PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan salah satu komponen sumber kehidupan bagi manusia. Kebutuhan
manusia akan air sangat kompleks, antara lain untuk minum, masak, mandi dan mencuci.
Berdasarkan hal tersebut, dari kegiatan manusia sehari-hari muncul adanya air bersih dan
air buangan. Air bersih adalah air yang memenuhi syarat secara fisik dan dapat
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan air buangan adalah semua cairan
yang di buang, baik yang mengandung kotoran manusia maupun sisa proses industri. Air
buangan terdiri dari air kotor, air bekas, air hujan dan air buangan khusus (SNI, 2000).
Berbagai macam air terjadi karena adanya tindak manusia. Macam air tersebut
perlu diperhatikan dalam bidang pengaliran agar tidak timbul gangguan dan
ketidaknyamanan. Aliran air erat kaitannya dengan adanya bangunan dimana manusia
berada. Salah satu bangunan tersebut adalah Gedung Sekolah Dasar. Pada Gedung
Sekolah Dasar perlu adanya perhatian khusus dalam arus penggunaan air agar
keselamatan
dan
kenyamanan
pengguna
gedung
tidak
terganggu.
Selain
mempertimbangkan faktor keselamatan dan kenyamanan, perhatian arus penggunaan air
juga mencegah adanya kerusakan lingkungan (PP No.36, 2005). Salah satu upaya
meningkatkan kualitas sarana dan prasarana guna memberikan kenyamanan dan kepuasan
penghuni gedung adalah dengan merancang sistem plambing. Sistem plambing tersebut
meliputi sistem penyediaan air minum, sistem penyaluran air buangan dan ven, sistem
pencegah kebakaran dan sistem air hujan (Soufyan, 1991).
Sistem plambing merupakan seni dan teknologi pemipaan dan peralatan untuk
menyediakan air bersih ke tempat yang dikehendaki baik dalam hal kualitas, kuantitas
dan kontinuitas yang memenuhi syarat dan membuang air bekas (kotor) dari tempat
tertentu (Pramuditya, 2010). Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan sistem
plambing dimulai dengan rencana konsep rencana, rencana dasar, rencana pendahuluan,
dan gambar gambar pelaksanaan, dengan memperhatikan koordinasi dan keserasian
bagian-bagian konstruksi serta peralatan gedung Sekolah Dasar (SNI, 2005)
Sekolah Dasar 6 lantai yang terdiri dari 24 kelas, 3 laboratorium dan 31 ruangan
diharapkan dapat menjadi tempat yang memberikan kenyamanan dan kepuasan penghuni.
Oleh karena itu, sistem plambing untuk penyediaan air bersih dan penyaluran air buangan
harus direncanakan dengan baik.
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
2
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penulisan tugas plambing ini adalah sebagai salah satu pengenalan
tugas perencanaan perpipaan dalam gedung.
Sedangkan tujuan dari penulisan tugas plambing ini yaitu:
1. Membuat perpipaan sistem air bersih;
2. Membuat perpipaan sistem air buangan dan ven;
3. Membuat perpipaan sistem hydrant dan sprinkler.
1.3 Ruang Lingkup
Dalam perencanaan gedung Sekolah Dasar memperhatikan beberapa aspek yang
menentukan perencanaan. Aspek tersebut adalah:
a. Kebutuhan air
•
•
•
Metode berdasarkan jumlah penghuni dengan data jumlah penghuni;
Metode berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing;
Metode berdasarkan alat plambing (UAP).
b. Sistem perpipaan air bersih;
c. Penentuan diameter pipa air bersih;
d. Penentuan jumlah dan letak Ground Reservoir dan Roof Tank;
e. Sistem perpipaan air kotor dan air bekas;
f. Penentuan diameter pipa air kotor dan air bekas;
g. Penentuan jumlah Septic Tank yang akan digunakan dan bentuknya;
h. Penentuan jumlah sumur resapan yang akan digunakan dan jumlahnya;
i. Sistem drainase gedung;
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Plambing
Plambing merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksaan
pemasangan pipa dengan peralatannya di dalam gedung atau gedung yang berdekatan
dengan air hujan, air buangan dan air minum yang dihubungkan dengan sistem kota atau
sistem lain yang dibenarkan (SNI, 2000).
Plambing adalah seni dan teknologi pemipaan dan peralatan untuk menyediakan
air bersih ke tempat yang dikehendaki baik dalam hal kualitas, kuantitas dan kontinuitas
yang memenuhi syarat dan membuang air bekas (kotor) dari tempat tertentu tanpa
mencemarkan bagian penting lainnya untuk mencapai kondisi higienis dan kenyamanan
yang diinginkan (Pramuditya, 2010). Dari dua pernyataan tersebut dapat disimpulkan
bahwa plambin adalah teknologi yang berhubungan dengan pemipaan pada gedung.
2.2 Kebutuhan Air Bersih
2.2.1 Metode penentuan kebutuhan air bersih
Menurut Noerbambang, SM dan Takeo, M. (2005) metode penentuan kebutuhan air
bersih berdasarkan pada :
a. Jumlah penghuni
Metode ini didasarkan atas pemakaian air rata-rata sehari dari setiap penghuni,
dan perkiraan jumlah air sebari dapat diperkirakan, walaupun jenis maupun
jumlah alat plambing belum ditentukan. Metode ini praktis utnuk tahap
perencanaan dan perancangan. Apabila jumlah penghuni diketahui, atau
ditetapkan untuk suatu gedung maka angka tersebut dipakai untuk menghitung
pemakaian air rata-rata sehari berdasarkan "standar" mengenai pemakaian air
per orang per hari untuk sifat penggunaan gudang tersebut, tetapi bila jumlah
penghuni tidak diketahui, biasanya ditaksir berdasarkan luas lantai dan
menetapkan padatan hunian per luas lantai. Luas lantai gedung yang
dimaksudkan adalah luas lantai efektif berkisar antara 55 sampai 80 persen dari
luas seluruhnya. Apabila jumlah data penghuni tidak diketahui maka metode
perhitungannya:
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
4
1) Luas gedung seluruhnya
Luas gedung total = Jumlah lantai x luas gedung .................................. (2.1)
2) Luas gedung efektif
Luas gedung efektif = Perbandingan luas lantai total x luas gedung
seluruhnya ........ ..................................................................................... (2.2)
3) Kepadatan penduduk atau penghuni 5-10 m3 / orang
Jumlah Penghuni = Luas gedung efektif / kepadatan penghuni ........... (2.3)
4) Pemakain air rata-rata sehari (Qd)
Qd = Jumlah penghuni x pemakaian air ............................................... (2.4)
5) Antisipasi Kebocoran
Qd total = (100% + tambahan pemakaian air) x Qd ............................. (2.5)
6) Pemakaian air rata-rata (Qh)
Qh = Qd total / T ................................................................................... (2.6)
7) Pemakaian Air jam puncak (Qh max)
Qh max = C1 x Qh ................................................................................ (2.7)
Dengan C1 konstanta jam puncak berkisar antara 1,5-2 bergantung pada
lokasi, sifat, dan penggunaan gedung.
8) Pemakaian air pada menit puncak
Qm max = C2 x (Qh / 600) ................................................................... (2.8)
Dengan C2 konstanta per menit puncak berkisar antara 3,0-4,0.
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
5
Tabel 2.1 Pemakaian Air rata-rata per orang setiap hari
No
Jenis Gedung
Pemakaian
Air rata-rata
sehari
(liter)
Jangka Waktu
Pemakaian air
rata-rata sehari
(jam)
Perbandingan
luas lantai
efektif/total
(%)
1
Perumahan mewah
250
8-10
42-45
setiap penghuni
2
Rumah biasa
160-250
8-10
50-53
setiap penghuni
Keterangan
Mewah 250 liter
3
Apartment
200-250
8-10
4
Asrama
120
8
45-50
Menengah 180 liter
Bujangan 120 liter
Bujangan
(setiap tempat tidur
pasien)
Mewah>1000
5
Menengah
500-1000
Rumah sakit
8-10
45-48
Pasien luar : 8 liter
Staf/pegawai : 120 liter
Keluarga pasien : 160
liter
Umum 350500
6
Sekolah Dasar
40
5
58-60
Guru : 100 liter
7
50
6
58-60
Guru : 100 liter
80
6
9
SLTP
SLTA dan lebih
tinggi
Rumah-Toko
100-200
8
10
Gedung Kantor
100
8
60-70
11
Toserba (toko serba
ada, department
Store)
3
7
55-60
12
Pabrik/Industri
Pria : 60
Wanita : 100
8
13
Stasiun/Terminal
3
15
14
Restoran
30
5
15
Restoran Umum
15
7
16
Gedung
Pertunjukan
30
5
8
PLAMBI
PLAMBI
Guru/dosen : 100 liter
Penghuninya : 160 liter
Setiap pegawai
Pemakaian air hanya
untuk kakus, belum
termasuk bagian
restoran
Per orang, setiap giliran
(jika kerja lebih dari 8
jam perhari)
Setiap penumpang (
yang tiba maupun
berangkat)
Untuk penghuni 160
liter
Untuk penghuni 160
liter, pelayan 100 liter,
70% dari jumlah tamu
perlu 15 liter/orang
untuk kakus, cuci
tangan dsb
53-55
Jika digunakan sing dan
malam, pemakaian air
dihitung per penonton
jam pemakaian air
dalam tabel untuk satu
kali pertunjukan
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
No
Pemakaian
Air rata-rata
sehari
(liter)
Jenis Gedung
Jangka Waktu
Pemakaian air
rata-rata sehari
(jam)
17
Gedung Bioskop
10
3
18
Toko pengecer
40
6
19
Hotel/Penginapan
250-300
10
20
Gedung
Peribadatan
10
2
21
Perpustakaan
25
6
22
Bar
30
6
23
Perkumpulan Sosial
30
24
Kelab malam
Gedung
Perkumpulan
Laboratorium
120-350
25
26
Keterangan
Jika digunakan sing dan
malam, pemakaian air
dihitung per penonton
jam pemakaian air
dalam tabel untuk satu
kali pertunjukan
Pedagang besar: 30
liter/tamu, 150 liter/staf
atau 5 liter perhari
setiap m2 luas lantai
Untuk setiap tamu, Staf
120-150 liter,
penginapan 200 liter
didasarkan jumlah
jemaah perhari
untuk setiap pembaca
yang tinggal
setiap tamu
setiap tamu
setiap tempat duduk
150-200
100-200
Perbandingan
luas lantai
efektif/total
(%)
6
setiap tamu
8
setiap staf
Sumber : Noerbambang, SM dan Takeo, M (2005:48)
b. Jenis dan Jumlah alat Plambing
Metode ini digunakan apabila kondisi pemakaian alat plambing dapat
diketahui, misalnya untuk perumahan atau gedung kecil lainnya. Juga harus
diketahui jumlah dari setiap jenis alat plambing dalam gedung tersebut.
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
7
Berikut adalah tabel pemakaian air tiap alat plambing, laju aliran air dan ukuran pipa cabang pipa air
Tabel 2.2 Pemakaian Air Tiap Alat Plambing, Laju Aliran Air Dan Ukuran Pipa Cabang Pipa Air
Pemakaian air
untuk
No
Nama alat plumbing
penggunaan satu
kali (liter)
1
Kloset
Penggunaan
Laju aliran air
per jam
(liter/mnt)
Waktu untuk
Pipa sambungan
pengisian
alat plumbing
Pipa cabang air bersih ke
alat plumbing (mm)
(mm)
(detik)
13,5-16.51)
6-12
110-180
8,2-10
24
13-15
6-12
15
60
13
Pipa baja
Tembaga4)
322)
25
20
13
203)
13
20
13
(dengan katup gelontor)
2
Kloset
(dengan tangki gelontor)
3
Peturasan
5
12-20
30
10
13
(dengan katup gelontor)
4
Peturasan, 2-4 orang
9-18
(dengan tangki gelontor)
(@4,5)
Peturasan, 5-7 orang
22,5-31,5
(dengan tangki gelontor)
(@4,5)
6
Bak cuci tangan kecil
7
Bak cuci tangan biasa
5
12
1,8-3,6
300
13
20
13
12
4,5-6,3
300
13
20
20
13
13
3
12-20
10
18
13
20
13
10
6-12
15
40
13
20
20
15
6-12
15
60
13
20
20
25
6-12
25
60
20
20
13-20
20
20
(lavatory)
8
Bak cuci dapur (sink)
dengan keran 13 mm
9
Bak cuci dapur (sink)
dengan keran 22 mm
10
Bak mandi rendam
125
3
30
250
20
8
Pemakaian air
untuk
No
Nama alat plumbing
penggunaan satu
kali (liter)
Penggunaan
Laju aliran air
per jam
(liter/mnt)
Waktu untuk
Pipa sambungan
pengisian
alat plumbing
Pipa cabang air bersih ke
alat plumbing (mm)
(mm)
(detik)
Pipa baja
Tembaga4)
(bathtub)
11
Pancuran mandi
24-60
3
12
120-300
13-20
(shower)
12
Bak mandi gaya Jepang
Tergantung
30
20
ukurannya
Sumber : Noerbambang, SM dan Takeo, M (2005:49)
Catatan :
1)
Standar pemakaian air untuk kloset dengan katup gelontor untuk satu kali penggunaan adalah 15 liter selama 10 detik.
2)
Pipa sambungan ke katup gelontor untuk kloset biasanya adalah 25 mm, tetapi untuk mengurangi kerugian akibat gesekan dianjurkan memasang
pipa ukuran 32 mm.
3)
Pipa sambungan ke katup gelontor untuk peturasan biasanya adalah 13 mm, tetapi untuk mengurangi kerugian akibat gesekan dianjurkan memasang
pipa ukuran 20 mm.
4)
Karena pipa tembaga kurang cenderung berkerak dibandingkan dengan pipa baja, maka ukurannya bisa lebih kecil.
Pipa PVC bisa juga dipasang dengan ukuran yang sama dengan pipa tembaga.
Adapun rumus yang dipakai untuk mencari debit pada metode ini sama seperti rumus pada metode berdasarkan jumlah pemakai
(penghuni).
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
9
Tabel 2.3 Metode Perhitungan Berdasarkan Jenis dan Jumlah Alat Plambing
I
II
III
IV
V
VI
VII
Keterangan :
•
Kolom I
•
Kolom II : Jumlah alat plambing yang digunakan
•
Kolom III : Pemakain Air rata-rata sehari (liter)
•
Kolom IV : Jangka waktu pemakaian air rata-rata sehari (jam)
•
Kolom V : Q total / Jumlah data (liter/jam)
: Jenis alat plambing yang digunakan
Q total = jumlah alat plambing x pemakaian air sekali penggunaan x
jangka waktu pemakaian air. ………………………………..(2.9)
•
Kolom VI : Faktor pemakaian (%) dan jumlah alat plambing.
Jika jumlah alat plambing tidak tertera pada tabel maka dapat
diketahui faktor pemakaiannya dengan interpolasi.
•
Kolom VII : Q efektif (liter/jam) = Q total x faktor pemakaian
1. Pemakaian air jam puncak (Qh max)
Qh max = C1 x Q efektif total .................................................................... (2.10)
Dengan C1 = konstanta jam puncak, berkisar antara 1,5-2,0.
2. Pemakaian air pada menit puncak (Qm max)
Qm max = C2 x Q efektif total / 60 ........................................................... (2.11)
Dengan C2 = konstanta jam puncak berkisar antara 3,0-4,0.
3. Total Q efektif = Pemakaian air rata-rata (Qh) .......................................... (2.12)
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
10
c. Metode Berdasarkan Unit Alat Plambing (UAP)
Metode ini dihitung berdasarkan pengambilan data beberapa jenis alat plambing
dan jumlah alat plambing yang ditetapkan suatu uit beban (fixture unit) untuk
setiap alat plambing. Faktor pemakaian dan metode perhitungan berdasarkan UAP
dapat dilihat pada tabel 2.4 dan 2.5.
Tabel 2.4 Faktor pemakaian (%) dan jumlah alat plambing
Jumlah alat
plambing
Jenis alat
plambing
Kloset,
dengan
katup
1
2
4
8
12
16
24
32
40
50
70
100
1
50
50
40
30
27
23
19
17
15
12
10
Satu
2
3
4
5
6
7
7
8
9
10
100
75
55
48
45
42
40
39
38
35
33
Dua
3
5
6
7
10
13
16
19
25
33
gelontor
Alat plambing biasa
1
Tabel 2.5 Metode Perhitungan Berdasarkan UAP
Jenis
Jumlah alat
Unit beban alat
Jumlah unit beban alat plambing
Alat Plambing
Plambing
plambing
(Jumlah alat plambing x Unit beban alat pambing )
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
11
Sumber : SNI
(a) Untuk unit beban sampai 3000
(b) Untuk unit beban sampai 250
Gambar 2.1 Penaksiran berdasarkan Unit Beban Alat Plambing
Sumber : Noerbambang, SM dan Takeo, M (2005:67)
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
12
Tabel 2.6 Unit alat plambing untuk penyediaan air dingin
Jenis alat plambing
2)
Kloset
Kloset
Peturasan, dengan tiang
Peturasan terbuka (urinal
stall)
Peturasan terbuka (urinal
stall)
Bak cuci (kecil)
Bak cuci tangan
Bak cuci tangan, untuk
kamar operasi
Bak mandi rendam (bath
tub)
Pancuran mandi (shower)
Pancuran mandi tunggal
Satuan kamar mandi
dengan bak mandi rendam
Satuan kamar mandi
dengan bak mandi rendam
Bak cuci bersama
Bak cuci pel
Bak cuci dapur
Bak cuci piring
Bak cuci pakaian (satu
sampai tiga)
Pancuran minum
Pemanas air
Jenis penyediaan air
Unit alat plambing3)
Untuk
Untuk
pribadi4)
umum5)
Katup gelontor
Tangki gelontor
Katup gelontor
6
3
-
10
5
10
Katup gelontor
-
5
Tangki gelontor
-
3
0,5
1
-
1
2
3
Keran pencampur air
dingin dan panas
Keran pencampur air
dingin dan panas
Keran pencampur air
dingin dan panas
Kloset dengan katup
gelontor
2
4
2
4
2
-
Kloset dengan tangki
gelontor
(untuk tiap keran)
Keran
Keran
Keran
Keran
Keran air minum
8
-
6
-
3
2
3
2
4
4
5
-
-
2
2
Keran
Keran
Keran
Katup bola
Keterangan
Gedung kantor,
dsb
Untuk umum :
hotel
atau
restoran, dsb
Sumber : Sofyan (1986:68)
Catatan :
1)
Alat plambing yang airnya mengalir secara kontinyu harus dihitung secara terpisah
dan ditambahkan pada jumlah unit alat plambing.
2)
Alat plambing yang tidak ada dalam daftar dapat diperkirakan, dengan
membandingkan dengan alat plambing yang mirip/terdekat.
3)
nilai unit alat plambing dalam tabel ini adalah keseluruhan. Kalau digunakan air
dingin dan air panas, unit alat plambing maksimum masing-masing untuk air dingin
dan air panas siambil tigaperempatnya.
4)
Alat plambng untuk keperluan pribadi dimaksudkan pada rumah pribadi atau
apartment, dimana pemakaiannya tidak terlalu sering.
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
13
5)
Alat plambing untuk keperluan umum dimaksudkan yang dipasang dalam gedung
kantor, sekolah, pabrik, dsb, dimana pemakaiannya cukup sering.
A. Klasifikasi Sistem Penyediaan Air Bersih
Menurut Noerbambang, SM., dan Takeo, M. (2005), ada beberapa sistem
penyediaan air bersih :
a. Sistem Sambungan Langsung
Pada sistem ini, pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan pipa
utama penyediaan air bersih sistem ini dapat diterapkan untuk perumahan dan
gedung-gedung kecil dan rendah, karena pada umumnya pada perumahan dan
gedung kecil tekanan dalam pipa utama terbatas dan dibatasinya ukuran pipa
cabang dari pipa utama. Ukuran pipa cabang biasanya diatur dan ditetapkan
oleh Perusahaan Air Minum.
Gambar 2.2. Sistem Sambungan Langsung
Sumber : (Soufyan, 2005)
b. Sistem Tangki Atap
Pada sistem ini, air ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah (dipasang
pada lantai terendah bangunan atau dibawah muka tanah), kemudian
dipompakan ke suatu tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau di
atas lantai tertinggi bangunan. Air dari tangki ini kemudian didistribusikan ke
seluruh bangunan.
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
14
Sistem ini diterapkan karena alasan-alasan sebagai berikut:
1) Selama airnya digunakan, perubahan tekanan yang teradi pada alat
plambing hampir tidak berarti. Perubahan tekanan ini hanyalah akibat
perubahan muka air dalam tangki atap.
2) Sistem pompa yang menaikkan air ke tangki atap bekerja secara otomatik
dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil sekali kemungkinan
timbulnya kesulitan.
3) Pompa biasanya dijalankan dan dimatikan oleh alat yang mendeteksi muka
dalam tangki atap.
4) Perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan dengan misalnya
tangki tekan.
Gambar 2.3 Sistem Tangki Atap
Sumber : (Soufyan, 2005)
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
15
c. Sistem Tangki Tekan
Prinsip sistem ini adalah sebagai berikut air yang telah ditampung
dalam tangki bawah, dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki tertutup
sehingga udara di dalamnya terkompresi. Air dari tangki tersebut dialirkan ke
dalam sistem distribusi bangunan. Pompa bekerja secara otomatik yang diatur
oleh suatu detektor tekanan, yang menutup membuka saklar motor listrik
penggerak pompa: pompa berhenti bekerja kembali setelah tekanan mencapai
suatu batas maksimum yang ditetapkan bekerja kembali setelah tekanan
mencapai suatu batas maksimum tekanan yang ditetapkan juga.
Kelebihan sistem tangki tekan adalah:
1) Dari segi estetika tidak menyolok jika dibandingkan dengan tangki atap;
2) Mudah perawatannya karena dapat dipasang dalam ruang mesin bersama
pompa-pompa lainnya;
3) Harga awal lebih rendah dibandingkan dengan tangki yang harus dipasang
di atas Menara;
4) Kekurangannya adalah pompa akan sering bekerja sehingga menyebabkan
keausan pada saklar lebih cepat.
Gambar 2.4 Sistem Tangki Tekan
Sumber : (Soufyan, 2005)
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
16
d. Sistem Tanpa Tangki
Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki
tekan maupun tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi
bangunan dan pompa menghisap air langsung dari pipa utama (misal pipa
utama PDAM).
2.3 Sistem Pipa Air Bersih
Perencanaan sistem air bersih menggunakan tabel sistem pipa air bersih untuk
mempermudah dalam menentukan jalur, sistem, dan diameter pipa yang dipakai pada
setiap pipa yang dibutuhkan. Tabel tersebut juga memuat nilai eqivalen pipa, faktor
pemakaian debit aliran air, panjang pipa, dan juga kecepatan aliran pada suatu jalur pipa.
Berikut adalah tabel 2.7 Sistem pipa air bersih :
Tabel 2.7 Sistem pipa air bersih
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII IX
X
XI
XII
XIII XIV
Keterangan kolom :
I
: kolom jumlah baris digunakan untuk memberi penamaan pada sebuah sistem jalur
air bersih
II : kolom yang memuat masing-masing alat plambing
III : kolom yang memuat ukuran diameter pipa air bersih yang masuk ketiap-tiap alat
plambing dengan satuan mm sesuai dengan tabel 2.2 Pemakaian air tiap alat
plambing, laju aliran, dan ukuran pipa cabang pipa air.
IV : nilai eqivalen pipa (dapat dilihat pada buku “Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem
Plambing”, Soufyan Moh. Noerbambang dan Takeo Morimura. Tabel 3.21)
V : nama daerah antar alat plambing berdasarkan penentuan sistem
VI : jumlah nilai ekivalen pipa akumulasi dari nilai pipa pertama dan selanjutnya sesuai
jalur pipa yang ditentukan.
VII: nilai faktor pemakaian berdasarkan Tabel 2.3 faktor pemakaian (%) dan jumlah alat
plambing
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
17
VIII : hasil dari perkalian dari kolom ke-VI dengan kolom ke- VII
IX : diameter pipa horizontal (mm)
X
: diameter pipa horizontal (meter)
XI: debit/kecepatan aliran plambing (liter/menit), berdasarkan Tabel 2.6 Pemakaian air
tiap alat plambing, laju aliran, dan ukuran pipa cabang pipa air.
XII: jumlah debit akumulasi alat plambing (liter/menit)
XIII : jumlah debit akumulasi alat plambing (m3/detik)
XIV: kecepatan (m/s) dengan range = 0,3-2,5 m/detik
V=
�
�
v = kecepatan (m/s)
Q = debit alat plambing
A = luas penampang pipa (m2)
= ��
2.3.1
Laju Aliran
Pemakaian air oleh suatu masyarakat bertambah besar dengan
kemajuan masyarakat tersebut, sehingga pemakaian air seringkali dipakai
sebagai salah satu tolak ukur tinggi rendahnya suatu kemajuan masyarakat.
Dalam perancangan sistem penyediaan air untuk sesuatu bangunan,
kapasitas peralatan dan ukuran pipa-pipa didasarkan pada jumlah dan laju
aliran air yang harus disediakan kepada bangunan tersebut jumlah dan laju
aliran air tersebut seharusnya diperoleh dari penelitian keadaan sesungguhnya.
Kemudian dibuat angka-angka peramalan yang sedapat mungkin mendekati
keadaan sesungguhnya setelah bangunan digunakan.
Sebagai akibat adanya gesekan air terhadap dinding pipa maka timbul
tekanan terhadap aliran, yang biasanya disebut kerugian gesek. Kerugian gesek
ini dapat dinyatakan dengan rumus Darcy-Wersbach sebagai berikut:
h = (λ) (l/d) (v2/2g) …………………………………………………. (2.13)
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
18
Keterangan:
h = kerugian gesek pipa lurus (m) koefisien gesekan
l = panjang pipa lurus (m)
d = diameter dalam (m)
v = kecepatan rata-rata aliran air (m/s)
g = percepatan gravitasi (980 m/sJ/s)
Kerugian gesek untuk setiap satuan panjang pipa (h/l) disebut gradien
hidrolik, dinyatakan dengan “i” ; dan kalau laju aliran air dinyatakan dengan
“Q” , maka secara experimentil diperoleh hubungan berikut ini yang dikenal
sebagai rumus Hanzen Williams :
Q = (1,67) (c) (d 2.63) (i 0.54) (10000)………………………………..(2.14)
Dimana
Q : Laju aliran air (liter/menit)
c : Koefesien kecepatan aliran (lihat Tabel 3.17)
d : Diameter dalam pipa (m)
i : Gradien hidraulik (m/m)
Tabel 2.8 Faktor kecepatan untuk berbagai jenis pipa
C
Jenis pipa
140
130
Pipa baru : kuningan, tembaga, timah hitam, besi tuang, baja (dilas atau ditarik),
baja atau besi dilapis semen.
Pipa asbes-semen (selalu “licin” dan sangat lurus).
Pipa baja baru (lurus tanpa perlengkapan, dilas atau ditarik), pipa besi tuang
baru (biasanya angka ini yang dipakai), pipa tua : kuningan, tembaga, timah
hitam.
Pipa PVC-keras.
110
Pipa dengan lapisan semen yang sudah tua, pipa keramik yang masih baik.
100
Pipa besi tuang atau pipa baja yang sudah tua.
Sumber : Sofyan (2005:71)
2.3.2
Tekanan Air dan Kecepatan Aliran Air
Tekanan air yang kurang mecakupi akan menimbulkan kesulitan dalam
peralatan plambing pemakaian air yang kurang mencakupi akan menimbulkan
pancaran air serta mempercepat kerusakan dan menambah kemungkinan
timbulnya pukulan air. Besarnya tekanan air yang baik berkisar dalam suatu
daerah yang agak lebar dan bergantung pada persyaratan pemakaian atau alat
yang harus dilayani.
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
19
Tabel 2.9 Tekanan yang dibutuhkan alat plambing
Nama Alat Plambing
Tekanan yang dibutuhkan
Tekanan standar
2
(kg/cm )
Katup gelontor kloset
0,71)
Katup gelontor peturasan
0,42)
Keran yang menutup sendiri,
0,73)
(kg/cm2)
otomatik
Pancuran
mandi,
dengan
0,7
pancaran halus/tajam
Pancuran mandi (biasa)
0,35
Keran biasa
0,3
Pemanas air langsung dengan
1,0
0,25-0,74)
bahan bakar gas
Sumber : Sofyan (2005:50)
Catatan :
1),2)
Tekanan minimum yang dibutuhkan katup gelontor untuk kloset dan urinal
yang dimuat dalam table ini adalah tekanan statis pada waktu air mengalir,
dan tekanan maksimumnya adalah 4 kg/cm2.
3)
Untuk keran dengan katup yang menutup secara otomatik, kalau tekanan
airnya kurang yang minimum dibutuhkan maka katup tidak akan menutup
dengan rapat, sehingga air masih akan menetes dari keran.
4)
Untuk pemanas air langsung dengan bahan bakar gas, tekanan minimum yang
dibutuhkan biasanya dinyatakan.
2.3.3
Sistem Distribusi Pipa
Menurut Soufyan dan Morimura (2005), ada 2 sistem pipa penyediaan
air dalam gedung, yaitu system pengaliran ke atas dan sistem pengaliran ke
bawah. Sistem pengaliran ke atas, pipa utama dipasang dari tangki atas ke
bawah sampai langit-langit terbawah dari gedung kemudian mendatar dan
bercabang-cabang tegak keatas untuk melayani lantai-lantai diatasnya.
Sedangkan sistem pengaliran ke bawah, pipa utama tangki atas dan
pipa mendatar ini dibuat cabang-cabang tegak ke bawah melayani lantai-lantai
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
20
kebawahnya. Diantara kedua sistem tersebut, diatas agak sulit untuk
dinyatakan sistem mana yang terbaik masing-masing sistem mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Pemilihan lebih banyak ditentukan oleh ciri khas
kontruksi atau penggunaan gedung atau prefensi perancangnya.
Sistem pengaliran kebawah, memerlukan ruang yang cukup dalam
langit-langit lantai teratas untuk memasang pipa utama mendatar, ruang yang
cukup pula untuk memasang pemeriksaan, perawatan operasi, dan penyetelan
atas katup-katup pada pipa-pipa cabang tegak ke bawah, pembuangan udara
yang tertinggal dalam pipa relatif cukup mudah.
Lantai terbawah dari suatu gedung sering digunakan sebagai tempat
memasang mesin-mesin peralatan gedung dimana langit-langitnya cukup tinggi
dari lantai sehingga cukup tempat untuk memasang pipa-pipa utama mendatar.
Berdasarkan keadaan tersebut maka sistem pengaliran keatas dapat dipilih.
Pemeriksaan perawatan operasian penyetelan katup-katup pada pipa-pipa
cabang tegak keatas dapat dilakukan dengan mudah. Tetapi karena adanya pipa
utama yang dipasang dari tangki atas sampai pipa mendatar dalam langit-langit
terbawah, maka jika dibandingkan dengan sistem pengaliran kebawah akan
menambah panjang pipa utama.
2.3.4
Pemasangan Katup
Pemasangan pipa biasanya diawali dengan pipa utama dan dilanjutkan
pada pipa-pipa cabang. Pipa cabang digunakan untuk melayani pada tiap-tiap
lantai pada gedung bertingkat. Pada pipa cabang hendak dipasang katup-katup
pemisah yang dekat dengan pipa utama. Katup pemisah tersebut dilakukan
untuk kegiatan perawatan dan perbaikan (Soufyan dkk,2005).
Katup sorong (gate valve) banyak dipasang sebagai katup pemisah pipa
cabang. Selain digunakan untuk kegiatan perawatan dan perbaikan, katup
sorong juga dapat mengatur (membatasi) laju aliran air pada pipa cabang yang
biasanya disertai dengan katup bola (globe valve). Jika pipa-pipa tersebut
dipasang dalam suatu cerobong maka ukuran cerobong harus cukup untuk
operasi katup dan perawatan/penggantian katup apabila diperlukan (Soufyan
dkk, 2005).
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
21
2.4 Perancangan Ground Reservoir dan Roof Tank
Tandon air merupakan salah satu komponen bengunan yang sangat penting untuk
menjamin ketersediaan air suatu rumah tinggal atau bangunan gedung. Dari segi lokasi
penempatannya, tandon terbagi menjadi 2 macam yaitu yang ditanam di dalam tanah
(Ground Reservoir) dan yang diletakkan di area tap bangunan (Roof Tank).
2.4.1 Ground Reservoir
Ground reservoir (tangki bawah tanah) ini berfungsi menampung air bersih
untuk kebutuhan air. Penetuan dimensi ground reservoir dapat menggunakan tabel;
yang memuat jam operasional, kecepatan pompa kecepatan distribusi, selisih antara
kecepatan pompa dan kecepatan PDAM serta akumulasi selisih antara kecepatan
pompa dan volume PDAM.
Tabel 2.10 Penetuan Volume Grand Reservoir
Jam
V. PDAM
V.POMPA
V.POMPA-V.PDAM
Akumulasi
Volume ground reservoir dapat ditentukan dengan menggunakan selisih antara
akumulasi maksimum pada tabel dan minimum pada tabel penentuan ground
reservoir.
2.4.2 Rooftank
Rooftank adalah tangki atas dalam sebuah gedung yang berfungsi sebagai
tempat menyimpan air bersih sebelum didistribusikan ke setiap alat plambing dalam
gedung. Penentuan volume tangki atas dapat ditentukan dengan tabel 2.10
Penentuan tinggi Rooftank tergantung pada titik kritis. Titik kritis merupakan
titik dimana suatu alat plambing mendapat tekanan paling rendah yang terletak
pada jarak vertikal paling rendah / pendek dari pipa dan paling panjang dari tangki
atap. Tiap-tiap alat plambing mempunyai tekanan minimum standar pada tangki
yang umum digunakan 10kg/cm² = 10 meter.
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
22
Rumus penentuan tinggi roof tank:
Hrt = Hs – Hf ........................................................................................... (2.15)
Keterangan :
Hrt = Tinggi Rooftank
Hs = Tinggi Statik
Hf = kerugian gesek
2.4.3 Titik Kritis
Alat plambing yang terkritis:
a. Head Statik : Tinggi pipa dihitung dari pipa intlet alat plambing terkikis sampai
pipa outlet rooftank.
b. Titik Kritis : Dimana alat plambing akan mendapat tekanan paling rendah
(yang terletak jauh veral paling pendek dari atap atau pipa paling panjang dari
atap).
HF = { Q/ 0,27835 x C D2,63}1,853 x L ..................................................... (2.16)
Keterangan:
L : Panjang pipa (m) = L pipa lurus / L pipa aksesoris
Q : Debit pipa (m)
D : Koofisien gesek Harry William, Tergantung bahan pipa (tabel 2.8 )
penentuan titik kritis pada alat plambing yang terletak pada lantai teratas
alat plambing yang jauh dari shaff.
Syarat:
•
•
•
(HS - HF) > tekanan standart alat plambing terkritis
Jika HF > tekanan standart maka air yang keluar lancar
Jika HF <= tekanan standart maka air dapat keluar karena tekanan kurang
memenuhi kebutuhan alat plambing
2.5 Pompa
Spesifikasi pompa diketahui dengan H statik dan Q istilah yang ada:
1. Kapasitas pompa (Qp) kebutuhan gedung yaitu volume cairan yang dipompa persatuan
waktu (l/dt, m3/dt) dimana,
Qp = QRT ...................................................................................................................................... (2.17)
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
23
Keterangan:
QP = kapasitas pompa (m3/jam)
QRT = kapasitas rooftank (m3/jam)
2. Head statik (Hs): ujung input dan output yaitu perbedaan elevasi (tekanan) zat cair
antara discharge dan suction.
3. Head suction (Hs): perbedaan elevasi (tekanan) zat cair antara zat cair suction dengan
pusat pompa.
Hs = Hs mayor + Hs minor............................................................... (2.18)
4.
Head Discharge (Hd) : yakni perbedaan elevasi (tekanan) antar zat cair discharge
dengan pusat pompa Head pompa head stastik head suction head discharge.
2.6 Sistem Pembuangan Air Kotor, Air Bekas dan ven
2.6.1 Jenis Air Buangan
Air buangan atau sering pula disebut air limbah adalah semua cairan yang
dibuang, baik yang mengandung kotoran manusia, hewan, bekas, tumbuhtumbuhan, maupun yang mengandung sisa dari proses industri. Air buangan dapat
dibagi menjadi 4 golongan:
1.
Air kotor: air buangan yang berasal dari klose, peturasan, bidet, dan air
buangan yang mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat-alat
plambing.
2.
Air bekas: air buangan yang berasal dari alat-alat plambing lainnya, seperti bak
mandi (bath tub), bak cuci tangan (lavatory), bak dapur (kitchen sink),dll .
3.
Air hujan: air buangan dari atap, halaman, dll.
4.
Air buangan khusus: air buangan yang mengandung gas beracun bahan kimia
yang berbahaya.
2.6.2 Dasar-Dasar Sistem Ven
Tujuan sistem ven bersama dengan alat perangkap, pipa ven merupakan bagian
penting dari suatu sistem pembuangan. Tujuan pemasangan pipa ven adalah:
•
•
•
Menjaga sekat perangkap dari efek
Menjaga aliran yang lancar dalam pipa pembuangan
Mensirkulasikan udara dalam pipa pembuangan Persyaratan pipa ven
Ketentuan umum
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
24
(1) Ukuran pipa ven lup dan pipa ven sirkit
a) Ukuran pipa ven lup dan ven sirkit minimum 32 mm dan tidak boleh
kurang dari setengah kali diameter cabang mendatar pipa buangan atau
pipa tegak ven yang disambungkannya;
b) Ukuran pipa ven lepas minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari
setengah kali diameter cabang mendatar pipa pembuangan yang
dilayaninya.
(2) Ukuran ven pipa tegak
Ukuran ven pipa tegak tidak boleh kurang dari ukuran pipa tegak air
buangan yang dilayaninya dan selanjutnya tidak boleh diperkecil
ukurannya sampai ke ujung terbuka;
(3) Ukuran ven pipa tunggal
Ukuran ven pipa tunggal minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari
setengah kali diameter pipa pengering alat plambing yang dilayani.
(4) Ukuran pipa ven pelepas ofset
Ukuran pipa ven pelepas untuk ofset pipa pembuangan harus sama dengan
atau lebih besar dari pada diameter pipa tegak ven atau pipa tegak air
buangan (yang terkecil di antara keduanya).
(5) Pipa ven untuk bak penampung
Ukuran pipa ven untuk bak penampung air buangan minimum harus 50 mm.
a) Penentuan ukuran pipa ven
Ukuran pipa ven didasarkan pada unit beban alat plambing dari
pada pembuangan yang dilayaninya, dan panjang ukuran pipa ven
tersebut. Bagian pipa ven mendatar, tidak termasuk bagian “pipa
ven di bawah lantai”, tidak boleh lebih dari 20% dari seluruh
panjang ukurannya.
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
25
Tabel 2.11 Ukuran pipa tegak ven dan ven cabang
Ukuran pipa
tegak air
kotoran atau
air buangan
Unit alat
plambing yang
dihubungkan
32
32
2
9
40
8
15
45
40
10
9
30
50
12
9
20
50
20
7
15
65
42
9
30
90
80
10
9
30
60
180
80
30
18
60
150
80
60
15
24
120
100
100
10
30
75
300
100
200
9
27
75
270
100
500
6
20
54
210
125
200
10
24
105
125
500
9
20
90
125
1100
6
15
60
150
350
7
15
60
120
390
150
620
5
9
35
90
330
Ukuran pipa ven yang disyaratkan
40
50
65
80
100
125
150
200
Panjang Ukur Maksimum Pipa Ven (m)
150
960
7
30
75
300
150
1900
6
20
60
210
200
600
15
45
150
390
200
1400
12
30
120
360
200
2200
9
24
105
330
200
3600
7
18
75
240
250
1000
22
35
300
250
2500
15
30
150
250
3800
9
24
105
250
5600
7
18
75
Sumber :SNI 03-7065 (2005)
2.7 Instalasi Pengolahan Air Limbah dan Sumur Resapan
2.7.1 Instalasi Pengolahan Air Limbah
IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) adalah suatu perangkat peralatan
teknik beserta perlengkapannya yang memproses / mengolah cairan sisa aktivitas
manusia, sehingga cairan tersebut layak dibuang ke lingkungan. Pada gedung
Sekolah Dasar enam lantai ini, menggunakan instalasi pengolahan air limbah
Anaerob Baffle Reactor (ABR). Instalasi ini adalah pengolahan air limbah dengan
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
26
ruang bersekat. Dalam Anaerob Baffle Reactor memiliki 2 zona yaitu zona bak
pengumpul dan zona ABR (asidifikasi, methanasi, dan buffer).
Debit air buangan diperoleh dari rumus
Q
=
Keterangan
�
…………………………………………………….(2.18)
:
q = laju timbulan air buangan (liter/hari)
p = jumlah penghuni
Td adalah waktu tinggal air buangan dalam bak penampung, diperoleh dari
pengurangan antara 1,5 dikurangi dengan 0,3 log selisih laju dan jumlah penghuni.
Td
= 1,5 – 0,3 log (p-q) …………………………………..(2.19)
Keterangan
:
q = laju timbulan air buangan (liter/hari)
p = jumlah penghuni
Volume bak penampung diperoleh dari perkalian antara debit dan waktu
detensi.
Volume = Q x td…………………………………………………(2.20)
Keterangan
:
Q = Debit air buangan (m3/hari)
Td = Waktu detensi
Gambar 2.5 Anaerob Baffle Reaktor
Sumber : (Tilley,2014)
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
27
2.7.2 Sumur Resapan
Sumur resapan merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah yang
dibuat untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah. Sumur
resapan ini berbeda dengan sumur air minum. Sumur resapan merupakan lubang
untuk memasukkan air ke dalam tanah, sedangkan sumur air minum berfungsi untuk
menaikkan air tanah ke permukaan. Berdasarkan definisi tersebut, sumur resapan
dan sumur air minum memiliki konstruksi dan kedalaman yang berbeda. Sumur
resapan digunakan untuk menampung dan meresapkan air hujan ke dalam tanah.
Lahan pekarangan adalah lahan atau halaman yang dapat difungsikan untuk
menempatkan sumur resapan air hujan hal ini penting dalam menjaga kesuburan
tanah dan kadar air di dalam tanah yang digunakan oleh tumbuhan serta menjaga
keseimbangan ekosistem yang ada. (Kusnaedi, 2011).
Gambar 2.6 Sumur resapan
Sumber : (SNI 03-2398-2002)
2.8 Sistem Drainase
2.8.1 Ketentuan umum
1. Gedung harus mempunyai perlengkapan drainase untuk menyalurkan air hujan
dari atap dan halaman atau pekarangan dengan pengerasan di dalam persil ke
saluran air hujan kota atau saluran pembuangan campuran kota. Pada daerah
yang tidak terdapat saluran tersebut, pengaliran air hujan dilakukan sesuai
ketentuan yang berlaku.
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
28
2. Setiap persil berhak menyalurkan air hujan ke saluran air hujan kota.
2.8.2 Perencanaan pipa , kemiringan dan perubahan arah
1. Perencanaan pipa air hujan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Pipa air hujan tidak boleh ditempatkan:
1) dalam ruang tangga;
2) sumuran alat pengangkat;
3) dibawah lift atau dibawah beban imbangan lift;
4) langsung di atas tangki air minum tanpa tekanan;
5) di atas lubang pemeriksaan tangki air minum yang bertekanan;
6) di atas lantai yang digunakan untuk pembuatan persiapan pembungkusan
penyimpanan atau peragaan makanan.
b. Penempatan ujung buntu dilarang pada jaringan air hujan, kecuali bila
diperlukan untuk memperpanjang pipa lubang pembersih.
2. Kemiringan dan perubahan arah pipa air hujan memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
a. Pipa air hujan datar yang berukuran sampai dengan 75 mm harus dipasang
dengan kemiringan minimal 2% dan untuk pipa yang berukuran lebih besar
minimal 1%. Kemiringan yang lebih kecil hanya diperbolehkan apabila
secara khusus dibenarkan oleh pejabat yang berwenang.
b. Perubahan arah pipa air hujan harus dibuat Y 45o, belokan jari-jari besar 90o,
belokan 60o, 45o, 22,5o atau gabungan belokan tersebut atau gabungan
penyambung ekivalen yang dibenarkan kecuali dinyatakan lain dalam SNI
03-6481- 2000 Sistem Plambing.
c. Belokan jari-jari pendek, dan T saniter tunggal atau ganda hanya diijinkan
pemasangannya pada pipa air hujan.
3. Fitting dan Penyambungan yang dilarang
a. Ulir menerus, sambungan klem atau sadel tidak boleh dipergunakan pada pipa
air hujan.
b. Fitting, sambungan, peralatan dan cara penyambungannya tidak
boleh
menghambat aliran air atau udara dalam pipa air hujan.
c. Soket ganda tidak boleh dipakai pada pemasangan pipa air hujan. Soket harus
dipasang berlawanan dengan arah aliran. Cabang T pipa air hujan tidak boleh
dipakai sebagai cabang masuk pipa air buangan,
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
29
d. Tumit atau belokan 45o dengan lubang masuk samping tidak boleh digunakan
sebagai penyambungan ven pada pipa air hujan dan pipa air buangan apabila
tumit atau lubang masuk samping tersebut ditempatkan mendatar.
2.8.3 Drainase atap
Drainase atap dengan ketentuan sebagai berikut:
1.
Drainase atap harus kedap air
2.
Saringan harus dipasang pada lubang talang tegak. Saringan harus menonjol
sekurang- kurangnya 10 cm diatas permukaan atap atau talang datar diukur
dari lubang masuk talang tegak. Jumlah luas lubang saringan tidak boleh lebih
kecil dari 1,5 kali luas penampang talang tegak. Saringan pada drainase atap
atau geladak tempat menjemur, geladak parkir atau tempat sejenis itu yang
dipelihara teratur dapat digunakan jenis saringan rata yang dipasang rata
dengan permukaan geladak, untuk jenis saringan itu jumlah luas lubangnya
tidak boleh kurang dari 2 kali luas penampang talang tegak.
2.8.4 Perangkap pada saluran pembuangan air hujan
1. Penggunaan perangkap
Perangkap individu harus dipasang pada cabang datar untuk melayani
tiap talang tegak atau tiap daerah drainase, bila talang tegak dan saluran
pembuangan air hujan disambungkan pada drainase gedung gabungan atau
saluran pembuangan gedung gabungan. Sebuah perangkap tunggal harus
dipasang pada pipa utama pembuangan air hujan sebelum disambungkan
dengan pipa drainase gedung gabungan, saluran pembuangan gedung
gabungan atau saluran pembuangan umum gabungan.
2. Lubang pembersih perangkap
Perangkap yang dipasang pada pipa pembuangan air hujan harus
dilengkapi dengan lubang pembersih yang ditempatkan pada bagian masuk
aliran yang mudah dicapai.
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
30
2.8.5 Ukuran jaringan drainase
1. Pembuangan air hujan gedung dan cabang-cabang mendatarnya
Ukuran saluran pembuangan air hujan gedung dan setiap pipa cabang
datarnya dengan kemiringan 4% atau lebih kecil harus didasarkan pada
jumlah daerah drainase yang dilayaninya dan sesuai dengan Tabel 2.9
2. Drainase tanah bawah
Ukuran drainase tanah bawah yang dipasang bawah lantai kelder
(besmen) atau disekeliling tembok (dinding) luar suatu gedung harus lebih
besar atau sama dengan 100 mm.
3. Pipa tegak air hujan
Ukuran talang air hujan didasarkan pada luas atap yang dilayani dan
dan sesuai dengan Tabel 2.9 yang diijinkan untuk talangnya. Apabila atap
tersebut mendapat tambahan air hujan dari dinding yang berdekatan harus
ditambah dengan memperhitungkan 50% luas dinding terluas yang dianggap
sebagai atap.
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
31
Tabel 2.14 Beban maksimum yang dijinkan untuk talang atap ( m2)
Ukuran Pipa
mm
Pipa tegak air hujan
Pipa datar
pembuangan air hujan
Talang atap datar
terbuka
Kemiringan
50
65
80
100
125
150
200
250
300
350
63
120
200
425
800
1290
2690
Kemiringan
1%
2%
4%
½%
1%
2%
4%
75
170
310
490
1065
1920
3090
5525
105
245
435
700
1510
2710
4365
7800
150
345
620
990
2135
3845
6185
11055
15
30
55
85
180
330
20
45
80
125
260
470
30
65
115
175
365
665
40
90
160
250
520
945
Sumber :SNI 03-7065 (2005)
CATATAN: Tabel ini berdasarkan pada curah hujan 100 mm per jam. Bila curah hujan lebih besar,
nilai luas pada tabel tersebut diatas harus disesuaikan degan cara mengalikan nilai tersebut dengan 10 dibagi
dengan kelebihan curah hujan dalam mm perjam.
Pipa tegak air hujan yang tidak berbentuk pipa (selinder), maka dapat berbentuk lain asalkan pipa
tersebut dapat masuk kedalam penampang bentuk lain tersebut. Talang atap yang tidak berbentuk setengah
lingkaran harus mempunyai penampang luas yang sama.
2.9 Sistem Pemadam Kebakaran
Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan adalah sistem
yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun
terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif,
sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan
dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran. Sistem pencegah bahaya kebakaran
terdiri dari sistem proteksi pasif dan proteksi aktif. Sistem proteksi pasif meliputi akses
jalan, strukur dan tata bangunan, sedangkan proteksi aktif meliputi fasilitas untuk
menunjang operasi pemadaman kebakaran seefektif mungkin.
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
2.9.1
32
Fire hydrant
Alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar (nozzle = nozel)
untuk mengalirkan air bertekanan yang digunakan bagi keperluan pemadaman
kebakaran, terdapat 2 macam hidran berdasarkan perletakannya yaitu :
a. Hidran di luar gedung (hidran halaman)
Tiap bagian dari jalur akses mobil pemadam di lahan bangunan
harus dalam jarak bebas hambatan 50 m dari hidran kota. Bila hidran kota
yang memenuhi persyaratan tersebut tidak tersedia, maka harus disediakan
hidran halaman. Pasokan air untuk hidran halaman harus sekurangkurangnya 2400 liter/menit pada tekanan 3,5 bar, serta mampu mengalirkan
air minimal selama 45 menit.
•
Debit air post hydrant dapat ditentukan dengan rumus
Q = A x V………………………………………………..(2.21)
Keterangan :
•
•
A
= Luasan pipa
V
= Kecepatan aliran dalam pipa
Sedangkan kebutuhan air saat terjadi kebakaran diperoleh dari
Kebutuhan Air = jumlah post hydrant x Q post hydrant x t…(2.22)
Sehingga, total debit pengaliran menjadi
Qfh
= jumlah post hydrant x debit post hydrant…….(2.23)
Gambar 2.7 fire hydrant diluar gedung
Sumber : Indonetwork (2017)
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
33
b. Hidran di dalam gedung
Cara pemasangan sistem hidran gedung. - Peralatan dan komponen
sistem hidran gedung : hidran yang terdiri dari kotak hidran dan kopling
pengeluaran aliran air; pompa dan instalasinya, perpipaan. - Jumlah dan
perletakan hidran gedung disesuaikan dengan klasifikasi bangunan dan luas
lantai ruangan yang dilindungi oleh hidran. - Debit air : minimum 400
liter/menit dan minimum tekanan pada titik tertinggi sebesar 4,5 kg/cm2 Diameter slang : minimum 3,75 cm (1,5 inch) - Diameter pipa tegak : untuk
klasifikasi A, B, ( 5 cm, klasifikasi D ( 6,25 cm. - Ukuran kotak hidran :
panjang 52 cm, lebar 15 cm dan tinggi 66 cm - Kopling pengeluaran aliran
air: hidran gedung dengan pipa tegak yang berdiameter minimum 10 cm
hams mempunyai kopling pengeluaran aliran air berdiameter minimum 6,25
cm yang sejenis dengan kopling peralatan unit mobil pemadam kebakaran . Persyaratan bahan : harus baru, berkualitas baik, minimum kelas medium,
memenuhi spesifikasi bahan bangunan dalam SKBI dan Sll, bahan pipa dan
fitting terdiri dari baja, baja galvanis, besi tuang dan tembaga, bahan
komponen hidran terdiri dari kotak hidran, slang gulung, pipa pemancar,
pipa hidran.
Penetuan debit pengaliran hidran dalam gedung dapat diperoleh
dengan rumus 2. 23
Gambar 2.8 fire hydrant dalam gedung
Sumber : Bromindo (2015)
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
34
2.9.2 Lokasi penempatan fire hydrant
Fire hydrant harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tersedia
sumber air berupa hidran halaman, sumur kebakaran atau reservoir air dan
sebagainya
yang
memudahkan
instansi
pemadam
kebakaran
untuk
menggunakannya, sehingga setiap rumah dan bangunan gedung dapat
dijangkau oleh pancaran air unit pemadam kebakaran dari jalan di
lingkungannya.
2.9.3 Kebutuhan air
Suatu pasokan air yang disetujui dan mampu memasok aliran air yang
diperlukan untuk roteksi kebakaran harus disediakan guna menjangkau seluruh
lingkungan dimana fasilitas, bangunan gedung atau bagian bangunan gedung di
konstruksi atau akan disahkan secara formal. Apabila tidak ada sistem distribusi
air yang handal, maka diperbolehkan untuk memasang atau menyediakan
reservoir, tangki bertekanan, tangki elevasi.
a.
Sprinkler
Alat pemancar air untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tudung
berbentuk deflektor pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat
memancar kesemua arah secara merata. Penyediaan air harus mampu
mengalirkan air dengan kapasitas 225 liter/menit dan bertekanan 2,2 kg/cm2
ditambah tekanan air yang ekivalen dengan perbedaan tinggi antara katup
kendali dengan sprinkler tertinggi.
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
35
BAB III
DATA PERENCANAAN
3.1 Jenis Gedung
Bangunan yang direncanakan yaitu Sekolah Dasar enam lantai dilengkapi dengan
sistem plambing. Gedung Sekolah Dasar berbentuk huruf “I” dengan luas gedung 1080
m2 dengan panjang 44 m dan lebar 28 m. Direncanakan tinggi gadung tiap lantai yaitu 5
m. Gedung Sekolah Dasar direncanakan terdapat ruang kelas sebanyak 24 ruang,
laboratorium sebanyak 3 ruang, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, kanti,
koperasi, auditorium dan gudang. Direncanakan dalam gedung Sekolah Dasar ini terdapat
30 toilet.
3.2 Jenis dan Jumlah Alat Plambing
Dalam perencanaan pembangunan gedung tentunya tidak lepas dari berbagai
peralatan plambing. Alat plambing tersebut digunakan untuk menyediakan air bersih ke
tempat-tempat tertentu dan membuang air kotor dari tempat-tempat tertentu.
Tabel 3.1 Jenis dan Jumlah Alat Plambing
Alat Plambing
Jumlah Alat Plambing
Kloset (tangki gelontor)
45
Sink (kran ukuran 20mm)
5
Wastafel/Lavatory
40
Faucet (kran ukuran 20mm)
45
Urinal
45
kran wudhu (kran ukuran 15mm)
16
Berdasarkan tabel 3.1 peralatan plambing yang diperlukan pada gedung Sekolah
Dasar yaitu kloset, sink, lavatory, faucet dan urinal. Diperhitungkan jumlah keseluruhan
alat plambing yang diperlukan sebanyak 196 buah.
3.3 Denah Gedung
(terlampir)
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
36
BAB IV
PERHITUNGAN
4.1 Kebutuhan Air Bersih
4.1.1 Kriteria Kebutuhan Air Bersih
Perbandingan luas lantai efektif/total (%)
58 %-60%
-Menggunakan 60%
(Morimura;48,1986)
Kepadatan penduduk (m2)
5-10 m2/orang
(Morimura;67,1986)
-Menggunakan 5m2/orang
Pemakaian air rata-rata sehari (liter/orang)
-40 liter/orang
(Morimura;48,1986 )
Antisipasi Kebocoran
-20 %
(Morimura;69,1986)
Jangka waktu pemakaian air rata-rata sehari/T (jam/hari)
-5 jam
(Morimura;48,1986)
4.1.2 Perhitungan
28
11
14
4
4
22
11
14
20
Gambar 4.1 Denah Gedung Sekolah Dasar
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
37
a. Berdasarkan Jumlah Penghuni
Metoda ini didasarkan pada pemakaian air rata-rata sehari dari setiap
penghuni, dan perkiraan jumlah penghuni. Dengan demikian jumlah
pemakaian air sehari dapat diperkirakan, walaupun jenis maupun jumlah alat
plambing belum ditentukan. Metoda ini praktis untuk tahap perencanaan atau
juga perancangan.
Apabila jumlah penghuni diketahui, maka dapat digunakan untuk
menghitung pemakaian air rata-rata sehari berdasarkan standart mengenai
pemakaian air perorang per hari untuk sifat penggunaan gedung tersebut.
Tetapi jika jumlah penghuni tidak diketahui, digunakan penafsiran berdasarkan
luas lantai dan menetapkan kepadatan hunian perluas lantai. Luas lantai
gedung yang dimaksudkan adalah luas lantai efektif, berkisar antara 55-60%
dari luas seluruhnya.
1) Luas Gedung
Luas gedung berbentuk huruf “I”,dibagi menjadi 5 gedung dimana
gedung 1 dan 2 adalah gedung bagian depan dan belakang, gedung 3
adalah gedung yang diapit antara gedung 1 dan gedung 2 sedangkan
gedung 4 dan 5 adalah gedung yang memuat anak tangga. Maka akan
didapat luas gedung perpustakan yang sesuai dengan perencanaan. Setelah
itu mencari luas seluruh gedung atau luas 6 lantai, dengan mengalikan
hasil perhitungan luas lantai dengan jumlah lantai gedung.
Luas per lantai
Gedung 1 dan 2 = 2 x (28x 11) = 616 m2
Gedung 3
= 20 x 22
Gedung 4 dan 5 = 2 x (3x4)
= 440 m2
= 24 m2
Luas per lantai = gedung 1 dan 2 + gedung 3 + gedung 4 dan 5 = 1080 m2
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
38
Luas total :
Luas per-lantai x 6
1080 m2 x 6 = 6480 m2
Luas gedung efektif :
60% x Luas Total Gedung
x 6480 m2 = 3888 m2
60
100
2) Kepadatan penduduk
Untuk dapat mengetahui jumlah kepadatan penghuni dengan kepadatan
hunian tidak diketahui. digunakan kepadatan hunian (5 m2 -10 m2) per
orang dari hasil asumsi.
Luas gedung efektif
=
Kepadatan penduduk
3888 m2
= 777,6 orang = 778 orang
5 m2
3) Pemakaian air rata-rata (Sehari)
Lihat pada kolom pemakaian air rata-rata sehari dalam liter. Pilih jenis
gedung yang akan direncanakan, dalam perencanaan kali ini adalah
Sekolah Dasar yaitu 40 liter per orang/hari.
Qd = Kepadatan penduduk x pemakaian air rata-rata
= 778 orang x 40 liter/orang = 31120 liter/hari = 31,120 m3/hari
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
39
4) Antisipasi Kebocoran
Untuk mengurangi atau menghindari resiko paling buruk yaitu
kebocoran pada reservoir, kita asumsikan jumlah air yang akan berkurang
karena bocor ±
Qd total
%.
= (100% + tambahan air) Qd
= (100% + 20%) Qd
= 120% x 31,120 m3/hari = 37344 m3/hari
5) Pemakaian air rata-rata (Per-jam)
Untuk dapat mengetahui debit air per jam nya, diperlukan data jangka
waktu pemakaian air rata-rata sehari dalam jam nya. Jenis gedung yang
direncanakan Sekolah Dasar, diperoleh jangka waktu pemakaian air ratarata yaitu 5 jam.
Qh = Qd total : T
= 37344 m3/hari : 5 jam/hari = 7468,8 m3/ jam
6) Pemakaian Pada jam puncak
Pada jam :
Qh max
= Qh x C1
(C1= 1,5-2,0 , Morimura;69,1986)
= 7468,8 m3/ jam x 2,0
= 14937,6 m3/jam
Pada menit :
Qm max = (Qh:60) x C2
(C2= 3,0-4,0 , Morimura;69,1986)
= (7468,8 m3/ jam : 60) x 4
= 497,92 m3/ menit
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
40
b. Berdasarkan Jenis dan Jumlah Alat Plambing
Metode berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing dapat digunakan
apabila kondisi pemakaian air dan jumlah dari setiap jenis alat plambing yang
digunakan dalam gedung tersebut diketahui. Metode ini diperkirakan adanya
faktor pemakaian serentak daripada alat-alat plumbing yang dipakai secara
bersamaan. karena apabila ada saat tertentu alat-alat plambing pada suatu
gedung dipakai secara bersamaan maka debit air yang dikeluarkan semakin
besar. apabila alat-alat itu tidak dipakai secara bersama agar suplai air yang
dibutuhkan oleh para pemakai alat plambing dapat terpenuhi. Oleh karena itu.
adapun tabel yang memuat prasentase pemakaian air serentak alat plambing
seperti tabel 4.1
Tabel 4.1 Pemakaian Air dan Jangka Waktu
Alat Plambing
Kloset
(tangki gelontor)
Sink
(kran ukuran 20mm)
Wastafel/Lavatory
Faucet
(kran ukuran 20mm)
Urinal
Keran wudhu
(kran ukuran 15mm)
PLAMBI
PLAMBI
Jumlah alat
Plambing
Pemakaian Air
Sekali (liter)
Jangka Waktu
Pemakaian (Jam)
45
15
6
14
25
6
53
10
6
45
25
6
45
5
12
32
15
6
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
41
Berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat ditentukan pemakaian air
rata-rata(Qh) seperti tabel 4.2
Tabel 4.2 Perhitungan berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing
Jenis Alat Plambing
Kloset
(tangki Gelontor)
Sink
(kran ukuran 20 mm)
Wastafel/ Lavatory
Faucet
(kran ukuran 20mm)
Urinal
Kran Wudlu
(kran ukuran 15mm)
a.
Jumlah
Alat
Plambing
Pemakaian
Air sekali
penggunaan
(liter)
Jangka
waktu
pemakaian
per jam
Qd total
(l/jam)
Faktor
Pemakaian
(%)
Q effektif
(l/jam)
45
15
6
4050
38,50%
1559,25
5
25
6
750
62,50%
468,75
40
10
6
2400
39,00%
936
45
25
6
6750
38,50%
2598,75
45
5
12
2700
38,50%
1039,5
30
15
6
2700
40,50%
1093,5
⅀ Qh
7695,75
Qh max
15391,5
Qm max
513,05
Pemakaian air rata-rata per hari (Qd)
Qd total = jumlah alat plambing x Pemakaian air sekali penggunaan x jangka
waktu pemakaian
b.
Faktor Pemakaian
Faktor Pemakaian diperoleh dengan metode interpolasi
Kloset (tangki gelontor)
Jumlah alat plambing (X)
: 45
Titik bawah jumlah alat plambing (X1)
: 40
Titik atas jumlah alat plambing (X2)
: 50
Titik bawah jenis alat plambing (Y1)
: 39
Titik atas jenis alat plambing (Y2)
: 38
Faktor pemakaian tangki gelontor diperoleh 38,5% dengan perhitungan sebagai
berikut :
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
−
−
−
−
=
−
=
−
=
42
−
−
−
−
-5 = 10(y-39)
-5 = 10y – 390
-5 + 390 = 10y
385
=10y
y = 38,5 %
c.
Pemakaian pada jam puncak
Qh max
= Qh x C1
(C1 = 1,5-2,0 halaman 69 Morimura)
= 7695,75/jam x 2
=153916,5 liter /jam = 153,915 m3/jam
Qm max
=
=
�ℎ
x C2
,
(C2 = 3,0 – 4,0 halaman 69 Morimura)
x4
=513,05 liter/menit = 0,513 m3/menit
c. Berdasarkan Unit Alat Plambing
Dalam metode ini untuk setiap alat plambing ditetapkan suatu unit beban
(fixture unit). Untuk setiap bagian pipa dijumlahkan besarnya unit beban dari
semua alat plambing yang dilayaninya, dan kemudian dicari besarnya laju
aliran air dengan kurva pada gambar 2.1, kurva ini memberikan hubungan
antara jumlah unit beban alat plambing dengan laju aliran air, dengan
memasukkan faktor kemungkinan penggunaan serempak dari alat-alat
plambing.
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
43
Data yang diperoleh sebagai berikut : (Hal, 68 Sofyan Morimura )
Tabel 4,3 Unit Alat Plambing
Alat Plambing
UAP
Kloset (tangki Gelontor)
Sink (kran ukuran 20 mm)
Wastafel/ Lavatory
Faucet (kran ukuran 20mm)
Urinal
5
5
2
1
3
Berdasarkan unit alat plambing, diperoleh data sebagai berikut (tabel 4,4)
Tabel 4,4 Perhitungan unit alat plambing
Jumlah Alat
Jenis Alat Plambing
Plambing
UAP
Jumlah UAP
Kloset (tangki Gelontor)
25
5
125
Sink (kran ukuran 20 mm)
14
5
70
Wastafel/ Lavatory
53
2
106
Faucet (kran ukuran 20mm)
57
1
57
Urinal
30
3
90
PLAMBI
PLAMBI
TOTAL
448
Qh
448
Q Effektif
26880
Qh max
53760
Qm max
1792
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
44
Gambar 4,2 Unit Alat Plambing (UAP) untuk beban sampai 3000
Pemakaian pada jam puncak
Q Efektif
= Aliran serentak x 60
= 448 x 60
= 26880 l/jam = 26,88 m3/jam
Qh max
= Qeffektif x C1
(C1 = 1,5-2,0 halaman 69 Morimura)
= 26,88 x 2
= 53,76 m3/jam
Qm max
=
=
�
�
,
x C2
(C2 = 3,0 – 4,0 halaman 69 Morimura)
x4
=1,792 m3/menit
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
45
4.1.3 Air Bersih yang dibutuhkan
Kesimpulan berdasarkan ketiga metode yang dapat digunakan dalam
menghitung kebutuhan air bersih dalam gedung Sekolah Dasar adalah
menggunakan metode berdasarkan unit beban alat plambing. Metode tersebut
dipilih karena dirasa paling rasional dan efektif dalam perencanaan gedung
perpustakaan ini. Perhitungan menggunakan metode unit beban alat plambing
menghasilkan angka yang paling besar, sehingga mengurangi resiko kekurangan
air pada setiap alat plambing.
4.2 Penentuan ukuran pipa air bersih
Sistem pipa air bersih dapat ditentukan dengan tabel sistem pipa air bersih. Tabel
sistem pipa air bersih tersebut digunakan untuk mempermudah dalam menentukan jalur,
sistem, dan diameter pipa yang dipakai pada setiap pipa yang dibutuhkan. Tabel tersebut
juga memuat nilai eqivalen pipa, faktor pemakaian debit aliran air, panjang pipa, dan juga
kecepatan aliran pada suatu jalur pipa. Berikut adalah tabel sistem pipa air bersih
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
46
4.2.1 Perhitungan Sistem Pipa Air Bersih
Tabel 4.5 Perhitungan sistem pipa air bersih lantai 1
Jumlah
Baris
Alat
Plambing
Ukuran
Pipa
(mm)
Nilai
Ekuivalensi
Pipa di 13
Daerah
∑ Nilai
Faktor
Ekuivalen
Pemakaian
VIxVII
Ukuran Pipa
Q
mendatar
(l/mnt)
m
Tabel
Diameter Koreksi
V Koreksi
(m/s)
m3/S
(l/mnt)
mm
m
Tabel
Hal 80-81
Akumulasi
Tabel. 3.15, Hal 66
Hal. 80-81
49
I
(0,3-2,5)
mm
mm
3.13, hal
V (m/s)
∑Q
3.13,
Akumulasi
V=Q/A
hal 49
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
Closet
13
1
A2-A1
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Faucet
13
1
A3-A2
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
10,000
25,000
0,0004
1,327
Closet
13
1
A4-A3
3
87,50%
2,625
20,000
0,020
15,000
40,000
0,0007
2,123
Faucet
13
1
B-A4
4
75,00%
3,000
20,000
0,020
10,000
50,000
0,0008
2,654
Lavatory
13
1
B-B1
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Lavatory
13
1
B-B2
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
15,000
30,000
0,0005
1,592
XIII
XIV
LANTAI 1
SHAFT 1
SISTEM 1
SISTEM 2
SISTEM 3
Closet
13
1
C1-B
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Faucet
13
1
C2-C1
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
10,000
25,000
0,0004
1,327
Urinal
13
1
C3-C2
3
87,50%
2,625
20,000
0,020
3,600
28,600
0,0005
1,518
Urinal
13
1
C4-C3
4
75,00%
3,000
20,000
0,020
3,600
32,200
0,0005
1,709
Closet
13
1
C5-C4
5
65,00%
3,250
25,000
0,025
15,000
47,200
0,0008
1,603
Faucet
13
1
C6-C5
6
60,00%
3,600
25,000
0,025
10,000
57,200
0,0010
1,943
Closet
13
1
C7-C6
7
55,00%
3,850
25,000
0,025
15,000
72,200
0,0012
2,453
Faucet
13
1
C8-C7
8
53,25%
4,260
25,000
0,025
10,000
82,200
0,0014
2,792
25,000
0,025
1,699
25,000
0,020
1,592
30,000
0,030
1,939
47
Jumlah
Baris
Alat
Plambing
Ukuran
Pipa
(mm)
Nilai
Ekuivalensi
Pipa di 13
Daerah
∑ Nilai
Faktor
Ekuivalen
Pemakaian
VIxVII
Ukuran Pipa
Q
mendatar
(l/mnt)
SISTEM 5
(0,3-2,5)
Diameter Koreksi
V Koreksi
(m/s)
mm
mm
SISTEM 4
V (m/s)
∑Q
m
(l/mnt)
m3/S
mm
Lavatory
13
1
D1-D
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Lavatory
13
1
D2-D
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
15,000
30,000
0,0005
1,592
Closet
13
1
E1-D
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Faucet
13
1
E2-E1
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
10,000
25,000
0,0004
1,327
Urinal
13
1
E3-E2
3
87,50%
2,625
20,000
0,020
3,600
28,600
0,0005
1,518
Urinal
13
1
E4-E3
4
75,00%
3,000
20,000
0,020
3,600
32,200
0,0005
1,709
20
42,38%
8,475
25,000
0,025
254,400
0,0042
Pipa
Utama
m
25,000
0,020
1,592
25,000
0,025
1,094
8,642
50,000
0,050
2,161
20,000
0,020
0,531
SHAFT 2
SISTEM 1
SISTEM 2
Faucet
13
1
F2-F1
1
100,00%
1,000
20,000
0,020
10,000
10,000
0,0002
0,531
Faucet
13
1
F3-F2
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
10,000
20,000
0,0003
1,062
Faucet
13
1
F4-F3
3
87,50%
2,625
20,000
0,020
10,000
30,000
0,0005
1,592
Faucet
13
1
F5-F4
4
75,00%
3,000
20,000
0,020
10,000
40,000
0,0007
2,123
Faucet
13
1
F6-F5
5
70,00%
2,663
20,000
0,020
10,000
50,000
0,0008
2,654
25,000
0,025
1,699
Faucet
13
1
F7-F6
6
65,00%
3,090
20,000
0,020
10,000
60,000
0,0010
3,185
25,000
0,025
2,038
Faucet
13
1
F8-F7
7
60,00%
3,483
20,000
0,020
10,000
70,000
0,0012
3,715
25,000
0,025
2,378
Faucet
13
1
F9-F8
8
55,00%
3,840
20,000
0,020
10,000
80,000
0,0013
4,246
30,000
0,030
1,887
Closet
13
1
F10-F9
9
53,25%
9,000
13,000
0,013
15,000
95,000
0,0016
11,935
30,000
0,030
2,241
Faucet
13
1
F11-F10
10
51,50%
10,000
20,000
0,020
10,000
105,000
0,0018
5,573
30,000
0,030
2,477
Closet
13
1
F12-F11
11
49,75%
9,625
20,000
0,020
15,000
120,000
0,0020
6,369
40,000
0,040
1,592
Faucet
13
1
G-F12
12
48,00%
9,000
20,000
0,020
10,000
130,000
0,0022
6,900
40,000
0,040
1,725
Lavatory
13
1
G1-G
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
20,000
0,020
0,796
Lavatory
13
1
G2-G
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
15,000
30,000
0,0005
1,592
48
Jumlah
Baris
Alat
Plambing
Ukuran
Pipa
(mm)
Nilai
Ekuivalensi
Pipa di 13
Daerah
∑ Nilai
Faktor
Ekuivalen
Pemakaian
VIxVII
Ukuran Pipa
Q
mendatar
(l/mnt)
SISTEM 4
SISTEM 5
(0,3-2,5)
m
(l/mnt)
m3/S
mm
Closet
13
1
H1-G
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Faucet
13
1
H2-H1
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
10,000
25,000
0,0004
1,327
Urinal
13
1
H3-H2
3
87,50%
2,625
20,000
0,020
3,600
28,600
0,0005
1,518
Urinal
13
1
H4-H3
4
75,00%
3,000
20,000
0,020
3,600
32,200
0,0005
1,709
Sink
20
3,1
I2-I1
3,1
86,25%
2,674
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Lavatory
13
1
J-J1
4,1
74,38%
3,049
20,000
0,020
15,000
30,000
0,0005
1,592
Lavatory
13
1
F2-F1
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Lavatory
13
1
F-F2
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
15,000
30,000
0,0005
1,592
24,1
0,42375
10,212
25,000
0,025
222,200
0,0037
7,548
Pipa
Utama
Diameter Koreksi
V Koreksi
(m/s)
mm
mm
SISTEM 3
V (m/s)
∑Q
m
20,000
0,020
0,796
20,000
0,020
0,796
25,000
0,025
1,019
50,000
0,050
1,887
49
Tabel 4.6 Perhitungan sistem pipa air bersih lantai 2
Jumlah
Baris
Alat
Plambing
Ukuran
Pipa
(mm)
Nilai
Ekuivalensi
Pipa di 13
mm
Daerah
∑ Nilai
Ekuivalen
Faktor
Pemakaian
VIxVII
Ukuran Pipa
mendatar
mm
Q
(l/mnt)
M
V (m/s)
(0,3-2,5)
∑Q
m3/S
(l/mnt)
Hal. 80-81
II
III
IV
V
VI
VII
Closet
13
1
A2-A1
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Faucet
13
1
A3-A2
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
10,000
25,000
0,0004
1,327
I
Tabel 3.15, Hal 66
Hal. 80-81
Tabel
3.13,
hal 49
IX
X
mm
Tabel
3.13, hal
49
Akumulasi
VIII
Akumulasi
Diameter Koreksi
V Koreksi
(m/s)
m
V=Q/A
XI
XII
XIII
XIV
LANTAI 2
Shaft 1
SISTEM 1
SISTEM 2
SISTEM 3
Closet
13
1
A4-A3
3
87,50%
2,625
20,000
0,020
15,000
40,000
0,0007
2,123
Faucet
13
1
B-A4
4
75,00%
3,000
20,000
0,020
10,000
50,000
0,0008
2,654
Lavatory
13
1
B2-B1
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Lavatory
13
1
B-B2
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
15,000
30,000
0,0005
1,592
Closet
13
1
C1-B
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Faucet
13
1
C2-C1
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
10,000
25,000
0,0004
1,327
Urinal
13
1
C3-C2
3
87,50%
2,625
20,000
0,020
2,700
27,700
0,0005
1,470
Urinal
13
1
C4-C3
4
75,00%
3,000
20,000
0,020
2,700
30,400
0,0005
1,614
Closet
13
1
C6-C5
5
53,25%
8,750
21,000
0,021
3,700
34,100
0,0006
1,642
Faucet
13
1
C7-C6
6
51,50%
16,500
22,000
0,022
4,700
38,800
0,0006
1,702
Closet
13
1
C8-C7
7
49,75%
26,250
23,000
0,023
5,700
44,500
0,0007
1,786
Faucet
13
1
D-C9
8
48,00%
38,000
24,000
0,024
6,700
51,200
0,0009
1,887
25,000
0,025
1,699
20,000
0,020
0,796
20,000
0,020
2,362
50
Jumlah
Baris
Alat
Plambing
Ukuran
Pipa
(mm)
Nilai
Ekuivalensi
Pipa di 13
mm
Daerah
∑ Nilai
Ekuivalen
Faktor
Pemakaian
VIxVII
Ukuran Pipa
mendatar
mm
SISTEM 4
Q
(l/mnt)
M
V (m/s)
(0,3-2,5)
∑Q
(l/mnt)
m3/S
mm
Lavatory
13
1
D2-D1
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Lavatory
13
1
D-D2
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
15,000
30,000
0,0005
1,592
Closet
13
1
E1-D
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Faucet
13
1
E2-E1
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
10,000
25,000
0,0004
1,327
Urinal
13
1
E3-E2
3
87,50%
2,625
20,000
0,020
2,700
16,000
0,0003
0,849
Urinal
13
1
E4-E3
4
75,00%
3,000
20,000
0,020
2,700
18,700
0,0003
20
0,42375
8,475
25,000
0,025
179,900
SISTEM 5
Pipa
Utama
Diameter Koreksi
V Koreksi
(m/s)
m
20,000
0,020
0,796
0,993
20,000
0,020
0,849
0,0030
6,111
50,000
0,050
1,528
25,000
0,025
1,699
20,000
0,020
0,796
Shaft 2
SISTEM 1
SISTEM 2
SISTEM 3
Closet
13
1
F2-F1
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Faucet
13
1
F3-F2
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
10,000
25,000
0,0004
1,327
Closet
13
1
F4-F3
3
87,50%
2,625
20,000
0,020
15,000
40,000
0,0007
2,123
Faucet
13
1
G-F4
4
75,00%
3,000
20,000
0,020
10,000
50,000
0,0008
2,654
Lavatory
13
1
G2-G1
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Lavatory
13
1
G-G2
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
15,000
30,000
0,0005
1,592
Closet
13
1
H1-G
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Faucet
13
1
H2-H1
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
10,000
25,000
0,0004
1,327
51
Jumlah
Baris
Alat
Plambing
Ukuran
Pipa
(mm)
Nilai
Ekuivalensi
Pipa di 13
mm
Daerah
∑ Nilai
Ekuivalen
Faktor
Pemakaian
VIxVII
Ukuran Pipa
mendatar
mm
SISTEM 4
Q
(l/mnt)
M
V (m/s)
(0,3-2,5)
∑Q
(l/mnt)
m3/S
mm
Urinal
13
1
H3-H2
3
87,50%
2,625
20,000
0,020
2,700
27,700
0,0005
1,470
Urinal
13
1
H4-H3
4
75,00%
3,000
20,000
0,020
2,700
30,400
0,0005
1,614
Sink
20
3,1
I2-I1
3,1
86,25%
2,674
20,000
0,020
15,000
15,000
0,0003
0,796
Lavatory
13
1
I-I2
4,1
74,38%
3,049
20,000
0,020
15,000
30,000
0,0005
14,1
0,42375
5,975
25,000
0,025
40,000
0,0007
Pipa
Utama
Diameter Koreksi
V Koreksi
(m/s)
m
20,000
0,020
1,470
1,592
20,000
0,020
0,796
1,359
50,000
0,050
0,340
52
Tabel 4,7 Perhitungan sistem pipa air bersih lantai 3
Jumlah
Baris
Alat
Plambing
Ukuran
Pipa
(mm)
Nilai
Ekuivalensi
Pipa di 13
Daerah
∑ Nilai
Faktor
Ekuivalen
Pemakaian
VIxVII
Ukuran Pipa
Q
mendatar
(l/mnt)
m
Tabel
Diameter Koreksi
V Koreksi
(m/s)
m3/S
(l/mnt)
mm
m
Tabel
Hal 80-81
Akumulasi
Tabel. 3.15, Hal 66
Hal. 80-81
49
I
(0,3-2,5)
mm
mm
3.13, hal
V (m/s)
∑Q
3.13,
Akumulasi
V=Q/A
hal 49
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
LANTAI 3
SHAFT 1
SISTEM 1
SISTEM 2
SISTEM 3
SISTEM 4
Closet
13
1
A2-A1
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Faucet
13
1
A3-A2
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
10,000
25,000
0,0004
1,327
Closet
13
1
A4-A3
3
87,50%
2,625
20,000
0,020
15,000
40,000
0,0007
2,123
Faucet
13
1
B-A4
4
75,00%
3,000
20,000
0,020
10,000
50,000
0,0008
2,654
Lavatory
13
1
B-B1
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Lavatory
13
1
B-B2
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
15,000
30,000
0,0005
1,592
Closet
13
1
C1-B
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Faucet
13
1
C2-C1
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
10,000
25,000
0,0004
1,327
Urinal
13
1
C3-C2
3
87,50%
2,625
20,000
0,020
3,600
28,600
0,0005
1,518
Urinal
13
1
C4-C3
4
75,00%
3,000
20,000
0,020
3,600
32,200
0,0005
1,709
Closet
13
1
C5-C4
5
65,00%
3,250
25,000
0,025
15,000
47,200
0,0008
1,603
Faucet
13
1
C6-C5
6
60,00%
3,600
25,000
0,025
10,000
57,200
0,0010
1,943
Closet
13
1
C7-C6
7
55,00%
3,850
25,000
0,025
15,000
72,200
0,0012
2,453
Faucet
13
1
C8-C7
8
53,25%
4,260
25,000
0,025
10,000
82,200
0,0014
2,792
Lavatory
13
1
D1-D
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Lavatory
13
1
D2-D
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
15,000
30,000
0,0005
1,592
25,000
0,025
1,699
25,000
0,020
1,592
30,000
0,030
1,939
25,000
0,020
1,592
53
Jumlah
Baris
Alat
Plambing
Ukuran
Pipa
(mm)
Nilai
Ekuivalensi
Pipa di 13
Daerah
∑ Nilai
Faktor
Ekuivalen
Pemakaian
VIxVII
Ukuran Pipa
Q
mendatar
(l/mnt)
(0,3-2,5)
Diameter Koreksi
V Koreksi
(m/s)
mm
mm
SISTEM 5
V (m/s)
∑Q
m
(l/mnt)
m3/S
mm
Closet
13
1
E1-D
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Faucet
13
1
E2-E1
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
10,000
25,000
0,0004
1,327
Urinal
13
1
E3-E2
3
87,50%
2,625
20,000
0,020
3,600
28,600
0,0005
1,518
Urinal
13
1
E4-E3
4
75,00%
3,000
20,000
0,020
3,600
32,200
0,0005
1,709
20
42,38%
8,475
25,000
0,025
254,400
0,0042
Pipa
Utama
m
25,000
0,025
1,094
8,642
50,000
0,050
2,161
20,000
0,020
0,531
SHAFT 2
SISTEM 1
SISTEM 2
SISTEM 3
Faucet
13
1
F2-F1
1
100,00%
1,000
20,000
0,020
10,000
10,000
0,0002
0,531
Faucet
13
1
F3-F2
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
10,000
20,000
0,0003
1,062
Faucet
13
1
F4-F3
3
87,50%
2,625
20,000
0,020
10,000
30,000
0,0005
1,592
Faucet
13
1
F5-F4
4
75,00%
3,000
20,000
0,020
10,000
40,000
0,0007
2,123
Faucet
13
1
F6-F5
5
70,00%
2,663
20,000
0,020
10,000
50,000
0,0008
2,654
25,000
0,025
1,699
Faucet
13
1
F7-F6
6
65,00%
3,090
20,000
0,020
10,000
60,000
0,0010
3,185
25,000
0,025
2,038
Faucet
13
1
F8-F7
7
60,00%
3,483
20,000
0,020
10,000
70,000
0,0012
3,715
25,000
0,025
2,378
Faucet
13
1
F9-F8
8
55,00%
3,840
20,000
0,020
10,000
80,000
0,0013
4,246
30,000
0,030
1,887
Closet
13
1
F10-F9
9
53,25%
9,000
13,000
0,013
15,000
95,000
0,0016
11,935
30,000
0,030
2,241
Faucet
13
1
F11-F10
10
51,50%
10,000
20,000
0,020
10,000
105,000
0,0018
5,573
30,000
0,030
2,477
Closet
13
1
F12-F11
11
49,75%
9,625
20,000
0,020
15,000
120,000
0,0020
6,369
40,000
0,040
1,592
Faucet
13
1
G-F12
12
48,00%
9,000
20,000
0,020
10,000
130,000
0,0022
6,900
40,000
0,040
1,725
Lavatory
13
1
G1-G
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
20,000
0,020
0,796
Lavatory
13
1
G2-G
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
15,000
30,000
0,0005
1,592
Closet
13
1
H1-G
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
20,000
0,020
0,796
54
Jumlah
Baris
Alat
Plambing
Ukuran
Pipa
(mm)
Nilai
Ekuivalensi
Pipa di 13
Daerah
∑ Nilai
Faktor
Ekuivalen
Pemakaian
VIxVII
Ukuran Pipa
Q
mendatar
(l/mnt)
SISTEM 5
(0,3-2,5)
m
(l/mnt)
m3/S
mm
Faucet
13
1
H2-H1
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
10,000
25,000
0,0004
1,327
Urinal
13
1
H3-H2
3
87,50%
2,625
20,000
0,020
3,600
28,600
0,0005
1,518
Urinal
13
1
H4-H3
4
75,00%
3,000
20,000
0,020
3,600
32,200
0,0005
1,709
Sink
20
3,1
I2-I1
3,1
86,25%
2,674
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Lavatory
13
1
J-J1
4,1
74,38%
3,049
20,000
0,020
15,000
30,000
0,0005
1,592
Lavatory
13
1
F2-F1
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Lavatory
13
1
F-F2
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
15,000
30,000
0,0005
1,592
24,1
0,42375
10,212
25,000
0,025
222,200
0,0037
7,548
Pipa
Utama
Diameter Koreksi
V Koreksi
(m/s)
mm
mm
SISTEM 4
V (m/s)
∑Q
m
20,000
0,020
0,796
25,000
0,025
1,019
50,000
0,050
1,887
55
Tabel 4.8 Perhitungan sistem pipa air bersih lantai 4
Jumlah
Baris
Alat
Plambing
Ukuran
Pipa
(mm)
Nilai
Ekuivalensi
Pipa di 13
mm
Daerah
∑ Nilai
Ekuivalen
Faktor
Pemakaian
VIxVII
Ukuran Pipa
mendatar
mm
Q
(l/mnt)
M
V (m/s)
(0,3-2,5)
∑Q
m3/S
(l/mnt)
Hal. 80-81
II
III
IV
V
VI
VII
Closet
13
1
A2-A1
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Faucet
13
1
A3-A2
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
10,000
25,000
0,0004
1,327
I
Tabel 3.15, Hal 66
Hal. 80-81
Tabel
3.13,
hal 49
IX
X
mm
Tabel
3.13, hal
49
Akumulasi
VIII
Akumulasi
Diameter Koreksi
V Koreksi
(m/s)
m
V=Q/A
XI
XII
XIII
XIV
LANTAI 4
Shaft 1
SISTEM 1
SISTEM 2
SISTEM 3
Closet
13
1
A4-A3
3
87,50%
2,625
20,000
0,020
15,000
40,000
0,0007
2,123
Faucet
13
1
B-A4
4
75,00%
3,000
20,000
0,020
10,000
50,000
0,0008
2,654
Lavatory
13
1
B2-B1
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Lavatory
13
1
B-B2
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
15,000
30,000
0,0005
1,592
Closet
13
1
C1-B
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Faucet
13
1
C2-C1
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
10,000
25,000
0,0004
1,327
Urinal
13
1
C3-C2
3
87,50%
2,625
20,000
0,020
2,700
27,700
0,0005
1,470
Urinal
13
1
C4-C3
4
75,00%
3,000
20,000
0,020
2,700
30,400
0,0005
1,614
Closet
13
1
C6-C5
5
53,25%
8,750
21,000
0,021
3,700
34,100
0,0006
1,642
Faucet
13
1
C7-C6
6
51,50%
16,500
22,000
0,022
4,700
38,800
0,0006
1,702
Closet
13
1
C8-C7
7
49,75%
26,250
23,000
0,023
5,700
44,500
0,0007
1,786
Faucet
13
1
D-C9
8
48,00%
38,000
24,000
0,024
6,700
51,200
0,0009
1,887
25,000
0,025
1,699
20,000
0,020
0,796
20,000
0,020
2,362
56
Jumlah
Baris
Alat
Plambing
Ukuran
Pipa
(mm)
Nilai
Ekuivalensi
Pipa di 13
mm
Daerah
∑ Nilai
Ekuivalen
Faktor
Pemakaian
VIxVII
Ukuran Pipa
mendatar
mm
SISTEM 4
Q
(l/mnt)
M
V (m/s)
(0,3-2,5)
∑Q
(l/mnt)
m3/S
mm
Lavatory
13
1
D2-D1
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Lavatory
13
1
D-D2
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
15,000
30,000
0,0005
1,592
Closet
13
1
E1-D
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Faucet
13
1
E2-E1
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
10,000
25,000
0,0004
1,327
Urinal
13
1
E3-E2
3
87,50%
2,625
20,000
0,020
2,700
16,000
0,0003
0,849
Urinal
13
1
E4-E3
4
75,00%
3,000
20,000
0,020
2,700
18,700
0,0003
20
0,42375
8,475
25,000
0,025
179,900
SISTEM 5
Pipa
Utama
Diameter Koreksi
V Koreksi
(m/s)
m
20,000
0,020
0,796
0,993
20,000
0,020
0,849
0,0030
6,111
50,000
0,050
1,528
25,000
0,025
1,699
20,000
0,020
0,796
Shaft 2
SISTEM 1
SISTEM 2
SISTEM 3
Closet
13
1
F2-F1
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Faucet
13
1
F3-F2
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
10,000
25,000
0,0004
1,327
Closet
13
1
F4-F3
3
87,50%
2,625
20,000
0,020
15,000
40,000
0,0007
2,123
Faucet
13
1
G-F4
4
75,00%
3,000
20,000
0,020
10,000
50,000
0,0008
2,654
Lavatory
13
1
G2-G1
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Lavatory
13
1
G-G2
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
15,000
30,000
0,0005
1,592
Closet
13
1
H1-G
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Faucet
13
1
H2-H1
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
10,000
25,000
0,0004
1,327
57
Jumlah
Baris
Alat
Plambing
Ukuran
Pipa
(mm)
Nilai
Ekuivalensi
Pipa di 13
mm
Daerah
∑ Nilai
Ekuivalen
Faktor
Pemakaian
VIxVII
Ukuran Pipa
mendatar
mm
SISTEM 4
Q
(l/mnt)
M
V (m/s)
(0,3-2,5)
∑Q
(l/mnt)
m3/S
mm
Urinal
13
1
H3-H2
3
87,50%
2,625
20,000
0,020
2,700
27,700
0,0005
1,470
Urinal
13
1
H4-H3
4
75,00%
3,000
20,000
0,020
2,700
30,400
0,0005
1,614
Sink
20
3,1
I2-I1
3,1
86,25%
2,674
20,000
0,020
15,000
15,000
0,0003
0,796
Lavatory
13
1
I-I2
4,1
74,38%
3,049
20,000
0,020
15,000
30,000
0,0005
14,1
0,42375
5,975
25,000
0,025
40,000
0,0007
Pipa
Utama
Diameter Koreksi
V Koreksi
(m/s)
m
20,000
0,020
1,470
1,592
20,000
0,020
0,796
1,359
50,000
0,050
0,340
58
Tabel 4.9 Perhitungan sistem pipa air bersih lantai 5
Jumlah
Baris
Alat
Plambing
Ukuran
Pipa
(mm)
Nilai
Ekuivalensi
Pipa di 13
mm
Daerah
∑ Nilai
Ekuivalen
Faktor
Pemakaian
VIxVII
Ukuran Pipa
mendatar
mm
Q
(l/mnt)
m
V (m/s)
(0,3-2,5)
∑Q
m3/S
(l/mnt)
Hal.80-81
II
III
IV
V
VI
VII
Closet
13
1
A2-A1
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Faucet
13
1
A3-A2
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
10,000
25,000
0,0004
1,327
I
Tabel 3.15, Hal 66
Hal. 80-81
Tabel
3.13,
hal 49
IX
X
mm
Tabel
3.13, hal
49
Akumula
si
VIII
Akumulasi
Diameter Koreksi
V Koreksi
(m/s)
m
V=Q/A
XI
XII
XIII
XIV
LANTAI 5
Shaft 1
SISTEM 1
SISTEM 2
SISTEM 3
Closet
13
1
A4-A3
3
87,50%
2,625
20,000
0,020
15,000
40,000
0,0007
2,123
Faucet
13
1
B-A4
4
75,00%
3,000
20,000
0,020
10,000
50,000
0,0008
2,654
Lavatory
13
1
B2-B1
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Lavatory
13
1
B-B2
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
15,000
30,000
0,0005
1,592
Closet
13
1
C1-B
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Faucet
13
1
C2-C1
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
10,000
25,000
0,0004
1,327
Urinal
13
1
C3-C2
3
87,50%
2,625
20,000
0,020
2,700
27,700
0,0005
1,470
Urinal
13
1
C4-C3
4
75,00%
3,000
20,000
0,020
2,700
30,400
0,0005
1,614
Closet
13
1
C6-C5
5
53,25%
8,750
21,000
0,021
3,700
34,100
0,0006
1,642
Faucet
13
1
C7-C6
6
51,50%
16,500
22,000
0,022
4,700
38,800
0,0006
1,702
Closet
13
1
C8-C7
7
49,75%
26,250
23,000
0,023
5,700
44,500
0,0007
1,786
Faucet
13
1
D-C9
8
48,00%
38,000
24,000
0,024
6,700
51,200
0,0009
1,887
25,000
0,025
1,699
20,000
0,020
0,796
20,000
0,020
2,362
59
Jumlah
Baris
Alat
Plambing
Ukuran
Pipa
(mm)
Nilai
Ekuivalensi
Pipa di 13
mm
Daerah
∑ Nilai
Ekuivalen
Faktor
Pemakaian
VIxVII
Ukuran Pipa
mendatar
mm
SISTEM 4
SISTEM 5
Q
(l/mnt)
m
V (m/s)
(0,3-2,5)
∑Q
(l/mnt)
m3/S
Diameter Koreksi
mm
Lavatory
13
1
D2-D1
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Lavatory
13
1
D-D2
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
15,000
30,000
0,0005
1,592
V Koreksi
(m/s)
m
20,000
0,020
0,796
Closet
13
1
E1-D
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Faucet
13
1
E2-E1
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
10,000
25,000
0,0004
1,327
Urinal
13
1
E3-E2
3
87,50%
2,625
20,000
0,020
2,700
16,000
0,0003
0,849
Urinal
13
1
E4-E3
4
75,00%
3,000
20,000
0,020
2,700
18,700
0,0003
0,993
20,000
0,020
0,849
20
0,42375
8,475
25,000
0,025
209,900
0,0035
7,130
50,000
0,050
1,783
20,000
0,020
2,654
20,000
0,020
15,924
20,000
0,020
1,709
Pipa
Utama
SHAFT 2
SISTEM 1
SISTEM 2
SISTEM 3
Closet
13
1
G2-G1
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Faucet
13
1
G3-G2
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
10,000
25,000
0,0004
1,327
Closet
13
1
G4-G2
3
87,50%
2,625
20,000
0,020
15,000
40,000
0,0007
2,123
Faucet
13
1
H-G4
4
75,00%
3,000
20,000
0,020
10,000
50,000
0,0008
2,654
Lavatory
13
1
H1-H
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0025
18,844
Lavatory
13
1
H2-H
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
15,000
30,000
0,0050
15,924
Closet
13
1
I1-H
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Faucet
13
1
I2-I2
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
10,000
25,000
0,0004
1,327
Urinal
13
1
I3-I2
3
87,50%
2,625
20,000
0,020
3,600
28,600
0,0005
1,518
Urinal
13
1
I4-I3
4
75,00%
3,000
20,000
0,020
3,600
32,200
0,0005
1,709
60
Jumlah
Baris
Alat
Plambing
Ukuran
Pipa
(mm)
Nilai
Ekuivalensi
Pipa di 13
mm
Daerah
∑ Nilai
Ekuivalen
Faktor
Pemakaian
VIxVII
Ukuran Pipa
mendatar
mm
SISTEM 4
SISTEM 5
Q
(l/mnt)
m
V (m/s)
(0,3-2,5)
∑Q
(l/mnt)
m3/S
mm
Sink
20
1
J2-J1
3,1
86,25%
2,674
20,000
0,020
15,000
15,000
0,0003
0,796
Lavatory
13
1
J-J1
4,1
74,38%
3,049
20,000
0,020
15,000
30,000
0,0005
1,592
Lavatory
13
1
F2-F1
1
100,00%
1,000
13,000
0,013
15,000
15,000
0,0003
1,884
Lavatory
13
1
F1-F
2
100,00%
2,000
20,000
0,020
15,000
30,000
0,0005
16,1
0,42375
6,822
25,000
0,025
142,200
0,0024
Pipa
Utama
Diameter Koreksi
V Koreksi
(m/s)
m
20,000
0,020
0,796
1,592
20,000
0,020
0,796
4,831
50,000
0,050
1,208
61
Tabel 4,10 Perhitungan pipa tegak air bersih
PIPA TEGAK
Jumlah
Baris
Alat
Plambing
Ukuran
Pipa
(mm)
Nilai
Ekuivalensi
Pipa di 13 mm
Daerah
∑ Nilai
Ekuivalen
Faktor
Pemakaian
VIxVII
Ukuran Pipa mendatar
mm
M
Q
(l/mnt)
V (m/s)
(0,3-2,5)
∑Q
(l/mnt)
m3/S
Diameter Koreksi
mm
m
V Koreksi
(m/s)
SHAFT 1
Lantai 1
Lantai 2
Lantai 3
Lantai 4
Lantai 5
Pipa utama
Lt. 1
Pipa utama
Lt. 2
Pipa utama
Lt. 3
Pipa utama
Lt. 4
Pipa utama
Lt. 5
20
42,38%
9,325
25,000
0,025
254,400
0,004
8,642
50,000
0,050
2.161
40
42,38%
9,365
25,000
0,025
222,200
0,004
7,548
50,000
0,050
1,887
60
42,38%
9,323
25,000
0,025
254,400
0,004
8,642
50,000
0,050
2,161
80
42,38%
9,365
25,000
0,025
222,200
0,004
7,548
50,000
0,050
1,887
100
43,28%
9,323
25,000
0,025
209,900
0,003
7,130
50,000
0,050
1,780
PIPA TEGAK
SHAFT 2
Lantai 1
Lantai 2
Lantai 3
Lantai 4
Lantai 5
Pipa utama
Lt. 1
Pipa utama
Lt. 2
Pipa utam.
L, 3
Pipa utama
Lt. 4
Pipa utama
Lt. 5
24,1
42,38%
9,365
25,000
0,025
222,200
0,004
7,548
50,000
0,050
1,887
38,2
42,38%
9,365
25,000
0,025
40,000
0,001
1,359
30,000
0,030
0,944
62,3
42,38%
9,365
25,000
0,025
222,200
0,004
7,548
50,000
0,050
1,887
76,4
42,38%
9,365
25,000
0,025
40,000
0,001
1,359
30,000
0,030
0,944
92,5
42,38%
5,975
25,000
0,025
142,200
0,002
4,831
50,000
0,050
1,208
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
62
4.3 Ground Reservoir
Ground reservoir (tangki bawah tanah) merupakan komponen plambing dalam
sebuah gedung. Ground reservoir berfungsi untuk menampung air bersih untuk
kebutuhan air. Pada perhitungan ground reservoir gedung Sekolah Dasar enam lantai ini
menggunakan metode analitik.
4.4.1 Kriteria Perencanaan
Untuk pemakaian PDAM dan pompa bisa diasumsikan berdasarkan kebutuhan
a.
Perencanaan
•
•
Pemakaian PDAM
= jam 06.00-16.00
= 10 jam/hari
Pemakaian pompa
= jam 07.00-15.00
= 8 jam/hari
Distribusi air
= jam 08.00-14.00
= 6 jam/hari
Direncanakan tinggi ground reservoir adalah 2,5m dan panjang ground
reservoir adalah (2 x lebar) ground reservoir.
b.
Perhitungan
a) Metode Analitik
• Supply PDAM
• Supply POMPA
• Distribusi
= 06.00-16.00 (10 jam)
= 07.00-15.00 (8 jam)
= 08.00-14.00 (6 jam) …,, ke konsumen
= 26,88 m3/jam (didapat dari Qefektif UAP)
Qoprasional
= 26,88 m3/jam x waktu operasional gedung
= 26,88 m3/jam x 6 jam
= 161,28 m3
= 162 m3
Q.PDAM
=
m
�
= 16,2
V.PDAM
PLAMBI
PLAMBI
= 16,2
�
�
x 1 jam
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
63
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
= 16,2
Q.POMPA`=
(masuk tabel 4.11)
m
�
= 20,16
V.POMPA = 20,2
= 20,2
�
�
= 20,2
�
x 1 jam
(masuk tabel 4.11)
Tabel 4.11 Penentuan Volume Ground Reservoir
Jam
00.00-01.00
01.00-02.00
02.00-03.00
03.00-04.00
04.00-05.00
05.00-06.00
06.00-07.00
07.00-08.00
08.00-09.00
09.00-10.00
10.00-11.00
11.00-12.00
12.00-13.00
13.00-14.00
14.00-15.00
15.00-16.00
Jumlah
PLAMBI
PLAMBI
V. Pdam
0
0
0
0
0
0
16.2
16,2
16,2
16,2
16,2
16,2
16,2
16,2
16,2
16,2
162
V.Pompa
0
0
0
0
0
0
10.2
20,2
20,2
10,2
20,2
20,2
10,2
20,2
20,2
10,2
162
V.Pompa-V.Pdam
0
0
0
0
0
0
-6
4
4
-6
4
4
-6
4
4
-6
Akumulasi
0
0
0
0
0
0
-6
-2
2
-4
0
4
-2
2
6
0
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
64
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
Maksimal
Minimal
Minimal Mutlak
V GR
:6
: -6
:6
: 12 m3
a) Volume GR
T = Ruang Hampa + Tinggi Permukaan Air
= 2,5 m
V GR = P x L x T
12
= 2L x L x T
= 2L2 x 2,5
2,4
= L2
L
= 1,55 m
= 1,6 m
Tabel 4.12 Penentuan Volume Rooftank
Jam
V. Pompa
00.00-01.00
01.00-02.00
02.00-03.00
03.00-04.00
04.00-05.00
05.00-06.00
06.00-07.00
07,00-08.00
08.00-09.00
09.00-10.00
10.00-11.00
11.00-12.00
12.00-13.00
13.00-14.00
14.00-15.00
15.00-16.00
Jumlah
0
0
0
0
0
0
19,2
9,2
19,2
19,2
19,2
9,2
19,2
19,2
9,2
19,2
162
Maksimal
:4
Minimal
: -4
PLAMBI
PLAMBI
V.Distribusi
0
0
0
0
0
0
16,2
16,2
16,2
16,2
16,2
16,2
16,2
16,2
16,2
16,2
162
V.Pompa-V.Pdam
0
0
0
0
0
0
-3
7
-3
-3
-3
7
-3
-3
7
-3
Akumulasi
0
0
0
0
0
0
-3
4
1
-2
-5
2
-1
-4
3
0
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
65
Minimal Mutlak : 4
V GR
:8
a) Volume RT
Diameter
=3m
V RT = 0,25 x 3,14 x D2 x t
8
= 0,25 x 3,14 x 32 x t
8
= 7,065 x t
t
= 1,13 m
Berdasarkan volume roof tank yang diperoleh kemudian dilakukan pemesanan roof
tank sesuai dengan hasil perhitungan.
4.4 Titik Kritis
Pengukuran tekanan air dilakukan untuk mengetahui apakah dimensi yang ada telah
mencukupi suplai air yang dibutuhkan. Sebagai acuan dipilih kehilangan tekanan yang
paling besar, yaitu pada alat plambing di titik kritis. Hal ini dilakukan agar sisa tekan
pada titik lain dapat terpenuhi. Titik kritis dipilih berdasarkan pipa terpanjang dari tangki
atap menuju ruang saniter terjauh.
4.4.1 Kriteria Perencanaan
Titik kritis ada di lantai 5 pada alat plambing yang paling ujung yaitu kloset.
4.4.2 Desain perencanaan
• Nilai C adalah 130
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
66
Tabel 4.13 Konstanta Aksesoris
No
Aksesoris
Nilai K
1
Elbow
1,1
2
T
0,35
3
Reducer (20 mm ke 13 mm)
0,29
4
Reducer (45 mm ke 35 mm)
0,38
5
Reducer (105 mm ke 45 mm)
0,42
4.4.3 Perhitungan Hf Mayor
Perhitungan Hf mayor dapat dihitung dengan rumus
��
�� � =
�
,
� �
,6
,
xL
Langkah-langkah dalam menentukan Hf mayor sebagai berikut :
1. Menentukan alat plambing terjauh
2. Mengetahui debit pada alat plambing tersebut (Dari tabel 2.9)
3. Mengetahui Diameter koreksi pipa alat plambing tersebut (Dari tabel 2.9)
4. Menentukan panjang pipa air bersih antara alat plambing tersebut dengan alat
plambing selanjutnya.
•
Adapun contoh perhitungan Hf mayor sebagai berikut
Kloset (E2-E1)
V
=1,69
D
= 0,026
Q
= 0,00025
C
= 130
L
= 2,3
Hf mayor
=
=
�
,
� �
,
�
,
,
,6
�
,
xL
,6
,
x2,3
= 0,46 m
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
67
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
Tabel 4.14 Perhitungan HF Mayor
Q
D
L
Hf
(m3/s)
(meter)
(meter)
Mayor
Kloset
0,00025
0,026
130
2,3
0,046
Fauchet
0,00042
0,026
130
2,8
0,147
Kloset
0,00067
0,026
130
2,3
0,288
Fauchet
0,00083
0,026
130
3
0,560
Kloset
0,00025
0,026
130
2,3
0,046
Fauchet
0,00042
0,026
130
3
0,158
Urinoir
0,00046
0,026
130
2,3
0,143
Urinoir
0,00051
0,026
130
7
0,528
Kloset
0,00057
0,026
130
2,3
0,213
Fauchet
0,00065
0,026
130
2,8
0,332
Kloset
0,00074
0,026
130
2,3
0,347
Fauchet
0,00085
0,026
130
3,1
0,605
Kloset
0,00025
0,026
130
2,3
0,046
Fauchet
0,00042
0,026
130
3
0,158
Urinoir
0,00027
0,026
130
2,3
0,053
Urinoir
0,00031
0,026
130
2,2
0,066
Pipa Utama mendatar
0,0035
0,06
130
1,5
0,063
Pipa Tegak Lantai 4 ke 5
0,00067
0,06
130
4
0,008
Total
3,808
Nama Alat
C
4.4.4 Perhitungan Hf Minor
Perhitungan Hf minor dapat dihitung dengan rumus
��
�
�=k
�
n
,
xL
Langkah-langkah dalam menentukan Hf minor sebagai berikut :
1. Menentukan alat plambing terjauh
2. Mengetahui aksesoris alat plambing yang digunakan
3. Menentukan konstanta aksesoris (Dari tabel 4.13)
4. Mengetahui kecepatan koreksi alat plambing (Dari tabel 4.5-4.10)
5. Menentukan jumlah aksesoris pada jalur alat plambing tersebut,
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
68
6. Menentukan panjang pipa air bersih antara alat plambing tersebut dengan alat
plambing selanjutnya
Adapun contoh perhitungan Hf minor sebagai berikut
•
Kloset (E2-E1)
Alat plambing = Kloset
Aksesoris plambing = Elbow
K Elbow = 1,1
Jumlah elbow (n) = 5
Kecepatan (v) =0,471111
g = 9,81
Hf minor (elbow) = k
�
= 1,1
n
,
� ,
(5)
= 0,81
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
69
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
Tabel 4.15 Perhitungan HF minor
Nama Alat
Kloset
Fauchet
Kloset
Fauchet
Kloset
Fauchet
Urinoir
Urinoir
Kloset
Fauchet
Kloset
Fauchet
Kloset
Fauchet
Urinoir
Urinoir
Pipa Utama mendatar
Pipa Tegak Lantai 4
ke 5
Aksesoris
.n
v
g
Elbow
Tee
Tee
Tee
Tee
Tee
Tee
Tee
Tee
Tee
Tee
Tee
Tee
Tee
Tee
Tee
Elbow
ball valve
reducer
5
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
0,471
0,785
1,256
1,570
0,471
0,785
0,870
0,955
1,071
1,219
1,398
1,608
0,471
0,785
0,503
0,587
1,238
1,238
1,061
9,81
9,81
9,81
9,81
9,81
9,81
9,81
9,81
9,81
9,81
9,81
9,81
9,81
9,81
9,81
9,81
9,81
9,81
9,81
Hf
Minor
0,062
0,011
0,028
0,088
0,004
0,011
0,014
0,016
0,020
0,026
0,035
0,092
0,004
0,011
0,004
0,006
0,086
0,008
0,007
Tee
1
9,81
0,020
Total
0,554
1,061
4.5 Tinggi Menara Rooftank
• Hf total ≤ H statis yang tersedia
• ƩHf + Hf sisa tekan + H alat plumbing terjauh ≤ H gedung tiap lantai + Tinggi menara
RT
4,4 m + 3 m + 0,6 m
≤ 4,0 m + Tinggi menara RT
8,0 m
≤ 4,0 m + Tinggi menara RT
4,0 m
≤ Tinggi menara RT
Tinggi menara RT
= 4,0 m
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
70
4.6 Perhitungan Head Pompa
Head pompa yang terjadi secara umum dapat dihitung dengan menggunakan rumus,
sebagai berikut :
Head Pompa = Hstatis + Hsistem
• Hstatis = tinggi gedung muka air reservoir + tinggi muka air roof tank
= 20 + 4 + 2,5 +0,5 = 27 m
• Hsistem = Mayor losses + Minor losses + Hsisa tekan + (v2/2g)
Mayor losses (Hf), meliputi :
- Suction :
L Suction = 1,4 + 3,6 = 500 cm = 5 m
H f suction
Q
2 , 63
0,00155 * c * D
1,85
*L
29,9
2 , 63
0,00155 * 120 * 20
0,02 m
1,85
*5
- Discharge :
L discharge = 0,2 + 0,6 + 0,6 + 1,7 + 0,7 + 19,8 + 2,3 + 7 + 1,3
= 34,2 m
H f disch arg e
Q
2 , 63
0,00155 * c * D
1,85
*L
25
2 , 63
0,00155 *120 * 20
0,14m
1,85
* 34,2
Jadi, total mayor losses= Hf suction + Hf discharge
= 0,02 m + 0,14 m
= 0,16 m
o Minor losses (Hm), meliputi:
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
71
➢ Headloss akibat 6 belokan 90o (K = 0,3)
K * v2
H m 10
2g
0,3 * 12
10
0,152 m
2 * 9,81
➢ Headloss akibat 1 ball valve (K = 0,1)
K * v2
Hm
2g
0,1 * 12
0,005 m
2 * 9,81
➢ Headloss akibat 1 basket strainer (K = 0,95)
K * v2
Hm
2g
0,95 * 12
0,048 m
2 * 9,81
Jadi, total minor losses
= 0,152 + 0,005 + 0,048
= 0,205 m
✓ Head sisa tekan yang diinginkan merupakan head standar alat plumbing tertinggi
yaitu sebesar 3 m (UAP standar water closet),
2
✓ v
1
2
2g
✓ Jadi, Hsistem
2 * 9,81
0,05 m
= 0,16 m + 0,205 m + 3 m + 0,05 m
= 3,42 m
✓ Head pompa
= Hstatis + Hsistem
= 27 m + 3,42 m = 30,42 m ≈ 31 m
Dari harga Q = 0,0299 m3/detik = 29,9 L/detik, dan head pompa = 30,42 m,
kemudian nilai tersebut diplotkan pada grafik karakteristik pompa sentrifugal grundfos,
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
72
Gambar 4.3 Kurva Karakteristik Pompa
Dari kurva diatas diperoleh:
Tipe pompa = 125 x 100 – 315
dimana: 125 --- diameter hisap
Nominal speed = 1450 rpm
100 --- diameter keluar
Sehingga, dari tipe itu dapat ditentukan:
•
Whp atau daya air yaitu energi yang secara efektif diterima oleh air dari pompa
per satuan waktu.
Whp
*Q * H
75
= berat air per satuan volume (densitas, kg/m3)
Q
= debit air (m3/detik)
H
= head pompa (m)
Dimana: Whp = daya air (Hp)
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
Whp
*Q * H
75
73
1000 * 0,0299 * 30,42
12,13 Hp
75
Ketentuan 1 Hp = 0,746 kW, maka nilai Whp = 9,049 kW
•
Bhp atau daya poros yaitu energi yang diperlukan untuk menggerakkan pompa
per satuan waktu,
Dan diasumsikan efisiensi pompa atau nilai sebesar 90%, maka
Bhp
Whp
9,049
10,054 kW
0,9
Dari nilai Whp dan Bhp pompa maka didapatkan besarnya daya
pompa adalah 11 kW. Dikarenakan daya pompa yang terdapat di pasaran
besarnya 13 kW.
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
74
BAB V
PERENCANAAN SISTEM AIR BUANGAN DAN PIPA VEN
5.1 Dimensi Pipa Air Buangan
Perencanaan plambing sebuah gedung tak lepas dari perencanaan air buangan yang
dihasilkan aktivitas manusia didalam gedung tersebut. Perencanaan air buangan meliputi
penentuan dimensi pipa pembuangan, dimensi pipa vent, penentuan septic tank dan
sumur resapan. Penentuan dimensi pipa air buangan didasarkan pada unit beban alat
plambing (UAP) yaitu unit alat plambing yang berperan sebagai beban di tiap alat
plambing dalam pengaliran di pipa air buangan.
Air buangan pada gedung Sekolah Dasar memilik dua macam yaitu air bekas (grey
water) dan air kotor (black water). Grey water merupakan air buangan yang berasal dari
bekas mandi dan mencuci, sedangkan black water merupakan air buangan yang berasal
dari urinal dan kloset.
Pada sistem pipa air buangan gedung Sekolah Dasar ini menggunakan sistem
tercampur yaitu sistem perpipaan grey water dan black water yang disalurkan menjadi
satu hingga masuk kedalam septic tank. Pada sistem pipa air buangan tercampur
mempunyai desain khusus dalam sehingga air buangan yang diolah tidak membahayakan
lingkungan.
Langkah-langkah penentuan dimensi pipa air buangan adalah sebagai berikut :
1.
Menentukan daerah atau jalur tiap sistem pada ruang saniter. Jalur setiap sistem
tersebut ditentukan karena penentuan dimensi pipa air buangan dilakukan
berdasarkan unit alat plambing komulatif.
2.
Menentukan besarnya beban unit alat plambing dari setiap alat plambing pada setiap
jalur yang telah ditetapkan.
3.
Menentukan nilai beban UAP kumulatif dari setiap alat plambing sampai pada alat
plambing yang paling akhir dari setiap jalur.
4.
Menentukan diameter perangkap minimum untuk masing-masing alat plambing.
5.
Menentukan diameter pipa alat plambing berdasarkan UAP maksimum dan jika
diameter pipa air buangannya lebih kecil dari diameter perangkap minimumnya maka
diambil nilai dari diameter perangkap minimum yang sesuai standar untuk setiap alat
plambing.
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
6.
75
Menyesuaikan diameter pipa yang terpasang dengan diameter pipa yang ada di
pasaran (inch).
7.
Menentukan slope yang akan digunakan pada pipa air buangan masing-masing alat
plambing yang akan menuju pipa tegak
Berikut ini adalah contoh perhitungan dari Jalur A1-A2
•
•
•
Alat plambing = floordrain.
UAP untuk floordrain = 1
Akumulasi unit alat plambing = 1, maka :
❖ Diameter pipa minimum yang diperoleh = 40 mm;
❖ Diameter pipa berdasarkan UAP maksimum terpasang pada alat plambing =
32 mm;
❖ Diameter pipa yang dipakai = 32 mm = 1¼ inch;
❖ Slope 1/4 inchi per feet.
Hasil perhitungan seluruhnya untuk penentuan pipa air buangan selengkapnya dapat
dilihat pada tabel 5.1 berikut :
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
76
Tabel 5.1 Diameter Pipa Air buangan Lantai 1 shaft 1
Lantai 1
Shaft 1
Sistem
Jalur
Alat
Plambing
Sistem 1
A1-A2
Floor Drain
1
1
Diameter
pipa
minimum
(mm)
50
A2-A3
Closet
4
5
A3-A4
Floor Drain
1
A4-A5
Closet
A6-A5
Lavatory
A7-A5
Lavatory
A5-A8
Pipa
A8-A9
Floor Drain
A9-A10
A10-A11
Sistem 2
Sistem 3
Sistem 4
Sistem 5
32
Diameter
Pipa
Terpakai
(inchi)
1.25
75
50
1.5
1/4
6
50
65
2.5
1/8
4
10
75
65
2.5
1/8
1
11
32
75
2.5
1/8
1
12
32
75
2.5
1/8
12
50
75
2.5
1/8
1
13
50
75
2.5
1/8
Closet
4
17
75
100
4,0
1/8
Urinal
4
21
40
100
4,0
1/8
A11-A12
Urinal
4
25
40
100
4,0
1/8
A12-A13
Floor Drain
1
26
50
100
4,0
1/8
A13-A14
Closet
4
30
75
100
4,0
1/8
A14-A15
Floor Drain
1
31
50
100
4,0
1/8
A15-A16
Closet
4
35
75
100
4,0
1/8
A17-A16
Lavatory
1
36
32
100
4,0
1/8
A18-A16
Lavatory
1
37
32
100
4,0
1/8
A16-A19
Pipa
37
50
100
4,0
1/8
A19-A20
Floor Drain
1
38
50
100
4,0
1/8
A20-A21
Closet
4
42
75
100
4,0
1/8
A21-A22
Urinal
4
46
40
100
4,0
1/8
A22-AA
Urinal
4
50
40
100
4,0
1/8
UAP
Akumulasi
UAP
Diameter Pipa
Terpasang
(mm)
Slope
1/4
77
Tabel 5.2 Diameter Pipa Air buangan Lantai 1 shaft 2
Lantai 1
Shaft 2
Sistem
Jalur
Alat
Plambing
Sistem 1
A23-A24
Floor Drain
0.5
0.5
Diameter
pipa
minimum
(mm)
40
A24-A25
Floor Drain
0.5
1
A25-A26
Floor Drain
1
A26-A27
Closet
A27-A28
Floor Drain
A28-A29
Sistem 2
Sistem 3
Sistem 4
Sistem 5
32
Diameter
Pipa
Terpakai
(inchi)
1.25
40
32
1.25
1/4
2
50
40
1.25
1/4
4
6
75
65
2.5
1/8
1
7
50
65
2.5
1/8
Closet
4
11
75
65
2.5
1/8
A30-A29
Lavatory
1
12
32
75
2.5
1/8
A31-A29
Lavatory
1
13
32
75
2.5
1/8
A29-A32
Pipa
13
50
75
2.5
1/8
A32-A33
Floor Drain
1
14
50
75
2.5
1/8
A33-A34
Closet
4
18
75
100
4,0
1/8
A34-A35
Urinal
4
22
40
100
4,0
1/8
UAP
Akumulasi
UAP
Diameter Pipa
Terpasang
(mm)
Slope
1/4
A35-AB
Urinal
4
26
40
100
4,0
1/8
A36-A37
Lavatory
1
27
32
100
4,0
1/8
A38-AB
Lavatory
1
28
32
100
4,0
1/8
A38-A39
Sink
2
30
40
100
4,0
1/8
A40-AB
Lavatory
1
31
32
100
4,0
1/8
78
Tabel 5.3 Diameter Pipa Air buangan Lantai 2 shaft 1
Lantai 2
Shaft 1
Sistem
Jalur
Alat
Plambing
Sistem 1
B1-B2
Floor Drain
1
1
Diameter
pipa
minimum
(mm)
50
B2-B3
Closet
4
5
B3-B4
Floor Drain
1
B4-B5
Closet
B6-B5
Sistem 2
Sistem 3
Sistem 4
Sistem 5
32
Diameter
Pipa
Terpakai
(inchi)
1.25
75
50
2
1/4
6
50
65
2.5
1/8
4
10
75
65
2.5
1/8
Lavatory
1
11
32
75
2.5
1/8
B7-B5
Lavatory
1
12
32
75
2.5
1/8
B5-B8
Pipa
12
50
75
2.5
1/8
B8-B9
Floor Drain
1
13
50
75
2.5
1/8
B9-B10
Closet
4
17
75
100
4,0
1/8
B10-B11
Urinal
4
21
40
100
4,0
1/8
B11-B12
Urinal
4
25
40
100
4,0
1/8
B12-B13
Floor Drain
1
26
50
100
4,0
1/8
B13-B14
Closet
4
30
75
100
4,0
1/8
B14-B15
Floor Drain
1
31
50
100
4,0
1/8
B15-B16
Closet
4
35
75
100
4,0
1/8
B17-B16
Lavatory
1
36
32
100
4,0
1/8
B18-B16
Lavatory
1
37
32
100
4,0
1/8
B16-B19
Pipa
37
50
100
4,0
1/8
B19-B20
Floor Drain
1
38
50
100
4,0
1/8
B20-B21
Closet
4
42
75
100
4,0
1/8
B21-B22
Urinal
4
46
40
100
4,0
1/8
B22-BA
Urinal
4
50
40
100
4,0
1/8
UAP
Akumulasi
UAP
Diameter Pipa
Terpasang
(mm)
Slope
1/4
79
Tabel 5.4 Diameter Pipa Air buangan Lantai 2 shaft 2
Lantai 2
Shaft 2
Sistem
Jalur
Alat
Plambing
Sistem 1
B25-B26
Floor Drain
1
1
Diameter
pipa
minimum
(mm)
50
B26-B27
Closet
4
5
B27-B28
Floor Drain
1
B28-B29
Closet
4
B30-B29
Lavatory
1
B31-B29
Lavatory
1
B29-B32
Pipa
B32-B33
Floor Drain
B33-B34
Sistem 2
Sistem 3
Sistem 4
32
Diameter
Pipa
Terpakai
(inchi)
1.25
75
50
2,0
1/4
6
50
65
2.5
1/8
10
75
65
2.5
1/8
11
32
75
2.5
1/8
12
32
75
2.5
1/8
12
32
75
2.5
1/8
1
13
50
75
2.5
1/8
Closet
4
17
75
100
4,0
1/8
B34-B35
Urinal
4
21
40
100
4,0
1/8
UAP
Akumulasi
UAP
Diameter Pipa
Terpasang
(mm)
Slope
1/4
B35-BB
Urinal
4
25
40
100
4,0
1/8
B38-B39
Sink
2
27
40
100
4,0
1/8
B39-BB
Lavatory
1
28
32
100
4,0
1/8
80
Tabel 5.5 Diameter Pipa Air buangan Lantai 3 shaft 1
Lantai 3
Shaft 1
Sistem
Jalur
Alat
Plambing
Sistem 1
C1-C2
Floor Drain
1
1
Diameter
pipa
minimum
(mm)
50
C2-C3
Closet
4
5
C3-C4
Floor Drain
1
C4-C5
CLoset
C6-C5
C7-C5
C5-C8
Pipa
C8-C9
Floor Drain
C9-C10
Sistem 2
Sistem 3
Sistem 4
Sistem 5
32
Diameter
Pipa
Terpakai
(inchi)
1.25
75
50
1.5
1/4
6
50
65
2.5
1/8
4
10
75
65
2.5
1/8
Lavatory
1
11
32
75
2.5
1/8
Lavatory
1
12
32
75
2.5
1/8
12
50
75
2.5
1/8
1
13
50
75
2.5
1/8
CLoset
4
17
75
100
4,0
1/8
C10-C11
Urinal
4
21
40
100
4,0
1/8
C11-C12
Urinal
4
25
40
100
4,0
1/8
C12-C13
Floor Drain
1
26
50
100
4,0
1/8
C13-C14
Closet
4
30
75
100
4,0
1/8
C14-C15
Floor Drain
1
31
50
100
4,0
1/8
C15-C16
Closet
4
35
75
100
4,0
1/8
C17-C16
Lavatory
1
36
32
100
4,0
1/8
C18-C16
Lavatory
1
37
32
100
4,0
1/8
C16-C19
Pipa
37
50
100
4,0
1/8
C19-C20
Floor Drain
1
38
50
100
4,0
1/8
C20-C21
Closet
4
42
75
100
4,0
1/8
C21-C22
Urinal
4
46
40
100
4,0
1/8
C22-CA
Urinal
4
50
40
100
4,0
1/8
UAP
Akumulasi
UAP
Diameter Pipa
Terpasang
(mm)
Slope
1/4
81
Tabel 5.6 Diameter Pipa Air buangan Lantai 3 shaft 2
Lantai 3
Shaft 2
Sistem
Jalur
Alat
Plambing
Sistem 1
C23-C24
C24-C25
C25-C26
C26-C27
C27-C28
C28-C29
C30-C29
C31-C29
C29-C32
C32-C33
C33-C34
C34-C35
C35-CB
C36-C37
C38-CB
C38-C39
C40-CB
Floor Drain
Floor Drain
Floor Drain
Closet
Floor Drain
Closet
Lavatory
Lavatory
Pipa
Floor Drain
Closet
Urinal
Urinal
Lavatory
Lavatory
Sink
Lavatory
Sistem 2
Sistem 3
Sistem 4
Sistem 5
UAP
0.5
0.5
1
4
1
4
1
1
1
4
4
4
1
1
2
1
Diameter
Akumulasi
pipa
UAP
minimum
(mm)
0.5
1
2
6
7
11
12
13
13
14
18
22
26
27
28
30
31
40
40
50
75
50
75
32
32
50
50
75
40
40
32
32
40
32
Diameter
Pipa
Terpasang
(mm)
Diameter
Pipa
Terpakai
(inchi)
Slope
32
32
40
65
65
65
75
75
75
75
100
100
100
100
100
100
100
1.25
1.25
1.25
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
4,0
4,0
4,0
4,0
4,0
4,0
4,0
1/4
1/4
1/4
1/8
1/8
1/8
1/8
1/8
1/8
1/8
1/8
1/8
1/8
1/8
1/8
1/8
1/8
82
Tabel 5.7 Diameter Pipa Air buangan Lantai 4 shaft 1
Lantai 4
Shaft 1
Sistem
Jalur
Alat
Plambing
Sistem 1
D1-D2
Floor Drain
1
1
Diameter
pipa
minimum
(mm)
50
D2-D3
Closet
4
5
D3-D4
Floor Drain
1
D4-D5
Closet
D6-D5
D7-D5
D5-D8
Pipa
D8-D9
Floor Drain
D9-D10
Sistem 2
Sistem 3
Sistem 4
Sistem 5
32
Diameter
Pipa
Terpakai
(inchi)
1.25
75
50
2,0
1/4
6
50
65
2.5
1/8
4
10
75
65
2.5
1/8
Lavatory
1
11
32
75
2.5
1/8
Lavatory
1
12
32
75
2.5
1/8
12
50
75
2.5
1/8
1
13
50
75
2.5
1/8
Closet
4
17
75
100
4,0
1/8
D10-D11
Urinal
4
21
40
100
4,0
1/8
D11-D12
Urinal
4
25
40
100
4,0
1/8
D12-D13
Floor Drain
1
26
50
100
4,0
1/8
D13-D14
Closet
4
30
75
100
4,0
1/8
D14-D15
Floor Drain
1
31
50
100
4,0
1/8
D15-D16
Closet
4
35
75
100
4,0
1/8
D17-D16
Lavatory
1
36
32
100
4,0
1/8
D18-D16
Lavatory
1
37
32
100
4,0
1/8
D16-D19
Pipa
37
50
100
4,0
1/8
D19-D20
Floor Drain
1
38
50
100
4,0
1/8
D20-D21
Closet
4
42
75
100
4,0
1/8
D21-D22
Urinal
4
46
40
100
4,0
1/8
D22-DA
Urinal
4
50
40
100
4,0
1/8
UAP
Akumulasi
UAP
Diameter Pipa
Terpasang
(mm)
Slope
1/4
83
Tabel 5.8 Diameter Pipa Air buangan Lantai 4 shaft 2
Lantai 4
Shaft 2
Sistem
Jalur
Alat
Plambing
Sistem 1
D25-D26
D26-D27
D27-D28
D28-D29
D30-D29
D31-D29
D29-D32
D32-D33
D33-D34
D34-D35
D35-DB
D38-D39
D39-DB
Floor Drain
Closet
Floor Drain
Closet
Lavatory
Lavatory
Pipa
Floor Drain
Closet
Urinal
Urinal
Sink
Lavatory
Sistem 2
Sistem 3
Sistem 4
UAP
1
4
1
4
1
1
1
4
4
4
2
1
Diameter
Akumulasi
pipa
UAP
minimum
(mm)
1
5
6
10
11
12
12
13
17
21
25
27
28
50
75
50
75
32
32
50
50
75
40
40
40
32
Diameter
Pipa
Terpasang
(mm)
Diameter
Pipa
Terpakai
(inchi)
Slope
32
50
65
65
75
75
75
75
100
100
100
100
100
1.25
2,0
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
4,0
4,0
4,0
4,0
4,0
1/4
1/4
1/8
1/8
1/8
1/8
1/8
1/8
1/8
1/8
1/8
1/8
1/8
84
Tabel 5.9 Diameter Pipa Air buangan Lantai 5 shaft 1
Lantai 5
Shaft 1
Sistem
Jalur
Alat
Plambing
Sistem 1
E1-E2
Floor Drain
1
1
Diameter
pipa
minimum
(mm)
50
E2-E3
Closet
4
5
E3-E4
Floor Drain
1
E4-E5
CLoset
E6-E5
Sistem 2
Sistem 3
Sistem 4
Sistem 5
32
Diameter
Pipa
Terpakai
(inchi)
1.25
75
50
2,0
1/4
6
50
65
2.5
1/8
4
10
75
65
2.5
1/8
Lavatory
1
11
32
75
2.5
1/8
E7-E5
Lavatory
1
12
32
75
2.5
1/8
E5-E8
Pipa
12
50
75
2.5
1/8
UAP
Akumulasi
UAP
Diameter Pipa
Terpasang
(mm)
Slope
1/4
E8-E9
Floor Drain
1
13
50
75
2.5
1/8
E9-E10
CLoset
4
17
75
100
4,0
1/8
E10-E11
Urinal
4
21
40
100
4,0
1/8
E11-E12
Urinal
4
25
40
100
4,0
1/8
E12-E13
Floor Drain
1
26
50
100
4,0
1/8
E13-E14
Closet
4
30
75
100
4,0
1/8
E14-E15
Floor Drain
1
31
50
100
4,0
1/8
E15-E16
Closet
4
35
75
100
4,0
1/8
E17-E16
Lavatory
1
36
32
100
4,0
1/8
E18-E16
Lavatory
1
37
32
100
4,0
1/8
E16-E19
Pipa
37
32
100
4,0
1/8
E19-E20
Floor Drain
1
38
50
100
4,0
1/8
E20-E21
Closet
4
42
75
100
4,0
1/8
E21-E22
Urinal
4
46
40
100
4,0
1/8
E22-EA
Urinal
4
50
40
100
4,0
1/8
85
Tabel 5.10 Diameter Pipa Air buangan Lantai 5 shaft 2
Lantai 5
Shaft 2
Sistem
Jalur
Alat
Plambing
Sistem 1
E25-E26
Floor Drain
1
1
Diameter
pipa
minimum
(mm)
50
32
Diameter
Pipa
Terpakai
(inchi)
1.25
E26-E27
Closet
4
5
75
50
2,0
1/4
E27-E28
Floor Drain
1
6
50
65
2.5
1/8
E28-E29
Closet
4
10
75
65
2.5
1/8
E30-E29
E31-E29
Lavatory
1
11
32
75
2.5
1/8
Lavatory
1
12
32
75
2.5
1/8
E29-E32
Pipa
12
50
75
2.5
1/8
E32-E33
Floor Drain
1
13
50
75
2.5
1/8
E33-E34
Closet
4
17
75
100
4,0
1/8
E34-E35
Urinal
4
21
40
100
4,0
1/8
E35-EB
Urinal
4
25
40
100
4,0
1/8
Sistem 4
E38-E39
Sink
2
27
40
100
4,0
1/8
E39-EB
Lavatory
1
28
32
100
4,0
1/8
Sistem 5
E40-E41
Lavatory
1
29
32
100
4,0
1/8
E41-EB
Lavatory
1
30
32
100
4,0
1/8
Sistem 2
Sistem 3
UAP
Akumulasi
UAP
Diameter Pipa
Terpasang
(mm)
Slope
1/4
86
Tabel 5.11 Diameter Pipa Tegak Air buangan shaft 1
Pipa Tegak Shaft 1
lt. 5 – 4
Alat
Plambing
-
lt. 4 – 3
-
50
100
-
125
5,0
-
lt. 3 – 2
-
50
150
-
125
5,0
-
lt. 2 – 1
-
50
200
-
125
5,0
-
lt. 1-Septik Tank
-
50
250
-
150
6,0
-
Diameter Pipa
Terpasang
(mm)
Diameter
Pipa Terpakai
(inchi)
Slope
100
100
100
125
125
4,0
4,0
4,0
5,0
5,0
-
Lantai
50
Diameter pipa
minimum (mm)
-
Diameter Pipa
Terpasang (mm)
100
Diameter Pipa
Terpakai (inchi)
4,0
UAP
Akumulasi UAP
50
Slope
-
Tabel 5.12 Diameter Pipa Tegak Air buangan shaft 2
Pipa Tegak Shaft 2
Lantai
Alat
Plambing
UAP
Akumulasi UAP
Diameter
pipa
minimum
(mm)
lt. 5 – 4
lt. 4 – 3
lt. 3 – 2
lt. 2 – 1
lt. 1-Septik Tank
-
30
28
28
28
28
30
58
86
114
142
-
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
87
5.2 Dimensi Pipa Ven
Pipa ven merupakan pipa instalasi dalam plambing gedung untuk mengeluarkan
udara yang terjebak di dalam instalasi pipa air buangan. Tujuan adanya pemasangan pipa
ven adalah menjaga sekat perangkap dari efek sifon atau tekanan, menjaga aliran yang
lancar dalam pipa pembuangan dan mensirkulasikan udara dalam pipa pembuangan.
Seperti halnya pipa air buangan, maka terdapat tiga macam pipa ven yang terdapat
dalam gedung ini. Yang pertama adalah pipa ven air buangan pada ruang saniter, pipa ini
meliputi jenis pipa cabang horizontal yang menghubungkan tiap-tiap atau beberapa alat
plambing pada ruang saniter.
Kemudian pipa ven tegak yang berfungsi untuk menghubungkan pipa-pipa ven
horizontal pada ruang saniter dari seluruh lantai gedung. Dan yang terakhir adalah pipa
ven pengumpul, dimana seluruh pipa ven yang ada pada tiap-tiap ruang saniter dari
seluruh lantai akan dihubungkan dan dialirkan pada satu pipa ven pelepas yang berada di
bagian paling atas gedung.
Langkah-langkah dalam menentukan dimensi pipa ven air buangan sebagai
berikut :
1. Menentukan jalur pada ruang saniter dimana pipa vent akan digunakan.
2. Menentukan UAP pada tiap-tiap jalur yang telah ditentukan.
3. Menentukan komulatif dari masing-masing UAP tersebut.
4. Menentukan diameter pipa air buangan pada jalur dimana pipa ven dipasang.
5. Menentukan panjang pipa ven yang terdapat pada tiap jalur.
6. Menentukan dimensi pipa ven untuk pipa horisontal
Adapun contoh perhitungan diameter pipa mendatar untuk ven, adalah sebagai
berikut :
Jalur A1- A2
1. Alat Plambing : Floor Drain
(dilihat dari alat plambing yang dilalui oleh jalur
tersebut).
2. UAP dari lavatory : 1.
3. Akumulasi UAP
: 1 (didapatkan dari pengakumulasian UAP alat plambing
sebelum jalur tersebut dan pada jalur tersebut).
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
88
4. Diameter Pipa Air Buangan : 50 mm Panjang Pipa Ven : 0,4 m (panjang pipa vent
pada jalur A1-A2).
5. Diameter Pipa Ven : 40 mm.
6. Diameter Pipa Ven Dipakai : 1,25
inch (Diameter pipa vent yang didapat
disesuaikan pada diameter pipa pasaran (inch)).
Adapun contoh perhitungan diameter pipa tegak untuk ven, adalah sebagai berikut
:
Jalur Lantai 5-4 Shaft 1
1. UAP
: 50 (didapatkan dari Akumulasi UAP pada pipa mendatar).
2. Akumulasi UAP
:
50
(didapatkan
dari
pengakumulasian
UAP
alat
plambing.sebelum jalur tersebut dan pada jalur tersebut).
3. Diameter Pipa Air Buangan : 100 mm.
4. Panjang Pipa Ven
: 4 m (didapatkan dari tinggi antar lantai).
5. Diameter Pipa Ven
: 50 mm.
6. Diameter Pipa Ven Dipakai : 2 inch (Diameter pipa ven yang didapat disesuaikan
pada diameter pipa pasaran (inch)).
Hasil perhitungan seluruhnya untuk penentuan pipa air buangan selengkapnya
dapat dilihat pada tabel berikut :
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
89
Tabel 5.13 Diameter Pipa Ven Lantai 1 Shaft 1
Lantai 1
Shaft 1
Sistem
Jalur
Alat Plambing
UAP
Akumulasi UAP
Sistem 1
A1-A2
A2-A3
A3-A4
A4-A5
A6-A5
A7-A5
A5-A8
A8-A9
A9-A10
A10-A11
A11-A12
A12-A13
A13-A14
A14-A15
A15-A16
A17-A16
A18-A16
A16-A19
A19-A20
A20-A21
A21-A22
A22-AA
Floor Drain
Closet
Floor Drain
Closet
Lavatory
Lavatory
Pipa
Floor Drain
Closet
Urinal
Urinal
Floor Drain
Closet
Floor Drain
Closet
Lavatory
Lavatory
Pipa
Floor Drain
Closet
Urinal
Urinal
1
4
1
4
1
1
1
5
6
10
11
12
12
13
17
21
25
26
30
31
35
36
37
37
38
42
46
50
Sistem 2
Sistem 3
Sistem 4
Sistem 5
1
4
4
4
1
4
1
4
1
1
1
4
4
4
Diameter pipa
air buangan
(mm)
50
75
50
75
32
32
50
50
75
40
40
50
75
50
75
32
32
50
50
75
40
40
Panjang pipa vent
(m)
Diameter Pipa Vent
(mm)
Diameter Pipa Vent Dipakai
(inchi)
0,4
1,4
0,4
1,4
3,0
3,0
0,4
0,4
1,8
0,5
5,3
0,4
1,4
0,4
1,4
3,0
3,0
0,4
0,4
1,8
0,5
1,5
40
50
50
50
50
50
50
50
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
65
1,25
2,0
2,0
2,0
2,0
2,0
2,0
2,0
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
90
Tabel 5.14 Diameter Pipa Ven Lantai 1 Shaft 2
Lantai 1
Shaft 2
Sistem
Jalur
Alat Plambing
UAP
Akumulasi UAP
Diameter pipa
minimum (mm)
Panjang pipa vent
(m)
Diameter Pipa Vent
(mm)
Diameter Pipa Vent Dipakai
(inchi)
Sistem 1
A23-A24
Floor Drain
0,5
0,5
40
16,6
40
1,25
A24-A25
Floor Drain
0,5
1
40
10,2
40
1,25
A25-A26
Floor Drain
1
2
50
0,4
40
1,25
A26-A27
Closet
4
6
75
1,4
50
2,0
A27-A28
Floor Drain
1
7
50
0,4
50
2,0
A28-A29
Closet
4
11
75
1,4
50
2,0
A30-A29
Lavatory
1
12
32
3,0
50
2,0
A31-A29
Lavatory
1
13
32
3,0
50
2,0
A29-A32
Pipa
13
50
0,4
50
2,0
A32-A33
Floor Drain
1
14
50
0,4
50
2,0
A33-A34
Closet
4
18
75
1,8
65
2,5
A34-A35
Urinal
4
22
40
0,5
65
2,5
A35-AB
Urinal
4
26
40
0,8
65
2,5
A36-A37
Lavatory
1
27
32
0,8
65
2,5
A38-AB
Lavatory
1
28
32
10,5
65
2,5
A38-A39
Sink
2
30
40
1,0
65
2,5
A40-AB
Lavatory
1
31
32
5,2
65
2,5
Sistem 2
Sistem 3
Sistem 4
Sistem 5
91
Tabel 5.15 Diameter Pipa Ven Lantai 2 Shaft 1
Lantai 2
Shaft 1
1
Diameter pipa
minimum (mm)
50
Panjang pipa vent
(m)
0,4
Diameter Pipa Vent
(mm)
40
Diameter Pipa Vent Dipakai
(inchi)
1,25
4
5
75
1,4
50
2,0
Floor Drain
1
6
50
0,4
50
2,0
B4-B5
Closet
4
10
75
1,4
50
2,0
B6-B5
Lavatory
1
11
32
3,0
50
2,0
B7-B5
Lavatory
1
12
32
3,0
50
2,0
Sistem
Jalur
Alat Plambing
UAP
Akumulasi UAP
Sistem 1
B1-B2
Floor Drain
1
B2-B3
Closet
B3-B4
Sistem 2
Sistem 3
Sistem 4
Sistem 5
B5-B8
Pipa
12
50
0,4
50
2,0
B8-B9
Floor Drain
1
13
50
0,4
50
2,0
B9-B10
Closet
4
17
75
1,8
65
2,5
B10-B11
Urinal
4
21
40
0,5
65
2,5
B11-B12
Urinal
4
25
40
5,3
65
2,5
B12-B13
Floor Drain
1
26
50
0,4
65
2,5
B13-B14
Closet
4
30
75
1,4
65
2,5
B14-B15
Floor Drain
1
31
50
0,4
65
2,5
B15-B16
Closet
4
35
75
1,4
65
2,5
B17-B16
Lavatory
1
36
32
3,0
65
2,5
B18-B16
Lavatory
1
37
32
3,0
65
2,5
B16-B19
Pipa
37
50
0,4
65
2,5
B19-B20
Floor Drain
1
38
50
0,4
65
2,5
B20-B21
Closet
4
42
75
1,8
65
2,5
B21-B22
Urinal
4
46
40
0,5
65
2,5
B22-BA
Urinal
4
50
40
1,5
65
2,5
92
Tabel 5.16 Diameter Pipa Ven Lantai 2 Shaft 2
Lantai 2
Shaft 2
Sistem
Jalur
Alat Plambing
UAP
Akumulasi UAP
Diameter pipa
minimum (mm)
Panjang pipa vent
(m)
Diameter Pipa Vent
(mm)
Diameter Pipa Vent Dipakai
(inchi)
Sistem 1
B25-B26
Floor Drain
1
1
50
0,4
40
1,25
B26-B27
Closet
4
5
75
1,4
50
2,0
B27-B28
Floor Drain
1
6
50
0,4
50
2,0
B28-B29
Closet
4
10
75
1,4
50
2,0
B30-B29
Lavatory
1
11
32
3,0
50
2,0
B31-B29
Lavatory
1
12
32
3,0
50
2,0
B29-B32
Pipa
12
50
0,4
50
2,0
B32-B33
Floor Drain
1
13
50
0,4
50
2,0
B33-B34
Closet
4
17
75
1,8
65
2,5
B34-B35
Urinal
4
21
40
0,5
65
2,5
B35-BB
Urinal
4
25
40
0,8
65
2,5
B38-B39
Sink
2
27
40
1,0
65
2,5
B39-BB
Lavatory
1
28
32
5,2
65
2,5
Sistem 2
Sistem 3
Sistem 4
93
Tabel 5.17 Diameter Pipa Ven Lantai 3 Shaft 1
Lantai 3
Shaft 1
Sistem
Jalur
Alat Plambing
UAP
Akumulasi UAP
Diameter pipa
minimum (mm)
Panjang pipa vent
(m)
Diameter Pipa Vent
(mm)
Diameter Pipa Vent Dipakai
(inchi)
Sistem 1
C1-C2
Floor Drain
1
1
50
0,4
40
1,25
C2-C3
Closet
4
5
75
1,4
50
2,0
C3-C4
Floor Drain
1
6
50
0,4
50
2,0
C4-C5
Closet
4
10
75
1,4
50
2,0
C6-C5
Lavatory
1
11
32
3,0
50
2,0
C7-C5
Lavatory
1
12
32
3,0
50
2,0
Sistem 2
Sistem 3
Sistem 4
Sistem 5
C5-C8
Pipa
12
50
0,4
50
2,0
C8-C9
Floor Drain
1
13
50
0,4
50
2,0
C9-C10
Closet
4
17
75
1,8
65
2,5
C10-C11
Urinal
4
21
40
0,5
65
2,5
C11-C12
Urinal
4
25
40
5,3
65
2,5
C12-C13
Floor Drain
1
26
50
0,4
65
2,5
C13-C14
Closet
4
30
75
1.4
65
2,5
C14-C15
Floor Drain
1
31
50
0,4
65
2,5
C15-C16
Closet
4
35
75
1,4
65
2,5
C17-C16
Lavatory
1
36
32
3,0
65
2,5
C18-C16
Lavatory
1
37
32
3,0
65
2,5
C16-C19
Pipa
37
50
0,4
65
2,5
C19-C20
Floor Drain
1
38
50
0,4
65
2,5
C20-C21
Closet
4
42
75
1,8
65
2,5
C21-C22
Urinal
4
46
40
0,5
65
2,5
C22-CA
Urinal
4
50
40
1,5
65
2,5
94
Tabel 5.18 Diameter Pipa Ven Lantai 3 Shaft 2
Lantai 3
Shaft 2
Sistem
Jalur
Alat Plambing
UAP
Akumulasi UAP
Diameter pipa
minimum (mm)
Panjang pipa vent
(m)
Diameter Pipa Vent
(mm)
Diameter Pipa Vent
Dipakai (inchi)
Sistem 1
C23-C24
Floor Drain
0.5
0.5
40
16,6
40
1,25
C24-C25
Floor Drain
0.5
1
40
10,2
40
1,25
C25-C26
Floor Drain
1
2
50
0,4
40
1,25
C26-C27
Closet
4
6
75
1,4
50
2,0
C27-C28
Floor Drain
1
7
50
0,4
50
2,0
C28-C29
Closet
4
11
75
1,4
50
2,0
C30-C29
Lavatory
1
12
32
3,0
50
2,0
C31-C29
Lavatory
1
13
32
3,0
50
2,0
C29-C32
Pipa
13
50
0,4
50
2,0
C32-C33
Floor Drain
1
14
50
0,4
50
2,0
C33-C34
Closet
4
18
75
1,8
65
2,5
C34-C35
Urinal
4
22
40
0,5
65
2,5
C35-CB
Urinal
4
26
40
0,8
65
2,5
Sistem 4
C36-C37
Lavatory
1
27
32
0,8
65
2,5
C38-CB
Lavatory
1
28
32
10,5
65
2,5
Sistem 5
C38-C39
Sink
2
30
40
1,0
65
2,5
C40-CB
Lavatory
1
31
32
5,2
65
2,5
Sistem 2
Sistem 3
95
Tabel 5.19 Diameter Pipa Ven Lantai 4 Shaft 1
Lantai 4
Shaft 1
Sistem
Jalur
Alat Plambing
UAP
Akumulasi UAP
Diameter pipa
minimum (mm)
Panjang pipa vent
(m)
Diameter Pipa Vent
(mm)
Diameter Pipa Vent
Dipakai (inchi)
Sistem 1
D1-D2
Floor Drain
1
1
50
0,4
40
1,25
D2-D3
Closet
4
5
75
1,4
50
2,0
D3-D4
Floor Drain
1
6
50
0,4
50
2,0
D4-D5
Closet
4
10
75
1,4
50
2,0
D6-D5
Lavatory
1
11
32
3,0
50
2,0
D7-D5
Lavatory
1
12
32
3,0
50
2,0
Sistem 2
Sistem 3
Sistem 4
Sistem 5
D5-D8
Pipa
12
50
0,4
50
2,0
D8-D9
Floor Drain
1
13
50
0,4
50
2,0
D9-D10
Closet
4
17
75
1,8
65
2,5
D10-D11
Urinal
4
21
40
0,5
65
2,5
D11-D12
Urinal
4
25
40
5,3
65
2,5
D12-D13
Floor Drain
1
26
50
0,4
65
2,5
D13-D14
Closet
4
30
75
1,4
65
2,5
D14-D15
Floor Drain
1
31
50
0,4
65
2,5
D15-D16
Closet
4
35
75
1,4
65
2,5
D17-D16
Lavatory
1
36
32
3,0
65
2,5
D18-D16
Lavatory
1
37
32
3,0
65
2,5
D16-D19
Pipa
37
50
0,4
65
2,5
D19-D20
Floor Drain
1
38
50
0,4
65
2,5
D20-D21
Closet
4
42
75
1,8
65
2,5
D21-D22
Urinal
4
46
40
0,5
65
2,5
D22-DA
Urinal
4
50
40
1,5
65
2,5
96
Tabel 5.20 Diameter Pipa Vent Lantai 4 Shaft 2
Lantai 4
Shaft 2
Sistem
Jalur
Alat Plambing
UAP
Akumulasi UAP
Diameter pipa
minimum (mm)
Panjang pipa vent
(m)
Diameter Pipa Vent
(mm)
Diameter Pipa Vent
Dipakai (inchi)
Sistem 1
D25-D26
Floor Drain
1
1
50
0,4
40
1,25
D26-D27
Closet
4
5
75
1,4
50
2,0
D27-D28
Floor Drain
1
6
50
0,4
50
2,0
D28-D29
Closet
4
10
75
1,4
50
2,0
D30-D29
Lavatory
1
11
32
3,0
50
2,0
D31-D29
Lavatory
1
12
32
3,0
50
2,0
Sistem 2
Sistem 3
Sistem 4
D29-D32
Pipa
12
50
0,4
50
2,0
D32-D33
Floor Drain
1
13
50
0,4
50
2,0
D33-D34
Closet
4
17
75
1,8
65
2,5
D34-D35
Urinal
4
21
40
0,5
65
2,5
D35-DB
Urinal
4
25
40
0,8
65
2,5
D38-D39
Sink
2
27
40
1,0
65
2,5
D39-DB
Lavatory
1
28
32
5,2
65
2,5
97
Tabel 5.21 Diameter Pipa Ven Lantai 5 Shaft 1
Lantai 5
Shaft 1
Sistem
Jalur
Alat Plambing
UAP
Akumulasi UAP
Diameter pipa
minimum (mm)
Panjang pipa vent
(m)
Diameter Pipa Vent
(mm)
Diameter Pipa Vent
Dipakai (inchi)
Sistem 1
E1-E2
Floor Drain
1
1
50
0,4
40
1,25
E2-E3
Closet
4
5
75
1,4
50
2,0
E3-E4
Floor Drain
1
6
50
0,4
50
2,0
E4-E5
Closet
4
10
75
1,4
50
2,0
E6-E5
Lavatory
1
11
32
3,0
50
2,0
E7-E5
Lavatory
1
12
32
3,0
50
2,0
Sistem 2
Sistem 3
Sistem 4
Sistem 5
E5-E8
Pipa
12
50
0,4
50
2,0
E8-E9
Floor Drain
1
13
50
0,4
50
2,0
E9-E10
Closet
4
17
75
1,8
65
2,5
E10-E11
Urinal
4
21
40
0,5
65
2,5
E11-E12
Urinal
4
25
40
5,3
65
2,5
E12-E13
Floor Drain
1
26
50
0,4
65
2,5
E13-E14
Closet
4
30
75
1,4
65
2,5
E14-E15
Floor Drain
1
31
50
0,4
65
2,5
E15-E16
Closet
4
35
75
1,4
65
2,5
E17-E16
Lavatory
1
36
32
3,0
65
2,5
E18-E16
Lavatory
1
37
32
3,0
65
2,5
E16-E19
Pipa
37
50
0,4
65
2,5
E19-E20
Floor Drain
1
38
50
0,4
65
2,5
E20-E21
Closet
4
42
75
1,8
65
2,5
E21-E22
Urinal
4
46
40
0,5
65
2,5
E22-EA
Urinal
4
50
40
1,5
65
2,5
98
Tabel 5.22 Diameter Pipa Ven Lantai 5 Shaft 2
Lantai 5
Shaft 2
Sistem
Jalur
Alat Plambing
UAP
Akumulasi UAP
Diameter pipa
minimum (mm)
Panjang pipa vent
(m)
Diameter Pipa Vent
(mm)
Diameter Pipa Vent
Dipakai (inchi)
Sistem 1
E25-E26
Floor Drain
1
1
50
0,4
40
1,25
E26-E27
Closet
4
5
75
1,4
50
2,0
E27-E28
Floor Drain
1
6
50
0,4
50
2,0
E28-E29
Closet
4
10
75
1,4
50
2,0
E30-E29
Lavatory
1
11
32
3,0
50
2,0
E31-E29
Lavatory
1
12
32
3,0
50
2,0
E29-E32
Pipa
12
50
0,4
50
2,0
E32-E33
Floor Drain
1
13
50
0,4
50
2,0
E33-E34
Closet
4
17
75
1,8
65
2,5
E34-E35
Urinal
4
21
40
0,5
65
2,5
E35-EB
Urinal
4
25
40
0,8
65
2,5
E38-E39
Sink
2
27
40
1,0
65
2,5
E39-EB
Lavatory
1
28
32
5,2
65
2,5
E40-E41
Lavatory
1
29
32
0,8
65
2,5
E41-EB
Lavatory
1
30
32
10,5
65
2,5
Sistem 2
Sistem 3
Sistem 4
Sistem 5
99
Tabel 5.23 Diameter Pipa Tegak Ven Shaft 1
Pipa Tegak Shaft 1
Lantai
Alat Plambing
UAP
Akumulasi UAP
Diameter pipa air
buangan (mm)
Panjang pipa vent
(m)
Diameter Pipa Vent
(mm)
Diameter Pipa Vent
Dipakai (inchi)
lt. 5 – 4
-
50
50
100
5
50
2,0
lt. 4 – 3
-
50
100
125
5
65
2,5
lt. 3 – 2
-
50
150
125
5
65
2,5
lt. 2 – 1
-
50
200
125
5
65
2,5
lt. 1-Septik Tank
-
50
250
150
5
65
2,5
Tabel 5.24 Diameter Pipa Tegak Ven Shaft 2
Pipa Tegak Shaft 2
Lantai
Alat Plambing
UAP
Akumulasi UAP
Diameter pipa air
buangan (mm)
Panjang pipa vent
(m)
Diameter Pipa Vent
(mm)
Diameter Pipa Vent
Dipakai (inchi)
lt. 5 - 4
-
30
30
100
5
50
2,0
lt. 4 - 3
-
28
58
100
5
50
2,0
lt. 3 – 2
-
31
89
100
3
50
2,0
lt. 2 – 1
-
28
117
125
5
65
2,5
lt. 1-Septik Tank
-
31
148
125
5
65
2,5
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
100
5.3 Anaerob Baffled Reaktor (ABR)
Sistem pembuangan yang digunakan untuk perencanaan gedung Sekolah Dasar 6
lantai ini adalah Sistem Tercampur. Pada sistem tercampur membutuhkan pengolahan air
buangan yang lebih kompleks. Pada dasarnya, pengolahan sistem air buangan
menggunakan septic tank, sedangkan pada gedung Sekolah Dasar ini menggunakan
Anaerob Baffled Reaktor (ABR). Lahan yang diperlukan dalam pengolahan air buangan
dengan menggunakan Anaerob Baffled Reaktor cukup luas dan cenderung besar. Anaerob
Baffled Reaktor berisikan semua cairan yang mengalir dari pipa air buangan.
Menggunakan sistem air buangan tercampur, biaya tidak akan membengkak pada
pengadaan pipa karena hanya membutuhkan satu sistem pipa buangan. Pada Anaerob
Baffled Reaktor mempunyai 2 zona yaitu zona bak penampung dan zona kompartemen.
Zona kompartemen meliputi asidifikasi, methanasi, dan buffer. Berikut perhitungan
Dimensi bak penampung Anaerob Baffled Reaktor.
5.3.1 Volume dan Dimensi bak penampung
Debit air buangan diperoleh dari perkalian antara laju timbulan air buangan
dan jumlah penghuni dibagi dengan 1000.
Debit air buangan =
=
�
�����
�
ℎ���
�
= 34,97 m3/hari
Td adalah waktu tinggal air buangan dalam bak penampung, diperoleh dari
pengurangan antara 1,5 dikurangi dengan 0,3 log selisih laju dan jumlah penghuni.
Td = 1,5 – 0,3 log (p-q)
= 1,5 – 0,3 log (777-45)
= 0,65 hari
Volume bak penampung diperoleh dari perkalian antara debit dan
waktu detensi.
Volume
= Q x td
= 34,97 m3/hari x 0,65 hari
= 22,73 m3
Jika tinggi bak direncanakan 2,75 meter, maka luas bak penampung adalah A =
22,73 m3 / 2,75 m = 8,26 m2 dan jika lebar bak penampung direncanakan 3 m, maka
panjang bak penampung adalah :
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
Panjang (p)
= 8,26 m2 : 3 m = 2.75 m
Cek V
= 2,75 m x 3 m x 2,75 m = 22,7 m3
t Freeboard
= 0,25 m → H aktual = 2,75 m + 0,25 m = 3 m
101
sehingga dimensi bak penampung adalah :
Panjang (p)
= 2,75 m = 2,8 m
Lebar (l)
=3m
Tinggi (t aktual)
=3m
V aktual
= 2,8 m x 3 m x 3 m = 25,2 m3
5.3.2 Volume dan Dimensi ABR :
• Kriteria Desain
Kecepatan upflow
= 1,5 m/jam
Bentuk
= persegi panjang
Freeboard
= 0,5 m
Waktu tinggal bak ABR= 2 hari = 48 jam = 172800 detik
• Perhitungan:
V total
= Q x td
= 34,97 m3/hari x 2 hari
= 69,94 m3
Jika tinggi (t) = 2.5 m, maka A (luas) = 27,98 m2.
Sedangkan panjang ABR diperoleh 27,98 m2/ 3 m = 9,33 m2
Cek V = 9,33 m x 3 m x 2,5 m = 69,98 m3
t freeboard = 0,5 m
H aktual = 2,5m + 0,5 m= 3 m
Sehingga dimensi ABR diperoleh
V aktual = 9,33 m x 3 m x 3 m = 83,97 m3
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
102
• Dimensi tiap kompartemen
Panjang (p)
= 9,33 :3
= 3,11 m
= 3,2 m
Vkompartemen
= 3,2 m x 3 m x 3 m = 28,8 m3
5.4 Roofdrain
Roofdrain merupakan salah satu alat drainase air hujan yang terletak di atap gedung
atau bangunan. Roofdrain berfungsi sebagai penyaring kotoran yang masuk ke dalam
saluran pembuangan agar tidak mampet/tersumbat.
5.4.1 Kriteria Perencanaan
Gambar 5.1 Intensitas Hujan Maksimum Bulan Juni 2014-2016
Gambar 5.1 Intensitas Hujan Maksimum Bulan Juni 2014-2016
Sumber : (Sudarsono, 2017)
Curah hujan Surabaya = 26,6 mm/jam = 0,0044 l/menit.
Kemiringan = 2 %
5.4.2 Perhitungan Roofdrain
Luas Segmen
L1= Persegi panjang = 28 x 8 = 224 m2
L2= Persegi panjang = 20 x 28 = 560 m2
L3= Persegi panjang = 28 x 8 = 224 m2
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
103
Tabel 5.25 Standar Pipa Roofdrain
Diameter
(inci)
Luasan Atap
(m2)
Volume
(liter/menit)
3(7,62 cm)
s.d 180
255
4(10,16 cm)
385
547
5(12,70 cm)
698
990
6(15,24 cm)
1135
1610
8
2445
3470
Sumber : Astutik, 2014
Berdasarkan tabel diatas, atap pada segmen 1 dan 3 dengan luas 224 m2
efektif jika menggunakan diameter 4 inchi dengan kapasitas 547 liter/menit.
Curah hujan
= Luas atap x curah hujan Surabaya
= 224 m2 x 0,026 m/jam.
= 5,824 m3/jam
= 582,4 l/menit
Maka, air hujan akan mengalir kebawah dalam waktu
T air ke sumur resapan
= 582,4 ; 547 = 1,06 menit
Berdasarkan table diatas, atap pada segmen 2 dengan luas 560 m2
efektif jika menggunakan diameter 5 inchi dengan kapasitas 990 liter/menit.
Curah hujan
= Luas atap x curah hujan Surabaya
= 560 m2 x 0,026 m/jam.
= 14,56 m3/jam
= 14560 l/menit
Maka, air hujan akan mengalir kebawah dalam waktu
T air ke sumur resapan
= 14560 ; 990 = 14 menit
Agar air hujan mengair ke bawah dengan optimal maka pada segmen 2
maka diperlukan roofdrain sebanyak 14 dengan diameter 5 inchi. Total
roofdrain yang dibutuhkan untuk gedung Sekolah Dasar enam lantai ini yaitu 2
buah roof drain 4 inchi dan 14 buah roof drain 5 inchi.
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
104
5.5 Sumur Resapan
Sumur resapan adalah salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa bangunan
yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman
tertentu. Sumur resapan berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang jatuh di atas
atap rumah dan sebagai media filtrasi air buangan sebelum dikeluarkan dan menyerap
dalam tanah. Sumur resapan pada gedung Sekolah Dasar ini mempunyai 2 pasokan yaitu
dari Anaerob Baffle Reaktor dan Roofdrain. Berikut adalah perhitungan debit sumur
resapan yang diperoleh dari penjumlahan debit Anaerob Baffle Reaktor dan debit
Roofdrain.
No
Pasokan Air
Q ST ( l/jam)
1
Anaerob Baffle Reaktor
839.28
2
Roofdrain
28.73
Total
868.01
Tabel 5.26 Debit Sumur Resapan
Jika diasumsikan lama pasokan air dalam sumur resapan (td) 1 hari, maka volume
sumur resapan diperoleh.
V Sumur Resapan
= Debit Sumur Resapan x td
= 868,01l/jam x 24 jam
= 20832,24 liter = 20,83 m3
• Dimensi sumur resapan
Diameter sumur resapan yang diinginkan (d) = 4 m
Luas sumur resapan yang didapat
A
= 0,25 x 3,14 x d
= 0,25 x 3,14 x 4
= 3.14 m2
Maka, kedalaman yang diperlukan adalah:
T
= V/A
= 20,83 m3 / 3,14 m2
T
=
7m
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
105
BAB VI
PERENCANAAN SISTEM FIRE HYDRANT
6.1 Penetuan Kebutuhan Air Fire Hydrant
Pada perencanaan suatu gedung yang baik dan sesuai dengan peraturan serta
standart K3, suatu gedung harus dilengkapi dengan fire hydrant. Dalam perencanaan
gedung sekolah dasar 6 lantai ini digunakan hydrant berbentuk sprinkler dan fire hose
reel. Direncanakan terdapat 2 post hydrant (hidran halaman) yang menyuplai air ke
hydrant dalam gedung (fire hose reel). Oleh karena kebutuhan air untuk kebakaran
merupakan kebutuhan yang sewaktu-waktu, maka sumber air dibedakan dengan sumber
air untuk air bersih pada gedung.
6.2 Sistem Fire Hydrant di Luar Gedung
Pada bagian luar gedung sekolah dasar dipasang post hydrant (hidran halaman)
dengan jumlah 2 buah. Dengan jangkauan post hydrant 30,5 m. Selang yang digunakan
untuk menyalurkan air pada post hydrant berdiameter 2,5 inchi. pemakaian fire hydrant
diasumsikan selama 30 menit. Dalam perencanaan ini digunakan kecepatan aliran dalam
pipa sebesar 2 m/detik, karena kecepatan tersebut merupakan kecepatan yang sering
digunakan dan mencukupi untuk mensuplai kebutuhan air.
Berikut adalah perhitungan post hydrant :
• Diameter nozzle
• Jangkauan alat (R)
= 2,5 inchi
= 6,35 cm
= 100 feet
= 30,5 m
• Kecepatan aliran dalam pipa = 2 m/detik (asumsi)
• Luas daerah jangkauan alat = π(2R)2
= x 3,14 x (2 x 30,5)2
= 2920,985 m2
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
106
• Debit air yang dialirkan tiap post hydrant :
Q
=AxV
=( x 3,14 x (0,06352)) x 2
= 0,00633 m3/s = 0,3798 m3/menit
• Kebutuhan air saat terjadi kebakaran = jumlah post hydrant x Q post hydrant x t
= 2 x 0,3798 m3/menit x 30menit
= 22,788 m3
• Total debit pengaliran untuk kebakaran (Qfh)
= 2 x 0,00633 m3/s
= 0,01266 m3/s
6.3 Sistem Fire Hydrant di dalam Gedung
Pada bagian dalam gedung sekolah dasar dipasang fire hose reel sebanyak 2 buah
tiap lantai yang diasumsikan pemakaian serentak sebanyak 2 buah. Selang yang
digunakan untuk menyalurkan air pada fire hose reel berdiameter 2,5 inchi. Diasumsikan
untuk kecepatan aliran dalam pipa 2 meter/detik.
Berikut perhitungan Fire Hose Reel :
• Diameter nozzle : 2,5 inch = 6,35 cm
• Kecepatan aliran dalam pipa : 2 m/s
• Debit yang dialirkan tiap alat (Q)
=AxV
= ( x x (0,06352)) x 2
= 0,00633 m3/s = 0,3798 m3/menit
• Kebutuhan air bila terjadi kebakaran = jumlah alat x Q tiap alat x waktu kebakaran
= 2 x 0,3798 m3/menit x 30 menit
= 22,788 m3
• Total debit pengaliran untuk kebakaran (Qfh)
= jumlah alat x Q tiap alat
= 2 x 0,00633 m3/s
= 0,01266 m3/detik
• Total debit air untuk kebakaran (dari post hydrant dan fire hose reel)
= Total debit post hydrant + total debit fire hose reel
= 0,01266 m3/s + 0,01266 m3/s
= 0,02532 m3/s
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
107
• Kebutuhan air untuk ground reservoir fire hydrant
= kebutuhan post hydrant + kebutuhan fire hose reel
= 22,788 m3 + 22,788 m3
= 45,576 m3
= 46 m3
Direncanakan ground reservoir untuk fire hydrant dipisah dengan ground reservoir
air bersih, sehingga dari kebutuhan air yang didapatkan dapat dihitung volume Ground
Reservoir sebagai berikut :
•
Volume Ground Reservoir = kebutuhan air untuk fire hydrant bila terjadi kebakaran
= 46 m3
•
Dari volume ini didapatkan :
Asumsi tinggi
= 3,5 m + Ruang Hampa
= 3,5 m + 0,5 m
=4m
•
V GR
=sxsxs
46 m3
=sxsx4
46 m3
= 4s²
11,5 m3
= s²
3,4 m
=s
Dari perhitungan didapatkan ;
Panjang
= 3,4 m
Lebar
= 3,4 m
Tinggi efektif
= 3,5 m
Tinggi free board
= 0,5 m
Tinggi total
=4m
6.4 Penentuan Dimensi Pipa Fire Hydrant
Gedung sekolah dasar berlantai 6 ini memiliki 2 buah post hydrant, direncanakan
sistem hydrant sejauh 1 meter dari dinding terluar gedung. Sedangkan fire hose reel yang
digunakan berjumlah 2 buah / lantai.
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
108
Tabel 6.1 Perhitungan Pipa Mendatar
Q
ƩQ
3
3
D Hitungan
D Terpakai
(m)
(m)
Daerah
1
X-A
0.006
0.006
2
0.003
0.063
0.076
2
2
B-C
0.006
0.006
2
0.003
0.063
0.076
2
C-D
0.006
0.013
2
0.006
0.090
0.114
1
(m /s)
V asumsi
A
No
(m /s)
2)
(m
V Check
6.5 Perhitungan Pipa Tegak Fire Hydrant
QB-B4
= 0,00633 m3/detik
vasumsi
= 2 m/detik
A =
�
Vasumsi
=
,
= 0,0032 m2
Diameter pipa
A
D
1
D2
4
4A
4 0,0032
0,064 m = 64 mm
3,14
Diameter sistem terpakai = 76 mm = 2 ⁄ inch
A check
1
1
D 2 3,14 0,064 2 0.0032 m2
4
4
vcheck =
Q 0,00633
2 m/detik
A
0.0032
Berikut merupakan hasil perhitungan dimensi pipa tegak fire hydrant:
Tabel 6.2 Perhitungan Dimensi Pipa Tegak Fire Hydrant
Q
No
Daerah
3
(m /s)
V
asumsi
A
2)
(m
D
Hitungan
(m)
D Terpakai
V Check
(m)
1
Pipa Tegak Lt. 1
0.006
2
0.003
0.063
0,14
2
2
Pipa Tegak Lt. 2
0.006
2
0.003
0.063
0,14
2
3
Pipa Tegak Lt. 3
0.006
2
0.003
0.063
0,14
2
4
Pipa Tegak Lt. 4
0.006
2
0.003
0.063
0,14
2
5
Pipa Tegak Lt. 5
0.006
2
0.003
0.063
0,14
2
6.6 Perhitungan Headloss Pipa
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
109
Untuk menentukan letak fire hydrant yang paling kritis adalah yang memiliki jalur
dengan kehilangan tekanan yang paling banyak. Adapun rumus yang digunakan yaitu :
Q1,85
xL
Hf =
( 0,2785 x D 2,63 x C )1,85
Keterangan
Q
= debit (m3/detik)
D
= Diameter pipa (m)
C
= 120 (Pipa baja karbon)
L
= Panjang Pipa (m)
Adapun contoh perhitungan kehilangan tekanan untuk fire hydrant adalah sebagai
berikut :
Jalur a-b
Qa-b = 0,00633 m3/detik
Da-b = 0,076 m
C
= 120
La-b = 12,4 m
Hf
=
Q1,85
xL
( 0,2785 x D 2,63 x C )1,85
0,00633 1,85
x 12,4
=
( 0,2785 x 0,076 2,63 x 120 )1,85
= 0,57 m
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
110
Tabel 6.3 Perhitungan Headloss Pipa Fire Hydrant
Q
D
L
Hf
(l/dtk)
(m)
(m)
(m)
A-B
0.006
0.076
120
12.4
0.570
B-C
0.006
0.076
120
69.05
3.172
C-D
0.006
0.114
120
10.97
0.067
Pipa Utama
0.00633
0.140
120
5
0.011
Pipa Tegak Lt. 1
0.00633
0.140
120
5
0.011
Pipa Tegak Lt. 2
0.00633
0.140
120
5
0.011
Pipa Tegak Lt. 3
0.00633
0.140
120
5
0.011
Pipa Tegak Lt. 4
0.00633
0.140
120
5
0.011
Pipa Tegak Lt. 5
0.00633
0.140
120
5
0.011
Jalur
C
6.7 Perhitungan Kapasitan Pompa Fire Hydrant
Pompa pada sistem fire hydrant digunakan untuk mensuplai air dari ground
reservoir ke alat-alat fire hydrant yang ada, yaitu post hydrant dan fire hose reel. Untuk
menentukan kapasitas pompa fire hydrant dengan menggunakan rumus :
HL pompa = Hstatic + Hf mayor + Hf minor + Hf kecepatan + Hf sisa tekan
Adapun contoh perhitungannya adalah sebagai berikut :
1.
Debit pemakaian alat (QT) = 0,02532 m3/detik
2.
V asumsi
= 2 m/detik
3.
A
=
QT
Vasumsi
=
0,02532
2
4.
DRP-a
=
=
= 0,01266 m2
4 xA
4x0,01266
3.14
= 0,127 m = 127 mm = 140 mm
5.
Head statis
= 20 m
6.
Head sisa tekan
= 8 m (standar umum, Babbit, 1960)
7.
Headloss yang terjadi
PLAMBI
PLAMBI
:
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
➢
➢
111
Mayor Losses = head loss akibat gesekan head loss terbesar yaitu 49,33 m
Minor Losses yang terjadi, meliputi :
• Head akibat 4 belokan 900 (K = 0,5)
K .v 2
Hm = 4
2g
0,5( 2) 2
=4
= 1,22 m
2
(
9
,
81
)
• Head akibat 1 gate valve (K = 0,13)
K .v 2
Hm =
2g
0,13(2) 2
= 0,027 m
=
2(9,81)
• Head akibat masuknya air dari ground reservoir ke pipa suction (K = 0,5)
Hm =
K .v 2
2g
0,5(2) 2
=
= 0,102 m
2(9,81)
• Head akibat 2 Tee (K = 0,4)
Hm =
K .v 2
2g
0,4(2) 2
= 0,016 m
=2
2(9,81)
Jadi, total Minor losses
= 1,22 m + 0,027 m + 0,102 m + 0,016 m
= 1,365 m
8.
Head akibat kecepatan
=
v2
2g
22
=
= 0,2039 m
2(9,81)
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
9.
Head total pompa = Hstatis + Mayor Losses + Minor Losses +
112
v2
+ H sisa tekan
2g
= 20 + 49,33 + 1,365 + 0,2039 + 8
= 78,9 m
Berdasarkan nilai Q yang diperoleh yaitu Q = 0,02532 m3/detik = 1,5192
m3/menit= 91,152 m3/jam. Maka dapat ditentukan pompa yang akan digunakan yaitu
sebagai berikut :
Tipe pompa = 125 x 100 – 500
dimana : 125 --- diameter isap
1450 rpm
100 diameter keluar
Sehingga dari tipe itu dapat ditentukan :
• Whp atau daya air yaitu energi yang secara efektif diterima oleh air dari
pompa per satuan waktu
xQx H
75
Whp =
=
1000 x 0,02532 x 78,9
75
= 26,64 Hp, dengan ketentuan 1 Hp = 0,746 kW
= 26,64 Hp x 0,7446
= 19,87 kW
• Bhp atau daya poros yaitu energi yang diperlukan untuk menggerakkan pompa
per satuan waktu.
Diasumsikan efisiensi pompa atau nilai η sebesar 90%, sehingga :
Bhp
=
=
Whp
19,87
0,9
= 22,1 kW
Dari nilai Whp dan Bhp pompa maka didapatkan besar daya pompa adalah 22 kW.
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
113
6.8 Sprinkler
6.8.1 Kriteria Perencanaan
•
Untuk kebakaran ringan :
Persyaratan kapasitas aliran dan tekanan
Penyediaan air harus mampu mengalirkan air dengan kapasitas 225 liter/menit
dan bertekanan 2,2 kg/cm2 ditambah tekanan air yang ekivalen dengan perbedaan
tinggi antara katup kendali dengan sprinkler tertinggi. Tekanan diukur pada katup
•
kendali.
Persyaratan kapasitas minimum penampung penyediaan air.
Kapasitas penampung di bawah ini mencakup semua penampung air untuk
sprinkler, termasuk alat kebakaran berukuran 20 mm atau 25 mm. Menurut SNI
3989 2000, menjelaskan bahwa waktu pengisian maksimum untuk tangki hidup
•
merupakan 30 menit unuk berbagai jenis.
Sistem Tangki Bertekanan
Untuk kebakaran ringan volume air yang dibutuhkan adaalah 7 m3. (SNI, 2000).
Karena menggunakan sistem tangki tekan, maka harus selalu diperhatikan
perbandingan udara dalam tangki agar tetap memiliki tekanan yang stabil saat
digunakanan. Perbandingan yang digunakan, yakni 1:3, 1:2, atau 2:3. Adapun
•
perencanaan kali ini menggunakan 1:3. (SNI, 2000)
Penempatan dan Letak Kepala Sprinkler.
Luas lingkup maksimum tiap kepala springkler untuk springkler dinidng
adalah 17 m2 dan sprinkler lainnya adalah 20 m2. Serta Perencanaan penempatan
kepala sprinkler maksimum berjarak 4,6 m satu sama lain . Namun dalam suatu
bagian khusus seperti, ruang langit-langit, ruang besmen, ruang ketel uap, dapur,
ruang binatu, gudang, ruang kerja bengkel, sirkulasi udara, penggilingan padi,
studio film, panggung pada gedung pertunjukan dan sebagainya luas maksimum
dibatasi menjadi 9 m3 tiap kepala sprinkler dan jarak maksimum antara kepala
springkler 3,7 meter (SNI, 2000).
Dalam perencanaan ini luas tiap kepala springkler menggunakan 3,7 meter
agar dapat mencakup seluruh jenis ruangan.
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
114
6.8.2 Perhitungan
a. Perhitungan Jumlah Sprinkler
Luas jangkauan tiap kepala sprinkler : 3,7 x 3,7 = 13,3 m2
Luas total gedung : 1080 m2
Segmen 1 : 2 x (28x 11) = 616m2
Segmen 2 : 20 x 22 = 440m2
Segmen 3 : 2 x (3x4) = 24m2
Jumlah sprinkler yang dibutuhkan :
Luas segmen : Luas jangkauan tiap kepala sprinkler
Segmen 1 = 616 : 13,3 = 46 buah
Segmen 2 = 440 : 13,3 = 33 buah
Segmen 3 = 24 : 13,3 = 2 buah
b. Penentuan Ukuran Sprinkler
Penentuan ukuran sprinkler didasarkan oleh jumlah sprinkler pada setiap
segmen (tabel 6.4)
Tabel 6.4 Penetuan Ukuran Sprinkler
Jumlah Spinkler
Inch
mm
2
1
25
3
1,5
32
4-5
1,5
40
6-10
2
50
11-30
2,5
65
31-60
3
75
61
4
100
Sumber:Panduan Pemasangan Sistem Sprinkler untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada
Bangunan dan gedung oleh Departemen Pekerjaan Umum Tahun 2002
Berdasarkan perhitungan luas segmen dan penentuan ukuran sprinkler diperoleh
Segmen 1 = 46 buah , ukuran sprinkler 3 inchi (Lantai 1 dan 2)
Segmen 2 = 33 buah , ukuran sprinkler 3 inchi (Lantai 3)
Segmen 3 = 2 buah , ukuran sprinkler 1 inchi (Lantai 4 dan 5)
11
14
20
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
115
BAB VII
BILL OF QUANTITY
Pada perencanaan sistem plambing gedung Sekolah Dasar membutuhkan barang dan
alat yang digunakan untuk membangun sistem plambing dari gedung tersebut. Maka dari itu
perlu dilakukan perhitungan jenis dan jumlah material yang diperlukan. Perhitungan jenis dan
jumlah material berdasarkan dari hasil perencanaan yang telah dibuat. Adapun
perhitungannya meliputi perpipaan dan aksesoris.
7.1 Pipa
Jenis pipa yang digunakan untuk sistem air bersih dan air buangan adalah pipa PVC.
Penggunaan pipa PVC tersebut dikarenakan pipa PVC tidak mudah terkorosi dan harga
yang terjangkau serta mudah didapatkan di pasaran. Untuk sistem fire hydrant
menggunakan pipa jenis baja karbon karena pipa jenis ini lebih kuat dan tahan terhadap
api sehingga ketika terjadi kebakaran pipa ini masih dapat berfungsi dengan baik. Adapun
perhitungan pengadaan pipa untuk keseluruhan gedung yaitu :
Tabel 7.1 Perhitungan BOQ pipa air bersih
No
Diameter
(mm)
Material
Satuan
Panjang
(m)
(m)
Jumlah
Batang
1
22
PVC
4
407.5
102
2
26
PVC
4
153
39
Jadi diameter pipa pada air bersih dengan diameter 22 mm jumlah barang yang
dibutuhkan sebanyak 102 buah. Pada diameter pipa 26 mm jumlah barang yang
dibutuhkan sebanyak 39 buah.
Tabel 7.2 Perhitungan BOQ pipa air buangan dan ven
No
Diameter
(mm)
Material
Satuan
Panjang
(m)
(m)
Jumlah
Batang
1
32
PVC
4
32
8
2
40
PVC
4
21
6
3
50
PVC
4
60
15
4
65
PVC
4
49.5
13
5
75
PVC
4
44.5
12
6
100
PVC
4
285
72
125
PVC
4
25
150
PVC
4
5
7
2
7
8
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
116
Jadi diameter pipa pada air buangan dan ven dengan diameter 32 mm jumlah barang
yang dibutuhkan sebanyak 8 buah. Pada diameter pipa 40 mm jumlah barang yang
dibutuhkan sebanyak 6 buah. Pada diameter pipa 50 mm jumlah barang yang dibutuhkan
sebanyak 15 buah. Pada diameter pipa 65 mm jumlah barang yang dibutuhkan sebanyak
13 buah. Pada diameter pipa 75 mm jumlah barang yang dibutuhkan sebanyak 12 buah.
Pada diameter pipa 100 mm jumlah barang yang dibutuhkan sebanyak 72 buah. Pada
diameter pipa 125 mm jumlah barang yang dibutuhkan sebanyak 7 buah. Pada diameter
pipa 150 mm jumlah barang yang dibutuhkan sebanyak 2 buah.
Tabel 7.3 Perhitungan BOQ pipa Fire Hydrant dan Sprinkler
No
Diameter
Material
(mm)
Satuan
Panjang
(m)
(m)
Jumlah
Batang
507
28
Baja Karbon
3
2
65
76
Baja Karbon
3
1520
81,45
3
114
Baja Karbon
3
10,97
4
4
140
Baja Karbon
3
25
9
1
Jadi diameter pada pipa fire hydrant dan sprinkler dengan diameter 65 mm jumlah
barang yang dibutuhkan sebanyak 507 buah. Pada diameter 76 mm jumlah barang yang
dibutuhkan sebanyak 28 buah. Pada diameter 114 mm jumlah barang yang dibutuhkan
sebanyak 4 buah. Pada diameter 140 mm jumlah barang yang dibutuhkan sebanyak 9
buah.
7.2 Aksesoris
Perhitungan aksesoris dalam perencanaan sistem plambing mencakup keseluruhan
aksesoris yang digunakan pada gedung. Adapun perhitungan BOQ aksesoris pada gedung
Sekolah Dasar sebagai berikut :
Tabel 7.4 Perhitungan BOQ aksesoris pipa air bersih, buangan dan ven
No
Aksesoris
Material
Jumlah
1
Elbow
PVC
804
2
Tee
PVC
300
3
Reducer
PVC
80
4
Gate Valve
PVC
20
Jadi aksesoris pipa yang dibutuhkan pada air bersih, buangan dan ven yaitu elbow
sebanyak 804 buah, tee sebanyak 300 buah, reducer sebanyak 80 buah, gate valve
sebanyak 20 buah.
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
117
Tabel 7.5 Perhitungan BOQ aksesoris pipa fire hydrant dan sprinkler
No
Aksesoris
Material
Jumlah
1
Elbow
Baja Karbon
55
2
Tee
Baja Karbon
218
3
Reducer
Baja Karbon
10
4
Gate Valve
Baja Karbon
2
Jadi aksesoris yang dibutuhkan pada fire hydrant dan sprinkler yaitu elbow sebanyak
55 buah, tee sebanyak 218 buah, reducer sebanyak 10 buah, gate valve sebanyak 2 buah.
7.3 Peralatan Plambing dan Pemadam Kebakaran
Perhitungan BOQ untuk peralatan pada ruang saniter dan pemadam kebakaran
sebagai berikut :
Tabel 7.6 Perhitungan BOQ peralatan saniter
No
1
2
3
4
5
6
Alat Plambing
Jumlah
Kloset (tangki gelontor)
45
Sink (kran ukuran 20mm)
14
Wastafel/Lavatory
53
Faucet (kran ukuran 13mm)
57
Urinal
30
Floor Drain
49
Jadi peralatan saniter yang dibutuhkan yaitu kloset sebanyak 45 buah, sink sebanyak
14 buah, wastafel/lavatory sebanyak 53 buah, faucet sebanyak 57 buah, urinal sebanyak
30 buah, floor drain sebanyak 49 buah.
Tabel 7.7 Perhitungan BOQ peralatan pemadam kebakaran
No
1
2
Post Hydrant
2
Fire Hose Reel
12
3
Sprinkler
60
Alat
Jumlah
Jadi peralatan yang dibutuhkan yaitu post hydrant sebanyak 2 buah, fire hose reel
sebanyak 12 buah, sprinkler sebanyak 60 buah.
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
118
7.4 Pompa
Keperluan pompa dalam perencanaan gedung Sekolah Dasar diperhitungkan sebanyak
2 buah pada sistem air bersih dimana 1 untuk air bersih dan 1 untuk cadangan. Sedangkan
pompa untuk fire hydrant sebanyak 1 buah karena fire hydrant hanya digunakan saat
terjadi kebakaran. Sehingga keseluruhan pompa yang digunakan berdasarkan uraian
tersebut sebanyak 3 buah.
7.5 Ground Reservoir
Berdasarkan hasil perhitungan ground reservoir yang direncanakan diperlukan
ground reservoir untuk air bersih dan ground reservoir untuk Fire Hydrant. Dimana
volume yang diperoleh ground reservoir air bersih yaitu 32,4 m3 dan fire hydrant yaitu 46
m3 .
7.6 Roof Tank
Adapun roof tank yang diperlukan dalam sistem plambing gedung Sekolah Dasar ini
yaitu sebanyak 1 buah dengan volume 40,4 m3.
7.7 Roof Drain
Adapun Roof Drain yang diperlukan yaitu sebagai berikut :
Tabel 7.8 Perhitungan BOQ Roof Drain
Diameter
Panjang
(inch)
(cm)
1
4
10.16
2
2
5
12.7
14
No
Jumlah
Jadi diameter yang di butuhkan roof drain pada diameter 4 inchi jumlah barang yang
dibuhkan sebanyak 2 buah. Pada diameter 5 inchi jumlah barang yang dibutuhkan
sebanyak 14 buah
7.8 Sumur Resapan
Sumur Resapan yang digunakan dalam gedung ini sebanyak 1 buah, terletak setelah
rangkaian Anaerob Baffle Reaktor dengan dimensi yang diinginkan 4m. Volume sumur
resapan 20,83 m3, dengan Tinggi 7m
7.9 Anaerob Baffle Reaktor (ABR)
ABR yang digunakan dalam gedung ini sebanyak 1 buah.
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
PLAMBING GEDUNG SEKOLAH DASAR
119
BAB VIII
DAFTAR PUSTAKA
Noerlambang, Soufyan Moh. Takeo Morimura.2000. Perancangan dan Pemeliharaan Sistem
Plambing. Jakarta : Pradnya Paramita.
SNI 03-1735-2000. Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan Dan Akses Lingkungan Untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung.
Babbit, Harold E. 1960. Plumbing. McGraw Hill Book Company. United States of America.
SNI 8153:2015. Sistem Plambing Pada Bangunan Gedung.
SNI 03-1736-2000. Tata Cara Perencanaan Sistem Protekasi Pasif Untuk
Pencegahan
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung.
SNI 03-1735-2000. Konservasi Energi Pada Selubung Bangunan.
SNI 03-2398-2002. Septic Tank
PLAMBI
PLAMBI
Program Studi Teknik Lingkungan UPN “VETERAN” JAWA TIMUR