67
Implementasi Pendidikan Karakter
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA
LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
Oleh: Dedi Sahputra Napitupulu
Dosen Jurusan PGMI FITK UIN Sumatera Utara
Email: dedisahputra_napitupulu@uinsu.ac.id
Abstrak
Implementasi pendidikan karakter pada lembaga pendidikan Islam sangat
terkait dengan manajemen dan tata laksana sebuah lembaga pendidikan.
Karakter tentu sangat berkaitan erat dengan bagaimana perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi program pendidikan karakter.
Secara tidak langsung konsep manajemen tersebut merupakan nilai-nilai
yang perlu ditanamkan pada kurikulum, pembelajaran dan tata tertib serta
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Dengan demikian maka
manajemen sebuah lembaga pendidikan merupakan salah satu media yang
efektif untuk menanamkan karakter bagi peserta didik. Pendidikan karakter
dapat diinternalisasikan melalui pembiasaan-pembiasaan dan contoh
teladan dari para guru di sekolah dan orang tua di lingkungan keluarga.
Lebih penting dari itu semua, bahwa pendidikan karakter akan terlaksana
jika seluruh stake holder dari sebuah lembaga pendidikan mempunyai
kesadaran bersama bahwa pendidikan karakter memang sangat
dibutuhkan.
Kata Kunci: Implementasi, Pendidikan, Karakter
Abstract
Implementation of character education at the Islamic educational institutes
is very related to the management and governance of an institution. The
characters are certainly very closely related to how the planning,
organizing, implementing and evaluation program of character education.
Indirectly the management concept of values that need to be embedded in
the curriculum, learning and the code of conduct as well as educators and
educational personnel. Thus the management of an educational institution
is one effective medium to instill character for learners. Character
education can be internalized through conditioning-conditioning and
exemplary examples of the teachers at the school and parents in a family
environment. More important from it all, that character education will be
ITQAN, Vol. 9, No. 1, Jan – Jun 2018
Dedi Sahputra
68
implemented if the entire stake holder from an educational institution has
shared awareness that character education is indeed urgently needed.
Keywords: Implementation, Education, Character
A. PENDAHULUAN
Dalam rangka memperkuat pendidikan karakter pada semua jenjang
dan satuan pendidikan, maka Kementrian Pendidikan Nasional telah
mengidentifikasi 18 nilai karakter yang bersumber dari agama, pancasila,
budaya dan tujuan pendidikan nasional. Karakter tersebut adalah sebagai
berikut: 1) religius, 2) Jujur, 3) toleransi, 4) disiplin, 5) kerja keras, 6)
kreatif, 7) mandiri, 8) demokratis, 9) rasa ingin tahu, 10) semangat
kebangsaan, 11) cinta tanah air, 12) menghargai prestasi, 13)
bersahabat/komunikatif, 14) cinta damai, 15) gemar membaca, 16) peduli
lingkungan, 17) peduli sosial dan 18) tanggungjawab. Berdasarkan
pengertian dan fungsi pendidikan karakter sebagaimana yang telah
dijelaskan pada bagian di atas maka tampak jelas bahwa keinginan
pemerintah atas kesadaran bersama dengan seluruh masyarakat Indonesia
bahwa pentingnya pendidikan karakter untuk diimplementasikan pada
semua lembaga pendidikan demi mewujudkan bangsa Indosesia yang
berkarakter.
Dalam terminologi Islam pendidikan karakter atau akhlak
merupakan hal yang paling mendasar untuk dimiliki setiap individu,
sehingga ada Hadis yang sangat populer yang sering diungkapkan bahwa
adab atau karakter itu di atas ilmu. Ini menjadi sinyal kuat betapa karakter
itu sangat penting dan berada di atas segalanya. Jika ingin dikontekstualkan
dalam dunia pendidikan saat ini, maka afektif itu berada di atas kognitif dan
psikomotorik.
Paragraf-paragraf di bawah ini akan menjelaskan bagimana definisi,
landasan ruang lingkup serta implementasi pendidikan karakter pada
lembaga pendidikan Islam.
ITQAN, Vol. 9, No. 1, Jan – Jun 2018
69
Implementasi Pendidikan Karakter
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan gabungan dari dua suku kata, yaitu
pendidikan dan karakter. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara (UU No. 20 Tahun 2003, Pasal 1 Ayat 1). Sedangkan menurut John
Dewey (1964: 10): “Education is thus a fostering, a nurturing, a cultivating,
process. All of these words mean that it implies attention to the conditions
of growth”. Adapun pendidikan menurut terminologi Islam sebagaimana
yang diungkapkan oleh Achmadi (2010: 31), adalah Segala usaha untuk
memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya manusia
yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil)
sesuai dengan norma Islam.
Melalui penjelasan di atas maka dapat di asumsikan bahwa
pendidikan sesungguhnya upaya yang tersistematis yang dilakukan oleh
pendidik dalam mengembangkan potensi peserta didik agar peserta didik
menjadi manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan serta
kepribadian yang baik.
Karakter berasal dari bahasa latin, yaitu kharakter, kharassein, dan
kharax yang bermakna tools formarking, to engrave, dan pointed stake.
Sedangkan dalam bahasa Prancis sering digunakan sebagai caractere.
Dalam bahasa Inggris, kata caractere berubah menjadi character, yang
selanjutnya dalam bahasa Indonesia kata character menjadi “Karakter”
(Wibowo, 2013: 33-34).Karakter secara etimologi berasal dari bahasa
yunani, yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku,
sehingga orang yang berperilaku jelek dikatakan orang berkarakter negatif.
Sebaliknya, orangyang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut
dengan berkarakter mulia. (Wibowo, 2013: 35).
Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia (2001: 17), karakter
adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
ITQAN, Vol. 9, No. 1, Jan – Jun 2018
Dedi Sahputra
70
seseorang dari yang lain. Karakter juga bisa dipahami sebagai tabiat atau
watak. Sifat-sifat kejiwaan merupakan ciri yang membedakan manusia
dengan makhluk lain dan terwujud dengan adanya kekuatan-kekuatan serta
aktifitas dalam diri manusia yang membedakannya dengan makhluk lain.
Dalam pandangan Islam karakter diartikan sebagai akhlak. Karakter
atau akhlak dipahami sebagai kebiasaan kehendak, yang berarti, bahwa
kehendak itu bila membiasakan suatu ucapan maupun perbuatan maka
kebiasaannya itu disebut akhlak. Jadi secara tidak langsung akhlak atau budi
pekerti berisi, nilai-nilai perilaku manusia yang akan diukur menurut
kebaikan dan keburukannya melalui norma agama, norma hukum, tata
krama dan sopan santun, norma budaya dan adat istiadat masyarakat
(Zuriah, 2008: 17).Karakter dalam artian watak sebagai sifat seseorang yang
dapat dibentuk dan berubah walaupun mengandung unsur bawaan yang
setiap individu berbeda-beda (Aly, 2003: 115).
Dari berbagai penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
karakter merupakan akhlak atau budi pekerti yang meliputi pada diri setiap
orang dan menjadi ciri khas tertentu.
Oleh karena itu penggabungan dua term sebagai mana yang telah
dijelaskan di atas akan menyimpulkan definisi baru yang saling melengkapi
satu sama lain. Pendidikan karakter adalah suatu usaha yang direncanakan
secara bersama yang bertujuan untuk menciptakan generasi penerus yang
memiliki dasar-dasar pribadi yang baik, baik dalam pengetahuan, perasaan
dan tindakan (Damayanti, 2014: 12).
2. Landasan Pendidikan Karakter
Beberapa tahun belakangan ini pendidikan karakter mulai
digaungkan kembali oleh pemerintah. Salah satu wujud konkret dari gaung
pendidikan karakter tersebut adalah penggantian kurikulum 2006,
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013.
Pengembangan pendidikan karakter di sekolah pada dasarnya mengacu pada
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam
pasal 3 disebutkan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional dalam
membentuk sumber daya manusia yang berkualitas(Damayanti, 2014: 16).
ITQAN, Vol. 9, No. 1, Jan – Jun 2018
71
Implementasi Pendidikan Karakter
Urgensi pendidikan karakter ternyata juga disebutkan di dalam
Alquran surah Luqman/31: 14
َ ۡ
َ َ َّ ۡ َ ۡ َ َ َ َ ۡ َ َ َ ۡ ُه ُه ُّم ُه َ ۡ ًن َ َ َ ۡ َ َ ُه
ۡ ُه
ُه ۥ ِف ََع َ ۡي ن ٱ ۡ ِل
ۥ و نا و ٖن و
ووصينا ٱ ن
َ َۡ َ َ
ك إ َ َِّل ٱ ۡ َ ُه
ول
Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam
Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahunbersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang
ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.
Ayat di atas mengisyaratkan bahwa betapa pentingnya penanaman
karakter kepa anak sejak dini. Terutama akhlak kepada orang tua. M.
Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbahnya menjelaskan bahwa ayat
tersebut menjelaskan bahwa ketika sedang mewasiati anak menyangkut
orang tuanya ditekankannyabahwa, ibunya telah mengandung dalam
keadaan kelemahan diatas kelemahan dan menyapihnya di dalam dua tahun.
Demikianlah seharusnya materi petunjuk atau pendidik yang disajikan. Ia
dibuktikan kebenarannya dengan argumentasinya di paparkan atau yang
dapat dibuktikan oleh manusia melaluipenalar akalnya. Metode ini
bertujuan agar manusia merasa bahwa manusia memiliki tanggung jawab
(Shihab, 2006: 127).
Di dalam Hadis Rasulullah saw. juga disebutkan bahwa:
اكرم اوالدكم واحسنىا ادبهم
Artinya: “Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah dengan budi pekerti
yang baik”. (HR. Ibnu Majah), (Al-Qazwin, t.t.: 1211).
Berdasarkan penjelasan Hadis di atas, tampak jelas bahwa betapa
pentingnya pendidikan karakter terhadap anak. Memberikan pendidikan
yang layak kepada anak, memberikan keteladanan demi terciptanya generasi
yang unggul dan berkarakter.
Berdasarkan penjelasan di atas,maka dapat dipahami bahwa yang
menjadi dasar pendidikan karakter adalah Alquran dan sunnah Nabi. Selain
itu yang menjadi dasar dari pendidikan karakter adalah falsafah Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
ITQAN, Vol. 9, No. 1, Jan – Jun 2018
Dedi Sahputra
72
3. Tujuan Pendidikan Karakter
Fungsi pendidikan karakter sesungguhnya sama dengan cita-cita
pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa dalam rangka mencerdaskan generasi
penerus. Namun secara khusus menurut Zubaedi (2012: 18), pendidikan
karakter bangsa bertujuan sebagai:
1. Pembentukan dan pengembangan potensi
2. Perbaikan dan penguatan
3. Penyaring.
Adapun tujuan pendidikan karakter adalah dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab
(Zubaedi, 2012: 18).
Dengan demikian maka dapat dipahami bahwa tujuan dan fungsi
dari pendidikan karakter sesungguhnya sama dengan tujuan dan fungsi
pendidikan nasional yaitu membentuk manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
4. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter memuat nilai-nilai yang harus ditanamkan,
dipupuk dan ditumbuhkembangkan kepada peserta didik. Nilai-nilai
tersebut tidak terlepas dari budaya bangsa Indonesia, falsafah Pancasila, tata
nilai dan moral serta norma yang sudah sejaklama ada di masyarakat.
Dalam upaya untuk membangun karakter bangsa melalui pendidikan
di sekolah dan madrasah maka Kementerian Pendidikan Nasional
merumuskan 18 niali-nilai pendidikan karakter (Suryadi, 2013: 8-9).
Berikut ini merupakan penjelasan dari nilai-nilai pendidikan tersebut:
1. Religius, yakni ketaatan dan kepatuahan dalam memahami dan
melaksanakan ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut,
termasuk dalam hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan
ibadah agama (aliran kepercayaan) lain, serta hidup rukun dan
berdampingan.
ITQAN, Vol. 9, No. 1, Jan – Jun 2018
73
Implementasi Pendidikan Karakter
2. Jujur, yakni sikap dan perilaku yang menceminkan kesatuan antara
pengetahuan, perkataan dan perbuatan (mengetahui apa yang benar,
mengatakan yang benar dan melakukan yang benar) sehingga
menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat
dipercaya.
3. Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan
penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku,
adat, bahasa, ras, etnis, pendapat dan hal-hal lain yang berbeda
dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang di
tengah perbedaan tersebut.
4. Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap
segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.
5. Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara
sungguh-sungguh (berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam
menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan dan lainlain dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam
berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu
menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik
dari sebelumnya.
7. Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun
hal ini bukan berarti tidak boleh bekerjasama secara kolaboratif,
melainkan tidak boleh melemparkan tugas dan tanggungjawab
kepada orang lain.
8. Demokratis, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan
persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya
dengan orang lain.
9. Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap dan perilaku yang
mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal
yang dilihat, didengar dan dipelajari secara lebih mendalam.
10. Semangat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap dan tindakan
yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi atau individu dan golongan.
11. Cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa
bangga, setia, peduli dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
budaya, ekomoni, politik dan sebagainya, sehingga tidak mudah
menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.
ITQAN, Vol. 9, No. 1, Jan – Jun 2018
Dedi Sahputra
74
12. Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang
lain dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi
semangat berprestasi yang lebih tinggi.
13. Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan
tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang
santun sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik.
14. Cinta damai, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana
damai, aman, tenang dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam
komunitas atau masyarakat tertentu.
15. Gemar membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk
menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai
informasi, baik buku, jurnal, majalah, koran dan sebagainya,
sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya.
16. Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya
menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.
17. Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan
kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang
membutuhkannya.
18. Tanggungjawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan
diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun agama.
Nilai-nilai pendidikan karakter sebagaimana yang telah disebutkan
pada bahagian di atas merupakan harapan besar dan cita-cita mulia bagi
keberlangsungan dan tujuan pendidikan nasional. Jika semuanya dapat
diwujudkan maka apa yang menjadi harapan Indonesia pada tahun 2045
yaitu generasi emas akan bisa terwujud. Sudah barang tentu untuk
mewujudkanya memerlukan sinergi yang baik antara guru, siswa dan orang
tua. Demikian pula setiap cita-cita yang tinggi selalu saja mendapat
tantangan dari berbagai macam hal. Dengan keseriusan dan konsistensi
yang tinggi maka semua tantangan tersebut dapat teratasi.
5. Metode Pendidikan Karakter
Metode pendidikan karakter adalah sebuah upaya dalam menciptakan
kondisi lingkungan fisik dan non fisik yang mendukung program
pendidikan karakter. Upaya tersebut dapat dilakukan berupa keteladanan,
ITQAN, Vol. 9, No. 1, Jan – Jun 2018
75
Implementasi Pendidikan Karakter
pembiasaan dan penggunaa reward and punishment serta melakukan
sosialisai dan pemantauan secara berkesinambaungan.
Menurut Deni Damayanti (2024: 62), metode pendidikan karakter
adalah sebagai berikut:
1. Keteladanan
Aplikasi nilai-nilai yang telah ditanamkan padapeserta didik perlu
didukung oleh lingkungan yang memberikan keteladanan. Pengembangan
karakter peserta didik sangat memerlukan lingkungan yang sesuai antara
nilai ideal dan realitas yang dihadapi. Apa yang dilihat dan didengar lebih
berpengaruh pada pengembangan karakter daripada apa yang dilarang dan
apa yang disuruh kepada peserta didik. keteladanan ini sangat diperlukan
dalam ketiga wahana pendidikan, yaitu di lingkungan keluarga, masyarakat
dan sekolah (Damayanti, 2024: 62).
Pengembangan sifat dan watak yang berkarakter sesuai nilai-nilai
budaya bangsa akan lebih efektif dan efisien apabila bersifat top-down, dari
atas ke bawah. Pembentukan disiplin pada peserta didik hanya akan efektif
jika kepala sekolah dan gurunya menjadi teladan dalam disiplin. Apabila
diminta siswa datang tepat waktu maka guru harus datang lebih awal.
Demikian pula jika memerintahkan siswa berpakaian rapi maka guru
terlebih dahulu harus berpakaian rapi.
2. Pembiasaan
Karakter yang sesuai dengan nilai budaya bangsa tidak akan
terbentukdengan tiba-tiba tapi perlu melaui proses dan tahapan. Oleh karena
itu perlu upaya pembiasaan perwujudan nilai-nilai dalam kehidupan seharihari. Sebagaimana proses perubahan pada umumnya, proses awal perubahan
selalu memerlukan energi yang lebih besar. Proses pembiasaan pada
awalnya dimulai dengan tahap inisiasi dengan memberikan faktor
pendorong eksternal yang kuat, sehingga terkesan semacam pemaksaan
pada tataran tertentu. Dimulai dengan proses, berlanjut menjadi pembiasaan,
yang pada akhirnya faktor penggerak eksternal bergeser menjadi faktor
internal, dari diri sendiri. Pada tahap ini berarti telah terjadi kesesuaian
antara nilai-nilai yang dipahami sebagai konsep diri dengan sikap perilaku
yang mencul sebagai karakter (Damayanti, 2024: 63).
Pembiasaan yang dilakukan di sekolah diharapkan mendapat
penguatan dengan pembiasaan di rumah, kedua-duanya saling menguatkan,
ITQAN, Vol. 9, No. 1, Jan – Jun 2018
Dedi Sahputra
76
demikian pula di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu perlu dijalin erat
hubungan antara pemangku kepentingan pendidikan yaitu antara sekolah,
orang tua, komite sekolah dan dinas pendidikan. Proses pembiasaan ini
misalnya terwujud dalam implementasi rasa hormat kepada orang yang
lebih tua.
3. Reward and Punishment
Agar perilaku peserta didik sesuai dengan tata nilai dan norma yang
ditanamkan perlu dilakukan konfirmasi antara nilai-nilai yang dipahami dan
perilaku yang dimunculkan. Apabila peserta didik melakukan yang sesuai,
jika baik perlu diberikan penghargaan atau pujian. Untuk mencegah
terjadinya pencegahan terjadinya penyimpangan terhadap tata nilai dan
norma perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan dengan memberikan
punishment atau sanksi yang sepadan dan bersifat pedagogis pada peserta
didik.
Secara bertahap, hukuman ini awalnya bersifat preventif, atau
mencegah terjadinya pelanggaran lebih lanjut dengan memberikan teguran,
nasehat, penugasan atau sejenisnya. Selanjutnya pada tingkat yang lebih
tinggi dilakukan represi dalam rangka prevensi agar pelanggaran tidak
menyebar pada peserta didik lain. Pada tahap terakhir, jika perlu ada
tindakan shock terapy untuk pelanggaran yang benar-benar esensial
sehingga memberikan efek jera (Damayanti, 2024: 64). Namun demikian
seberat apapun punishment yang diberikan upaya perbaikan atau pembinaan
untuk rehabilitasi dan resosialisasi.
4. Sosialisasi dalam Organisasi
Peserta didik adalah aset bangsa yang diharapkan akan menjadi
kader penerus pembangunan masa depan. Salah satu potensi yang menjadi
aset generasi muda adalah potensi kepemimpinan. Potensi ini perlu
diarahkan pada potensi kepemimpinan yang sesuai dengan karakter budaya
bangsa. Oleh karena itu perlu direkayasa kondisi pendidikan yang memberi
peluang berupa tugas, tantangan, persoalan dan situasi yang dapat
mengaktualisasi potensi kepemimpinan dan perilaku berorganisasi peserta
didik (Damayanti, 2024: 65).
Sekolah perlu memberikan kesempatan memimpin organisasi dan
berdemokrasi melalui OSIS dan perwakilan kelas secara bersungguh-
ITQAN, Vol. 9, No. 1, Jan – Jun 2018
77
Implementasi Pendidikan Karakter
sungguh. Selain itu perlu diberikan kegiatan-kegiatan yang melibatkan
berbagai kepanitiaan siswa untuk memberikan peluang secara bergantian
melaksanakan organisasi misalnya kegiatan peringatan hari besar nasional
dan lain sebagainya.
Metode internalisasi pendidikan karakter kepada siswa dalam
kegiatan ekstrakurikuler lebih diutamakan sebab disitulah peserta didik
berinteraksi secara langsung dengan peserta didik lainnya. Interaksi tersebut
merupakan hasil dari proses mengetahui yang dilanjutkan dengan
merasakan dan diakhiri dengan bentuk tindakan. Dari kegiatan
ekstrakurikuler tersebut dapat dilihat sejauh mana seorang peserta didik
menerapkan nilai-nilai karakter dalam berpikir dan berprilaku.
6. Implementasi Pendidikan Karakter Pada Proses Pembelajaran
Dalam sistem pendidikan nasional, pada dasarnya pendidikan
karakter bukan hal yang baru. Mata pelajaran Pendidikan Agama dan PKn
adalah dua mata pelajaran yang diberiakan untuk membina akhlak dan budi
pekerti peserta didik. namun demikian, pembinaan watak melalui kedua
mata pelajaran tersebut belum membuahkan hasil yang maksimal. Perlu
langkah-langakah strategis dalam rangka mengimplementasikan pendidikan
karakter. Menurut Fitri (2012: 46-50), Berikut ini adalah beberapa hal yang
dianggap mampu mengimplementasikan pendidikan karakter:
1. Pengeintegrasian nilai dan etika pada setiap mata pelajaran
2. Internalisasi nilai positif yang ditanamkan oleh semua warga sekolah
3. Pembiasaan dan latihan
4. Pemmberian contoh teladan
5. Penciptaan suasana berkarakter di sekolah
6. Pembudayaan.
Menggantungkan pembentukan watak siswa melalui mata pelajaran
Pendidikan Agama dan PKn saja tidak cukup. Pengembangan karakter
peserta didik perlu melibatkan lebih banyak lagi mata pelajaran. Selain itu
kegiatan pembinaan siswa dan pengelolaan sekolah dari hari ke hari perlu
juga dirancang dan dilaksanakan untuk mendukung pendidikan karakter.
Pada saat yang sama perlu diadakan reorientasi kurikulum pendidikan yang
membutuhkan inovasi dalam pembelajaran pendidikan karakter. Menurut
ITQAN, Vol. 9, No. 1, Jan – Jun 2018
Dedi Sahputra
78
Damayanti (2024: 65) Inovasi pembelajaran pendidikan karakter tersebut
meliputi:
1. Pendidikan karakter dilakukan secara integrasi ke dalam semua mata
pelajaran. Integrasi yang dimaksud meliputi pemuatan nilai-nilai ke
dalam substansi pada semua mata pelajaran dan pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar yang memfasilitasi dipraktikkannya nilainilai dalam setiap aktivitas pembelajaran di dalam dan di luar kelas
untuk semua mata pelajaran.
2. Pendidikan karakter juga diintegrasikan ke dalam pelaksanaan
kegiatan pembinaan kesiswaan
3. Pendidikan karakter dilaksanakan melalui kegiatan pengelolaan
semua urusan di sekolah yang melibatkan semua warga sekolah.
Pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses
pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, pemberian sarana agar
diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai dan penginternalisasian
nilai-nilai dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses
pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada
semua mata pelajaran. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran dapat
menjadikan peserta didik menguasai kompetensi secara utuh, yaitu
mengetahui, mengenal, menyadari dan berprilaku sesuai karakter bangsa.
Kementrian Pendidikan Nasional menyatakan bahwa integrasi
pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran dilaksanakan mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran pada semua
mata pelajaran. Pada tahap perencanaan dilakukan analisis standar
kompetensi atau kompetensi dasar (SK/KD), pengembangan silabus,
penyusunan RPP dan penyiapan bahan ajar. Analisis SK/KD dilakukan
untuk mengidentifikasi nilai-nilai karakter yang relevan/sesuai substansi.
Identifikasi nilai-nilai karakter ini bukan untuk membatasi nila-nilai yang
dapat berkembang pada pembelajaran SK/KD yang bersangkutan.
C. PENUTUP
Pendidikan karakter merupakan suatu usaha yang direncanakan
secara bersama yang bertujuan untuk menciptakan generasi penerus yang
memiliki dasar-dasar pribadi yang baik, baik dalam pengetahuan, perasaan
ITQAN, Vol. 9, No. 1, Jan – Jun 2018
79
Implementasi Pendidikan Karakter
dan tindakan. Adapun pendidikan karakter dapat diterapkanpada lembaga
pendidikan Islam melalui Pendidikan karakter dilakukan secara integrasi ke
dalam semua mata pelajaran. Integrasi yang dimaksud meliputi pemuatan
nilai-nilai ke dalam substansi pada semua mata pelajaran dan pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar yang memfasilitasi dipraktikkannya nilai-nilai
dalam setiap aktivitas pembelajaran di dalam dan di luar kelas untuk semua
mata pelajaran. Selain itu pendidikan karakter juga diintegrasikan ke dalam
pelaksanaan kegiatan pembinaan kesiswaan dan melalui kegiatan
ekstrakurikuler dan pengelolaan segala urusan yang melibatkan semua
warga sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. (2010).Idiologi Pendidikan Islam.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Aly, Hery Noer dan Munzier. (2003). Watak Pendidikan Islam. Jakarta:
Friska Agung Insani.
Al-Qazwin, Al-Hafidz Abi Abdillah Muhammad ibn Yazid. (t.t). Sunan Ibn
Majah. Beirut: Darul Fikr.
Amin, M.(1992).Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. Pasuruan: PT Garoeda
Buana Indah.
Damayanti, Deni. (2014). Panduan Implementasi Pendidikan Karakter di
Sekolah. Yogyakarta: Araska.
Dewey, John. (1964).Democracy and Education. New York: The
Macmillan
Company.
Departemen Pendidikan Nasional. (2001).Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Fitri, Agus Jainul. (2012).Reinventing Human Character: Pendidikan
Karakter
Berbasis Nilai dan Etika Sekolah. Yogyakarta: ArRuzz Media.
Gunawan, Henri. (2012).Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi.
Bandung: Alfabeta.
Kementrian Pendidikan Nasional. (2011).Panduan Pelaksanaan Pendidikan
Karakter. Jakarta: Balitbang Kemendiknas.
Samani, Muchlas dan Hariyanto. (2011).Konsep dan Model Pendidikan
Karakter.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
ITQAN, Vol. 9, No. 1, Jan – Jun 2018
Dedi Sahputra
80
Shihab, M. Quraish. (2006).Tafsir Al-Mishbah,Pesan,Kesan, dan
Keserasian Al-Qur'an. Jakarta: Lentera Hati.
Suyadi. (2013).Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Jakarta:
Remaja
Rosda Karya.
Wibowo, Agus. (2013).Pendidikan Karakter di Perguruan Tnggi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zubaedi. (2012).Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya
dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.
Zuriah, Nurul. (2008).Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif
Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara.
ITQAN, Vol. 9, No. 1, Jan – Jun 2018