PENCEMARAN AIR LAUT AKIBAT
LIMBAH INDUSTRI MINYAK
MAKALAH
Oleh
Pisca Hana Marsenda
Nim A1c412001
PROGRAM STUDI BIOLOGI
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
APRIL, 2013
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, sebagaimana pujian yang layak bagi Engkau.
Shalawat dan salam penulis hanturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw.
karena berkah, rahmat, dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “ Pencemaran Air Laut Akibat Limbat Industri Minyak ” dalam waktu yang
telah ditentukan.
Semakin kompleksnya permasalahan lingkungan hidup yang terjadi merupakan
akibat dari kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia untuk mencapai
kesejahteraan hidupnya. Berbagai fakta menunjukkan kurangnya keterlibatan
masyarakat dalam upaya pengelolaan maupun pelestarian lingkungan hidup. Hal ini
jelas terlihat dari rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan
pengendalian pencemaran, kerusakan ataupun pelestarian lingkungan hidup. Akibat
kurangnya kepedulian manusia terhadap lingkungan, aktivitas manusia justru merusak
lingkungan seperti pencemaran. Pencemaran air laut akibat limbah industry minyak salah
satunya, yang dapat menyebabkan biota laut terancam punah. Untuk itu, kita harus
bertanggung jawab terhadap penanggulangan pencemaran air laut demi keselamatan
ekosistem yang berada di dalamnya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berperan dalam
penyelesaian dan penyempurnaan makalah ini serta yang telah memberikan dukungan
baik moril maupun materil maupun memberikan informasi. Semoga makalah ini, dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Kritik dan saran dari semua pihak, penulis
terima demi kemajuan dan kesempurnaan makalah ini.
Jambi, April 2013
Penulis
PHM
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang…………………………………………………………… 1
1.2
Rumusan Masalah……………………………………………………….. 2
1.3
Tujuan Penulisan…………………………………………………………. 3
1.4
Manfaat Penulisan....................................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Sejarah Terbentuknya Laut........................................................................ 5
2.2
Manfaat Laut.............................................................................................. 5
2.2
Pengertian Limbah dan Pencemaran Air.................................................... 5
2.4
Dampak Pencemaran Air Laut................................................................... 6
2.5
Tindakan Pertama yang Harus Dilakukan.................................................. 7
2.5
Cara Penanggulangan................................................................................. 8
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................................11
BAB IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan …………………………………………………………… 14
4.2
Saran…………………………………………………………………… 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 15
LAMPIRAN.....................................................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada mulanya orang berpikir bahwa dengan melihat luasnya lautan, maka
semua hasil buangan sampah dan sisa-sisa industri yang berasal dari aktifitas
manusia di daratan seluruhnya dapat di tampung oleh lautan tanpa menimbulkan
suatu akibat yang membahayakan. Bahan pencemar yang masuk ke dalam lautan
akan diencerkan dan kekuatan mencemarnya secara perlahan-lahan akan
diperlemah sehingga membuat mereka menjadi tidak berbahaya. Dengan makin
cepatnya pertumbuhan penduduk dunia dan makin meningkatnya
lingkungan
industri mengakibatkan makin banyak bahan-bahan yang bersifat racun yang
dibuang ke laut dalam jumlah yang sulit untuk dapat dikontrol secara tepat.
Air laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan
daratan, di mana buangan limbah dari daratan akan bermuara ke laut. Selain itu air
laut juga sebagai tempat penerimaan polutan (bahan cemar) yang jatuh dari
atmosfir. Limbah tersebut yang mengandung polutan kemudian masuk ke dalam
ekosistem perairan pantai dan laut. Sebagian larut dalam air, sebagian tenggelam
ke dasar dan terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian masuk ke dalam jaringan
tubuh organisme laut (termasuk fitoplankton, ikan, udang, cumi-cumi, kerang,
rumput laut dan lain-lain).
Kemudian, polutan tersebut yang masuk ke air diserap langsung oleh
fitoplankton. Fitoplankton adalah produsen dan sebagai tropik level pertama
dalam rantai makanan. Kemudian fitoplankton dimakan zooplankton. Konsentrasi
polutan dalam tubuh zooplankton lebih tinggi dibanding dalam tubuh fitoplankton
karena zooplankton memangsa fitoplankton sebanyak-banyaknya. Fitoplankton
dan zooplankton dimakan oleh ikan-ikan pemakan plankton sebagai tropik level
kedua. Ikan planktivores dimangsa oleh ikan karnivores (pemakan ikan atau
hewan) sebagai tropik level ketiga, selanjutnya dimangsa oleh ikan predator
sebagai tropik level tertinggi.
Ikan predator dan ikan yang berumur panjang mengandung konsentrasi
polutan dalam tubuhnya paling tinggi di antara seluruh organisme laut. Kerang
juga mengandung logam berat yang tinggi karena cara makannya dengan
1
menyaring air masuk ke dalam insangnya setiap saat dan fitoplankton ikut
tertelan. Polutan ikut masuk ke dalam tubuhnya dan terakumulasi terus-menerus
dan bahkan bisa melebihi konsentrasi yang di air.
Polutan tersebut mengikuti rantai makanan mulai dari fitoplankton sampai
ikan predator dan pada akhirnya sampai ke manusia. Bila polutan ini berada dalam
jaringan tubuh organisme laut tersebut dalam konsentrasi yang tinggi, kemudian
dijadikan sebagai bahan makanan maka akan berbahaya bagi kesehatan manusia.
Karena kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan.
Makanan yang berasal dari daerah tercemar kemungkinan besar juga tercemar.
Demikian juga makanan laut (seafood) yang berasal dari pantai dan laut yang
tercemar juga mengandung bahan polutan yang tinggi.
Pencemaran laut merupakan suatu ancaman yang harus ditangani secara
sungguh-sungguh. Untuk itu, kita perlu mengetahui bagaimana sejarah
terbentuknya laut, apa itu limbah dan pencemaran air laut, dampak yang
ditimbulkan,
tindakan
pertama
yang
harus
dilakukan,
dan
cara
penanggulangannya.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan di atas, maka rumusan masalahnya adalah :
1.2.1
Bagaimana sejarah terbentuknya laut ?
1.2.2
Apa saja manfaat laut ?
1.2.3
Apakah pengertian dari limbah dan pencemaran air ?
1.2.4
Apa saja dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran air laut ?
1.2.5
Bagaimana tindakan pertama yang harus dilakukan untuk mengatasi
pencemaran air laut ?
1.2.6
Bagaimana cara menanggulangi pencemaran air laut ?
1.3
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.3.1
Untuk mengetahui sejarah terbentuknya laut.
1.3.2
Untuk menyebutkan manfaat laut.
1.3.3
Untuk menjelaskan pengertian limbah dan pencemaran air.
2
1.3.4
Untuk menemukan dampak yang ditimbulkan dari pencemaran air laut.
1.3.5
Untuk menjelaskan tindakan pertama yang harus dilakukan untuk
mengatasi pencemaran air laut.
1.3.6
Untuk menjelaskan cara menanggulangi pencemaran air laut.
1.4
Manfaat Penulisan
Manfaat dari makalah ini adalah menambah informasi dan wawasan kita
tentang pencemaran air laut, dampak yang ditimbulkan, tindakan pertama yang
harus dilakukan, dan cara menanggulangi pencemaran air laut untuk
menyelamatkan lingkungan.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Sejarah Terbentuknya Laut
Laut, menurut sejarahnya, terbentuk 4,4 milyar tahun yang lalu, dimana
awalnya bersifat sangat asam dengan air yang mendidih (dengan suhu sekitar 100
°C) karena panasnya Bumi pada saat itu. Asamnya air laut terjadi karena saat itu
atmosfer Bumi dipenuhi oleh karbon dioksida. Keasaman air inilah yang
menyebabkan tingginya pelapukan yang terjadi yang menghasilkan garamgaraman yang menyebabkan air laut menjadi asin seperti sekarang ini. Pada saat
itu, gelombang tsunami sering terjadi karena seringnya asteroid menghantam
Bumi. Pasang surut laut yang terjadi pada saat itu besar sekali tingginya karena
jarak Bulan yang begitu dekat dengan Bumi ( Fukron, 2010 : 8).
Menurut para ahli, awal mula laut terdiri dari berbagai versi; salah satu
versi yang cukup terkenal adalah bahwa pada saat itu Bumi mulai mendingin
akibat mulai berkurangnya aktivitas vulkanik, disamping itu atmosfer bumi pada
saat itu tertutup oleh debu-debu vulkanik yang mengakibatkan terhalangnya sinar
Matahari untuk masuk ke Bumi. Akibatnya, uap air di atmosfer mulai
terkondensasi dan terbentuklah hujan. Hujan inilah
yang mengisi cekungan-
cekungan di Bumi hingga terbentuklah lautan.
Secara perlahan-lahan, jumlah karbon dioksida yang ada diatmosfer mulai
berkurang akibat terlarut dalam air laut dan bereaksi dengan ion karbonat
membentuk kalsium karbonat. Akibatnya, langit mulai menjadi cerah sehingga
sinar Matahari dapat kembali masuk menyinari Bumi dan mengakibatkan
terjadinya proses penguapan sehingga volume air laut di Bumi juga mengalami
pengurangan dan bagian-bagian di Bumi yang awalnya terendam air mulai kering.
Proses pelapukan batuan terus berlanjut akibat hujan yang terjadi dan terbawa ke
lautan, menyebabkan air laut semakin asin ( Mukhtasor, 2007:17 )
Pada 3,8 milyar tahun yang lalu, planet Bumi mulai terlihat biru karena
laut yang sudah terbentuk tersebut. Suhu bumi semakin dingin karena air di laut
berperan dalam menyerap energi panas yang ada, namun pada saat itu
diperkirakan belum ada bentuk kehidupan di bumi. Kehidupan di Bumi, menurut
4
para ahli, berawal dari lautan (life begin in the ocean). Namun demikian teori ini
masih merupakan perdebatan hingga saat ini.
Pada hasil penemuan geologis di tahun 1971 pada bebatuan di Afrika
Selatan (yang diperkirakan berusia 3,2 s.d. 4 milyar tahun) menunjukkan adanya
fosil seukuran beras dari bakteri primitif yang diperkirakan hidup di dalam lumpur
mendidih di dasar laut. Hal ini mungkin menjawab pertanyaan tentang saat-saat
awal kehidupan dan di bagian lautan yang mana terjadi awal kehidupan tersebut.
Sedangkan kelautan itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari berbagai biota atau
makhluk hidup di laut yang perlu dimanfaatkan melalui usaha perikanan.
2.2
Manfaat Laut
Mukhtasor ( 2007:21) menyatakan laut memiliki banyak fungsi / peran /
manfaat bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya karena di dalam dan
di atas laut terdapat kekayaan sumber daya alam yang dapat kita manfaatkan
diantaranya yaitu :
1. Tempat sarana hiburan
2. Sebagai sarana wisata
3. Tempat hidup dan sumber makanan
4. Pembangkit listrik tenaga ombak, pasang surut, dan angin
5. Tempat budidaya ikan, kerang mutiara, dan rumput laut.
6. Tempat barang tambang berada
7.
Salah satu sumber air minum (desalinasi)
8. Sebagai jalur transportasi air
9. Sebagai tempat cadangan air bumi
10. Sebagai objek riset penelitian dan pendidikan
2.3
Pengertian Limbah dan Pencemaran Air
Menurut Mahida ( 1984 : 9) limbah adalah sampah cair dari suatu
lingkungan masyarakat terutama terdiri dari air yang telah dipergunakan dengan
kadar 0,1 % berupa benda-benda padat yang terdiri dari zat organik bukan
anorganik.
5
Harmayani (2007:94) menyatakan di salah satu jurnalnya bahwa
“Pencemaran adalah suatu penyimpangan dari keadaan normalnya. Jadi
pencemaran air tanah adalah suatu keadaan air tersebut telah mengalami
penyimpangan dari keadaan normalnya. Keadaan normal air masih tergantung
pada faktor penentu, yaitu kegunaan air itu sendiri dan asal sumber air ”.
Peraturan Pemerintah No. 20/1990 dalam Effendi (2003:12) tentang
Pengendalian Pencemaran Air, dijelaskan pula bahwa pencemaran air adalah
masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain
ke dalam air oleh kegiaan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya
(Pasal 1, angka 2).
Pencemaran air antara lain sebagai berikut banyak air tawar yang tercemar
berat oleh sisa-sisa pembuangan kotoran dan cairan pembuangan industri yang
masuk ke dalam sungai-sungai. Hal ini menyebabkan zat-zat beracun yang
terdapat pada cairan pembuangan tersebut terlarut dan terbawa masuk ke laut.
Cairan buangan adalah sisa-sisa pembuangan dalam suatu bentuk cairan yang
dihasilkan dari proses-proses industri dan kegiatan rumah tangga. Pencemaran air
oleh cairan ini berupa zat-zat racun, bahan-bahan yang mengendap atau
deoksigenasi. Cairan buangan hasil industri mencakup benda-benda beracun
seperti asam, basa, garam-garam krom, fenol, sianida, insektisida, dan bahanbahan kimiawi untuk pertanian, klor, amonia, hidrogen sulfida dan garam-garam
berat seperti tembaga, timbal, seng dan air raksa. Walaupun dalam jumlah yang
sangat kecil, timbal, seng dan tembaga dapat menghilangkan semua bentuk
kehidupan hewan di sungai tersebut ( Mahida,1984:13).
Mukhtasor (2007:28) menyatakan bahwa pencemaran air laut didefinisikan
sebagai peristiwa masuknya partikel kimia, limbah industri, pertanian dan
perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme invasif (asing) ke dalam laut,
yang berpotensi memberi efek berbahaya. Dalam sebuah kasus pencemaran,
banyak bahan kimia yang berbahaya berbentuk partikel kecil yang kemudian
diambil oleh plankton dan binatang dasar, yang sebagian besar adalah pengurai
ataupun filter feeder (menyaring air).
6
Jadi pencemaran air adalah keadaan di luar batas kenormalan yang dapat
merusak lingkungan dan menganggu ekosistem yang berada di dalamnya. Dan
limbah merupakan salah satu penyebab pencemaran dan akibat dari aktivitas
manusia.
2.4
Dampak Pencemaran Air laut
Menurut Hartanto ( 2008 : 16 ) dampak dari pencemaran air laut ialah :
1.
Pertumbuhan fitoplankton laut akan terhambat akibat keberadaan senyawa
beracun dalam komponen minyak bumi, juga senyawa beracun yang
terbentuk dari proses biodegradasi. Jika jumlah fitoplankton menurun,
maka populasi ikan, udang, dan kerang juga akan menurun. Padahal
hewan-hewan tersebut dibutuhkan manusia karena memiliki nilai ekonomi
dan kandungan protein yang tinggi.
2.
Penurunan populasi alga dan protozoa akibat kontak dengan racun slick
(lapisan minyak di permukaan air). Selain itu, terjadi kematian burungburung laut. Hal ini dikarenakan slick membuat permukaan laut lebih
tenang dan menarik burung untuk hinggap di atasnya ataupun menyelam
mencari makanan. Saat kontak dengan minyak, terjadi peresapan minyak
ke dalam bulu dan merusak sistem kekedapan air dan isolasi, sehingga
burung akan kedinginan yang pada akhirnya mati.
3.
Rusaknya estetika pantai akibat bau dari material minyak. Residu
berwarna gelap yang terdampar di pantai akan menutupi batuan, pasir,
tumbuhan dan hewan. Gumpalan tar yang terbentuk dalam proses
pelapukan minyak akan hanyut dan terdampar di pantai.
4.
Kerusakan biologis, bisa merupakan efek letal dan efek subletal. Efek letal
yaitu reaksi yang terjadi saat zat-zat fisika dan kimia mengganggu proses
sel ataupun subsel pada makhluk hidup hingga kemungkinan terjadinya
kematian. Efek subletal yaitu mepengaruhi kerusakan fisiologis dan
perilaku namun tidak mengakibatkan kematian secara langsung. Terumbu
karang akan mengalami efek letal dan subletal dimana pemulihannya
memakan waktu lama dikarenakan kompleksitas dari komunitasnya.
7
2.5
Tindakan Pertama yang Harus Dilakukan
Kusumaatmaja ( 1992 : 37) menyatakan bahwa tindakan pertama yang
harus dilakukan dalam mengatasi tumpahan minyak yaitu dengan melakukan
pemantauan banyaknya minyak yang mencemari laut dan kondisi tumpahan. Ada
2 jenis pemantauan yang dilakukan yaitu dengan pengamatan secara visual dan
penginderaan jauh (remote sensing).
* Pengamatan secara visual
Pengamatan secara visual merupakan pengamatan yang menggunakan
pesawat. Teknik ini melibatkan banyak pengamat, sehingga laporan yang
diberikan sangat bervariasi. Pada umumnya, pemantauan dengan teknik ini kurang
dapat dipercaya. Sebagai contoh, pada tumpahan jenis minyak yang ringan akan
mengalami penyebaran (spreading), sehingga menjadi lapisan sangat tipis di laut.
Pada kondisi pencahayaan ideal akan terlihat warna terang. Namun, penampakan
lapisan ini sangat bervariasi tergantung jumlah cahaya matahari, sudut
pengamatan dan permukaan laut, sehingga laporannya tidak dapat dipercaya.
* Pengamatan penginderaan jauh
Metode penginderaan jarak jauh dilakukan dengan berbagai macam teknik,
seperti Side-looking Airborne Radar (SLAR). SLAR dapat dioperasikan setiap
waktu dan cuaca, sehingga menjangkau wilayah yang lebih luas dengan hasil
penginderaan lebih detail. Namun,teknik ini hanya bisa mendeteksi lapisan
minyak yang tebal. Teknik ini tidak bisa mendeteksi minyak yang berada dibawah
air dalam kondisi laut yang tenang. Selain SLAR digunakan juga teknik
Micowave Radiometer, Infrared-ultraviolet Line Scanner, dan Landsat Satellite
System. Berbagai teknik ini digunakan untuk menghasilkan informasi yang cepat
dan akurat
2.6
Cara Penanggulangan
Perdana ( 2007:17-18) menerangkan bahwa pada umumnya, teknik
bioremediasi in-situ diaplikasikan pada lokasi tercemar ringan, lokasi yang tidak
dapat dipindahkan, atau karakteristik kontaminan yang volatil. Sedangkan
8
Bioremediasi ex-situ merupakan teknik bioremediasi dimana lahan atau air yang
terkontaminasi diangkat, kemudian diolah dan diproses pada lahan khusus yang
disiapkan untuk proses bioremediasi.
Menurut Mukhtasor (2007:30) beberapa teknik penanggulangan tumpahan
minyak diantaranya in-situ burning, penyisihan secara mekanis, bioremediasi,
penggunaan sorbent, penggunaan bahan kimia dispersan, dan washing oil.
•
In-situ burning adalah pembakaran minyak pada permukaan laut, sehingga
mengatasi
kesulitan
pemompaan
minyak
dari
permukaan
laut,
penyimpanan dan pewadahan minyak serta air laut yang terasosiasi.
Teknik ini membutuhkan booms (pembatas untuk mencegah penyebaran
minyak) atau barrier yang tahan api. Namun, pada peristiwa tumpahan
minyak dalam jumlah besar sulit untuk mengumpulkan minyak yang
dibakar. Selain itu, penyebaran api sering tidak terkontrol.
•
Penyisihan minyak secara mekanis melalui 2 tahap, yaitu melokalisir
tumpahan dengan menggunakan booms dan melakukan pemindahan
minyak ke dalam wadah dengan menggunakan peralatan mekanis yang
disebut skimmer.
•
Bioremediasi yaitu proses pendaurulangan seluruh material organik.
Bakteri pengurai spesifik dapat diisolasi dengan menebarkannya pada
daerah yang terkontaminasi. Selain itu, teknik bioremediasi dapat
menambahkan nutrisi dan oksigen, sehingga mempercepat penurunan
polutan.
•
Penggunaan sorbent dilakukan dengan menyisihkan minyak melalui
mekanisme adsorpsi (penempelan minyak pada permukaan sorbent) dan
absorpsi (penyerapan minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini berfungsi
mengubah fasa minyak dari cair menjadi padat, sehingga mudah
dikumpulkan dan disisihkan. Sorbent harus memiliki karakteristik
hidrofobik, oleofobik, mudah disebarkan di permukaan minyak, dapat
diambil kembali dan digunakan ulang. Ada 3 jenis sorbent yaitu organik
alami (kapas, jerami, rumput kering, serbuk gergaji), anorganik alami
(lempung, vermiculite, pasir) dan sintetis (busa poliuretan, polietilen,
polipropilen dan serat nilon).
9
•
Dispersan kimiawi merupakan teknik memecah lapisan minyak menjadi
tetesan
kecil
(droplet),
sehingga
mengurangi
kemungkinan
terperangkapnya hewan ke dalam tumpahan minyak. Dispersan kimiawi
adalah bahan kimia dengan zat aktif yang disebut surfaktan.
•
Washing oil yaitu kegiatan membersihkan minyak dari pantai.
10
BAB III
PEMBAHASAN
Pencemaran Air Laut Akibat Limbah Industri Minyak
Limbah minyak adalah buangan yang berasal dari hasil eksplorasi
produksi minyak, pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas penyimpanan,
pemrosesan, dan tangki penyimpanan minyak pada kapal laut. Limbah minyak
bersifat mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan
infeksi, dan bersifat korosif. Limbah minyak merupakan bahan berbahaya dan
beracun
(B3),
karena
sifatnya,
konsentrasi
maupun
jumlahnya
dapat
mencemarkan dan membahayakan lingkungan hidup, serta kelangsungan hidup
manusia dan mahluk hidup lainnya.
Pada umumnya, pengeboran minyak bumi di laut menyebabkan terjadinya
peledakan (blow out) di sumur minyak. Ledakan ini mengakibatkan semburan
minyak ke lokasi sekitar laut, sehingga menimbulkan pencemaran. Contohnya,
ledakan anjungan minyak yang terjadi di Teluk Meksiko sekitar 80 kilometer dari
Pantai Louisiana pada 22 April 2010. Pencemaran laut yang diakibatkan oleh
pengeboran minyak di lepas pantai itu dikelola perusahaan minyak British
Petroleum (BP). Ledakan itu memompa minyak mentah 8.000 barel atau 336.000
galon minyak ke perairan di sekitarnya.
Ketika minyak masuk ke lingkungan laut, minyak tersebut dengan segera
akan mengalami perubahan secara fisik dan kimia. Diantara proses tersebut adalah
membentuk lapisan (slick formation), menyebar (dissolution), menguap
(evaporation), polimerasi (polymerization), emulsifikasi (emulsification), emulsi
air dalam minyak ( water in oil emulsions ), emulsi minyak dalam air (oil in water
emulsions), foto oksida, biodegradasi mikorba, sedimentasi, dicerna oleh plankton
dan bentukan gumpalan.
Hampir semua tumpahan minyak di lingkungan laut dapat dengan segera
membentuk sebuah lapisan tipis di permukaan. Hal ini dikarenakan minyak
tersebut digerakkan oleh pergerakan angin, gelombang dan arus, selain gaya
gravitasi dan tegangan permukaan. Beberapa hidrokarbon minyak bersifat mudah
11
menguap, dan cepat menguap. Proses penyebaran minyak akan menyebarkan
lapisan menjadi tipis serta tingkat penguapan meningkat.
Minyak tidak dapat larut di dalam air, melainkan akan mengapung di atas
permukaan air, bahan buangan cairan berminyak yang di buang ke air lingkungan
akan mengapung menutupi permukaan air. Kalau bahan buangan cairan
berminyak mengandung senyawa yang volatile maka akan terjadi penguapan dan
luar permukaan minyak yang menutupi permukaan air akan menyusut.
Penyusutan luas permukaan ini tergantung pada jenis minyaknya dan waktu
lapisan minyak yang menutupi permukaan air dapat juga terdegradasi oleh
mikroorganisme tertentu, namun memerlukan waktu yang cukup lama.
Lapisan minyak di permukaan air lingkungan akan mengganggu
kehidupan organisme dalam air. Hal ini disebabkan oleh Lapisan minyak pada
permukaan air akan menghalangi difusi oksigen dari udara ke dalam air sehingga
jumlah oksigen yang terlarut di dalam air menjadi berkurang. Kandungan oksigen
yang menurun akan mengganggu kehidupan hewan air. Adanya lapisan minyak
pada permukaan air juga akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air
sehingga fotosintesis oleh tanaman air tidak dapat berlangsung. Akibatnya,
oksigen yang seharusnya dihasilkan pada proses fotosintesis tersebut tidak terjadi.
Kandungan oksigen dalam air jadi semakin menurun. Tidak hanya hewan air saja
yang terganggu akibat adanya lapisan minyak pada permukaan air tersebut, tetapi
burung air pun ikut terganggu karena bulunya jadi lengket, tidak bisa
mengembang lagi terkena minyak.
Selain dari pada itu, air yang telah tercemar oleh minyak juga tidak dapat
dikonsumsi oleh manusia karena seringkali dalam cairan yang berminyak terdapat
juga zat-zat yang beracun, seperti senyawa benzene, senyawa toluene dan lain
sebagainya.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah pencemaran laut
antara lain :
1.
Tidak membuang sampah ke laut
2.
Penggunaan pestisida secukupnya
12
3.
Yang paling sering di temukan pada saat pembersihan pantai dan laut
adalah puntung rokok. Selalu biasakan untuk tidak membuang puntung
rokok di sekitar laut.
4.
Kurangi penggunaan plastik
5.
Jangan tinggalkan tali pancing, jala atau sisa sampah dari kegiatan
memancing di laut.
6.
Setiap industri atau pabrik menyediakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah
(IPAL)
7.
Menggunakan pertambangan ramah lingkungan, yaitu pertambangan
tertutup.
8.
Pendaurulangan sampah organic
9.
Tidak menggunakan deterjen fosfat, karena senyawa fosfat merupakan
makanan bagi tanaman air seperti enceng gondok yang dapat
menyebabkan terjadinya pencemaran air.
10.
Penegakan hukum serta pembenahan kebijakan pemerintah
Upaya penanggulangan pencemaran laut adalah sebagai berikut :
1.
Melakukan proses bioremediasi, diantaranya melepaskan serangga untu
menetralisir pencemaran laut yang disebabkan oleh tumpahan minyak dari
ledakan ladang minyak.
2.
Fitoremediasi dengan menggunakan tumbuhan yang mampu menyerap
logam berat juga ditempuh. Salah satu tumbuhan yang digunakan tersebut
adalah pohon api-api (Avicennia marina).
3.
Melakukan pembersihan laut secara berkala dengan melibatkan peran serta
masyarakat
Melalui penanggulangan pencemaran ini diharapkan bahwa pencemaran
akan berkurang dan kualitas hidup manusia akan lebih ditingkatkan, sehingga
akan didapat laut yang bersih, sehat, dan nyaman. Masyarakat harus lebih peduli
terhadap lingkungan supaya aktivitas yang dilakukan tidak merusak dan
membahayakan organisme dan lingkungan.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Pencemaran air laut akibat tumpahan minyak sering terjadi. Banyak hal
yang menjadi penyebab seperti meledaknya anjungan minyak lepas pantai,
kecelakaan kapal tanker, operasi kapal tanker, bangunan lepas pantai dan
membuang sampah sembarangan. Tumpahan minyak merupaka jenis pencemaran
yang pengaruhnya cukup besar dalam waktu jangka panjang. Berbagai dampak
yang
ditiumbulkan
akibat
pencemaran
tersebut,
misalnya
menganggu
keberlangsungan organisme yang berada di dalam laut.
Tindakan pertama yang harus dilakukan adalah pengamatan secara visual
dan pengamatan penginderaan jauh ( remote sensing ). Solusi menanggulanginya
dengan cara in-situ burning, Penyisihan minyak secara mekanis melalui 2 tahap,
yaitu melokalisir tumpahan dengan menggunakan booms dan skimmer,
bioremediasi, penggunaan sorbent dilakukan dengan menyisihkan minyak melalui
mekanisme adsorpsi (penempelan minyak pada permukaan sorbent) dan absorpsi
(penyerapan minyak ke dalam sorbent), dispersan kimiawi, dan washing oil.
4.2
Saran
Sebaiknya
Pemerintah
dan
masyarakat
bekerja
sama
dan
ikut
berpartisipasi dalam upaya mengatasi percemaran air laut karena hal itu sangat
dibutuhkan demi keselamatan ekosistem laut dan lingkungan yang berada di
sekitarnya. Selain itu, kita juga harus menjaga lingkungan dari pencemaran yang
diakibatkan dari aktivitas manusia yang tanpa disadari justru membahayakan alam
sekitar.
14
DAFTAR PUSTAKA
Effendi,H.2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Furkhon.2010.Analisis Pencemaran Laut Akibat Tumpahan Minyak di Laut.
Bandung : Unpad
Harmayani,D.K. 2007. Pencemaran Air Tanah Akibat Pembuangan Limbah
Domestik di Lingkungan Kumuh: Studi Kasus Banjar Ubung Sari,
Kelurahan Ubung, (online), Vol. 5 No. 2, (http://ejournal.unud.ac.id/,
diakses 4 April 2013).
Hartanto, Benny. 2008. Oil Spill (Tumpahan Minyak) Di Laut Dan Beberapa
Kasus di Indonesia. Yogyakarta : Bahari Jogja
Kusumaatmadja, Mochtar.1992. Perlindungan dan Pelertarian Lingkungan Laut
Dilihat dari Sudut Hukum Internasional, Regional, dan Nasional.
Jakarta : Sinar Grafika dan Pusat Studi Wawasan Nusantara
Mahida,U.N. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta:
CV. Rajawali.
Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Jakarta : PT Pradnya Paramita
15
LAMPIRAN
Pengeboran Minyak Bumi di Laut
Tumpahan Minyak di Laut
In situ Burning
16