LiNGUA Vol. 9, No. 1, Juni 2014 – ISSN 1693-4725
BENTUK REPETISI LINGUISTIK DALAM AL-QURAN
Nur Faizi, Syamsul Hadi, Thoyyib
Email: nurfaizin@gmail.com
Universitas Gadjah Mada (UGM), Jl. Humaniora, Bulak Sumur, Yogyakarta
Alamat korespondensi: RT 03 RW 01, Pesantren Bahrul Ulum Getung Turi Lamongan 62252
Abstract: This study discusses the linguistic forms of repetition that occurs in the
Koran. Although there has been much study of repetition (takrâr) in the Koran, this
study differs from previous studies because this study is a comprehensive linguistic
research in the general frame. This makes the study of the Koran as meterial object on
the basis of the Koran is a text language that includes various forms of repetitions
(reps). By descriptive-qualitative method, repetition is studied in hierarchical linguistic
units contained in the general linguistic forms which includes: the phonological
repetition, grammatical repetition, and thematic repetition. This study also shows the
types of repetition. The study found the type of phonological repetition include: rhyme,
alliteration, assonance; the type of grammatical repetition include: reduplication,
repetition of words, phrases, clauses, sentences, and syntax repetition (parallelism); the
type of thematic repetition includes paraphrasing.
Keywords: Shapes, repetition, the Koran
PENDAHULUAN
Hingga dewasa ini ternyata masih
sering muncul anggapan bahwa repetisi
dalam berbahasa adalah sesuatu momok.
Leech
(1969)
juga
menyinggung,
menurutnya,
repetisi
terkadang
mengindikasikan
kurangnya
sumber
kebahasaan seseorang. Leech (1969: 79)
mengatakan repetition sometimes indicates
poverty of linguistic resource . Di sisi lain,
kebanyakan sarjana Islam menganggap
repetisi sebagai kebiasaan orang-orang Arab
dalam perkataan (speech) untuk menguatkan
tujuan dalam doa–doa mereka atau
menyampaikan sesuatu yang diharapkan
terjadi menjadi realitas. Ketika al-Qur`an
turun dengan menggunakan bahasa mereka,
bahasa Arab, maka repetisi ini juga diangap
menjadi nilai i`jāz atau sudut kemukjizatan
al-Quran (Az-Zarkasyi, 1991 :3/9).
Al-Kirmāni w.
( dalam karya
yang berjudul Asrār At-Takrār fil Mutasyābih
al-Qur`ān
membahas
alasan-alasan
balāghiyah (retorik) pada ayat-ayat yang
diulang di dalam al-Quran yang dikaitkan
dengan konteks dan Sabab a`n-Nuzul
kemudian membaginya sesuai surat-surat di
dalam al-Quran. Karya yang mutakhir ditulis
di Mesir oleh al-Qādhi dengan judul alMutasyābih al-Lafdzī fil Qur`ān Ru`yatun Fī atTafsīr Min Khilālil Lughah was Siyāq (2009).
Dalam buku ini, repetisi dibagi menjadi
repetisi kata atau susunan yang tidak
memiliki perubahan sama sekali dan repetisi
yang mengalami perubahan.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari
dan mendeskripsikan bentuk-bentuk repetisi
serta tipe-tipenya di dalam al-Quran secara
komprehensif dengan pendekatan linguistik
umum. Dengan metode kualitatif-deskriptif,
data teks al-Quran yang terdiri berbagai
satuan-satuan non-linguistik itu perlu
dijelaskan secara natural, objektif, dan faktual
serta apa adanya sehingga terbentuk satuansatuan yang bersifat linguistik. Kerangka
hierarki unit-unit linguistik menjadi landasan
teori sehingga akan ditemukan bentuk
repetisi dan tipenya yang tepat dan
menyeluruh dari unit terkecil hingga yang
paling besar.
LiNGUA Vol. 9, No. 1, Juni 2014 – ISSN 1693-4725
METODE
Penelitian ini adalah penelitian
deskriptif-kualitatif. Kualitatif maksudnya
penelitian yang simultan dengan kegiatan
analisis data (Mahsun, 2005:257). Deskriptif
digunakan
untuk
memerikan,
menggambarkan,
menguraikan,
dan
menjelaskan fenomena objek penelitian
(Mulyana, 2005:83). Banyaknya data yang
berupa ayat-ayat al-Quran yang ditelitinya
akan mengharuskan untuk mengontrol dan
mengklasifikasikan apa saja yang akan
dijadikan bahan kemudian dianalisis secara
sistematis.
Objek formal penelitin ini adalah
pengulangan atau repetisi dalam sudut
pandang ilmu bahasa atau linguistik umum.
Sedangkan objek material penelitian ini
berupa al-Quran yang memiliki 114 surat,
6326 ayat (Az-Zarkasyī,
/
. Agar
mendapatkan hasil penelitian yang valid dan
reliable, harus ditentukan sampel surat-surat
al-Quran, baik surat Makkiyah atau
Madaniyah, yang panjang atau yang pendek.
Sampel surat berdasarkan empat pembagian
surat-surat al-Quran: ath-Thiwāl, al-Mi”n, alMatsānī, dan al-Mufashshal. Secara lebih
khusus analisis data akan difokuskan kepada
surat yang paling panjang, yaitu surat alBaqarah. Hal ini dikarenakan asumsi bahwa
bentuk-bentuk repetisi dan fungsinya dapat
lebih komprehensif ditemukan di dalam surat
yang paling panjang di dalam al-Quran
tersebut.
Penelitian berangkat dari hierarkhi
kebahasaan seperti yang dikemukakan
Kridalaksana (1993), penelitian ini akan
membaca data, mencatat, dan menandai
repetisi yang berupa perulangan fonem,
morfem, kata, frasa, klausa dan wacana yang
terdapat di dalam data. Unsur-unsur lingual
yang mengalami perulangan kemudian
dikelompokkan menjadi tiga bentuk: yaitu
bentuk fonologis, bentuk gramatikal dan
bentuk tematik.
PEMBAHASAN
a. Pengertian Repetisi
Repetisi di dalam Ulumul Quran dan
Balaghah pada umumnya didefinisikan sama.
Repetisi adalah penyebutan sesuatu dua kali
atau lebih karena ada tujuan-tujuan (āsyimī,
1999:
202).
Dengan demikian
jika
penyebutan itu diulang dua kali atau lebih
32 | Bentuk Repetisi Linguistik dalam Al-Quran
tanpa ada alasan atau tujuan, maka bukanlah
takrār yang dikehendaki dalam pengertian
Ulumul Quran dan Balaghah, pengulangan
tersebut
disebut
sebagai
tathwīl
(memperpanjang) atau hasyw (pemborosan
kata).
Dalam linguistik, definisi pengulangan
atau repetisi menunjukkan letaknya dalam
kajian linguistik. Kridalaksana (1993 : 165)
mendefinisikan
bahwa
repetisi
atau
pengulangan adalah penggunaan unsur
bahasa beberapa kali berturut-turut sebagai
alat stilistis atau untuk tujuan-tujuan
ekspresif. Sedangkan repetisi menurut
Halliday dan Hasan (1976: 278) adalah
penyebutan kembali satu unit leksikal yang
sama yang telah disebutkan sebelumnya.
Keraf (1984: 127) mendefinisikan
repetisi sebagai perulangan bunyi, suku kata,
kata atau bagian kalimat yang dianggap
penting untuk memberi tenakan dalam
sebuah konteks yang sesuai. Dari perulangan
bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat
itulah kemudian muncul macam-macam jenis
repetisi yang didasarkan kepada tempat
unsur yang diulang dalam baris, klausa atau
kalimatnya.
b. Teori Bentuk Repetisi
Bentuk repetisi yang dimaksud adalah
bentuk satuan linguistik dari satuan terkecil,
yaitu fonem hingga satuan linguistik terbesar,
yaitu wacana yang mengalami pengulangan.
Wacana atai teks ini direalisasikan dalam
bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri
ensiklopedia, dsb.), paragraf, kalimat, atau
kata yang mengandung amanat yang lengkap
(Kridalaksana, 1993: 231). Kedudukan
wacana dalam hierarki kebahasaan dianggap
yang paling tinggi, sehingga kajian wacana
sebagai bagian dari linguistik harus
melibatkan unsur-unsur yang di bawahnya,
seperti fonem, morfem, kata, dan sebagainya.
Dapat digambarkan sebagaimana berikut:
LiNGUA Vol. 9, No. 1, Juni 2014 – ISSN 1693-4725
Hierarki Kebahasaan
wacana
kalimat
klausa
frasa
kata
morfem
fonem
Al-Quran adalah wacana atau teks
kebahasaan yang menjadi pusat kajian Arab
dan Islam sebagaimana teori yang
dikembangkan oleh Abu Zaid (1990) yang
ingin mengkaji al-Quran sebagai teks belaka,
bukan al-Quran yang selalu dilekatkan
dengan kesakralannya (Zaid, 1990: 11).
Dengan kata lain, al-Quran yang sudah
terkodifikasikan dan yang ada sebagaimana
diketahui
dalam
mushhaf.
Meskipun
diketahui bersama bahwa al-Quran sebagai
teks, pada awal pewahyuannya kepada nabi
Muhammad adalah al-Quran yang berupa
teks lisan, namun setelah itu kemudian ditulis
lalu dikodifikasi dan disevbarkan secara
massif pada masa khalifah ketiga, Utsmān )bn
Affān. Pada waktu inilah al-Quran menjadi
teks yang tertulis (Arkoun, 1985: 23).
c. Repetisi Fonologis
Perkataan (speech) itu merupakan
aliran udara yang terus menerus dalam
sekumpulan nafas. Suara atau sebuah kata itu
tidak terpisah dari yang lain, namun harus
terbentuk
dari
satuan-satuan
yang
menyusunnya. Satuan-satuan dasar itu dapat
diurutkan dari yang terkecil menuju yang
terbesar sebagaimana berikut: fonem,
silabel/sukukata, stress group, tone group,
breath group, dan phonological sentence.
Namun, para linguis kebanyakan hanya
membagi satuan fonologi yang menyusun
perkataan menjadi dua, yaitu satuan bunyi
yang disebut fonem dan satuan bunyi yang
disebut silabel/sukukata. (Umar, 1997: 163).
Berdasarkan alasan tersebut, maka dapat
ditemukan
tipe
repetisi
fonologis
sebagaimana berikut:
c.1. Repetisi Fonem dan Silabe
Satuan bunyi fonem adalah satuan
bunyi terkecil yang mampu menunjukkan
kontras makna (Kridalaksana, 1993: 62, AlKh”lī,
92: 209). Fonem terbagi menjadi
dua, segmental dan suprasegmental. Fonem
segmental adalah vokal dan konsonan,
sedangkan fonem suprasegmental adalah
tekanan, nada, atau jeda yang dinamis (Chaer,
2007 : 129, Kridalaksana, 1993: 209). Dalam
bahasa Arab jumlah vokal hanya sedikit
sedangkan jumlah konsonan cukup banyak.
Terdapat dua puluh delapan konsonan dan
tiga vokal ditambah suara panjang. Terdapat
dua konsonan yang lebih tepat disebut
dengan semi-vokal dibandingkan konsonan
murni, yaitu ( ) ya` dan ( ) waw (Holes,
1995: 57).
Silabe atau sukukata adalah satuan
ritmis terkecil dari hasil bunyi-bunyi bahasa
dalam arus udara. Satu silabe biasanya terdiri
dari satu vokal dan satu konsonan atau lebih
(Verhaar, 1996: 59, Chaer, 2007: 123).
Bentuk silabe dalam bahasa Arab hanya
terdapat tiga macam saja, yaitu CV (konsonan
dan vokal), CVC (konsonan vokal konsonan),
dan CVCC (konsonan vokal dobel konsonan).
Tiga silabe ini dapat menjadi enam dengan
menjadikan vokal yang ada di dalamnya
menjadi vokal panjang sehingga menjadi CVV,
CVVC, CVVCC (Umar, 1998: 301 dan Holes,
1995: 76)
c.1.1. Rima
Tipe pertama dari bentuk repetisi
fonologis adalah rima. Rima terjadi dengan
adanya
pengulangan
fonem
atau
sukukata/silabe yang sama pada jarak
tertentu yang mana dalam hal ini terjadi pada
akhir ayat-ayat dalam surat yang disebut
dengan istilah fāshilah. Fāshilah (single) atau
fawāshil (plural) adalah kata-kata yang
menjadi penutup dari setiap ayat sebagai
satuan tertentu dari al-Quran, sebagaimana
qāfiyah syi`ir atau saj` (A`s-Suy”thi,
:
2/260).
Sebagai contoh, fâshilah surat AlBaqarah ditutup dengan fonem konsonan
yang berupa lima macam konsonan, yaitu
mim ( ), nun ( ), ra` ( ), dal ()د, ba` ( ), lam
( ), dan qaf ( ). Surat An-Najmi membentuk
rima fashilah yang menjadikannya sangat
terdengar indah di telinga, dimana fonem
vokal ā yang panjang menjadi penutup ayatNur Faizi, Syamsul Hadi, Thoyyib |
33
LiNGUA Vol. 9, No. 1, Juni 2014 – ISSN 1693-4725
ayatnya. Begitu juga surat-surat pendek
dalam juz ke 30.
Contoh tipe repetisi fonologis juga
berupa pengulangan silabe dalam surat alBaqarah adalah CVVC, yaitu konsonan yang
disusul dengan vokal panjang lalu ditutup
dengan konsonan. Konsonan yang menutup
merupakan konsonan tak berharakat
disebabkan waqaf (berhenti). Pengulangan
silabe CVVC ini menjadi salah satu bentuk
pengulangan fonologis selain pengulangan
fonem.
c.1.2. Aliterasi
Aliterasi adalah pengulangan bunyi
atau huruf yang sama di awal kata-kata yang
berurutan untuk menimbulkan suara musikal
(Al-Kh”li,
:
. Bentuk pengulangan
bunyi, aliterasi ini cukup banyak ditemukan
dalam al-Quran. Misalkan penggunakan
konsonan mim yang dalam ayat-ayatnya.
Begitu juga konsonan lam dan juga konsonan
nun. Sebagai contoh pengulangan konsonan
mim di awal sukukata dan juga akhir kata
adalah pengulangan bunyi mim pada ayat ke
6 surat al-Baqarah juga pada ayat pertama,
yaitu pada kata ( ) alif, lām, mīm (ayat
pertama) yang terjadi bukan secara
kebetulan.
c.1.3.Assonansi
Kridalaksana (1993: 20) menyebutkan
asonansi adalah pengulangan vokal. Dengan
demikian, pengulangan bunyi selain vokal
bukanlah
disebut
sebagai
asonansi.
Sebagaimana
tidak
ditegaskan
letak
pengulangan vokal tersebut dalam satuan
kebahasaan, baik di awal atau akahir kata, di
awal, tengah atau akhir sukukata. Dalam
bahasa Arab klasik, vokal dikenal dengan
istilah harakat. Harakat atau vokal dalam
bahasa Arab hanya terdiri dari 3 vokal
pendek dan 3 vokal panjang, yaitu a, i, u, dan
ā, ”, ī. (Holes, 1985: 57 dan Ryding, 2005: 2530).
Pengulangan
vokal
a
dapat
dicontohkan dengan surat al-Baqarah ayat
60:
حج ف ج
ع
ف
س
سس
ث عش ع
Wa idzi –stasqā m”sā li qaumihī fa qulnā –
dhrib bi `ashāka l-chajara fanfajarat minhu
–tsnatā `ainan
34 | Bentuk Repetisi Linguistik dalam Al-Quran
d. Repetisi Gramatikal
Bentuk repetisi yang selanjutnya
adalah repetisi gramatikal, yaitu tata bahasa,
sistem atau struktur gramatikal yang terbagai
atas morfologi dan sintaksis. Subsistem
morfologi mencakup kata, bagian-bagiannya
dan kejadiannya. Subsistem sintaksis
mencakup satuan-satuan yang lebih besar
dari kata, seperti frasa, klausa, kalimat dan
hubungan di antara satuan-satuan itu.
(Kushartanti ed, 2005 : 7 dan Alwasilah, 2011
: 115).
Dalam hierarki kebahasaan, satuan
atau unsur bahasa yang di atas fonem adalah
morfem. Morfem berasal dari kata morph dan
form yang berarti bentuk terkecil. Morfem
didefinisikan morfem sebagai satuan bentuk
terkecil yang mempunyai arti (Alwasilah,
2011: 116). Terdapat 7 macam proses
morfemis: afiksasi, reduplikasi, komposisi,
konversi, modifikasi internal, suplesi, dan
pemendekan (Chaer, 2003: 177). Dari ketujuh
proses morfemis tersebut yang merupakan
pengulangan morfem adalah reduplikasi.
Dengan demikian pembahasan di sini
difokuskan pada pembahasan reduplikasi.
d.1. Reduplikasi
Tipe repetisi gramatikal reduplikasi
merupakan
proses
morfemis
yang
mengulangi bentuk dasar atau sebagian
bentuk dasar tersebut. Reduplikasi dapat
dibedakan menjadi reduplikasi penuh dan
reduplikasi parsial (Verhaar, 1996 :152).
Reduplikasi dapat dikelompokkan menjadi
dua jenis: paradigmatis dan derivasional.
Contoh menarik dari reduplikasi ini dapat
ditemukan dalam bahasa Indonesia, meja:
meja-meja termasuk paradigma yang sama,
tetapi, kuda: kuda-kuda atau mata: matamata adalah proses derivasional, karena
kebetulan
bentuk
yang
direduplikasi
memiliki makna yang berbeda dari bentuk
dasarnya (Verhaar, 1996 : 152-153).
Pengulangan keseluruhan ini di dalam alQuran
dapat
dicontohkan
dengan
pengulangan dalam QS. al-Fajr: 21-22
sebagaimana berikut:
َدكًا َدكًا
د
)12(
صَفًا صَفًا
) ج ء11(
(21) kallā idzā dukkat al-ardlu dakkandakkan
22 wa jā`a rabbuka wa al-malaku shaffanshaffan
LiNGUA Vol. 9, No. 1, Juni 2014 – ISSN 1693-4725
Reduplikasi parsial selain bentuk di
atas juga ditemukan sejumlah bentuk
reduplikasi parsial yang lain cukup banyak,
misalkan bentuk (wazan)
ع
tafa`ala
(dengan menggandakan konsonan kedua
serta prefiks ta) seperti contoh
tafakkara
(berfikir-fikir); bentuk (wazan) فعif`alla
(dengan mengulang konsonan terakhir)
seperti contoh kata
حichmarra (menjadi
merah); bentuk
فع
af`âlla (dengan
mengulang
konsonan
terakhir
dan
menambah alif sebelumnya) seperti contoh
kata حichmârra (menjadi sangat merah);
bentuk
عtafa`lala (dengan mengulang
silabe terakhirnya) seperti contoh kata
ج
tajalbaba (mengenakan jalabiyah/jilbab);
bentuk فعif`alalla (menglang konsonan
terakhir) seperti contoh kata شعiqsya`arra
(merinding kulit) (Qabâwah, 1998: 119-121).
d.2. Repetisi Kata
Tipe repetisi kata, yaitu repetisi satuan
bahasa yang berada satu tingkat lebih besar
di atas fonem dan morfem. Sebagai satuan
gramatik, kata dapat terdiri dari satu atau
beberapa morfem; satu morfem, dua, atau
tiga bahkan empat morfem. Yang dimaksud
kata adalah satuan bebas yang paling kecil,
atau dengan kata lain, setiap satuan-satuan
bebas merupakan kata (Ramlan, 2012 : 3334). Klasifikasi kata (kalimah; Bahasa Arab)
dalam pandangan tradisional menggunakan
kriteria makna sehingga kata dibedakan
menjadi tiga, yaitu kalimah ism (nomina), fil
(verba), dan harf (konjungsi). Dengan
demikian, kalimah ism adalah kata yang
menyatakan makna dalam dirinya dan tidak
ada kala (masa) yang menyertainya; kalimah
fi`l adalah kata yang menyatakan makna
tindakan yang disertai dengan kala (masa);
kalimat harf adalah kata yang tidak bisa
independen dengan dirinya sendiri (`Umar,
1994: 13, 15, 175, dan 279).
Termasuk dalam kelas kata isim
(nomina) adalah adjektif, adverb, sebagian
preposisi yang berfungsi seperti nomina,
pronound dengan semua tipenya. Termasuk
dalam kelas fiil (verba) adalah fiil yang dalam
bentuk kalimat sederhana yang sempurna
sewaktu disusun bersama pronoun yang
tidak tampak. Begitu juga termasuk dalam
kelas kata harf (konjungsi) adalah semua kata
yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam
kelas kata isim maupun fiil. (Badawi, 2004:
25-26)
Bentuk pengulangan yang disebutkan
Brown dan Yule (1983: 193) serta Alwi
et.al.(1998: 429) berupa pengulangan bentuk
secara keseluruhan (repetited form) dan
repetisi sebagain (partially repeated form),
seperti contoh kata Bapak yang diulang
sebagian dengan kata Pak atau )bu yang
diulang sebagian menjadi Bu , maka peneliti
tidak menemukan pengulangan bentuk kata
yang diulang secara sebagian di dalam data
surat Al-Baqarah.
Dengan kata lain, pengulangan yang
terjadi adalah pengulangan sempurna
(repetied form). Justru pengulangan bentuk
kata yang lain adalah pengulangan dengan
penambahan. Maksudnya sebuah kata
diulang dengan menambahkan kata lain
sehingga menjadi sebuah frasa sebagaimana
terdapat pada contoh QS. al-Baqarah: 38 pada
kata
hudân (petunjuk) yang diulang
menjadi sebuah satuan frasa
hudâya
(petunjukku). Seperti juga pada QS. AlBaqarah berikut ini:
ء
ف
ظ
ح ح
ع
شء
....
سع
- nabadza farîqun mina l-ladzîna ûtu lkitâba
kitâba
–Llâhi
warâ`a
dhuhûrihim
- annâ yakûnu lahu l-mulku `alainâ wa
nachnu achaqqu bi l-mulki minhu wa
lam yu`ta sa`atan mina l-mâl .. wa –
Llâhu yu`tî mulkahû man yasyâ`u.
d.3. Repetisi Frasa
Di dalam buku Jâmi’ ad-Durus alArabiyah karya Al-Ghalâyînî terdapat
pembahasan tentang al-murakkabat, dimana
ada enam macam susunan yang disebutkan:
isnâdiy, idhâfi, `athfîy, mazjiy, `adadiy. Definisi
al-Murakkab yaitu qaulun muallafun min
kalimataini aw aktsara li fâidatin, sawâun
kânat al-fâidatu tâmmatan am nâqishatan.
(perkataan yang tersusun dari dua kata atau
lebih untuk memberi faidah/makna, baik
makna itu sempurna atau kurang) (AlGhalâyînî, 1993: 4).
Frasa didefinisikan sebagai satuan
gramatikal yang berupa gabungan kata yang
bersifat nonpredikatif, atau lazim juga
disebut gabungan kata yang mengisi salah
Nur Faizi, Syamsul Hadi, Thoyyib |
35
LiNGUA Vol. 9, No. 1, Juni 2014 – ISSN 1693-4725
satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. (Chaer,
2003:222).
Ramlan
(2005:
139)
menyebutkan dua sifat bagi frasa. Pertama,
frasa merupakan satuan gramatik yang
terdiri dari dua kata atau lebih. Kedua, frasa
merupakan satau yang tidak melebihi batas
fungsi unsur klausa. Dengan kata lain, frasa
harus terdiri dua kata atau lebih dan
susunannya itu bukanlah susunan yang
bersifat predikatif.
Ditemukan beberapa macam frasa yang
mengalami pengulangan: bentuk frasa verba
yang terbentuk dari kata verba yang
didahului agen kondisional, yang didahului
agen imperatif berupa makna larangan, agen
negatif, agen kala, agen verba-noun; bentuk
frasa nomina yang terbentuk dari kata
nomina yang di-idhafah-kan (annexation)
dengan pronoun, kata nomina yang didahului
agen taukîd (penekanan), nomina yang diberi
atribut (na`at), nomina yang didahului agen
negatif, nomina yang didahului konjungsi
aditif, nomina yang didahului agen taukîd
(penekanan);
bentuk
frasa
bilangan
(numeral) hanya ditemukan satu kali diulang,
yaitu frasa ع
miata `âmin (seratus tahun)
pada ayat 259 surat al-Baqarah; bentuk frasa
keterangan (adverbial) ditemukan banyak
sekali terulang terutama yang terbentuk dari
preposisi
yang
keterangan
yang
menyertainya, dan frasa adeverbial yang
tersusun dari konjungsi koordinatif dengan
adverb.
Bentuk pengulangan frasa secara
keseluruhan dan sebagian seperti yang
disebutkan Brown dan Yule (1983: 193) serta
Alwi et.al.(1998: 429) seperti dalam contoh
Prof. Dr. Setiabudi Gunawan mulai pensiun
bulan ini. Prof. Gunawan merupakan
merupakan satu-satunya guru besar futurisme
di
)ndonesia.
maka
peneliti
dapat
menemukan bentuk frasa nomina yang hanya
diulang bagian depannya saja sebagai contoh
QS. al-Baqarah: 36 sebagaimana berikut:
ٌ ع
ع
ع
ط
ihbithû ba`dhukum li
ba`dhin `aduwwun (turunlah kalian, sebagian
kalian menjadi musuh bagi sebagian (yang
lain)) dimana frasa
عhanya diulang
sebagian ba`dhin. Namun yang pengulangan
itu bukan menunjukkan referen yang sama,
melainkan referen yang justru berbeda dan
bertolak belakang.
Sedangkan pengulangan sebagian frasa
dengan
makna
referen
yang
sama
36 | Bentuk Repetisi Linguistik dalam Al-Quran
sebagaimana yang dimaksudkan dalam oleh
Brown (1983) dan Alwi (1998) dapat
ditemukan pada QS. al-Baqarah: 185 pada
frasa
شsyahru Ramadlân (bulan
Ramadhan) yang diulang kata depannya saja
sehingga menjadi
شasy-syahr (bulan),
meskipun dengan memberikan tambahan
agen definitif berupa al (al ta`rîf li ahd adzdzikr atau al yang mendefinisikan kata yang
disebutkan sebelumnya). Namun satuan kata
yang berupa kata nomina
Ramadlân
tidak diulang dalam kesempatan kedua.
d.4. Pengulangan Klausa dan Kalimat
Al-Khûlî (1982: 42) mendefinisikan
klausa sebagai susunan kebahasaan yang
menyerupai jumlah (kalimat) dalam segi
unsur-unsurnya yang membentuk sebagian
dari kalimat. Terkadang berupa anak kalimat
atau pokok kalimat. Adapun anak kalimat
adalah kalimat kecil yang menduduki sebuah
fungsi dalam kalimat kecil yang pokok,
terkadang berfungsi sebagai atribut (na`at),
nomina, atau keterangan tempat/waktu
(dharf)).
Dalam bahasa Arab, satuan bahasa
kalimat disebut dengan istilah kalam atau
jumlah mufîdah, sedangkan satuan bahasa
klausa dikenal dengan istilah jumailah
(kalimat kecil) atau jumlah ghairu mufîdah
yang mana ada jumailah yang berpotensi
menjadi kalam (kalimat) dan ada yang tidak
berpotensi menjadi kalam (kalimat) (Ma`ruf,
2002: 65). Dengan kata lain, klausa adalah
jumlah sementara kalimat adalah kalam.
Ali et.al. (1998: 311) menyebutkan
bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil,
dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Definisi
ini sama dengan definisi kalimat (kalam)
dalam bahasa Arab pada umumnya, yaitu
susunan yang memberikan faedah (makna)
yang sempurna, terkadang tersusun dari dua
kata atau lebih, setiap kata itu menjadi
bagian/konstituens dari kalam. (Al-Jâjim,
1983: 12).
Macam-macam klausa yang mengalami
pengulangan meliputi klausa perpusat dan
klausa tak perpusat. Bentuk klausa yang
diulang juga mencakup bentuk klausa terikat
dan klausa bebas. Sedangkan repetisi kalimat
juga meliputi bentuk kalimat tunggal dan
kalimat kalimat majmuk dengan tiga
ragamnya; kalimat majmuk koordinatif;
LiNGUA Vol. 9, No. 1, Juni 2014 – ISSN 1693-4725
kalimat majkmuk subordinatif; dan kalimat
majmuk
komplek.
Bentuk-bentuk
pengulangan ini menunjukkan bahwa repetisi
klausa dan kalimat di dalam al-Quran
memiliki beragam tipe.
d.5. Paralelisme
Tipe
repetisi
paralelisme
yaitu
pemakaian kata-kata atau frasa-frasa yang
menduduki fungsi sama dalam bentuk
gramatikal yang sama (Keraf, 1984: 126).
Paralelisme sangat sering dikaitkan dengan
penonjolan, penekanan retorik (Leech, 1996:
67). Paralelisme membantu memberi
kejelasan dalam unsur gramatikal dengan
mempertahankan
bagian-bagian
yang
sederajat dalam kontruksi yang sama (Keraf,
1971: 53).
Contoh tipe repetisi sintaktik atau
paralelisme ini dapat ditemukan dalam QS. alBaqarah: 3-4 :
غ
) (
خ
) (
(3) al-ladzīna yu`minūna bi al-ghaibi wa
yuqīm”na
a`sh-shalāta
wa
mimmā
razaqnāhum yunfiqūn
(4) wa al-ladzīna yu`minūna bi mā unzila
ilaika wa mā unzila min qablika wa bi alākhiratihum yūqinūn.
Jika diamati kedua ayat itu dibentuk
secara paralel untuk memberikan suatu
penekanan terhadap makna yang ingin
disampaikan, yaitu menjelaskan sifat-sifat
orang-orang yang bertakwa pada ayat
sebelumnya. Secara sintaksis, susunan kata
itu dapat diuraikan dalam bentuk dua bentuk
paralel seperti berikut:
غ
kalimat nominal dengan subyek yang
dilesapkan dimana sebelum dilesapkan
adalah غ
kemudian predikat
relatif klausa (
) lalu disambung
dengan kata nomina ( ) غyang didahului
preposisi ( ). Susunan seperti itu persis
dengan ayat
predikat
berupa raltif klausa kemudian disambung
dengan proposisi yang juga masuk pada
relatif klausa. Bentuk paralel juga terlihat di
penunut kedua ayat itu, yaitu pada kalimat
dan kalimat (
) خ
dimana klausa preposisional didahulukan
sebelum kata kerja yang berfungsi sebagai
subyeknya.
Ragam paralelisme ini sangat variatif
karena di dalam bahasa Arab, struktur
sintaksis sangatlah beragam, sehingga ragam
paralelisme yang ditemukan di dalam alQuran juga sangat beragam mulai dari
strukrut yang tidak mengalami perubahasan
gaya bahasa hingga yang struktur yang
memiliki perubahan gaya bahasa.
e. Repetisi Tematik
Tipe repetisi tematik ini adalah
parafrase, yaitu bentuk repetisi yang
memanfaatkan teori tentang pengungkapan
ide atau topik pesan lebih dari satu kali.
Dalam
linguistik,
parafrase
adalah
pengungkapan kembali suatu konsep dengan
cara lain dalam bahasa yang sama, namun
tanpa mengubah maknanya. Parafrase
memberikan kemungkinan kepada penulis
untuk memberi penekanan yang agak
berlainan (Kridalaksana, 2008 dan Al-Khuli,
1982: 201).
Berkaitan dengan makna atau pesan
al-Quran, setidaknya terdapat empat ajaran
keyakinan (tauhid, kerasulan, pahala dan
hukuman, dan eskatologi) yang merupakan
ajaran yang pembahasannya diulang-ulang di
dalam teks al-Quran, baik pada level makro
dalam surat atau teks al-Quran, juga mungkin
diulang pada level mikro dalam sebuah
kalimat (Rouf, 2004: 204). Dengan kata lain,
tema atau topik tersebut mengalami repetisi
di dalam al-Quran yang menuntut untuk
dikaji lebih lanjut.
Contoh parafrasa terjadi di dalam QS. alBaqarah: 23, dimana ayat ungakapan itu
berbicara tentang tema kemukjizatan alQuran sebagaimana berikut:
س
ع ع ف
ف
)1 (
صد
د
ث دع ش ء
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan
tentang Al-Quran yang Kami wahyukan
kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah
satu surat (saja) yang semisal Al-Quran itu
dan ajaklah penolong-penolongmu selain
Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
Tema tentang kemukjizatan al-Quran
ini dapat ditemukan di dalam QS. Y”nus: 38
sebagaimana berikut:
س طع
ث دع
س
ف
ف
) 3(
صد
د
Atau (patutkah) mereka mengatakan
Muhammad membuat-buatnya. Katakanlah:
Nur Faizi, Syamsul Hadi, Thoyyib |
37
LiNGUA Vol. 9, No. 1, Juni 2014 – ISSN 1693-4725
Kalau benar yang kamu katakan itu), maka
cobalah
datangkan
sebuah
surat
seumpamanya dan panggillah siapa-siapa
yang
dapat
kamu
panggil
(untuk
membuatnya) selain Allah, jika kamu orang
yang benar.
Tema yang sama juga diulang dalam QS.
seperti berikut:
ث
عش س
ف
ف
)2 (
صد
د
س طع
دع
Bahkan
mereka
mengatakan:
"Muhammad telah membuat-buat Al-Quran
itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka
datangkanlah sepuluh surat-surat yang
dibuat-buat
yang
menyamainya,
dan
panggillah orang-orang yang kamu sanggup
(memanggilnya) selain Allah, jika kamu
memang orang-orang yang benar.
(”d:
SIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa repetisi
terjadi dalam semua level unit-unit
kebahasaan sebagaimana disebutkan dalam
hierarki kebahasaan secara umum. Pertama
pada level fonem dan silabel/sukukata
repetisi membentuk rima pada fâshilah ayatayat Al-Quran, baik itu di dalam surat-aurat
Makkiyah maupun Madaniyyah. Sedangkan
dalam intra ayat, repetisi pun terjadi dalam
bentuk aliterasi dan asonansi yang sangat
jelas di dalam ayat-ayatnya.
Pada level gramatikal, repetisi
pertama dapat dilihat dalam bentuk repetisi
morfem. Repetisi morfem ini berfungsi secara
sitemik untuk membentuk kata baru melalui
proses morfemis yang disebut dengan
reduplikasi, baik recuplakasi total maupun
reduplikasi parsial. Pada level yang lebih
besar, repetisi kata dalam semua kelasnya
pun terjadi, baik dalam bentuk yang sama
namun kebanyakan dalam bentuk yang
berbeda.
Frasa yang merupakan satuan atau
unit kebahasaan yang lebih besar dari kata
pun mengalami repetisi di dalam al-Quran.
Terdapat banyak bentuk frasa yang
mengalami pengulangan, baik itu frasa verbal,
nominal, numeral, ataupun adverbial. Klausa
dan kalimat mengalami repetisi dalam
sebuah topik atau tema al-Quran. Begitu juga
pada level tema atau topik, tema al-Quran
seringkali mengalami pengulangan di dalam
surat yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghalayīnī, Musthafā,
Al-(āsyimī, As-Sayyid,
, Jāmu`id Dur”s Al-Arabiyyah, Darul Kutub Ilmitah, Beirut.
, Jawāhir Al-Balāghah, Al-Maktabah Al-Ashriyah, Beirut.
Al-Jârim, Ali, Amin, Mushthafa, 1983, An-Nachwu Al-Wâdhich, Dar Al-Kutub AtTurâtsiyyah, Beirut.
Al-Kh”li, Muhammad Ali
, A Dictionary of Theoritical Linguistics, Beirut, Libanon.
Al-Kirmāni, Machm”d, tthn, Asrār At-Takrār Fi Al-Qur`ān, Maktabah )lmiyah, Beirut. Libanon.
Al-Qaththān, Mannā`,
, Mabāchits Fī `Ul”mil Qur`ān, Wahbah, Kairo, Mesir.
Alwi, Hasan, Soenjono Darjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton M. Moeliono. 1998. Kohesi dan
Koherensi. Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
Anis, Ibrahin, Dr., 1987, al-Ashwât Al-Lughawiyah, Maktabah Dar A`n-Nahdhah, Kairo Mesir.
Arkoun, Muhammad, 1985, Al-Fikr Al-`Arabī, trj, `Adil Al-Awwa, Mansyurat `Uwaidat, Bairut.
38 | Bentuk Repetisi Linguistik dalam Al-Quran
LiNGUA Vol. 9, No. 1, Juni 2014 – ISSN 1693-4725
As-Sa`rân, Muhmmad, 1962, Ilm Al-Lughah; Muqaadimah Li Al-Qârî` Al-`Arabî, Dar A`n-Nahdhah Li
Ansyr, Beirut, Libanon.
As-Suy”thi, Jalaluddin,
Az-Zarkasyi, Burhānuddin,
, Al-)tqān Fī Ul”mil Qur`ān, Darul Kutub )lmiyah, Bairut, Libanon.
, Al-Burhān Fī Ul”mil Qur`ān, Wahbah, Kairo Mesir.
Badawi, Elsaid et al, 2004, Modern Written Arabic; A Comprhensivr Grammar, Routledge, London
and New York.
Basyar, Kamal, 1998, Dirâsât Fî `Ilm Al-Lughah, Dâr Gharib Li Ath-Thiba`ah Wa A`n-Nasyr, Kairo
Mesir.
Brown, Gillian dan Yule, Goerge, 1983, Discourse Analysis, Cambrige University Press, Sydney.
Chaer, Abdul, dan Agustina, Leonie, 2004, Sosiolinguistik: Perkenalan Awal, Rineka Cipta, Jakarta.
----------------, 2007, Linguistik Umum, Rineke Cipta, Jakarta
Cook, Guy, 1989, Discourse, Oxford University Press, New York.
Halliday, M.A.K dan Hasan, Ruqaiya, 1976, Cohesion In English, Longman Grpoup, Hong Kong.
Holes, Clive, 1995, Modern Arabic Structures, Functions, and Varieties, Grorgetwon University
Press, Washinton. DC.
Hassan, Tammam, 1993, Al-Bayān Fī Rawā`i`il Qur`ān, Alamul Kutub, Kairo, Mesir.
----------------------, 1986, Manâhij al-Bachts fî Al-Lughah, Dâr Ats-Taqâfah, Kairo Mesir.
)bnu Asy”r, Thāhir,
, Tafsīr A`t-Tachrīr wa A`t-Tanwīr, Dar Tunisiyyah Li A`n-Nasyr, Tunis.
)bnu Taimiyah, Taqiyyudin, tthn, Majumu` Fatawā Kubrā, Darul Chadits, Kairo.
Ibnu Qayyim, Muhammad bin Abu Bakar, 1996, Badâi` Al-Fawâ`id, Mushthafa Al-Bâz, Makkah.
Keraf, Gorys, 1984, Diksi dan Gaya Bahasa, Gramedia, Jakarta.
----------------, 1971, Komposisi, Penerbit Nusa Indah, Flores NTT (2004 cet. XIII)
Kushartanti, Untung Yuwono, 2005, Pesona Bahasa; Langkah awal Memahami Linguistik, Gramedia,
Jakarta.
Kridalaksana, Harimurti, 1993, Kamus Linguistik, Gramedia, Jakarta.
Leech, Greoffrey N, 1969, A Linguistic Guide To English Poetry, Longman, London, New York.
Mahsun, 2005, Metode Penelitian Bahasa; Tahapan Strategi, Metode dan Tekniknya, Rajawali Pers,
Jakarta.
Mulyana, 2005, Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis Wacana, Tiara
Wacana, Yogyakarta.
Nur Faizi, Syamsul Hadi, Thoyyib |
39
LiNGUA Vol. 9, No. 1, Juni 2014 – ISSN 1693-4725
Qabâwah, Fakhr A`d-Dîn, 1998, Tashrîf Al-Asmâ wa Al-Af`âl, Mkatbah Al-Ma`arif, Beirut.
Ramlan, Prof, 2012, Morfologi; Suatu Tinjauan Deskriptif (cet 14), CV. Karyono- Yogyakarta.
........................., 2005, Sintaksis, Ilmu Bahasa Indonesia (cet. Ke 9), CV. Karyono- Yogyakarta.
Veerhar, J.W.M, 1996, Asas-Asas Linguistik Umum, UGM Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Zaid, Nashr (amid,
, Mafh”m An-Nash, Hai`ah Kutub Al-Mishriyyah, Kairo.
`Umar, Ahmad Mukhtar, et.al, 1994, Al-Nachw Al-Asāsī, Dzat A`s-Salasil, Kuwait.
------------------------------, 1998, Dirâsât A`sh-Shawt Al-Lughawî, Alam Al-Kutub, Kairo.
40 | Bentuk Repetisi Linguistik dalam Al-Quran