Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

LAPORAN PLAMBING SEKOLAH DASAR

Air merupakan salah satu komponen sumber kehidupan bagi manusia. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks, antara lain untuk minum, masak, mandi dan mencuci. Berdasarkan hal tersebut, dari kegiatan manusia sehari-hari muncul adanya air bersih dan air buangan. Air bersih adalah air yang memenuhi syarat secara fisik dan dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan air buangan adalah semua cairan yang di buang, baik yang mengandung kotoran manusia maupun sisa proses industri. Air buangan terdiri dari air kotor, air bekas, air hujan dan air buangan khusus (SNI, 2000). Berbagai macam air terjadi karena adanya tindak manusia. Macam air tersebut perlu diperhatikan dalam bidang pengaliran agar tidak timbul gangguan dan ketidaknyamanan. Aliran air erat kaitannya dengan adanya bangunan dimana manusia berada. Salah satu bangunan tersebut adalah Gedung Sekolah Dasar. Pada Gedung Sekolah Dasar perlu adanya perhatian khusus dalam arus penggunaan air agar keselamatan dan kenyamanan pengguna gedung tidak terganggu. Selain mempertimbangkan faktor keselamatan dan kenyamanan, perhatian arus penggunaan air juga mencegah adanya kerusakan lingkungan (PP No.36, 2005). Salah satu upaya meningkatkan kualitas sarana dan prasarana guna memberikan kenyamanan dan kepuasan penghuni gedung adalah dengan merancang sistem plambing. Sistem plambing tersebut meliputi sistem penyediaan air minum, sistem penyaluran air buangan dan ven, sistem pencegah kebakaran dan sistem air hujan (Soufyan, 1991). Sistem plambing merupakan seni dan teknologi pemipaan dan peralatan untuk menyediakan air bersih ke tempat yang dikehendaki baik dalam hal kualitas, kuantitas dan kontinuitas yang memenuhi syarat dan membuang air bekas (kotor) dari tempat tertentu (Pramuditya, 2010). Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan sistem plambing dimulai dengan rencana konsep rencana, rencana dasar, rencana pendahuluan, dan gambar gambar pelaksanaan, dengan memperhatikan koordinasi dan keserasian bagian-bagian konstruksi serta peralatan gedung Sekolah Dasar (SNI, 2005) Sekolah Dasar 6 lantai yang terdiri dari 24 kelas, 3 laboratorium dan 31 ruangan diharapkan dapat menjadi tempat yang memberikan kenyamanan dan kepuasan penghuni. Oleh karena itu, sistem plambing untuk penyediaan air bersih dan penyaluran air buangan harus direncanakan dengan baik.

PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu komponen sumber kehidupan bagi manusia. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks, antara lain untuk minum, masak, mandi dan mencuci. Berdasarkan hal tersebut, dari kegiatan manusia sehari-hari muncul adanya air bersih dan air buangan. Air bersih adalah air yang memenuhi syarat secara fisik dan dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan air buangan adalah semua cairan yang di buang, baik yang mengandung kotoran manusia maupun sisa proses industri. Air buangan terdiri dari air kotor, air bekas, air hujan dan air buangan khusus (SNI, 2000). Berbagai macam air terjadi karena adanya tindak manusia. Macam air tersebut perlu diperhatikan dalam bidang pengaliran agar tidak timbul gangguan dan ketidaknyamanan. Aliran air erat kaitannya dengan adanya bangunan dimana manusia berada. Salah satu bangunan tersebut adalah Gedung Sekolah Dasar. Pada Gedung Sekolah Dasar perlu adanya perhatian khusus dalam arus penggunaan air agar keselamatan dan kenyamanan pengguna gedung tidak terganggu. Selain mempertimbangkan faktor keselamatan dan kenyamanan, perhatian arus penggunaan air juga mencegah adanya kerusakan lingkungan (PP No.36, 2005). Salah satu upaya meningkatkan kualitas sarana dan prasarana guna memberikan kenyamanan dan kepuasan penghuni gedung adalah dengan merancang sistem plambing. Sistem plambing tersebut meliputi sistem penyediaan air minum, sistem penyaluran air buangan dan ven, sistem pencegah kebakaran dan sistem air hujan (Soufyan, 1991). Sistem plambing merupakan seni dan teknologi pemipaan dan peralatan untuk menyediakan air bersih ke tempat yang dikehendaki baik dalam hal kualitas, kuantitas dan kontinuitas yang memenuhi syarat dan membuang air bekas (kotor) dari tempat tertentu (Pramuditya, 2010). Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan sistem plambing dimulai dengan rencana konsep rencana, rencana dasar, rencana pendahuluan, dan gambar gambar pelaksanaan, dengan memperhatikan koordinasi dan keserasian bagian-bagian konstruksi serta peralatan gedung Sekolah Dasar (SNI, 2005) Sekolah Dasar 6 lantai yang terdiri dari 24 kelas, 3 laboratorium dan 31 ruangan diharapkan dapat menjadi tempat yang memberikan kenyamanan dan kepuasan penghuni. Oleh karena itu, sistem plambing untuk penyediaan air bersih dan penyaluran air buangan harus direncanakan dengan baik. PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 2 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari penulisan tugas plambing ini adalah sebagai salah satu pengenalan tugas perencanaan perpipaan dalam gedung. Sedangkan tujuan dari penulisan tugas plambing ini yaitu: 1. Membuat perpipaan sistem air bersih; 2. Membuat perpipaan sistem air buangan dan ven; 3. Membuat perpipaan sistem hydrant dan sprinkler. 1.3 Ruang Lingkup Dalam perencanaan gedung Sekolah Dasar memperhatikan beberapa aspek yang menentukan perencanaan. Aspek tersebut adalah: a. Kebutuhan air • • • Metode berdasarkan jumlah penghuni dengan data jumlah penghuni; Metode berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing; Metode berdasarkan alat plambing (UAP). b. Sistem perpipaan air bersih; c. Penentuan diameter pipa air bersih; d. Penentuan jumlah dan letak Ground Reservoir dan Roof Tank; e. Sistem perpipaan air kotor dan air bekas; f. Penentuan diameter pipa air kotor dan air bekas; g. Penentuan jumlah Septic Tank yang akan digunakan dan bentuknya; h. Penentuan jumlah sumur resapan yang akan digunakan dan jumlahnya; i. Sistem drainase gedung; PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Plambing Plambing merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksaan pemasangan pipa dengan peralatannya di dalam gedung atau gedung yang berdekatan dengan air hujan, air buangan dan air minum yang dihubungkan dengan sistem kota atau sistem lain yang dibenarkan (SNI, 2000). Plambing adalah seni dan teknologi pemipaan dan peralatan untuk menyediakan air bersih ke tempat yang dikehendaki baik dalam hal kualitas, kuantitas dan kontinuitas yang memenuhi syarat dan membuang air bekas (kotor) dari tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting lainnya untuk mencapai kondisi higienis dan kenyamanan yang diinginkan (Pramuditya, 2010). Dari dua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa plambin adalah teknologi yang berhubungan dengan pemipaan pada gedung. 2.2 Kebutuhan Air Bersih 2.2.1 Metode penentuan kebutuhan air bersih Menurut Noerbambang, SM dan Takeo, M. (2005) metode penentuan kebutuhan air bersih berdasarkan pada : a. Jumlah penghuni Metode ini didasarkan atas pemakaian air rata-rata sehari dari setiap penghuni, dan perkiraan jumlah air sebari dapat diperkirakan, walaupun jenis maupun jumlah alat plambing belum ditentukan. Metode ini praktis utnuk tahap perencanaan dan perancangan. Apabila jumlah penghuni diketahui, atau ditetapkan untuk suatu gedung maka angka tersebut dipakai untuk menghitung pemakaian air rata-rata sehari berdasarkan "standar" mengenai pemakaian air per orang per hari untuk sifat penggunaan gudang tersebut, tetapi bila jumlah penghuni tidak diketahui, biasanya ditaksir berdasarkan luas lantai dan menetapkan padatan hunian per luas lantai. Luas lantai gedung yang dimaksudkan adalah luas lantai efektif berkisar antara 55 sampai 80 persen dari luas seluruhnya. Apabila jumlah data penghuni tidak diketahui maka metode perhitungannya: PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 4 1) Luas gedung seluruhnya Luas gedung total = Jumlah lantai x luas gedung .................................. (2.1) 2) Luas gedung efektif Luas gedung efektif = Perbandingan luas lantai total x luas gedung seluruhnya ........ ..................................................................................... (2.2) 3) Kepadatan penduduk atau penghuni 5-10 m3 / orang Jumlah Penghuni = Luas gedung efektif / kepadatan penghuni ........... (2.3) 4) Pemakain air rata-rata sehari (Qd) Qd = Jumlah penghuni x pemakaian air ............................................... (2.4) 5) Antisipasi Kebocoran Qd total = (100% + tambahan pemakaian air) x Qd ............................. (2.5) 6) Pemakaian air rata-rata (Qh) Qh = Qd total / T ................................................................................... (2.6) 7) Pemakaian Air jam puncak (Qh max) Qh max = C1 x Qh ................................................................................ (2.7) Dengan C1 konstanta jam puncak berkisar antara 1,5-2 bergantung pada lokasi, sifat, dan penggunaan gedung. 8) Pemakaian air pada menit puncak Qm max = C2 x (Qh / 600) ................................................................... (2.8) Dengan C2 konstanta per menit puncak berkisar antara 3,0-4,0. PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 5 Tabel 2.1 Pemakaian Air rata-rata per orang setiap hari No Jenis Gedung Pemakaian Air rata-rata sehari (liter) Jangka Waktu Pemakaian air rata-rata sehari (jam) Perbandingan luas lantai efektif/total (%) 1 Perumahan mewah 250 8-10 42-45 setiap penghuni 2 Rumah biasa 160-250 8-10 50-53 setiap penghuni Keterangan Mewah 250 liter 3 Apartment 200-250 8-10 4 Asrama 120 8 45-50 Menengah 180 liter Bujangan 120 liter Bujangan (setiap tempat tidur pasien) Mewah>1000 5 Menengah 500-1000 Rumah sakit 8-10 45-48 Pasien luar : 8 liter Staf/pegawai : 120 liter Keluarga pasien : 160 liter Umum 350500 6 Sekolah Dasar 40 5 58-60 Guru : 100 liter 7 50 6 58-60 Guru : 100 liter 80 6 9 SLTP SLTA dan lebih tinggi Rumah-Toko 100-200 8 10 Gedung Kantor 100 8 60-70 11 Toserba (toko serba ada, department Store) 3 7 55-60 12 Pabrik/Industri Pria : 60 Wanita : 100 8 13 Stasiun/Terminal 3 15 14 Restoran 30 5 15 Restoran Umum 15 7 16 Gedung Pertunjukan 30 5 8 PLAMBI PLAMBI Guru/dosen : 100 liter Penghuninya : 160 liter Setiap pegawai Pemakaian air hanya untuk kakus, belum termasuk bagian restoran Per orang, setiap giliran (jika kerja lebih dari 8 jam perhari) Setiap penumpang ( yang tiba maupun berangkat) Untuk penghuni 160 liter Untuk penghuni 160 liter, pelayan 100 liter, 70% dari jumlah tamu perlu 15 liter/orang untuk kakus, cuci tangan dsb 53-55 Jika digunakan sing dan malam, pemakaian air dihitung per penonton jam pemakaian air dalam tabel untuk satu kali pertunjukan Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR No Pemakaian Air rata-rata sehari (liter) Jenis Gedung Jangka Waktu Pemakaian air rata-rata sehari (jam) 17 Gedung Bioskop 10 3 18 Toko pengecer 40 6 19 Hotel/Penginapan 250-300 10 20 Gedung Peribadatan 10 2 21 Perpustakaan 25 6 22 Bar 30 6 23 Perkumpulan Sosial 30 24 Kelab malam Gedung Perkumpulan Laboratorium 120-350 25 26 Keterangan Jika digunakan sing dan malam, pemakaian air dihitung per penonton jam pemakaian air dalam tabel untuk satu kali pertunjukan Pedagang besar: 30 liter/tamu, 150 liter/staf atau 5 liter perhari setiap m2 luas lantai Untuk setiap tamu, Staf 120-150 liter, penginapan 200 liter didasarkan jumlah jemaah perhari untuk setiap pembaca yang tinggal setiap tamu setiap tamu setiap tempat duduk 150-200 100-200 Perbandingan luas lantai efektif/total (%) 6 setiap tamu 8 setiap staf Sumber : Noerbambang, SM dan Takeo, M (2005:48) b. Jenis dan Jumlah alat Plambing Metode ini digunakan apabila kondisi pemakaian alat plambing dapat diketahui, misalnya untuk perumahan atau gedung kecil lainnya. Juga harus diketahui jumlah dari setiap jenis alat plambing dalam gedung tersebut. PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR 7 Berikut adalah tabel pemakaian air tiap alat plambing, laju aliran air dan ukuran pipa cabang pipa air Tabel 2.2 Pemakaian Air Tiap Alat Plambing, Laju Aliran Air Dan Ukuran Pipa Cabang Pipa Air Pemakaian air untuk No Nama alat plumbing penggunaan satu kali (liter) 1 Kloset Penggunaan Laju aliran air per jam (liter/mnt) Waktu untuk Pipa sambungan pengisian alat plumbing Pipa cabang air bersih ke alat plumbing (mm) (mm) (detik) 13,5-16.51) 6-12 110-180 8,2-10 24 13-15 6-12 15 60 13 Pipa baja Tembaga4) 322) 25 20 13 203) 13 20 13 (dengan katup gelontor) 2 Kloset (dengan tangki gelontor) 3 Peturasan 5 12-20 30 10 13 (dengan katup gelontor) 4 Peturasan, 2-4 orang 9-18 (dengan tangki gelontor) (@4,5) Peturasan, 5-7 orang 22,5-31,5 (dengan tangki gelontor) (@4,5) 6 Bak cuci tangan kecil 7 Bak cuci tangan biasa 5 12 1,8-3,6 300 13 20 13 12 4,5-6,3 300 13 20 20 13 13 3 12-20 10 18 13 20 13 10 6-12 15 40 13 20 20 15 6-12 15 60 13 20 20 25 6-12 25 60 20 20 13-20 20 20 (lavatory) 8 Bak cuci dapur (sink) dengan keran 13 mm 9 Bak cuci dapur (sink) dengan keran 22 mm 10 Bak mandi rendam 125 3 30 250 20 8 Pemakaian air untuk No Nama alat plumbing penggunaan satu kali (liter) Penggunaan Laju aliran air per jam (liter/mnt) Waktu untuk Pipa sambungan pengisian alat plumbing Pipa cabang air bersih ke alat plumbing (mm) (mm) (detik) Pipa baja Tembaga4) (bathtub) 11 Pancuran mandi 24-60 3 12 120-300 13-20 (shower) 12 Bak mandi gaya Jepang Tergantung 30 20 ukurannya Sumber : Noerbambang, SM dan Takeo, M (2005:49) Catatan : 1) Standar pemakaian air untuk kloset dengan katup gelontor untuk satu kali penggunaan adalah 15 liter selama 10 detik. 2) Pipa sambungan ke katup gelontor untuk kloset biasanya adalah 25 mm, tetapi untuk mengurangi kerugian akibat gesekan dianjurkan memasang pipa ukuran 32 mm. 3) Pipa sambungan ke katup gelontor untuk peturasan biasanya adalah 13 mm, tetapi untuk mengurangi kerugian akibat gesekan dianjurkan memasang pipa ukuran 20 mm. 4) Karena pipa tembaga kurang cenderung berkerak dibandingkan dengan pipa baja, maka ukurannya bisa lebih kecil. Pipa PVC bisa juga dipasang dengan ukuran yang sama dengan pipa tembaga. Adapun rumus yang dipakai untuk mencari debit pada metode ini sama seperti rumus pada metode berdasarkan jumlah pemakai (penghuni). PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 9 Tabel 2.3 Metode Perhitungan Berdasarkan Jenis dan Jumlah Alat Plambing I II III IV V VI VII Keterangan : • Kolom I • Kolom II : Jumlah alat plambing yang digunakan • Kolom III : Pemakain Air rata-rata sehari (liter) • Kolom IV : Jangka waktu pemakaian air rata-rata sehari (jam) • Kolom V : Q total / Jumlah data (liter/jam) : Jenis alat plambing yang digunakan Q total = jumlah alat plambing x pemakaian air sekali penggunaan x jangka waktu pemakaian air. ………………………………..(2.9) • Kolom VI : Faktor pemakaian (%) dan jumlah alat plambing. Jika jumlah alat plambing tidak tertera pada tabel maka dapat diketahui faktor pemakaiannya dengan interpolasi. • Kolom VII : Q efektif (liter/jam) = Q total x faktor pemakaian 1. Pemakaian air jam puncak (Qh max) Qh max = C1 x Q efektif total .................................................................... (2.10) Dengan C1 = konstanta jam puncak, berkisar antara 1,5-2,0. 2. Pemakaian air pada menit puncak (Qm max) Qm max = C2 x Q efektif total / 60 ........................................................... (2.11) Dengan C2 = konstanta jam puncak berkisar antara 3,0-4,0. 3. Total Q efektif = Pemakaian air rata-rata (Qh) .......................................... (2.12) PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 10 c. Metode Berdasarkan Unit Alat Plambing (UAP) Metode ini dihitung berdasarkan pengambilan data beberapa jenis alat plambing dan jumlah alat plambing yang ditetapkan suatu uit beban (fixture unit) untuk setiap alat plambing. Faktor pemakaian dan metode perhitungan berdasarkan UAP dapat dilihat pada tabel 2.4 dan 2.5. Tabel 2.4 Faktor pemakaian (%) dan jumlah alat plambing Jumlah alat plambing Jenis alat plambing Kloset, dengan katup 1 2 4 8 12 16 24 32 40 50 70 100 1 50 50 40 30 27 23 19 17 15 12 10 Satu 2 3 4 5 6 7 7 8 9 10 100 75 55 48 45 42 40 39 38 35 33 Dua 3 5 6 7 10 13 16 19 25 33 gelontor Alat plambing biasa 1 Tabel 2.5 Metode Perhitungan Berdasarkan UAP Jenis Jumlah alat Unit beban alat Jumlah unit beban alat plambing Alat Plambing Plambing plambing (Jumlah alat plambing x Unit beban alat pambing ) PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 11 Sumber : SNI (a) Untuk unit beban sampai 3000 (b) Untuk unit beban sampai 250 Gambar 2.1 Penaksiran berdasarkan Unit Beban Alat Plambing Sumber : Noerbambang, SM dan Takeo, M (2005:67) PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 12 Tabel 2.6 Unit alat plambing untuk penyediaan air dingin Jenis alat plambing 2) Kloset Kloset Peturasan, dengan tiang Peturasan terbuka (urinal stall) Peturasan terbuka (urinal stall) Bak cuci (kecil) Bak cuci tangan Bak cuci tangan, untuk kamar operasi Bak mandi rendam (bath tub) Pancuran mandi (shower) Pancuran mandi tunggal Satuan kamar mandi dengan bak mandi rendam Satuan kamar mandi dengan bak mandi rendam Bak cuci bersama Bak cuci pel Bak cuci dapur Bak cuci piring Bak cuci pakaian (satu sampai tiga) Pancuran minum Pemanas air Jenis penyediaan air Unit alat plambing3) Untuk Untuk pribadi4) umum5) Katup gelontor Tangki gelontor Katup gelontor 6 3 - 10 5 10 Katup gelontor - 5 Tangki gelontor - 3 0,5 1 - 1 2 3 Keran pencampur air dingin dan panas Keran pencampur air dingin dan panas Keran pencampur air dingin dan panas Kloset dengan katup gelontor 2 4 2 4 2 - Kloset dengan tangki gelontor (untuk tiap keran) Keran Keran Keran Keran Keran air minum 8 - 6 - 3 2 3 2 4 4 5 - - 2 2 Keran Keran Keran Katup bola Keterangan Gedung kantor, dsb Untuk umum : hotel atau restoran, dsb Sumber : Sofyan (1986:68) Catatan : 1) Alat plambing yang airnya mengalir secara kontinyu harus dihitung secara terpisah dan ditambahkan pada jumlah unit alat plambing. 2) Alat plambing yang tidak ada dalam daftar dapat diperkirakan, dengan membandingkan dengan alat plambing yang mirip/terdekat. 3) nilai unit alat plambing dalam tabel ini adalah keseluruhan. Kalau digunakan air dingin dan air panas, unit alat plambing maksimum masing-masing untuk air dingin dan air panas siambil tigaperempatnya. 4) Alat plambng untuk keperluan pribadi dimaksudkan pada rumah pribadi atau apartment, dimana pemakaiannya tidak terlalu sering. PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 13 5) Alat plambing untuk keperluan umum dimaksudkan yang dipasang dalam gedung kantor, sekolah, pabrik, dsb, dimana pemakaiannya cukup sering. A. Klasifikasi Sistem Penyediaan Air Bersih Menurut Noerbambang, SM., dan Takeo, M. (2005), ada beberapa sistem penyediaan air bersih : a. Sistem Sambungan Langsung Pada sistem ini, pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan pipa utama penyediaan air bersih sistem ini dapat diterapkan untuk perumahan dan gedung-gedung kecil dan rendah, karena pada umumnya pada perumahan dan gedung kecil tekanan dalam pipa utama terbatas dan dibatasinya ukuran pipa cabang dari pipa utama. Ukuran pipa cabang biasanya diatur dan ditetapkan oleh Perusahaan Air Minum. Gambar 2.2. Sistem Sambungan Langsung Sumber : (Soufyan, 2005) b. Sistem Tangki Atap Pada sistem ini, air ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah (dipasang pada lantai terendah bangunan atau dibawah muka tanah), kemudian dipompakan ke suatu tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau di atas lantai tertinggi bangunan. Air dari tangki ini kemudian didistribusikan ke seluruh bangunan. PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 14 Sistem ini diterapkan karena alasan-alasan sebagai berikut: 1) Selama airnya digunakan, perubahan tekanan yang teradi pada alat plambing hampir tidak berarti. Perubahan tekanan ini hanyalah akibat perubahan muka air dalam tangki atap. 2) Sistem pompa yang menaikkan air ke tangki atap bekerja secara otomatik dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil sekali kemungkinan timbulnya kesulitan. 3) Pompa biasanya dijalankan dan dimatikan oleh alat yang mendeteksi muka dalam tangki atap. 4) Perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan dengan misalnya tangki tekan. Gambar 2.3 Sistem Tangki Atap Sumber : (Soufyan, 2005) PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 15 c. Sistem Tangki Tekan Prinsip sistem ini adalah sebagai berikut air yang telah ditampung dalam tangki bawah, dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki tertutup sehingga udara di dalamnya terkompresi. Air dari tangki tersebut dialirkan ke dalam sistem distribusi bangunan. Pompa bekerja secara otomatik yang diatur oleh suatu detektor tekanan, yang menutup membuka saklar motor listrik penggerak pompa: pompa berhenti bekerja kembali setelah tekanan mencapai suatu batas maksimum yang ditetapkan bekerja kembali setelah tekanan mencapai suatu batas maksimum tekanan yang ditetapkan juga. Kelebihan sistem tangki tekan adalah: 1) Dari segi estetika tidak menyolok jika dibandingkan dengan tangki atap; 2) Mudah perawatannya karena dapat dipasang dalam ruang mesin bersama pompa-pompa lainnya; 3) Harga awal lebih rendah dibandingkan dengan tangki yang harus dipasang di atas Menara; 4) Kekurangannya adalah pompa akan sering bekerja sehingga menyebabkan keausan pada saklar lebih cepat. Gambar 2.4 Sistem Tangki Tekan Sumber : (Soufyan, 2005) PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 16 d. Sistem Tanpa Tangki Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki tekan maupun tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa menghisap air langsung dari pipa utama (misal pipa utama PDAM). 2.3 Sistem Pipa Air Bersih Perencanaan sistem air bersih menggunakan tabel sistem pipa air bersih untuk mempermudah dalam menentukan jalur, sistem, dan diameter pipa yang dipakai pada setiap pipa yang dibutuhkan. Tabel tersebut juga memuat nilai eqivalen pipa, faktor pemakaian debit aliran air, panjang pipa, dan juga kecepatan aliran pada suatu jalur pipa. Berikut adalah tabel 2.7 Sistem pipa air bersih : Tabel 2.7 Sistem pipa air bersih I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV Keterangan kolom : I : kolom jumlah baris digunakan untuk memberi penamaan pada sebuah sistem jalur air bersih II : kolom yang memuat masing-masing alat plambing III : kolom yang memuat ukuran diameter pipa air bersih yang masuk ketiap-tiap alat plambing dengan satuan mm sesuai dengan tabel 2.2 Pemakaian air tiap alat plambing, laju aliran, dan ukuran pipa cabang pipa air. IV : nilai eqivalen pipa (dapat dilihat pada buku “Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plambing”, Soufyan Moh. Noerbambang dan Takeo Morimura. Tabel 3.21) V : nama daerah antar alat plambing berdasarkan penentuan sistem VI : jumlah nilai ekivalen pipa akumulasi dari nilai pipa pertama dan selanjutnya sesuai jalur pipa yang ditentukan. VII: nilai faktor pemakaian berdasarkan Tabel 2.3 faktor pemakaian (%) dan jumlah alat plambing PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 17 VIII : hasil dari perkalian dari kolom ke-VI dengan kolom ke- VII IX : diameter pipa horizontal (mm) X : diameter pipa horizontal (meter) XI: debit/kecepatan aliran plambing (liter/menit), berdasarkan Tabel 2.6 Pemakaian air tiap alat plambing, laju aliran, dan ukuran pipa cabang pipa air. XII: jumlah debit akumulasi alat plambing (liter/menit) XIII : jumlah debit akumulasi alat plambing (m3/detik) XIV: kecepatan (m/s) dengan range = 0,3-2,5 m/detik V= � � v = kecepatan (m/s) Q = debit alat plambing A = luas penampang pipa (m2) = �� 2.3.1 Laju Aliran Pemakaian air oleh suatu masyarakat bertambah besar dengan kemajuan masyarakat tersebut, sehingga pemakaian air seringkali dipakai sebagai salah satu tolak ukur tinggi rendahnya suatu kemajuan masyarakat. Dalam perancangan sistem penyediaan air untuk sesuatu bangunan, kapasitas peralatan dan ukuran pipa-pipa didasarkan pada jumlah dan laju aliran air yang harus disediakan kepada bangunan tersebut jumlah dan laju aliran air tersebut seharusnya diperoleh dari penelitian keadaan sesungguhnya. Kemudian dibuat angka-angka peramalan yang sedapat mungkin mendekati keadaan sesungguhnya setelah bangunan digunakan. Sebagai akibat adanya gesekan air terhadap dinding pipa maka timbul tekanan terhadap aliran, yang biasanya disebut kerugian gesek. Kerugian gesek ini dapat dinyatakan dengan rumus Darcy-Wersbach sebagai berikut: h = (λ) (l/d) (v2/2g) …………………………………………………. (2.13) PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 18 Keterangan: h = kerugian gesek pipa lurus (m) koefisien gesekan l = panjang pipa lurus (m) d = diameter dalam (m) v = kecepatan rata-rata aliran air (m/s) g = percepatan gravitasi (980 m/sJ/s) Kerugian gesek untuk setiap satuan panjang pipa (h/l) disebut gradien hidrolik, dinyatakan dengan “i” ; dan kalau laju aliran air dinyatakan dengan “Q” , maka secara experimentil diperoleh hubungan berikut ini yang dikenal sebagai rumus Hanzen Williams : Q = (1,67) (c) (d 2.63) (i 0.54) (10000)………………………………..(2.14) Dimana Q : Laju aliran air (liter/menit) c : Koefesien kecepatan aliran (lihat Tabel 3.17) d : Diameter dalam pipa (m) i : Gradien hidraulik (m/m) Tabel 2.8 Faktor kecepatan untuk berbagai jenis pipa C Jenis pipa 140 130 Pipa baru : kuningan, tembaga, timah hitam, besi tuang, baja (dilas atau ditarik), baja atau besi dilapis semen. Pipa asbes-semen (selalu “licin” dan sangat lurus). Pipa baja baru (lurus tanpa perlengkapan, dilas atau ditarik), pipa besi tuang baru (biasanya angka ini yang dipakai), pipa tua : kuningan, tembaga, timah hitam. Pipa PVC-keras. 110 Pipa dengan lapisan semen yang sudah tua, pipa keramik yang masih baik. 100 Pipa besi tuang atau pipa baja yang sudah tua. Sumber : Sofyan (2005:71) 2.3.2 Tekanan Air dan Kecepatan Aliran Air Tekanan air yang kurang mecakupi akan menimbulkan kesulitan dalam peralatan plambing pemakaian air yang kurang mencakupi akan menimbulkan pancaran air serta mempercepat kerusakan dan menambah kemungkinan timbulnya pukulan air. Besarnya tekanan air yang baik berkisar dalam suatu daerah yang agak lebar dan bergantung pada persyaratan pemakaian atau alat yang harus dilayani. PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 19 Tabel 2.9 Tekanan yang dibutuhkan alat plambing Nama Alat Plambing Tekanan yang dibutuhkan Tekanan standar 2 (kg/cm ) Katup gelontor kloset 0,71) Katup gelontor peturasan 0,42) Keran yang menutup sendiri, 0,73) (kg/cm2) otomatik Pancuran mandi, dengan 0,7 pancaran halus/tajam Pancuran mandi (biasa) 0,35 Keran biasa 0,3 Pemanas air langsung dengan 1,0 0,25-0,74) bahan bakar gas Sumber : Sofyan (2005:50) Catatan : 1),2) Tekanan minimum yang dibutuhkan katup gelontor untuk kloset dan urinal yang dimuat dalam table ini adalah tekanan statis pada waktu air mengalir, dan tekanan maksimumnya adalah 4 kg/cm2. 3) Untuk keran dengan katup yang menutup secara otomatik, kalau tekanan airnya kurang yang minimum dibutuhkan maka katup tidak akan menutup dengan rapat, sehingga air masih akan menetes dari keran. 4) Untuk pemanas air langsung dengan bahan bakar gas, tekanan minimum yang dibutuhkan biasanya dinyatakan. 2.3.3 Sistem Distribusi Pipa Menurut Soufyan dan Morimura (2005), ada 2 sistem pipa penyediaan air dalam gedung, yaitu system pengaliran ke atas dan sistem pengaliran ke bawah. Sistem pengaliran ke atas, pipa utama dipasang dari tangki atas ke bawah sampai langit-langit terbawah dari gedung kemudian mendatar dan bercabang-cabang tegak keatas untuk melayani lantai-lantai diatasnya. Sedangkan sistem pengaliran ke bawah, pipa utama tangki atas dan pipa mendatar ini dibuat cabang-cabang tegak ke bawah melayani lantai-lantai PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 20 kebawahnya. Diantara kedua sistem tersebut, diatas agak sulit untuk dinyatakan sistem mana yang terbaik masing-masing sistem mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan lebih banyak ditentukan oleh ciri khas kontruksi atau penggunaan gedung atau prefensi perancangnya. Sistem pengaliran kebawah, memerlukan ruang yang cukup dalam langit-langit lantai teratas untuk memasang pipa utama mendatar, ruang yang cukup pula untuk memasang pemeriksaan, perawatan operasi, dan penyetelan atas katup-katup pada pipa-pipa cabang tegak ke bawah, pembuangan udara yang tertinggal dalam pipa relatif cukup mudah. Lantai terbawah dari suatu gedung sering digunakan sebagai tempat memasang mesin-mesin peralatan gedung dimana langit-langitnya cukup tinggi dari lantai sehingga cukup tempat untuk memasang pipa-pipa utama mendatar. Berdasarkan keadaan tersebut maka sistem pengaliran keatas dapat dipilih. Pemeriksaan perawatan operasian penyetelan katup-katup pada pipa-pipa cabang tegak keatas dapat dilakukan dengan mudah. Tetapi karena adanya pipa utama yang dipasang dari tangki atas sampai pipa mendatar dalam langit-langit terbawah, maka jika dibandingkan dengan sistem pengaliran kebawah akan menambah panjang pipa utama. 2.3.4 Pemasangan Katup Pemasangan pipa biasanya diawali dengan pipa utama dan dilanjutkan pada pipa-pipa cabang. Pipa cabang digunakan untuk melayani pada tiap-tiap lantai pada gedung bertingkat. Pada pipa cabang hendak dipasang katup-katup pemisah yang dekat dengan pipa utama. Katup pemisah tersebut dilakukan untuk kegiatan perawatan dan perbaikan (Soufyan dkk,2005). Katup sorong (gate valve) banyak dipasang sebagai katup pemisah pipa cabang. Selain digunakan untuk kegiatan perawatan dan perbaikan, katup sorong juga dapat mengatur (membatasi) laju aliran air pada pipa cabang yang biasanya disertai dengan katup bola (globe valve). Jika pipa-pipa tersebut dipasang dalam suatu cerobong maka ukuran cerobong harus cukup untuk operasi katup dan perawatan/penggantian katup apabila diperlukan (Soufyan dkk, 2005). PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 21 2.4 Perancangan Ground Reservoir dan Roof Tank Tandon air merupakan salah satu komponen bengunan yang sangat penting untuk menjamin ketersediaan air suatu rumah tinggal atau bangunan gedung. Dari segi lokasi penempatannya, tandon terbagi menjadi 2 macam yaitu yang ditanam di dalam tanah (Ground Reservoir) dan yang diletakkan di area tap bangunan (Roof Tank). 2.4.1 Ground Reservoir Ground reservoir (tangki bawah tanah) ini berfungsi menampung air bersih untuk kebutuhan air. Penetuan dimensi ground reservoir dapat menggunakan tabel; yang memuat jam operasional, kecepatan pompa kecepatan distribusi, selisih antara kecepatan pompa dan kecepatan PDAM serta akumulasi selisih antara kecepatan pompa dan volume PDAM. Tabel 2.10 Penetuan Volume Grand Reservoir Jam V. PDAM V.POMPA V.POMPA-V.PDAM Akumulasi Volume ground reservoir dapat ditentukan dengan menggunakan selisih antara akumulasi maksimum pada tabel dan minimum pada tabel penentuan ground reservoir. 2.4.2 Rooftank Rooftank adalah tangki atas dalam sebuah gedung yang berfungsi sebagai tempat menyimpan air bersih sebelum didistribusikan ke setiap alat plambing dalam gedung. Penentuan volume tangki atas dapat ditentukan dengan tabel 2.10 Penentuan tinggi Rooftank tergantung pada titik kritis. Titik kritis merupakan titik dimana suatu alat plambing mendapat tekanan paling rendah yang terletak pada jarak vertikal paling rendah / pendek dari pipa dan paling panjang dari tangki atap. Tiap-tiap alat plambing mempunyai tekanan minimum standar pada tangki yang umum digunakan 10kg/cm² = 10 meter. PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 22 Rumus penentuan tinggi roof tank: Hrt = Hs – Hf ........................................................................................... (2.15) Keterangan : Hrt = Tinggi Rooftank Hs = Tinggi Statik Hf = kerugian gesek 2.4.3 Titik Kritis Alat plambing yang terkritis: a. Head Statik : Tinggi pipa dihitung dari pipa intlet alat plambing terkikis sampai pipa outlet rooftank. b. Titik Kritis : Dimana alat plambing akan mendapat tekanan paling rendah (yang terletak jauh veral paling pendek dari atap atau pipa paling panjang dari atap). HF = { Q/ 0,27835 x C D2,63}1,853 x L ..................................................... (2.16) Keterangan: L : Panjang pipa (m) = L pipa lurus / L pipa aksesoris Q : Debit pipa (m) D : Koofisien gesek Harry William, Tergantung bahan pipa (tabel 2.8 ) penentuan titik kritis pada alat plambing yang terletak pada lantai teratas alat plambing yang jauh dari shaff. Syarat: • • • (HS - HF) > tekanan standart alat plambing terkritis Jika HF > tekanan standart maka air yang keluar lancar Jika HF <= tekanan standart maka air dapat keluar karena tekanan kurang memenuhi kebutuhan alat plambing 2.5 Pompa Spesifikasi pompa diketahui dengan H statik dan Q istilah yang ada: 1. Kapasitas pompa (Qp) kebutuhan gedung yaitu volume cairan yang dipompa persatuan waktu (l/dt, m3/dt) dimana, Qp = QRT ...................................................................................................................................... (2.17) PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 23 Keterangan: QP = kapasitas pompa (m3/jam) QRT = kapasitas rooftank (m3/jam) 2. Head statik (Hs): ujung input dan output yaitu perbedaan elevasi (tekanan) zat cair antara discharge dan suction. 3. Head suction (Hs): perbedaan elevasi (tekanan) zat cair antara zat cair suction dengan pusat pompa. Hs = Hs mayor + Hs minor............................................................... (2.18) 4. Head Discharge (Hd) : yakni perbedaan elevasi (tekanan) antar zat cair discharge dengan pusat pompa Head pompa head stastik head suction head discharge. 2.6 Sistem Pembuangan Air Kotor, Air Bekas dan ven 2.6.1 Jenis Air Buangan Air buangan atau sering pula disebut air limbah adalah semua cairan yang dibuang, baik yang mengandung kotoran manusia, hewan, bekas, tumbuhtumbuhan, maupun yang mengandung sisa dari proses industri. Air buangan dapat dibagi menjadi 4 golongan: 1. Air kotor: air buangan yang berasal dari klose, peturasan, bidet, dan air buangan yang mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat-alat plambing. 2. Air bekas: air buangan yang berasal dari alat-alat plambing lainnya, seperti bak mandi (bath tub), bak cuci tangan (lavatory), bak dapur (kitchen sink),dll . 3. Air hujan: air buangan dari atap, halaman, dll. 4. Air buangan khusus: air buangan yang mengandung gas beracun bahan kimia yang berbahaya. 2.6.2 Dasar-Dasar Sistem Ven Tujuan sistem ven bersama dengan alat perangkap, pipa ven merupakan bagian penting dari suatu sistem pembuangan. Tujuan pemasangan pipa ven adalah: • • • Menjaga sekat perangkap dari efek Menjaga aliran yang lancar dalam pipa pembuangan Mensirkulasikan udara dalam pipa pembuangan Persyaratan pipa ven Ketentuan umum PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 24 (1) Ukuran pipa ven lup dan pipa ven sirkit a) Ukuran pipa ven lup dan ven sirkit minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari setengah kali diameter cabang mendatar pipa buangan atau pipa tegak ven yang disambungkannya; b) Ukuran pipa ven lepas minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari setengah kali diameter cabang mendatar pipa pembuangan yang dilayaninya. (2) Ukuran ven pipa tegak Ukuran ven pipa tegak tidak boleh kurang dari ukuran pipa tegak air buangan yang dilayaninya dan selanjutnya tidak boleh diperkecil ukurannya sampai ke ujung terbuka; (3) Ukuran ven pipa tunggal Ukuran ven pipa tunggal minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari setengah kali diameter pipa pengering alat plambing yang dilayani. (4) Ukuran pipa ven pelepas ofset Ukuran pipa ven pelepas untuk ofset pipa pembuangan harus sama dengan atau lebih besar dari pada diameter pipa tegak ven atau pipa tegak air buangan (yang terkecil di antara keduanya). (5) Pipa ven untuk bak penampung Ukuran pipa ven untuk bak penampung air buangan minimum harus 50 mm. a) Penentuan ukuran pipa ven Ukuran pipa ven didasarkan pada unit beban alat plambing dari pada pembuangan yang dilayaninya, dan panjang ukuran pipa ven tersebut. Bagian pipa ven mendatar, tidak termasuk bagian “pipa ven di bawah lantai”, tidak boleh lebih dari 20% dari seluruh panjang ukurannya. PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 25 Tabel 2.11 Ukuran pipa tegak ven dan ven cabang Ukuran pipa tegak air kotoran atau air buangan Unit alat plambing yang dihubungkan 32 32 2 9 40 8 15 45 40 10 9 30 50 12 9 20 50 20 7 15 65 42 9 30 90 80 10 9 30 60 180 80 30 18 60 150 80 60 15 24 120 100 100 10 30 75 300 100 200 9 27 75 270 100 500 6 20 54 210 125 200 10 24 105 125 500 9 20 90 125 1100 6 15 60 150 350 7 15 60 120 390 150 620 5 9 35 90 330 Ukuran pipa ven yang disyaratkan 40 50 65 80 100 125 150 200 Panjang Ukur Maksimum Pipa Ven (m) 150 960 7 30 75 300 150 1900 6 20 60 210 200 600 15 45 150 390 200 1400 12 30 120 360 200 2200 9 24 105 330 200 3600 7 18 75 240 250 1000 22 35 300 250 2500 15 30 150 250 3800 9 24 105 250 5600 7 18 75 Sumber :SNI 03-7065 (2005) 2.7 Instalasi Pengolahan Air Limbah dan Sumur Resapan 2.7.1 Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) adalah suatu perangkat peralatan teknik beserta perlengkapannya yang memproses / mengolah cairan sisa aktivitas manusia, sehingga cairan tersebut layak dibuang ke lingkungan. Pada gedung Sekolah Dasar enam lantai ini, menggunakan instalasi pengolahan air limbah Anaerob Baffle Reactor (ABR). Instalasi ini adalah pengolahan air limbah dengan PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 26 ruang bersekat. Dalam Anaerob Baffle Reactor memiliki 2 zona yaitu zona bak pengumpul dan zona ABR (asidifikasi, methanasi, dan buffer). Debit air buangan diperoleh dari rumus Q = Keterangan � …………………………………………………….(2.18) : q = laju timbulan air buangan (liter/hari) p = jumlah penghuni Td adalah waktu tinggal air buangan dalam bak penampung, diperoleh dari pengurangan antara 1,5 dikurangi dengan 0,3 log selisih laju dan jumlah penghuni. Td = 1,5 – 0,3 log (p-q) …………………………………..(2.19) Keterangan : q = laju timbulan air buangan (liter/hari) p = jumlah penghuni Volume bak penampung diperoleh dari perkalian antara debit dan waktu detensi. Volume = Q x td…………………………………………………(2.20) Keterangan : Q = Debit air buangan (m3/hari) Td = Waktu detensi Gambar 2.5 Anaerob Baffle Reaktor Sumber : (Tilley,2014) PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 27 2.7.2 Sumur Resapan Sumur resapan merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah. Sumur resapan ini berbeda dengan sumur air minum. Sumur resapan merupakan lubang untuk memasukkan air ke dalam tanah, sedangkan sumur air minum berfungsi untuk menaikkan air tanah ke permukaan. Berdasarkan definisi tersebut, sumur resapan dan sumur air minum memiliki konstruksi dan kedalaman yang berbeda. Sumur resapan digunakan untuk menampung dan meresapkan air hujan ke dalam tanah. Lahan pekarangan adalah lahan atau halaman yang dapat difungsikan untuk menempatkan sumur resapan air hujan hal ini penting dalam menjaga kesuburan tanah dan kadar air di dalam tanah yang digunakan oleh tumbuhan serta menjaga keseimbangan ekosistem yang ada. (Kusnaedi, 2011). Gambar 2.6 Sumur resapan Sumber : (SNI 03-2398-2002) 2.8 Sistem Drainase 2.8.1 Ketentuan umum 1. Gedung harus mempunyai perlengkapan drainase untuk menyalurkan air hujan dari atap dan halaman atau pekarangan dengan pengerasan di dalam persil ke saluran air hujan kota atau saluran pembuangan campuran kota. Pada daerah yang tidak terdapat saluran tersebut, pengaliran air hujan dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku. PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 28 2. Setiap persil berhak menyalurkan air hujan ke saluran air hujan kota. 2.8.2 Perencanaan pipa , kemiringan dan perubahan arah 1. Perencanaan pipa air hujan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Pipa air hujan tidak boleh ditempatkan: 1) dalam ruang tangga; 2) sumuran alat pengangkat; 3) dibawah lift atau dibawah beban imbangan lift; 4) langsung di atas tangki air minum tanpa tekanan; 5) di atas lubang pemeriksaan tangki air minum yang bertekanan; 6) di atas lantai yang digunakan untuk pembuatan persiapan pembungkusan penyimpanan atau peragaan makanan. b. Penempatan ujung buntu dilarang pada jaringan air hujan, kecuali bila diperlukan untuk memperpanjang pipa lubang pembersih. 2. Kemiringan dan perubahan arah pipa air hujan memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Pipa air hujan datar yang berukuran sampai dengan 75 mm harus dipasang dengan kemiringan minimal 2% dan untuk pipa yang berukuran lebih besar minimal 1%. Kemiringan yang lebih kecil hanya diperbolehkan apabila secara khusus dibenarkan oleh pejabat yang berwenang. b. Perubahan arah pipa air hujan harus dibuat Y 45o, belokan jari-jari besar 90o, belokan 60o, 45o, 22,5o atau gabungan belokan tersebut atau gabungan penyambung ekivalen yang dibenarkan kecuali dinyatakan lain dalam SNI 03-6481- 2000 Sistem Plambing. c. Belokan jari-jari pendek, dan T saniter tunggal atau ganda hanya diijinkan pemasangannya pada pipa air hujan. 3. Fitting dan Penyambungan yang dilarang a. Ulir menerus, sambungan klem atau sadel tidak boleh dipergunakan pada pipa air hujan. b. Fitting, sambungan, peralatan dan cara penyambungannya tidak boleh menghambat aliran air atau udara dalam pipa air hujan. c. Soket ganda tidak boleh dipakai pada pemasangan pipa air hujan. Soket harus dipasang berlawanan dengan arah aliran. Cabang T pipa air hujan tidak boleh dipakai sebagai cabang masuk pipa air buangan, PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 29 d. Tumit atau belokan 45o dengan lubang masuk samping tidak boleh digunakan sebagai penyambungan ven pada pipa air hujan dan pipa air buangan apabila tumit atau lubang masuk samping tersebut ditempatkan mendatar. 2.8.3 Drainase atap Drainase atap dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Drainase atap harus kedap air 2. Saringan harus dipasang pada lubang talang tegak. Saringan harus menonjol sekurang- kurangnya 10 cm diatas permukaan atap atau talang datar diukur dari lubang masuk talang tegak. Jumlah luas lubang saringan tidak boleh lebih kecil dari 1,5 kali luas penampang talang tegak. Saringan pada drainase atap atau geladak tempat menjemur, geladak parkir atau tempat sejenis itu yang dipelihara teratur dapat digunakan jenis saringan rata yang dipasang rata dengan permukaan geladak, untuk jenis saringan itu jumlah luas lubangnya tidak boleh kurang dari 2 kali luas penampang talang tegak. 2.8.4 Perangkap pada saluran pembuangan air hujan 1. Penggunaan perangkap Perangkap individu harus dipasang pada cabang datar untuk melayani tiap talang tegak atau tiap daerah drainase, bila talang tegak dan saluran pembuangan air hujan disambungkan pada drainase gedung gabungan atau saluran pembuangan gedung gabungan. Sebuah perangkap tunggal harus dipasang pada pipa utama pembuangan air hujan sebelum disambungkan dengan pipa drainase gedung gabungan, saluran pembuangan gedung gabungan atau saluran pembuangan umum gabungan. 2. Lubang pembersih perangkap Perangkap yang dipasang pada pipa pembuangan air hujan harus dilengkapi dengan lubang pembersih yang ditempatkan pada bagian masuk aliran yang mudah dicapai. PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 30 2.8.5 Ukuran jaringan drainase 1. Pembuangan air hujan gedung dan cabang-cabang mendatarnya Ukuran saluran pembuangan air hujan gedung dan setiap pipa cabang datarnya dengan kemiringan 4% atau lebih kecil harus didasarkan pada jumlah daerah drainase yang dilayaninya dan sesuai dengan Tabel 2.9 2. Drainase tanah bawah Ukuran drainase tanah bawah yang dipasang bawah lantai kelder (besmen) atau disekeliling tembok (dinding) luar suatu gedung harus lebih besar atau sama dengan 100 mm. 3. Pipa tegak air hujan Ukuran talang air hujan didasarkan pada luas atap yang dilayani dan dan sesuai dengan Tabel 2.9 yang diijinkan untuk talangnya. Apabila atap tersebut mendapat tambahan air hujan dari dinding yang berdekatan harus ditambah dengan memperhitungkan 50% luas dinding terluas yang dianggap sebagai atap. PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 31 Tabel 2.14 Beban maksimum yang dijinkan untuk talang atap ( m2) Ukuran Pipa mm Pipa tegak air hujan Pipa datar pembuangan air hujan Talang atap datar terbuka Kemiringan 50 65 80 100 125 150 200 250 300 350 63 120 200 425 800 1290 2690 Kemiringan 1% 2% 4% ½% 1% 2% 4% 75 170 310 490 1065 1920 3090 5525 105 245 435 700 1510 2710 4365 7800 150 345 620 990 2135 3845 6185 11055 15 30 55 85 180 330 20 45 80 125 260 470 30 65 115 175 365 665 40 90 160 250 520 945 Sumber :SNI 03-7065 (2005) CATATAN: Tabel ini berdasarkan pada curah hujan 100 mm per jam. Bila curah hujan lebih besar, nilai luas pada tabel tersebut diatas harus disesuaikan degan cara mengalikan nilai tersebut dengan 10 dibagi dengan kelebihan curah hujan dalam mm perjam. Pipa tegak air hujan yang tidak berbentuk pipa (selinder), maka dapat berbentuk lain asalkan pipa tersebut dapat masuk kedalam penampang bentuk lain tersebut. Talang atap yang tidak berbentuk setengah lingkaran harus mempunyai penampang luas yang sama. 2.9 Sistem Pemadam Kebakaran Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran. Sistem pencegah bahaya kebakaran terdiri dari sistem proteksi pasif dan proteksi aktif. Sistem proteksi pasif meliputi akses jalan, strukur dan tata bangunan, sedangkan proteksi aktif meliputi fasilitas untuk menunjang operasi pemadaman kebakaran seefektif mungkin. PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 2.9.1 32 Fire hydrant Alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar (nozzle = nozel) untuk mengalirkan air bertekanan yang digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran, terdapat 2 macam hidran berdasarkan perletakannya yaitu : a. Hidran di luar gedung (hidran halaman) Tiap bagian dari jalur akses mobil pemadam di lahan bangunan harus dalam jarak bebas hambatan 50 m dari hidran kota. Bila hidran kota yang memenuhi persyaratan tersebut tidak tersedia, maka harus disediakan hidran halaman. Pasokan air untuk hidran halaman harus sekurangkurangnya 2400 liter/menit pada tekanan 3,5 bar, serta mampu mengalirkan air minimal selama 45 menit. • Debit air post hydrant dapat ditentukan dengan rumus Q = A x V………………………………………………..(2.21) Keterangan : • • A = Luasan pipa V = Kecepatan aliran dalam pipa Sedangkan kebutuhan air saat terjadi kebakaran diperoleh dari Kebutuhan Air = jumlah post hydrant x Q post hydrant x t…(2.22) Sehingga, total debit pengaliran menjadi Qfh = jumlah post hydrant x debit post hydrant…….(2.23) Gambar 2.7 fire hydrant diluar gedung Sumber : Indonetwork (2017) PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 33 b. Hidran di dalam gedung Cara pemasangan sistem hidran gedung. - Peralatan dan komponen sistem hidran gedung : hidran yang terdiri dari kotak hidran dan kopling pengeluaran aliran air; pompa dan instalasinya, perpipaan. - Jumlah dan perletakan hidran gedung disesuaikan dengan klasifikasi bangunan dan luas lantai ruangan yang dilindungi oleh hidran. - Debit air : minimum 400 liter/menit dan minimum tekanan pada titik tertinggi sebesar 4,5 kg/cm2 Diameter slang : minimum 3,75 cm (1,5 inch) - Diameter pipa tegak : untuk klasifikasi A, B, ( 5 cm, klasifikasi D ( 6,25 cm. - Ukuran kotak hidran : panjang 52 cm, lebar 15 cm dan tinggi 66 cm - Kopling pengeluaran aliran air: hidran gedung dengan pipa tegak yang berdiameter minimum 10 cm hams mempunyai kopling pengeluaran aliran air berdiameter minimum 6,25 cm yang sejenis dengan kopling peralatan unit mobil pemadam kebakaran . Persyaratan bahan : harus baru, berkualitas baik, minimum kelas medium, memenuhi spesifikasi bahan bangunan dalam SKBI dan Sll, bahan pipa dan fitting terdiri dari baja, baja galvanis, besi tuang dan tembaga, bahan komponen hidran terdiri dari kotak hidran, slang gulung, pipa pemancar, pipa hidran. Penetuan debit pengaliran hidran dalam gedung dapat diperoleh dengan rumus 2. 23 Gambar 2.8 fire hydrant dalam gedung Sumber : Bromindo (2015) PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 34 2.9.2 Lokasi penempatan fire hydrant Fire hydrant harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tersedia sumber air berupa hidran halaman, sumur kebakaran atau reservoir air dan sebagainya yang memudahkan instansi pemadam kebakaran untuk menggunakannya, sehingga setiap rumah dan bangunan gedung dapat dijangkau oleh pancaran air unit pemadam kebakaran dari jalan di lingkungannya. 2.9.3 Kebutuhan air Suatu pasokan air yang disetujui dan mampu memasok aliran air yang diperlukan untuk roteksi kebakaran harus disediakan guna menjangkau seluruh lingkungan dimana fasilitas, bangunan gedung atau bagian bangunan gedung di konstruksi atau akan disahkan secara formal. Apabila tidak ada sistem distribusi air yang handal, maka diperbolehkan untuk memasang atau menyediakan reservoir, tangki bertekanan, tangki elevasi. a. Sprinkler Alat pemancar air untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk deflektor pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat memancar kesemua arah secara merata. Penyediaan air harus mampu mengalirkan air dengan kapasitas 225 liter/menit dan bertekanan 2,2 kg/cm2 ditambah tekanan air yang ekivalen dengan perbedaan tinggi antara katup kendali dengan sprinkler tertinggi. PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 35 BAB III DATA PERENCANAAN 3.1 Jenis Gedung Bangunan yang direncanakan yaitu Sekolah Dasar enam lantai dilengkapi dengan sistem plambing. Gedung Sekolah Dasar berbentuk huruf “I” dengan luas gedung 1080 m2 dengan panjang 44 m dan lebar 28 m. Direncanakan tinggi gadung tiap lantai yaitu 5 m. Gedung Sekolah Dasar direncanakan terdapat ruang kelas sebanyak 24 ruang, laboratorium sebanyak 3 ruang, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, kanti, koperasi, auditorium dan gudang. Direncanakan dalam gedung Sekolah Dasar ini terdapat 30 toilet. 3.2 Jenis dan Jumlah Alat Plambing Dalam perencanaan pembangunan gedung tentunya tidak lepas dari berbagai peralatan plambing. Alat plambing tersebut digunakan untuk menyediakan air bersih ke tempat-tempat tertentu dan membuang air kotor dari tempat-tempat tertentu. Tabel 3.1 Jenis dan Jumlah Alat Plambing Alat Plambing Jumlah Alat Plambing Kloset (tangki gelontor) 45 Sink (kran ukuran 20mm) 5 Wastafel/Lavatory 40 Faucet (kran ukuran 20mm) 45 Urinal 45 kran wudhu (kran ukuran 15mm) 16 Berdasarkan tabel 3.1 peralatan plambing yang diperlukan pada gedung Sekolah Dasar yaitu kloset, sink, lavatory, faucet dan urinal. Diperhitungkan jumlah keseluruhan alat plambing yang diperlukan sebanyak 196 buah. 3.3 Denah Gedung (terlampir) PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 36 BAB IV PERHITUNGAN 4.1 Kebutuhan Air Bersih 4.1.1 Kriteria Kebutuhan Air Bersih Perbandingan luas lantai efektif/total (%) 58 %-60% -Menggunakan 60% (Morimura;48,1986) Kepadatan penduduk (m2) 5-10 m2/orang (Morimura;67,1986) -Menggunakan 5m2/orang Pemakaian air rata-rata sehari (liter/orang) -40 liter/orang (Morimura;48,1986 ) Antisipasi Kebocoran -20 % (Morimura;69,1986) Jangka waktu pemakaian air rata-rata sehari/T (jam/hari) -5 jam (Morimura;48,1986) 4.1.2 Perhitungan 28 11 14 4 4 22 11 14 20 Gambar 4.1 Denah Gedung Sekolah Dasar PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 37 a. Berdasarkan Jumlah Penghuni Metoda ini didasarkan pada pemakaian air rata-rata sehari dari setiap penghuni, dan perkiraan jumlah penghuni. Dengan demikian jumlah pemakaian air sehari dapat diperkirakan, walaupun jenis maupun jumlah alat plambing belum ditentukan. Metoda ini praktis untuk tahap perencanaan atau juga perancangan. Apabila jumlah penghuni diketahui, maka dapat digunakan untuk menghitung pemakaian air rata-rata sehari berdasarkan standart mengenai pemakaian air perorang per hari untuk sifat penggunaan gedung tersebut. Tetapi jika jumlah penghuni tidak diketahui, digunakan penafsiran berdasarkan luas lantai dan menetapkan kepadatan hunian perluas lantai. Luas lantai gedung yang dimaksudkan adalah luas lantai efektif, berkisar antara 55-60% dari luas seluruhnya. 1) Luas Gedung Luas gedung berbentuk huruf “I”,dibagi menjadi 5 gedung dimana gedung 1 dan 2 adalah gedung bagian depan dan belakang, gedung 3 adalah gedung yang diapit antara gedung 1 dan gedung 2 sedangkan gedung 4 dan 5 adalah gedung yang memuat anak tangga. Maka akan didapat luas gedung perpustakan yang sesuai dengan perencanaan. Setelah itu mencari luas seluruh gedung atau luas 6 lantai, dengan mengalikan hasil perhitungan luas lantai dengan jumlah lantai gedung. Luas per lantai Gedung 1 dan 2 = 2 x (28x 11) = 616 m2 Gedung 3 = 20 x 22 Gedung 4 dan 5 = 2 x (3x4) = 440 m2 = 24 m2 Luas per lantai = gedung 1 dan 2 + gedung 3 + gedung 4 dan 5 = 1080 m2 PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 38 Luas total : Luas per-lantai x 6 1080 m2 x 6 = 6480 m2 Luas gedung efektif : 60% x Luas Total Gedung x 6480 m2 = 3888 m2 60 100 2) Kepadatan penduduk Untuk dapat mengetahui jumlah kepadatan penghuni dengan kepadatan hunian tidak diketahui. digunakan kepadatan hunian (5 m2 -10 m2) per orang dari hasil asumsi. Luas gedung efektif = Kepadatan penduduk 3888 m2 = 777,6 orang = 778 orang 5 m2 3) Pemakaian air rata-rata (Sehari) Lihat pada kolom pemakaian air rata-rata sehari dalam liter. Pilih jenis gedung yang akan direncanakan, dalam perencanaan kali ini adalah Sekolah Dasar yaitu 40 liter per orang/hari. Qd = Kepadatan penduduk x pemakaian air rata-rata = 778 orang x 40 liter/orang = 31120 liter/hari = 31,120 m3/hari PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 39 4) Antisipasi Kebocoran Untuk mengurangi atau menghindari resiko paling buruk yaitu kebocoran pada reservoir, kita asumsikan jumlah air yang akan berkurang karena bocor ± Qd total %. = (100% + tambahan air) Qd = (100% + 20%) Qd = 120% x 31,120 m3/hari = 37344 m3/hari 5) Pemakaian air rata-rata (Per-jam) Untuk dapat mengetahui debit air per jam nya, diperlukan data jangka waktu pemakaian air rata-rata sehari dalam jam nya. Jenis gedung yang direncanakan Sekolah Dasar, diperoleh jangka waktu pemakaian air ratarata yaitu 5 jam. Qh = Qd total : T = 37344 m3/hari : 5 jam/hari = 7468,8 m3/ jam 6) Pemakaian Pada jam puncak Pada jam : Qh max = Qh x C1 (C1= 1,5-2,0 , Morimura;69,1986) = 7468,8 m3/ jam x 2,0 = 14937,6 m3/jam Pada menit : Qm max = (Qh:60) x C2 (C2= 3,0-4,0 , Morimura;69,1986) = (7468,8 m3/ jam : 60) x 4 = 497,92 m3/ menit PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 40 b. Berdasarkan Jenis dan Jumlah Alat Plambing Metode berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing dapat digunakan apabila kondisi pemakaian air dan jumlah dari setiap jenis alat plambing yang digunakan dalam gedung tersebut diketahui. Metode ini diperkirakan adanya faktor pemakaian serentak daripada alat-alat plumbing yang dipakai secara bersamaan. karena apabila ada saat tertentu alat-alat plambing pada suatu gedung dipakai secara bersamaan maka debit air yang dikeluarkan semakin besar. apabila alat-alat itu tidak dipakai secara bersama agar suplai air yang dibutuhkan oleh para pemakai alat plambing dapat terpenuhi. Oleh karena itu. adapun tabel yang memuat prasentase pemakaian air serentak alat plambing seperti tabel 4.1 Tabel 4.1 Pemakaian Air dan Jangka Waktu Alat Plambing Kloset (tangki gelontor) Sink (kran ukuran 20mm) Wastafel/Lavatory Faucet (kran ukuran 20mm) Urinal Keran wudhu (kran ukuran 15mm) PLAMBI PLAMBI Jumlah alat Plambing Pemakaian Air Sekali (liter) Jangka Waktu Pemakaian (Jam) 45 15 6 14 25 6 53 10 6 45 25 6 45 5 12 32 15 6 Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 41 Berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat ditentukan pemakaian air rata-rata(Qh) seperti tabel 4.2 Tabel 4.2 Perhitungan berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing Jenis Alat Plambing Kloset (tangki Gelontor) Sink (kran ukuran 20 mm) Wastafel/ Lavatory Faucet (kran ukuran 20mm) Urinal Kran Wudlu (kran ukuran 15mm) a. Jumlah Alat Plambing Pemakaian Air sekali penggunaan (liter) Jangka waktu pemakaian per jam Qd total (l/jam) Faktor Pemakaian (%) Q effektif (l/jam) 45 15 6 4050 38,50% 1559,25 5 25 6 750 62,50% 468,75 40 10 6 2400 39,00% 936 45 25 6 6750 38,50% 2598,75 45 5 12 2700 38,50% 1039,5 30 15 6 2700 40,50% 1093,5 ⅀ Qh 7695,75 Qh max 15391,5 Qm max 513,05 Pemakaian air rata-rata per hari (Qd) Qd total = jumlah alat plambing x Pemakaian air sekali penggunaan x jangka waktu pemakaian b. Faktor Pemakaian Faktor Pemakaian diperoleh dengan metode interpolasi Kloset (tangki gelontor) Jumlah alat plambing (X) : 45 Titik bawah jumlah alat plambing (X1) : 40 Titik atas jumlah alat plambing (X2) : 50 Titik bawah jenis alat plambing (Y1) : 39 Titik atas jenis alat plambing (Y2) : 38 Faktor pemakaian tangki gelontor diperoleh 38,5% dengan perhitungan sebagai berikut : PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR − − − − = − = − = 42 − − − − -5 = 10(y-39) -5 = 10y – 390 -5 + 390 = 10y 385 =10y y = 38,5 % c. Pemakaian pada jam puncak Qh max = Qh x C1 (C1 = 1,5-2,0 halaman 69 Morimura) = 7695,75/jam x 2 =153916,5 liter /jam = 153,915 m3/jam Qm max = = �ℎ x C2 , (C2 = 3,0 – 4,0 halaman 69 Morimura) x4 =513,05 liter/menit = 0,513 m3/menit c. Berdasarkan Unit Alat Plambing Dalam metode ini untuk setiap alat plambing ditetapkan suatu unit beban (fixture unit). Untuk setiap bagian pipa dijumlahkan besarnya unit beban dari semua alat plambing yang dilayaninya, dan kemudian dicari besarnya laju aliran air dengan kurva pada gambar 2.1, kurva ini memberikan hubungan antara jumlah unit beban alat plambing dengan laju aliran air, dengan memasukkan faktor kemungkinan penggunaan serempak dari alat-alat plambing. PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 43 Data yang diperoleh sebagai berikut : (Hal, 68 Sofyan Morimura ) Tabel 4,3 Unit Alat Plambing Alat Plambing UAP Kloset (tangki Gelontor) Sink (kran ukuran 20 mm) Wastafel/ Lavatory Faucet (kran ukuran 20mm) Urinal 5 5 2 1 3 Berdasarkan unit alat plambing, diperoleh data sebagai berikut (tabel 4,4) Tabel 4,4 Perhitungan unit alat plambing Jumlah Alat Jenis Alat Plambing Plambing UAP Jumlah UAP Kloset (tangki Gelontor) 25 5 125 Sink (kran ukuran 20 mm) 14 5 70 Wastafel/ Lavatory 53 2 106 Faucet (kran ukuran 20mm) 57 1 57 Urinal 30 3 90 PLAMBI PLAMBI TOTAL 448 Qh 448 Q Effektif 26880 Qh max 53760 Qm max 1792 Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 44 Gambar 4,2 Unit Alat Plambing (UAP) untuk beban sampai 3000 Pemakaian pada jam puncak Q Efektif = Aliran serentak x 60 = 448 x 60 = 26880 l/jam = 26,88 m3/jam Qh max = Qeffektif x C1 (C1 = 1,5-2,0 halaman 69 Morimura) = 26,88 x 2 = 53,76 m3/jam Qm max = = � � , x C2 (C2 = 3,0 – 4,0 halaman 69 Morimura) x4 =1,792 m3/menit PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 45 4.1.3 Air Bersih yang dibutuhkan Kesimpulan berdasarkan ketiga metode yang dapat digunakan dalam menghitung kebutuhan air bersih dalam gedung Sekolah Dasar adalah menggunakan metode berdasarkan unit beban alat plambing. Metode tersebut dipilih karena dirasa paling rasional dan efektif dalam perencanaan gedung perpustakaan ini. Perhitungan menggunakan metode unit beban alat plambing menghasilkan angka yang paling besar, sehingga mengurangi resiko kekurangan air pada setiap alat plambing. 4.2 Penentuan ukuran pipa air bersih Sistem pipa air bersih dapat ditentukan dengan tabel sistem pipa air bersih. Tabel sistem pipa air bersih tersebut digunakan untuk mempermudah dalam menentukan jalur, sistem, dan diameter pipa yang dipakai pada setiap pipa yang dibutuhkan. Tabel tersebut juga memuat nilai eqivalen pipa, faktor pemakaian debit aliran air, panjang pipa, dan juga kecepatan aliran pada suatu jalur pipa. Berikut adalah tabel sistem pipa air bersih PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR 46 4.2.1 Perhitungan Sistem Pipa Air Bersih Tabel 4.5 Perhitungan sistem pipa air bersih lantai 1 Jumlah Baris Alat Plambing Ukuran Pipa (mm) Nilai Ekuivalensi Pipa di 13 Daerah ∑ Nilai Faktor Ekuivalen Pemakaian VIxVII Ukuran Pipa Q mendatar (l/mnt) m Tabel Diameter Koreksi V Koreksi (m/s) m3/S (l/mnt) mm m Tabel Hal 80-81 Akumulasi Tabel. 3.15, Hal 66 Hal. 80-81 49 I (0,3-2,5) mm mm 3.13, hal V (m/s) ∑Q 3.13, Akumulasi V=Q/A hal 49 II III IV V VI VII VIII IX X XI XII Closet 13 1 A2-A1 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Faucet 13 1 A3-A2 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 10,000 25,000 0,0004 1,327 Closet 13 1 A4-A3 3 87,50% 2,625 20,000 0,020 15,000 40,000 0,0007 2,123 Faucet 13 1 B-A4 4 75,00% 3,000 20,000 0,020 10,000 50,000 0,0008 2,654 Lavatory 13 1 B-B1 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Lavatory 13 1 B-B2 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 15,000 30,000 0,0005 1,592 XIII XIV LANTAI 1 SHAFT 1 SISTEM 1 SISTEM 2 SISTEM 3 Closet 13 1 C1-B 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Faucet 13 1 C2-C1 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 10,000 25,000 0,0004 1,327 Urinal 13 1 C3-C2 3 87,50% 2,625 20,000 0,020 3,600 28,600 0,0005 1,518 Urinal 13 1 C4-C3 4 75,00% 3,000 20,000 0,020 3,600 32,200 0,0005 1,709 Closet 13 1 C5-C4 5 65,00% 3,250 25,000 0,025 15,000 47,200 0,0008 1,603 Faucet 13 1 C6-C5 6 60,00% 3,600 25,000 0,025 10,000 57,200 0,0010 1,943 Closet 13 1 C7-C6 7 55,00% 3,850 25,000 0,025 15,000 72,200 0,0012 2,453 Faucet 13 1 C8-C7 8 53,25% 4,260 25,000 0,025 10,000 82,200 0,0014 2,792 25,000 0,025 1,699 25,000 0,020 1,592 30,000 0,030 1,939 47 Jumlah Baris Alat Plambing Ukuran Pipa (mm) Nilai Ekuivalensi Pipa di 13 Daerah ∑ Nilai Faktor Ekuivalen Pemakaian VIxVII Ukuran Pipa Q mendatar (l/mnt) SISTEM 5 (0,3-2,5) Diameter Koreksi V Koreksi (m/s) mm mm SISTEM 4 V (m/s) ∑Q m (l/mnt) m3/S mm Lavatory 13 1 D1-D 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Lavatory 13 1 D2-D 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 15,000 30,000 0,0005 1,592 Closet 13 1 E1-D 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Faucet 13 1 E2-E1 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 10,000 25,000 0,0004 1,327 Urinal 13 1 E3-E2 3 87,50% 2,625 20,000 0,020 3,600 28,600 0,0005 1,518 Urinal 13 1 E4-E3 4 75,00% 3,000 20,000 0,020 3,600 32,200 0,0005 1,709 20 42,38% 8,475 25,000 0,025 254,400 0,0042 Pipa Utama m 25,000 0,020 1,592 25,000 0,025 1,094 8,642 50,000 0,050 2,161 20,000 0,020 0,531 SHAFT 2 SISTEM 1 SISTEM 2 Faucet 13 1 F2-F1 1 100,00% 1,000 20,000 0,020 10,000 10,000 0,0002 0,531 Faucet 13 1 F3-F2 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 10,000 20,000 0,0003 1,062 Faucet 13 1 F4-F3 3 87,50% 2,625 20,000 0,020 10,000 30,000 0,0005 1,592 Faucet 13 1 F5-F4 4 75,00% 3,000 20,000 0,020 10,000 40,000 0,0007 2,123 Faucet 13 1 F6-F5 5 70,00% 2,663 20,000 0,020 10,000 50,000 0,0008 2,654 25,000 0,025 1,699 Faucet 13 1 F7-F6 6 65,00% 3,090 20,000 0,020 10,000 60,000 0,0010 3,185 25,000 0,025 2,038 Faucet 13 1 F8-F7 7 60,00% 3,483 20,000 0,020 10,000 70,000 0,0012 3,715 25,000 0,025 2,378 Faucet 13 1 F9-F8 8 55,00% 3,840 20,000 0,020 10,000 80,000 0,0013 4,246 30,000 0,030 1,887 Closet 13 1 F10-F9 9 53,25% 9,000 13,000 0,013 15,000 95,000 0,0016 11,935 30,000 0,030 2,241 Faucet 13 1 F11-F10 10 51,50% 10,000 20,000 0,020 10,000 105,000 0,0018 5,573 30,000 0,030 2,477 Closet 13 1 F12-F11 11 49,75% 9,625 20,000 0,020 15,000 120,000 0,0020 6,369 40,000 0,040 1,592 Faucet 13 1 G-F12 12 48,00% 9,000 20,000 0,020 10,000 130,000 0,0022 6,900 40,000 0,040 1,725 Lavatory 13 1 G1-G 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 20,000 0,020 0,796 Lavatory 13 1 G2-G 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 15,000 30,000 0,0005 1,592 48 Jumlah Baris Alat Plambing Ukuran Pipa (mm) Nilai Ekuivalensi Pipa di 13 Daerah ∑ Nilai Faktor Ekuivalen Pemakaian VIxVII Ukuran Pipa Q mendatar (l/mnt) SISTEM 4 SISTEM 5 (0,3-2,5) m (l/mnt) m3/S mm Closet 13 1 H1-G 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Faucet 13 1 H2-H1 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 10,000 25,000 0,0004 1,327 Urinal 13 1 H3-H2 3 87,50% 2,625 20,000 0,020 3,600 28,600 0,0005 1,518 Urinal 13 1 H4-H3 4 75,00% 3,000 20,000 0,020 3,600 32,200 0,0005 1,709 Sink 20 3,1 I2-I1 3,1 86,25% 2,674 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Lavatory 13 1 J-J1 4,1 74,38% 3,049 20,000 0,020 15,000 30,000 0,0005 1,592 Lavatory 13 1 F2-F1 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Lavatory 13 1 F-F2 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 15,000 30,000 0,0005 1,592 24,1 0,42375 10,212 25,000 0,025 222,200 0,0037 7,548 Pipa Utama Diameter Koreksi V Koreksi (m/s) mm mm SISTEM 3 V (m/s) ∑Q m 20,000 0,020 0,796 20,000 0,020 0,796 25,000 0,025 1,019 50,000 0,050 1,887 49 Tabel 4.6 Perhitungan sistem pipa air bersih lantai 2 Jumlah Baris Alat Plambing Ukuran Pipa (mm) Nilai Ekuivalensi Pipa di 13 mm Daerah ∑ Nilai Ekuivalen Faktor Pemakaian VIxVII Ukuran Pipa mendatar mm Q (l/mnt) M V (m/s) (0,3-2,5) ∑Q m3/S (l/mnt) Hal. 80-81 II III IV V VI VII Closet 13 1 A2-A1 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Faucet 13 1 A3-A2 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 10,000 25,000 0,0004 1,327 I Tabel 3.15, Hal 66 Hal. 80-81 Tabel 3.13, hal 49 IX X mm Tabel 3.13, hal 49 Akumulasi VIII Akumulasi Diameter Koreksi V Koreksi (m/s) m V=Q/A XI XII XIII XIV LANTAI 2 Shaft 1 SISTEM 1 SISTEM 2 SISTEM 3 Closet 13 1 A4-A3 3 87,50% 2,625 20,000 0,020 15,000 40,000 0,0007 2,123 Faucet 13 1 B-A4 4 75,00% 3,000 20,000 0,020 10,000 50,000 0,0008 2,654 Lavatory 13 1 B2-B1 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Lavatory 13 1 B-B2 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 15,000 30,000 0,0005 1,592 Closet 13 1 C1-B 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Faucet 13 1 C2-C1 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 10,000 25,000 0,0004 1,327 Urinal 13 1 C3-C2 3 87,50% 2,625 20,000 0,020 2,700 27,700 0,0005 1,470 Urinal 13 1 C4-C3 4 75,00% 3,000 20,000 0,020 2,700 30,400 0,0005 1,614 Closet 13 1 C6-C5 5 53,25% 8,750 21,000 0,021 3,700 34,100 0,0006 1,642 Faucet 13 1 C7-C6 6 51,50% 16,500 22,000 0,022 4,700 38,800 0,0006 1,702 Closet 13 1 C8-C7 7 49,75% 26,250 23,000 0,023 5,700 44,500 0,0007 1,786 Faucet 13 1 D-C9 8 48,00% 38,000 24,000 0,024 6,700 51,200 0,0009 1,887 25,000 0,025 1,699 20,000 0,020 0,796 20,000 0,020 2,362 50 Jumlah Baris Alat Plambing Ukuran Pipa (mm) Nilai Ekuivalensi Pipa di 13 mm Daerah ∑ Nilai Ekuivalen Faktor Pemakaian VIxVII Ukuran Pipa mendatar mm SISTEM 4 Q (l/mnt) M V (m/s) (0,3-2,5) ∑Q (l/mnt) m3/S mm Lavatory 13 1 D2-D1 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Lavatory 13 1 D-D2 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 15,000 30,000 0,0005 1,592 Closet 13 1 E1-D 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Faucet 13 1 E2-E1 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 10,000 25,000 0,0004 1,327 Urinal 13 1 E3-E2 3 87,50% 2,625 20,000 0,020 2,700 16,000 0,0003 0,849 Urinal 13 1 E4-E3 4 75,00% 3,000 20,000 0,020 2,700 18,700 0,0003 20 0,42375 8,475 25,000 0,025 179,900 SISTEM 5 Pipa Utama Diameter Koreksi V Koreksi (m/s) m 20,000 0,020 0,796 0,993 20,000 0,020 0,849 0,0030 6,111 50,000 0,050 1,528 25,000 0,025 1,699 20,000 0,020 0,796 Shaft 2 SISTEM 1 SISTEM 2 SISTEM 3 Closet 13 1 F2-F1 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Faucet 13 1 F3-F2 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 10,000 25,000 0,0004 1,327 Closet 13 1 F4-F3 3 87,50% 2,625 20,000 0,020 15,000 40,000 0,0007 2,123 Faucet 13 1 G-F4 4 75,00% 3,000 20,000 0,020 10,000 50,000 0,0008 2,654 Lavatory 13 1 G2-G1 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Lavatory 13 1 G-G2 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 15,000 30,000 0,0005 1,592 Closet 13 1 H1-G 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Faucet 13 1 H2-H1 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 10,000 25,000 0,0004 1,327 51 Jumlah Baris Alat Plambing Ukuran Pipa (mm) Nilai Ekuivalensi Pipa di 13 mm Daerah ∑ Nilai Ekuivalen Faktor Pemakaian VIxVII Ukuran Pipa mendatar mm SISTEM 4 Q (l/mnt) M V (m/s) (0,3-2,5) ∑Q (l/mnt) m3/S mm Urinal 13 1 H3-H2 3 87,50% 2,625 20,000 0,020 2,700 27,700 0,0005 1,470 Urinal 13 1 H4-H3 4 75,00% 3,000 20,000 0,020 2,700 30,400 0,0005 1,614 Sink 20 3,1 I2-I1 3,1 86,25% 2,674 20,000 0,020 15,000 15,000 0,0003 0,796 Lavatory 13 1 I-I2 4,1 74,38% 3,049 20,000 0,020 15,000 30,000 0,0005 14,1 0,42375 5,975 25,000 0,025 40,000 0,0007 Pipa Utama Diameter Koreksi V Koreksi (m/s) m 20,000 0,020 1,470 1,592 20,000 0,020 0,796 1,359 50,000 0,050 0,340 52 Tabel 4,7 Perhitungan sistem pipa air bersih lantai 3 Jumlah Baris Alat Plambing Ukuran Pipa (mm) Nilai Ekuivalensi Pipa di 13 Daerah ∑ Nilai Faktor Ekuivalen Pemakaian VIxVII Ukuran Pipa Q mendatar (l/mnt) m Tabel Diameter Koreksi V Koreksi (m/s) m3/S (l/mnt) mm m Tabel Hal 80-81 Akumulasi Tabel. 3.15, Hal 66 Hal. 80-81 49 I (0,3-2,5) mm mm 3.13, hal V (m/s) ∑Q 3.13, Akumulasi V=Q/A hal 49 II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV LANTAI 3 SHAFT 1 SISTEM 1 SISTEM 2 SISTEM 3 SISTEM 4 Closet 13 1 A2-A1 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Faucet 13 1 A3-A2 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 10,000 25,000 0,0004 1,327 Closet 13 1 A4-A3 3 87,50% 2,625 20,000 0,020 15,000 40,000 0,0007 2,123 Faucet 13 1 B-A4 4 75,00% 3,000 20,000 0,020 10,000 50,000 0,0008 2,654 Lavatory 13 1 B-B1 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Lavatory 13 1 B-B2 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 15,000 30,000 0,0005 1,592 Closet 13 1 C1-B 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Faucet 13 1 C2-C1 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 10,000 25,000 0,0004 1,327 Urinal 13 1 C3-C2 3 87,50% 2,625 20,000 0,020 3,600 28,600 0,0005 1,518 Urinal 13 1 C4-C3 4 75,00% 3,000 20,000 0,020 3,600 32,200 0,0005 1,709 Closet 13 1 C5-C4 5 65,00% 3,250 25,000 0,025 15,000 47,200 0,0008 1,603 Faucet 13 1 C6-C5 6 60,00% 3,600 25,000 0,025 10,000 57,200 0,0010 1,943 Closet 13 1 C7-C6 7 55,00% 3,850 25,000 0,025 15,000 72,200 0,0012 2,453 Faucet 13 1 C8-C7 8 53,25% 4,260 25,000 0,025 10,000 82,200 0,0014 2,792 Lavatory 13 1 D1-D 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Lavatory 13 1 D2-D 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 15,000 30,000 0,0005 1,592 25,000 0,025 1,699 25,000 0,020 1,592 30,000 0,030 1,939 25,000 0,020 1,592 53 Jumlah Baris Alat Plambing Ukuran Pipa (mm) Nilai Ekuivalensi Pipa di 13 Daerah ∑ Nilai Faktor Ekuivalen Pemakaian VIxVII Ukuran Pipa Q mendatar (l/mnt) (0,3-2,5) Diameter Koreksi V Koreksi (m/s) mm mm SISTEM 5 V (m/s) ∑Q m (l/mnt) m3/S mm Closet 13 1 E1-D 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Faucet 13 1 E2-E1 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 10,000 25,000 0,0004 1,327 Urinal 13 1 E3-E2 3 87,50% 2,625 20,000 0,020 3,600 28,600 0,0005 1,518 Urinal 13 1 E4-E3 4 75,00% 3,000 20,000 0,020 3,600 32,200 0,0005 1,709 20 42,38% 8,475 25,000 0,025 254,400 0,0042 Pipa Utama m 25,000 0,025 1,094 8,642 50,000 0,050 2,161 20,000 0,020 0,531 SHAFT 2 SISTEM 1 SISTEM 2 SISTEM 3 Faucet 13 1 F2-F1 1 100,00% 1,000 20,000 0,020 10,000 10,000 0,0002 0,531 Faucet 13 1 F3-F2 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 10,000 20,000 0,0003 1,062 Faucet 13 1 F4-F3 3 87,50% 2,625 20,000 0,020 10,000 30,000 0,0005 1,592 Faucet 13 1 F5-F4 4 75,00% 3,000 20,000 0,020 10,000 40,000 0,0007 2,123 Faucet 13 1 F6-F5 5 70,00% 2,663 20,000 0,020 10,000 50,000 0,0008 2,654 25,000 0,025 1,699 Faucet 13 1 F7-F6 6 65,00% 3,090 20,000 0,020 10,000 60,000 0,0010 3,185 25,000 0,025 2,038 Faucet 13 1 F8-F7 7 60,00% 3,483 20,000 0,020 10,000 70,000 0,0012 3,715 25,000 0,025 2,378 Faucet 13 1 F9-F8 8 55,00% 3,840 20,000 0,020 10,000 80,000 0,0013 4,246 30,000 0,030 1,887 Closet 13 1 F10-F9 9 53,25% 9,000 13,000 0,013 15,000 95,000 0,0016 11,935 30,000 0,030 2,241 Faucet 13 1 F11-F10 10 51,50% 10,000 20,000 0,020 10,000 105,000 0,0018 5,573 30,000 0,030 2,477 Closet 13 1 F12-F11 11 49,75% 9,625 20,000 0,020 15,000 120,000 0,0020 6,369 40,000 0,040 1,592 Faucet 13 1 G-F12 12 48,00% 9,000 20,000 0,020 10,000 130,000 0,0022 6,900 40,000 0,040 1,725 Lavatory 13 1 G1-G 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 20,000 0,020 0,796 Lavatory 13 1 G2-G 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 15,000 30,000 0,0005 1,592 Closet 13 1 H1-G 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 20,000 0,020 0,796 54 Jumlah Baris Alat Plambing Ukuran Pipa (mm) Nilai Ekuivalensi Pipa di 13 Daerah ∑ Nilai Faktor Ekuivalen Pemakaian VIxVII Ukuran Pipa Q mendatar (l/mnt) SISTEM 5 (0,3-2,5) m (l/mnt) m3/S mm Faucet 13 1 H2-H1 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 10,000 25,000 0,0004 1,327 Urinal 13 1 H3-H2 3 87,50% 2,625 20,000 0,020 3,600 28,600 0,0005 1,518 Urinal 13 1 H4-H3 4 75,00% 3,000 20,000 0,020 3,600 32,200 0,0005 1,709 Sink 20 3,1 I2-I1 3,1 86,25% 2,674 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Lavatory 13 1 J-J1 4,1 74,38% 3,049 20,000 0,020 15,000 30,000 0,0005 1,592 Lavatory 13 1 F2-F1 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Lavatory 13 1 F-F2 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 15,000 30,000 0,0005 1,592 24,1 0,42375 10,212 25,000 0,025 222,200 0,0037 7,548 Pipa Utama Diameter Koreksi V Koreksi (m/s) mm mm SISTEM 4 V (m/s) ∑Q m 20,000 0,020 0,796 25,000 0,025 1,019 50,000 0,050 1,887 55 Tabel 4.8 Perhitungan sistem pipa air bersih lantai 4 Jumlah Baris Alat Plambing Ukuran Pipa (mm) Nilai Ekuivalensi Pipa di 13 mm Daerah ∑ Nilai Ekuivalen Faktor Pemakaian VIxVII Ukuran Pipa mendatar mm Q (l/mnt) M V (m/s) (0,3-2,5) ∑Q m3/S (l/mnt) Hal. 80-81 II III IV V VI VII Closet 13 1 A2-A1 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Faucet 13 1 A3-A2 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 10,000 25,000 0,0004 1,327 I Tabel 3.15, Hal 66 Hal. 80-81 Tabel 3.13, hal 49 IX X mm Tabel 3.13, hal 49 Akumulasi VIII Akumulasi Diameter Koreksi V Koreksi (m/s) m V=Q/A XI XII XIII XIV LANTAI 4 Shaft 1 SISTEM 1 SISTEM 2 SISTEM 3 Closet 13 1 A4-A3 3 87,50% 2,625 20,000 0,020 15,000 40,000 0,0007 2,123 Faucet 13 1 B-A4 4 75,00% 3,000 20,000 0,020 10,000 50,000 0,0008 2,654 Lavatory 13 1 B2-B1 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Lavatory 13 1 B-B2 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 15,000 30,000 0,0005 1,592 Closet 13 1 C1-B 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Faucet 13 1 C2-C1 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 10,000 25,000 0,0004 1,327 Urinal 13 1 C3-C2 3 87,50% 2,625 20,000 0,020 2,700 27,700 0,0005 1,470 Urinal 13 1 C4-C3 4 75,00% 3,000 20,000 0,020 2,700 30,400 0,0005 1,614 Closet 13 1 C6-C5 5 53,25% 8,750 21,000 0,021 3,700 34,100 0,0006 1,642 Faucet 13 1 C7-C6 6 51,50% 16,500 22,000 0,022 4,700 38,800 0,0006 1,702 Closet 13 1 C8-C7 7 49,75% 26,250 23,000 0,023 5,700 44,500 0,0007 1,786 Faucet 13 1 D-C9 8 48,00% 38,000 24,000 0,024 6,700 51,200 0,0009 1,887 25,000 0,025 1,699 20,000 0,020 0,796 20,000 0,020 2,362 56 Jumlah Baris Alat Plambing Ukuran Pipa (mm) Nilai Ekuivalensi Pipa di 13 mm Daerah ∑ Nilai Ekuivalen Faktor Pemakaian VIxVII Ukuran Pipa mendatar mm SISTEM 4 Q (l/mnt) M V (m/s) (0,3-2,5) ∑Q (l/mnt) m3/S mm Lavatory 13 1 D2-D1 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Lavatory 13 1 D-D2 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 15,000 30,000 0,0005 1,592 Closet 13 1 E1-D 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Faucet 13 1 E2-E1 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 10,000 25,000 0,0004 1,327 Urinal 13 1 E3-E2 3 87,50% 2,625 20,000 0,020 2,700 16,000 0,0003 0,849 Urinal 13 1 E4-E3 4 75,00% 3,000 20,000 0,020 2,700 18,700 0,0003 20 0,42375 8,475 25,000 0,025 179,900 SISTEM 5 Pipa Utama Diameter Koreksi V Koreksi (m/s) m 20,000 0,020 0,796 0,993 20,000 0,020 0,849 0,0030 6,111 50,000 0,050 1,528 25,000 0,025 1,699 20,000 0,020 0,796 Shaft 2 SISTEM 1 SISTEM 2 SISTEM 3 Closet 13 1 F2-F1 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Faucet 13 1 F3-F2 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 10,000 25,000 0,0004 1,327 Closet 13 1 F4-F3 3 87,50% 2,625 20,000 0,020 15,000 40,000 0,0007 2,123 Faucet 13 1 G-F4 4 75,00% 3,000 20,000 0,020 10,000 50,000 0,0008 2,654 Lavatory 13 1 G2-G1 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Lavatory 13 1 G-G2 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 15,000 30,000 0,0005 1,592 Closet 13 1 H1-G 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Faucet 13 1 H2-H1 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 10,000 25,000 0,0004 1,327 57 Jumlah Baris Alat Plambing Ukuran Pipa (mm) Nilai Ekuivalensi Pipa di 13 mm Daerah ∑ Nilai Ekuivalen Faktor Pemakaian VIxVII Ukuran Pipa mendatar mm SISTEM 4 Q (l/mnt) M V (m/s) (0,3-2,5) ∑Q (l/mnt) m3/S mm Urinal 13 1 H3-H2 3 87,50% 2,625 20,000 0,020 2,700 27,700 0,0005 1,470 Urinal 13 1 H4-H3 4 75,00% 3,000 20,000 0,020 2,700 30,400 0,0005 1,614 Sink 20 3,1 I2-I1 3,1 86,25% 2,674 20,000 0,020 15,000 15,000 0,0003 0,796 Lavatory 13 1 I-I2 4,1 74,38% 3,049 20,000 0,020 15,000 30,000 0,0005 14,1 0,42375 5,975 25,000 0,025 40,000 0,0007 Pipa Utama Diameter Koreksi V Koreksi (m/s) m 20,000 0,020 1,470 1,592 20,000 0,020 0,796 1,359 50,000 0,050 0,340 58 Tabel 4.9 Perhitungan sistem pipa air bersih lantai 5 Jumlah Baris Alat Plambing Ukuran Pipa (mm) Nilai Ekuivalensi Pipa di 13 mm Daerah ∑ Nilai Ekuivalen Faktor Pemakaian VIxVII Ukuran Pipa mendatar mm Q (l/mnt) m V (m/s) (0,3-2,5) ∑Q m3/S (l/mnt) Hal.80-81 II III IV V VI VII Closet 13 1 A2-A1 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Faucet 13 1 A3-A2 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 10,000 25,000 0,0004 1,327 I Tabel 3.15, Hal 66 Hal. 80-81 Tabel 3.13, hal 49 IX X mm Tabel 3.13, hal 49 Akumula si VIII Akumulasi Diameter Koreksi V Koreksi (m/s) m V=Q/A XI XII XIII XIV LANTAI 5 Shaft 1 SISTEM 1 SISTEM 2 SISTEM 3 Closet 13 1 A4-A3 3 87,50% 2,625 20,000 0,020 15,000 40,000 0,0007 2,123 Faucet 13 1 B-A4 4 75,00% 3,000 20,000 0,020 10,000 50,000 0,0008 2,654 Lavatory 13 1 B2-B1 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Lavatory 13 1 B-B2 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 15,000 30,000 0,0005 1,592 Closet 13 1 C1-B 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Faucet 13 1 C2-C1 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 10,000 25,000 0,0004 1,327 Urinal 13 1 C3-C2 3 87,50% 2,625 20,000 0,020 2,700 27,700 0,0005 1,470 Urinal 13 1 C4-C3 4 75,00% 3,000 20,000 0,020 2,700 30,400 0,0005 1,614 Closet 13 1 C6-C5 5 53,25% 8,750 21,000 0,021 3,700 34,100 0,0006 1,642 Faucet 13 1 C7-C6 6 51,50% 16,500 22,000 0,022 4,700 38,800 0,0006 1,702 Closet 13 1 C8-C7 7 49,75% 26,250 23,000 0,023 5,700 44,500 0,0007 1,786 Faucet 13 1 D-C9 8 48,00% 38,000 24,000 0,024 6,700 51,200 0,0009 1,887 25,000 0,025 1,699 20,000 0,020 0,796 20,000 0,020 2,362 59 Jumlah Baris Alat Plambing Ukuran Pipa (mm) Nilai Ekuivalensi Pipa di 13 mm Daerah ∑ Nilai Ekuivalen Faktor Pemakaian VIxVII Ukuran Pipa mendatar mm SISTEM 4 SISTEM 5 Q (l/mnt) m V (m/s) (0,3-2,5) ∑Q (l/mnt) m3/S Diameter Koreksi mm Lavatory 13 1 D2-D1 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Lavatory 13 1 D-D2 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 15,000 30,000 0,0005 1,592 V Koreksi (m/s) m 20,000 0,020 0,796 Closet 13 1 E1-D 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Faucet 13 1 E2-E1 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 10,000 25,000 0,0004 1,327 Urinal 13 1 E3-E2 3 87,50% 2,625 20,000 0,020 2,700 16,000 0,0003 0,849 Urinal 13 1 E4-E3 4 75,00% 3,000 20,000 0,020 2,700 18,700 0,0003 0,993 20,000 0,020 0,849 20 0,42375 8,475 25,000 0,025 209,900 0,0035 7,130 50,000 0,050 1,783 20,000 0,020 2,654 20,000 0,020 15,924 20,000 0,020 1,709 Pipa Utama SHAFT 2 SISTEM 1 SISTEM 2 SISTEM 3 Closet 13 1 G2-G1 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Faucet 13 1 G3-G2 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 10,000 25,000 0,0004 1,327 Closet 13 1 G4-G2 3 87,50% 2,625 20,000 0,020 15,000 40,000 0,0007 2,123 Faucet 13 1 H-G4 4 75,00% 3,000 20,000 0,020 10,000 50,000 0,0008 2,654 Lavatory 13 1 H1-H 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0025 18,844 Lavatory 13 1 H2-H 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 15,000 30,000 0,0050 15,924 Closet 13 1 I1-H 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Faucet 13 1 I2-I2 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 10,000 25,000 0,0004 1,327 Urinal 13 1 I3-I2 3 87,50% 2,625 20,000 0,020 3,600 28,600 0,0005 1,518 Urinal 13 1 I4-I3 4 75,00% 3,000 20,000 0,020 3,600 32,200 0,0005 1,709 60 Jumlah Baris Alat Plambing Ukuran Pipa (mm) Nilai Ekuivalensi Pipa di 13 mm Daerah ∑ Nilai Ekuivalen Faktor Pemakaian VIxVII Ukuran Pipa mendatar mm SISTEM 4 SISTEM 5 Q (l/mnt) m V (m/s) (0,3-2,5) ∑Q (l/mnt) m3/S mm Sink 20 1 J2-J1 3,1 86,25% 2,674 20,000 0,020 15,000 15,000 0,0003 0,796 Lavatory 13 1 J-J1 4,1 74,38% 3,049 20,000 0,020 15,000 30,000 0,0005 1,592 Lavatory 13 1 F2-F1 1 100,00% 1,000 13,000 0,013 15,000 15,000 0,0003 1,884 Lavatory 13 1 F1-F 2 100,00% 2,000 20,000 0,020 15,000 30,000 0,0005 16,1 0,42375 6,822 25,000 0,025 142,200 0,0024 Pipa Utama Diameter Koreksi V Koreksi (m/s) m 20,000 0,020 0,796 1,592 20,000 0,020 0,796 4,831 50,000 0,050 1,208 61 Tabel 4,10 Perhitungan pipa tegak air bersih PIPA TEGAK Jumlah Baris Alat Plambing Ukuran Pipa (mm) Nilai Ekuivalensi Pipa di 13 mm Daerah ∑ Nilai Ekuivalen Faktor Pemakaian VIxVII Ukuran Pipa mendatar mm M Q (l/mnt) V (m/s) (0,3-2,5) ∑Q (l/mnt) m3/S Diameter Koreksi mm m V Koreksi (m/s) SHAFT 1 Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Lantai 5 Pipa utama Lt. 1 Pipa utama Lt. 2 Pipa utama Lt. 3 Pipa utama Lt. 4 Pipa utama Lt. 5 20 42,38% 9,325 25,000 0,025 254,400 0,004 8,642 50,000 0,050 2.161 40 42,38% 9,365 25,000 0,025 222,200 0,004 7,548 50,000 0,050 1,887 60 42,38% 9,323 25,000 0,025 254,400 0,004 8,642 50,000 0,050 2,161 80 42,38% 9,365 25,000 0,025 222,200 0,004 7,548 50,000 0,050 1,887 100 43,28% 9,323 25,000 0,025 209,900 0,003 7,130 50,000 0,050 1,780 PIPA TEGAK SHAFT 2 Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Lantai 5 Pipa utama Lt. 1 Pipa utama Lt. 2 Pipa utam. L, 3 Pipa utama Lt. 4 Pipa utama Lt. 5 24,1 42,38% 9,365 25,000 0,025 222,200 0,004 7,548 50,000 0,050 1,887 38,2 42,38% 9,365 25,000 0,025 40,000 0,001 1,359 30,000 0,030 0,944 62,3 42,38% 9,365 25,000 0,025 222,200 0,004 7,548 50,000 0,050 1,887 76,4 42,38% 9,365 25,000 0,025 40,000 0,001 1,359 30,000 0,030 0,944 92,5 42,38% 5,975 25,000 0,025 142,200 0,002 4,831 50,000 0,050 1,208 PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 62 4.3 Ground Reservoir Ground reservoir (tangki bawah tanah) merupakan komponen plambing dalam sebuah gedung. Ground reservoir berfungsi untuk menampung air bersih untuk kebutuhan air. Pada perhitungan ground reservoir gedung Sekolah Dasar enam lantai ini menggunakan metode analitik. 4.4.1 Kriteria Perencanaan Untuk pemakaian PDAM dan pompa bisa diasumsikan berdasarkan kebutuhan a. Perencanaan • • Pemakaian PDAM = jam 06.00-16.00 = 10 jam/hari Pemakaian pompa = jam 07.00-15.00 = 8 jam/hari Distribusi air = jam 08.00-14.00 = 6 jam/hari Direncanakan tinggi ground reservoir adalah 2,5m dan panjang ground reservoir adalah (2 x lebar) ground reservoir. b. Perhitungan a) Metode Analitik • Supply PDAM • Supply POMPA • Distribusi = 06.00-16.00 (10 jam) = 07.00-15.00 (8 jam) = 08.00-14.00 (6 jam) …,, ke konsumen = 26,88 m3/jam (didapat dari Qefektif UAP) Qoprasional = 26,88 m3/jam x waktu operasional gedung = 26,88 m3/jam x 6 jam = 161,28 m3 = 162 m3 Q.PDAM = m � = 16,2 V.PDAM PLAMBI PLAMBI = 16,2 � � x 1 jam Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR 63 PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR = 16,2 Q.POMPA`= (masuk tabel 4.11) m � = 20,16 V.POMPA = 20,2 = 20,2 � � = 20,2 � x 1 jam (masuk tabel 4.11) Tabel 4.11 Penentuan Volume Ground Reservoir Jam 00.00-01.00 01.00-02.00 02.00-03.00 03.00-04.00 04.00-05.00 05.00-06.00 06.00-07.00 07.00-08.00 08.00-09.00 09.00-10.00 10.00-11.00 11.00-12.00 12.00-13.00 13.00-14.00 14.00-15.00 15.00-16.00 Jumlah PLAMBI PLAMBI V. Pdam 0 0 0 0 0 0 16.2 16,2 16,2 16,2 16,2 16,2 16,2 16,2 16,2 16,2 162 V.Pompa 0 0 0 0 0 0 10.2 20,2 20,2 10,2 20,2 20,2 10,2 20,2 20,2 10,2 162 V.Pompa-V.Pdam 0 0 0 0 0 0 -6 4 4 -6 4 4 -6 4 4 -6 Akumulasi 0 0 0 0 0 0 -6 -2 2 -4 0 4 -2 2 6 0 Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR 64 PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR Maksimal Minimal Minimal Mutlak V GR :6 : -6 :6 : 12 m3 a) Volume GR T = Ruang Hampa + Tinggi Permukaan Air = 2,5 m V GR = P x L x T 12 = 2L x L x T = 2L2 x 2,5 2,4 = L2 L = 1,55 m = 1,6 m Tabel 4.12 Penentuan Volume Rooftank Jam V. Pompa 00.00-01.00 01.00-02.00 02.00-03.00 03.00-04.00 04.00-05.00 05.00-06.00 06.00-07.00 07,00-08.00 08.00-09.00 09.00-10.00 10.00-11.00 11.00-12.00 12.00-13.00 13.00-14.00 14.00-15.00 15.00-16.00 Jumlah 0 0 0 0 0 0 19,2 9,2 19,2 19,2 19,2 9,2 19,2 19,2 9,2 19,2 162 Maksimal :4 Minimal : -4 PLAMBI PLAMBI V.Distribusi 0 0 0 0 0 0 16,2 16,2 16,2 16,2 16,2 16,2 16,2 16,2 16,2 16,2 162 V.Pompa-V.Pdam 0 0 0 0 0 0 -3 7 -3 -3 -3 7 -3 -3 7 -3 Akumulasi 0 0 0 0 0 0 -3 4 1 -2 -5 2 -1 -4 3 0 Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 65 Minimal Mutlak : 4 V GR :8 a) Volume RT Diameter =3m V RT = 0,25 x 3,14 x D2 x t 8 = 0,25 x 3,14 x 32 x t 8 = 7,065 x t t = 1,13 m Berdasarkan volume roof tank yang diperoleh kemudian dilakukan pemesanan roof tank sesuai dengan hasil perhitungan. 4.4 Titik Kritis Pengukuran tekanan air dilakukan untuk mengetahui apakah dimensi yang ada telah mencukupi suplai air yang dibutuhkan. Sebagai acuan dipilih kehilangan tekanan yang paling besar, yaitu pada alat plambing di titik kritis. Hal ini dilakukan agar sisa tekan pada titik lain dapat terpenuhi. Titik kritis dipilih berdasarkan pipa terpanjang dari tangki atap menuju ruang saniter terjauh. 4.4.1 Kriteria Perencanaan Titik kritis ada di lantai 5 pada alat plambing yang paling ujung yaitu kloset. 4.4.2 Desain perencanaan • Nilai C adalah 130 PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 66 Tabel 4.13 Konstanta Aksesoris No Aksesoris Nilai K 1 Elbow 1,1 2 T 0,35 3 Reducer (20 mm ke 13 mm) 0,29 4 Reducer (45 mm ke 35 mm) 0,38 5 Reducer (105 mm ke 45 mm) 0,42 4.4.3 Perhitungan Hf Mayor Perhitungan Hf mayor dapat dihitung dengan rumus �� �� � = � , � � ,6 , xL Langkah-langkah dalam menentukan Hf mayor sebagai berikut : 1. Menentukan alat plambing terjauh 2. Mengetahui debit pada alat plambing tersebut (Dari tabel 2.9) 3. Mengetahui Diameter koreksi pipa alat plambing tersebut (Dari tabel 2.9) 4. Menentukan panjang pipa air bersih antara alat plambing tersebut dengan alat plambing selanjutnya. • Adapun contoh perhitungan Hf mayor sebagai berikut Kloset (E2-E1) V =1,69 D = 0,026 Q = 0,00025 C = 130 L = 2,3 Hf mayor = = � , � � , � , , ,6 � , xL ,6 , x2,3 = 0,46 m PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR 67 PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR Tabel 4.14 Perhitungan HF Mayor Q D L Hf (m3/s) (meter) (meter) Mayor Kloset 0,00025 0,026 130 2,3 0,046 Fauchet 0,00042 0,026 130 2,8 0,147 Kloset 0,00067 0,026 130 2,3 0,288 Fauchet 0,00083 0,026 130 3 0,560 Kloset 0,00025 0,026 130 2,3 0,046 Fauchet 0,00042 0,026 130 3 0,158 Urinoir 0,00046 0,026 130 2,3 0,143 Urinoir 0,00051 0,026 130 7 0,528 Kloset 0,00057 0,026 130 2,3 0,213 Fauchet 0,00065 0,026 130 2,8 0,332 Kloset 0,00074 0,026 130 2,3 0,347 Fauchet 0,00085 0,026 130 3,1 0,605 Kloset 0,00025 0,026 130 2,3 0,046 Fauchet 0,00042 0,026 130 3 0,158 Urinoir 0,00027 0,026 130 2,3 0,053 Urinoir 0,00031 0,026 130 2,2 0,066 Pipa Utama mendatar 0,0035 0,06 130 1,5 0,063 Pipa Tegak Lantai 4 ke 5 0,00067 0,06 130 4 0,008 Total 3,808 Nama Alat C 4.4.4 Perhitungan Hf Minor Perhitungan Hf minor dapat dihitung dengan rumus �� � �=k � n , xL Langkah-langkah dalam menentukan Hf minor sebagai berikut : 1. Menentukan alat plambing terjauh 2. Mengetahui aksesoris alat plambing yang digunakan 3. Menentukan konstanta aksesoris (Dari tabel 4.13) 4. Mengetahui kecepatan koreksi alat plambing (Dari tabel 4.5-4.10) 5. Menentukan jumlah aksesoris pada jalur alat plambing tersebut, PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 68 6. Menentukan panjang pipa air bersih antara alat plambing tersebut dengan alat plambing selanjutnya Adapun contoh perhitungan Hf minor sebagai berikut • Kloset (E2-E1) Alat plambing = Kloset Aksesoris plambing = Elbow K Elbow = 1,1 Jumlah elbow (n) = 5 Kecepatan (v) =0,471111 g = 9,81 Hf minor (elbow) = k � = 1,1 n , � , (5) = 0,81 PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR 69 PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR Tabel 4.15 Perhitungan HF minor Nama Alat Kloset Fauchet Kloset Fauchet Kloset Fauchet Urinoir Urinoir Kloset Fauchet Kloset Fauchet Kloset Fauchet Urinoir Urinoir Pipa Utama mendatar Pipa Tegak Lantai 4 ke 5 Aksesoris .n v g Elbow Tee Tee Tee Tee Tee Tee Tee Tee Tee Tee Tee Tee Tee Tee Tee Elbow ball valve reducer 5 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 0,471 0,785 1,256 1,570 0,471 0,785 0,870 0,955 1,071 1,219 1,398 1,608 0,471 0,785 0,503 0,587 1,238 1,238 1,061 9,81 9,81 9,81 9,81 9,81 9,81 9,81 9,81 9,81 9,81 9,81 9,81 9,81 9,81 9,81 9,81 9,81 9,81 9,81 Hf Minor 0,062 0,011 0,028 0,088 0,004 0,011 0,014 0,016 0,020 0,026 0,035 0,092 0,004 0,011 0,004 0,006 0,086 0,008 0,007 Tee 1 9,81 0,020 Total 0,554 1,061 4.5 Tinggi Menara Rooftank • Hf total ≤ H statis yang tersedia • ƩHf + Hf sisa tekan + H alat plumbing terjauh ≤ H gedung tiap lantai + Tinggi menara RT 4,4 m + 3 m + 0,6 m ≤ 4,0 m + Tinggi menara RT 8,0 m ≤ 4,0 m + Tinggi menara RT 4,0 m ≤ Tinggi menara RT Tinggi menara RT = 4,0 m PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 70 4.6 Perhitungan Head Pompa Head pompa yang terjadi secara umum dapat dihitung dengan menggunakan rumus, sebagai berikut : Head Pompa = Hstatis + Hsistem • Hstatis = tinggi gedung muka air reservoir + tinggi muka air roof tank = 20 + 4 + 2,5 +0,5 = 27 m • Hsistem = Mayor losses + Minor losses + Hsisa tekan + (v2/2g) Mayor losses (Hf), meliputi : - Suction : L Suction = 1,4 + 3,6 = 500 cm = 5 m H f suction Q    2 , 63   0,00155 * c * D  1,85 *L   29,9  2 , 63   0,00155 * 120 * 20    0,02 m 1,85 *5 - Discharge : L discharge = 0,2 + 0,6 + 0,6 + 1,7 + 0,7 + 19,8 + 2,3 + 7 + 1,3 = 34,2 m H f disch arg e   Q  2 , 63   0,00155 * c * D  1,85 *L   25  2 , 63   0,00155 *120 * 20    0,14m 1,85 * 34,2 Jadi, total mayor losses= Hf suction + Hf discharge = 0,02 m + 0,14 m = 0,16 m o Minor losses (Hm), meliputi: PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 71 ➢ Headloss akibat 6 belokan 90o (K = 0,3)  K * v2  H m  10    2g   0,3 * 12   10    0,152 m  2 * 9,81  ➢ Headloss akibat 1 ball valve (K = 0,1)  K * v2  Hm     2g   0,1 * 12     0,005 m  2 * 9,81  ➢ Headloss akibat 1 basket strainer (K = 0,95)  K * v2  Hm     2g   0,95 * 12     0,048 m  2 * 9,81  Jadi, total minor losses = 0,152 + 0,005 + 0,048 = 0,205 m ✓ Head sisa tekan yang diinginkan merupakan head standar alat plumbing tertinggi yaitu sebesar 3 m (UAP standar water closet), 2 ✓ v  1 2 2g ✓ Jadi, Hsistem 2 * 9,81  0,05 m = 0,16 m + 0,205 m + 3 m + 0,05 m = 3,42 m ✓ Head pompa = Hstatis + Hsistem = 27 m + 3,42 m = 30,42 m ≈ 31 m Dari harga Q = 0,0299 m3/detik = 29,9 L/detik, dan head pompa = 30,42 m, kemudian nilai tersebut diplotkan pada grafik karakteristik pompa sentrifugal grundfos, PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 72 Gambar 4.3 Kurva Karakteristik Pompa Dari kurva diatas diperoleh: Tipe pompa = 125 x 100 – 315 dimana: 125 --- diameter hisap Nominal speed = 1450 rpm 100 --- diameter keluar Sehingga, dari tipe itu dapat ditentukan: • Whp atau daya air yaitu energi yang secara efektif diterima oleh air dari pompa per satuan waktu. Whp   *Q * H 75  = berat air per satuan volume (densitas, kg/m3) Q = debit air (m3/detik) H = head pompa (m) Dimana: Whp = daya air (Hp) PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR Whp   *Q * H 75  73 1000 * 0,0299 * 30,42  12,13 Hp 75 Ketentuan 1 Hp = 0,746 kW, maka nilai Whp = 9,049 kW • Bhp atau daya poros yaitu energi yang diperlukan untuk menggerakkan pompa per satuan waktu, Dan diasumsikan efisiensi pompa atau nilai  sebesar 90%, maka Bhp   Whp  9,049  10,054 kW 0,9 Dari nilai Whp dan Bhp pompa maka didapatkan besarnya daya pompa adalah 11 kW. Dikarenakan daya pompa yang terdapat di pasaran besarnya 13 kW. PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 74 BAB V PERENCANAAN SISTEM AIR BUANGAN DAN PIPA VEN 5.1 Dimensi Pipa Air Buangan Perencanaan plambing sebuah gedung tak lepas dari perencanaan air buangan yang dihasilkan aktivitas manusia didalam gedung tersebut. Perencanaan air buangan meliputi penentuan dimensi pipa pembuangan, dimensi pipa vent, penentuan septic tank dan sumur resapan. Penentuan dimensi pipa air buangan didasarkan pada unit beban alat plambing (UAP) yaitu unit alat plambing yang berperan sebagai beban di tiap alat plambing dalam pengaliran di pipa air buangan. Air buangan pada gedung Sekolah Dasar memilik dua macam yaitu air bekas (grey water) dan air kotor (black water). Grey water merupakan air buangan yang berasal dari bekas mandi dan mencuci, sedangkan black water merupakan air buangan yang berasal dari urinal dan kloset. Pada sistem pipa air buangan gedung Sekolah Dasar ini menggunakan sistem tercampur yaitu sistem perpipaan grey water dan black water yang disalurkan menjadi satu hingga masuk kedalam septic tank. Pada sistem pipa air buangan tercampur mempunyai desain khusus dalam sehingga air buangan yang diolah tidak membahayakan lingkungan. Langkah-langkah penentuan dimensi pipa air buangan adalah sebagai berikut : 1. Menentukan daerah atau jalur tiap sistem pada ruang saniter. Jalur setiap sistem tersebut ditentukan karena penentuan dimensi pipa air buangan dilakukan berdasarkan unit alat plambing komulatif. 2. Menentukan besarnya beban unit alat plambing dari setiap alat plambing pada setiap jalur yang telah ditetapkan. 3. Menentukan nilai beban UAP kumulatif dari setiap alat plambing sampai pada alat plambing yang paling akhir dari setiap jalur. 4. Menentukan diameter perangkap minimum untuk masing-masing alat plambing. 5. Menentukan diameter pipa alat plambing berdasarkan UAP maksimum dan jika diameter pipa air buangannya lebih kecil dari diameter perangkap minimumnya maka diambil nilai dari diameter perangkap minimum yang sesuai standar untuk setiap alat plambing. PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 6. 75 Menyesuaikan diameter pipa yang terpasang dengan diameter pipa yang ada di pasaran (inch). 7. Menentukan slope yang akan digunakan pada pipa air buangan masing-masing alat plambing yang akan menuju pipa tegak Berikut ini adalah contoh perhitungan dari Jalur A1-A2 • • • Alat plambing = floordrain. UAP untuk floordrain = 1 Akumulasi unit alat plambing = 1, maka : ❖ Diameter pipa minimum yang diperoleh = 40 mm; ❖ Diameter pipa berdasarkan UAP maksimum terpasang pada alat plambing = 32 mm; ❖ Diameter pipa yang dipakai = 32 mm = 1¼ inch; ❖ Slope 1/4 inchi per feet. Hasil perhitungan seluruhnya untuk penentuan pipa air buangan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut : PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR 76 Tabel 5.1 Diameter Pipa Air buangan Lantai 1 shaft 1 Lantai 1 Shaft 1 Sistem Jalur Alat Plambing Sistem 1 A1-A2 Floor Drain 1 1 Diameter pipa minimum (mm) 50 A2-A3 Closet 4 5 A3-A4 Floor Drain 1 A4-A5 Closet A6-A5 Lavatory A7-A5 Lavatory A5-A8 Pipa A8-A9 Floor Drain A9-A10 A10-A11 Sistem 2 Sistem 3 Sistem 4 Sistem 5 32 Diameter Pipa Terpakai (inchi) 1.25 75 50 1.5 1/4 6 50 65 2.5 1/8 4 10 75 65 2.5 1/8 1 11 32 75 2.5 1/8 1 12 32 75 2.5 1/8 12 50 75 2.5 1/8 1 13 50 75 2.5 1/8 Closet 4 17 75 100 4,0 1/8 Urinal 4 21 40 100 4,0 1/8 A11-A12 Urinal 4 25 40 100 4,0 1/8 A12-A13 Floor Drain 1 26 50 100 4,0 1/8 A13-A14 Closet 4 30 75 100 4,0 1/8 A14-A15 Floor Drain 1 31 50 100 4,0 1/8 A15-A16 Closet 4 35 75 100 4,0 1/8 A17-A16 Lavatory 1 36 32 100 4,0 1/8 A18-A16 Lavatory 1 37 32 100 4,0 1/8 A16-A19 Pipa 37 50 100 4,0 1/8 A19-A20 Floor Drain 1 38 50 100 4,0 1/8 A20-A21 Closet 4 42 75 100 4,0 1/8 A21-A22 Urinal 4 46 40 100 4,0 1/8 A22-AA Urinal 4 50 40 100 4,0 1/8 UAP Akumulasi UAP Diameter Pipa Terpasang (mm) Slope 1/4 77 Tabel 5.2 Diameter Pipa Air buangan Lantai 1 shaft 2 Lantai 1 Shaft 2 Sistem Jalur Alat Plambing Sistem 1 A23-A24 Floor Drain 0.5 0.5 Diameter pipa minimum (mm) 40 A24-A25 Floor Drain 0.5 1 A25-A26 Floor Drain 1 A26-A27 Closet A27-A28 Floor Drain A28-A29 Sistem 2 Sistem 3 Sistem 4 Sistem 5 32 Diameter Pipa Terpakai (inchi) 1.25 40 32 1.25 1/4 2 50 40 1.25 1/4 4 6 75 65 2.5 1/8 1 7 50 65 2.5 1/8 Closet 4 11 75 65 2.5 1/8 A30-A29 Lavatory 1 12 32 75 2.5 1/8 A31-A29 Lavatory 1 13 32 75 2.5 1/8 A29-A32 Pipa 13 50 75 2.5 1/8 A32-A33 Floor Drain 1 14 50 75 2.5 1/8 A33-A34 Closet 4 18 75 100 4,0 1/8 A34-A35 Urinal 4 22 40 100 4,0 1/8 UAP Akumulasi UAP Diameter Pipa Terpasang (mm) Slope 1/4 A35-AB Urinal 4 26 40 100 4,0 1/8 A36-A37 Lavatory 1 27 32 100 4,0 1/8 A38-AB Lavatory 1 28 32 100 4,0 1/8 A38-A39 Sink 2 30 40 100 4,0 1/8 A40-AB Lavatory 1 31 32 100 4,0 1/8 78 Tabel 5.3 Diameter Pipa Air buangan Lantai 2 shaft 1 Lantai 2 Shaft 1 Sistem Jalur Alat Plambing Sistem 1 B1-B2 Floor Drain 1 1 Diameter pipa minimum (mm) 50 B2-B3 Closet 4 5 B3-B4 Floor Drain 1 B4-B5 Closet B6-B5 Sistem 2 Sistem 3 Sistem 4 Sistem 5 32 Diameter Pipa Terpakai (inchi) 1.25 75 50 2 1/4 6 50 65 2.5 1/8 4 10 75 65 2.5 1/8 Lavatory 1 11 32 75 2.5 1/8 B7-B5 Lavatory 1 12 32 75 2.5 1/8 B5-B8 Pipa 12 50 75 2.5 1/8 B8-B9 Floor Drain 1 13 50 75 2.5 1/8 B9-B10 Closet 4 17 75 100 4,0 1/8 B10-B11 Urinal 4 21 40 100 4,0 1/8 B11-B12 Urinal 4 25 40 100 4,0 1/8 B12-B13 Floor Drain 1 26 50 100 4,0 1/8 B13-B14 Closet 4 30 75 100 4,0 1/8 B14-B15 Floor Drain 1 31 50 100 4,0 1/8 B15-B16 Closet 4 35 75 100 4,0 1/8 B17-B16 Lavatory 1 36 32 100 4,0 1/8 B18-B16 Lavatory 1 37 32 100 4,0 1/8 B16-B19 Pipa 37 50 100 4,0 1/8 B19-B20 Floor Drain 1 38 50 100 4,0 1/8 B20-B21 Closet 4 42 75 100 4,0 1/8 B21-B22 Urinal 4 46 40 100 4,0 1/8 B22-BA Urinal 4 50 40 100 4,0 1/8 UAP Akumulasi UAP Diameter Pipa Terpasang (mm) Slope 1/4 79 Tabel 5.4 Diameter Pipa Air buangan Lantai 2 shaft 2 Lantai 2 Shaft 2 Sistem Jalur Alat Plambing Sistem 1 B25-B26 Floor Drain 1 1 Diameter pipa minimum (mm) 50 B26-B27 Closet 4 5 B27-B28 Floor Drain 1 B28-B29 Closet 4 B30-B29 Lavatory 1 B31-B29 Lavatory 1 B29-B32 Pipa B32-B33 Floor Drain B33-B34 Sistem 2 Sistem 3 Sistem 4 32 Diameter Pipa Terpakai (inchi) 1.25 75 50 2,0 1/4 6 50 65 2.5 1/8 10 75 65 2.5 1/8 11 32 75 2.5 1/8 12 32 75 2.5 1/8 12 32 75 2.5 1/8 1 13 50 75 2.5 1/8 Closet 4 17 75 100 4,0 1/8 B34-B35 Urinal 4 21 40 100 4,0 1/8 UAP Akumulasi UAP Diameter Pipa Terpasang (mm) Slope 1/4 B35-BB Urinal 4 25 40 100 4,0 1/8 B38-B39 Sink 2 27 40 100 4,0 1/8 B39-BB Lavatory 1 28 32 100 4,0 1/8 80 Tabel 5.5 Diameter Pipa Air buangan Lantai 3 shaft 1 Lantai 3 Shaft 1 Sistem Jalur Alat Plambing Sistem 1 C1-C2 Floor Drain 1 1 Diameter pipa minimum (mm) 50 C2-C3 Closet 4 5 C3-C4 Floor Drain 1 C4-C5 CLoset C6-C5 C7-C5 C5-C8 Pipa C8-C9 Floor Drain C9-C10 Sistem 2 Sistem 3 Sistem 4 Sistem 5 32 Diameter Pipa Terpakai (inchi) 1.25 75 50 1.5 1/4 6 50 65 2.5 1/8 4 10 75 65 2.5 1/8 Lavatory 1 11 32 75 2.5 1/8 Lavatory 1 12 32 75 2.5 1/8 12 50 75 2.5 1/8 1 13 50 75 2.5 1/8 CLoset 4 17 75 100 4,0 1/8 C10-C11 Urinal 4 21 40 100 4,0 1/8 C11-C12 Urinal 4 25 40 100 4,0 1/8 C12-C13 Floor Drain 1 26 50 100 4,0 1/8 C13-C14 Closet 4 30 75 100 4,0 1/8 C14-C15 Floor Drain 1 31 50 100 4,0 1/8 C15-C16 Closet 4 35 75 100 4,0 1/8 C17-C16 Lavatory 1 36 32 100 4,0 1/8 C18-C16 Lavatory 1 37 32 100 4,0 1/8 C16-C19 Pipa 37 50 100 4,0 1/8 C19-C20 Floor Drain 1 38 50 100 4,0 1/8 C20-C21 Closet 4 42 75 100 4,0 1/8 C21-C22 Urinal 4 46 40 100 4,0 1/8 C22-CA Urinal 4 50 40 100 4,0 1/8 UAP Akumulasi UAP Diameter Pipa Terpasang (mm) Slope 1/4 81 Tabel 5.6 Diameter Pipa Air buangan Lantai 3 shaft 2 Lantai 3 Shaft 2 Sistem Jalur Alat Plambing Sistem 1 C23-C24 C24-C25 C25-C26 C26-C27 C27-C28 C28-C29 C30-C29 C31-C29 C29-C32 C32-C33 C33-C34 C34-C35 C35-CB C36-C37 C38-CB C38-C39 C40-CB Floor Drain Floor Drain Floor Drain Closet Floor Drain Closet Lavatory Lavatory Pipa Floor Drain Closet Urinal Urinal Lavatory Lavatory Sink Lavatory Sistem 2 Sistem 3 Sistem 4 Sistem 5 UAP 0.5 0.5 1 4 1 4 1 1 1 4 4 4 1 1 2 1 Diameter Akumulasi pipa UAP minimum (mm) 0.5 1 2 6 7 11 12 13 13 14 18 22 26 27 28 30 31 40 40 50 75 50 75 32 32 50 50 75 40 40 32 32 40 32 Diameter Pipa Terpasang (mm) Diameter Pipa Terpakai (inchi) Slope 32 32 40 65 65 65 75 75 75 75 100 100 100 100 100 100 100 1.25 1.25 1.25 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 1/4 1/4 1/4 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 82 Tabel 5.7 Diameter Pipa Air buangan Lantai 4 shaft 1 Lantai 4 Shaft 1 Sistem Jalur Alat Plambing Sistem 1 D1-D2 Floor Drain 1 1 Diameter pipa minimum (mm) 50 D2-D3 Closet 4 5 D3-D4 Floor Drain 1 D4-D5 Closet D6-D5 D7-D5 D5-D8 Pipa D8-D9 Floor Drain D9-D10 Sistem 2 Sistem 3 Sistem 4 Sistem 5 32 Diameter Pipa Terpakai (inchi) 1.25 75 50 2,0 1/4 6 50 65 2.5 1/8 4 10 75 65 2.5 1/8 Lavatory 1 11 32 75 2.5 1/8 Lavatory 1 12 32 75 2.5 1/8 12 50 75 2.5 1/8 1 13 50 75 2.5 1/8 Closet 4 17 75 100 4,0 1/8 D10-D11 Urinal 4 21 40 100 4,0 1/8 D11-D12 Urinal 4 25 40 100 4,0 1/8 D12-D13 Floor Drain 1 26 50 100 4,0 1/8 D13-D14 Closet 4 30 75 100 4,0 1/8 D14-D15 Floor Drain 1 31 50 100 4,0 1/8 D15-D16 Closet 4 35 75 100 4,0 1/8 D17-D16 Lavatory 1 36 32 100 4,0 1/8 D18-D16 Lavatory 1 37 32 100 4,0 1/8 D16-D19 Pipa 37 50 100 4,0 1/8 D19-D20 Floor Drain 1 38 50 100 4,0 1/8 D20-D21 Closet 4 42 75 100 4,0 1/8 D21-D22 Urinal 4 46 40 100 4,0 1/8 D22-DA Urinal 4 50 40 100 4,0 1/8 UAP Akumulasi UAP Diameter Pipa Terpasang (mm) Slope 1/4 83 Tabel 5.8 Diameter Pipa Air buangan Lantai 4 shaft 2 Lantai 4 Shaft 2 Sistem Jalur Alat Plambing Sistem 1 D25-D26 D26-D27 D27-D28 D28-D29 D30-D29 D31-D29 D29-D32 D32-D33 D33-D34 D34-D35 D35-DB D38-D39 D39-DB Floor Drain Closet Floor Drain Closet Lavatory Lavatory Pipa Floor Drain Closet Urinal Urinal Sink Lavatory Sistem 2 Sistem 3 Sistem 4 UAP 1 4 1 4 1 1 1 4 4 4 2 1 Diameter Akumulasi pipa UAP minimum (mm) 1 5 6 10 11 12 12 13 17 21 25 27 28 50 75 50 75 32 32 50 50 75 40 40 40 32 Diameter Pipa Terpasang (mm) Diameter Pipa Terpakai (inchi) Slope 32 50 65 65 75 75 75 75 100 100 100 100 100 1.25 2,0 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 1/4 1/4 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 84 Tabel 5.9 Diameter Pipa Air buangan Lantai 5 shaft 1 Lantai 5 Shaft 1 Sistem Jalur Alat Plambing Sistem 1 E1-E2 Floor Drain 1 1 Diameter pipa minimum (mm) 50 E2-E3 Closet 4 5 E3-E4 Floor Drain 1 E4-E5 CLoset E6-E5 Sistem 2 Sistem 3 Sistem 4 Sistem 5 32 Diameter Pipa Terpakai (inchi) 1.25 75 50 2,0 1/4 6 50 65 2.5 1/8 4 10 75 65 2.5 1/8 Lavatory 1 11 32 75 2.5 1/8 E7-E5 Lavatory 1 12 32 75 2.5 1/8 E5-E8 Pipa 12 50 75 2.5 1/8 UAP Akumulasi UAP Diameter Pipa Terpasang (mm) Slope 1/4 E8-E9 Floor Drain 1 13 50 75 2.5 1/8 E9-E10 CLoset 4 17 75 100 4,0 1/8 E10-E11 Urinal 4 21 40 100 4,0 1/8 E11-E12 Urinal 4 25 40 100 4,0 1/8 E12-E13 Floor Drain 1 26 50 100 4,0 1/8 E13-E14 Closet 4 30 75 100 4,0 1/8 E14-E15 Floor Drain 1 31 50 100 4,0 1/8 E15-E16 Closet 4 35 75 100 4,0 1/8 E17-E16 Lavatory 1 36 32 100 4,0 1/8 E18-E16 Lavatory 1 37 32 100 4,0 1/8 E16-E19 Pipa 37 32 100 4,0 1/8 E19-E20 Floor Drain 1 38 50 100 4,0 1/8 E20-E21 Closet 4 42 75 100 4,0 1/8 E21-E22 Urinal 4 46 40 100 4,0 1/8 E22-EA Urinal 4 50 40 100 4,0 1/8 85 Tabel 5.10 Diameter Pipa Air buangan Lantai 5 shaft 2 Lantai 5 Shaft 2 Sistem Jalur Alat Plambing Sistem 1 E25-E26 Floor Drain 1 1 Diameter pipa minimum (mm) 50 32 Diameter Pipa Terpakai (inchi) 1.25 E26-E27 Closet 4 5 75 50 2,0 1/4 E27-E28 Floor Drain 1 6 50 65 2.5 1/8 E28-E29 Closet 4 10 75 65 2.5 1/8 E30-E29 E31-E29 Lavatory 1 11 32 75 2.5 1/8 Lavatory 1 12 32 75 2.5 1/8 E29-E32 Pipa 12 50 75 2.5 1/8 E32-E33 Floor Drain 1 13 50 75 2.5 1/8 E33-E34 Closet 4 17 75 100 4,0 1/8 E34-E35 Urinal 4 21 40 100 4,0 1/8 E35-EB Urinal 4 25 40 100 4,0 1/8 Sistem 4 E38-E39 Sink 2 27 40 100 4,0 1/8 E39-EB Lavatory 1 28 32 100 4,0 1/8 Sistem 5 E40-E41 Lavatory 1 29 32 100 4,0 1/8 E41-EB Lavatory 1 30 32 100 4,0 1/8 Sistem 2 Sistem 3 UAP Akumulasi UAP Diameter Pipa Terpasang (mm) Slope 1/4 86 Tabel 5.11 Diameter Pipa Tegak Air buangan shaft 1 Pipa Tegak Shaft 1 lt. 5 – 4 Alat Plambing - lt. 4 – 3 - 50 100 - 125 5,0 - lt. 3 – 2 - 50 150 - 125 5,0 - lt. 2 – 1 - 50 200 - 125 5,0 - lt. 1-Septik Tank - 50 250 - 150 6,0 - Diameter Pipa Terpasang (mm) Diameter Pipa Terpakai (inchi) Slope 100 100 100 125 125 4,0 4,0 4,0 5,0 5,0 - Lantai 50 Diameter pipa minimum (mm) - Diameter Pipa Terpasang (mm) 100 Diameter Pipa Terpakai (inchi) 4,0 UAP Akumulasi UAP 50 Slope - Tabel 5.12 Diameter Pipa Tegak Air buangan shaft 2 Pipa Tegak Shaft 2 Lantai Alat Plambing UAP Akumulasi UAP Diameter pipa minimum (mm) lt. 5 – 4 lt. 4 – 3 lt. 3 – 2 lt. 2 – 1 lt. 1-Septik Tank - 30 28 28 28 28 30 58 86 114 142 - PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 87 5.2 Dimensi Pipa Ven Pipa ven merupakan pipa instalasi dalam plambing gedung untuk mengeluarkan udara yang terjebak di dalam instalasi pipa air buangan. Tujuan adanya pemasangan pipa ven adalah menjaga sekat perangkap dari efek sifon atau tekanan, menjaga aliran yang lancar dalam pipa pembuangan dan mensirkulasikan udara dalam pipa pembuangan. Seperti halnya pipa air buangan, maka terdapat tiga macam pipa ven yang terdapat dalam gedung ini. Yang pertama adalah pipa ven air buangan pada ruang saniter, pipa ini meliputi jenis pipa cabang horizontal yang menghubungkan tiap-tiap atau beberapa alat plambing pada ruang saniter. Kemudian pipa ven tegak yang berfungsi untuk menghubungkan pipa-pipa ven horizontal pada ruang saniter dari seluruh lantai gedung. Dan yang terakhir adalah pipa ven pengumpul, dimana seluruh pipa ven yang ada pada tiap-tiap ruang saniter dari seluruh lantai akan dihubungkan dan dialirkan pada satu pipa ven pelepas yang berada di bagian paling atas gedung. Langkah-langkah dalam menentukan dimensi pipa ven air buangan sebagai berikut : 1. Menentukan jalur pada ruang saniter dimana pipa vent akan digunakan. 2. Menentukan UAP pada tiap-tiap jalur yang telah ditentukan. 3. Menentukan komulatif dari masing-masing UAP tersebut. 4. Menentukan diameter pipa air buangan pada jalur dimana pipa ven dipasang. 5. Menentukan panjang pipa ven yang terdapat pada tiap jalur. 6. Menentukan dimensi pipa ven untuk pipa horisontal Adapun contoh perhitungan diameter pipa mendatar untuk ven, adalah sebagai berikut : Jalur A1- A2 1. Alat Plambing : Floor Drain (dilihat dari alat plambing yang dilalui oleh jalur tersebut). 2. UAP dari lavatory : 1. 3. Akumulasi UAP : 1 (didapatkan dari pengakumulasian UAP alat plambing sebelum jalur tersebut dan pada jalur tersebut). PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 88 4. Diameter Pipa Air Buangan : 50 mm Panjang Pipa Ven : 0,4 m (panjang pipa vent pada jalur A1-A2). 5. Diameter Pipa Ven : 40 mm. 6. Diameter Pipa Ven Dipakai : 1,25 inch (Diameter pipa vent yang didapat disesuaikan pada diameter pipa pasaran (inch)). Adapun contoh perhitungan diameter pipa tegak untuk ven, adalah sebagai berikut : Jalur Lantai 5-4 Shaft 1 1. UAP : 50 (didapatkan dari Akumulasi UAP pada pipa mendatar). 2. Akumulasi UAP : 50 (didapatkan dari pengakumulasian UAP alat plambing.sebelum jalur tersebut dan pada jalur tersebut). 3. Diameter Pipa Air Buangan : 100 mm. 4. Panjang Pipa Ven : 4 m (didapatkan dari tinggi antar lantai). 5. Diameter Pipa Ven : 50 mm. 6. Diameter Pipa Ven Dipakai : 2 inch (Diameter pipa ven yang didapat disesuaikan pada diameter pipa pasaran (inch)). Hasil perhitungan seluruhnya untuk penentuan pipa air buangan selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut : PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR 89 Tabel 5.13 Diameter Pipa Ven Lantai 1 Shaft 1 Lantai 1 Shaft 1 Sistem Jalur Alat Plambing UAP Akumulasi UAP Sistem 1 A1-A2 A2-A3 A3-A4 A4-A5 A6-A5 A7-A5 A5-A8 A8-A9 A9-A10 A10-A11 A11-A12 A12-A13 A13-A14 A14-A15 A15-A16 A17-A16 A18-A16 A16-A19 A19-A20 A20-A21 A21-A22 A22-AA Floor Drain Closet Floor Drain Closet Lavatory Lavatory Pipa Floor Drain Closet Urinal Urinal Floor Drain Closet Floor Drain Closet Lavatory Lavatory Pipa Floor Drain Closet Urinal Urinal 1 4 1 4 1 1 1 5 6 10 11 12 12 13 17 21 25 26 30 31 35 36 37 37 38 42 46 50 Sistem 2 Sistem 3 Sistem 4 Sistem 5 1 4 4 4 1 4 1 4 1 1 1 4 4 4 Diameter pipa air buangan (mm) 50 75 50 75 32 32 50 50 75 40 40 50 75 50 75 32 32 50 50 75 40 40 Panjang pipa vent (m) Diameter Pipa Vent (mm) Diameter Pipa Vent Dipakai (inchi) 0,4 1,4 0,4 1,4 3,0 3,0 0,4 0,4 1,8 0,5 5,3 0,4 1,4 0,4 1,4 3,0 3,0 0,4 0,4 1,8 0,5 1,5 40 50 50 50 50 50 50 50 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 1,25 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 90 Tabel 5.14 Diameter Pipa Ven Lantai 1 Shaft 2 Lantai 1 Shaft 2 Sistem Jalur Alat Plambing UAP Akumulasi UAP Diameter pipa minimum (mm) Panjang pipa vent (m) Diameter Pipa Vent (mm) Diameter Pipa Vent Dipakai (inchi) Sistem 1 A23-A24 Floor Drain 0,5 0,5 40 16,6 40 1,25 A24-A25 Floor Drain 0,5 1 40 10,2 40 1,25 A25-A26 Floor Drain 1 2 50 0,4 40 1,25 A26-A27 Closet 4 6 75 1,4 50 2,0 A27-A28 Floor Drain 1 7 50 0,4 50 2,0 A28-A29 Closet 4 11 75 1,4 50 2,0 A30-A29 Lavatory 1 12 32 3,0 50 2,0 A31-A29 Lavatory 1 13 32 3,0 50 2,0 A29-A32 Pipa 13 50 0,4 50 2,0 A32-A33 Floor Drain 1 14 50 0,4 50 2,0 A33-A34 Closet 4 18 75 1,8 65 2,5 A34-A35 Urinal 4 22 40 0,5 65 2,5 A35-AB Urinal 4 26 40 0,8 65 2,5 A36-A37 Lavatory 1 27 32 0,8 65 2,5 A38-AB Lavatory 1 28 32 10,5 65 2,5 A38-A39 Sink 2 30 40 1,0 65 2,5 A40-AB Lavatory 1 31 32 5,2 65 2,5 Sistem 2 Sistem 3 Sistem 4 Sistem 5 91 Tabel 5.15 Diameter Pipa Ven Lantai 2 Shaft 1 Lantai 2 Shaft 1 1 Diameter pipa minimum (mm) 50 Panjang pipa vent (m) 0,4 Diameter Pipa Vent (mm) 40 Diameter Pipa Vent Dipakai (inchi) 1,25 4 5 75 1,4 50 2,0 Floor Drain 1 6 50 0,4 50 2,0 B4-B5 Closet 4 10 75 1,4 50 2,0 B6-B5 Lavatory 1 11 32 3,0 50 2,0 B7-B5 Lavatory 1 12 32 3,0 50 2,0 Sistem Jalur Alat Plambing UAP Akumulasi UAP Sistem 1 B1-B2 Floor Drain 1 B2-B3 Closet B3-B4 Sistem 2 Sistem 3 Sistem 4 Sistem 5 B5-B8 Pipa 12 50 0,4 50 2,0 B8-B9 Floor Drain 1 13 50 0,4 50 2,0 B9-B10 Closet 4 17 75 1,8 65 2,5 B10-B11 Urinal 4 21 40 0,5 65 2,5 B11-B12 Urinal 4 25 40 5,3 65 2,5 B12-B13 Floor Drain 1 26 50 0,4 65 2,5 B13-B14 Closet 4 30 75 1,4 65 2,5 B14-B15 Floor Drain 1 31 50 0,4 65 2,5 B15-B16 Closet 4 35 75 1,4 65 2,5 B17-B16 Lavatory 1 36 32 3,0 65 2,5 B18-B16 Lavatory 1 37 32 3,0 65 2,5 B16-B19 Pipa 37 50 0,4 65 2,5 B19-B20 Floor Drain 1 38 50 0,4 65 2,5 B20-B21 Closet 4 42 75 1,8 65 2,5 B21-B22 Urinal 4 46 40 0,5 65 2,5 B22-BA Urinal 4 50 40 1,5 65 2,5 92 Tabel 5.16 Diameter Pipa Ven Lantai 2 Shaft 2 Lantai 2 Shaft 2 Sistem Jalur Alat Plambing UAP Akumulasi UAP Diameter pipa minimum (mm) Panjang pipa vent (m) Diameter Pipa Vent (mm) Diameter Pipa Vent Dipakai (inchi) Sistem 1 B25-B26 Floor Drain 1 1 50 0,4 40 1,25 B26-B27 Closet 4 5 75 1,4 50 2,0 B27-B28 Floor Drain 1 6 50 0,4 50 2,0 B28-B29 Closet 4 10 75 1,4 50 2,0 B30-B29 Lavatory 1 11 32 3,0 50 2,0 B31-B29 Lavatory 1 12 32 3,0 50 2,0 B29-B32 Pipa 12 50 0,4 50 2,0 B32-B33 Floor Drain 1 13 50 0,4 50 2,0 B33-B34 Closet 4 17 75 1,8 65 2,5 B34-B35 Urinal 4 21 40 0,5 65 2,5 B35-BB Urinal 4 25 40 0,8 65 2,5 B38-B39 Sink 2 27 40 1,0 65 2,5 B39-BB Lavatory 1 28 32 5,2 65 2,5 Sistem 2 Sistem 3 Sistem 4 93 Tabel 5.17 Diameter Pipa Ven Lantai 3 Shaft 1 Lantai 3 Shaft 1 Sistem Jalur Alat Plambing UAP Akumulasi UAP Diameter pipa minimum (mm) Panjang pipa vent (m) Diameter Pipa Vent (mm) Diameter Pipa Vent Dipakai (inchi) Sistem 1 C1-C2 Floor Drain 1 1 50 0,4 40 1,25 C2-C3 Closet 4 5 75 1,4 50 2,0 C3-C4 Floor Drain 1 6 50 0,4 50 2,0 C4-C5 Closet 4 10 75 1,4 50 2,0 C6-C5 Lavatory 1 11 32 3,0 50 2,0 C7-C5 Lavatory 1 12 32 3,0 50 2,0 Sistem 2 Sistem 3 Sistem 4 Sistem 5 C5-C8 Pipa 12 50 0,4 50 2,0 C8-C9 Floor Drain 1 13 50 0,4 50 2,0 C9-C10 Closet 4 17 75 1,8 65 2,5 C10-C11 Urinal 4 21 40 0,5 65 2,5 C11-C12 Urinal 4 25 40 5,3 65 2,5 C12-C13 Floor Drain 1 26 50 0,4 65 2,5 C13-C14 Closet 4 30 75 1.4 65 2,5 C14-C15 Floor Drain 1 31 50 0,4 65 2,5 C15-C16 Closet 4 35 75 1,4 65 2,5 C17-C16 Lavatory 1 36 32 3,0 65 2,5 C18-C16 Lavatory 1 37 32 3,0 65 2,5 C16-C19 Pipa 37 50 0,4 65 2,5 C19-C20 Floor Drain 1 38 50 0,4 65 2,5 C20-C21 Closet 4 42 75 1,8 65 2,5 C21-C22 Urinal 4 46 40 0,5 65 2,5 C22-CA Urinal 4 50 40 1,5 65 2,5 94 Tabel 5.18 Diameter Pipa Ven Lantai 3 Shaft 2 Lantai 3 Shaft 2 Sistem Jalur Alat Plambing UAP Akumulasi UAP Diameter pipa minimum (mm) Panjang pipa vent (m) Diameter Pipa Vent (mm) Diameter Pipa Vent Dipakai (inchi) Sistem 1 C23-C24 Floor Drain 0.5 0.5 40 16,6 40 1,25 C24-C25 Floor Drain 0.5 1 40 10,2 40 1,25 C25-C26 Floor Drain 1 2 50 0,4 40 1,25 C26-C27 Closet 4 6 75 1,4 50 2,0 C27-C28 Floor Drain 1 7 50 0,4 50 2,0 C28-C29 Closet 4 11 75 1,4 50 2,0 C30-C29 Lavatory 1 12 32 3,0 50 2,0 C31-C29 Lavatory 1 13 32 3,0 50 2,0 C29-C32 Pipa 13 50 0,4 50 2,0 C32-C33 Floor Drain 1 14 50 0,4 50 2,0 C33-C34 Closet 4 18 75 1,8 65 2,5 C34-C35 Urinal 4 22 40 0,5 65 2,5 C35-CB Urinal 4 26 40 0,8 65 2,5 Sistem 4 C36-C37 Lavatory 1 27 32 0,8 65 2,5 C38-CB Lavatory 1 28 32 10,5 65 2,5 Sistem 5 C38-C39 Sink 2 30 40 1,0 65 2,5 C40-CB Lavatory 1 31 32 5,2 65 2,5 Sistem 2 Sistem 3 95 Tabel 5.19 Diameter Pipa Ven Lantai 4 Shaft 1 Lantai 4 Shaft 1 Sistem Jalur Alat Plambing UAP Akumulasi UAP Diameter pipa minimum (mm) Panjang pipa vent (m) Diameter Pipa Vent (mm) Diameter Pipa Vent Dipakai (inchi) Sistem 1 D1-D2 Floor Drain 1 1 50 0,4 40 1,25 D2-D3 Closet 4 5 75 1,4 50 2,0 D3-D4 Floor Drain 1 6 50 0,4 50 2,0 D4-D5 Closet 4 10 75 1,4 50 2,0 D6-D5 Lavatory 1 11 32 3,0 50 2,0 D7-D5 Lavatory 1 12 32 3,0 50 2,0 Sistem 2 Sistem 3 Sistem 4 Sistem 5 D5-D8 Pipa 12 50 0,4 50 2,0 D8-D9 Floor Drain 1 13 50 0,4 50 2,0 D9-D10 Closet 4 17 75 1,8 65 2,5 D10-D11 Urinal 4 21 40 0,5 65 2,5 D11-D12 Urinal 4 25 40 5,3 65 2,5 D12-D13 Floor Drain 1 26 50 0,4 65 2,5 D13-D14 Closet 4 30 75 1,4 65 2,5 D14-D15 Floor Drain 1 31 50 0,4 65 2,5 D15-D16 Closet 4 35 75 1,4 65 2,5 D17-D16 Lavatory 1 36 32 3,0 65 2,5 D18-D16 Lavatory 1 37 32 3,0 65 2,5 D16-D19 Pipa 37 50 0,4 65 2,5 D19-D20 Floor Drain 1 38 50 0,4 65 2,5 D20-D21 Closet 4 42 75 1,8 65 2,5 D21-D22 Urinal 4 46 40 0,5 65 2,5 D22-DA Urinal 4 50 40 1,5 65 2,5 96 Tabel 5.20 Diameter Pipa Vent Lantai 4 Shaft 2 Lantai 4 Shaft 2 Sistem Jalur Alat Plambing UAP Akumulasi UAP Diameter pipa minimum (mm) Panjang pipa vent (m) Diameter Pipa Vent (mm) Diameter Pipa Vent Dipakai (inchi) Sistem 1 D25-D26 Floor Drain 1 1 50 0,4 40 1,25 D26-D27 Closet 4 5 75 1,4 50 2,0 D27-D28 Floor Drain 1 6 50 0,4 50 2,0 D28-D29 Closet 4 10 75 1,4 50 2,0 D30-D29 Lavatory 1 11 32 3,0 50 2,0 D31-D29 Lavatory 1 12 32 3,0 50 2,0 Sistem 2 Sistem 3 Sistem 4 D29-D32 Pipa 12 50 0,4 50 2,0 D32-D33 Floor Drain 1 13 50 0,4 50 2,0 D33-D34 Closet 4 17 75 1,8 65 2,5 D34-D35 Urinal 4 21 40 0,5 65 2,5 D35-DB Urinal 4 25 40 0,8 65 2,5 D38-D39 Sink 2 27 40 1,0 65 2,5 D39-DB Lavatory 1 28 32 5,2 65 2,5 97 Tabel 5.21 Diameter Pipa Ven Lantai 5 Shaft 1 Lantai 5 Shaft 1 Sistem Jalur Alat Plambing UAP Akumulasi UAP Diameter pipa minimum (mm) Panjang pipa vent (m) Diameter Pipa Vent (mm) Diameter Pipa Vent Dipakai (inchi) Sistem 1 E1-E2 Floor Drain 1 1 50 0,4 40 1,25 E2-E3 Closet 4 5 75 1,4 50 2,0 E3-E4 Floor Drain 1 6 50 0,4 50 2,0 E4-E5 Closet 4 10 75 1,4 50 2,0 E6-E5 Lavatory 1 11 32 3,0 50 2,0 E7-E5 Lavatory 1 12 32 3,0 50 2,0 Sistem 2 Sistem 3 Sistem 4 Sistem 5 E5-E8 Pipa 12 50 0,4 50 2,0 E8-E9 Floor Drain 1 13 50 0,4 50 2,0 E9-E10 Closet 4 17 75 1,8 65 2,5 E10-E11 Urinal 4 21 40 0,5 65 2,5 E11-E12 Urinal 4 25 40 5,3 65 2,5 E12-E13 Floor Drain 1 26 50 0,4 65 2,5 E13-E14 Closet 4 30 75 1,4 65 2,5 E14-E15 Floor Drain 1 31 50 0,4 65 2,5 E15-E16 Closet 4 35 75 1,4 65 2,5 E17-E16 Lavatory 1 36 32 3,0 65 2,5 E18-E16 Lavatory 1 37 32 3,0 65 2,5 E16-E19 Pipa 37 50 0,4 65 2,5 E19-E20 Floor Drain 1 38 50 0,4 65 2,5 E20-E21 Closet 4 42 75 1,8 65 2,5 E21-E22 Urinal 4 46 40 0,5 65 2,5 E22-EA Urinal 4 50 40 1,5 65 2,5 98 Tabel 5.22 Diameter Pipa Ven Lantai 5 Shaft 2 Lantai 5 Shaft 2 Sistem Jalur Alat Plambing UAP Akumulasi UAP Diameter pipa minimum (mm) Panjang pipa vent (m) Diameter Pipa Vent (mm) Diameter Pipa Vent Dipakai (inchi) Sistem 1 E25-E26 Floor Drain 1 1 50 0,4 40 1,25 E26-E27 Closet 4 5 75 1,4 50 2,0 E27-E28 Floor Drain 1 6 50 0,4 50 2,0 E28-E29 Closet 4 10 75 1,4 50 2,0 E30-E29 Lavatory 1 11 32 3,0 50 2,0 E31-E29 Lavatory 1 12 32 3,0 50 2,0 E29-E32 Pipa 12 50 0,4 50 2,0 E32-E33 Floor Drain 1 13 50 0,4 50 2,0 E33-E34 Closet 4 17 75 1,8 65 2,5 E34-E35 Urinal 4 21 40 0,5 65 2,5 E35-EB Urinal 4 25 40 0,8 65 2,5 E38-E39 Sink 2 27 40 1,0 65 2,5 E39-EB Lavatory 1 28 32 5,2 65 2,5 E40-E41 Lavatory 1 29 32 0,8 65 2,5 E41-EB Lavatory 1 30 32 10,5 65 2,5 Sistem 2 Sistem 3 Sistem 4 Sistem 5 99 Tabel 5.23 Diameter Pipa Tegak Ven Shaft 1 Pipa Tegak Shaft 1 Lantai Alat Plambing UAP Akumulasi UAP Diameter pipa air buangan (mm) Panjang pipa vent (m) Diameter Pipa Vent (mm) Diameter Pipa Vent Dipakai (inchi) lt. 5 – 4 - 50 50 100 5 50 2,0 lt. 4 – 3 - 50 100 125 5 65 2,5 lt. 3 – 2 - 50 150 125 5 65 2,5 lt. 2 – 1 - 50 200 125 5 65 2,5 lt. 1-Septik Tank - 50 250 150 5 65 2,5 Tabel 5.24 Diameter Pipa Tegak Ven Shaft 2 Pipa Tegak Shaft 2 Lantai Alat Plambing UAP Akumulasi UAP Diameter pipa air buangan (mm) Panjang pipa vent (m) Diameter Pipa Vent (mm) Diameter Pipa Vent Dipakai (inchi) lt. 5 - 4 - 30 30 100 5 50 2,0 lt. 4 - 3 - 28 58 100 5 50 2,0 lt. 3 – 2 - 31 89 100 3 50 2,0 lt. 2 – 1 - 28 117 125 5 65 2,5 lt. 1-Septik Tank - 31 148 125 5 65 2,5 PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 100 5.3 Anaerob Baffled Reaktor (ABR) Sistem pembuangan yang digunakan untuk perencanaan gedung Sekolah Dasar 6 lantai ini adalah Sistem Tercampur. Pada sistem tercampur membutuhkan pengolahan air buangan yang lebih kompleks. Pada dasarnya, pengolahan sistem air buangan menggunakan septic tank, sedangkan pada gedung Sekolah Dasar ini menggunakan Anaerob Baffled Reaktor (ABR). Lahan yang diperlukan dalam pengolahan air buangan dengan menggunakan Anaerob Baffled Reaktor cukup luas dan cenderung besar. Anaerob Baffled Reaktor berisikan semua cairan yang mengalir dari pipa air buangan. Menggunakan sistem air buangan tercampur, biaya tidak akan membengkak pada pengadaan pipa karena hanya membutuhkan satu sistem pipa buangan. Pada Anaerob Baffled Reaktor mempunyai 2 zona yaitu zona bak penampung dan zona kompartemen. Zona kompartemen meliputi asidifikasi, methanasi, dan buffer. Berikut perhitungan Dimensi bak penampung Anaerob Baffled Reaktor. 5.3.1 Volume dan Dimensi bak penampung Debit air buangan diperoleh dari perkalian antara laju timbulan air buangan dan jumlah penghuni dibagi dengan 1000. Debit air buangan = = � ����� � ℎ��� � = 34,97 m3/hari Td adalah waktu tinggal air buangan dalam bak penampung, diperoleh dari pengurangan antara 1,5 dikurangi dengan 0,3 log selisih laju dan jumlah penghuni. Td = 1,5 – 0,3 log (p-q) = 1,5 – 0,3 log (777-45) = 0,65 hari Volume bak penampung diperoleh dari perkalian antara debit dan waktu detensi. Volume = Q x td = 34,97 m3/hari x 0,65 hari = 22,73 m3 Jika tinggi bak direncanakan 2,75 meter, maka luas bak penampung adalah A = 22,73 m3 / 2,75 m = 8,26 m2 dan jika lebar bak penampung direncanakan 3 m, maka panjang bak penampung adalah : PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR Panjang (p) = 8,26 m2 : 3 m = 2.75 m Cek V = 2,75 m x 3 m x 2,75 m = 22,7 m3 t Freeboard = 0,25 m → H aktual = 2,75 m + 0,25 m = 3 m 101 sehingga dimensi bak penampung adalah : Panjang (p) = 2,75 m = 2,8 m Lebar (l) =3m Tinggi (t aktual) =3m V aktual = 2,8 m x 3 m x 3 m = 25,2 m3 5.3.2 Volume dan Dimensi ABR : • Kriteria Desain Kecepatan upflow = 1,5 m/jam Bentuk = persegi panjang Freeboard = 0,5 m Waktu tinggal bak ABR= 2 hari = 48 jam = 172800 detik • Perhitungan: V total = Q x td = 34,97 m3/hari x 2 hari = 69,94 m3 Jika tinggi (t) = 2.5 m, maka A (luas) = 27,98 m2. Sedangkan panjang ABR diperoleh 27,98 m2/ 3 m = 9,33 m2 Cek V = 9,33 m x 3 m x 2,5 m = 69,98 m3 t freeboard = 0,5 m H aktual = 2,5m + 0,5 m= 3 m Sehingga dimensi ABR diperoleh V aktual = 9,33 m x 3 m x 3 m = 83,97 m3 PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 102 • Dimensi tiap kompartemen Panjang (p) = 9,33 :3 = 3,11 m = 3,2 m Vkompartemen = 3,2 m x 3 m x 3 m = 28,8 m3 5.4 Roofdrain Roofdrain merupakan salah satu alat drainase air hujan yang terletak di atap gedung atau bangunan. Roofdrain berfungsi sebagai penyaring kotoran yang masuk ke dalam saluran pembuangan agar tidak mampet/tersumbat. 5.4.1 Kriteria Perencanaan Gambar 5.1 Intensitas Hujan Maksimum Bulan Juni 2014-2016 Gambar 5.1 Intensitas Hujan Maksimum Bulan Juni 2014-2016 Sumber : (Sudarsono, 2017) Curah hujan Surabaya = 26,6 mm/jam = 0,0044 l/menit. Kemiringan = 2 % 5.4.2 Perhitungan Roofdrain Luas Segmen L1= Persegi panjang = 28 x 8 = 224 m2 L2= Persegi panjang = 20 x 28 = 560 m2 L3= Persegi panjang = 28 x 8 = 224 m2 PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 103 Tabel 5.25 Standar Pipa Roofdrain Diameter (inci) Luasan Atap (m2) Volume (liter/menit) 3(7,62 cm) s.d 180 255 4(10,16 cm) 385 547 5(12,70 cm) 698 990 6(15,24 cm) 1135 1610 8 2445 3470 Sumber : Astutik, 2014 Berdasarkan tabel diatas, atap pada segmen 1 dan 3 dengan luas 224 m2 efektif jika menggunakan diameter 4 inchi dengan kapasitas 547 liter/menit. Curah hujan = Luas atap x curah hujan Surabaya = 224 m2 x 0,026 m/jam. = 5,824 m3/jam = 582,4 l/menit Maka, air hujan akan mengalir kebawah dalam waktu T air ke sumur resapan = 582,4 ; 547 = 1,06 menit Berdasarkan table diatas, atap pada segmen 2 dengan luas 560 m2 efektif jika menggunakan diameter 5 inchi dengan kapasitas 990 liter/menit. Curah hujan = Luas atap x curah hujan Surabaya = 560 m2 x 0,026 m/jam. = 14,56 m3/jam = 14560 l/menit Maka, air hujan akan mengalir kebawah dalam waktu T air ke sumur resapan = 14560 ; 990 = 14 menit Agar air hujan mengair ke bawah dengan optimal maka pada segmen 2 maka diperlukan roofdrain sebanyak 14 dengan diameter 5 inchi. Total roofdrain yang dibutuhkan untuk gedung Sekolah Dasar enam lantai ini yaitu 2 buah roof drain 4 inchi dan 14 buah roof drain 5 inchi. PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 104 5.5 Sumur Resapan Sumur resapan adalah salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu. Sumur resapan berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang jatuh di atas atap rumah dan sebagai media filtrasi air buangan sebelum dikeluarkan dan menyerap dalam tanah. Sumur resapan pada gedung Sekolah Dasar ini mempunyai 2 pasokan yaitu dari Anaerob Baffle Reaktor dan Roofdrain. Berikut adalah perhitungan debit sumur resapan yang diperoleh dari penjumlahan debit Anaerob Baffle Reaktor dan debit Roofdrain. No Pasokan Air Q ST ( l/jam) 1 Anaerob Baffle Reaktor 839.28 2 Roofdrain 28.73 Total 868.01 Tabel 5.26 Debit Sumur Resapan Jika diasumsikan lama pasokan air dalam sumur resapan (td) 1 hari, maka volume sumur resapan diperoleh. V Sumur Resapan = Debit Sumur Resapan x td = 868,01l/jam x 24 jam = 20832,24 liter = 20,83 m3 • Dimensi sumur resapan Diameter sumur resapan yang diinginkan (d) = 4 m Luas sumur resapan yang didapat A = 0,25 x 3,14 x d = 0,25 x 3,14 x 4 = 3.14 m2 Maka, kedalaman yang diperlukan adalah: T = V/A = 20,83 m3 / 3,14 m2 T = 7m PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 105 BAB VI PERENCANAAN SISTEM FIRE HYDRANT 6.1 Penetuan Kebutuhan Air Fire Hydrant Pada perencanaan suatu gedung yang baik dan sesuai dengan peraturan serta standart K3, suatu gedung harus dilengkapi dengan fire hydrant. Dalam perencanaan gedung sekolah dasar 6 lantai ini digunakan hydrant berbentuk sprinkler dan fire hose reel. Direncanakan terdapat 2 post hydrant (hidran halaman) yang menyuplai air ke hydrant dalam gedung (fire hose reel). Oleh karena kebutuhan air untuk kebakaran merupakan kebutuhan yang sewaktu-waktu, maka sumber air dibedakan dengan sumber air untuk air bersih pada gedung. 6.2 Sistem Fire Hydrant di Luar Gedung Pada bagian luar gedung sekolah dasar dipasang post hydrant (hidran halaman) dengan jumlah 2 buah. Dengan jangkauan post hydrant 30,5 m. Selang yang digunakan untuk menyalurkan air pada post hydrant berdiameter 2,5 inchi. pemakaian fire hydrant diasumsikan selama 30 menit. Dalam perencanaan ini digunakan kecepatan aliran dalam pipa sebesar 2 m/detik, karena kecepatan tersebut merupakan kecepatan yang sering digunakan dan mencukupi untuk mensuplai kebutuhan air. Berikut adalah perhitungan post hydrant : • Diameter nozzle • Jangkauan alat (R) = 2,5 inchi = 6,35 cm = 100 feet = 30,5 m • Kecepatan aliran dalam pipa = 2 m/detik (asumsi) • Luas daerah jangkauan alat = π(2R)2 = x 3,14 x (2 x 30,5)2 = 2920,985 m2 PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 106 • Debit air yang dialirkan tiap post hydrant : Q =AxV =( x 3,14 x (0,06352)) x 2 = 0,00633 m3/s = 0,3798 m3/menit • Kebutuhan air saat terjadi kebakaran = jumlah post hydrant x Q post hydrant x t = 2 x 0,3798 m3/menit x 30menit = 22,788 m3 • Total debit pengaliran untuk kebakaran (Qfh) = 2 x 0,00633 m3/s = 0,01266 m3/s 6.3 Sistem Fire Hydrant di dalam Gedung Pada bagian dalam gedung sekolah dasar dipasang fire hose reel sebanyak 2 buah tiap lantai yang diasumsikan pemakaian serentak sebanyak 2 buah. Selang yang digunakan untuk menyalurkan air pada fire hose reel berdiameter 2,5 inchi. Diasumsikan untuk kecepatan aliran dalam pipa 2 meter/detik. Berikut perhitungan Fire Hose Reel : • Diameter nozzle : 2,5 inch = 6,35 cm • Kecepatan aliran dalam pipa : 2 m/s • Debit yang dialirkan tiap alat (Q) =AxV = ( x  x (0,06352)) x 2 = 0,00633 m3/s = 0,3798 m3/menit • Kebutuhan air bila terjadi kebakaran = jumlah alat x Q tiap alat x waktu kebakaran = 2 x 0,3798 m3/menit x 30 menit = 22,788 m3 • Total debit pengaliran untuk kebakaran (Qfh) = jumlah alat x Q tiap alat = 2 x 0,00633 m3/s = 0,01266 m3/detik • Total debit air untuk kebakaran (dari post hydrant dan fire hose reel) = Total debit post hydrant + total debit fire hose reel = 0,01266 m3/s + 0,01266 m3/s = 0,02532 m3/s PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 107 • Kebutuhan air untuk ground reservoir fire hydrant = kebutuhan post hydrant + kebutuhan fire hose reel = 22,788 m3 + 22,788 m3 = 45,576 m3 = 46 m3 Direncanakan ground reservoir untuk fire hydrant dipisah dengan ground reservoir air bersih, sehingga dari kebutuhan air yang didapatkan dapat dihitung volume Ground Reservoir sebagai berikut : • Volume Ground Reservoir = kebutuhan air untuk fire hydrant bila terjadi kebakaran = 46 m3 • Dari volume ini didapatkan : Asumsi tinggi = 3,5 m + Ruang Hampa = 3,5 m + 0,5 m =4m • V GR =sxsxs 46 m3 =sxsx4 46 m3 = 4s² 11,5 m3 = s² 3,4 m =s Dari perhitungan didapatkan ; Panjang = 3,4 m Lebar = 3,4 m Tinggi efektif = 3,5 m Tinggi free board = 0,5 m Tinggi total =4m 6.4 Penentuan Dimensi Pipa Fire Hydrant Gedung sekolah dasar berlantai 6 ini memiliki 2 buah post hydrant, direncanakan sistem hydrant sejauh 1 meter dari dinding terluar gedung. Sedangkan fire hose reel yang digunakan berjumlah 2 buah / lantai. PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 108 Tabel 6.1 Perhitungan Pipa Mendatar Q ƩQ 3 3 D Hitungan D Terpakai (m) (m) Daerah 1 X-A 0.006 0.006 2 0.003 0.063 0.076 2 2 B-C 0.006 0.006 2 0.003 0.063 0.076 2 C-D 0.006 0.013 2 0.006 0.090 0.114 1 (m /s) V asumsi A No (m /s) 2) (m V Check 6.5 Perhitungan Pipa Tegak Fire Hydrant QB-B4 = 0,00633 m3/detik vasumsi = 2 m/detik A = � Vasumsi = , = 0,0032 m2 Diameter pipa A D 1    D2 4  4A  4  0,0032  0,064 m = 64 mm 3,14 Diameter sistem terpakai = 76 mm = 2 ⁄ inch A check  1 1    D 2   3,14  0,064 2  0.0032 m2 4 4 vcheck = Q 0,00633   2 m/detik A 0.0032 Berikut merupakan hasil perhitungan dimensi pipa tegak fire hydrant: Tabel 6.2 Perhitungan Dimensi Pipa Tegak Fire Hydrant Q No Daerah 3 (m /s) V asumsi A 2) (m D Hitungan (m) D Terpakai V Check (m) 1 Pipa Tegak Lt. 1 0.006 2 0.003 0.063 0,14 2 2 Pipa Tegak Lt. 2 0.006 2 0.003 0.063 0,14 2 3 Pipa Tegak Lt. 3 0.006 2 0.003 0.063 0,14 2 4 Pipa Tegak Lt. 4 0.006 2 0.003 0.063 0,14 2 5 Pipa Tegak Lt. 5 0.006 2 0.003 0.063 0,14 2 6.6 Perhitungan Headloss Pipa PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 109 Untuk menentukan letak fire hydrant yang paling kritis adalah yang memiliki jalur dengan kehilangan tekanan yang paling banyak. Adapun rumus yang digunakan yaitu : Q1,85 xL Hf = ( 0,2785 x D 2,63 x C )1,85 Keterangan Q = debit (m3/detik) D = Diameter pipa (m) C = 120 (Pipa baja karbon) L = Panjang Pipa (m) Adapun contoh perhitungan kehilangan tekanan untuk fire hydrant adalah sebagai berikut : Jalur a-b Qa-b = 0,00633 m3/detik Da-b = 0,076 m C = 120 La-b = 12,4 m Hf = Q1,85 xL ( 0,2785 x D 2,63 x C )1,85 0,00633 1,85 x 12,4 = ( 0,2785 x 0,076 2,63 x 120 )1,85 = 0,57 m PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 110 Tabel 6.3 Perhitungan Headloss Pipa Fire Hydrant Q D L Hf (l/dtk) (m) (m) (m) A-B 0.006 0.076 120 12.4 0.570 B-C 0.006 0.076 120 69.05 3.172 C-D 0.006 0.114 120 10.97 0.067 Pipa Utama 0.00633 0.140 120 5 0.011 Pipa Tegak Lt. 1 0.00633 0.140 120 5 0.011 Pipa Tegak Lt. 2 0.00633 0.140 120 5 0.011 Pipa Tegak Lt. 3 0.00633 0.140 120 5 0.011 Pipa Tegak Lt. 4 0.00633 0.140 120 5 0.011 Pipa Tegak Lt. 5 0.00633 0.140 120 5 0.011 Jalur C 6.7 Perhitungan Kapasitan Pompa Fire Hydrant Pompa pada sistem fire hydrant digunakan untuk mensuplai air dari ground reservoir ke alat-alat fire hydrant yang ada, yaitu post hydrant dan fire hose reel. Untuk menentukan kapasitas pompa fire hydrant dengan menggunakan rumus : HL pompa = Hstatic + Hf mayor + Hf minor + Hf kecepatan + Hf sisa tekan Adapun contoh perhitungannya adalah sebagai berikut : 1. Debit pemakaian alat (QT) = 0,02532 m3/detik 2. V asumsi = 2 m/detik 3. A = QT Vasumsi = 0,02532 2 4. DRP-a = = = 0,01266 m2  4 xA 4x0,01266 3.14 = 0,127 m = 127 mm = 140 mm 5. Head statis = 20 m 6. Head sisa tekan = 8 m (standar umum, Babbit, 1960) 7. Headloss yang terjadi PLAMBI PLAMBI : Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR ➢ ➢ 111 Mayor Losses = head loss akibat gesekan head loss terbesar yaitu 49,33 m Minor Losses yang terjadi, meliputi : • Head akibat 4 belokan 900 (K = 0,5)  K .v 2  Hm = 4    2g   0,5( 2) 2  =4   = 1,22 m 2 ( 9 , 81 )   • Head akibat 1 gate valve (K = 0,13) K .v 2 Hm = 2g 0,13(2) 2 = 0,027 m = 2(9,81) • Head akibat masuknya air dari ground reservoir ke pipa suction (K = 0,5) Hm = K .v 2 2g 0,5(2) 2 = = 0,102 m 2(9,81) • Head akibat 2 Tee (K = 0,4) Hm = K .v 2 2g 0,4(2) 2 = 0,016 m =2 2(9,81) Jadi, total Minor losses = 1,22 m + 0,027 m + 0,102 m + 0,016 m = 1,365 m 8. Head akibat kecepatan = v2 2g 22 = = 0,2039 m 2(9,81) PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 9. Head total pompa = Hstatis + Mayor Losses + Minor Losses + 112 v2 + H sisa tekan 2g = 20 + 49,33 + 1,365 + 0,2039 + 8 = 78,9 m Berdasarkan nilai Q yang diperoleh yaitu Q = 0,02532 m3/detik = 1,5192 m3/menit= 91,152 m3/jam. Maka dapat ditentukan pompa yang akan digunakan yaitu sebagai berikut : Tipe pompa = 125 x 100 – 500 dimana : 125 --- diameter isap 1450 rpm 100 diameter keluar Sehingga dari tipe itu dapat ditentukan : • Whp atau daya air yaitu energi yang secara efektif diterima oleh air dari pompa per satuan waktu  xQx H 75 Whp = = 1000 x 0,02532 x 78,9 75 = 26,64 Hp, dengan ketentuan 1 Hp = 0,746 kW = 26,64 Hp x 0,7446 = 19,87 kW • Bhp atau daya poros yaitu energi yang diperlukan untuk menggerakkan pompa per satuan waktu. Diasumsikan efisiensi pompa atau nilai η sebesar 90%, sehingga : Bhp = =  Whp 19,87 0,9 = 22,1 kW Dari nilai Whp dan Bhp pompa maka didapatkan besar daya pompa adalah 22 kW. PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 113 6.8 Sprinkler 6.8.1 Kriteria Perencanaan • Untuk kebakaran ringan : Persyaratan kapasitas aliran dan tekanan Penyediaan air harus mampu mengalirkan air dengan kapasitas 225 liter/menit dan bertekanan 2,2 kg/cm2 ditambah tekanan air yang ekivalen dengan perbedaan tinggi antara katup kendali dengan sprinkler tertinggi. Tekanan diukur pada katup • kendali. Persyaratan kapasitas minimum penampung penyediaan air. Kapasitas penampung di bawah ini mencakup semua penampung air untuk sprinkler, termasuk alat kebakaran berukuran 20 mm atau 25 mm. Menurut SNI 3989 2000, menjelaskan bahwa waktu pengisian maksimum untuk tangki hidup • merupakan 30 menit unuk berbagai jenis. Sistem Tangki Bertekanan Untuk kebakaran ringan volume air yang dibutuhkan adaalah 7 m3. (SNI, 2000). Karena menggunakan sistem tangki tekan, maka harus selalu diperhatikan perbandingan udara dalam tangki agar tetap memiliki tekanan yang stabil saat digunakanan. Perbandingan yang digunakan, yakni 1:3, 1:2, atau 2:3. Adapun • perencanaan kali ini menggunakan 1:3. (SNI, 2000) Penempatan dan Letak Kepala Sprinkler. Luas lingkup maksimum tiap kepala springkler untuk springkler dinidng adalah 17 m2 dan sprinkler lainnya adalah 20 m2. Serta Perencanaan penempatan kepala sprinkler maksimum berjarak 4,6 m satu sama lain . Namun dalam suatu bagian khusus seperti, ruang langit-langit, ruang besmen, ruang ketel uap, dapur, ruang binatu, gudang, ruang kerja bengkel, sirkulasi udara, penggilingan padi, studio film, panggung pada gedung pertunjukan dan sebagainya luas maksimum dibatasi menjadi 9 m3 tiap kepala sprinkler dan jarak maksimum antara kepala springkler 3,7 meter (SNI, 2000). Dalam perencanaan ini luas tiap kepala springkler menggunakan 3,7 meter agar dapat mencakup seluruh jenis ruangan. PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 114 6.8.2 Perhitungan a. Perhitungan Jumlah Sprinkler Luas jangkauan tiap kepala sprinkler : 3,7 x 3,7 = 13,3 m2 Luas total gedung : 1080 m2 Segmen 1 : 2 x (28x 11) = 616m2 Segmen 2 : 20 x 22 = 440m2 Segmen 3 : 2 x (3x4) = 24m2 Jumlah sprinkler yang dibutuhkan : Luas segmen : Luas jangkauan tiap kepala sprinkler Segmen 1 = 616 : 13,3 = 46 buah Segmen 2 = 440 : 13,3 = 33 buah Segmen 3 = 24 : 13,3 = 2 buah b. Penentuan Ukuran Sprinkler Penentuan ukuran sprinkler didasarkan oleh jumlah sprinkler pada setiap segmen (tabel 6.4) Tabel 6.4 Penetuan Ukuran Sprinkler Jumlah Spinkler Inch mm 2 1 25 3 1,5 32 4-5 1,5 40 6-10 2 50 11-30 2,5 65 31-60 3 75 61 4 100 Sumber:Panduan Pemasangan Sistem Sprinkler untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan dan gedung oleh Departemen Pekerjaan Umum Tahun 2002 Berdasarkan perhitungan luas segmen dan penentuan ukuran sprinkler diperoleh Segmen 1 = 46 buah , ukuran sprinkler 3 inchi (Lantai 1 dan 2) Segmen 2 = 33 buah , ukuran sprinkler 3 inchi (Lantai 3) Segmen 3 = 2 buah , ukuran sprinkler 1 inchi (Lantai 4 dan 5) 11 14 20 PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 115 BAB VII BILL OF QUANTITY Pada perencanaan sistem plambing gedung Sekolah Dasar membutuhkan barang dan alat yang digunakan untuk membangun sistem plambing dari gedung tersebut. Maka dari itu perlu dilakukan perhitungan jenis dan jumlah material yang diperlukan. Perhitungan jenis dan jumlah material berdasarkan dari hasil perencanaan yang telah dibuat. Adapun perhitungannya meliputi perpipaan dan aksesoris. 7.1 Pipa Jenis pipa yang digunakan untuk sistem air bersih dan air buangan adalah pipa PVC. Penggunaan pipa PVC tersebut dikarenakan pipa PVC tidak mudah terkorosi dan harga yang terjangkau serta mudah didapatkan di pasaran. Untuk sistem fire hydrant menggunakan pipa jenis baja karbon karena pipa jenis ini lebih kuat dan tahan terhadap api sehingga ketika terjadi kebakaran pipa ini masih dapat berfungsi dengan baik. Adapun perhitungan pengadaan pipa untuk keseluruhan gedung yaitu : Tabel 7.1 Perhitungan BOQ pipa air bersih No Diameter (mm) Material Satuan Panjang (m) (m) Jumlah Batang 1 22 PVC 4 407.5 102 2 26 PVC 4 153 39 Jadi diameter pipa pada air bersih dengan diameter 22 mm jumlah barang yang dibutuhkan sebanyak 102 buah. Pada diameter pipa 26 mm jumlah barang yang dibutuhkan sebanyak 39 buah. Tabel 7.2 Perhitungan BOQ pipa air buangan dan ven No Diameter (mm) Material Satuan Panjang (m) (m) Jumlah Batang 1 32 PVC 4 32 8 2 40 PVC 4 21 6 3 50 PVC 4 60 15 4 65 PVC 4 49.5 13 5 75 PVC 4 44.5 12 6 100 PVC 4 285 72 125 PVC 4 25 150 PVC 4 5 7 2 7 8 PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 116 Jadi diameter pipa pada air buangan dan ven dengan diameter 32 mm jumlah barang yang dibutuhkan sebanyak 8 buah. Pada diameter pipa 40 mm jumlah barang yang dibutuhkan sebanyak 6 buah. Pada diameter pipa 50 mm jumlah barang yang dibutuhkan sebanyak 15 buah. Pada diameter pipa 65 mm jumlah barang yang dibutuhkan sebanyak 13 buah. Pada diameter pipa 75 mm jumlah barang yang dibutuhkan sebanyak 12 buah. Pada diameter pipa 100 mm jumlah barang yang dibutuhkan sebanyak 72 buah. Pada diameter pipa 125 mm jumlah barang yang dibutuhkan sebanyak 7 buah. Pada diameter pipa 150 mm jumlah barang yang dibutuhkan sebanyak 2 buah. Tabel 7.3 Perhitungan BOQ pipa Fire Hydrant dan Sprinkler No Diameter Material (mm) Satuan Panjang (m) (m) Jumlah Batang 507 28 Baja Karbon 3 2 65 76 Baja Karbon 3 1520 81,45 3 114 Baja Karbon 3 10,97 4 4 140 Baja Karbon 3 25 9 1 Jadi diameter pada pipa fire hydrant dan sprinkler dengan diameter 65 mm jumlah barang yang dibutuhkan sebanyak 507 buah. Pada diameter 76 mm jumlah barang yang dibutuhkan sebanyak 28 buah. Pada diameter 114 mm jumlah barang yang dibutuhkan sebanyak 4 buah. Pada diameter 140 mm jumlah barang yang dibutuhkan sebanyak 9 buah. 7.2 Aksesoris Perhitungan aksesoris dalam perencanaan sistem plambing mencakup keseluruhan aksesoris yang digunakan pada gedung. Adapun perhitungan BOQ aksesoris pada gedung Sekolah Dasar sebagai berikut : Tabel 7.4 Perhitungan BOQ aksesoris pipa air bersih, buangan dan ven No Aksesoris Material Jumlah 1 Elbow PVC 804 2 Tee PVC 300 3 Reducer PVC 80 4 Gate Valve PVC 20 Jadi aksesoris pipa yang dibutuhkan pada air bersih, buangan dan ven yaitu elbow sebanyak 804 buah, tee sebanyak 300 buah, reducer sebanyak 80 buah, gate valve sebanyak 20 buah. PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 117 Tabel 7.5 Perhitungan BOQ aksesoris pipa fire hydrant dan sprinkler No Aksesoris Material Jumlah 1 Elbow Baja Karbon 55 2 Tee Baja Karbon 218 3 Reducer Baja Karbon 10 4 Gate Valve Baja Karbon 2 Jadi aksesoris yang dibutuhkan pada fire hydrant dan sprinkler yaitu elbow sebanyak 55 buah, tee sebanyak 218 buah, reducer sebanyak 10 buah, gate valve sebanyak 2 buah. 7.3 Peralatan Plambing dan Pemadam Kebakaran Perhitungan BOQ untuk peralatan pada ruang saniter dan pemadam kebakaran sebagai berikut : Tabel 7.6 Perhitungan BOQ peralatan saniter No 1 2 3 4 5 6 Alat Plambing Jumlah Kloset (tangki gelontor) 45 Sink (kran ukuran 20mm) 14 Wastafel/Lavatory 53 Faucet (kran ukuran 13mm) 57 Urinal 30 Floor Drain 49 Jadi peralatan saniter yang dibutuhkan yaitu kloset sebanyak 45 buah, sink sebanyak 14 buah, wastafel/lavatory sebanyak 53 buah, faucet sebanyak 57 buah, urinal sebanyak 30 buah, floor drain sebanyak 49 buah. Tabel 7.7 Perhitungan BOQ peralatan pemadam kebakaran No 1 2 Post Hydrant 2 Fire Hose Reel 12 3 Sprinkler 60 Alat Jumlah Jadi peralatan yang dibutuhkan yaitu post hydrant sebanyak 2 buah, fire hose reel sebanyak 12 buah, sprinkler sebanyak 60 buah. PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 118 7.4 Pompa Keperluan pompa dalam perencanaan gedung Sekolah Dasar diperhitungkan sebanyak 2 buah pada sistem air bersih dimana 1 untuk air bersih dan 1 untuk cadangan. Sedangkan pompa untuk fire hydrant sebanyak 1 buah karena fire hydrant hanya digunakan saat terjadi kebakaran. Sehingga keseluruhan pompa yang digunakan berdasarkan uraian tersebut sebanyak 3 buah. 7.5 Ground Reservoir Berdasarkan hasil perhitungan ground reservoir yang direncanakan diperlukan ground reservoir untuk air bersih dan ground reservoir untuk Fire Hydrant. Dimana volume yang diperoleh ground reservoir air bersih yaitu 32,4 m3 dan fire hydrant yaitu 46 m3 . 7.6 Roof Tank Adapun roof tank yang diperlukan dalam sistem plambing gedung Sekolah Dasar ini yaitu sebanyak 1 buah dengan volume 40,4 m3. 7.7 Roof Drain Adapun Roof Drain yang diperlukan yaitu sebagai berikut : Tabel 7.8 Perhitungan BOQ Roof Drain Diameter Panjang (inch) (cm) 1 4 10.16 2 2 5 12.7 14 No Jumlah Jadi diameter yang di butuhkan roof drain pada diameter 4 inchi jumlah barang yang dibuhkan sebanyak 2 buah. Pada diameter 5 inchi jumlah barang yang dibutuhkan sebanyak 14 buah 7.8 Sumur Resapan Sumur Resapan yang digunakan dalam gedung ini sebanyak 1 buah, terletak setelah rangkaian Anaerob Baffle Reaktor dengan dimensi yang diinginkan 4m. Volume sumur resapan 20,83 m3, dengan Tinggi 7m 7.9 Anaerob Baffle Reaktor (ABR) ABR yang digunakan dalam gedung ini sebanyak 1 buah. PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR 119 BAB VIII DAFTAR PUSTAKA Noerlambang, Soufyan Moh. Takeo Morimura.2000. Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing. Jakarta : Pradnya Paramita. SNI 03-1735-2000. Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan Dan Akses Lingkungan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung. Babbit, Harold E. 1960. Plumbing. McGraw Hill Book Company. United States of America. SNI 8153:2015. Sistem Plambing Pada Bangunan Gedung. SNI 03-1736-2000. Tata Cara Perencanaan Sistem Protekasi Pasif Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung. SNI 03-1735-2000. Konservasi Energi Pada Selubung Bangunan. SNI 03-2398-2002. Septic Tank PLAMBI PLAMBI Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR