghadapi setiap permasalahan dalam setiap siklus ¾ .... ¾ .... ¾ Kolaborator bertindak kooperatif dalam pelaksanaan kegiatan di setiap siklus ¾ .... ¾ .... ¾ Tindakan refkelsi berfokus pada pencapaian indikator kinerja dan didasarkan data yang terekam ¾ .... ¾ .... ¾ Tindakan refleksi dilakukan secara seimbang antara pertimbangan tujuan dan apa yang sudah dilakukan praktisi sebagai kolaborator ¾ .... ¾ .... Skor 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 62 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia No. Komponen Subkomponen Pemanfaatan refleksi 5 Pengkajian Produk c. Pengkajian Output Perubahan Kinerja guru FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS Indikator ¾ Hasil refleksi untuk memperbaiki tindakan pada siklus berikutnya ¾ Harapan tindakan pada siklus berikutnya memberi hasil yang lebih baik dibanding hasil siklus sebelumnya ¾ Peningkatan pada kemampuan merencanakan kegiatan pembelajaran di kelas dan di lab ¾ Peningkatan pada kemampuan pelaksanaan pembelajaran baik dalam kelas dan di lab ¾ Peningkatan pada kemampuan melakukan evaluasi Pembelajaran Deskriptor ¾ Hasil refleksi dipakai untuk merencanakan/memperbaiki tindakan (yang sudah didesain sejak awal) siklus berikutnya dan disesuaikan dengan kemampuan praktisi untuk melaksanakannya ¾ .... ¾ .... ¾ Hasil tindakan pada siklus berikutnya lebih baik dibanding hasil siklus sebelumnya dan tetap fokus pada indikator keberhasilan ¾ .... ¾ .... ¾ Kemampuan guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran meningkat, baik di kelas dan di laboratorium ¾ .... ¾ .... ¾ Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran meningkat, baik dalam kelas maupun laboratorium ¾ .... ¾ .... ¾ Kemampuan guru dalam melakukan evaluasi pembelajaran meningkat, baik dalam aspek kognitif, afaktif, maupun psikomotor ¾ .... ¾ .... Skor 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 63 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia No. Komponen Subkomponen Indikator Kemampuan siswa Adanya peningkatan pada aspek: ¾ Peningkatan dalam motivasi belajar ¾ Peningkatan persepsi terhadap sains/mat ke arah yang positif ¾ Aktivitas laboratorium Penguasaan konsep sain/mat (termasuk penguasaan proses sains untuk matapelajaran IPA) ¾ Peningkatan kegiatan lab ¾ Peningkatan pemakaian peralatan lab Reaksi sekolah ¾ Respons kepala sekolah dan wakasek kepada LS ¾ Pengimbasan Program LS di sekolah ¾ Pelaksanaan LS oleh guru lain di Sekolah FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS Deskriptor ¾ Motivasi belajar peserta didik meningkat, baik pada laki-laki maupun perempuan ¾ .... ¾ .... ¾ Persepsi peserta didik terhadap mata pelajaran semakin positif, baik pada laki-laki maupun perempuan ¾ .... ¾ .... ¾ Penguasaan peserta didik semakin meningkat, baik pada lakilaki maupun perempuan ¾ .... ¾ .... ¾ Penggunaan lab untuk proses pembelajaran meningkat, baik kuantitas maupun kualitasnya ¾ .... ¾ .... ¾ Penggunaan perlatan lab dalam pembelajaran semakin meningkkat baik dari segi keefektifan maupun keefesienannya ¾ .... ¾ .... ¾ Kasek dan wakasek merespon positif kegiatan LS ¾ .... ¾ .... ¾ Hasil LS dikomunikasikan dan diimbaskan pada guru lain ¾ .... ¾ .... ¾ Banyak guru lain melaksanakan lesson study sebagai hasil pengimbasan ¾ .... ¾ .... Skor 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 64 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia No. Komponen Subkomponen o Pengkajian Program Sekolah dampak Indikator ¾ Pengembangan lanjut kegiatan lesson study pada aspek lain ¾ Penjadwalan lanjut kegiatan LS pada aspek lain ¾ Pemanfaatan lanjut dari kegiatan LS pada pembelajaran Program MGMP ¾ Pengkajian program keg LS MGMP untuk aspek lain ¾ Penjadwalan lanjut peninjauan kegiatan LS di sekolah ¾ Pengkajian pemanfaatan lanjut dari keg LS bagi pembelajaran FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS Deskriptor ¾ Banyak guru berusaha mengembangkan kegiatan lanjut dari program lesson study dengan menerapkannya pada aspek lain ¾ .... ¾ .... ¾ Banyak guru yang menjadwalkan kegiatan lanjut program lesson study untuk aspek lain ¾ .... ¾ .... ¾ Banyak guru yang mencoba meemanfaatkan hasil program lesson study untuk kegiatan pembelajaran ¾ .... ¾ .... ¾ Banyak guru peserta MGMP yang berusaha mengembangkan kegiatan lanjut dari program lesson study dengan menerapkannya pada aspek lain ¾ .... ¾ .... ¾ Banyak guru peserta MGMP yang menjadwalkan kegiatan lanjut program lesson study untuk aspek lain ¾ .... ¾ .... ¾ Banyak guru peserta MGMP yang mencoba meemanfaatkan hasil program lesson study untuk kegiatan pembelajaran ¾ .... ¾ .... Skor 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 65 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia PENYUSUNAN PERANGKAT PEMBELAJARAN LESSON STUDY Sukarni Hidayati, Endang Listyani, dan Warsono Pendahuluan Apa yang dimaksud dengan perangkat pembelajaran dalam lesson study ? Perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran atau digunakan pada tahap tindakan (do) dalam kegiatan lesson study. Apa tujuan penyusunan perangkat pembelajaran ? Lesson study adalah kegiatan yang direncanakan, dilakukan dan dinilai bersama oleh kelompok lesson study. Keberhasilan dan kegagalan kegiatan adalah tanggung jawab bersama semua anggota kelompok. Oleh karena itu tujuan penyusunan perangkat pembelajaran adalah agar segala sesuatu yang telah direncanakan bersama dapat tercapai. Bagaimana menyusun perangkat pembelajaran dalam lesson study ? Pembelajaran merupakan suatu proses untuk mengembangkan potensi siwa , baik potensi akademik, potensi kepribadian dan potensi sosial ke arah yang lebih baik menuju kedewasaan. Dalam proses ini diperlukan perangkat pembelajaran yang disusun dan dipilih sesuai dengan kompetensi yang akan di kembangkan. Apakah perangkat pembelajaran lesson study berbeda dengan perangkat pembelajaran biasa? Pada dasarnya perangkat pembelajaran lesson study tidak berbeda dengan perangkat pembelajaran yang biasa disiapkan oleh masing-masing guru di sekolah. Namun karena pembelajaran dalam program lesson study dirancang untuk keperluan peningkatan pembelajaran yang inovatif dan melibatkan kelompok guru serta dimungkinkan untuk dijadikan sebagai ajang penelitian tindakan kelas, maka dalam perencanaannya perangkat pembelajaran harus disusun bersama (kelompok guru), secara seksama, sistematis dan terukur. Dasar pemikiran Penyusunan perangkat Pembelajaran dalam lesson study. 1. Kompetensi dasar yang akan di kembangkan . Dalam kurikulum KTSP guru dituntut untuk mempunyai kreativitas lebih dalam merancang pembelajaran, agar kompetensi dasar yang telah di tetapkan dapat tercapai. Ada tiga aspek dalam kompetensi dasar untuk siswa SMP yang harus dicapai, yaitu kompetensi akademik meliputi penguasaan konsep dan metode keilmuan, kompetensi pribadi yang menyangkut perkembangan etika dan moral, serta kompetensi sosial. Ketiga kompetensi ini dikembangkan dalam proses pembelajaran, oleh karena itu harus nampak dalam perangkat pembelajaran, mulai dari rencana pembelajaran sampai evaluasi proses pembelajaran. 2. Karakteristik materi pelajaran atau pokok bahasan Setiap materi pelajaran mempunyai sifat masing masing. . Materi IPA akan berbeda dengan matematika. Matematika dengan sifat materinya yang abstrak memerlukan perangkat pembelajaran yang mampu membuat lebih kongkrit. Sedangkan materi IPA yang umumnya gejalanya dapat diindera , memerlukan perangkat pembelajaran yang membuat anak mampu mengungkap gejala yang ada dan menganalisisnya menjadi suatu pengertian atau konsep yang utuh. Perangkat pembelajaram dalam rangka kongkritisasi persoalan maupun dalam rangka konseptualisasi fakta perlu di susun dengan mempertimbangkan kaidah keilmuan masing-masing agar pengertian yang akan di peroleh siswa tidak menyimpang dari kaidah keilmuan yang berlaku. Dalam rangka lesson study hendaknya guru mampu memilih dan mengorganisasi materi pelajaran dan mengemasnya sebagai bahan ajar sebagai salah satu perangkat pembelajaran. FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 66 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia Dalam hal ini guru hendaknya tahu persis konsep esensial materi tersebut agar tidak mengalami kesulitan dalam menyusun perangkat pembelajaran. 3. Karakteristik subyek didik Subyek didik dalam proses pembelajaran pada hakekatnya adalah pribadi yang kompleks yang berbeda antara satu dengan lainnya.. Walaupun mereka ada dalam kelas yang sama namun kenyataannya dalam banyak hal mereka berbeda.. Variabel subyek didik yang perlu di pertimbangkan dalam menyusun perangkat pembelajaran adalah ; (1) tingkat perkembangan kognitifnya, (2) langgam belajarnya , (3) lingkungan sosial budayanya., (4) keterampilan motoriknya. dan lain-lain. Tidak jarang perangkat pembelajaran yang kita buat tidak dapat dipergunakan secara optimal karena kita mengabaikan karakteristik subyek didik. Dalam pembelajaran untuk lesson study perubahan perilaku siswa ini menjadi fokus perhatian. Seorang guru model dalam proses refleksi sesudah pembelajaran akan menguraikan/menyampaikan tentang semua kondisi yang dia ciptakan untuk membelajarkan siswa., sesuai dengan program pengembangan yang di rencanakan. Hal ini sangat penting karena refleksi para observer tidak di tujukan kepada performance guru, tetapi tertuju pada cara guru mengelola kegiatan pembelajaran dan aktifitas belajar siswa.. 4. Pemilihan model pembelajaran . Setiap model pembelajaran yang dipilih dalam perencanaan pembelajaran mencerminkan urutan pembelajaran yang terjadi . Urutan pembelajaran model deduktif misalnya akan berbeda dengan urutan pembelajaran model induktif. Demikian juga dengan model- model pembelajaran yang lain. Pilihan model pembelajaran ini akan mewarnai penyusunan perangkat pembelajaran , terutama dalam penyusunan skenario pembelajaran dan penyusunan lembar kegiatan siswa. Dalam pelaksanaan lesson study penetapan model pembelajaran, terutama yang inovatif diharapkan mampu mengubah paradigma pembelajaran dari pola pembelajaran yang terpusat pada guru menjadi pola pembelajaran yang menekankan pada keterlibatan murid, baik dalam mengekplorasi gejala, memecahkan masalah maupun dalam proses pembangunan konsep, ecara kooperatif di dalam kelompok, maupun secara individu.. 5. Karakteristik lingkungan sekitar sekolah . Lingkungan sekolah sebenarnya sangat potensial sebagai sumber belajar. Banyak hal yang dapat dipelajari siswa dari lingkungannya, baik masalah matematika maupun masalah IPA. Kemampuan anak mengekplorasi lingkungan merupakan bekal penting untuk dapat memecahkan masalah yang timbul di masyarakat , terutama jika kita memilih Contextstual Teaching Learning ( CTL) sebagai model pembelajaran. Pengembangan kecakapan hidup bagi siswa SMP dapat dimulai dari lingkungan sekolah.. Perangkat pembelajaran yang memungkinkan anak belajar di luar kelas mempunyai karakteristik yang agak berbeda dengan perangkat pembelajaran di dalam kelas. Dalam proses pembelajaran di luar kelas siswa lebih leluasa mengekpresikan dirinya , sehinggaperangkat evaluasi pembelajaran terutama evaluasi afektif lebih mudah untuk diimplementasikan. . 6. Alokasi Waktu Bagaimanapun waktu merupakan faktor pembatas utama dalam proses pembelajaran, baik bagi proses pembelajaran regular maupun proses pembelajaran dalam rangka lesson study. FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 67 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia Perangkat Pembelajaran Perangkat pembelajaran yang disusun dalam pelaksanaan lesson study meliputi : 1. Rencana Pembelajaran Adapun komponen rencana pembelajaran adalah : a. Standar kompetensi dan kompetensi dasar, dalam hal ini kita harus memilih dari kurikulum b. Pokok bahasan , dipilih dari kurikulum c. Indikator, disusun sendiri oleh kelompok guru dan dijabarkan dari standar kompetensi . d. Model Pembelajaran, dipilih sesuai penekanan kompetensi dan materi . e. Skenario pembelajaran, berisi urutan aktivitas pembelajaran siswa dan mencerminkan pilihan model Pembelajaran . f. Urutan Metode Pembelajaran, disesuaikan dengan aktivitas siswa dan model pembelajaran . g. Media pembelajaran, dipilih dan di urutkan sesuai skenario pembelajaran . h. Instrumen evaluasi meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik 2. Lembar Kerja Siswa ( LKS) Berisi langkah- langkah kegiatan belajar siswa . LKS yang di susun dapat bersifat panduan tertutup yang dapat dikerjakan siswa, sesuai dengan tuntunan yang ada, atau LKS yang bersifat semi terbukan. LKS model ini memberi peluang bagi siswa untuk mengembangkan kreativitasnya, walaupun masih ada peranan guru dala memberikan arahan . LKS dapat juga berupa modul pembelajaran. LKS model apapun yang di susun harus mampu memberikan panduan agar siswa dapat belajar dengan benar, baik dari segi proses keilmuan maupun dalam memperoleh konsep. 3. Teaching Guide ( Panduan Guru ) Dalam Lesson study perencanaan dibuat oleh kelompok guru, namun pelaksanaannya tetap di lakukan oleh seorang guru . Agar apa yang di rencanakan sesuai dengan yang di laksanakan, maka perlu adanya pedoman/ petunjuk guru. Panduan guru ini biasanya berisi bagaimana guru harus mengorganisasi siswa, mengunakan LKS, memimpin diskusi sampai bagaimana guru harus mengevaluasi. 4. Media Pembelajaran Media pembelajaran yang dipergunakan dalam proses pembelajaran dapat berupa perangkat lunak seperti : lembar transparansi, gambar, CD maupun perangkat keras seperti : OHP, VCD Player, piranti demonstrasi ataupun piranti ekperimen. Lesson study melibatkan banyak orang, dalam kaitannya dengan manajemen waktu ini maka guru harus benar- benar melakukan uji waktu sebelum tampil, apalagi jika menggunakan perangkat untuk demonstrasi atau eksperimen. 5. Instrumen Evaluasi Instrumen evaluasi meliputi : • Evaluasi kognitif untuk melihat daya serap anak terhadap materi yang di pelajari • Evaluasi afektif untuk melihat perubahan perilaku, etika, nilai- nilai ( value ) pada siswa . • Evaluasi Psikomotorik untuk mengetahui keterampilan siswa dalam melakukan pekerjaan. Instrumen ini disusun baik dalam bentuk instrumen test maupun non test Contoh Rencana Pembelajaran dan LKS (ada di lampiran) FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 68 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia Lampiran RENCANA LESSON STUDY (Lesson Plan) A. IDENTITAS Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Alokasi Waktu : IPA /Fisika : SMP/MTs : VIII/2 : Pesawat Sederhana : Pengungkit (Tuas) : 2 jam pelajaran B. STANDAR KOMPETENSI Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari C. KOMPETENSI DASAR Melakukan percobaan tentang pesawat sederhana dan penerapannya dalam kehidupan sehari hari D. INDIKATOR 1. Menunjukkan contoh-contoh pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari yang termasuk golongan pengungkit (tuas) 2. Menggolongkan pesawat sederhana jenis pengungkit 3. Menunjukkan letak titik tumpu beban, kuasa, lengan beban dan lengan kuasa E. MATERI POKOK 1. Pengertian Pengungkit 2. Jenis-Jenis Pengungkit F. MEDIA PEMBELAJARAN 1. Alat Percobaan 2. LKS 3. OHP atau LCD G. PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN 1. Pendekatan 2. Metode : Keterampilan Proses : Informasi, Diskusi, Demonstrasi dan Eksperimen H. SKENARIO PEMBELAJARAN Waktu Kegiatan Pembelajaran 10 menit Pendahuluan : 1. Memulai pembelajaran dengan salam dan doa 2. Guru menunjukkan kain tebal (sudah dipersiapkan sebelumnya) kepada siswa, kemudian menanyakan : Dapatkah anda memotong kain ini dengan tangan ? Siswa diharapkan menjawab tidak. 3. Guru meminta salah seorang siswa ke depan kelas untuk memotong kain tebal dengan tangan. Salah seorang siswa diharapkan maju mendemostrasikannya. Setelah itu guru menanyakan FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS Metode Demonstrasi 69 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia 4. 5. 6. 7. 8. 60 menit 10 menit kembali : Bagaimana ? Apakah teman anda dapat memotongnya? Setelah guru menyuruh siswa kembali ke tempatnya, kemudian menanyakan kepada siswa : Alat apa yang dapat digunakan memotong kain? Siswa diharapkan menjawab gunting. Untuk membuktikannya, guru meminta seorang siswa tampil ke depan mendemonstrasikannya. Setelah siswa mendemonstrasikannya (kain dapat dipotong), guru menanyakan kepada seluruh siswa: Apakah kain dapat dipotong dengan mudah? Siswa diharapkan menjawab “ya“. Guru kemudian mengatakan : Kalau begitu gunting termasuk alat yang dapat mempermudah……. (menunggu jawaban siswa) dan disebut……………(menunggu jawaban siswa). Guru kemudian mengeluarkan media chart dan menempelnya di papan tulis. Chart yang digunakan berisi gambar gunting dan bagian-bagiannya, yaitu : titik tumpu, beban dan kuasa. Guru menjelaskan bagian-bagian gunting sebagai dari pengungkit, yaitu bagian : titik beban, titik kuasa dan titik tumpu. Setelah selasai menjelaskan, guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang anggotanya kurang lebih 4 orang siswa. Kegiatan Inti : 9. Guru membagi Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Siswa mencermati LKS yang telah diterimannya. 10. Memberi penjelasan singkat sebelum siswa melakukan percobaan. Siswa diharapkan bertanya apabila ada yang belum jelas. 11. Guru mempersilahkan siswa untuk melakukan kegiatan sesuai petunjuk di LKS. Siswa melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk LKS 12. Guru mengamati dan memfasilitasi siswa dalam melakukan percobaan. 13. Setelah percobaan selesai, kelompok siswa diberi kesempatan memprentasikan hasil Kegiatan I, II, III dan IV serta mendiskusikannya. Tiap kelompok hanya mempresentasikan satu kegiatan. Informasi Eksperimen Presentasi, diskusi Penutup : 14. Guru mengarahkan siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan dan menuliskannya di papan tulis 15. Guru memberi tugas kepada siswa 16. Mengakhiri pembelajaran dengan doa dan salam I. Informasi Diskusi, Informasi TAGIHAN 1. Pekerjaan Siswa dalam LKS 2. Tugas yang diberikan pada Akhir Pembelajaran FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 70 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia J. PENILAIAN 1. Penilaian Proses Sains KRITERIA PENILAIAN 1. Kemampuan Mengamati (Observasi) 2. Kemampuan Mengklasifikasi 3. Kemampuan Mengukur 4. Kemampuan Menyimpulkan 5. Kerjasama dalam kelompok 6. Menghargai Kelompok Lain I NILAI KELOMPOK II III IV 2. Penilai an Hasil a. Aspek Kognitif 1). Hasil Pekerjaan Siswa dalam LKS 2). Hasil Pekerjaan Siswa dari Tugas 3). Hasil Pekerjaan Siswa dari Tes Tertulis b. Aspek Afektif c. Aspek Psikomotor FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 71 …… Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia LEMBAR OBSERVASI LESSSON STUDY Hari/Tanggal Topik Nama Guru Model : : : Petunjuk : 1. Isilah dengan tanda √ pada kolom YA/TIDAK jika aktivitas pembelajaran teramati/muncul. 2. Isilah dengan tanda X pada kolom YA/TIDAK jika aktivitas pembelajaran tidak teramati/muncul. 3. Isilah kolom KOMENTAR untuk setiap komponen aktivitas pembelajaran dengan memberi penjelasan tentang keadaan yang teramati. AKTIVITAS PEMBELAJARAN YA/TIDAK HASIL PENGAMATAN KOMENTAR 1. Apakah ada siswa yang tidak memperhatikan proses pembelajaran ? 2. Apakah siswa mengajukan pertanyaan kepada guru atau sesama siswa? 3. Apakah siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru atau siswa lain? 4. Apakah siswa bekerjasama dengan siswa lain untuk menyelesaikan persoalan ? 5. Apakah siswa tertekan dalam mengikuti pelajaran ? 6. Apakah siswa tampak senang dalam mengikuti pelajaran ? 7. Apakah ada materi yang sulit dipahami siswa ? 8. Apakah guru sudah melakukan perannya sesuai dengan perencanaan? 9. Apakah metode yang diterapkan guru sudah tepat? 10. Apakah secara keseluruhan tujuan pembelajaran tercapai seauai dengan perencanaan? FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 72 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia LEMBAR KERJA SISWA (LKS) Mata Pelajaran Materi Pokok Sub Materi Pokok Kelas/Semester : Sais/Fisika : Pesawat Sederhana : Pengungkit (Tuas) : VIII/2 TUJUAN 3. Mengungkapkan kegunaan pengungkit melalui kegiatan percobaan 4. Menunjukkan letak titik tumpu, titik beban, dan titik kuasa 5. Menggolongkan jenis pengungkit PETUNJUK UMUM 1. Lakukan percobaan atau kegiatan sesuai dengan prosedur kerja pada setiap Kegiatan 2. Lakukan kegiatan anda bersama-sama teman-teman satu kelompok 3. Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang ada pada setiap kegiatan dengan mendiskusikannya bersama teman-teman anda dalam satu kelompok 4. Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang ada sesuai hasil pengamatan 5. Kumpulkan LKS yang telah anda kerjakan kepada guru. KEGIATAN I : MEMBUKA KALENG SUSU Alat dan Bahan 1. Kaleng Susu 2. Tangan 3. Obeng Kaleng Susu Tangan Obeng Gambar 1. Alat dan Bahan Percobaan Cara Kerja 1. Letakkan kaleng dalam keadaan tertutup di atas meja 2. Bukalah tutup kaleng tersebut dengan ujung jarimu. Jangan dipaksa apabila kamu mengalami kesulitan ! 3. Rapatkan tutup kaleng tersebut, kemudian bukalah tutup kaleng tersebut dengan menggunakan ujung obeng. (a) (b) Gambar 2. Percobaan membuka kaleng susu dengan : (a) ujung jari tangan, (b) obeng FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 73 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia Pertanyaan-Pertanyaan : 1. 2. 3. 4. Apakah anda dapat membuka kaleng dengan ujung jarimu ? Apakah anda berhasil membuka kaleng dengan obeng ? Cara manakah yang lebih mudah untuk membuka kaleng ? Pada percobaan tersebut, obeng adalah alat yang berguna untuk ……………... ………………………………………………………………………………………….. 5. Pada saat anda membuka kaleng dengan obeng (lihat Gambar 2.(b)), yang berfungsi sebagai : • beban adalah ………………………………………………………………………… • titik tumpu adalah ……………………………………………………………………. • kuasa adalah………………………………………………………………………….. 6. Pada saat obeng digunakan untuk membuka kaleng : • lengan beban adalah jarak antara ………………………………………………... dengan …………………………………………………………………………….... • lengan kuasa adalah jarak antara ………………………………………………... dengan …………………………………………………………………………….... 7. Titik tumpu pada saat anda membuka kaleng dengan obeng terletak diantara beban dan kuasa. Pengungkit yang mempunyai ciri demikian disebut pengungkit jenis…………….. KEGIATAN II : MELUBANGI KERTAS Alat dan Bahan 1. Lima lembar kertas HVS 2. Tangan 3. Pelubang Kertas FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 74 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia Cara Kerja 1. Ambil 5 lembar kertas HVS. Lubangi ke-lima lembar kertas tersebut dengan jari tangan anda. Jangan dipaksa apabila anda mengalami kesulitan ! 2. Ambil 5 lembar kertas HVS. Letakkan kelima lembar kertas tersebut di atas landasan pelubang kertas. Pastikan bahwa kertas telah berada di bawah ujung pelubang kertas. Tekan tangkai pelubang kertas dengan tangan anda secara cepat ! (b) Gambar 4. Percobaan melubangi kertas dengan : (a) ujung jari tangan, (b) pelubang kertas Pertanyaan-Pertanyaan : 1. Apakah anda dapat melubangi 5 lembar kertas dengan ujung jarimu ? 2. Apakah anda dapat melubangi 5 lembar kertas dengan pelubang kertas ? 3. Cara manakah yang lebih mudah untuk melubangi beberapa lembar kertas sekaligus? 4. Pelubang kertas adalah alat yang berguna untuk……….……………………… ………………………………………………………………………........................... 5. Pada saat anda melubangi kertas dengan pelubang kertas, yang berfungsi sebagai : • beban adalah …………………………………………………………………… • titik tumpu adalah ……………………………………………………………….. • kuasa adalah…………………………………………………………………… 6. Pada saat pelubang kertas digunakan untuk melubangi kertas : • lengan beban adalah jarak antara ………………………………………… dengan …………………………………………………………………………… • lengan kuasa adalah jarak antara …………………………………………… dengan …………………………………………………………………………… 7. Pada saat anda melubangi kertas dengan pelubang kertas, letak beban berada diantara …………………… dan …………………………. Pengungkit yang mempunyai ciri demikian disebut pengungkit jenis kedua. FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 75 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia KEGIATAN III Alat dan Bahan 1. 2. 3. 4. Lima lembar kertas HVS Isi Staples Staples Tangan Cara Kerja 1. Ambil 5 lembar kertas HVS dan 1 buah isi staples. Gunakan isi staples dan tangan anda untuk menyatukan (menjepit) 5 lembar kertas. Dapatkah anda lakukan ? Jika tidak dapat jangan anda paksakan ! 2. Isilah staples dengan isi staples. Gunakan untuk menyatukan (menjepit) 5 lembar kertas. Dapatkah anda lakukan? (b) (a) Gambar 4. Menyatukan kertas dengan : (a) ujung jari tangan dan (b) staples Pertanyaan-Pertanyaan : 1. 2. 3. 4. Apakah anda dapat menyatukan 5 lembar kertas dengan ujung jarimu ? Apakah anda dapat menyatukan 5 lembar kertas dengan staples ? Cara manakah yang lebih mudah untuk menyatukan kertas? Pada percobaan tersebut, staples adalah alat yang berguna untuk ……………….…………………………………………………………………………... 5. Pada saat anda mestaples kertas, ada 3 titik penting (lihat gambar berikut): B C A • • • Titik A adalah …………… Titik B adalah …………… Titik C adalah …………… 6. Pada saat anda mestaples kertas, yang dimaksud : • lengan beban adalah jarak antara …………………………………………… dengan …………………………………………………………………………… • lengan kuasa adalah jarak antara …………………………………………… dengan …………………………………………………………………………… 7. Posisi kuasa pada saat anda menstaples kertas terletak diantara …………………… dan …………………………. Pengungkit yang mempunyai ciri demikian disebut pengungkit jenis ……..................... FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 76 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia KEGIATAN IV Petunjuk : • Tabel di bawah ini digambarkan beberapa contoh pengungkit dan bagianbagiannya. • Isilah kolom-kolom yang ada di sebelah kanannya GAMBAR PENGUNGKIT NAMA BAGIAN GOLONGAN PENGUNGKIT 1. ………………………… 3 2. ………………………… 2 3. ………………………… 1 2 1. ………………………… 2. ………………………… 3 3. ………………………… 3 1. ………………………… 2. ………………………… 1 3. ………………………… 2 FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 77 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia CONTOH : LKS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI LKS -1 BAGAIMANA MANUSIA BERNAPAS ? KEGIATAN- 1 1. Dekatkan punggung tapak tangan kananmu di depan lubang hidung. Apa yang kamu rasakan ? 2. Biarkan tanganmu tetap di depan lubang hidung. Gunakan tangan tapak tangan kirimu untuk memegang dada. Apa yang kamu rasakan ? 3. Pindahkan tangan kirimu ke bagian perut. Apa yang kamu rasakan ? 4. Apakah keluar-masuknya udara lewat hidung bersamaan dengan gerak dada dan perut ? 5. Tuliskan hasil pengamatanmu pada tabel berikut .(isilah dengan tanda rumput / √ ) No. Gerak udara pernapasan 1 Saat udara keluar hidung 2 Saat udara masuk hidung Gerak dada Naik Turun Gerak perut Naik Turun KEGIATAN- 2 Manusia bernapas dengan menggunakan paru-paru yang terdapat di dalam rongga dada. Dengan menggunakan torso yang tersedia, perhatikan susunan rongga dada dan rongga perut. Yang diamati Atas Batas penyusun Bawah Depan Belakang Rongga dada Rongga perut FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 78 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia KEGIATAN-3 Lakukan pengamatan cara kerja model alat pernapasan seperti pada gambar berikut : 1. Pipa T 2 Lodong plastik 3 Balon karet 4 Balon karet yang direntang 1. Saat balon karet no.4 dibiarkan dalam posisi datar (diam), balon karet no.3 dalam keadaan …………………………………………………………………………… 2. Saat balon karet no. 4 ditekan ke atas menggunakan jari, keadaan balon karet no. 3 menjadi …………………………………………………………………………… Dibandingkan dengan torso : 1. Balon karet no.4 merupakan tiruan alat yang disebut : …………..……………….. 2. Lodong plastik no. 2 merupakan tiruan ……………………………………………. TUGAS : diskusikan dengan kelompokmu tentang bagaimana cara kerja alat bernapas. Tuliskan hasil diskusimu. 1. Urutan cara kerja saat paru-paru memasukkan udara lewat hidung. 2. Urutan cara kerja saat paru-paru menghembuskan udara ke luar lewat hidung FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 79 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia LKS - 2 GAS APA YANG DIKELUARKAN SAAT BERNAPAS ? Jawaban sementara : ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… KEGIATAN – 1 Siapkan alat percobaan seperti berikut : M (Mulut) 1. Pipa T 2. Selang plastik 3. Tutup / sumbat karet. 4. Botol bening A B 5. Air kapur Lakukan pengamatan percobaan dengan mengikuti langkah kerja sbb : (catat semua hasil pengamatanmu di dalam tabel yang tersedia) Tabel pengamatan : No Botol 1 A 2 B Warna air kapur Mula-mula Warna air kapur setelah diisap dan ditiup Lebih Kurang keruh keruh Asal udara Luar Pernapasan LANGKAH KERJA : 1. Sebelum percobaan, warna air kapur di botol A dan B mula-mula : ………………………………………………………………………….……………… 2. Dengan menggunakan mulut, isaplah udara secara perlahan-lahan. Apa yang terjadi pada air kapur di botol A? Air kapur di botol A : …………………………………………………………. Timbulnya gelembung udara pada air kapur di botol A akibat udara mengalir dari : ……………………………….. ke ….……………………………………. FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 80 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia 3. Dengan menggunakan mulut, tiupkan udara pernapasan lewat ujung selang plastik M. Apa yang terjadi pada air kapur di botol B ? Air kapur di botol B : …………………………………………………………. Timbulnya gelembung udara pada air kapur di botol B akibat udara mengalir dari : ………………………….......... ke …………………………………………. 4. Lakukan kegiatan mengisap dan meniupkan udara pernapasan beberapa kali. Perhatikan warna air kapurnya. Warna air kapur di botol A : ……………………………………………………… Warna air kapur di botol B : ………………………………………………………. 5. Dengan membandingkan warna air kapur setelah percobaan, dapat disimpulkan : a. Keruhnya air kapur di botol A adalah akibat : ……………………… b. Keruhnya air kapur di botol B adalah akibat : ……………………… c. Udara hasil pernapasan banyak mengandung gas : ………………… Kata kunci : Gas asam arang (CO2) menyebabkan air kapur menjadi keruh Masalah untuk dipikirkan : 1. Apakah tumbuhan dan hewan juga bernapas ? 2. Gas apakah yang dikeluarkan hewan atau tumbuhan saat bernapas ? 3. Dengan menggunakan kata kunci di atas, coba buatlah rancangan alat untuk membuktikannya. FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 81 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia LKS - 3 GAS APAKAH YANG DIKELUARKAN DALAM PERNAPASAN TUMBUHAN ? Jawaban sementara : ……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………... Buatlah rangkaian alat seperti gambar berikut : E Botol plastik Selang plastik Sumbat lubang A B Botol A,B dan D berisi air kapur Botol C beirisi kecambah, tempe atau hewan C D IKUTI LANGKAH KERJA SBB. Setelah botol A,B,C dan D tersumbat rapat, biarkan beberapa saat. 1. Perhatikan warna air kapur mula-mula. Warna air kapur di botol A : ………………………………………………… Warna air kapur di botol B: ………………………………………………… Warna air kapur di botol D : ………………………………………………… 2 Dengan menggunakan botol E (berlubang) sebagai pompa. (Gunakan ibu jarimu sebagai klep pompa yang bekerja membuka dan menutup lubang). Alirkan udara luar ke dalam botol A beberapa kali. Perhatikan apa yang terjadi pada air kapur di botol A, B dan D ? Warna air kapur di botol A : ………………………………………………… Warna air kapur di botol B: ………………………………………………… Warna air kapur di botol D : ………………………………………………… 3. Setelah beberapa kali udara dialirkan ke dalam botol A. Air kapur yang paling keruh terjadi di botol : ……………………………… Diskusikan dengan kelompokmu. 1. Bila dibandingkan pada akhir percobaan samakah kekeruhan air kapur di botol A, B dan botol D ? Dapatkah kamu menjelaskannya? 2. Dari percobaan tersebut, tuliskan pengertian (kesimpulan ) apakah yang kamu peroleh ? Kesimpulan : ……………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… Kata kunci : Di udara terdapat gas CO2 sebanyak 0,03 % FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 82 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia CONTOH MODEL : RENCANA PEMBELAJARAN IPA/ BIOLOGI I. Identitas : 1. Nama sekolah : 2. Mata pelajaran : 3. Kelas / semester : 4. Alokasi waktu : Madrasah Tsanawiah ………….. IPA (biologi) VIII / I 3 x 2 JP II. Standar Kompetensi : Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Materi Pokok : Sistem pernapasan pada manusia Indikator : 1. Siswa dapat menjelaskan mekanisme kegiatan bernapas pada manusia. 2. Siswa dapat mengidentifikasi macam gas yang dihasilkan pada pernapasan manusia. 3. Siswa dapat menemukan kesamaan gejala pernapasan pada manusia dan tumbuhan. III Konsep Dasar : 1. Pada manusia, bernapas merupakan kegiatan pertukaran gas yang terjadi pada alat-alat bernapas ( hidung, rongga hidung, trakea, dan pulmo). 2. Mekanisme bernapas meliputi fase inspirasi dan ekspirasi yang melibatkan mekanisme kerja otot-otot sekitar tulang rusuk, diafragma dan perut. 3. Udara yang dikeluarkan dalam kegiatan bernapas banyak mengandung gas CO2. 4. Bernapas terjadi pada semua makhluk hidup. IV. Sumber / Pustaka : Tortora, Gerard J and Nicholas P. Anagnostakos. 1990. Principles of Anatomy and Physiology. Sixth Edition. New York : Harper & Row, Publishers. V. Metode Pembelajaran : Percobaan dan diskusi VI. Media : 1. Human media tentang pernafasan dada dan perut 2. Torso tubuh manusia 3. Model paru- paru 4. Perangkat percobaan pernapasan manusia 5. Perangkat percobaan pernafasan tumbuhan 6. LKS : Pernapasan manusia (LKS-1 dan LKS- 2) Pernapasan tumbuhan ( LKS- 3) 7. Gambar sistem alat pernapasan manusia VII. Kegiatan Pembelajaran . Pertemuan ke-I : Bagaimana manusia bernapas ? KEGIATAN AWAL 1. Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan memotivasi siswa. a. Coba tutup hidung dan mulutmu. Apa yang kamu rasakan ? b. Dapatkah kamu bertahan tanpa udara ? c. Untuk apa udara keluar-masuk hidung ? 2. Guru menuliskan topik pelajaran di papan tulis 3. Guru menuliskan rumusan persoalan (masalah) yang akan dibahas di papan tulis.”Bagaimana manusia bernapas ?” 4. Guru meminta siswa untuk beropini, dengan bertanya :” Dapatkah kamu jelaskan bagaimana proses bernapas pada manusia ? Secara brain FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 83 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia storming semua jawaban siswa di catat guru pada kolom paling kanan papan tulis ( untuk dicocokan dengan hasil belajar di akhir kegiatan). KEGIATAN INTI 1. Guru meminta siswa membuat kelompok kerja dengan anggota kelopok 3 – 5 siswa. Tiap kelompok menunjuk salah satu anggota kelompok sebagai pimpinan kelompok. Guru menjelaskan tata cara bekerja dalam kelompok (Model Buzz Group) 2. Guru membagikan LKS - 1 dan memberi kesempatan pada siswa untuk mempelajari maksud dan urutan langkah kerja yang tertera dalam LKS-1. 3. Siswa melakukan kegiatan pengamatan dan diskusi sesuai arahan LKS-1. Guru memonitor kegiatan tiap kelompok. 4. Guru menunjuk salah satu sampel kelompok untuk mempresentasikan hasil kegiatan belajar di depan kelas. Hasil kegiatan di tulis di papan tulis. 5. Dengan dipimpin guru, kegiatan dilanjutkan diskusi kelas dengan memberi kesempatan pada kelompok lain untuk memberi tanggapan terhadap hasil presentasi kelompok sampel. a. Guru mengarahkan diskusi untuk mendapatkan kesimpulan. b. Guru melakukan pengecekan (performance test) pencapaian hasil belajar dengan meminta beberapa orang siswa (secara random) menjelaskan ulang mekanisme bernapas. c. Di akhir diskusi guru memberi kejelasan (penegasan) hasil belajar tentang mekanisme proses bernapas pada manusia dengan bantuan gambar sistem pernapasan manusia dan torso. Dengan dipimpin guru, semua siswa diminta untuk melakukan pengamatan ulang secara teliti untuk memahami mekanisme proses bernapas pada manusia. KEGIATAN PENUTUP 1. Guru mengembangkan persoalan pada macam gas yang dikeluarkan selama kegiatan bernapas. (untuk dipelajari pada pertemuan ke-2) 2. Guru membagikan LKS-2 untuk dipelajari dirumah. 3. Guru memberi tugas pada siswa untuk menyiapkan alat dan bahanbahan yang diperlukan sesuai LKS-2. Semua alat dan bahan dibawa pada pertemuan ke-2. VI. Evaluasi : Bentuk performance test FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 84 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia STRATEGI PEREKAMAN AUDIO VISUAL KEGIATAN LESSON STUDY DAN INTERPRETASINYA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN Oleh: Dadan Rosana, Jaslin Ikhsan, Triatmanto PENDAHULUAN Pendidikan adalah proses dinamis yang selalu memerlukan inovasi dan perbaikan dari waktu ke waktu. Oleh sebab itu pengembangan berbagai pendekatan yang positif sangat diperlukan agar pendidikan itu mampu bergerak dinamis mengimbangi proses perubahan yang paling aktual. Salah satu pendekatan yang belakangan cukup berhasil dikembangkan di Jepang, USA dan beberapa negara eropa dalam upaya perbaikan proses dan produk pendidikan adalah kegiatan lesson study. Lesson study adalah suatu kegiatan instruksional yang ditandai dengan adanya proses kolaboratif dari sekelompok guru yang secara bersama-sama merencanakan langkah-langkah pembelajaran termasuk metode, media dan instrumen evaluasinya. Kegiatan ini berlangsung dengan cara salah seorang guru melakukan praktek pembelajaran yang direncanakan di kelas dan yang lain mengamati proses pembelajaran tersebut, setelah selesai pembelajaran akan dievaluasi bersama dan diperbaiki bila ada yang kurang tepat. Hasil evaluasi ini sangat bermanfaat untuk memperbaiki proses belajar mengajar berikutnya sekaligus untuk berbagi pengalaman dan temuan dari hasil evaluasi tersebut pada guru lain dengan demikian lesson study cukup efektif untuk digunakan sebagai salah satu bentuk pembinaan pengembangan kompetensi guru. Penerapan Lesson Study dapat meningkatkan kompetensi guru, terutama yang terkait dengan pengetahuan, pengetahuan materi pokok, pengetahuan pengajaran, pengetahuan riset, kapasitas mengamati siswa, menghubungkan praktik sehari-hari dengan tujuan jangka panjang, motivasi, hubungan dengan kolega dan saling bantu, komitmen, dan akuntabilitas. Dasar sosial lessons study adalah keterlibatan; dasar pendidikan lesson study adalah perbaikan atau peningkatan mutu. Jadi seseorang yang melakukan lesson study adalah orang yang menginginkan adanya perubahan dari apa yang selama itu dijalankan dan ingin yang lebih baik. Lesson study dapat berarti action (tindakan ), baik mengenai sistemnya maupun mengenai orang-orang yang terlibat dalam sistem tersebut. Bila diterapkan di kelas, lesson study adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktek mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktek tersebut, dan agar mau untuk memperbaikinya. Lesson study bersifat patisipatif, karena ia melibatkan guru dalam observasinya sendiri, dan kolaboratif, karena ia melibatkan orang lain (rekan-rekan) sebagai bagian dari suatu kegiatan yang hasilnya dapat dinikmati bersama (shared enguiry). Misalnya, ada seorang guru ingin mengetahui apakah suatu pendekatan mengenai waktu berbicara di kelas akan mempengaruhi kinerja atau prestasi siswa. Bila ia mengajurkan para siswa untuk bertanya secara bebas, atau belajar dalam pasangan (in pairs) atau dalam kelompok, yang tidak hanya mendengarkan guru atau membaca buku, apakah pengertian mereka mengenai pelajaran tersebut akan lebih baik? Lesson study berusaha untuk memberi makna kepada situasi dari sudut pandang yang berlainan. Lesson study berupaya mencari pertanyaan yang benar sesuai dengan situasinya maupun jawabanya. Dalam contoh di atas, guru akan mengadakan intropeksi mengenai pelaksanaan mengajar di kelasnya sendiri. Mengapa ia tidak puas dengan situasi yang dihadapinya sekarang? Apa yang ingin ia rubah? Bagaimana ia akan FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 85 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia mengamati reaksi-reaksi terhadap tindakan yang akan ia lakukan tersebut? Bagaimana ia akan mengevaluasi reaksi-reaksi tersebut? Dan bagaimana ia akan mengakomodasikan penemuan-penemuannya? Ini semua merupakan pertanyaanpertayaan dalam pendidikan yang penting, pertanyaan-pertanyaan yang setiap guru siap untuk menanyakan kepada diri sendiri mengenai apa yang terjadi, dan kesiapannya untuk menjawab secara jujur dan dengan mengikat konsekuensi yang akan dihadapinya. Terkait dengan upaya mengamati situasi pembelajaran, maka salah satu bagian yang penting dalam lesson study adalah pengumpulan bukti (gather evidance) dari proses belajar mengajar yang dapat digunakan sebagai bahan analisis, evaluasi dan refleksi. Agar bagian ini lebih optimal maka diperlukan pengamatan secara intensif, maka penggunaan film dokumentasi sangat membantu. Film ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk umpan balik (feed back) bagi guru dengan melihat pembelajaran yang sudah dilalui nya dengan demikian setidaknya sudah dapat ditarik kesimpulan (walaupun sifatnya tidak baku dan masih bisa berkembang di masa-masa yang akan datang) yang bisa dijadikan acuan untuk perancangan kegiatan pembelajaran berikutnya. Dengan demikian maka beberapa fungsi dari pembuatan film dokumentasi ini adalah: • Akuntabilitas kegiatan Dengan adanya rekaman yang menunjukkan berlangsungnya pembelajaran nyata (real teaching) maka ada pertanggungjawaban penuh bahwa program benar-benar telak terlaksana, sehingga, media ini bisa menjadi alat untuk permasalahan akuntabilitas. • Sebagai alat verifikasi Dengan terdokumentasinya apa yang berlangsung selama kegiatan pembelajaran, maka secara tidak langsung media ini akan menjadi alat verifikasi yang efektif. Di kemudian hari tidak ada lagi alasan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan tidak sesuai dengan rancangan yang telah ditetapkan sebelumnya. • Sebagai alat kontrol dan evaluasi Metode ini juga bisa dipakai sebagai alat kontrol pada kegiatan yang sedang berlangsung; sesuai tidaknya kegiatan dengan rencana. Selain itu metode ini juga bisa dimanfaatkan sebagai alat bantu evaluasi kegiatan secara keseluruhan. Konsekuensi-konsekuensi itu tentu mengandung perubahan dari proses pembelajaran sebelumnya, tetapi perubahan yang ditujukan untuk perbaikan. Perbaikan tersebut tidak akan terjadi apabila ia tidak sadar atau tanggap akan standar profesinya sendiri. Lesson study adalah suatu instrumen yang digunakan dengan penuh kemampuan oleh guru yang baik untuk meningkatkan mutu mengajarnya. Namun, salah satu dari tantangan terhadap lesson study adalah bahwa memperbaiki mutu mengajar adalah hal yang harus senantiasa dilakukan oleh guru yang baik; ia harus terus-menerus sadar mengenai praktek di kelasnya dan berusaha untuk memperbaiki praktek tersebut. Orang-orang yang skeptis terhadap lesson study menyatakan bahwa ini hanya kegiatan mengajar yang baik. Untuk itu sebaiknya lesson study tidak berhenti di situ, sehingga ia merupakan cara untuk menghidupkan situasi belajar-mengajar. Lesson study bukan sekedar mengajar.Lesson study mempunyai makna sadar dan kritis terhadap mengajar, dan menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri untuk bersiap terhadap proses perubahan dan perbaikan mengajar. Lesson study mendorong para guru untuk berani bertindak dan berfikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional. FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 86 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia LANGKAH-LANGKAH PEREKAMAN DAN INTERPRETASI KEGIATAN LESSON STUDY Sebelum kita membahas langkah-langkah perekaman dan interpretasi kegiatan lesson study maka kita perlu mencermati kembali tahapan kegiatan lesson study itu sendiri. Lesson Study memiliki tahapan-tahapan yang perlu dilaksanakan secara sistematis, menurut versi yang dikembangkan melalui perogram kegiatan FMIPA UNY yang bekerjasama dengan JICA terdiri dari tiga tahapan, yaitu; tahap perencanaan (plan), tahap pelaksanaan (do) yang sering juga disebut dengan research lesson dan tahap post-class discussion (see) atau kegiatan pascapelajaran. Tindakan Do PENGEMBANGAN MODEL Rencana Plan Observasi See REVISI Refleksi Menurut Lesson Study Project (http://www.uwlax.edu), kegiatan lesson study dapat dibagi menjadi enam tahapan sebagai berikut: 2 Develop Goals 3 Plan Lesson 4 Gather Evidence 1 Form a Team 6 Repeat The Process 5 Culminating Product Berdasarkan langkah-langkah kegiatan tersebut maka tahapan dalam perekaman kegiatan itupun mengikuti tahapan itu. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pembuatan fim dokumentasi lesson study adalah sebagai berikut: 1. Penyamaan Visi. Proses ini adalah sangat penting dilakukan karena inilah dasar dari koordinasi kegiatan dokumentasi. Pembuat film bersama-sama guru dan siswa harus mempunyai pandangan yang sama terhadap produksi ini. Penyamaan visi ini meliputi: Kegiatan ini bertujuan membantu guru dan siswa. Kepentingan siswa merupakan kepentingan utama. Mengacu kepada biaya produksi yang kecil 2. Riset dan Pengembangan Ide. Pada proses ini kita menentukan: Masalah yang akan diangkat Jumlah materi/data yang tersedia dan yang akan digali dari pembuatan lesson study ini Pihak yang dituju lesson study. Analisa permasalahan dan kelemahan yang ada Alur proses pembuatan lesson study Konsolidasi dengan guru dan siswa tentang pelaksanaannya di kelas. FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 87 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia 3. Perancangan Produksi Pembentukan alur cerita/isi lesson study. Biaya yang diperlukan. Jumlah SDM yang terlibat.. Jangka waktu produksi. Langkah antisipasi terhadap hal-hal di luar perhitungan 4. Produksi Mendapatkan semua data/gambar yang diperlukan untuk menunjang alur kegiatan yang sudah direncanakan. Mengambil gambar sebanyak-banyaknya (untuk cadangan) 5. Pasca Produksi Prioritas utama adalah pada prilaku belajar siswa, atau begaimana siswa belajar selama kegiatan berlangsung. Editing gambar haruslah singkat, padat, langsung mengarah kepada permasalahan-permasalahan kunci yang akan disampaikan. Pada tahap ini kita juga menentukan permasalahanpermasalahan apa yang akan kita masukkan ke dalam film mengacu kepada tujuan lesson study ini. Pada praktiknya bisa saja masalah yang didapat selama proses produksi itu tidak sesuai dengan rancangan awal. Kalau dirasakan perlu, buat alternatif lain yang dipandang positif untuk nantinya dijadikan alternatif perekaman kegitan. 6. Verifikasi Melakukan verifikasi draft editing (sebelum hasil akhir diselesaikan) dengan cara mempertontonkannya kepada guru dan siswa yang menjadi subyek dalam lesson study tersebut. Apa semua isi yang ada pada draft tersebut sudah sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Hal ini penting sebagai bagian dari akuntabilitas kegiatan. Fokus Pengambilan Gambar Pada Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan (plan) beberapa bagian penting yang perlu didokumentasikan adalah kegiatan sebagai berikut: (1). prasurvei yang dimaksudkan untuk mengetahui secara detail kondisi yang terdapat di suatu kelas yang akan diteliti. Bagi pengajar yang bermaksud melakukan perbaikan di kelas yang menjadi tanggung jawabnya tidak perlu melakukan prasurvai karena berdasarkan pengalamannya selama dia di depan kelas sudah secara cermat dan pasti mengetahui berbagai permasalahan yang dihadapinya, baik yang berkaitan dengan kemajuan siswa, sarana pengajaran maupun sikap siswanya. Dengan demikian para guru yang sudah akan mengetahui kondisi kelas yang sebenarnya.(2). Diagnosis yang dilakukan oleh guru lain yang tidak terbiasa mengajar di kelas yang dijadikan sasaran kegiatan. Mereka perlu melakukan diagnosis atau dugaan – dugaan sementara mengenai timbulnya suatu permasalahan yang muncul di dalam satu kelas. Dengan diperolehnya hasil diagnosis, akan dapat ditentukan berbagai hal, misalnya strategi pengajaran, media pengajaran, dan materi pengajaran yang tepat dalam kaitannya dengan implementasinya lesson study. (3) Perencanaan kegiatan, dalam penentuan perencanaan dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan aspek yang terkait dengan lesson study. Sementara itu, perencanaan khusus dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari tahapn kegiatan ke tahapan berikutnya. Oleh karena itu dalam perencanaan khusus ini tiap kali dapat dilakukan perencanan ulang (replanning). Hal–hal yang direncanakan di antaranya terkait dengan pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik atau strategi pembelajaran, media dan materi pembelajaran, dan sebagainya. Perencanaan dalam hal ini kurang lebih hampir sama dengan apabila kita menyiapkan suatu kegiatan belajar – mengajar. Bagi seorang guru tahapan perencanaan ini penting dalam upayanya untuk memperbaiki dan/atau meningkatkan layanan pembelajaran secara lebih professional, guru dituntut keberaniannya untuk mengatakan secara jujur khususnya kepada dirinya sendiri mengenai sisi – sisi lemah yang masih terdapat dalam implementasi program pembelajaran yang dikelolanya . dengan kata lain guru garus mampu merefleksi, merenung, serta berpikir balik, mengenai apa saja yang telah FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 88 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia dilakukan dalam proses pembelajaran dalam rangka mengidentifikasi sisi –sisi lemah yang mungkin ada. Dalam proses perenungan ini terbuka peluang bagi guru untuk menemukan kelemahan – kelemahan praktek pembelajaran yang selama ini selalu dilakukan secara tanpa disadari. Oleh karena itu untuk memanfaatkan secara maksimala potensi lesson study bagi perbaikan proses pembelajaran, guru perlu memulainya sedini mungkin merasakan adanya persoalan – persoalan dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain permasalahan yang diangkat dalam lesson study harus benar–benar merupakan masalah–masalah yang dihayati oleh guru dalam praktek pembelajaran yang dikelolanya, bukan permasalahan yang disarankan apalagi ditentukan oleh pihak luar. Permasalahan tersebut dapat berangkat bersumber dari siswa, guru, bahan ajar, kurikulum, interaksi pembelajaran, dan hasil belajar siswa. Pada tahap diagnosisi guru juga bisa merinci proses penemuan permasalahan tersebut dengan bertolak dari gagasan – gagasan yang masih bersifat umum mengenai keadaan yang perlu diperbaiki. Untuk mendorong pikiran–pikiran dalam mengembangkan fokus lesson study, kita bisa bertanya kepada diri sendiri, misalnya: Apa yang sedang terjadi sekarang? Apakah yang terjadi itu mengandung permasalahan? Apa yang bisa saya lakukan untuk mengatasinya? Bila pertanyaan tersebut telah ada dalam pikiran guru sebagai pemeran utama lesson study, maka langkah dapat dilanjutkan dengan mengembangkan beberapa pertanyaan sepeerti dibawah ini: Saya berkeinginan memperbaiki ………………… Beberapa orangkah yang merasa kurang puas tentang ….. Saya dibingungkan oleh………………………….. Saya memilih untuk menguji cobakan di kelas gagasan tentang; Dan seterusnya. Pada tahap ini yang paling penting adalah menghasilkan gagasan – gagasan yang awal mengenai permasalahan aktual yang dialami guru di kelas. Dengan berangkat dari gagasan – gagasan awal tersebut guru dapat berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan dengan menggunakan lesson study. Jika mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi permasalahan, guru dapt meminta bantuan pada rekan seasama guru, berdiskusi dengan mitranya dan/atau melacak sumber – sumber kepustakan yang relevan . Namun para koleganya itu perlu memaklumi bahwa ada kemungkinan guru yang bersangkutan akan lebih terfokus pada kesulitannya daripada kepada tujuan dan perubahan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut. Bila menghadapi hal seperti ini guru perlu diajak mendalami lebih jauh permasalahn yang dihadapi. Mitra harus siap menjadi pendengar yang lebih baik dan terbuka agar semua permasalahan yang dihadapi guru di dalm tugasnya dapat diidentifikasi. Sebaliknya mitra itu harus berupaya keras. agar tidak terperosok dan menempatkan diri sebagai pembina atau pengarah. Sebab ia juga ada posisi membutuhkan kesempatan belajar baik dalam memahirkan diri dalam lesson study maupun dalam mengakrabi lapangan. Selanjutnya setelah memperoleh sederet permasalahan melaui proses identifikasi ini, maka guru kelas sendirian atau dengan bermitra guru lain melakukan analisis terhadap permasalahan – permasalahan tersebut untuk menentukan urgensi penyelesaiaanya. Dalam hubungan ini akan muncul permasalahan yang sangat mendesak untuk diatasi seperti misalnya penguasaan materi tertentu, atau yang dapat ditunda pengatasannya tanpa kerugian yang besar, seperti misalnya kemampuan membaca peta buta. Pilih permasalahan yang dirasa penting oleh guru sendiri dan muridnya, atau topik yang melibatkan guru dalam serangkaian aktivitas yang memang diprogramkan oleh sekolah. Jangan memilih masalah yang berada di luar kemampuan dan/atau kekuasaan guru untuk mengatasinya. Pilih dan tetapkan permasalahn yang skalanya cukup kecil dan terbatas (manageable). Usahakan untuk bekerja secara kolaboratif dalam pengembangan fokus penelitian. Kaitkan lesson FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 89 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia study yang akan dilakukan denga prioritas – prioritas yang ditetapkan dalam rencana pengembangan sekolah. Tidak perlu ditekankan lebih kuat lagi bahwa analisis masalah perlu dilakukan secara cermat, sebab keberhasilan pada tahap analisis masalah akan menentukan keberhasilan keseluruhan proses pelaksanaan lesson study. Jika lesson study berhasil dilaksanakan dengan membawa kemanfaatan yang dapat dirasakan oleh guru dan sekolah (intrinsically rewarding). Maka keberhasilan ini akan menjadi motivasi bagi guru untuk meneruskan uasahanya di masa – masa yang akan datang. Disamping itu temuan – temuan yang dihasilkan melalui lesson study itu akan menarik bagi guru lain yang belum mengikuti program lesson study untuk juga mencoba melaksanakannya. Fokus Pengambilan Gambar Pada Tahap Pelaksanaan (do) Tahap pelaksanaan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi apa yang di ajarkan atau dibahas dan sebagainya. Pada tahap pelaksanaan (do) dilaksanakan kegiatan sebagai berikut: guru model melakukan pembelajaran sedang guru lain sebagai observer. Pada tahap yang disebut implementasi ini guru model secara mandiri melaksanakan pembelajaran dan mengimplementasikan inovasi pembelajaran yang akan dikembangkan dan diwajibkan melaksanakan penilaian afektif disamping penilaian lainnya. Observer mencatat jalannya pembelajaran dimana observasi ini difokuskan pada “bagaimana siswa belajar” pada setiap tahapan pembelajaran. Observer melakukan observasi dan dan analisis kegiatan pembelajaran guna mengidentifikasi apakah para siswa telah belajar sesuai dengan yang diharapkan. Pengamatan, observasi atau monitoring dapat dilakukan oleh guru mitra atau kolaborator, yang memang diberi tugas untuk hal itu. Pada saat memonitoring pengamat haruslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas. Misalnya mengenai kinerja guru, situasi kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian atau pembahasan materi, penyerapan siswa terhadap materi yang diajarkan, dan sebagainya. Semua anggota tim pelaksana diharapkan melakukan observasi dengan mengembangkan “the eyes to see student” dan tim dokumentasi melakukan perekaman terhadap jalannya pembelajaran yang difokuskan pada aktivitas belajar siswa baik secara kelompok maupun individual. Dilihat dari sudut lain, alternative tindakan perbaikan juga dapat dilihat sebagai hipotesis dalam arti mengindikasikan dugaan mengenai perubahan dalam arti perbaikan yang bakal terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Misalnya jika kebiasaan membaca ditingkatkan melalui penugasan mencari kata atau istilah serapan, perbendaharaan kata akan meningkat dengan rata – rata 10 % setiap bulannya. Dari contoh ini, hipotesis tindakan merupakan tindakan yang diduga akan dapat memecahkkan masalah yang ingin diatasi dengan penyelenggaraan lesson study. Bentuk umum rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan hipotesisa formal. Jika hipotesis penelitian formal menyatakan adanya hubungan antara dua variabel atau lebih atau menyatakan adanya perbedaan antara dua kelompok atau lebih, maka hipotesis tindakan tidak mengatakan demikian, tetapi mengatakan percaya tindakan kita akan merupakan suatu solusi yang dapat memecahkan permasalahan yang diteliti sebagai contoh lain, pelibatan orang tua dalam perencanaan kegiatan akademik sekolah akan berdampak menungkatkan perhatian mereka terhadap penyelesaian tugas siswa di rumah. Agar dapat menyusun hipotesis tindakan dengan tepat, guru dapat melakukan: ƒ Kajian teoretik di bidang pembelajaran pendidikan ƒ Kajian hasil – hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan ƒ Diskusi dengan rekan – rekan sejawat, pakar pendidikan, peneliti lain, dan sebagainya. ƒ Kajian pendapat dan saran pakar pendidsikan khususnya yang dituangkan dalam bentuk program, dan ƒ Mereflesikan pengalamannya sendiri sebagai guru FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 90 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia Dari hasil kajian tersebut dapat diperoleh landasan untuk membangun hipotesis tindakan. Beberapa, hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan hipotesis tindakan adalah sebagai berikut: ƒ Rumusan alternatif indakan perbaikn berdasarkan hasil kajian. Dengan kata lain, alternatif tindakan perbaikan hendaknya mempunyai landasan yang mantap secara konseptual. ƒ Setiap alternatif tndakan perbaikan yang dipertimbangkan perlu dikaji ulang dan dievaluasi dari segi relevansinya. Disamping itu juga perlu ditetapkan cara penilaiannya sehingga dapat menfasilitasi pengumpulan serta analisis data secara cepat namun tepat selama program tindakan perbaikan itu diimplementasikan. ƒ Pilih alternatif tindakan serta prosedur implementasi yang dinilai paling menjanjikan hasil optimal namun masih tetap ada dalam jangkauan kemampuan guru untuk melakukannya dalam kondisi dan situasi sekolah yang aktual. ƒ Pikiran dengan seksama perubahan – perubahan ( perbaikan – perbaiakn) yang secara implicit dan dijanjikan melalui hipotesis tindakan itu, baik yang berupa proses dan hasil belajar siswa maupun tehnik mengajar guru. Pada gilirannya, untuk melakukan lesson study agar menghasilkan dampak/hasil sebagaimana diharapkan diperlukan kajian mengenai kelaikan hipotesis tindakan terlebih dahulu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkaji kelaikan hipotesis tindakan adalah sebagai berikut: Implementasi suatu lesson study akan berhasil, hanya apabila didukung oleh kemampuan dan komitmen guru yang merupakan aktornya. Di pihak lain, sebagaiman telah dikemukakan untuk pelaksanaan lesson study kadang – kadang memang masih diperlukan peningkatan kemampuan guru melalui berbagai bentuk pelatihan sebagai komponen penunjang. Selanjutnya selain persyaratan kemampuan, keberhasilan pelaksanaan lesson study juga ditentukan oleh adanya komitmen guru yang merasa tergugah untuk melakukan tindakan perbaikan. Dengan kata lain lesson study dilakukan bukan karena ditugaskan oleh atasan atau didorong oleh keinginan untuk memperoleh imbalan financial. Kemampuan siswa juga perlu diperjhitungkan baik dari segi fisik, psikologis, dan sosial budaya maupun etik. Dengan kata lain lesson study seyogyanya tidak dilaksanakan apabila diduga akan berdampak merugikan siswa. Fasilitas dan sarana pendukung yang tersedia di kelas atau sekolah juga perlu diperhitungkan sebab pelaksanaan lesson study dengan mudah dapat tersabotase oleh kekurangan dukungan fasilitas penyelenggaraan. Oleh kartena itu demi keberhasilan lesson study maka guru dan mitranya dituntut untuk dapat mengusahakan fasilitas dan sarana yang ditentukan. lesson study juga sangat tergantung pada iklim belajar di kelas atau sekolah. Namun pertimbangan ini tentu tidak dapat diartikan sebagai kecenderungan untuk mempertahankan status kuno. Dengan kata lain perbaikan iklim belajar di kelas dan di sekolah memsng justru dapat dijadikan sebagai salah satu sasaran lesson study. Karena sekolah juga merupakan sebuah organisasai, maka selain iklim belajar, iklim kerja sekolah juga menentukan keberhasilan penyelenggaraan lesson study. Dengan kata lain dukungan dari kepala sekolah serta rekan sejawat guru dapat memperbesar peluang keberhasilan lesson study. Selain itu semua tim lesson study juga perlu membahas secara mendalam tentang kemungkinan konsekuensi alasan dilakukannya tindakan yang harus diantisipasi. Demikian pula kemungkinan timbulnya masalah baru dengan adanya kegiatan di kelas. Atas dasar berbagai pertimbangan di atas maka pelaksana dapat secara lebih cermat menyusun rencana yang akan dilakukan. Fokus Pengambilan Gambar Pada Tahap Post Class Discusion (See) Setelah tahap implementasi selesai dilaksanakan tahap ketiga post-class discussion (see) atau kegiatan pasca-pelajaran biasanya disebut juga dengan istilah FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 91 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia refleksi. Pada prinsipnya yang dimaksud dengan istilah refleksi ialah upaya evaluasi yang dilakukan oleh para kolaborator atau partisipan yang terkait denga suatu lesson study yang dilaksanakan.Refleksi ini dilakukan dengan kolaboratif, yaitu adanya diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian. Dengan demikian refleksi dapat ditentukan sesudah adanya implementasi tindakan dan hasil observasi. Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan (replanning) selanjutnya ditentukan. Fokus utama dalam tahap ini adalah menganalisis “bagaimana siswa belajar”. Hal terpenting yang bagi peserta lesson study adalah mengambil makna apa yang bisa dipelajari dengan dari tampilan tersebut dengan kata lain siswa bisa “belajar apa” dari penampilan guru model tersebut. Refleksi dilakukan setelah pembelajaran berakhir denan maksud apa yang telah dipelajari observer dari pembelajaran tersebut dapat dikarifikasi dan diketahui. Bahan yang digunakan untuk refleksi adalah catatan yang dimiliki observer dan hasil rekaman tim dokumentasi yang dapat diputar ulang untuk kejadian yang menarik perhatian.. PENUTUP Lesson study adalah salah satu alternative kegiatan yang diyakini mampu meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas dan sekaligus sebagai suatu strategi untuk peningkatan kemampuan professional guru yang dilaksanakan dalam bentuk sharing experiences antara guru pelaksana dengan guru lainnya. Oleh karena itu beberapa manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan lesoon study ini adalah: ƒ Penerapan Lesson Study dapat meningkatkan kompetensi guru, terutama yang terkait dengan pengetahuan, pengetahuan materi pokok, pengetahuan pengajaran, pengetahuan riset, kapasitas mengamati siswa, menghubungkan praktik sehari-hari dengan tujuan jangja panjang, motivasi, hubungan dengan kolega dan saling bantu, komitmen, dan akuntabilitas. ƒ Lesson study mendorong para guru untuk berani bertindak dan berfikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional. ƒ Dapat meningkatkan aktivitas dan kerterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran secara keseluruhan REFERENSI Becker, J. P., Silver, E. A., Kantowski, M. G., Travers, K. J., & Wilson, J. W. (1990). Some Observations of Mathematics Teaching in Japanese Elementary and Junior High Schools. Arithmetic Teacher, 38, 12–21. Stevenson, H. W., & Stigler, J. W. (1992). The Learning Gap: Why Our Schools Are Failing and What We Can Learn From Japanese and Chinese Education. New York, NY: Summit Books. Stigler, J.W., Gonzales, P.A., Kawanka, T., Knoll, S., & Serrano S. (1999). The TIMSS Videotape Classroom Study: Methods and Findings from an Exploratory Research Project on Eighth-Grade Mathematics Instruction in Germany, Japan, and the United States. Washington, DC: U.S. Department of Education. Stigler, J. W., & Hiebert, J. (1999). The Teaching Gap: Best Ideas from the World’s Teachers for Improving Education in the Classroom. New York, NY: The Free Press. FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 92 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia Yanase, O. (1990). Sansu—Tanoshii Bansho no Giho [Mathematics— Techniques for Enjoyable Blackboard Use]. Tokyo: Nihonshoseki. Yoshida, M. (1999). Lesson Study: A Case Study of a Japanese Approach to Improving Instruction Through School-Based Teacher Development. Unpublished doctoral dissertation, The University of Chicago. FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 93 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia Teknik Dokumentasi Dalam Dalam Lesson Study Oleh : Nur Kadarisman, Ciptono, Nurhadi Makalah Pelatihan Guru-Guru Dalam Matematika dan Sains ___________________________________________________________________ Menurut Kamus umum bahasa Indonesia, arti dari kata “ dokumentasi “, adalah sesuatu yang tertulis , tercetak atau terekam yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan. Adapun definisi dokumentasi adalah pemberian atau pengumpulan bukti-bukti dan keterangan. Sedangkan dalam pengelolaan kegiatan dokumentasi Lesson Study didefinisikan sebagai suatu bahan untuk refleksi kegiatan pembelajaran yang berfungsi sebagai alat evaluasi atau Refleksi dari perencanaan sampai implementasi suatu model pembelajaran; informasi Model Pembelajaran; Stategi Pembelajaran yang diterapkan; Interaksi aktif siswa terekam dalam proses dokumentasi. Kegiatan pembelajaran dalam lesson study yang akan dijadikan bahan kajian bersama adalah kegiatan riil dan utuh sepanjang waktu proses pembelajaran tersebut berlangsung. Sekiranya 1 jam pelajaran berlangsung selama 40 menit, maka kegiatan pembelajaran utuh juga semestinya lebih kurang selama waktu 40 menit. Pendokumentasian pada lesson study pun seharusnya berdurasi tidak jauh berkurang dari proses pembelajaran yang berlangsung. Ditinjau dari jenis-jenisnya dokumentasi pembelajaran untuk lesson study ada beberapa macam : 1. Dokumentasi Visual, dapat berupa hasil pemotretan event-event penting baik dengan kamera konvensional maupun digital. Hasilnya berupa gambar-gambar urutan kejadian dalam kelas selama PBM berlangsung; 2. Dokumentasi Audio, jenis ini menekankan pada rekaman suara di dalam kelas selama PBM berlangsung. Rekaman ini sangat penting untuk mengkaji kualitas verbal dan isi instruksi-instruksi yang disampaikan oleh guru, atau pun juga respon verbal siswa di dalam PBM yang sedang berlangsung; dan 3. Video, jenis dokumentasi ini sangat menguntungkan apabila digunakan di dalam kelas saat PBM berlangsung. Kedua aspek, yakni visual dan audio akan terekam dalam sekuens yang lebih lengkap dan jelas. Keuntungan jenis video adalah mampu merekam semua ekspresi dan impresi siswa maupun guru dengan baik. Sudah barang tentu dari ke-3 jenis dokumentasi di atas, kesemuanya akan saling melengkapi dengan kelebihan kualitas masing-masing. Namun apabila harus diambil sebuah pilihan, maka hendaknya diambil yang jenis video karena akan lebih banyak keuntungannya dalam kegiatan lesson study. Sistem Dokumentasi akan membantu keberhasilan seluruh proses pengelolaan kegiatan pembelajaran dalam Lesson study, baik perencanaan, implementasi sampai evaluasi serta penilaian pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Dokumentasi kegiatan dalam Lesson study juga dapat dijadikan sebagai alat untuk mereview kembali kekurangan dan kelebihan model pembelajaran yang diterapkan. Begitu pentingnya dokumentasi, maka pengerjaannya memerlukan perhatian, waktu dan seni. Dokumentasi yang baik akan memiliki nilai tersendiri dari keseluruhan kegiatan Lesson study. Dalam makalah ini disajikan sistem dokumentasi Lesson study dalam bentuk VCD. Informasi dari dokumen video akan bermanfaat untuk perbaikan proses pembelajaran seorang guru di kelas. Melalui dokumentasi video (VCD) ini memungkinkan seorang guru pengampu pelajaran dan guru lain sejawat setiap saat dapat melihat kembali model pembelajaran yang berupa gambar hidup ketika dia mengajar serta mencatat dan mengingatkan kembali beberapa hal atau kejadian selama proses pembelajaran guna untuk perbaikan proses pembelajaran berikutnya. Bentuk dokumentasi dalam pelaksanaan lesson study sesuai dengan jenis dan fungsinya yaitu benbentuk video baik berupa pita video atau sudah ditransver dalam VCD. FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 94 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia Teknik Dokumentasi yang dibahas dalam makalah ini adalah cara mentrasnver sekaligus mengedit dari pita video menjadi VCD. Mengingat dokumentasi dalam bentuk VCD mudah disimpan dan ditemukan lagi dengan cepat serta mudah digandakan. Dokumentasi kegiatan dalam lesson study, sangat diperlukan bagi peningkatan dan pengembangan kegiatan lesson study itu sendiri. Rekaman kejadian selama lesson study, baik pada aspek siswa, guru, ataupun lainnya, sangat diperlukan sebagai bahan refleksi yang lebih aktual. VCD ini juga sangat bermanfaat untuk menunjukkan program dan produk lesson study ke tempat maupun kawasan lainnya. Perluasan kawasan ataupun skup pengembangan lesson study, sangat terbantu dengan rekaman profil kelas lesson study. Gambaran tentang bagaimana lesson study diselenggarakan, akan menjadi lebih mudah dipahami audien, dengan melihat rekaman VCD. VCD pembelajaran, yang berisi rekaman pembelajaran dari mulai guru membuka kelasnya hingga berakhirnya proses belajar mengajar di kelas yang di lesson studykan , memiliki kelebihan baik dari proses produksi sampai dengan ke pemaknaannya. Sasaran pengambilan gambar, cara mengambil gambar, dan pengeditannya sangat spesifik. Diusahakan agar dalam proses pengambilan gambar tidak mengganggu jalannya proses belajar mengajar dikelas dengan tidak mengurangi kwalitas pengambilan gambar baik dari sudut pengambilan obyek yang tepat dan bermakna. Sasaran gambar yang perlu menjadi fokus-pengambilan gambar, sangat diwarnai oleh aspek pedagogis dan juga keilmuan mata pelajaran, serta makna lesson study itu sendiri. Demikian pula pada editing gambar, gambar mana yang perlu ditonjolkan penampilannya, bagian gambar yang mana yang harus dijadikan fokus perhatian, sangat diwarnai oleh spesifikasi lesson study. Oleh karenanya baik untuk pengambilan gambar, editing, sampai dengan ke produksi VCD lesson study, perlu melibatkan guru mata pelajaran atau ahli pendidikan yang terkait dengan materi lesson study. Hasil pengamatan, banyak sekolah yang telah memiliki fasilitas untuk VCD production (meskipun belum komplit), namun sangat sedikit (atau bahkan langka) yang telah memanfaatkannya untuk memproduksi VCD. Selain faktor biaya, ketidaktersediaan personel yang mempunyai skill untuk VCD production, menjadikan alasan belum dimanfaatkannya fasilitas-fasilitas ini. Pengalaman juga menunjukkan, bahwa, untuk produksi VCD pembelajaran, sekolah sangat potensial, sangat mungkin melakukannya sendiri, mengingat teknologi dan SDM untuk itu sangat mungkin terjangkau. Bagaimana penyiapan personel untuk VCD production ini yang efektif dan efisien, menjadi pertanyaan kunci dan mendesak, mengingat kegiatan lesson study yang memerlukan sistem dokumentasi dengan baik. Dari pertimbangan dan pemikiran tersebut, dirasakan perlunya penyiapan SDM yang memadai baik kemampuan maupun jumlahnya, baik untuk pengambilan gambar, editing, maupun produksi akhir. Pelatihan pengembangan guru SMP khususnya produksi media VCD pembelajaran untuk para guru-guru, dinilai merupakan langkah yang efektif dan efisien untuk mengoptimalkan keberhasilan pelaksanaan Lesson Study dengen variasi model pembelajaran yang sudah didokumentasikan. Secara sederhana akan dijelaskan Pengenalan berbagai fasilitas pendukung VCD produksi, bagaimana teknik pengambilan gambar yang baik, bagaimana teknik editing gambar, dan bagaimana teknik produksi VCD. 1. Fasilitas yang diperlukan. a. Video Kamera (VHS, Video-8, Hi-8, Digital-8, mini DV) b. Komputer (Idealnya P-IV, 80 Gbyte, Fire Wire IEEE 1396, CD rom RW) c. Soft Ware Editing (Pinacle, Adobe Pramiere, Ulead Video-8, Nero Burning) d. CD blank 700 Mbyte FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 95 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia Gambar-1 Beberapa jenis kaset video VHS, Video-8, Hi8, Digital-8 dan mini DV yang akan ditransver ke CD dalam format VCD. Gambar-2 Software untuk transver film ke vcd dan proses editing yaitu Ulead VideoStudio-8 Gambar-3 Software untuk produksi VCD yaitu Nero Express FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 96 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia II. Teknik Pengambilan Gambar Gambar-4 Pengambilan gambar dengan Video Kamera dengan dipanggul supaya mobilitasnya tinggi. Sebaiknya sebelum pengambilan gambar terlebih dahulu mengetahui bagaimana scenario model pembelajaran yang akan diterapkan, sehingga durasi waktu serta penggambilan gambar yang dianggap penting bisa diprioritaskan. Dalam perencanaan lesson study hendaknya dipertimbangkan penggunaan ruang kelas yang cukup memadai baik pencahayaan dan kekuatan suara. Cahaya yang cukup dan suara yang jelas akan menghasilkan gambar yang terekam dengan jelas dan hasil editing yang baik. Jika cahaya kurang maka cara yang sederhana untuk mengatasinya adalah mengatur menu explosure pada video kamera sedangkan penguatan suara bisa dengan menggunakan micropon atau pengeras suara. Pada dasarnya juru kamera juga dapat berperan sebagai pengarah acara sekaligus pembuat skenario terhadap proses perekaman gambar video. Namun tentu saja hal ini menuntut tambahan kemampuan di dalam memahami situasi kelas dan menyesuaikan perekaman gambar videonya dengan karakteristik materi pelajaran yang sedang disampaikan di kelas. Untuk perekaman gambar yang mampu menangkap kegiatan siswa di kelas diharapkan seorang juru kamera melakukan long shoot, following movement dan close up secara bergantian; dan agar pergantian sesi gambar video satu dengan berikutnya menjadi bagus, maka harus dilengkapi dengan sisipan transisi yang sesuai. Untuk menangkap instruksi guru secara verbal, maka meskipun dilakukan close up ke arah siswa, namun mikrofon tetap diarahkan dekat dengan sumber suara, yang dalam hal ini adalah guru. Zooming in perlu dilakukan ke arah siswa. Seorang juru kamera yang baik haruslah memiliki kreativitas tinggi dan akan selalu berusaha mendapatkan gambar-gambar, sudut pengambilan gambar (angle) dan momen-momen yang maksimal, meskipun demikian dia juga harus menjaga harmoni kegiatan di kelas yang sedang berlangsung agar PBM juga dapat berlangsung sewajar mungkin. Pengambilan gambar obyek yang bergerak di dalam kelas sebaiknya dilakukan dengan variasi gradasi dari long shoot ke close up dengan gerak kamera yang gradual, tidak terlalu cepat. Gerakan kamera yang terlalu cepat pada proses penangkapan gambar akan membuat pusing orang yang melihat hasil rekamannya nanti. Demikian juga halnya apabila terlalu banyak komponen gambar yang dibuat dengan menggerakkan kamera pada saat shooting. Idealnya menggunakan 2 video kamera, satu untuk mengambil gambar pengajar dan yang satu untuk siswa, sehingga interaksi keduanya bisa ditampilkan dalam proses editing. Untuk menjaga kestabilan gambar sebaiknya video kamera diletakkan pada statif saat merekam. Jika hanya mengunakan 1 kamera maka pengambilan gambar hendaknya mengambil posisi dimana pengajar dan siswa dapat terlihat secara keseluruhan, sebaiknya posisi dibelakang ruangan kelas membelakangi siswa dan menghadap pengajar serta meletakkan video kamera diatas lebih tinggi dari kepala siswa peserta didik. FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 97 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia Untuk memperoleh intonasi obyek pengambilan gambar dapat dilakukan dengan mengatur zoom dekat dan jauh seuai dengan kebutuhan. Sebaiknya video kamera dipanggul supaya mobilitas pengambilan gambar bisa leluasa sesuai dengan kebutuhan. Seperti terlihat pada gambar-5. Gambar-5 posisi sudut pengambilan gambar membelakangi siswa. Jika video kamera berada pada posisi dibelakang kelas tidak memungkinkan maka sebaiknya dicari posisi lain dimana guru dan siswa keduanya memungkinkan dapat terlihat walaupun tidak secara keseluruhan. Seperti terlihat pada gambar-6. ga m ba r - 6 sudut pengam bilan gam bar yang t epat dikelas maka perlu Jika siswa melakukan diskusi kelompok atau tugas kelompok pengaturan kursi tempat duduk sedemikian rupa sehingga sudut pengambilan gambar dapat terekam dengan baik. Seperti terlihat pada gambar-7. Gambar-7, posisi sudut pengambilan gambar yang baik untuk tugas kelompok. FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 98 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia III. Teknik Editing dan Produksi VCD Setelah pengambilan gambar video dari proses pembelajaran selesai, kita dapat langsung melihat melalui video kamera yang digunakan atau dihubungkan dengan layar TV. Caranya terlebih dahulu memposisikan menu pada video kamera pada posisi player kemudian merewind sampai posisi awal kemudian tekan play. Evaluator dapat menunjukkan langsung dari hasil rekaman beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam proses pembelajaran yang telah dilangsungkan oleh seorang guru, bahkan seorang guru yang tidak bisa menghadiri melihat Lesson Study dikelas secara langsung bisa memberi kontribusi perbaikan proses belajar dengan melihat hasil dari rekaman video. Selanjutnya video kamera dalam bentuk pita tersebut dapat kita simpan dalam format VCD. Untuk itu diperlukan software pendukung untuk proses editing dan produksi VCD yaitu Ulead Video Studio-8 dan Nero Burning. Setelah semua perangkat keras dan lunak tersedia, berikut urut-urutan cara sederhana untuk memproduksi VCD hasil dokumentasi Lesson Study. a. Mengimpor Gambar ke komputer. Gambar-4, mengimpor film ke komputer 1. Hubungkan DV out atau S Video out video kamera dengan FireWire IEEE 1396 card atau dekoder yang sudah terpasang pada komputer dengan kabel yang kompatible. 2. Memanggil software Ulead Video studio-8, pilih menu VideoStudio editor kemudian tekan Capture kemudian menentukan lama waktu mengimpor film, memilih format AVI ( kualitas gambar yang bagus ukuran pixel 720x576) atau MPEG (kualitas gambar lebih rendah 352x288) tekan menu Capture Video tunggu sampai selesai proses impornya. 3. Setelah impor data selesai bisa diedit dengan mengisi tulisan, suara tambahan dan animasi pendukung sesuai dengan kebutuhan. 4. Setelah itu kita rendering (menggabungkan klip-klip film, tulisan, suara tambahan dalam satu kesatuan film) dengan menekan menu Share kemudian pilih Create Video File pilih menu PAL VCD kemudian mengisi file nama film tekan ok. b. Produksi dan Penggandaan VCD Setelah proses Rendering selesai dengan file berbentuk mpg selanjutnya kita memproduksi film tersebut dalam CD blank (700 Mbyte) dengan menggunakan software Nero Burning. Urut-urutannya sebagai berikut : 1. Panggir software Nero Burning kemudian pilih menu Video-CD Letakkan CD kosong pada drive CD-RW rom, pilih menu new selanjutnya panggil file film yang tersimpan dengan menarik file .mpg menggunakan mouse pada kolom tersedia kemudian pilih menu CD-Burning diakhiri dengan menekan menu Burning. 2. Setelah selesai selanjutnya dapat dilakukan pelabel VCD atau pembuatan cover VCD FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 99 Pelatihan Lesson study bagi Guru-guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA SMP se-Indonesia PENUTUP Akhir kata, semuanya kembali kepada pelaku di balik pembuatan dokumentasi video lesson study itu sendiri. Segala metode dan cara pada prinsipnya akan mempermudah di dalam pemrosesan sebuah dokumen video. Ketekunan dan kemauan untuk senantiasa belajar dari kesalahan dan kekurangan sebelumnya akan menjadi penentu keberhasilan, baik teknisi pelaku pembuat dokumentasi video, para guru yang terlibat di dalam lesson study juga yang tak kalah pentingnya adalah keberhasilan proses pembelajaran selanjutnya. Tidak ada yang akan menjadi lebih baik apabila tanpa mau belajar dari kesalahan dan kekurangan. Selamat mencoba. FMIPA UNY & DIT BINDIKLAT DITJEN PMPTK DEPDIKNAS 100