Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Anekdot ialah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Ada pengertian lain bahwa anekdot dapat merupakan cerita rekaan yang tidak harus didasarkan pada kenyataan yang terjadi di masyarakat. Yang menjadi partisipan atau pelaku di dalamnya pun tidak harus orang penting. Teks anekdot juga dapat berisi peristiwa yang membuat jengkel atau konyol partisipan yang mengalaminya. Perasaan jengkel dan konyol seperti itu merupakan krisis yang ditanggapi dengan reaksi dari pertentangan antara nyaman dan tidak nyaman, puas dan frustrasi, serta tercapai dan gagal. Baca juga: Struktur Teks Cerita Sejarah (Materi Kelas XII SMA) Teks anekdot memiliki ciri: 1. Strukturnya terdiri atas: Abstraksi, Orientasi, Krisis, Reaksi, Koda; 2. Memuat informasi berdasarkan fakta (faktual) yang dijadikan lelucon; 3. Sumber karangan ini dapat diperoleh dari pembicaraan berkenaan dengan layanan publik di bidang hukum, sosial, politik, dan lingkungan.  Berikut contoh teksnya: Seorang dosen fakultas hukum suatu universitas sedang memberikan kuliah hukum pidana. Suasana kelas biasa-biasa saja. Saat sesi tanya-jawab tiba, Ali bertanya kepada pak dosen.“Apa kepanjangan KUHP, Pak?” Pak dosen tidak menjawab sendiri, melainkan melemparkannya kepada Ahmad. “Saudara Ahmad, coba dijawab pertanyaan Saudara Ali tadi,” pinta pak dosen. Dengan tegas Ahmad menjawab, “Kasih Uang Habis Perkara, Pak …!” Mahasiswa lain tentu tertawa, sedangkan pak dosen hanya menggeleng-gelengkan kepala seraya menambahkan pertanyaan kepada Ahmad, “Saudara Ahmad, dari mana Saudara tahu jawaban itu?” Dasar Ahmad, pertanyaan pak dosen dijawabnya dengan tegas, “Peribahasa Inggris mengatakan pengalaman adalah guru yang terbaik, Pak …!” Semua mahasiswa di kelas itu tercengang. Mereka berpandang-pandangan. Lalu, mereka tertawa terbahak-bahak. Gelak tawa mereda. Kelas kembali berlangsung normal. Struktur teks: - Abstraksi: "Seorang dosen memberikan......dst." - Orientasi: "Suasana kelas biasa......dst." - Krisis: "KUHP dipelesetkan menjadi “Kasih......dst." - Reaksi: "Mahasiswa tercengang dan......dst." - Koda: "Kelas kembali berlangsung......dst."1  Anekdot adalah sebuah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau terkenal berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Ada pengertian lain bahwa Anekdot dapat merupakan cerita rekaan yang tidak harus didasarkan pada kenyataan yang terjadi di masyarakat. Yang menjadi partisipan atau pelaku didalamnya pun tidak harus orang penting. Selain itu, Teks Anekdot juga dapat berisi peristiwa-peristiwa yang membuat jengkel atau konyol bagi partisipan yang mengalaminya. Perasaan jengkel dan konyol seperti itu merupakan krisis yang ditanggapi dengan reaksi dari pertentangan antara nyaman dan tidak nyaman, puas dan frustasi, serta tercapai dan gagal. Anekdot juga merupakan karangan berjenis narasi yang ralatif pendek yang mengandung kelucuan. Kelucuan  itu bisa dibentuk dengan mengemukakan kebodohan, kesalahpahaman, kesalah dengaran, ketidak tahuan, kesombongan, kecelakaan akibat ulah sendiri, dsb. Anekdot biasanya disampaikan dengan tujuan untuk menghibur, atau menyindir sekaligus menghibur. Anekdot sering muncul sebagai refleksi terhadap kegelisahan masyarakat atas peristiwa atau fenomena sosial, ekonomi, hukum, maupun politik yang membelit pikiran, yang membuat imaginasi berkembang menjadi cerita unik yang disebut anekdot. Anekdot biasanya berbentuk kisah yang sangat pendek, jauh lebih pendek daripada cerpen. Bisa disampaikan secara monolog, dialog, atau campuran keduanya. Unsur-unsur di dalam Anekdot : 1.       Latar atau Setting Tempat atau lokasi terjadinya kisah, bisa ditambahkan waktu atau situasi. 2.       Tokoh atau Pelaku Atau Partisipan Orang-orang yang terlibat dalam kisah. 3.       Alur Rangkaian kejadian atau peristiwa yang membentuk kisah, mulai dari :          Abstrak          Orientation          Event          Crisis          Reaction          Coda          Re-Orientation 4.       Sudut Pandang atau Point of View Yaitu dimana penulis menempatkan diri pada kisah, apakah sebagai pelaku utama, pelaku sampingan, atau orang diluar kisah. 5.       Tema atau Topik Inti cerita. 6.       Amanat Pesan moral. Struktur teks Anekdot : 1.       Abstraksi Adalah bagian awal yang berisi isyarat tentang apa yang akan diceritakan berupa kejadian yang tidak lumrah atau tidak biasa. 2.       Orientation Adalah bagian yang berisi pendahuluan atau pembuka yang berupa pengenalan tokoh, waktu dan tempat. 3.       Krisis Adalah bagian yang berisi pemunculan masalah. 4.       Reaksi Adalah bagian yang berisi tindakan atau langkah untuk merespon masalah uang biasanya nyeleneh atau unik. 5.       Koda Adalah bagian yang berisi perubahan yang terjadi pada tokoh dan pelajaran yang dapat dipetik dari cerita. Unsur Kebahasaan dalam Anekdot :   Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang membuat pembaca tertawa geli atau setidaknya tersenyum bahkan membuat jengkel dan konyol.   Sering menggunakan pertanyaan Retorik yaitu pertanyaan yang tidak perlu dijawab.   Kosakata yang digunakan diwarnai kata-kata gaul yaitu kata-kata yang digunakan dalam situasi akrab. Misalnya, Kenapa, biarin, gitu, enggak, dsb.   Verba material sering dipakai untuk menyatakan kegiatan fisik seperti menulis, membaca, memukul, dsb.   Kadang digunakan majas (gaya bahasa) metafora dan personifikasi.          Majas metafora adalah majas yang menggunakan kata atau kelompok kata untuk menyatakan perbandingan berdasarkan persamaan. Contoh, Pemuda adalah tulang punggung negara.          Majas personifikasi adalah majas yang mengumpamakan benda mati sebagai orang atau hidup. Contoh, Lenceng menjerit-jerit.   Konjungsi yang sering digunakan adalah konjungsi temporal yang menyatakan urutan waktu. Contoh, kemudian, lalu, setalah itu, dsb. Dan juga Konjungsi akibat. Contoh, maka, jadi, oleh karna itu, dsb. Anekdot adalah sebuah cerita singkat dan lucu atau menarik, yang mungkin menggambarkan kejadian atau orang sebenarnya. [1] Anekdot bisa saja sesingkat pengaturan dan provokasi dari sebuah kelakar. Anekdot selalu disajikan berdasarkan pada kejadian nyata [2] melibatkan orang-orang yang sebenarnya, apakah terkenal atau tidak, biasanya di suatu tempat yang dapat diidentifikasi. Namun, seiring waktu, modifikasi pada saat penceritaan kembali dapat mengubah sebuah anekdot tertentu menjadi sebuah fiksi, sesuatu yang diceritakan kembali tapi "terlalu bagus untuk nyata". Terkadang menghibur, anekdot bukanlah lelucon, karena tujuan utamanya adalah tidak hanya untuk membangkitkan tawa, tetapi untuk mengungkapkan suatu kebenaran yang lebih umum daripada kisah singkat itu sendiri, atau untuk melukiskan suatu sifat karakter dengan ringan sehingga ia menghentak dalam kilasan pemahaman yang langsung pada intinya. Novalis mengamati "Eine Anekdote ist eines historisches Elemen - ein historisches Molekül oder Epigramm".[3] Sebuah monolog singkat yang diawali "Seorang pria muncul di sebuah bar ..." akan menjadi lelucon. Sebuah monolog singkat yang diawali "Setelah J. Edgar Hoover muncul di sebuah bar ..." akan menjadi sebuah anekdot. Dengan demikian sebuah anekdot lebih dekat dengan tradisi tamsil daripada dongeng yang secara terbuka diciptakan dengan karakter hewan dan tokoh manusia yang umum -- tetapi ia berbeda dengan perumpamaan dalam spesifisitas sejarah yang diklaimnya. Anekdot terkadang bersifat sindiran alami. Di bawah rezim otoritarian di Uni Soviet berbagai macam anekdot politik tersebar di masyarakat sebagai satu-satunya cara untuk membuka dan mencela kejahatan dari sistem politik dan pemimpinnya. Mereka mentertawakan kepribadian Vladimir Lenin, Nikita Khrushchev, Leonid Brezhnev, dan pemimpin Soviet lainnya. Pada zaman Rusia modern ada banyak anekdot tentang Vladimir Putin. [4] Kata 'anekdot' dalam (Yunani: ἀνέκδοτον "tidak diterbitkan", secara harfiah "tidak dikeluarkan") berasal dari Procopius of Caesarea, penulis biografi dari Justinian I, yang membuat sebuah karya berjudἈνέκδοτα (Aul nekdota, secara beragam diterjemahkan dengan Memoar yang tak diterbitkan atau Kisah Rahasia), yaitu sebuah koleksi kejadian-kejadian singkat dari kehidupan pribadi dari istana Bizantin. Secara bertahap, makna anekdot dipakai [5] untuk setiap kisah singkat yang digunakan untuk menekankan atau mengilustrasikan apapun poin yang si penulis inginkan.[6] Situs Anecdotage.com mengandung ribuan anekdot. Daftar isi   [sembunyikan]  1Kualifikasi sebagai bukti 2Contoh Anekdot 3Lihat juga 4Referensi Kualifikasi sebagai bukti[sunting | sunting sumber] Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bukti secara anekdot Bukti secara anekdot yaitu sebuah catatan tidak resmi dari bukti dalam bentuk sebuah anekdot. Istilah ini sering digunakan berlawanan dengan bukti ilmiah, sebagai bukti yang tidak dapat diinvestigasi menggunakan metode ilmiah. Permasalahan dalam berargumen berdasarkan bukti secara anekdot adalah bukti anekdot tidak lah harus khusus; hanya bukti secara statistik yang dapat menentukan kekhususan sesuatu. Penyalahgunaan bukti secara anekdot adalah sebuah kesalahan logika. Bila digunakan dalam iklan atau promosi suatu produk, jasa, atau ide, bukti secara anekdot sering disebut dengan testimoni dan dilarang dalam beberapa yurisdiksi.[butuh rujukan]Istilah ini terkadang digunakan dalam konteks legal untuk menjelaskan beberapa bentuk kesaksian. Ahli Psikologi telah menemukan bahwa orang lebih memungkinkan mengingat contoh-contoh yang penting daripada contoh yang khusus. Contoh Anekdot[sunting | sunting sumber] Anekdot memang tidak sepopuler puisi maupun pantun. Namun anekdot terkadang berisi humor, kritik, dan pendapat yang terkesan tegas, nyata, namun tetap menggelitik dan menghibur. Salah satu anekdot yang paling terkenal adalah anekdot "Hukum Peradilan" Anekdot Hukum Peradilan Pada zaman dahulu di suatu negara (yang pasti bukan negara kita) ada seorang tukang pedati yang rajin dan tekun. Setiap pagi dia membawa barang dagangan ke pasar dengan pedatinya. Suatu pagi dia melewati jembatan yang baru dibangun. Namun sayang, ternyata kayu yang dibuat untuk jembatan tersebut tidak kuat. Akhirnya, tukang pedati itu jatuh ke sungai. Kuda beserta dagangannya hanyut. Si Tukang Pedati dan keluarganya tidak terima karena mendapat kerugian gara-gara jembatan yang rapuh. Kemudian, mereka melaporkan kejadian itu kepada hakim untuk mengadukan si Pembuat Jembatan agar dihukum dan memberi uang ganti rugi. Zaman dahulu orang dapat melapor langsung ke hakim karena belum ada polisi. Permohonan keluarga si Tukang Pedati dikabulkan. Hakim memanggil si Pembuat Jembatan untuk diadili. Namun, si Pembuat Jembatan tentu protes dan tidak terima. Ia menimpakan kesalahan kepada tukang kayu yang menyediakan kayu untuk bahan jembatan itu. Kemudian, hakim memanggil si Tukang Kayu. Sesampainya di hadapan hakim, si Tukang Kayu bertanya kepada hakim "Yang Mulia Hakim, apa kesalahan hamba sehingga hamba dipanggil ke persidangan?" Yang Mulia Hakim menjawab, "Kesalahan kamu sangat besar. Kayu yang kamu bawa untuk membuat jembatan itu ternyata jelek dan rapuh sehingga menyebabkan seseorang jatuh dan kehilangan pedati beserta kudanya. Oleh karena itu, kamu harus dihukum dan mengganti segala kerugian si Tukang Pedati." Si Tukang Kayu membela diri, "Kalau itu permasalahannya, ya jangan salahkan saya, salahkan saja si Penjual Kayu yang menjual kayu yang jelek." Yang Mulia Hakim berpikir, "Benar juga apa yang dikatakan si Tukang Kayu ini. Si Penjual Kayu inilah yang menyebabkan tukang kayu membawa kayu yang jelek untuk si Pembuat Jembatan. " Lalu, hakim berkata kepada pengawalnya, "Hai pengawal, bawa si Penjual Kayu kemari untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya!" Pergilah si Pengawal menjemput si Penjual Kayu. Si Penjual Kayu dibawa oleh pengawal tersebut ke hadapan hakim. "Yang Mulia Hakim, apa kesalahan hamba sehingga dibawa ke sidang pengadilan ini?" kata si Penjual Kayu. Sang Hakim menjawab, "Kesalahanmu sangat besar karena kamu tidak menjual kayu yang bagus kepada si Tukang Kayu sehingga jembatan yang dibuatnya tidak kukuh dan menyebabkan seseorang kehilangan kuda dan barang dagangannya dalam pedati. " Si Penjual Kayu menjawab, "Kalau itu permasalahannya, jangan menyalahkan saya. Yang salah pembantu saya. Dialah yang menyediakan beragam jenis kayu untuk dijual. Dialah yang salah memberi kayu yang jelek kepada si Tukang Kayu itu." Benar juga apa yang dikatakan si Penjual Kayu itu. "Hai pengawal bawa si Pembantu ke hadapanku!" Maka si Pengawal pun menjemput si Pembantu. Seperti halnya orang yang telah dipanggil terlebih dahulu oleh hakim, si Pembantu pun bertanya kepada hakim perihal kesalahannya. Sang Hakim memberi penjelasan tentang kesalahan si Pembantu yang menyebabkan tukang pedati kehilangan kuda dan dagangannya sepedati. Si Pembantu tidak secerdas tiga orang yang telah dipanggil terlebih dahulu sehingga ia tidak bisa memberi alasan yang memuaskan sang Hakim. Akhirnya, sang Hakim memutuskan si Pembantu harus dihukum dam memberi ganti rugi. Berteriaklah sang Hakim kepada pengawal, "Hai, Pengawal, masukkan si Pembantu ini ke penjara dan sita semua uangnya sekarang juga!" Beberapa menit kemudian, sang Hakim bertanya kepada si Pengawal, "Hai, Pengawal apakah hukuman sudah dilaksanakan?" Si Pengawal menjawab, "Belum, Yang Mulia, sulit sekali untuk melaksanakannya." Sang Hakim bertanya, "Mengapa sulit? Bukankah kamu sudah biasa memenjarakan dan menyita uang orang?" Si Pengawal menjawab, "Sulit, Yang Mulia. Si Pembantu badannya terlalu tinggi dan gemuk. Penjara yang kita punya tidak muat karena terlalu sempit dan si Pembantu itu tidak punya uang untuk disita." Sang Hakim marah besar, "Kamu bego amat! Gunakan dong akalmu, cari pembantu si Penjual Kayu yang lebih pendek, kurus, dan punya uang!". Kemudian,si Pengawal mencari pembantu si Penjual Kayu yang lain yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang. Si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang bertanya kepada hakim, "Wahai, Yang Mulia Hakim. Apa kesalahan hamba sehingga harus dipenjara?" Dengan entengnya sang Hakim menjawab,"Kesalahanmu adalah pendek, kurus, dan punya uaaaaaang!!!" Setelah si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang itu dimasukkan ke penjara dan uangnya disita, sang Hakim bertanya kepada khalayak ramai yang menyaksikan pengadilan tersebut, "Saudara-saudara semua, bagaimanakah menurut pandangan kalian, peradilan ini sudah adil?" Masyarakat yang ada serempak menjawab, "Adiiiiilll!!!!" Teks anekdot memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Bersifat humor atau lelucon Lebih dekat dengan perumpamaan tentang dongeng Menampilkan karakter hewan dan figur manusia pada umumnya dan sering terhubung dengan realitas, meskipun perumpamaan dan anekdot tentu berbeda dalam kekhususan sejarah mereka Teks anekdot memiliki 5 struktur, diantaranya: Abstraksi, adalah bagian awal paragraf yang berfungsi memberikan gambaran tentang isi teks. Biasanya menunjukkan keunikan dalam teks. Orientasi, adalah bagian yang menunjukkan awal cerita atau latar belakang terjadinya peristiwa. Krisis, adalah bagian dimana hal yang menarik ataupun hal yang tidak biasa terjadi pada tokoh cerita. Reaksi, adalah bagian yang berisi cara penulis atau tokoh cerita menyelesaikan masalah pada bagian krisis. Koda, adalah bagian dari akhir cerita. Bagian ini dapat berisi kesimpulan mengenai kejadian yang terjadi pada tokoh cerita. Contoh Teks Anekdot Berikut kami sajikan salah satu contoh teks anekdot untuk Anda: Presiden dan Burung Beo Ada dua orang presiden yang terlibat dalam sesi tanya jawab dan suasananya cukup mengherankan. Presiden 1: “Ada burung Beo yang sudah diajarkan dua bahasa sekaligus, dan burung Beo tadi bisa menirukan dengan bagus, satu bahasa Inggris dan yang ke dua bahasa Rusia. Jadi kalau ditarik kakinya yang kanan, burung Beo akan biacara bahasa Inggris dan kalau ditarik kakinya yang kiri burung Beo akan bicara bahasa Rusia, hebatkan!” Presiden 2: “Hebat-hebat!” “Bagaimana kalau kedua kakinya ditarik?” tanya presiden 1. “Wah pasti burung Beo tadi bisa dua bahasa sekaligus!” jawab presiden 2. “Salah”. “Oh mungkin dua bahasa tadi menjadi campur aduk!”. “Salah”. “Atau mungkin salah satu katanya akan ketukar, satu bahasa Inggris dan kata kedua bahasa Rusia”. “Salah”. “Loh … jadi gimana donk?”. “Yang jelas kalau kedua kakinya ditarik, burung Beonya akan jatuh dari sarangnya, bego!”. “Eh jangan main-main ya, gini-gini gua presiden, walau hanya di rumah tangga, masa lu bilang bego!”. Dan tak lama kemudian pun burung Beo itu menirukan kata-kata tersebut. “Presiden bego … presiden bego … presiden bego!” suara burung Beo terdengar berulang-ulang. Struktur Abstraksi: Ada dua orang presiden yang terlibat dalam sesi tanya jawab. Orientasi: Suasananya cukup mengherankan. Krisis: “Yang jelas kalau kedua kakinya ditarik, burung Beonya akan jatuh dari sarangnya, bego!”. Reaksi: “Eh jangan main-main ya, gini-gini gua presiden, walau hanya di rumah tangga, masa lu bilang bego!”. Koda: “Presiden bego … presiden bego … presiden bego!” suara burung Beo terdengar berulang-ulang. Ada banyak lagi contoh teks anekdot lainnya, misalnya saja “riwayat hidup” fiktif seorang pribadi seperti Albert Einstein yang dianggap pikun, dan sebagainya. Ciri dan Struktur Humor Definisi humor menurut Benton (Hassan, 1995), yakni: “Segala bentuk rangsangan yang cenderung secara spontan memancing tawa atau senyum para pembaca atau pendengar.” Adapun, secara umum humor dapat didefinisikan sebagai “rangsangan verbal dan, atau visual yang secara spontan memancing senyum dan tawa pendengar atau orang yang melihatnya” (Wijana, 2004). Alan Dundes mengatakan bahwa fungsi yang tergolong penting dari humor adalah sebagai alat untuk melakukan protes sosial. Dengan fungsi tersebut humor bisa dilihat sebagai alat untuk melihat realita di masyarakat. Humor dapat dengan leluasa memasuki semua wilayah yang ada dalam masyarakat. Dia bisa masuk dalam wilayah elite politik namun juga bisa masuk dalam wilayah rakyat biasa. Ciri-ciri Humor Adapun ciri-ciri dari humor adalah sebagai berikut: Menggunakan bahasa lucu Menggunakan bahasa tidak baku Struktur humor Sebuah humor bisa saja terdiri atas: Perkenalan Permasalahan Klimaks Peleraian Penyelesaian masalah Contoh Teks Humor Berikut adalah salah satu contoh sebuah humor. Diam Saat Dirampok Mendengar kabar suami kena jarah, istri memaki-maki sang suami: “Kamu sungguh-sungguh pengecut! Perampok menjarah dompetmu, mengapa kamu tak berteriak minta tolong?” Suami dengan marah berkata: “Kamu betul-betul goblok! Masak kamu sudah lupa di dalam mulutku masih ada sebuah gigi emas yang besar?” Perbedaan Anekdot dengan Humor 1. Teks anekdot adalah cerita lucu yang berisi sindiran, sedangkan teks humor hanya sekedar cerita lucu. 2. Biasanya teks anekdot berisi tentang orang-orang penting, sedangkan teks humor tidak. 3. Teks anekdot memiliki tujuan tertentu, sedangkan teks humor sebagian besar hanya untuk menghibur. Home » Contoh » Perbedaan Teks Humor Dan Teks Anekdot Perbedaan Teks Humor dan Teks Anekdot Apa sih perbedaan Teks Humor dan Teks Anekdot? Secara singkat dapat dijelaskan seperti ini: teks anekdot: memiliki tujuan untuk menyindir seseorang/ orang penting, isinya terstruktur,menggunakan bahasa yang sopan teks humor : memiliki tujuan untuk menghibur , isinya tidak terstruktur , bahasanya campuran (sopan dan tdk sopan ) persamaan : membuat tertawa , isinya lucu Secara lengkap tentang struktur teks humor atau teks anekdot sbb: Ciri dan Struktur Anekdot Anekdot adalah sebuah cerita singkat lucu dan menghibur yang biasanya merupakan pengalaman dari seseorang. Teks anekdot bertujuan untuk bukan sekedar menghibur pembacanya, namun juga menyindir. Teks anekdot tidak hanya berisi tentang peristiwa-peristiwa menarik, konyol dan menjengkelkan, melainkan juga berisi ungkapan suatu kebenaran yang lebih umum. Teks anekdot memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Bersifat humor atau lelucon Lebih dekat dengan perumpamaan tentang dongeng Menampilkan karakter hewan dan figur manusia pada umumnya dan sering terhubung dengan realitas, meskipun perumpamaan dan anekdot tentu berbeda dalam kekhususan sejarah mereka Teks anekdot memiliki 5 struktur, diantaranya: Abstraksi, adalah bagian awal paragraf yang berfungsi memberikan gambaran tentang isi teks. Biasanya menunjukkan keunikan dalam teks. Orientasi, adalah bagian yang menunjukkan awal cerita atau latar belakang terjadinya peristiwa. Krisis, adalah bagian dimana hal yang menarik ataupun hal yang tidak biasa terjadi pada tokoh cerita. Reaksi, adalah bagian yang berisi cara penulis atau tokoh cerita menyelesaikan masalah pada bagian krisis. Koda, adalah bagian dari akhir cerita. Bagian ini dapat berisi kesimpulan mengenai kejadian yang terjadi pada tokoh cerita. Contoh Teks Anekdot Berikut kami sajikan salah satu contoh teks anekdot untuk Anda: Presiden dan Burung Beo Ada dua orang presiden yang terlibat dalam sesi tanya jawab dan suasananya cukup mengherankan. Presiden 1: “Ada burung Beo yang sudah diajarkan dua bahasa sekaligus, dan burung Beo tadi bisa menirukan dengan bagus, satu bahasa Inggris dan yang ke dua bahasa Rusia. Jadi kalau ditarik kakinya yang kanan, burung Beo akan biacara bahasa Inggris dan kalau ditarik kakinya yang kiri burung Beo akan bicara bahasa Rusia, hebatkan!” Presiden 2: “Hebat-hebat!” “Bagaimana kalau kedua kakinya ditarik?” tanya presiden 1. “Wah pasti burung Beo tadi bisa dua bahasa sekaligus!” jawab presiden 2. “Salah”. “Oh mungkin dua bahasa tadi menjadi campur aduk!”. “Salah”. “Atau mungkin salah satu katanya akan ketukar, satu bahasa Inggris dan kata kedua bahasa Rusia”. “Salah”. “Loh … jadi gimana donk?”. “Yang jelas kalau kedua kakinya ditarik, burung Beonya akan jatuh dari sarangnya, bego!”. “Eh jangan main-main ya, gini-gini gua presiden, walau hanya di rumah tangga, masa lu bilang bego!”. Dan tak lama kemudian pun burung Beo itu menirukan kata-kata tersebut. “Presiden bego … presiden bego … presiden bego!” suara burung Beo terdengar berulang-ulang. Struktur Abstraksi: Ada dua orang presiden yang terlibat dalam sesi tanya jawab. Orientasi: Suasananya cukup mengherankan. Krisis: “Yang jelas kalau kedua kakinya ditarik, burung Beonya akan jatuh dari sarangnya, bego!”. Reaksi: “Eh jangan main-main ya, gini-gini gua presiden, walau hanya di rumah tangga, masa lu bilang bego!”. Koda: “Presiden bego … presiden bego … presiden bego!” suara burung Beo terdengar berulang-ulang. Ada banyak lagi contoh teks anekdot lainnya, misalnya saja “riwayat hidup” fiktif seorang pribadi seperti Albert Einstein yang dianggap pikun, dan sebagainya. Ciri dan Struktur Teks Humor Definisi humor menurut Benton (Hassan, 1995), yakni: “Segala bentuk rangsangan yang cenderung secara spontan memancing tawa atau senyum para pembaca atau pendengar.” Adapun, secara umum humor dapat didefinisikan sebagai “rangsangan verbal dan, atau visual yang secara spontan memancing senyum dan tawa pendengar atau orang yang melihatnya” (Wijana, 2004). Alan Dundes mengatakan bahwa fungsi yang tergolong penting dari humor adalah sebagai alat untuk melakukan protes sosial. Dengan fungsi tersebut humor bisa dilihat sebagai alat untuk melihat realita di masyarakat. Humor dapat dengan leluasa memasuki semua wilayah yang ada dalam masyarakat. Dia bisa masuk dalam wilayah elite politik namun juga bisa masuk dalam wilayah rakyat biasa. Ciri-ciri Humor Adapun ciri-ciri dari humor adalah sebagai berikut: Menggunakan bahasa lucu Menggunakan bahasa tidak baku Struktur humor Sebuah humor bisa saja terdiri atas: Perkenalan Permasalahan Klimaks Peleraian Penyelesaian masalah Contoh Teks Humor Berikut adalah salah satu contoh sebuah humor. Diam Saat Dirampok Mendengar kabar suami kena jarah, istri memaki-maki sang suami: “Kamu sungguh-sungguh pengecut! Perampok menjarah dompetmu, mengapa kamu tak berteriak minta tolong?” Suami dengan marah berkata: “Kamu betul-betul goblok! Masak kamu sudah lupa di dalam mulutku masih ada sebuah gigi emas yang besar?” Perbedaan Anekdot dengan Humor 1. Teks anekdot adalah cerita lucu yang berisi sindiran, sedangkan teks humor hanya sekedar cerita lucu. 2. Biasanya teks anekdot berisi tentang orang-orang penting, sedangkan teks humor tidak. 3. Teks anekdot memiliki tujuan tertentu, sedangkan teks humor sebagian besar hanya untuk menghibur. Tidak semua cerita yang memiliki unsur lucu, jengkel, atau konyol tergolong ke dalam teks anekdot. Yang membedakan teks anekdot dengan teks yang lain yaitu teks anekdot memiliki pesan moral, memiliki unsur lucu atau konyol, dan memiliki struktur: abstraksi,orientasi,krisis, reaksi, dan koda. Karena teks anekdot hampir serupa dengan teks humor, tetapi, teks anekdot lebbih mengarah kepada ejekan tersirat untuk politik, pemerintah, dll. Nah, di bagian ejekan tersirat inilah, terdapat kelucuan kelucuan yang dapat membuat si pembaca tertawa.