Perspektif Kawasan dalam Studi Sejarah Islam— Asep Saefullah
Perspektif Kawasan dalam Studi Sejarah
Islam: Menggali Dinamika Umat Islam
dalam Konteks Kawasan
Asep Saefullah
Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan
Badan Litbang dan Diklat Kementeria Agama RI, Jakarta
This article is based on review on Sejarah Kawasan Dunia Islam, by Ajid
Thohir. The book summarizes the reality of the Islamic World in the real
context of Islamic society. It can provide early recognition for whom study
Islam in different regions. The study of it is becoming more and more interesting when looking at each geo-political region faced global accumulation, how they raise local ideology and establish the boundaries of geopolitics and geography, as well as identity and modernity. The study of
Islamic history reveals various aspects of the life of Muslim communities in
the local context necessitates a fair view of the Muslim community at the site
concerned, but again shows the diversity in unity.
Key words: Islamic Word, region history, geo-politic, Islamic studies
Tulisan ini merupakan hasil telaah atas buku Studi Kawasan Dunia
Islam, karya Ajid Thohir. Buku ini menyajikan secara ringkas mengenai realitas dunia Islam dalam konteks yang sesungguhnya. Ini dapat memberikan
pengenalan awal bagi orang yng memperlajari Islam di berbagai kawasan.
Studi mengenai hal ini menjadi semakin menarik ketika melihat masingmasing wilayah geo-politik dihadapkan pada akumulasi global, bagaimana
mereka memunculkan ideologi lokal dan membangun batas-batas geo-politik
dan geografinya, serta menunjukkan identitas dan modernitasnya. Kajian sejarah Islam yang mengungkap berbagai aspek kehidupan masyarakat Muslim
dalam konteks lokalnya meniscayakan pandangan yang adil bahwa masyarakat Muslim di lokasi bersangkutan, tetapi lagi-lagi menunjukkan adanya
keragaman dalam kesatuan.
Kata kunci: Dunia Islam, sejarah kawasan, geo-politik, kajian Islam
447
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 10, No. 2, 2012: 447 - 462
Pendahuluan
“Dalam rentang perjalanan sejarah, Islam terbukti mampu memberikan
pengaruh yang signifikan pada budaya dan bahasa di berbagai kawasan di
dunia. Islam, sebagai agama yang selalu sesuai untuk segala tempat dan
masa, menjadi unsur paling dominan dalam kehidupan berbagai bangsa dan
wilayah di dunia. Bagaimana islam di setiap wilayah dan negara dari beberapa kawasan di dunia dibahas panjang lebar di dalam buku ini, baik dari su1
dut etnolinguistik-historik maupun geopolitik.”
Studi Islam kawasan tergolong jenis kajian Islam yang relatif
baru di Indonesia. Dalam disiplin ilmu sejarah, lebih tepatnya historiografi, setidaknya ada dua pendekatan dalam penulisan sejarah,
yaitu sejarah konvensional atau sejarah naratif dan sejarah modern
atau sejarah analisis.2 Studi Islam kawasan dapat dikatakan termasuk dalam kategori penulisan sejarah analisis. Model penulisan sejarah seperti ini sesungguhnya telah dikembangkan oleh ilmuwan
Islam terkemuka Ibnu Khaldun dalam karyanya yang monumental
Kit±b al-‘Ibar wa D³w±n al-Mubtada' wa al-Khabar fi Ayy±m al‘Arab wa al-‘Ajam wa al-Barbar wa man Siw±hum min ªaw asSul¯±n al-Akbar sebagaimana ia jelaskan metodologinya dalam Muqaddimah-nya. Hal ini antara lain dikemukakan oleh Badri Yatim
demikian:
“Dalam karyanya itu, Ibnu Khaldun berupaya menekankan interpretasi kultural terhadap sejarah. Mungkin karakteristik terpenting dari metode Ibnu
1
Bagian dari sinopsis buku Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam: Perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009) dalam
http://www.bookoopedia.com/daftar-buku/pid-28389/studi-kawasan-dunia-islam.
html. diakses 6 Agustus 2010.
2
Sejarah naratif adalah sejarah cerita tentang “apa, siapa, kapan, di mana, dan
bagaimana sesuatu telah terjadi” yang disampaikan secara deskriptif-naratif, apa
adanya. Sedangkan sejarah analisis disebut pula sejarah kritis atau sejarah ilmiah
adalah penulisan peristiwa masa lampau yang tidak hanya menceritakan apa adanya, tetapi juga menganalisis berbagai fakta dan data tentang peristiwa itu dengan
menggunakan teori dan metodologi tertentu. Model ini berupaya memberikan pemaknaan terhadap suatu peristiwa dengan mengkaji sebab-musabab, kondisi lingkungan, konteks sosial-budaya, dan juga konteks zamannya berdasarkan teori dan
metodologi yang telah ditentukan tersebut. Dudung Abdurahman, “Pendekatan
Sejarah dalam Penelitian Agama”, http://uin-suka.info/ejurnal/ index.php?option=com_content&task=view&id=89&Itemid=52. Diakses 9 Agus- tus 2010. Lihat
juga Taufik Abdullah (Ed.), Sejarah Lokal di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 1985), Cet. II, h. 1-34, khususnya h. 24-25.
448
Perspektif Kawasan dalam Studi Sejarah Islam— Asep Saefullah
Khaldun adalah perhatiannya yang besar terhadap hukum-hukum sosial, fenomena-fenomena historis tunduk padanya. Fenomena sejarah, menurut Ibnu
Khaldun dikendalikan oleh hukum-hukum tetap yang konstan, seperti halnya
fenomena-fenomena alam. Ini berarti bahwa setiap peristiwa pasti memiliki
3
karakter dan kondisi-kondisi spesifik.”
Identitas Buku dan Pengarang
Buku ini berjudul Studi Kawasan Dunia Islam: Perspektif EtnoLinguistik dan Geo-Politik, karya Ajid Thohir, diterbitkan oleh
Rajawali Pers, Jakarta, tahun 2009 (Cetakan I). Buku ini berukuran
13.5 x 21 cm, dengan jumlah halaman xviii + 426, termasuk bibliografi dan riwayat pengarang.
Pengarang buku ini adalah Ajid Thohir, lahir di Serang Banten
pada 14 April 1968. Pendidikan tingkat dasar diselesaikannya di
dua sekolah pada tahun 1981, yaitu SD Negeri Beberan I Serang
dan MI Al-Khiriyah Cabang Citangkil Kaserangan. Ia melanjutkan
ke MTs Nurul Huda Kampung Sawah Baros, kemudian PGAN
Serang dan tamat tahun 1987. Pria yang pernah belajar Al-Qur’an,
nahwu-saraf, teologi, fikih, dan akhlak kepada keluarga besar K.H.
Moh. Siddik, kakeknya sendiri—seorang pengamal tarekat Qadiriyah-Naqsyabandiyah—ini melanjutkan studinya pada jenjang S1
Jurusan dan Sejarah Kebudayaan Islam (1987-1992) dan S2 konsentarasi Studi Masyarakat IslamIslam (1992-2000), keduanya di
IAIN-sekarang UIN-Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung. Sedangkan jenjang S3-nya ditempuh di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
dengan disertasi berjudul Kitab Manaqib Syaikh Abdul Qadir alJilani dalam Perspektif Historiografi Islam.
Ajid Thohir adalah pengampu mata kuliah Sejarah Peradaban
Islam (SPI) di UIN SGD Bandung, di samping mata kuliah lain
yang berkaitan dengan SPS, seperti Studi Islam Kawasan, Filsafat
Sejarah, dan Historiografi Islam. Ia juga sebagai Team Teaching
mata kuliah SPI di Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2006-2007 dan staf pengajar pada Pascasarjana UIN SGD Bandung. Selain itu, ia juga menjabat sebagai Pembantu Rektor I (Bidang Akademik) di IAILM Ponpes Suryalaya Tasikmalaya. Ia juga
aktif dalam berbagai seminar, baik sebagai pembicara maupun pe3
Badri Yatim, “Pendekatan Ibnu Khaldun dalam Penulisan Historiografi dan
Sejarah Analisis“ dalam Jurnal Lektur Keagamaan, 4(1), Jakarta; Puslitbang
Lektur Keagamaan, 2006, h. 103.
449
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 10, No. 2, 2012: 447 - 462
serta. Sebagai pembicara antara lain dalam “Program Studi Pustaka
dan Pengembangan Wawasan Keulamaan dan Kurikulum Pesantren
se-Indonesia” yang diselenggarakan oleh Direktorat PK Pontren
Departemen (skr. Kementerian) Agama RI pada 4-23 September
2005 dan “Seminar Penguatan Keluarga Muslim dalam Menghadapi Globalisme Budaya” di LK3 Madani UIN Sultan Syarif Kasim
Riau pada 26 Juli 2008. Sedangkan sebagai peserta, yaitu pada
Musyawarah Nasional Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam seIndonesia, diselenggarakan oleh IAIN Sunan Ampel Surabaya pada
5-9 April 2001.
Selain aktif mengajar dan mengikuti seminar, Ajid Thohir juga
aktif menulis, baik atikel dalam jurnal maupun buku yang diterbitkan. Salah satu bukunya yang berjudul Islam di Asia Selatan (Bandung: Humaniora, 2005) bahkan merupakan karya penelitian terbaik dan mendapat Grand Award pada tahun 2007 dari Departemen
Agama (sek. Kementerian Agama). Karya-karyanya lebih banyak
terpusat pada tema-tema yang berkaitan dengan fenomena global
dan lokal tentang aspek-aspek sejarah, kebudayaan, dan historiografi Islam. Beberapa tulisannya diterbitkan dalam jurnal Dalektika
Budaya, Fakultas Adab UIN Bandung dan Hadid di IAILM Suryalaya Tasikmalaya. Adapun buku-bukunya antara lain:
1. Studi Kawasan Dunia Islam: Perspektif Etno-Linguistik dan
Geo-Politik (Rajawali Pers, Jakarta, 2009), buku yang sedang
direview sekarang.
2. Gerakan Politik Kaum Tarekat;
3. Kehidupan Umat Islam pada Masa Rasulullah Saw.;
4. Perkembangan Peradaban di Kawasan DUnia Islam;
5. Islam di Asia Selatan (Bandung: Humaniora, 2005), peraih
Grand Award Depag tahun 2007.
6. Sistem dan Pola Pendidikan Sufi, sebagai editor terjemahan
karya Syekh Abdul Wahhab al-Sya’rani;
7. Syarh Ushul al-Khamsah, sebagai anggota Team Penerjemah
(hingga 2009 belum terbit), dan
450
Perspektif Kawasan dalam Studi Sejarah Islam— Asep Saefullah
8. Beberapa Wacana Filsafat Sejarah Sepanjang Masa, sebagai
editor terjemahan karya Hans Meyyerhoff (hingga 2009 belum
terbit).4
Uraian Ringkas Isi Buku
Buku ini dimulai dengan pengantar ahli, seorang guru besar sejarah dan cendekiawan Muslim, Prof. Dr. Azyumardi Azra, dengan
judul “Sejarah Islam Kawasan” (h. iii-ix). Selanjutnya secara berturut-turut adalah Bab 1 Pendahuluan (1-40), Bab 2 Epistemologi
Etnolinguistik-Historik dan Geopolitik (41-108), Bab 3 Tipologi
Kawasan Timur Tengah (The Middle Eastern) (109-180), Bab 4 Tipologi Kawasan Irano-Persia (181-222), Bab 5 Tipologi Kawasan
Turki (223-254), Bab 6 Kawasan Afrika Hitam (255-322), dan Bab
7 Kawasan Melayu (323-405), serta diakhiri dengan Bab 8 Penutup
(406-410), Daftar Pustaka (411-422), dan Riwayat Hidup Penyusun
(423-425).
Pada Bab I dan II dijelaskan beberapa kerangka teori dan konsep yang terkait dengan pembahasan selanjutnya pada buku ini.
Pada Bab Pendahuluan misalnya dijelaskan tentang “Studi Islam
Kawasan”, yaitu sebagai kajian tentang berbagai area di wilayah
Dunia Islam dengan berbagai pranatanya, pertumbuhan dan perkembangannya, ciri-ciri dan karakter kebudayaan di masing-masing
kawasan, dan faktor-faktor yang menyebabkan munculnya ciri-ciri
dan karekter tersebut. Di samping itu, aspek-aspek geografis, demografis, historis, bahasa dan perkembangan sosial budaya di setiap
kawasan adalah objek kajian ini secara formal.5 Tentang problematika, tujuan dan kegunaan, dan paradigma dalam Studi Islam kawasan juga dijelaskan dalam pendahuluan, di samping tentang metodologi dan ilmu bantunya. Adapun metodologi yang digunakannya adalah gabungan antara pendekatan diakronik (periodik) dan
sinkronik (melebar), yang dimaksudkan “untuk mempermudah mengenali dari dekat berbagai tipologi keragaman objek yang ditelit”.6
Di bagian pendahuluan dijelaskan pula model pemetaan kawasan
4
Biografi pengarang (Ajid Thohir) diambil dari “Riwayat Penulis” dalam
buku Studi Kawasan Dunia Islam, h. 423-425.
5
Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam, h. 2.
6
Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam, h. 28.
451
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 10, No. 2, 2012: 447 - 462
yang memandu keseluruhan pembaban pada buku ini, dan diakhiri
dengan pembahasan tentang bacaan dan sumber penulisan buku ini.
Sebagaimana pada Bab Pendahuluan, Bab 2 juga masih menyajikan beberapa istilah dan kerangka koseptual seputar pendekatan
yang digunakannya, yaitu tentang etnolingistik-histroik dan geopolitik dengan judul bab “Epistemologi Etnolinguistik-Historik dan
Geopolitik”. Etnolingistik misalnya, dijelaskan sebagai “segala sesuatu yang berkaitan dengan karakteristik bahasa yang digunakan
atau dimiliki oleh sekelompok etnik atau ras manusia dalam lingkup wilayah kebudayaannya.”7
Hal penting yang dibahas dalam Bab 2 adalah tentang sejarah
studi kawasan. Pengarang menjelaskan bahwa di kalangan umat Islam, tema ini bukan sesuatu yang asing. Banyak sejarahwan dan ilmuwan Muslim yang telah menulis tema ini, sebut misalnya Futuh
al-Buldan-nya al-Baladzuri (w. 892 M), al-Buldan-nya al-Ya’qubi
(w. 292 H), Muruj al-Zahab-nya al-Mas’udi (w. 956 M), Kitab alHind-nya al-Biruni yang ditulis tahun 1017 M, dan Aja’ib al-Asar fi
Tarajim wa al-Akhbar-nya Ibnu al-Azim (w. 1262).8 Demikian juga
tentang Indonesia, “… mata kuliah ’Wawasan Nusantara’ yang diajarkan di perguruan-perguruan tinggi, tampaknya telah mengacu
pada kenyataan tentang kesadaran memelihara eksistensi geografis
wilayah Indonesia temasuk karakter sosial budayanya.”9
Masalah yang tak kalah pentingnya pada Bab 2 adalah tentang
“batasan atau ruang lingkup” buku ini. Pengarang menjelaskan demikian, “Untuk kepentingan saat ini, penulis memandang perlu dua
model yang harus digunakan dalam studi kawasan Dunia Islam—
dengan tanpa mengecilkan model yang lain tentunya, yakni pendekatan etno linguistic-historik atau regionalisme budaya dan geopolitik, atau regionalisme geografis yang spesifik nanti bisa disebut
wilayah-wilayah nasionalisme.”10
Setelah panjang lebar menjelaskan aspek metodologis, baik kerangka teoritis maupun ruang lingkupnya (1-108),11 pada bab-bab
Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam, h. 41.
Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam, h. 43-46
9
Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam. H. 47
10
Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam, h. 92.
11
Selain merumuskan istilah dan batasan studi kawasan Dunia Islam, Bab 2
menjelaskan lebih dalam tentang “Hubungan Perkembangan Bahasa dan Etnis”,
7
8
452
Perspektif Kawasan dalam Studi Sejarah Islam— Asep Saefullah
selanjutnya baru disajikan tema pokok buku ini, yakni Islam di berbagai kawasan. Secara berurutan, Bab 3 tentang “Tipologi Kawasan
Timur Tengah (The Middle Eastern)”, Bab 4 “Tipologi Kawasan
Irano-Persia”, Bab 5 “Tipologi Kawasan Turki”, Bab 6 “Kawasan
Afrika Hitam”, dan Bab 7 “Kawasan Melayu”. Pembahasan pada
bab-bab tersebut disarikan secara padat pada Back Cover buku ini
sebagai berikut:
“… Setiap area etno-linguistik muslim sebagai wilayah kebudayaan dan peradaban Islam seperti Arab, Persia, Turki, Melayu, Afrika Hitam, Asia Selatan,
dan lain-lain, secara umum terbentuk oleh dorongan kekuatan karakteristik
etnik dan ras, pengalaman dan kesadaran sejarah, bahasa dan makanan yang
digunakan, serta dinamika kependudukan dan geografi yang ditempatinya.
Pada awal abad ke 20 fenomena Islam sebagai doktrin dan upaya realisasinya
di masing-masing kawasan etno-linguistik Islam tersebut menjadi semakin
variatif dan menunjukkan keunikannya, ketika sejumlah kesadaran nasionalisme (geo-politik) mucul di setiap kawasan kebudayaan...” (lihat Back Cover)
Pada Bab Penutup, sebelum kesimpulan, pengarang menyampaikan pesan untuk “Menuju Dunia Islam yang Bersatu dan Maju”.
Ia menulis: “.. Negara-negara yang lebih kaya dan lebih kuat harus
mau berperan aktif dalam menolong saudara-saudara mereka yang
miskin dan tertinggal…” agar kaum Muslimin secara bersama-sama
dapat memainkan peranannya yang signifikan di tingkat internasional.12 Sedangkan pada subbab kesimpulan, pengaran menyatakan
bahwa seluruh gegap-gempita dan dinamika di setiap kawasan dunia Islam, sebagaiamana diuraikan dalam buku ini, tiada lain merupakan manifestasi wahyu Islam dalam dunia nyata; sesuatu yang
transenden dibumikan, dan yang profan disinari “cahaya” dari
langit. Ia juga menyatakan perlunya mengembangkan buku ini sebab masih ada banyak hal yang berlum ter-cover di dalamnya, mi-
“Kompleksitas Bahasa dan Perkembangan Ilmu Bahasa”, “Studi Etnolinguistik;
Kasus Bahasa Melayu”, “Kaitan Studi Etnis, Ras, Bangsa, dan Kebudayaannya”,
“Etnolinguistik dan Geopolitik Sebagai Model Pemetaan”, “Kawasan Islam di
Dunia Intenasioanal”, “Model Kajian Konvensional, Vertikal, dan Horizontal”,
“Model Kajian Ciri-ciri Khusus”, “Nasionalisme; Realitas Baru, Pemetaan
Kawasan Dunia Islam”, “Regionalisme Wilayah Budaya Islam”, dan “Membangun Kesadaran Sejarah Wilayah”.
12
Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam, h. 409.
453
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 10, No. 2, 2012: 447 - 462
salnya kelompok-kelompok Muslim minoritas di Rusia, Amerika
Serikat, Jepang, Korea, Cina, dan termasuk di Eropa.13
Ulasan
Beberapa pujian atas buku ini telah disampaikan beberapa pihak. Tidak berlebihan, karena buku sejarah Islam, apalagi yang ditulis oleh Muslim Indonesia, dengan menggunakan pendekatan kawasan termasuk sangat langka, jika tidak dapat dikatan belum pernah dilakukan. Cukup kiranya dikutipkan beberapa pujian dimaksud sebagaimana dapat ditemukan dalam sampul buku ini maupun
pada back cover-nya. Pada back cover dinyatakan demikian,
“Karya ini menyajikan secara komprehensif mengenai realitas dunia Islam
dalam konteks yang sesungguhnya. Pernyataan dalam al-Qur'an tentang entitas ras, warna kulit manusia dan bahasa yang disandangnya (Q.S. Rum:22,
Q.S. al-Hujurat:13, dan lain-lain) serta bagaimana proses penciptaan dan pencitraan munculnya sebuah wilayah kebudayaan dan peradaban Islam akibat
akumulasi yang sangat kompleks, dijelaskan secara konkret dan faktual...
Studi mengenai hal ini menjadi semakin menarik ketika melihat masingmasing wilayah geo-politik dihadapkan pada akumulasi global, bagaimana
mereka memunculkan ideologi lokal dan membangun batas-batas geo-politik
dan geografinya, serta menunjukkan identitas dan modernitasnya. Bagaimana
kekuatan setiap etnis muslim bisa menghubungkan dan merangkum berbagai
kepentingannya dalam pengembangan ekonomi, politik, budaya, gender,
identitas lokal, termasuk gerakan keagamaannya. Potret tentang arah perkembangan dan dinamika kelompok-kelompok etnik muslim dalam batas-batas
etno-linguistik dan geo-politiknya, jelas masih memerlukan kecermatan dan
studi yang sungguh-sungguh...“ (Back Cover).
Di bagian sampul buku dikutipkannya dari Rajawali Post sebagai berikut, “Sajian konseptual dikemas dalam bahasa yang ringan,
dilengkapi dengan teori-teori kajian yang aplikatif sehingga secara
praktis topik-topik pembahasannya dapat dilihat dalam perkembangan dunia Islam dewasa ini. Lebih dari itu, lewat buku ini, Anda
secara tidak langsung diajak berkenalan dengan 'saudara' Anda
yang berada di kawasan lain, yang berbeda bahasa, tradisi, dan adat
istiadatnya.” 14
13
14
454
Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam, h. 409.
Lihat Sampul buku Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam.
Perspektif Kawasan dalam Studi Sejarah Islam— Asep Saefullah
Demikian juga pernyataan dari pengantar buku ini, Azyumardi
Azra, demikian “...karya ini telah mengantarkan pada sebuah pendekatan dan pengkajian sejerah yang berimbang, kajiannya tidak
lagi memusatkan pada kajian yang sentralistik, tapi memosisikan
semua wilayah Islam berada dalam keragaman dan kesatuannya..."
(Back Cover).
Kutipan-kutipan di atas sengaja ditampilkan kembali untuk menunjukkan bahwa bagaimanapun buku ini memiliki posisi penting
dalam penulisan sejarah Islam, khususnya di Indonesia. Meskipun
bukan sesuatu yang baru, namun hadirnya buku ini sangat dibutuhkan, terlebih bagi mahasiswa Jurusan Sejarah Peradaban Islam di
PTAI maupun jurusan dan fakultas lain yang terkait, baik di PTAI
maupun di Perguruan Tinggi Umum, misalnya Jurusan Ilmu Politik
Islam, Hubungan Internasional, Kajian Timur Tengah, Islamic Studies, dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Bahkan dalam sebuah
situs internet, buku ini dianggap “referensi wajib bagi mahasiswa
jurusan Sejarah Peradaban Islam, Jurusan Perbandingan Agama dan
Filsafat Islam, Jurusan Sastra dan Hubungan Internasional.”15
Di kalangan penulis sejarah maupun sejarahwan, perspektif kawasan dalam kajian sejarah Islam baru marak dikembangkan pasca
Perang Dunia II. Akan tetapi, model kajian sejarah seperti ini telah
“memosisikan semua wilayah berada dalam keragaman dan kesatuan”.16 Contoh yang sangat baik untuk karya sejarah yang memerhatikan karakteristik dan kekhasan lokal sebagai satu kesatuan dalam
keragama antara lain adalah The Venture of Islam karya Marshall
G. Hodgson. Menurut Mulyadhi Kartanegara, “pengarangnya telah
dengan baik sekali menyajikan sejarah dan peradaban Islam dala
karyanya itu dalam sautu kesatuan pandangan ‘holistik’, sehingga
sangat terasa betapa bersatunya Islam dalam setting budaya dan
historisnyanya, suatu kesatuan yang mengatasi segala macam keanekaan rasial dan kultural dari para pemeluknya…”17. Buku lain
yang dapat disebut adalah A History of Islamic Societies karya Ira
M. Lapidus. Pengarangnya sendiri menjelaskan,
15
http://www.belbuk.com/studi-kawasan-dunia-islam-p-7740.html, diakses 6
Agustus 2010.
16
Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam, h. vii.
17
Marshal G.S. Hodgson, The Venture of Islam, (Buku Kedua) terj. Mulyadhi
Kartanegara, (Jakarta: Paramadina, 2002), h. xi,
455
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 10, No. 2, 2012: 447 - 462
“… Our history of Islam is the history of a dialogue between the realm of religious symbols and the world of every day reality, a history of the interaction
between Islamic values and the historical experiences of Muslim peoples that
has shaped the formation of a number of different but interrelated Muslim
societies.”18
Selain kedua buku yang ditulis oleh sarjana Barat tersebut, contoh lain buku sejarah yang membahas berbagai aspek masyarakat
Muslim adalah karya sarjana Muslim, Hasan Ibrahim Hasan, yang
berjudul Tarikh al-Islam al-Siyasi wa al-Dini wa al-Saqafi wa alIjtima‘i. Secara ringkas, pengarang buku ini menjelaskan bahwa
buku ini membahas berbagai aspek, yakni politik, agama, budaya,
dan sosial, yang dimaksudkan agar pembaca mudah mengamati pelbagai peristiwa penting dan fenomena peradaban Islam, khususnya
pada periode yang dibicarakan.19 Terakhir, buku Sejarah Peradaban Islam karya Badri Yatim, Guru Besar Sejarah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang baru saja wafat tahun 2009 lahu, patut disebutkan di sini. Buku ini, meskipun disusun berdasarkan silabus
mata kuliah Sejarah Peradaban Islam di lingkungan Perguruan
Tinggi Agama Islam (PTAI), tetapi dapat menjadi contoh penulisan
sejarah. Betapapun ringkas pembahasannya, buku ini sangat padat
isi, apalagi disertai rujukan yang melimpah sehingga menjadikannya sering dirujuk dan memudahkan para pembaca untuk melacak
sumber aslinya.20
Lihat Ira M. Lapidus, A History of Islamic Societies, (Cambridge:
Cambridge University Press, 1998), h. xx. Buku ini telah diterjemahkan oleh
Ghufron A. Mas’adi, Sejarah Sosial Umat Islam, dalam dua jilid (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2000). Terjemahan kutipan di atas: “Sejarah Islam yang
kita bahas ini merupakan sejarah dalogis antara ‘dunia’ simbol agama dan ‘dunia’
yang nyata ini, yakni sejarah interaktif antara nilai-nilai Islam dengan sejarah
kehidupan masyarakat Muslim yang membentuk berbagai formasi yang berbedabeda, namun tetap menjadikan mereka sebagai masyarakat Muslim.” (h. viii).
19
Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islam al-Siyasi wa al-Dini wa al-Saqafi
wa al-Ijtima‘i, Juz IV, (Kairo: Maktab al-Nahdah al-Misriyah, 1967), h. ( وv).
Kitab ini terdiri atas tujuh juz (jilid) yang isinya dibagi berdasarkan periodisasi
sejarah Islam. Juz keempat ini membahas periode Abbasiyah Kedua, yang dimulai dari masa kekuasaan Dinasti Saljuk (447 M.) sampai dengan runtuhnya
Bagdad akitab serbuan bangsa Mongol (Tatar) tahun 656H/1258 M.
20
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
1999)
18
456
Perspektif Kawasan dalam Studi Sejarah Islam— Asep Saefullah
Tulisan ini tentu tidak hendak membandingkan sepenuhnya
antara buku-buku di atas dengan buku yang sedang kita review ini.
Setidaknya, buku-buku di atas memperlihatkan bahwa kajian sejarah Islam yang mengungkap berbagai aspek kehidupan masyarakat
Muslim dalam konteks lokalnya tidak “memarjinalkan” masyarakat
Muslim di lokasi bersangkutan, tetapi lagi-lagi menunjukkan adanya keragaman dalam kesatuan. Inilah salah satu poin yang ingin
penulis katakan tentang buku Studi Kawasan Dunia Islam karya
Ajid Thohir ini. Di samping itu, dengan melihat beberapa contoh
buku sejarah sejenis, tentu kita dapat menempatkan buku ini pada
posisinya yang layak dengan berbagai kekurangan dan kelebihannya.
Resensi dan tinjauan atas buku ini dapat ditemukan pada beberapa situs internet. Misalnya dalam www.sunangunungdjati. com,
ditemukan sebuah tulisan berjudul “Memahami Kawasan Dunia
Islam” dan dalam http://yandi-hermawandi.blogspot.com/ 2009/09/agenda-obama-dan-dunia-islam.html tentang “Agenda Obama
dan Dunia Islam” (September 03, 2009, dimuat di Harian Merdeka,
10 Agustus 2009). Tulisan pertama tampaknya “menyadur” atau
“memindahkan” dari tulisan kedua. Beberapa bagian, penulis setuju
dengan tulisan tersebut, tetapi ada beberapa bagian yang perlu dikritisi. Penilaian yang penulis setujui misalnya bahwa buku ini cukup komprehensif dan dilandasi oleh kerangka teoretis yang jelas
sehingga memudahkan “pembaca umum yang kurang memiliki pengetahuan teoritis akademis dalam studi Islam/peradaban Islam...
Sementara untuk kalangan akademis di perguruan tinggi, analisis
dan pembahasan kawasan dunia Islam dalam buku ini akan menjadi
tambahan referensi dan sekaligus diskursus menarik jika ingin
mendalami dan memperkaya metodologi dalam studi (peradaban)
Islam.”21
Kajian sejarah Islam dalam buku ini dapat dikatakan terpengaruh, baik langsung maupun tidak langsung, oleh Marshall G.S.
Hudgson, terutama menyangkut ruang lingkupnya. Buku ini secara
21
Lihat www.sunangunungdjati.com, ditemukan sebuah tulisan berjudul
“Memahami Kawasan Dunia Islam” dan dalam http://yandi-hermawandi.
blogspot.com/2009/09/agenda-obama-dan-dunia-islam.html tentang “Agenda
Obama dan Dunia Islam” (September 03, 2009, dimuat di Harian Merdeka, 10
Agustus 2009). Diakses pada Jum’at, 6 Agustus 2010
457
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 10, No. 2, 2012: 447 - 462
jelas menguraikan aspek politik dan unsur-unsur kawasan yang
“islami” maupun “diislamkan”. Dalam bahasa Hudgson, “aspek
politik” disebutnya sebagai “Islamdon” dan “aspek yang diislamkan” disebut dengan “Islamicate”.22 Kutipan berikut menjelaskan
hal tersebut.
Marshall G.S. Hudgson sebagaimana dikutip oleh Thohir (hal 24)
menganjurkan kepada setiap pengkaji Islam, terutama dalam melihat
realitas Islam di dunia, harus bisa membedakannya dalam tiga bentuk
fenomena Islam sebagai sasaran studi. Pertama, fenomena Islam sebagai doktrin (Islamic), kedua, fenomena ketika doktrin itu masuk
dan berproses dalam sebuah masyarakat-kultural (Islamicate) dan mewujudkan diri dalam konteks sosial dan kesejarahan tertentu, dan
ketiga, ketika Islam menjadi sebuah fenomena ”dunia Islam” yang
politis dalam lembaga-lembaga kenegaraan (Islamdom) yang bertolak
dari konsep ”dar al-islam”, sebagaimana pula yang terjadi di dunia
Kristen, Christiandom; di mana ketentuan-ketentuan hukum berlaku
sebagaimana Al Quran atau Injil.
Sekalipun dikatakan demikian, kedua fenomena terakhir (islamicate dan islamdom) tidak bisa memberikan jaminan secara pasti
bahwa seluruh prilaku umatnya berjalan persis sesuai dengan teks
doktrin. Dengan kata lain, islamicate dan islamdom merupakan fenomena Islam yang telah terlontar dalam kancah sejarah dalam konteks
struktural tertentu pada pelbagai ruang dan waktu yang berbeda dan
mengikatnya. Dengan demikian kajian kawasan dunia Islam yang
dimaksud dalam buku ini berada dalam wilayah riset islamicate dan
islamdom.23
Peninjau terdahulu, Yandi Hermawandi, atas buku ini mengkritisi sitiran ayat-ayat Al-Quran (h. 19-23) yang dianggapnya sebagai doktrin dan tidak dibutuhkan dalam studi kawasan Dunia
Islam ini yang menurutnya sebagai studi positivis. Menurutnya,
sitiran ayat tersebut terkait dengan Pluralisme sebagai paradigma
studi. Hermawandi menyatakan demikian,
22
Tentang istilah-istilah Hodgson, lihat kata pengantar penerjemahan,
Mulyadhi Kartanegara, untuk buku Hadgson, The Venture of Islam, terj.
Mulyadhi Kartanegara, (Jakarta: Paramadina, 2002), h.xvii-xix.
23
Yandi Hermawandi “Agenda Obama dan Dunia Islam”, dalam
http://.blogspot.com/2009/09/ agenda-obama-dan-dunia-islam.html. Diakses 6
Agustus 2010.
458
Perspektif Kawasan dalam Studi Sejarah Islam— Asep Saefullah
”Poin ini menunjukan betapa penulis ingin mendapatkan legitimasi
teoritis kajian kawasan dunia Islam ini melalui sitiran ayat-ayat AlQuran (doktrin) (hal 19-23). Saya pikir ini tidak dibutuhkan dalam
studi positivis yang tidak melihat ”benar” dan ”salah” seperti dalam
penelitian buku ini. Terlebih penulis sendiri menyatakan bahwa hubungan antara doktrin dan praktik peradaban dalam Islam masih mengandung perbedaan dan memungkinkan untuk objektifikasi (hal 7).
Dalam studi positivis, seperti yang dilakukan penulis ini, lebih
dibutuhkan data-data atau fakta-fakta empiris ketimbang ayat-ayat
suci (hal 25).24
Dalam paradigma positivistik tentu demikian, tetapi sitiran ayat
Al-Qur’an pada Bab 1 tersebut, hemat penulis, tidak lebih sekadar
upaya pengarang menjelaskan bahwa pluralisme—dalam arti “keragaman”, tepatnya mungkin “pluralitas”—adalah suatu kenyataan
yang tak terbantahkan. Kenyataan itu adalah “hukum alam”, yang
dalam bahasa agama adalah “sunatullah” yang banyak dijelaskan
dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Jadi, sitiran ayat tersebut bukan sebagai
upaya mercari legitimasi, tetapi lebih sebagai interpretasi. Lebih
dari itu, sebenarnya, upaya mengaitkan fenomena alam dengan
ayat-ayat Al-Qur’an, bagi penulis Muslim, pelu juga dilakukan,
sepanjang hal itu tidak dilakukan hanya untuk “pembenaran” atau
“apologi”. Sepanjang dilakukan dalam kerangka ilmiah, sarjana
Barat pun banyak yang merujuk pada ayat Al-Qur’an. Contoh kajian yang banyak merujuk ayat Al-Qur’an adalah dalam kajian arkeologi.
Di samping berbagai kelebihan atau hal-hal positif sebagaimana
diuraikan di atas, buku ini masih mengandung kekurangan yang
bersifat elementer. Studi kawasan Dunia Islam, terlepas dari lengkap tidaknya informasi mengenai kawasan yang dibahas, semestinya dapat mencakup seluruh kawasan Islam, apalagi wilayah-wilayah penting dan pernah menjadi pusat kekuasaan dan peradaban
Islam, sebut misalnya Mesir dan India. Jika kajian ini menjangkau
rentang waktu dari klasik hingga kontemporer, maka Palestina
harus masuk dalam pembahasan. Kawasan Eropa, meskipun telah
disebutkan belum dibahas, tetapi wilayah-wilayah yang pernah diduduki Islam, hemat penulis, wajib dikemukakan, seperti Spanyol,
24
Yandi Hermawandi “Agenda Obama dan Dunia Islam”
459
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 10, No. 2, 2012: 447 - 462
Italia (Sicilia), dan lain-lain.25 Oleh karena itu, perlu ditegaskan
lagi, apakah ruang lingkup studi kawasan ini mencakup rentang
waktu sejak kelahiran Islam hingga masa kini, atau pasca masa kolonialisme dan imperialisme serta invasi Barat atas Dunia Islam.26
Tanpa mengurangi apresiasi penulis kepada pengarang dan bukunya, catatan penting lain perlu dikemukakan. Misalnya dalam hal
rujukan, ada baiknya untuk kasus-kasun tertentu merujuk pada
sumber primer, misalnya ketika mengkaji “sejarah kawasan”. Tentang Arab Saudi dan Indonesia, sebagai contoh kasus, pengarang
lebih banyak menggunakan rujukan kontemporer.27 Padahal, sumber-sumber klasik dan primer untuk wilayah tersebut cukup melimpah, apalagi untuk kawasan Saudi Arabia dan umumnya Timur
Tengah.
Hal lain yang perlu disebut adalah penggunaan sistem footnote
(catatan kaki) sebagai rujukan cukup membantu pembaca untuk
mengakses sumber yang digunakan pengarang. Seandainya buku ini
dilengkapi pula dengan daftar indeks, tentu akan semakin memudahkan pembaca untuk mencari hal-hal yang ingin diketahuinya
dari buku ini. Daftar indeks bisa berdasarkan subjek, nama orang,
nama tempat, atau peristiwa-peristiwa yang dianggap penting dan
monumental.
Lihat misalnya Carl Brockelmann, History of Islamic Peoples, (London:
Routledge & Kegan Paul Limited, 1949), khususnya h. 181-221 untuk “Islam di
Spanyol dan Afrika Utara”, dan h. 240-255 untuk “Turki dan Mongol”
26
Ruang lingkup ini sebenarnya telah dijelaskan pengarang, dan berkali-kali
disebutkan bahwa studi kawasan Dunia Islam menghadapi berbagai masalah
yang sangat kompleks. Akan tetapi, penegasan dari segi periodisasi akan
membantu pemetaan, baik geopolitik maupun sosio-linguistik, yang tentunya
berbasis masa dan sesuai konteks zamannya. Contoh yang cukup baik tentang
kajian sejarah social umat Islam adalah karya Ira M. Lapidus, A History of
Islamic Societies, dan Carl Brockelmann, History of Islamic Peoples, (London:
Routledge & Kegan Paul Limited, 1949). Buku Zainal Abidin Ahmad, Ilmu
Politik Islam, Sejarah Islam dan Umatnya sampai Sekarang, (5 jilid), (Jakarta:
Bulan Bintang, 1979), dapat pula dijadikan pembanding untuk pemetaan wilayah
berdasarkan periodisasi. Sedangkan untuk
27
Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam, h. 116-119 dan 394-398.
25
460
Perspektif Kawasan dalam Studi Sejarah Islam— Asep Saefullah
Penutup
Apresiasi dan penghargaan terhadap karya ini patut disampaikan karena, betapapun buku ini bukan merupakan yang pertama,
tetapi cakupannya yang luas menyebabkannya memberikan banyak
informasi bagi pembaca. Ketersediaan buku semcam ini memang
masih sedikit sehingga kehadirannya seolah mengisi kekosongan
tersebut.
Dengan berbagai kekurangan dan kelebihannya, buku ini sungguh penting terutama bagi mahasiswa Jurusan Sejarah, wa bilkhusus Sejarah Peradaban Islam. Pentingnya buku ini juga telah
dikatakan Azyumardi Azra, yang juga sebagai pemberi Kata Pengantar, seperti dicantumkan dalam back cover buku ini. Ia juga
menyatakan “Karakteristik lokal atau kawasan wilayah peradaban
Islam yang distingtif, menegaskah posisi Islam sebagai sumber kekuatan budaya yang bisa diterima masyarakat manusia di wilayah
mana pun. Realitas ini secara antropologis bisa dipotret dari perspektif etno-linguistik dan geopolitik”.28 Dengan demikian pula bahwa Islam sebagai agama yang salih li kulli zaman wa makan (sesuai
di segala zaman dan di setiap tempat) dapat ditemukan manifestasinya dalam kehidupan masyarakat melalui studi Islam perspektif kawasan. Wa Allahu a‘lam bi al-sawab
28
Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam, h. ix.
461
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 10, No. 2, 2012: 447 - 462
Daftar Pustaka
Abdullah, Taufik (Ed.). 1985. Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. Cet. II,
Ahmad, Zainal Abidin. 1979. Ilmu Politik Islam, Sejarah Islam dan
Umatnya sampai Sekarang, (5 jilid). Jakarta: Bulan Bintang.
Brockelmann, Carl. 1949. History of Islamic Peoples, (London:
Routledge & Kegan Paul Limited, 1949)
Hasan, Hasan Ibrahim. 1967. Tarikh al-Islam al-Siyasi wa al-Dini wa alSaqafi wa al-Ijtima‘i, Juz IV. Kairo: Maktab al-Nahdah alMisriyah.
Hodgson, Marshal G.S. 2002. The Venture of Islam. (Buku Kedua) terj.
Mulyadhi Kartanegara. Jakarta: Paramadina.
Lapidus, Ira M. , 1998. A History of Islamic Societies, Cambridge:
Cambridge University Press. Buku ini telah diterjemahkan oleh
Ghufron A. Mas’adi, Sejarah Sosial Umat Islam, dalam dua jilid
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2000).
Thohir, Ajid. 2009. Studi Kawasan Dunia Islam: Perspektif EtnoLinguistik dan Geo-Politik. Jakarta: Rajawali Pers. Cet. I.
Yatim, Badri. 1999. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
---------. 2006. “Pendekatan Ibnu Khaldun dalam Penulisan Historiografi
dan Sejarah Analisis “ dalam Jurnal Lektur Keagamaan, 4(1),
Jakarta; Puslitbang Lektur Keagamaan. h. 97 – 118.
Web Site
Anonim. 2010. “Memahami Kawasan Dunia Islam”, www.sunangunungdjati. com, Diakses pada Jum’at, 6 Agustus 2010
http://www.belbuk.com/studi-kawasan-dunia-islam-p-7740.html, diakses
6 Agustus 2010
http://www.bookoopedia.com/daftar-buku/pid-28389/studi-kawasan-dunia-islam.html. diakses 6 Agustus 2010.
Yandi, Hermawandi. 2009. “Agenda Obama dan Dunia Islam”, dalam
http://.blogspot.com/2009/09/agenda-obama-dan-dunia-islam.html.
Diakses 6 Agustus 2010
462