Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Kurikulum reggio emilia diciptakan oleh Loris Malaguzzi dan para orang tua di daerah sekitar Reggio Emilia di Italia setelah Perang Dunia II. Saat itu, karena jumlah angkatan kerja pria berkurang akibat perang, para wanita terpaksa menjadi tenaga kerja di pabrik-pabrik dan industri. Ditambah dengan kondisi penuh kehancuran, para orang tua merasa perlu ada pendekatan baru terhadap cara mengajar anak-anaknya. Para orang tua ini merasa bahwa pada tahun-tahun awal perkembangan anaknya lah mereka membentuk diri mereka sebagai seorang individu. Pada kurikulum reggio emilia ini menggunakan filosofi teori john dewey, teori piaget dan vygotsky. Model pembelajaran Reggio Emilia membantu anak-anak untuk belajar dengan membangun konstruksi pembelajarn mereka sendiri, dimana anak-anak dapat belajar sesuai dengan tingkatan usianya yang semuanya dilakukan dengan cara berpikir yang rkspresif, komunikatif dan ilmiah. Model pembelajaran Reggio Emilia merupakan sebuah model pembelajaran yang mengarah kepada kepentingan dari anak itu sendiri secara seutuhnya. Model pembelajaran Reggio Emilia menerapkan pembelajaran proyek yang merupakan pengkajian yang lebih mendalam mengenai topik atau konsep yang sangat berarti bagi anak. Proyek dapat dilakukan oleh anak-anak selama beberapa hari atau beberapa minggu. Proyek yang diambil oleh anak-anak berdasarkan pada pengalaman dan konsep nyata kehidupan. Perencanaan berdasarkan model pembelajaran proyek berusaha meningkatkan proses berpikir anak, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan negosiasi-sosial. Prinsip model pembelajaran Reggio Emilia adalah sebagai berikut: 1. Kurikulum emergent Kurikulum dibangun berdasarkan minat anak-anak. Topik untuk pembelajaran diperoleh melalui pembicaraan dengan anak-anak, sampai kepada masyarakat atau peristiwa
2016 •
The curriculum is a written plan based on the principles of child development program in accordance with the standards of achievement, which contains the ultimate goal of development and learning of children, the experience gained when children reach the goal. The role of teachers and parents in achieving the objectives, materials needed for the implementation of the curriculum. Approach Reggio Emilia to early childhood education is committed to the manufacturing environment for learning that will enhance and facilitate the establishment of the power of thinking of children through the establishment of all expression, communication, and cognitive language or “through the synthesis of all the expressive, communicative, and cognitive languages”. Reggio Emilia approach to early childhood education has attracted perhatianpendidik, researchers and almost anyone who is interested in early childhood education with the best practices. The National Association for the Education of Young Chil...
This study aims to describe the ability of inquiry held by elementary school students at the time given inquiry-based activities. The method used is a qualitative descriptive conducted in one of the elementary schools in the city of Palembang, South Sumatra. The data collection is done by providing inquiry-based student activity sheet containing seven stages of activity. Sheets inquiry activities done by the students of Class I to Class IV Elementary School. Total student working inquiry activity sheet totaled 178 people. The results showed that there are five faculties of inquiry that arise and have a difference in every level of ability from Class I-Class VI. Fifth ability of inquiry that emerged is experiencing growth of the number of students who mastered at each level and the composition of each capability. Classically students at the level of Class I and Class II is not yet mastered the ability of inquiry. Keywords: the ability of an inquiry, the elementary school students Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kemampuan inkuiri yang dikuasai siswa Sekolah Dasar pada saat diberikan kegiatan berbasis inkuiri. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang dilaksanakan di salah satu Sekolah Dasar di kota Palembang, Sumatera Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan siswa lembar kegiatan berbasis inkuiri yang berisi tujuh tahapan kegiatan. Lembar kegiatan inkuiri dikerjakan oleh siswa Kelas I hingga Kelas IV Sekolah Dasar. Total keseluruhan siswa yang mengerjakan lembar kegiatan inkuiri berjumlah 178 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat lima kemampuan inkuiri yang muncul dan memiliki perbedaan pada setiap kemampuan dari tingkatan Kelas I-Kelas VI. Kelima kemampuan inkuiri yang muncul ini mengalami perkembangan dari jumlah siswa yang menguasai pada setiap jenjang dan komposisi pada setiap kemampuan. Secara klasikal siswa pada tingkatan Kelas I dan Kelas II dikatakan belum menguasai kemampuan inkuiri. Kata kunci : kemampuan inkuiri, siswa sekolah dasar PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang alam beserta isinya. Materi dalam pembelajaran IPA merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari kita dan kehidupan sehari-hari kita merupakan bagian dari pembelajaran IPA. Secara hakikatnya IPA memiliki tiga dimensi penting yang saling terkait, yaitu produk, proses dan sikap (Sulistyorini, 2007, hlm 9). Ketiga hal tersebut merupakan keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan dan harus muncul dalam pembelajaran IPA. Untuk dapat memunculkan ketiga hal tersebut dalam pembelajaran IPA dianjurkan menggunakan metode ilmiah. Menurut Kemendikbud (2013, hlm 1) bahwa metode ilmiah merujuk pada mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serial aktivitas pengoleksian data melalui observasi dan ekperimen, kejadian memformulasi dan menguji hipotesis. Hal ini artinya bahwa setelah mempelajari IPA dengan metode ilmiah, siswa diharapkan memiliki kemampuan dalam melakukan penyelidikan tentang fenomena pada kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan pendapat Wisudawati dan Eka (2014, hlm
Emosi pramuniaga terbagi menjadi 2 yakni emosi yang di permukaan dan emosi dari dalam. Dan yang terbaik adalah mengelola emosi dari dalam.
Mencoba menjelaskan bahwa begitu penting memberikan pemahaman bahwa kita perlu melakukan pendampingan secara khusus kepada orang yang akan menghadapi kematian dan serta mengubah pola pikir dari orang yang akan menghadapi kematian tersebut.
2023 •
Workplace Review
Motivational Dynamics: Understanding the perceptions of self and others in the Canadian Lodging Industry2019 •
Faculty of Philosophy, Skopje
On the Cross-Path of Cultural Ideas. Macedonia, the Balkans, Southeast Europe – Heritage, Management, Resources2020 •
JIEEC: Journal of Islamic Education for Early Childhood
Peran Guru PAUD dalam Menstimulasi Perkembangan Bahasa Anak pada Kelompok B Usia 5-6 TahunCULTUR - Revista de Cultura e Turismo
A PERCEPÇÃO DA PAISAGEM TURÍSTICA DE OURO PRETO/MG2024 •
Scholars Journal of Medical Case Reports
Closed Trauma on Retractile TestisMaritime Studies
Raise the dikes and re-use the past? Climate adaptation planning as heritage practice2021 •
2020 •
2014 International Conference on Big Data and Smart Computing (BIGCOMP)
Realistic team formation using navigation and homophily2014 •