ANALISIS EFISIENSI DAN MANAJEMEN PRODUKSI PENDEDERAN I IKAN GURAMI ( Osphronemus goramy Lac.) DI KECAMATAN 2x11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN, SUMATERA BARAT
Amelia Sriwahyuni Lubis1, Abdullah Munzir2, Usman Bulanin2
Jurusan Budidaya Perairan, FPIK, Universitas Bung Hatta
Email: amelialubis41@yahoo.com
1)Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
2)Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
ABSTRAK
This study aims to analyze the influence of production factors on the amount of nursery production, the level of efficiency produced and the management of production in the first goramy nursery business in 2x11 Enam Lingkung District, Padang Pariaman Regency. This research was conducted in March - April 2018 in 2x11 Enam Lingkung sub-district, Padang Pariaman Regency, West Sumatra. The research method used is survey and field observation. Data were analyzed using a quantitative descriptive approach. The research variables observed were land area (X1), number of larvae stocking (X2), amount of labor (X3), feed (X4) and total production (Y). The results of the research on the analysis of factors of production on the amount of nursery production showed that the factors of production of land area and feed had a non-significant positive effect, larvae had a significant positive effect on the amount of production while the labor had a non-significant negative effect on the amount of production. The level of technical, price and economic efficiency of this goramy breeding business is 0.887 or about 89%, 2,066 and 1,833 which means it is not efficient which means that the use of production factors needs to be increased in order to achieve efficient conditions. The result of return to scale with a value of 1.126 which indicates the category of increasing return to scale, which means that each additional factor of production will produce an additional proportion of production that is greater. Production management in this business can be said to be good in terms of product sustainability, collaboration between farmers and marketing agents, and the implementation of activities that follow the SOP that have been made together.
Keyword : nursery, level of efficiency and production management
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk bertujuan menganalisis pengaruh faktor produksi terhadap jumlah produksi pendederan, tingkat efisiensi yang dihasilkan serta manajemen produksi pada usaha pendederan I ikan Gurami di Kecamatan 2x11 Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret - April 2018 bertempat di kecamatan 2x11 Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Metode penelitian yang digunakan survey dan observasi lapangan. Data dianalisis dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Variabel penelitian yang diamati yaitu luas lahan (X1), jumlah tebar larva (X2), jumlah tenaga kerja (X3), pakan (X4) dan jumlah produksi (Y). Hasil penelitian mengenai analisis faktor produksi terhadap jumlah produksi pendederan menunjukkan bahwa faktor produksi luas lahan dan pakan mempunyai pengaruh positif yang tidak signifikan, larva mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap jumlah produksi sedangkan tenaga kerja memberikan pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap jumlah produksi. Tingkat efisiensi teknis, harga dan ekonomi dari usaha pendederan ikan Gurami ini sebesar 0,887 atau sekitar 89%, 2,066 dan 1.833 yang artinya belum efisien yang artinya penggunaan faktor produksi perlu ditambah agar tercapai kondisi efisien. Hasil return to scale dengan nilai 1,126 yang menunjukkan kategori increasing return to scale yang artinya setiap penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar. Manajemen produksi pada usaha ini dapat dikatakan baik dilihat dari keberlanjutan produk, kerjasama antar pembudidaya dan agen pemasaran, serta pelaksanaan kegiatan yang mengikuti SOP yang telah dibuat bersama.
Kata kunci : pendederan, Tingkat efisiensi dan manajemen produksi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perikanan memiliki potensi yang baik untuk berkontribusi di dalam pemenuhan gizi masyarakat terutama ikan Gurami yang termasuk dalam ikan yang disukai dan sering dikonsumsi. Ikan Gurami (Osphronemus goramy Lac.) memiliki harga yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan jenis ikan budidaya yang lain. Ikan Gurami adalah pemakan segala, ketika kehabisan pakan komersil maka dapat digunakan daun-daunan seperti daun pepaya, daun sente, daun keladi, ketela pohon dan lain-lain sebagai pakan (Sani, 2014).
Ikan Gurami merupakan jenis ikan air tawar yang populer dan disukai sebagai ikan konsumsi di daerah Asia Tenggara dan Asia Selatan karena ikan Gurami memiliki daging yang padat, durinya yang besar, rasanya yang enak dan gurih serta mengandung protein tinggi yaitu 19%. Ikan Gurami hampir tersedia diseluruh restoran untuk dijadikan berbagai masakan terutama Gurami bakar dan Gurami asam manis. Dari survey lapangan pada februari 2018 diketahui bahwa harga ikan Gurami per kilogram berkisar Rp 30.000,- sampai Rp 60.000,-.
Di kecamatan 2x11 Enam Lingkungi ikan Gurami merupakan salah satu komoditas penting ikan air tawar dengan produksi yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Kegiatan budidaya ikan Gurami sendiri memiliki luas lahan yang sangat besar jika dibandingkan kegiatan budidaya pada ikan lainnya. Namun, hal ini tidak membuat produksi ikan Gurami menjadi lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil produksi ikan Nila.
Menurut Susanto dalam Pramono (2015), Untuk menunjang keberhasilan budidaya ikan salah satu faktor yang menentukan adalah tersedianya benih yang memenuhi syarat baik kualitas, kuantitas, maupun kontinuitasnya. Benih yang tersedia dalam jumlah banyak tetapi kualitasnya rendah hanya akan memberatkan pembudidaya pembesaran karena hasilnya tidak seimbang dengan kuantitas pakan yang diberikan. Sementara benih yang berkualitas bagus tetapi jumlahnya terbatas juga tidak akan meningkatkan produksi usaha pembesaran, karena akan timbul kekurangan benih yang cukup serius.
Permasalahan yang dihadapi dalam usaha pembenihan ikan Gurami secara tradisional adalah hasil produksi dan kualitas dari hasil produksi pembenihan ikan Gurami belum maksimal dan mutu yang masih kurang. Pembudidaya ikan Gurami masih dikatakan sedikit akibat beberapa kendala yang dihadapi pada saat melakukan budidaya. Kendala yang sering dialami dalam usaha budidaya ikan Gurami terjadi pada masa pembenihan dan pendederan. Selain itu, Ikan Gurami memiliki masa pertumbuhan yang relatif lama dari komoditas ikan lainnya. Hal ini menyebabkan ikan Gurami memiliki harga jual yang cukup tinggi.
Melihat pentingnya peranan benih bagi pembudidaya usaha pembesaran maka sangat diharapkan kepada para pembudidaya pembenih untuk menghasilkan benih yang baik, unggul dan berkualitas serta berkelanjutan. Untuk memperolehnya banyak tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh pembenih. Mulai dari persiapan wadah kolam pendederan, penebaran benih, pemeliharaan benih, menjaga kualitas air serta hama dan penyakit. Untuk melaksanakan beberapa tahapan pembenihan tersebut pembudidaya membutuhkan biaya-biaya dalam pengadaan faktor-faktor produksinya. Untuk itu diperlukan penelitian mengenai analisis efisiensi dan manajemen produksi pembenihan yang akan memberikan gambaran tentang kombinasi yang optimal dari sumberdaya.
Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh fakor produksi terhadap jumlah produksi pembenihan ikan Gurami di Kecamatan 2x11 Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman?
Bagaimana tingkat efisiensi yang dihasilkan pembudidaya pada usaha pembenihan ikan Gurami di Kecamatan 2x11 Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman?
Bagaimana manajemen produksi pada usaha pendederan ikan Gurami di Kecamatan 2x11 Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman?
Tujuan Penelitian
Menganalisis pengaruh faktor produksi terhadap jumlah produksi pembenihan ikan Gurami di Kecamatan 2x11 Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman.
Menganalisis tingkat efisiensi yang dihasilkan pembudidaya pada usaha pembenihan ikan Gurami di Kecamatan 2x11 Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman.
Menganalisis manajemen produksi pada usaha pendederan ikan Gurami di Kecamatan 2x11 Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman.
Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh pengetahuan tentang efisiensi produksi pembenihan ikan Gurami yang mana faktor produksi harus digunakan secara efisien agar mendapatkan output maksimun dari sejumlah input.
b. Manfaat Praktis
Sebagai sumbangan kepada pemerintah kecamatan 2x11 Enam Lingkung dan pembudidaya ikan Gurami dalam upaya meningkatkan produksi dan efisiensi produksi budidaya ikan Gurami demi meningkatkan output dari pembudidaya ikan Gurami.
METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kecamatan 2x11 Enam Lingkung. Lokasi tersebut dipilih karena budidaya ikan Gurami yang melakukan kegiatan pembenihan berada di lokasi ini. Penelitian akan dilakukan pada bulan Maret - April 2018.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuisioner, Alat Tulis, Kamera/ handphone, Laptop dengan software SPSS 16 dan FRONTIER 4.1d Bahan penelitian adalah objek yang diamati dalam penelitian. Dalam penelitian ini objek yang diamati adalah kelompok pembudidaya ikan Gurami di Kecamatan 2x11 Enam Lingkung yang melakukan Pendederan.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey dan observasi lapangan. Analisa data merujuk kepada penelitian yang dilakukan Munzir (1998), Munzir (2001), serta Munzir and Heidhue (2002)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan 2x11 Enam Lingkung merupakan salah satu dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Padang Pariaman yang terletak dekat dengan pusat ibu kota Kabupaten Padang Pariaman. Kecamatan 2x11 Enam Lingkung terletak antara 100○16’00’’ Bujur Timur dan 0○39’00’’ Lintang Selatan. Luas wilayah Kecamatan 2 x 11 Enam Lingkung mencapai 36,25 km2. Kondisi topografi
wilayah Kecamatan 2x11 Enam Lingkung yakni bergelombang sampai ke deretan Bukit Barisan dengan ketinggian ± 25 – 1000 meter di atas permukaan laut.
Kecamatan 2x11 Enam Lingkung memiliki batas–batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Patamuan dan Kecamatan 2x11 Kayu Tanam.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Enam Lingkung.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan VII Koto.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan 2x11 Kayu Tanam.
Kecamatan 2x11 Enam Lingkung terdapat 3 (tiga) nagari yaitu Nagari Lubuk Pandan yang memiliki 5 korong dengan luas daerah 6,84 km2, Nagari Sicincin yang memiliki 4 korong dengan besar luas daerah 21,80 km2, dan terakhir Nagari Sungai Asam yang memiliki 3 korong dengan luas daerah 7,61 km2 (Arlius, 2017).
Karakteristik Responden
Usia Responden
Usia responden berkisar antara 30-69 tahun. Usia responden didominasi antara 40-49 tahun sebanyak 11 orang (36,67%), usia responden 30-39 tahun sebanyak 8 orang (26,67%) hampir memiliki jumlah yang sama dengan usia responden 60-69 tahun yaitu 7 orang (23,33%), selanjutnya yaitu usia responden 50-59 tahun sebanyak 4 orang (13,33%).
Tabel 1. Usia Responden Pembudidaya Ikan Gurami Di Kecamatan 2x11 Enam Lingkung
No.
Usia
Frekuensi
Persentase (%)
1
30-39
8
26,67
2
40-49
11
36,67
3
50-59
4
13,33
4
60-69
7
23,33
Jumlah
30
100
Rata-Rata
41,4
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga berkisar antara 1-8 orang setiap keluarga dengan rata-rata 4,14 (4 orang/KK). Jumlah anggota keluarga terbanyak 3-4 orang/KK sebanyak 15 orang (50%), sedangkan jumlah anggota keluarga 1-2 orang/KK dan 5-6 orang/KK memiliki jumlah yang sama yaitu 7 orang (23,33%), dan jumlah anggota keluarga 7-8 orang/KK hanya berjumlah 1 orang (3,34%).
Tabel 2. Jumlah Anggota Keluarga Responden Di Kecamatan 2x11 Enam Lingkung
No.
JAK
Frekuensi
Persentase (%)
1
1-2
7
23,33
2
3-4
15
50,00
3
5-6
7
23.33
4
7-8
1
3,34
Jumlah
30
100
Rata-Rata
4,14
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
Pendidikan Responden
Responden terdiri dari SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Pendidikan responden terbanyak terdapat pada tingkat SMA dengan jumlah 12 orang (40%), tingkat pendidikan SMP sebanyak 9 orang (30%), serta tingkat SD sebanyak 7 orang (23,33%) dan tingkat perguruan tinggi sebanyak 2 orang. Hal ini menunjukkan pendidikan pembenih cukup untuk menerima ilmu dan teknologi baru yang didapatkan untuk melakukan pendederan ikan Gurami. Pendidikan responden diharapkan sebagai modal untu menjalankan usaha pemebenihan ikan Gurami serta memiliki saluran pemasaran sehingga memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.
Tabel 3. Pendidikan Responden Di Kecamatan 2x11 Enam Lingkung
No.
Pendidikan Responden
Frekuensi
Persentase (%)
1
SD
7
23,33
2
SMP
9
30
3
SMA
12
40
4
Perguruan Tinggi
2
6,67
Jumlah
30
100
Rata-Rata
10,75
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
Lama Pengamalam Berbudidaya
Lama pengalaman berbudidaya dari 1-36 tahun dengan rata-rata 18,76 tahun. Pengalaman berbudidaya dari 19-27 tahun sebanyak 14 orang (46,67%), selanjutnya 10-18 tahun sebanyak 10 orang (33,33%), serta pengalaman 28-36 tahun sebanyak 4 orang (13,33%) dan 1-9 tahun sebanyak 2 orang (6,67%). Berdasarkan hal diatas pengalaman berbudidaya pembenih ikan Gurami tergolong lama sehingga dapat mempengaruhi usaha pendederan. Pembudidaya akan semakin terampil dalam menjalankan uahanya dengan pengalaman yang didapatkan. Petani diharapkan dapat mempertahankan usaha dan meningkatkan pendapatan.
Tabel 4. Lama Pengalaman Berbudidaya Responden Di Kecamatan 2x11 Enam Lingkung
No.
LPB
Frekuensi
Persentase (%)
1
1-9 Tahun
2
6,67
2
10-18 Tahun
10
33,33
3
19-27 Tahun
14
46,67
4
28- 36 Tahun
4
13,33
Jumlah
30
100
Rata-Rata
18,76
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
Penggunaan Faktor-Faktor Produksi
Luas Lahan
Penggunaan lahan pada penelitian ini cukup beragam berkisar antara 200-1050 m2 untuk melakukan usaha pendederan ikan Gurami. Secara keseluruhan lahan yang digunakan pembudidaya merupakan kepemilikan sendiri. Jenis kolam yang digunakan yaitu kolam tanah dengan luas perkolam mulai dari 100 m2, 150 m2, 225 m2, 300 m2, 400 m2 dan 750 m2. Dengan luas kolam tersebut pembudidaya menebar larva sekitar 36-45 ekor/m2.
Sulistyo (2016) melakukan penelitian dengan judul Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gurami Pada resirkulasi dengan padat tebar 5,7 dan 9 ekor/liter dengan menebar benih ikan Gurami ukuran 1 cm pada wadah akuarium berukuran 80x40x40 cm dengan sistem resirkulasi. Hasil menelitian menunjukkan bahwa nilai kelangsungan hidup tertinggi diperoleh pada padat tebar 5 ekor/liter.
Jumlah Larva Yang Ditebar
Dalam penelitian ini larva yang digunakan yaitu larva ikan Gurami yang didapat dari hasil pemijahan yang dilakukan oleh pembudidaya sendiri dan membeli sarang telur. Larva yang ditebar merupakan larva yang telah habis kuning telurnya dan sudah bisa menerima makanan dari luar. Harga larva perekor Rp 120,- dengan jumlah tebar mulai dari 5000 - 27.000 ekor.
Berdasarkan lampiran 3, rataan padat tebar larva yang ditebar yaitu 36-45 ekor/m2. Jumlah ini dapat dikatakan cukup baik dan sesuai dengan SNI bidang produksi benih ikan Gurami. Hal ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Sulistyo (2016) dengan judul Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gurami Pada resirkulasi dengan padat tebar 5,7 dan 9 ekor/liter. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa padat tebar berpengaruh nyata pada derajat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian dan panjang mutlak.
Tenaga Kerja
Dalam penelitian ini pembudidaya sangat berperan penting, selain memimpin usaha dan mengatur proses produksi secara keseluruhan pembudidaya juga menyumbangkan tenaga untuk pelaksaan usaha tersebut. Pada usaha pendederan ikan Gurami di Kecamatan 2x11 Enam Lingkung tenaga kerja diupah Rp 30.000,- setiap harinya.
Tenaga kerja pada kegiatan pendederan tidak terlalu banyak hanya berkisar 1-4 orang. Jumlah tenaga kerja tergantung pada luas lahan yang dimiliki pembudidaya. Semakin luas lahan pembudidaya semakin besar jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan. Pada kegiatan pendederan tenaga kerja banyak diperlukan saat sebelum penebaran larva dan panen.
Pakan
Dalam penelitian ini pakan yang diberikan pada ikan Gurami adalah pakan komersil dan dedak. Kombinasi pakan komersil dan dedak yang diberikan beragam yaitu 1:1, 1:2, 1:3 dan 1:4. Pembudidaya menggunakan dedak sebagai pakan karena harganya yang murah. Pakan komersil yang digunakan pada usaha pendederan ikan Gurami adalah Sinta, bintang dan Hi-Pro-Vite. Harga dedak perkilo yaitu Rp 4000,- dan pakan komersil perkilo Rp 12.000,-.
Menurut Negeri (2016), dedak dapat dijadikan bahan campuran pakan karena memiliki kandungan karbohidrat serta serat kasar yang dibutuhkan ikan. Akan tetapi penggunaan dedak dedak sebagai bahan campuran sebaiknya tidak lebih dari 20% karena dapat menurunkan bobot ikan. Hal ini disebabkan karena tingginya kandungan lemak dan asam fitat dalam dedak padi menyebabkan fosfor yang terkandung di dalamnya tidak dapat diserap oleh hewan ternak
Hasil dan Pembahasan Analisa Data
Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinearitas
Hasil uji multikolinearitas data pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5. Hasil Pengujian Multikolinearitas Antar Variabel Independen
Model
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
(Constant)
Luas Lahan
.135
7.407
Jumlah Tebar
.151
6.617
Tenaga Kerja
.749
1.336
Pakan
.662
1.510
Dependent Variable: Produksi (ekor)
Tabel 5. Menunjukkan bahwa variabel bebas mempunyai nilai tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10. Dengan demikian model regresi terbebas dari uji multikolinearitas dengan tidak ditemukan adanya kolerasi antar variabel independen.
Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas data pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 6. Scatterplot Uji Heterokedastisitas
Gambar 6 menunjukkan bahwa tidak ada pola yang jelas, titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian model regresi terbebas dari uji heterokedastisitas.
Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independen luas lahan (X1), jumlah larva (X2), jumlah tenaga kerja (X3), persentase dedak dalam kombinasi pellet dan dedak (X4) dengan satu variabel dependen jumlah Produksi (Y) yang digunakan untuk memprediksi atau meramalkan suatu nilai variabel dependen berdasarkan variabel independen. Hasil dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Hasil Analisis Regresi Berganda Antara Variabel Dependen Dan Independen
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T
Sig.
B
Std. Error
Beta
(Constant)
-.409
.346
-1.180
.249
Luas Lahan
.052
.057
.042
.918
.367
Jumlah Larva
.951
.043
.943
21.889
.000
Tenaga kerja
-.009
.022
-.007
-.382
.706
Pakan
.132
.087
.031
1.514
.143
Hasil analisis regresi linear berganda yang dapat dibentuk dari tabel adalah
Y= -0,409 + 0,052X1 + 0,951X2 - 0,009X3 + 0,132X4
Dari persamaan regresi linear berganda dapat dijabarkan sebagai berikut :
Koefisien regresi variabel luas lahan sebesar 0,052. Hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan luas lahan sebesar 1% akan terjadi peningkatan hasil produksi sebesar 0,052 persen.
Koefisien regresi variabel larva sebesar 0,951. Hal ini menujukkan bahwa setiap penambahan benih sebesar 1% akan terjadi peningkatan hasil produksi sebesar 0,951 persen.
Koefisien regresi variabel tenaga kerja sebesar -0,009. Hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan tenaga kerja sebesar 1% akan terjadi penurunan hasil produksi sebesar 0,009 persen.
Koefisien regresi variabel pakan sebesar 0,132. Hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan pakan 1% akan terjadi penambahan hasil produksi sebesar 0,132 persen.
Pengujian Hipotesis
Uji F
Uji F digunakan bertujuan untuk melihat semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 7. Hasil Uji F Variabel Independen Terhadap Dependen
Model
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Regression
10.502
4
2.626
884.193
.000a
Residual
.074
25
.003
Total
10.576
29
a. Predictors: (Constant), Pakan, Tenaga Kerja, Larva, Lahan
b.Dependent Variable: Produksi
Berdasarkan tabel 7. menunjukkan bahwa nilai pembilang adalah 4 dan nilai penyebutnya adalah 25 sehingga didapat nilai F tabel adalah 2,76. Nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel yaitu 884.193 > 2,76. Nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari tingkat signifikansi (α) yaitu 5% dan dapat dinyatakan bahwa variabel independen (luas lahan, Larva, Tenaga Kerja dan Pakan) berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (hasil produksi) secara signifikan.
Koefesien Determinasi (R2)
Nilai koefisien determinasi (R2) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 8. Koefisien Determinasi Variabel Dependen Terhadap Independen
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
.996a
.993
.992
.054492
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa nilai adjusted R2 sebesar 0,993. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen (luas lahan, larva, tenaga kerja dan pakan) memberikan sumbangan sebesar 99,3% terhadap variabel dependen (hasil produksi) sedangkan 0,7% didapat dari variabel independen lainnya yang tidak termasuk dalam analisis.
Uji T
Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh parsial dari faktor-faktor produksi apakah berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi. Apabila T hitung lebih besar dari T tabel maka dapat disimpulakan bahwa faktor-faktor produksi tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah produksi. Kriteria pengujian jika T hitung < T tabel 0,05 maka HO diterima dan jika T hitung > T tabel 0,05, maka Ho ditolak.
Pengujian Hipotesis Luas Lahan
Pada tabel 6 koefisien regresi variabel luas lahan mempunyai tanda positif dengan nilai sebesar 0,052 dan mempunyai nilai T hitung sebesar 0,918 dengan nilai signifikan 0,367. Hal ini menunjukkan bahwa nilai T hitung lebih kecil dari pada T tabel yaitu 0,918 < 2,059 dan nilai signifikan lebih besar dari tingkat signifikan yaitu 0,367 > 0,05. Dapat dinyatakan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak berarti luas lahan tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi.
Hasil pengujian hipotesis luas lahan menunjukkan bahwa jumlah produksi ikan Gurami di Kecamatan 2x11 Enam Lingkung tidak dipengaruhi oleh luas lahan. Hal ini berarti bahwa beberapa pembudidaya belum memanfaatkan potensi luas lahan yang mereka punya. Hal ini karena untuk memenuhi kebutuhan pembudidaya para pembudidaya juga menggunakan sebagian lahan untuk membudidayakan ikan lainnya seperti ikan Nila dan Lele. Berdasarkan SNI Bidang Produksi Ikan Gurami, Badan Standar Nasional 2000 jumlah larva yang ideal akan ditebarkan pada luas lahan tertentu adalah 60-100 ekor/m2 dengan ukuran 0,75-4 cm. Untuk luas lahan yang digunakan pembudidaya menebar larva dengan kepadatan sekitar 18.000-30.000 ekor.
Tabel 9. Standar Wadah pemeliharaan, Padat Tebar, Ukuran Tebar dan Sintasan Produksi Pada Setiap Ukuran.
No.
Kegiatan
Ukuran ikan (cm)
0,75-1,00
1,0-2,0
2-4
1.
Wadah pemeliharaan
Kolam atau bak
Kolam atau bak
Kolam atau bak
2.
Padat tebar (ekor/m2)
100
80
60
3.
Sintasan
60
60
70
Sumber : SNI Bidang Produksi Benih Ikan Gurami, Badan Standar Nasional 2000
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pramono (2015) dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Pembenihan Ikan Lele Dumbo Di Kabupaten Wonogiri yang menyatakan bahwa dari 6 variabel faktor produksi yang digunakan luas lahan merupakan 1 dari 2 variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan dengan nilai T hitung -1,524310 dan nilai signifikan 0,1362, penelitian Sundari dan Priyanto (2016) dengan judul Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Teknologi Pendederan Ikan Lele (Clarias sp) Sangkuriang yang menyatakan luas lahan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi benih ikan Lele Sangkuriang dengan nilai T hitung 0,33 dan nilai signifikan 0,69.
Pengujian Hipotesis Jumlah Tebar larva
Berdasarkan tabel 6 koefisien regresi variabel larva mempunyai tanda positif dengan nilai 0,951 dan nilai T hitung 21,889 dengan nilai signifikan 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa nilai T hitung lebih besar dari pada T tabel yaitu 21,889 < 2,059 dan nilai signifikan lebih kecil dari tingkat signifikan yaitu 0,000 > 0,05. Dapat dinyatakan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima berarti jumlah tebar larva berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi.
Koefisien variabel larva dalam estimasi regresi berganda memiliki nilai sebesar 0,951, hal ini berarti bahwa setiap peningkatan 1 persen larva maka akan meningkatkan jumlah produksi sebesar 0,951 begitu juga sebaliknya, setiap pengurangan larva 1 persen akan menurunkan jumlah produksi sebesar 0,951 persen. Nilai koefisien variabel larva menunjukkan bahwa variabel larva memiliki nilai yang paling besar, sehingga memberikan gambaran bahwa larva merupakan faktor produksi yang paling besar pengaruhnya terhadap jumlah produksi ikan Gurami di Kecamatan 2x11 Enam Lingkung.
Hasil penelitian yang sama dilakukan oleh Riani dan Indra (2014) dengan judul Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Tambak Ikan Bandeng Di Kabupaten Aceh Utara yang menyatakan bahwa gelondongan berpengaruh positif secara nyata terhadap produksi ikan Bandeng dengan nilai T hitung lebih besar dari T tabel 5% yaitu 2,267 > 1,989 dan hasil penelitian yang sama dilakukan oleh Sumartin (2017) dengan judul Analisis Efisiensi Faktor Produksi Usaha Budidaya Ikan Bandeng di BPPP Banyuwangi menyatakan bahwa benih memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap produksi budidaya ikan bandeng dengan nilai elastisitas sebesar 0,005.
Pengujian Hipotesis Tenaga Kerja
Berdasarkan tabel 4.6 koefisien regresi variabel tenaga kerja mempunyai tanda negatif dengan nilai -0,009 dan nilai T hitung -0,382 dengan nilai signifikan 0,706. Hal ini menunjukkan bahwa nilai T hitung lebih kecil dari pada T tabel yaitu -0,382 < 2,059 dan nilai signifikan lebih besar dari tingkat signifikan yaitu 0,706 > 0,05. Dapat dinyatakan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak berarti tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi.
Nilai koefisien tenaga kerja memberikan pengaruh negatif pada produksi disebabkan karena untuk kegiatan pembenihan tidak membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Tenaga kerja dibutuhkan saat pengolahan dasar kolam yang digunakan dan saat panen. Pada saat kegiatan pembenihan berlangsung tenaga kerja hanya bekerja memberi makan ikan dan mengontrol lingkungan usaha pembenihan.
Sumartin (2017) dengan judul Efisiensi Faktor Faktor Produksi Usaha Budidaya Ikan Lele Dumbo menyatakan bahwa variabel tenaga kerja memiliki nilai koefisien negatif yang artinya variabel tenaga kerja memiliki pengaruh negatif pada hasil produksi namun tidak signifikan dengan dibuktikan dari nilai T hitung -1,102 dengan nilai signifikan 0,276 artinya tidak berpengaruh nyata secara parsial terhadap produksi benih ikan Lele Dumbo. Selanjutnya hasil penelitian yang sama dilakukan oleh Azwir (2011) dengan judul Analisis Finansial dan Efisiensi Produksi Usahatani Rumput Laut Di Kota Kediri menyatakan bahwa jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh secara signifikan pada produksi usahatani rumput laut.
Pengujian Hipotesis Pakan
Berdasarkan tabel 6 koefisien regresi variabel tenaga kerja mempunyai tanda positif dengan nilai 0,132 dan nilai T hitung 1,514 dengan nilai signifikan 0,143. Hal ini menunjukkan bahwa nilai T hitung lebih kecil dari pada T tabel yaitu 1,514 < 2,059 dan nilai signifikan lebih besar dari tingkat signifikan yaitu 0,143 > 0,05. Dapat dinyatakan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak berarti pakan tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi.
Menurut Badan Standar Nasional tahun 2000 ikan Gurami membutuhkan protein > 30%, sedangkan dalam penelitian ini pembudidaya menggunakan pakan dengan kombinasi antara pakan komersil dan dedak. Pakan komersil yang diberikan pada larva adalah HI-Pro-vite, Bintang dan Sinta yang memiliki kandungan protein >30% dan dikombinasikan dengan dedak yang mengandung protein 8,96%. Kombinasi pakan dilakukan pembudidaya mengingat harga pakan komersil yang semakin meningkat.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Pramono (2016) dengan judul Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi
Produksi Pembenihan Ikan Lele Dumbo Di Kabupaten Wonogiri yang menyatakan bahwa variabel pakan memiliki pengaruh signifikan pada hasil produksi.
4.4.4 Uji Efisiensi
1. Efisiensi Teknis
Tingkat efisiensi teknis penggunaan faktor-faktor produksi dalam pembenihan ikan Gurami di Kecamatan 2x11 Enam Lingkung dapat diketahui dari hasil pengolahan data dengan bantuan sofware Frontier 4.1d. Nilai efisiensi teknis tersebut dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Nilai Efisiensi Teknis Pembenihan Ikan Gurami Di Kecamatan 2x11 Enam Lingkung
No.
Nilai efisiensi Teknis
Jumlah
1.
0 – 0,2
-
2.
0,21 – 0,4
3
3.
0,41 – 0,6
-
4.
0,61 – 0,8
5.
0,81 – 1.0
27
Rata-rata nilai efisiensi teknis
0,8870
Jumlah Responden
30
Berdasarkan tabel 10 nilai efisiensi yang telah diolah dengan bantuan sofware Frontier 4.1d menunjukkan bahwa dari 30 responden diperoleh nilai efisiensi teknis dengan rata-rata 0,8870. Nilai tersebut menjelaskan bahwa rata-rata nilai efisiensi teknis pembenihan ikan Gurami di Kecamatan 2x11 Enam Lingkung mencapai 89% dari hasil kombinasi faktor-faktor produksi yang digunakan. Nilai tersebut masih dibawah 1 yang artinya belum mencapai nilai efisien secara teknis dan masih memiliki potensi untuk mencapai nilai efisien teknis sebesar 11% untuk meningkatkan produksi ikan Gurami di lokasi penelitian.
Dari hasil analisis, beberapa perlakuan yang dapat meningkatkan nilai efisiensi teknis di lokasi ini adalah dengan menguranginya jumlah tenaga kerja yang memiliki nilai koefisien negatif. Jumlah tenaga kerja dapat dikurangi dengan cara menambah luas kolam atau jumlah kolam yang diurus oleh tenaga kerja yang dipekerjakan. Selain itu, pembudidaya sebaiknya lebih memperhatikan proses pemupukan kolam sebelum menebar larva agar pakan yang diberikan sebelum waktunya tidak terbuang karena larva pada awal tebar masih memanfaatkan pakan alami yang ada di kolam pemeliharaan.
Secara individual nilai efisiensi teknis yang dicapai oleh pembenih ikan Gurami di 2x11 Enam Lingkung cukup beragam mulai dari 0,33 sampai 0,99. Dari hasil individual yang didapat 10 persen diantara responden memiliki tingkat efisiensi teknis 0,21-0,4, 43 persen diantara responden memiliki tingkat efisiensi teknis 0,8-0,9 sedangkan 43 persen dari jumlah responden mencapai nilai efisiensi 0,99 yang artinya beberapa pembenih ikan Gurami telah mencapai nilai efisiensi teknis sama dengan 1. Nilai ini mengartikan bahwa usaha pembenihan ikan Gurami di lokasi penelitian masuk kedalam kategori sedang- tinggi.
Kareem et al., (2008) dengan judul Analysis of technical, allocative and economic efficiency of different pond systems in Ogun state, Nigeria menyimpulkan rata-rata efisiensi teknis pembudidaya yang melakukan budidaya di bak beton dan tambak adalah 0,88 dan 0,89. Hasil yang sama juga dinyatakan oleh Umar et al., (2014) dengan judul Analysis of Technical Efficiency of Small Scale Fish Farming in Maiduguri Metropolitan Area of Borno State, Nigeria, rata-rata tingkat efisiensi teknis yang dicapai oleh pembudidaya dengan skala kecil pada area Metropolitan di lokasi penelitian mencapai 0,89 yang artinya rata-rata efisiensi yang dicapai sebesar 89%.
2. Efisiensi Harga dan Ekonomi
Efisiensi harga tercapai apabila perbandingan antara nilai produktivitas marginal masing-masing input (NPMxi) dengan harga inputnya (Vi) atau “ki” sama dengan satu. (Nicholson dalam Widyananto, 2010) Kondisi ini menghendaki NPM sama dengan harga faktor produksi.
Dalam kenyataan yang sebenarnya persamaan (3.6) nilainya tidak sama dengan 1, yang sering kali terjadi adalah :
Jika maka penggunaan input x belum efisien. Untuk mencapai efisien, input x harus ditambah.