KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIABETES MELLITUS
TIPE 2 DENGAN MASALAH RESIKO KETIDAKSTABILAN
KADAR GLUKOSA DARAH
(Studi di Ruang Dahlia RSUD Jombang)
OLEH :
NURUL MASLIKAH
NIM. 151210025
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2018
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIABETES MELLITUS
TIPE 2 DENGAN MASALAH RESIKO KETIDAKSTABILAN
KADAR GLUKOSA DARAH
(Studi di Ruang Dahlia RSUD Jombang)
OLEH :
NURUL MASLIKAH
NIM. 151210025
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2018
i
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIABETES MILLITUS
TIPE 2 DENGAN MASALAH RESIKO KETIDAKSTABILAN
KADAR GLUKOSA DARAH
(Studi di Ruang Dahlia RSUD Jombang)
Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan
(A.Md.Kep) Pada Program Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang
OLEH :
NURUL MASLIKAH
151210025
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2018
ii
iii
03 Oktober 2018
iv
v
vi
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ngawi 28 Mei 1997 dari keluarga bapak Sarjono dan
ibu Titik Hidayati. Penulis merupakan anak ke satu dari dua bersaudara.
Tahun 2009 penulis lulus dari SD Negeri Kenongorejo 2 & 4, tahun 2012
penulis lulus dari SMP Negeri 1 Bringin dan tahun 2015 penulis lulus dari SMK
Kesehatan Rahani Husada Ngawi, tahun 2015 penulis lulus masuk STIKES Insan
Cendekia Medika Jombang melalui Tes tulis, Tes wawancara. Penulis memilih
program Studi D3 Keperawatan dari lima pilihan dari program Studi yang ada di
Stikes Icme Jombang.
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.
Jombang,
2018
NURUL MASLIKAH
viii
MOTTO
“Jangan mudah menyerah semua pasti ada jalan keluarnya selagi ada usaha dan
kemampuan”
PERSEMBAHAN
Sembah sujud syukur alhamdullah kepada ALLAH SWT. Atas karunia
serta kemudahan yang berikan akhirnya Karya Tulis Ilmiah ini dapat
terselesaikan. Aku persembahkan karya tulis ini untuk seseorang yang selalu
senantiasa merawatku, membesarkanku, memberikanku banyak pendidikan mulai
dari tidak mengerti sampai umurku sekarang terimakasih Bapak dan Ibu karena
selalu memanjatkan doa disetiap sujudmu sehingga karya tulis ini terselesaikan.
Terimakasih juga buat sahabatku ”Kontraan Hits” yang selalu memberi
dukungan, support serta selalu berbagi pengalaman denganku. Serta teman-teman
D3 Keperawatan yang aku cintai sudah menjadi teman-teman yang luar biasa
selama 3 tahun ini, tawa canda, tangis sudah pernah kita rasakan aku pasti akan
rindu dengan kalian semua.
Terimaksih atas semuanya.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat limpahan rahmat serta karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2
DENGAN MASALAH RESIKO KETIDAKSTABILAN KADAR GLUKOSA
DARAH” DI RUANG DAHLIA RSUD JOMBANG”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, dengan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat Bapak H Imam Fatoni S.KM,MM selaku
Ketua STIKES ICME Jombang, yang telah memberikan sarana dan prasarana.
Nita Arisanti Y.,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan, ibu
Hyndia Ikke S.,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Pembimbing I, ibu Ita ni‟matus.,
S.SiT.M.Kes selaku Pembimbing II, Dosen STIKES ICME Jombang yang telah
memberikan bimbingan hingga terselesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Beserta
seluruh civitas akademik program studi D3 Keperawatan. Ungkapan terimakasih
juga disampaikan kepada kedua Orang Tua karena selalu memanjatkan Doa
disetiap sujudmu sehingga karya tulis ini terselesaikan. Serta Teman-Teman D3
Keperawatan yang aku cintai sudah menjadi teman-teman yang luar biasa selama
3 tahun ini, tawa, canda, tangis, sudah sudah pernah kita rasakan aku pasti akan
rindu dengan kalaian semua. Terimakasih atas semuanya.
Penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini banyak sekali kekurangan,
oleh karena itu penulis berharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat.
Jombang,
2018
Penulis
NURUL MASLIKAH
x
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI DIABETES
MELLITUS TIPE 2 DENGAN RESIKO KETIDAKSTABILAN KADAR
GLUKOSA DARAH DI RUANG DAHLIA RSUD JOMBANG
Oleh:
NURUL MASLIKAH
Diabetes Mellitus merupakan penyakit metabolik yang bersifat kronik,
ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah yang orang awam
menyebutnya dengan kencing manis, sebagai akibat adanya gangguan insulin,
sekresi insulin. Insulin adalah hormon yang disekresi dari pankreas dan
dibutuhkan dalam proses metabolisme glukosa. Saat insulin tidak bekerja
sebagaimana fungsinya maka terjadi penumpukan glukosa di sirkulasi darah atau
hiperglikemia. Peneliti bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan pada
klien yang mengalami Diabetes Mellitus dengan Resiko Ketidakstabilan Kadar
Glukosa Darah. Di Ruang Dahlia RSUD Jombang pada tanggal 24-27 April 2018.
Desain peneliti yang digunakan dalam studi kasus ini yaitu peneliti
deskriptif klien yang mengalami Diabetes Mellitus dengan resiko ketidakstabilan
kadar glukosa darah Di Ruang Dahlia RSUD Jombang. Jumlah subyek peneliti
adalah 2 klien dengan masalah keperawatan dan diagnosis medis yang sama
Pada klien dengan masalah resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
intervensi yang digunakan adalah NOC: kontrol glukosa darah NIC: managemen
hiperglikemi. Berdasarkan hasil peneliti pada kedua klien didapatkan perbedaan
dari hasil GDA klien. Antara klien 1 lebih rendah dari pada klien 2.
Dalam studi kasus maka peneliti mengambil kesimpulan dari hasil evaluasi
terakhir disimpulkan bahwa klien 1 masalah teratasi sebagian sedangkan klien 2
masalah belum teratasi. Saran yang diberikan kepada klien. Klien harus sering
mengontrol kadar glukosa darah dan mengurangi konsumsi gula sehingga dapat
mengambil suatu keputusan yang sesuai dengan masalah serta ikut
memperhatikan dan melaksanakan tindakan yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
Kata kunci : klien. Diabetes Mellitus. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa
darah.
xi
ABSTRACT
THE NURSING CARE OF CLIENTS WHO ARE EXPERIENCING
DIABETES MELLITUS TYPE 2 WITH THE RISK OF INSTABILITY OF
BLOOD GLUCOSE LEVELS IN THE DAHLIA HOSPITALS JOMBANG
By:
NURUL MASLIKAH
Diabetes Mellitus is a metabolic disease that is chronic, characterized by
increased blood glucose levels which the layman might call diabetes, as the result
of any such interruption of insulin, insulin secretion. Insulin is a hormone that is
secreted from the pancreas and is required in the process of metabolism of
glucose. When insulin does not work as its functions then happened in the buildup
of glucose blood circulation or hyperglycemia. Researchers aim to provide
nursing care on the client that is experiencing Diabetes Mellitus with the risk of
instability of blood glucose levels. In the Dahlia HOSPITALS Jombang on 24-27
April 2018.
Researchers design used in this case study, namely the descriptive
researchers clients who suffered Diabetes Mellitus with the risk of instability of
blood glucose levels in the Dahlia HOSPITALS Jombang. The number of
researchers is the subject of two clients with problems of nursing and the same
medical diagnosis
On the client with the issue of the risk of instability of the blood glucose
levels of intervention used is NOC: blood glucose control NIC: hiperglikemi
management. Based on the results of researchers in both the client obtained the
distinction of the GDA's clients. Between client 1 lower than on client 2.
In a case study then researchers take the conclusions of the last evaluation
results concluded that client 1 client while the issue is resolved in part 2 the
problem is not resolved. The advice given to clients. The client must often control
their blood glucose levels and reducing the consumption of sugar so that it can
take a decision in accordance with the problem as well as join the notice and
carry out the action given by health workers.
Keyword: client. Diabetes Mellitus. The risk of instability of blood glucose
levels.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul Depan ....................................................................... i
Halaman Sampul Belakang .................................................................. ii
Pernyataan Keaslian ............................................................................ iii
Pernyataan Bebas Plagiasi ................................................................... iv
Surat Pernyataan .................................................................................. v
Lembar Persetujuan ............................................................................ vi
Lembar Pengesahan ............................................................................. vii
Riwayat Hidup ...................................................................................... viii
Motto ..................................................................................................... ix
Kata Pengantar .................................................................................... x
Abstrak ................................................................................................... xi
Daftar Isi ................................................................................................ xi
Daftar Gambar ...................................................................................... xii
Daftar Tabel........................................................................................... xiii
Daftar Singkatan ................................................................................... xv
Daftar Lampiran ................................................................................... xvi
BAB 1 PENDALUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Batasan Masalah
...................................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah ........................................................................... 4
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum .............................................................................. 4
1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................ 4
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoritis ........................................................................... 5
1.5.2 Manfaat Praktis ............................................................................ 5
BAB 2 Tinjauan Pustaka
2.1 Konsep Diabetes Mellitus
2.1. 1 Definisi Diabetes Mellitus........................................................... 7
2.1.2 Etiologi Diabetes Mellitus............................................................ 7
2.1.3 Klasifikasi Diabetes Mellitus ...................................................... 8
2.1.4 Patofisiologi Diabetes Mellitus ................................................... 9
2.1 WOC Diabetes Mellitus .............................................................. 13
2.1.5 Manisfestasi Klinis Diabetes Mellitus ....................................... 14
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang Diabetes Mellitus ............................... 16
2.1.7 Komplikasi Diabetes Mellitus ................................................... 17
2.1.8 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus ........................................... 17
2.2 Konsep Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
2.2.1 Definisi Resiko Ketidakstabilan
Kadar Glukosa Darah ............................................................... 19
2.2.2 Faktor Resiko Ketidakstabilan
Kadar Glukosa Darah................................................................. 20
2.2.3 Kondisi Klinis Terkait ................................................................ 20
xiii
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus
2.3.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................... 20
2.3.2 Pemeriksaan Fisik ...................................................................... 22
2.3.3 Pemeriksaan Penunjang ............................................................. 26
2.3.4 Diagnosa Keperawatan .............................................................. 27
2.3.5 Intervensi Keperawatan .............................................................. 28
2.3.6 Implementasi Keperawatan ........................................................ 33
2.3.7 Evalusi Keperawatan .................................................................. 34
BAB 3 Metode Penelitian
3.1 Desain Penelitian ........................................................................... 35
3.2 Batasan Istilah ............................................................................... 35
3.3 Partisipasi ...................................................................................... 36
4.3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 37
4.3.4.1 Lokasi Penelitian ..................................................................... 37
4.3.4.2 Waktu Penelitian .................................................................... 37
5.3.5 Pengumpulan Data .................................................................... 38
6.3.7 Analisa Data ............................................................................... 38
6.3.8 Etik Penelitian ............................................................................ 40
BAB 4 Penelitian Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................. 42
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................... 42
4.1.2 Pengkajian ................................................................................. 43
4.1.3 Hasil Laboratorium .................................................................... 48
4.1.4 Terapi ......................................................................................... 48
4.1.5 Analisa Data .............................................................................. 49
4.1.6 Diagnosa Keperawatan .............................................................. 50
4.1.7 Intervensi Keperawatan .............................................................. 50
4.1.8 Implementasi Asuhan Keperawatan .......................................... 51
4.1.9 Evaluasi Asuhan Keperawatan ................................................... 55
4.2 Pembahasan ................................................................................... 57
4.2.1 Pengkajian ................................................................................. 58
4.2.2 Diagnosa Keperawatan .............................................................. 59
4.2.3 Intervensi Keperawatan .............................................................. 59
4.2.6 Implementasi ............................................................................. 60
4.2.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................ 60
BAB Kesimpulan dan Penutup
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 62
5.2 Saran .............................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 65
Lampiran ............................................................................................... 6
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 WOC Diabetes Mellitus....................................................... 13
xv
GAMBAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Definisi Kategori Indeks Massa Tubuh ..................... 23
Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah ........................................ 23
Tavel 2.3 Seacara Kuantitatif dengan GCS
(Glasgow Coma Scale) ................................................................ 25
Tabel 2.4 Nilai Motorik............................................................... 25
Tabel 2.5 Diagnosa dan Intervensi ............................................. 29
Tabel 4.1 Identitas Klien ............................................................. 43
Tabel 4.2 Riwayat Penyakit ........................................................ 43
Tabel 4.3 Pola Kesehatan ............................................................ 44
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik (6B) .............................................. 46
Tabel 4.5 Pemeriksaan Laboratorium ......................................... 48
Tabel 4.6 Pemberian Terapi ........................................................ 48
Tabel 4.7 Analisa Data ................................................................ 49
Tabel 4.8 Diagnosa Keperawatan ............................................... 50
Tabel 4.9 Intervensi Keperawatan............................................... 50
Tabel 4.10 Implementasi Keperawatan Klien 1 Hari Pertama ... 51
Tabel 4.11 Implementasi Klien 2 ................................................ 52
Tabel 4.12 Implementasi Klien 1 Hari Kedua ............................ 52
Tabel 4.13 Implementasi Klien 2 ................................................ 52
Tabel 4.14 Implementasi Klien 1 Hari Ketiga ............................ 53
Tabel 4.15 Implementasi Klien ................................................... 53
Tabel 4.16 Evaluasi Keperawatan Klien 1 Hari Pertama ............ 54
Tabel 4.17 Evaluasi Klien 2 ........................................................ 54
Tabel 4.18 Evaluasi Klien 1 Hari Kedua .................................... 55
Tabel 4.19 Evaluasi Klien 2 ........................................................ 55
Tabel 4.20 Evaluasi Klien 1 Hari Ketiga ................................... 56
Tabel 4.21 Evaluasi Klien 2 ....................................................... 56
xvi
DAFTAR SINGKATAN
BAB
: Buang Air Besar
RISKESDAS
: Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
ADA
: (American Diabetes Assoclation)
IDDM
: Insulin Dependen Diabetes Mellitus
BAK
: Buang Air Kecil
DM
: Diabetes Mellitus
GDS
: Gula Darah Sewaktu
GDM
: Gestatioanal Diabetes Mellitus
g/dl
: gram/desi liter
mg/dl
: milligram/desi liter
NIDDM
: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
OHO
: Obat Hipoglikemik Oral
osm
: Osmolatitas
RSUD
: Rumah Sakit Umum Daerah
WHO
: World Health Organization
WOD
: Wawara, Observasi, Dokumentasi
GCS
: Glasgow Coma Scale
NIC
: Nursing Intervention Klasifikation
NOC
: Nursing Outcome Clasification
CM
: Composmentis
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Jadwal Karya Tulis Ilmiah............................................. 66
Lampiran 2 : Permohonan Menjadi Responden ....................... .......... 67
Lampiran 3 : Persetujuan Menjadi Responden ................................... 68
Lampiran 4 : Form Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah ............ 69
Lampiran 5 : Satuan Acara Penyuluhan Diet Diabetes Mellitus......... 77
Lampiran 6 : Materi Diet pada Diabetes Mellitus ............................... 82
Lampiran 7 : Lembar Konsultasi ........................................................ 87
Lampiran 8 : Surat Bakordik ............................................................... 89
Lampiran 9 : Surat Penelitian.............................................................. 90
xviii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah terjadi karena tubuh tidak
mampu menggunakan dan melepaskan insulin secara adekuat (Irianto, 2015).
Di sebabkan karena faktor keturunan, obesitas, makan secara berlebihan,
kurang olahraga, serta perubahan gaya hidup (Kusnanto, 2013). Dengan
demikian keadaan tersebut diakibatkan ketidakstabilan kadar glukosa darah
yang pertama melakukan cara edukasi, penderita harus memahami betul-betul
menganai Diabetes Mellitus (DM), cara yang kedua yaitu tentang pembatasan
diet makanan, penderita harus memahami dan mengikuti pola diet yang di
jalani tidak boleh melebihi batasan diet yang disesuaikan, selanjutnya dengan
berolahraga atau gerak badan sangat diperlukan untuk membakar kadar gula
dalam darah yang sudah berlebih, yang terakhir dengan terapi-terapi seperti
farmakologis (Santoso, 2011). Tujuan ini untuk mempertahankan kadar gula
darah dalam tubuh agar tetap dalam batas normal serta mengatasi berbagai
macam keluhan yang sering dialami oleh penderita Diabetes seperti kesemutan
dengan gangguan pada penglihatan (FKUI, 2007).
World Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah penderita
Diabetes Mellitus di dunia mencapai 200 juta jiwa. Indonesia menepati urutan
ke empat terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia. Menurut
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, Provinsi Jawa
1
2
Timur merupakan salah satu wilayah di Indonesia dengan prevelensi penderita
Diabetes Mellitus sebasar 2,1% (Riskesdas, 2013).
Kasus penderita Diabetes
Mellitus sebanyak 102.399 kasus (Dinkes Provinsi Jawa timur, 2012). Peneliti
yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya dengan Diabetes Mellitus
pada tahun 2009 sejumlah 15.961, meningkat pada jumlah 21.729 pada tahun
2010 (Perkeni, 2006).
Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah sebabkan oleh obesitas, kurang
berolahraga, pola makan yang buruk dan gaya hidup yang tidak sehat menjadi
faktor utama Pada Diabetes Mellitus tipe 2 terdapat terdapat dua masalah yang
berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan retensi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,
terjadi suatu rangakain reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi insulin pada Diabetes Mellitus tipe 2 disertai dengan penurunan
reaksi intra sel ini. Dengan demikian insulin tidak efektif untuk menstlimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang
berlangsung lambat dan progresif maka Diabetes Mellitus tipe 2 dapat berjalan
tanpa terdeteksi. Diabetes Mellitus membuat gangguan komplikasi melalui
kerusakan pada pembuluh darah diseluruh tubuh, disebut angiopati diabetik.
Penyakit ini berjalan kronis dan berbagai dua yaitu gangguan pada pembuluh
darah besar (makrovaskuler) disebut makroangiopati, dan pembuluh darah
halus (mikrovaskular) disebut mikroangiopati (Wijaya & Putri, 2013).
2
3
Perawat memiliki peran untuk memandirikan klien Diabetes Mellitus tipe 2
dalam mengelola penyakitnya akan tercapai pengontrolan kadar glukosa darah
dan pencegahan terhadap kejadian komplikasi. Aktivitas yang mendukung
pengelolaan
Diabetes
Mellitus
yaitu
dengan
self-care.
Self-care
menggambarkan perilaku individu yang dilakukan secara sadar, bersifat
universal, dan terbatas pada diri sendiri (Weiler & Janice, 2007). Self-care
menurut orem didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh sesorang
dimana individu memulai dan melakukan suatu tindakan berdasarkan
keinginannya dengan tujuan untuk mempertahankan hidup dan kesehatan serta
kesejahteraan (Weiler & Janice, 2007). Dalam konsep self-care, orem
menitikberatkan bahwa setiap orang harus dapat bertanggungjawab terhadap
pelaksanaan self-care bagi dirinya sendiri dan mampu terlibat dalam
pengambilan keputusan untuk kesehatannya (Alligood & tomey, 2006)
Upaya secara mandiri yang dilakukan oleh penderita Diabetes Mellitus
tipe 2 yang meliputi edukasi terhadap klien dengan kelurga agar menjaga
makan-makanan yang sehat dan menghindari kebiasaaan makan-makanan yang
tinggi kadar gulannya sesuai indikasi, pengobatan dan pencegahan komplikasi
disebut dengan self-care Diabetes (Sirgurdardottir, 2005). Self-care Diabetes
merupakan integrase dari pendekatan teori model self-care diabtes sebagai
program atau tindakan yang harus dijalankan sepanjang kehidupan dan menjadi
tanggungjawab jawab penuh bagi setiap penderita Diabetes Mellitus itu sendiri
(Bai dkk, 2009). oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut
3
4
tentang penyakit gangguan insulin khususnya Diabetes Melitus tipe 2 dalam
sebuah karya tulis ilmiah (KTI) yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Klien Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan Masalah Resiko Ketidakstabilan Kadar
Glukosa Darah di Ruang Dahlia RSUD Jombang”
1.2 Batasan Masalah
Peneliti hanya membatasi kasus klien dengan Asuhan keperawatan klien
yang mengalami Diabetes Mellitus dengan masalah Resiko Ketidakstabilan
Kadar Glukosa Darah di RSUD Jombang.
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
Diabetes Mellitus dengan masalah Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
di Ruang Dahlia RSUD Jombang ?
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami diabetes
mellitus dengan masalah Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah di
RSUD Ruang Dahlia Jombang.
4
5
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
Diabetes Mellitus dengan masalah Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa
Darah di Ruang Dahlia RSUD Jombang.
2. Merumuskan diagnose keperawatan pada klien yang mengalami Diabetes
Mellitus dengan masalah Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah di
Ruang Dahlia RSUD Jombang.
3. Menyusun perencanaan asuahan keperawatan pada klien yang mengalami
Diabetes Mellitus dengan masalah Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa
Darah di Ruang Dahlia RSUD Jombang.
4. Melakukan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami Diabetes
Mellitus dengan masalah Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah di
Ruang Dahlia RSUD Jombang.
5. Melakukan evaluasi pada klien yang mengalami Diabetes Mellitus dengan
masalah Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah di Ruang Dahlia RSUD
Jombang.
5
6
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoritis
Sehingga hasil penelitian ini bisa menjadi referensi untuk peneliti lain yang
serupa pada klien Diabetes Mellitus dengan masalah Resiko Ketidakstabilan
Kadar Glukosa Darah.
1.5.2 Manfaat Praktis
Dapat meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik pada kasus Diabetes
Mellitus dan lebih memperhatikan kondisi klien dengan masalah Resiko
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah.
6
BAB 2
TINAJUAN PUSTAKA
2.1 Konsep (DM) Diabetes Melitus Tipe 2
2.1.1 Definisi Diabetes Mellitus
Menurut American Diabetes Assoclation ADA, 2013. Diabetes
Melitus merupakan penyakit metabolik yang bersifat kronik, ditandai
dengan meningkatnya kadar glukosa darah sebagai akibat dari adanya
gangguan penggunaan insulin, sekresi insulin, atau keduanya. Insulin
adalah hormon yang disekresi dari pankreas dan dibutuhkan dalam
proses metabolisme glukosa. Saat insulin tidak bekerja sebagaimana
fungsinya maka terjadi penumpukan glukosa di sirkulasi darah atau
hiperglikemia (Price & Wilson, 2006).
Diabetes Mellitus ialah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Arjatmo,2002).
2.1.2 Etiologi Diabetes Mellitus
Menurut Padila, 2013. Etiologi Diabetes Mellitus dibagi menjadi :
1. Diabetes mellitus tipe 2
a. Faktor genetik
Penderita diabtes tidak mawarisi diabetes tipe 1 sendri ; tetapi
mewarisi suatu prediposisi atau kecerendungan genetic kearah
7
8
terjadinya DM tipe1. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA
b. Faktor-faktor imunologi
Adannya respon otoimun yang merupakan respon yang merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.yaitu antibody terhadap sel-sel pulao
Langerhans dan insulin endogen
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta
2. Diabetes Tipe 2
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada Diabetes tipe 2 masih belum diketahui.faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
2.1.3 Klasifikasi Diabetes Mellitus
Menurut Padila, 2012. Klasifikasi Diabtes Mellitus sebagai berikut:
1. Tipe 1: Diabetes Mellitus tergantung pada insulin (IDDM)
2. Tipe 2: Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
8
9
3. Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom
lainnya
4. Diabetes Mellitus gestasional (GDM)
2.1.4 Patofisiologi Diabetes Mellitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan
salah satu efek utama akibat akibat kurangnya insulin berikut: berkurangnya
pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi
glukosa darah setinggi 300-1200 mg/dl.peningkatan mobilisasi lemak dari daerah
penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang
abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah dan
akibat dari berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien-pasien
yang
mengalami
defisiensi
insulin
tidak
dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puas yang normal atau toleransi sesudah
makan.pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal normal
(konsentrasi gula darah sebesar 160-180 mg/100 ml),akan timbul glokosuria
karena tubulus-tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa.
Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri
disertai kehilangan sodium, klorida, potassium, dan pospat. Adanya poliuri
menyebabkan dihedrasi dan timbul polidpsi. Akibat glukosa yang keluar bersama
urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan
menurun serta cenderung terjadi poligafi. Akibat yang lain yaitu astenia atau
kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepet lelah dan mengantuk daan
disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga
berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energy. Hiperglikemia yang lama
9
10
akan mengakibatkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan
pada syaraf perifer. Ini akan mempermudah terjadi gangrene pasien-pasien yang
mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadara glukosa yang
normal, atau toleransi glokosa sesudah makan karbohidrat, jika hiperglikemianya
parah dan melebihi ambanag ginjal, maka timbul glukosoria. Glukosoria ini akan
mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan mengeluarkan kemih
(poliuria) harus testimulasi,akibatnya akan minum dalam jumlah banyak karena
glukosa hilang bersama kemih, maka pasien mengalami keseimbangan kalori
negatif dan berat bdan berkurang. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia)
timbul sebagai akibat hilanganya kalori (prince, 2006).
Menurut Brunner & Suddarth (2005), patofisiologi dari Diabetes Mellitus
1. Diabetes tipe 1
Pada Diabetes tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan
insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak
terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang berasl dari makanan tidak
dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berda dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia postprandial (sudah makan). Jika konsentrasi
glukosa dalam darah cukup tinggi,
ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,
akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (Glukosoria). Ketika
glukosa yang berlebih dieksresikan dalam urin, eksresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan,
10
11
pasien akn mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa
haus (polydipsia)
Defisiensi inulin juga menganggu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan. Klien dapat mengalami
peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunya simpanan kalori.
Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Proses ini akan terjadi
tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang produksi badan keton
yang merupakn produk samping pemecahan lemak. Badan keton
merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang diakibatkan dapat
menyebabkan tanda dan gejal seperti nyeri abdominal, mual, muntah,
hiperventilasi, napas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadran, koma bahkan kematian.
2. Diabtes tipe 2
Pada Diabetes tipe 2 terdapat dua masalah yang berhubungan
dengan insulin, yaitu resistensi dan gangguan sekresi insulin. Normalnya
insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangakaian
reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada
Diabetes tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa
oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan
progresif maka awitan Diabtes tipe 2 dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika
11
12
gejalnya dialami klien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidpsia, luka yang lama
sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya
sangat tinggi). Penyakit Diabetes membuat gangguan/komplikasi memalui
kerusakan pada pembuluh darah diseluruh tubuh, disebut angiopati
diabetik. Penyakit ini berjaln kronik dan terbagi dua yaitu gangguan pada
pembuluh darah besar (makrovaskuler) disebut makroangiopati, dan pada
pembuluh darah halus (mikrovaskuler) disebut mikroangiopati .ada 3
problem utama diabetes mellitus yaitu penurunan penggunaan glukosa,
peningkatan mobilisasi lemak, peningkatan penggunaan protein.
12
13
2.1 WOC Diabetes Mellitus (Setiaji, 2017)
Faktor imunologi
Usia
Respon autoimun
abnormal
Penurunan
fisiologis
Obesitas
Genetik
Individu yang
Antigen HLA
memiliki
Peningkatan beban
metabolisme glukosa
Reaksi
Autoimun
Diabetes Mellitus
Sel ß pankreas hancur/menurun
Kelelahan
Poliuria
Olahraga
berlebihan
Polidipsia
Pola makan
yang buruk
Hipoglikemia
Hiperglikemi
Resiko Ketidakstabilan
Gula Darah
Gambar
2.1
WOC
Diabetes
13
Mellitus
(Setiaji,
2017).
14
2.1.5 Manisfestasi Klinis Diabetes Mellitus
Menurut Wijaya & Putri, 2013. Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya
seringkali tidak dirasakan dan tidak disadarai oleh penderita,beberapa
keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatiaan.
1. Keluhan klasik
a. Banyak kencing (poliuria)
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan
banyak kencing. Kencing dan sering dalam jumlah banyak akan sangat
menggangu penderita,terutama pada malam hari.
b. Banyak minum (polidipsia)
Rasa haus amat sering dialami penderita karena banyaknya cairan yang
keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan.
Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beben kerja yang
berat.untuk menghilangkan rasa haus itu penderita banyak minum .
c. Banyak makan (polifagia)
Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita Diabetes
Mellitus
karena
pasien
mengalami
keseimbangan
kalori
negatif,sehingga timbul rasa lapar yang sangat besar. Untuk
menghilangkan rasa lapar itu penderita banyak makan.
d. Penurunan berat badan dan rasa lemah
Penuurunan berat badan yang berlansung dalam relatif singkat harus
menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah yang hebat akan menyebabkan
penurunan prestasi dan lapangan olahraga juga mencolok. Hal ini
disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk kedalam
14
15
sel,sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga.
Untuk kelangsungan hidup,sumber tenaga terpaksa diambil dari
cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibat penderita kehilangan
jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.
2. Keluhan lain
a. Gangguan syaraf tepi atau kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki
diwaktu malam hari,sehinnga menggangu tidur.
b. Gangguan penglihatan
Pada fase awal diabetes sering dijumpai dengan gangguan penglihatn
yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali
agar tetep dapat melihat dengan baik.
c. Gatal/bisul
Kelainan kulit berupa gatal,biasanya terjadi didaerah kemaluan dan
daerah lipatan kulit seperti ketiak dan dibawah payudara. Sering pula
dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka ini
dapat timbul karena akibat hal sepele seperti luka lecet karena sepatu
atau tertusuk peniti.
d. Gangguan ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah,tersembunyinya karena sering
tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait
dengan budaya masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan
masalh
seks,apalagi
menyangkut
seseorang.
15
kemampuan
atau
kejantanan
16
e. Keputihan
Pada wanita,keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering
ditemukan dan kadang-kadang satu-satunya gejala yang dirasakan.
2.1.6 Pemeriksaaan Penunjang Diabetes Mellitus
Munurut Wijaya & Putri, 2013. Pemeriksaan penunjang Diabetes
Mellitus dibagi menjadi
1. Kadar glukosa
a. Gula darah sewaktu/random >200mg/dl
b. Gula darah puasa/nucher >140 mg/dl
c. Gula darah 2 jam pp (post prandial) >200mg/dl
2. Aseton plasma: hasil (+) mencolok
3. Aseton lemak bebas: peningkatan lipid dan kolestrol
4. Osmolaritas serum (>330osm/l)
5. Urinalisis: proteuria, ketonuria, glukosoria
Apabila terdapat gejala Diabetes Mellitus + salah satu dari gula
darah (puasa >140mg/dl, 2 jam pp >200mg/dl, random
>200mg/dl).
Tidak terdapat gejala Diabetes Mellitus tetapi terdapat 2 hasil dari
gula darah (puasa >140mg/dl,2 jam pp >200mg/dl,random
>200mg/dl.
2.1.7 Komplikasi Diabetes Mellitus
1. Komplikasi metabolik
Ketoadosis diabetik HHNK ( HIperglikemik Hiperosmolar Non
Ketotik)
16
17
2. Komplikasi
a. Mikrovaskular kronik (penyakit ginjal dan mata) dan
Neuropati.
b. Makrovaskuler (MCI, Stocke, penyakit vaskuler perifer).
2.1.8 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Menurut Wijaya & Putri, 2013 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus:
1. Jangaka panjang: mencegah komplikasi
2. Jangka pendek: menghilangkan keluhan/gejala Diabetes Mellitus
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
a. Diet
Perhimpunan diabetes Amerika dan persatuan Dietetik
Amerika Merekomendasikan 50-60% kalori yang berasal
dari :
1) Karbohidrat 60-70%
2) Protein 12-20%
3) Lemak 20-30%
b. Obat hipoglikemik oral
1) Sulfonilurea obat golongan sulfonylurea bekerja
dengan cara
a) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan .
b) Menurunkan ambang sekresi insulin.
c) Meningkatkan
sekresi
rangsangan glukosa .
17
insulin
sebagai
akibat
18
2) Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak
sampai dibawah normal
3) Inhibitor a glukosidase: menghambat kerja enzim a
glucosidase
didalam
saluran
cerna:
sehingga
menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan
hiperglikemia pasca prandial
4) Insulin sensiting agen meningkatkan sensivitas
insulin,sehingga bisa mengatasi masalah retisensi
insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia, tetapi obat
ini belum beredar diindonesia
5)
Insulin
Indikasi gangguan
a) Diabetes Mellitus dengan berat badan menurun
dengan cepat
b) Ketoasidosis
asidosis
laktat
dengan
koma
hiperosmolar
c) Diabetes Mellitus yang mengalami stress berat
(infeksi sistemik dll)
d) Diabetes Mellitus dengan kehamilan atau Diabetes
Mellitus gastasional yang tidak terkendali dalam
pola makan
e) Diabetes Mellitus tidak berhasil dengan obat
hipoglikemik
oral
dengan
(kontradiksi dengan obat tersebut)
18
dosis
maksimal
19
Insulin oral/suntikan dimulai dari dosis rendah,lalu
dinaikkan perlahan,sedikit demi sedikit sesuai
dengan hasil pemeriksaan gula darah pasien.
c. Latihan
Latihan dengan cara melawanan tahanan dapat menambah
laju metabolisme istirahat,menurunkan BB, stress dan
menyegarkan tubuh.
d. Pemantauan
Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri.
e. Terapi jika diperlukan
f. Pendidikan
2.2 Konsep Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
2.2 .1 Definisi Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Resiko
terhadap variasi kadar glukosa/gula darah dari rentang normal (Tim
Pokja, 2017).
2.2.2 Faktor Resiko
1. Asuapan diet tidak cukup
2. Gangguan status kesehatan
3. Gangguan status mental
4. Kehamilan
5. Keterlambatan perkembangan kognitif
6. Kurang pengetahuan tentang managemen penyakit
7. Manajemen diabetes tidak tepat
8. Manajemen medikasi tidak efektif
19
20
9. Pemantauan gloksa darah tidak adekuat
10. Penambahan berat badan berlebihan
2.2.3 Kondisi Klinis Terkait
1. Diabetes Melitus
2. Ketoasidosis diabetik
3. Hipoglikemia
4. Diabetes gestasional
5. Penggunaan kortikosteroid
6. Nutrisi parenteral total (TPN)
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus
2.3.1
Pengkajian keperawatan
Pengkajian menurut Wijaya & Putri, tahun 2013
1. Identitas klien
Berdasarkan jenis kelamin laki-laki 40-70 dan perempuan usia antara
25-35 tahun. Terjadi pada klien dengan aktivitas kurang berolahraga
dan menyebabkan timbunan lemak, sehingga berat badan meningkat
dan menyebabkan Diabetes Mellitus.
2. Keluhan utama
Klien datang kerumah sakit dengan keluhan nyeri, lemes diseluruh
tubuh
3. Riwayat kesehatan sekarang
a. Adanya gatal pada kulit disertai luka yang tidak sembuh-sembuh
b. Kesemutan
c. Penurunnya berat badan
20
21
d. Meningkatnya nafsu makan
e. Sering haus
f. Banyak kencing
g. Menurunnya ketajaman penglihatan
4. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya penyakit Diabetes Mellitus riwayat penyakit pankreas,
hipertensi, obesitas
5. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit keluarga dengan Diabetes mellitus
6. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilku, perassan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.
7. Pola Fungsi kesehatan
a. Pola persepsi
Pola persepsi menggambarkan persepsi klien terhadap penyakitnya
tentang pengetahuan dan penatalaksanaan diabetes mellitus dengan
resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah.
b. Pola nutrisi
Penderita diabetes mellitus sering mengeluh dengan anoreksia,
mual muntah, haus, pengguaan diuretik terjadi penurunanan berat
badan.
c. Pola eliminasi
Terjadi perubahan pola berkemih (poliuria, nokturia, anoria), diare.
21
22
d. Pola aktivitas/istirahat
Penderita sering mengalami susah tidur, letih, lemah, sulit
bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
e. Nilai dan keyekinanan
Gambaran tentang penyakit diabetes mellitus dengan penyakit yang
dideritanya menurut agama dan kepercayaan, kecemasan akan
kesembuhan, tujuan dan harapan akan sakitnya.
2.3.2 Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Secara umum keadaan umum Diabetes Mellitus meliputi Baik, Cukup,
Berat.
2. IMT(Indeks Masaa Tubuh)
Indeks massa tubuh dihitung sebagai berat badan dalam kilogram (kg)
dibagi tinggi badan dalam meter dikuadratkan (m²) dan tidak terkait
dengan jenis kelamin. Pengguaan IMT hanya berlaku untuk orang
dewasa yang berusia 18 tahun ke atas. IMT tidak diterapkan pada bayi,
anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan, serta tidak dapat diterapkan
dalam keadaan khusus (penyakit lainnya), seperti edema, asites, dan
hematomegali (Supariasa et al, 2012).
Rumus menentukan IMT:
Berat Badan (kg)
IMT =
Tinggi Badan (m²)
Indeks masaa tubuh banyak digunakan di rumah sakit untuk mengukur
status gizi pasien karena IMT dapat memperkirakan ukuran tubuhyang
sekalipun hanya ekstinasi, tetapi lebih akurat dari pada pengukuran berat
22
23
badan saja. Di samping itu, pengukuran IMT lebih banyak dilakukan saat
ini karena orang kelebihan berat badan atau yang gemuk lebih beresiko
untuk menderita penyakit Diabetes, penyakit jantung, stroke, hipertensi,
osteoarthritis, dan beberapa bentuk penyakit kanker (Hartono, 2006).
Klasifikasi IMT, berdasrkan Perkeni 2015, maka pembagian IMT dapat
dibagi sebagai berikut:
Tabel 2.1 Definisi kategori Indeks Massa Tubuh (PERKENI, 2015)
Kategori Indeks
IMT (kg/m²)
Berat badan kurang (underweight)
Berat badan normal
Berat berlebih (overweight)
Obes derajat I
Obes derajat II
<18,5
18,5 – 22,9
≥ 23,0
23,0 -24,9
> 30
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah tinggi jika disertai hipertensi. Pernapasan reguler
ataukah ireguler, adanya bunyi napas tambahan, respiration rate (RR)
normal 15-20 kali/menit, pernapasan dalam atau dangkal. Denyut nadi
reguler atau ireguler, adanya takikardi, denyutan kuat atau lemah. Suhu
tubuh meningkat apabila terjadi infeksi
Tabel 2.2 Klasifikasi tekanan darah untuk usia 18 tahun atau lebih
berdasarkan Joint National Committee (JNC), 2003
Klasifikasi Tekanan
Darah
Tekanan Darah
Tekanan Darah
Sistolik (mmhg)
Diastolik (mmhg)
Normal
Prehipertensi
Hipertensi stadium 1
Hipertensi stadium 2
<120
120 - 139
140 – 159
≥ 160
23
<80
80 - 89
90 - 99
≥ 100
24
4. Kesadaran
1. Secara Kualitatif
a. Composmentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang
keadaan sekelilingnya.
b. Apatis, yaitu keadaan yang segan untuk berhubungan
dengan sekiranya, sikapnya acuh tag acuh.
c. Delerium, yaitu gelisah, disorentasi (orang, tempat waktu),
memberontak,
berteriak-teriak,
berhalusinasi,
kadang
berhayal.
d.
Somnolen (letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran
dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi
jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal
e. Stupor yaitu kesadaran seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri.
f. Coma yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea
maupun reflek muntah, mungkin tidak ada respon pupil
terhadap cahaya.
24
25
Tabel 2.3 Secara Kuantitatif dengan GCS (Glasgow Coma Scale)
No
1
Komponen
Verbal
2
Motorik
3
Reaksi membuka
mata
Nilai
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
Hasil
Tidak berespon
Suara tidak dapat dimengerti
Bicara kacau atau kata-kata tidak tepat
Bicara membingungkan
Orientasi baik
Tidak berespon
Ekstensi abnormal
Flexi abnormal
Menarik area nyeri
Melokalisasi nyeri
Dengan perintah
Tidak berespon
Rangsang nyeri
Dengan perintah
Spontan
Tabel 2.4 Nilai Motorik
Respon
Kekuatan normal
Kelemahan sedang
Kelemahan berat (antigravity)
Kelemahan berat (not antigravity)
Gerakan trace
Tak ada gerakan
Skala
5
4
3
2
1
0
5. Sistem Pernafasan
Adanya sesak nafas, nyeri dada, penderita Diabetes Mellitus mudah
terjadi infeksi.
6. Sistem Kardiovaskuler
Adanaya riwayat hipertensi, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada
kaki penyembuhan yang cukup lama, takikardi/brakikardi, perubahan
tekanan darah.
7. Sistem Neurologi
Terjadi penurunan sensori, parathesia, anastesia, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorentasi.
25
26
8. Sistem Perkemihan
Poliuri, retensi insulin, rasa panas atau rasa sakit saat berkemih.
9. Sistem Pencernaan
Terdapat polifagia, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dihedrasi,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
10. Sistem Integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembapan dan sushu kulit di daerah ulkus dan ganggren. Kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
11. Sistem Muskuloskeletal
Penderita Diabetes Mellitus akan mengalami penurunan gerak karena
kelemahan fisik, kram otot, dan penurunan otot tonusyang didapatkan
pada pengkajian terja di penurunan skor kekuatan otot pada ekstremitas.
Range Of Motion (ROM) dari rentang persendian juga mengalami
penurunan derajat sudutnya. Penderita juga dapat jatuh karena
penurunan glukosa pada otak akan berakibat penurunan kerja pusat
keseimbangan.
2.3.3 Pemeriksaan Penunjang
Kadar Glukosa
1. Gula darah sewaktu/random >200mg/dl
2. Gula darah puasa/ nuchter >140mg/dl
3. Gula darah 2 jam pp (post pradial) >200mg/dl
4. Aseton plasma → hasil (+) mencolok
26
27
5. Aseton lemak bebas → peningkatan lipid dan kolestrol
6. Osmolaritas serum (<330 osm/l)
7. Urunalis →proteinueia, keronuria, glukosoria
2.3.4 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai setatus
kesehatan atau masalah aktual atau resiko mengidentifikasi dan menentukan
intervensi keperawatan untuk mengurangi, mencegah atau menghalangkan
masalah kesehatan kien yang ada pada tanggungjawabnya
Dilihat dari status kesehatan klien, diagnosa dapat dibedakan menjadi
aktual, potensial, resiko dan kemumgkinan.
1. Aktual: Diagnose keperawatan menggambarkan menilaian klinik yang harus di
falidasi perawat karena ada batasan mayor Contoh: jalan nafas tidak efektif
karena adanya akumulasi secret.
2. Potensial: Diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi klien kearah
yang lebih positif (atau kekutaan) Contoh: potensial peningkatan status
kesehatan klien berhubungan dengaan intake nutrisi yang adekuat.
3. Resiko: Diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi klinis individu
lebih rentan mengalami masalah Contoh: Resiko ketidakstabialan kadar
glukosa darah berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang manajemen
penyakit.
4. Kemungkinan: Diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi klinik
individu yang memperlukan data tambahan sebagai faktor prndukung yang
lebih akurat.
27
28
Jadi yang di maksud diagnose keperawatan adalah pernyataan yang jelas
yang berkaitan dengan masalah yang didapat pada pasien baik itu secara aktual,
potensial, resiko atau kemungkinan
a. Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
2.3.5 Intervensi keperawatan
Terdapat empat hal yang harus diperhatikan:
1. Menentukan perioritas masalah
a. Berdasarkan hirarki Maslow, yaitu: fisiologis, keamanan atau
keselamatan, menciintai, hargadiri, dan aktualisasi diri.
b. Berdasarkan Griffith-Kenney, dengan urutan
1) Ancaman kehidupan kesehatan .
2) Sumber daya dan dana tersedia.
3) Peran serta klien.
4) Prinsip ilmiah dan praktek keperawatan
2. Menentukan tujuan
Dalam menentukan tujuan, digambarkan kondisi yang diharapkan disertai
jangka waktu.
3. Mentukan kriteria hasil
Terdapat hal-hal berikut yang diperhatikan :
a. Bersifat spesifik dalam hal isi dan waktu
b. Bersifat realistik, dalam menentukan tujuan harus di pertimbangkan faktor
fisiologi atau patologi.
c. Dapat
diukur,
pasien
dapat
mendemostrasikan.
28
menyebutkan
tujuan
dan
dapat
29
d. Mempertimbangkan keinginan dan keadaan pasien
4. Merumuskan intervensi
Dengan mengacu pada Nursing Intervention Klasifikation (NIC) dan Nursing
Outcome Clasification (NOC).
Jadi yang dimaksud dengan intervensi keperawatan adalah rencana
tindakan untuk menghilangkan atau mencegah permasalahan kesehatan yang
dihadapi klien dengan berdasarkan prioritas masalah, tujuan dan kriteria hasil
dengan melihat acuan teori kebutuhan dasar manusia/hirarki Maslow.
a. Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Tabel 2.5 Diagnosa dan Intervensi (Tim Pokja, 2017) (Bullechek, 2013)
Diagnosa Keperawatan
NOC
(Nursing Interventions
Classificcation)
Resiko Ketidakstabilan
Kadar Glukosa Darah
1.kontrol
kadar
glukosa darah.
Definisi:Resiko terhadap
variasi
Kadar glukosa gula/gula
darah dalam rentang
normal
Indikator
a. Glukosa darah
b.Hemoglobin
Glikosilat
c.Fruktosamin
d. Urin glukosa
e.Urin keton
NIC
(Nursing Outcomes Classification)
1. Managemen hiperglikemi
a.
Faktor Resiko
a. asuapan diet tidak
cukup
b. gangguan status
kesehatan fisik
c. gangguan status
mental
d. kehamilan
e. keterlambantan
perkembanagan
f. kognitif
g. kurang
pengetahuan
tentang manajemen
penyakit
h. manajemen
diabetes tidak tepat
i. manajemen
medikasi tidak
efektif
j. pemantauan
Skala
1. Deviasi berat dari
kisaran normal
2. Deviasi yang cukup
besar dari kisaran
normal
3. Deviasi sedang dari
kisaran normal
4. Deviasi ringan
sedang dari kisaran
normal
5. Tidak ada deviasi
kisaran normal
2.manajemen
diri
diabetes
a. Menerima diagnosis
b. Mencari informasi
29
Monitor kadar glukosa darah,sesuai
kebutuhan
b. Monitor
tanda
dan
gejala
hiperglikemi:poliuri,polidipsi,polif
agi,kelemahan,letargi,malaise,pand
angan kabur,atau sakit kepala
c. Monitor ketonurine,sesuai indikasi
d. Monitor AGD,elektrolit dan kadar
betahidroksibutirat,sesuai
yang
tersedia
e. Monitor nadi dan tekanan darah
ortostatik,sesuai indikasi
f. Berikan insulin,sesuai resep
g. Dorong asupan cairan oral
h. Monitor status caiaran ( termasuk
input dan output),sesuai kebutuhan
i. Monitor akses IV,sesuai kebutuhan
j. Berikan cairan IV,sesuai kebutuhan
k. Berikan kalium, sesuai resep
l. Konsultasikan dengan dokter tanda
dan gejala hiperglikemi yang
m. menetap atau memburuk
n. Bantu ambulasi jika terdapat
hipotensi orhostatik
o. Lakukan kebersihan mulut, jika
diperlukan
p. Identifikasi kemungkinan penyebab
hiperglikemi
30
glukosa darah tidak
adekuat
k. penambahan berat
badan berlebihan
l. penurunan berat ba
dan berlebihan
m. periode
pertumbuhan cepat
n. rata-rata aktivitas
harian kurang
kurang dari yang
dianjurkan menurut
jenis kelamin dan
usia
o. stress berlebihan
p. o. tidak menerima
diagnosis
Kriteria Hasil
Penerima kondisi
kesehatan
2. Perilaku
Diet
sehat
3. Dapat
mengontrol
kadar
gukosa
darah
4. Dapat
mengontrol sress
5. Dapat
memanajemen
dan
mencegah
penyakit semakin
parah
6. Tingakat
pemahaman
untuk
pencegahan
komplikasi
7. Dapat
meningkatkan
istirahat
8. Mengontrol
perilaku
9. berat badan
10. Pemahaman
managemen
11. Diabetes
12. Status
nutrisi
adekuat
13. Olahraga teratur
1.
tentang metode untuk
mengelola disritmia
c. Berparsitipasi dalam
pengambilan
keputusan kesehatan
d. Menjalankan aturan
pengobatan
sesuai
resep
e. Memantau denyut
dan
irama
nadi
radialis
f. Memantau palpitasi
jantung
g.Memantau tekanan
darah
Skala
1.
Tidak
pernah
menunjukan
2. Jarang menunjukan
3.
Kadang-kadang
menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Secara konsisten
menujukkan
30
q.
Antisipasi situasi dimana akan ada
kebutuhan
peningkatan
insulin(misalnya,
penyakit
penyerta)
r. Batasi aktivitas ketika kadar
glukosa darah lebih dari 250mg/dl,
khususnya jika ketonurine terjadi
s. Instruksikan pasien dan keluarga
mengenai pencegahan, pengenalan
tanda-tanda
hiperglikemi
dan
managemen hiperglikemi
t. Dorong pemantauan sendiri pada
glukosa darah
u. Bantu
pasien
dalam
mengintepretasikan kadar glukosa
darah
v. Review riwayat kadar glukosa
darah pasien dan/atau keluarga
w. Instruksikan
pemeriksaan
ketonurine, sesuai kebutuhan
x. Instruksikan
pentingnya
pemeriksaan
ketonurine
dan
indikasi, sesuai kebutuhan
y. Instruksikan
pasien
untuk
melaporka kadar ketonurine yang
sedang atau tinggi pada petugas
kesehatan
z. Instruksikan pada pasien dan
keluarga mengenai manajemen
diabetes selama periode sakit,
termasuk penggunaan insulin dan
obat oral,monitor asupan cairan,
penggantian karbohidrat,dan kapan
mencari
bantuan
petugas
kesehatan, sesuai kebutuhan
aa. Berikan bantuan untuk penyesuaian
regimen
pengobatan
untuk
mencegah
atau
merawat
hiperglikemi
(misalnya,
peningkatan insulin atau agen oral),
sesuai indikasi
bb. Fasilitasi kepatuhan terhadap diet
dan regimen latihan
cc. Tes kadar glukosa darah anggota
keluarga
2. Pengajaran peresepan diet
Kaji tingkat pengetahuan pasien
mengenai diet yang disarankan
a. Kaji pola makan pasien saat ini dan
sebelumnya, termasuk makanan
yang disukai dan pola makan saat
ini
b. Kaji pasien dan keluarga mengenai
pandangan,kebudayaan,dan factor
laim yang mempengaruhi kemauan
pasien dalam mengikuti diet yang
di sarankan
c. Kaji adanya keterbatasan finansial
31
yang
dapat
mempengaruhi
pembelian
makanan
yang
disarankan
d. Ajarkan
pasien
nama-nama
makanan yang sesuai dengan diet
yang disarankan
e. Jelaskan pada pasien mengenai
tujuan kepatuhan terhadap diet
yang disaranan terkait dengan
kesehatan secara umum
f. Informasikan pada pasien jangka
waktu pasien harus mengikuti diet
yang disarankan
g. Instruksikan
pasien
untuk
menghindari
makanan
yang
dipantang dan mengkonsumsi
makanan yang diperbolehkan
h. Informasikan
pada
pasien
kemungkinan interaksi obat dan
makanan yang akn tersaji
i. Bantu pasien untuk memilih
makanan kesukaan yang sesuai
dengan diet yang disarankan
j. Instruksikan
pasien
untuk
membaca label dan memilih
makanan yang sesuai
k. Observasi
bagaimana
pasien
memilih makanan
l. Instruksikan kepada pasien untuk
merencanakan diet yang sesuai
m. Sediakan contoh menu makanan
yang sesuai
n. Rekomendasikan beberapa buku
resep makanan yang sesuai dengan
diet yang disarankan
o. Dukung
informasikan
yang
disampaikan tenaga kesehatan lain
p. Tekankan pentingnya pengetahuan
yang berkelanjutan dan beritahu
pasien jika harus merubah program
duiet yang disarankan segeraa
mungkin
q. Bujuk pasien ke ahli gizi jika
diperlukan
3. Manajemen hipoglikemi
31
a.
Aktivitas-aktivitas
identifikasi
pasien yang berisiko mengalami
hipoglikemia
b.
Kenali
tanda
hipoglikemia
dan
gejala
c.
Monitor kadar
sesuai indikasi
glukosa
darah
d.
Monitor
dan
gejala
tanda
32
hipoglikemia (misalnya; gemetar,
sempoyongan,
berkeringat
,
jantung
berdebar-debar,
kecemasan, iritabel, tidak sabaran,
takikardi, palpitasi, menggigil,
kikuk, kepala terasa ringan, pucat,
lapar,
mual,
sakit
kepala,
kelelahan, mengantuk, kelemahan,
hangat,
pusing,
pingsan,
pandanagan kabur, mimpi buruk,
menangis saat tidur, paresthesia,
silut berkonsentrasi, sulit bicara,
tidak bisa mengkoordinasikan,
berkonsentrasi, sulit bicara, tidak
bisa mengordinasikan, perubahan
tingkat laku, kebinggungan, koma,
kejang)
e.
Berikan
sumber
karbohidrat
sederhana, sesuai indikasi, berikan
sumber karbohidrat kompleks
sesuai indikasi
f.
Berikan glucagon sesuai indikasi
g.
Hubungi petugas gawat darurat
jika diperlukan
h.
Berikan glukosa secara intravena,
sesuai indikasi
i.
Pertahankan akses intravena
j.
Pertahankan kepatenan jalan napas
jika diperlukan
k.
Lindungi dari trauma
l.
Kaji ulang kejadian sebelum
terjadinya hipoglikemia untuk
mengetahui penyebab
m. Berikan
umpan
balik
atas
kepatuhan manajemen diri pasien
untuk mengatasi hipoglikemia
32
n.
Instruksikan pasien dan orang
terdekat mengenai tanda dan
gejala,
faktor
resiko
dan
penaganan hipoglikemi
o.
Instruksikan pasien untuk selalu
menyediakan sumber karbohidrat
sederhana
p.
Instruksikan
pasien
untuk
mendapatkan indentitas pasien
DM dan selalu membawanya
q.
Beritahu keluarga terdekat cara
33
pengunaan
dan
glocagon yang tepat
pemberian
r.
Instrusikan pasien untuk selalu
patuh terhadap dietnya, tetapi
insulinnnya,
dan
melakukan
olahraga
s.
Bantu pasien dalam menentukan
keputusan
dalam
rangka
pencegahan
hipoglikemia
(misalnya; mengurangi insulin
atau terappip oral antidiabetic atau
meningkatkan
intaks
makan
sebelum olahraga)
t.
Dorong pasien untuk selalu
memonitor
kadar
glukosa
darahnya
u.
Dorong pasien untuk selalu
berkonsultasi
dengan
tim
perawatan diabetesnya mengenai
terapi yang didapat
v.
Kolaborasikan dengan pasien dan
tim perawatan (misalnya; terapi
insulin lebih dari satu kali/hari
w. Modifikasi target kadar glukosa
darah
untuk
mencegah
hipoglikemia, disaat hipoglikemia
tidak terjadi
x.
Informasikan pasin mengenai
meningkatnya resiko hipoglikemia
dengan terapi yang instensif dan
kadar glukosa yang dibuat normal
2.3.6 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan. Tindakan yang mencakup tindakan mandiri dan tindakan
kolaborasi
33
34
1. Tindakan mandiri (Independen)
Adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan dan
keputusan sendiri bukan merupakan petunjuk atau perintah kesehatan
lain.
2. Tindakan kolaborasi
Adalah tindakan yang dilakukan atas dasar hasil keputusan bersama,
seperti dokter atau petugas kesehatan lain .
Berdasrkan referensi diatas, impelementasi merupakan tindakan nyata
yang dilakukan terhaadap klien sesuai dengan intervensi yang telah
dibuat baik itu secara mandiri atau kolaborasi.
2.3.7 Evaluasi keperawatan
tujuan dari evaluasi adalah ntuk mengetahui sejauh mana perawat
dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan
yang diberikat.
Langkah-langkah evaluasi sebagai berikut :
1. Daftar tujuan-tujuan pasien.
2. Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.
3. Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien.
4. Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.
Melihat bahasan, yang dimaksud dengan evaluasi merupakan hasil
pencapaian yang telah dilakukan berdasarkan kriteria hasil dan tujuan.
34
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksprolasi masalah asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami Diabetes Mellitus dengan Resiko
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah di Ruang Dahlia RSUD jombang.
3.2 Batasan Istilah
Batasan istilah yang digunakan untuk menghindari kesalahan untuk
memahami judul penelitian, maka peneliti sangat perlu memberikan batasan
istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Asuhan
keperawatan
adalah suatu metode
yang sistematis
dan
terorganisasi dalam pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan
pada reaksi dan respon unik individu pada suatu kelompok dan
perseorangan terhadap gangguan kesehatan yang dialami, baik aktual
maupun potensial.
2. Klien adalah individu yang mencari atau menerima perawatan medis.
Klien dalam studi kasus ini adalah 2 klien dengan diagnosa medis dan
masalah keperawatan yang sama.
3. Diabetes Mellitus merupakan kelompok penyakit metabolik dengan
karasteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin
yang biasanya menyebutkan kencing manis. Kerja insulin, atau keduakeduanya hiperglikemia pada diabetes berhubungan dengan jangka
35
36
panjang. Hiperglikemia kronik yang mempengaruhi metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak.
4. Definisi Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Menurut (Tim Pokja, 2017). Resiko terhadap variasi kadar glukosa/gula
darah dari rentang normal, yang dapat menggangu kesehatan
5.
Resiko Ketidakstabialan Kadar Glukosa Darah merupakan hambatan
kemampuan untuk Resiko terhadap variasi kadar glukosa /gula darah dari
rentang normal, yang dapat menggangu kesehatan
3.3 Partisipan
Partisipan adalah sejumlah orang yang turut berperan serta dalam suatu
kegiatan, keikutsertaan dan peran serta.
Subyek yang digunakan dalam
penelitian ini adalah klien dikaji dsn ditemui pada saat penelitian sebanyak 2
klien dengan diagnosa medis Diabetes Mellitus dengan masalah Resiko
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah di Ruang Dahlia RSUD Jombang.
Klien yang dipilih adalah klien yang dirawat di Rumah Sakit yang mengalami
Diabetes Mellitus yang sama dengan riwayat lamanya menderita Diabtes
Mellitus dengan Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah. Klien yang
dipilih adalah klien yang dirawat di Rumah Sakit yang telah melalui fase 3
hari.
3.4 Lokasi dan waktu penelitian
3.4.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang Dahlia RSUD Jombang yang
beralamat di JL.KH. Wahid Hasyim No.52, Kec.Jombang, Kab.Jombang.
37
3.4.2 Waktu Penelitian
Peneliti dilakukan mulai dari penyusunan proposal pada bulan
Desember 2017- Februari 2018
3.5 Pengumpulan Data
Agar dapat diperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dalam
penelitian ini, sangatlah diperlukan teknik mengumpulkan data. Adapun
teknik tersebut adalah:
1. Pengajuan surat permohonan ijin penelitian
Pengajuan permohonan ijin untuk melakukan penelitian dimulai dari surat
pengantar permohonan ijin dari prodi D3 Keperawatan kemudian di proses
ke BAAK (Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan), setelah
surat permohonan ijin penelitian telah selesai diproses, maka surat tersebut
akan langsung disampaikan ke BAKORDIK RSUD Jombang, dimana
penelitian akan mendapatkan surat balasan yang menyertakan data serta
pembagian tempat atau ruangan yang sesuai dengan responden yang akan
dilakukan penelitian oleh peneliti.
2. Wawancara adalah percakapan yang memiliki tujuan tertentu, biasanya
pertemuan antara dua orang yang saling bertukar informasi dan ide melalui
Tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam satu topik
tertentu (Sugiyono, 2013).
3. Observasi dan pemeriksaan fisik
Observasi merupakan suatu proses yang komplek, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan spikologis. Dua diantara yang
terpenting merupakan proses-proses pengamatan dan ingatan (Sugiyono,
38
2013). Observasi pengamatan merupakan suatau prosedur yang berencana,
antara lain meliputi melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas
tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang teliti. Dari observasi
tersebut bukan hanya menguji, melihat, menonton saja, tetapi disertai
keaktifan dan perhatian, khusus dan melakukan pencatatan-pencatatan.
Dalam penelitian ini observasi dilakukan menggunakan pendekatan IPAP
yaitu: Inspeksi, Perkusi, Auskultasi, Palpasi pada sistem tubuh klien.
4. Studi dokumentasi
(Sugiyono, 2013). Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seorang. Dokumetasi yang berbentuk gambar misalnya
foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Stusi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif. Dalam studi kasus ini menggunakan studi
dokumentasi berupa catatan hasil data rekam medis, dan hasil pemeriksaan
diagnostik dan data lain yang relevan.
3.6 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau
informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan
validitas tinggi. Disamping integritas peneliti (karena peneliti menjadi
instrumen utama), uji keabsahan data dilakukan dengan:
1. Memperpanjang waktu pengamatan / tindakan; dalam studi kasus ini waktu
yang di tentukan adalah 3 hari, akan tetapi jika belum mencapai validitas yang
39
diinginkan maka waktu untuk mendapatkan data studi kasus diperpanjang
satu hari. Sehingga yang diperlukan adalah 4 hari dalam studi kasus ini.
2. Metode triangulasi merupakan metode yang dilakukan peneliti pada saat
mengumpulkan dan menganalisis data dengan memanfaatkan pihak lain untuk
memperjelas data atau informasi yang telah diperoleh dari responden, adapun
pihak lain dalam studi kasus ini adalah klien, perawat dan keluarga pasien
pernah mengalami masalah yang sama.
3.7 Analisa Data
Menurut (Tri, 2015) analisa data dilakukan sejak penelitian dilapangan,
sewaktu, pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa
data
dilakukan
dengan
cara
mengemukakan
fakta,
selanjutnya
membangdingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam
opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan
jawaban-jawaban dan penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi
wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah
penelitian. Teknik analisi digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan
studi
dokumentasi
yang
menghasilkan
data
untuk
selanjutnya
diinterpretasikan oleh peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan
untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.
1. Data dikumpulkan dari hasil WOD (Wawancara, Observasi, Dokumen).
Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam
(Catatan terstruktur).
40
2. Mereduksi Data
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan
dikelompokkan
menjadi
data
subyektif
dan
obyektif,
dianalisis
berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibangdingkan nilai
normal.
3. Penyajian Data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks
naratif, kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan menguburkan identitas
dari klien.
4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingakan
dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teorotis dengan perilaku
kesehatan penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi, data,
perncanaan, tindakan, evaluasi.
3.8 Etik Penelitian
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat
penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan
langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus di perhatikan.
Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Informed Consent (Persetujuan)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
consent
tersebut
diberikan sebelum
penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
41
informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden tidak bersedia, maka
peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada
dalam informed consent tersebut antara lain: partisipasi pasien, tujuan
dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur
pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan,
informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Masalah etika keperawatan adalah masalah yang memberikan jaminan
dalam penggunakan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode atau inisial nama pada lembar pengumpulan data atau
hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset.
BAB 4
PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
RSUD Kabupaten Jombang merupakan Rumah Sakit milik Pemerintah
Daerah Jombang. Berdasarkan Keputusan Menteri dan Kesejahteraan Sosial No.
238/MenKes-Kesos/SK/2001 RSUD Jombang menjadi RSUD Type B Non
Pendidikan dan pada Tahun 2015 RSUD Jombang telah terakreditasi versi 2012
dengan predikat Tingkat PARIPURNA Tahun 2015-2018. Lokasi RSUD
Jombang berada di jalan KH. Wakhid Hasyim 52 Jombang. RSUD Jombang
mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan non spesialis. Rumah
sakit ini mampu menampung rujukan dari rumah sakit swasta dan puskesmas
yang berada di sekitar wilayah Jombang. Peneliti melakukan penelitian di ruang
Dahlia. Ruang Dahlia merupakan ruang perawatan baagi klien dengan Diabetes
Mellitus Dan Gagal Ginjal, yang berbagi menjadi 3 kelas dengan kapasitas 95
TT, ruang kelas 2 berkapasitas 11 TT, ruang kelas 1 berkapasitas 5 TT, ruang
HCU berkapasitas 13 TT, dan ruang isoalasi berkapasitas 5 TT. Dengan jumlah
perawat sebanyak 60, tenaga non perawat sejumlah 13, cleaning servise 3 orang,
dokter jaga sebanyak 4 orang dan dokter spesialis, ada 2 orang peneliti
melakukan penelitian pada klien yang berada di ruang Dahlia 2 di kelas 3.
disertai ventilasi dan ruangan yang bersih.
42
43
4.1.2 Pengkajian
1. Pengkajian klien
Tabel 4.1 Identitas Klien dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan Masalah
Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Di Ruang Dahlia
RSUD Jombang
Identitas klien
Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Status Perkawinan
Alamat
Suku / bangsa
Tanggal MRS
Tanggal Pengkajian
Jam pengkajian
No. RM
Diagnosa Masuk
Klien 1
Klien 2
Ny. S
59 tahun
Islam
SD
Ibu rumah tangga
Sudah Menikah
Jl. Mastia gang 1. 09/03 cukir
diwek
Ny. M
53 tahun
Islam
SMA
Ibu Rumah Tangga
Sudah menikah
Banjardowo, jombang
Jawa
23 April 2018
24 April 2018
10:00 WIB
4009xx
Diabetes Mellitus
Jawa
24 April 2018
24 april 2018
12:00 WIB
0822xxx
Diabetes Mellitus
Sumber: Data Primer (2018)
2.
Riwayat peyakit
Tabel 4.2 Riwayat Penyakit Klien dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan
Masalah Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Di Ruang
Dahlia RSUD Jombang
Riwayat Penyakit
Keluhan Utama
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Penyakit Dahulu
Klien 1
Klien mengatakan tangan dan
kaki terasa kesemutan
Pada hari selasa tanggal 23
April 2018 jam 10:00 WIB
keluarga klien mengatakan
kaki
dan
tangannya
kesemutan, lemas, panas,
mual. Sehingga dibawa ke
rumah sakit RSUD Jombang
untuk di periksa periksa
setelah setelah diperiksa klien
dinyatakan harus menjalani
rawat inap di ruang Dahlia
Klien 2
Klien mengatakan tangan dan
kaki kesemutan
Pada hari selasa tanggal 24
April 2018 jam 07:00 WIB
keluarga klien mengatakan
tangan dan kaki kesemutan,
nafsu makan menurun, mual,
panas, lemas. Sehingga klien
dibawa ke RSUD Jombang
untuk di periksa periksa setelah
setelah
diperiksa
klien
dinyatakan harus menjalani
rawat inap di ruang Dahlia
Klien mengatakan ± 15 tahun
mempunyai riwayat Diabetes
Mellitus
Klien mengatakan ± 12 tahun
mempunyai riwayat Diabetes
Mellitus
44
Riwayat Penyakit
Klien 1
Klien 2
Riwayat Keluarga
Keluarga klien mengatakan
jika anggota keluarga dari
bapak ibu tidak mempunyai
riwayat penyakit keturunan
seperti Diabetes Mellitus
Keluarga klien mengatakan
jika anggota keluarga dari
bapak ibu tidak mempunyai
riwayat penyakit keturunan
seperti Diabetes Mellitus
Riwayat Psikososial
Respon klien terhadap
penyakitnya:
Ny.
S
menganggap penyakitnya
ini adalah cobaan dari
Tuhan.
Pengaruh
penyakit
terhadap
perannya
dikeluarga
dan
masyarakat: Ny. S hanya
bisa berbaring di tempat
tidur
dan
tidak
bisa melakukan apa-apa
klien tidak bisa berkumpul
dengan semua
keluarganya
dan
masyarakat
Respon klien terhadap
penyakitnya:
Ny.
M
menganggap penyakitnya
ini adalah cobaan dari
Tuhan.
Pengaruh
penyakit
terhadap
perannya
dikeluarga
dan
masyarakat: Ny. M hanya
bisa berbaring di tempat
tidur
dan
tidak bisa
melakukan apa-apa klien
tidak bisa berkumpul dengan
semua keluarganya
dan masyarakat
Riwayat Spiritual
Klien walaupun sedang sakit
selalu beriktiar lahir batin
akan kesembuhannya, klien
jarang melakukan ibadah
Klien walaupun sedang sakit
selalu beriktiar lahir batin
akan kesembuhannya, klien
jarang melakukan ibadah
Sumber: Data Primer (2018)
3.
Perubahan Pola Kesehatan (Pendekatan Gordon / pedektana sistem)
Tabel 4.3 Pola kesehatan klien dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan
Masalah Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Di Ruang
Dahlia RSUD Jombang
Pola Kesehatan
Klien 1
Klien 2
Pola manajemen kesehatan
Klien mengatakan saat sakit
berobat ke dokter yang
berada
disekeliling
rumahnya, klien bahkan
sering
memeriksakan
kesehatannya
ke
tenaga
medis setempat, berhubung
penyakitnya perlu perawatan
lebih lanjut klien akhirnya
berobat ke RSUD Jombang.
Di
Rumah:
Klien
mengatakan sebelum sakit,
selara makan baik, makan
3x/ hari dengan menu nasi
Klien mengatakan saat sakit
berobat ke dokter yang berada
disekeliling rumahnya, klien
bahkan sering memeriksakan
kesehatannya ke tenaga medis
setempat,
berhubung
penyakitnya perlu perawatan
lebih lanjut klien akhirnya
berobat ke RSUD Jombang.
Pola nutrisi
Di
Rumah:
Klien
mengatakan sebelum sakit,
selara makan baik, makan
3x/ hari dengan menu nasi
45
Pola Kesehatan
Klien 1
Klien 2
dan lauk pauk, minum air
putih ±1500 ml/ hari.
Di Rumah Sakit : Klien
mengatakan selera makan
menurun, karena tidak
terbiasa makan makanan
diet yang diberikan oleh
tim gizi, makan 3x/ hari
dengan menu nasi dan
lauk pauk, minum air
putih ±500ml/ hari, klien
diit rendah garam.
dan lauk pauk, minum air
putih ±1500 ml/ hari.
Di Rumah Sakit : Klien
mengatakan selera makan
menurun,
karena
tidak
terbiasa makan makanan
diet yang diberikan oleh tim
gizi, makan 3x/ hari dengan
menu nasi dan lauk pauk,
minum air putih ±500ml/
hari, klien diit rendah
garam.
Di
Rumah
:
Klien
mengatakan BAK dirumah
kebiasaan BAK dirumah 7x/
kurang lebih 5x /hari, warna
kuning kecoklatan, bau khas
urin BAB 2x /hari bau khas
feses
Di Rumah : Klien mengatakan
BAK dirumah kebiasaan BAK
dirumah 7x/ kurang lebih 5x
/hari,
warna
kuning
kecoklatan, bau khas urin BAB
2x /hari bau khas feses
Di Rumah Sakit Klien
mengatakan BAK 250cc/jam
warna kuning gelap bau khas
urin
Di Rumah Sakit Klien
mengatakan BAK 250cc/jam
warna kuning gelap bau khas
urin
Klien
BAB
belum
Klien mengatakan ingin BAB
tapi sulit
Pola istirahat - tidur
Di Rumah: Klien mengtakan
ketika istirahat tidur dirumah
7-8
jam/hari
dengan
kelengkapan selimut dan
lampu yang menyala
Di Rumah Sakit: Klien
mengatakan susah tidur, tidur
± 4-5 jam/hari dengan
perlengkapan selimut dan
penerang lampu
Di Rumah: Klien mengtakan
ketika istirahat tidur dirumah 6
jam/hari dengan kelengkapan
selimut dan lampu yang
menyala
Di Rumah Sakit: Klien
mengatakan susah tidur, tidur
±
5
jam/hari
dengan
perlengkapan selimut dan
penerang lampu
Pola reproduksi seksual
Di Rumah: Klien saat masih
sehat
dapat
melakukan
aktivitas
sendiri
tanpa
bantuan orang lain, mandi
dan bekerja
Di Rumah Sakit: Klien saat
sakit hanya dapat berbaring
ditempat tidur dan mandi
diseka oleh keluarga
Di Rumah: Klien saat masih
sehat
dapat
melakukan
aktivitas sendiri tanpa bantuan
orang lain, mandi bersih-bersih
Pola eliminasi
mengatakan
Di Rumah Sakit: Klien saat
sakit hanya dapat berbaring
ditempat tidur dan mandi
diseka oleh keluarga
46
Pola Kesehatan
Klien 1
Klien 2
Ny. S sudah menikah dan
memiliki 2 anak.
Ny. S mengalami stress
karena
klien
semenjak
dirinya sakit karena klien
tidak bisa bekerja
Ny. M sudah menikah dan
memiliki 1 anak.
Ny. M tidak mengalami stress
panjang
karena
semua
permasalahan
diselsaikan
dengan musyawarah keluarga
untuk menemukan jalan keluar
Sumber: Data Primer (2018)
4. Pemeriksaan Fisik (pendekatan head to toe pendekatan sistem)
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik klien dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan
Masalah Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Di Ruang
Dahlia RSUD Jombang
Observasi
Klien 1
Klien 2
S
N
TD
GCS
Kesadaran
Keadaan umum
GDA
Pemeriksaan fisik (6B)
B1(breathing)
36,7℃
85x/menit
120/70 mmHg
Composmentis
4,5,6
Lemas
547mg/dl
Inspeksi:
bentuk
dada
simetris,
pola
napas
teratur/vesikular, pergerakan
dinding dada normal, tidak
ada tariakn otot bantu, RR:
20x/menit.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
da benjolan
Perkusi: sonor (paru kanan
dan kiri normal)
Auskultasi: suara normal
(vesikular)
37℃
87x/menit
120/80 mmHg
Composmentis
4,5,6
Lemas
658mg/dl
Inspeksi:
bentuk
dada
simetris,
pola
napas
teratur/vesikular, pergerakan
dinding dada normal, tidak
ada tariakn otot bantu, RR:
22x/menit.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
da benjolan
Perkusi: sonor (paru kanan
dan kiri normal)
Auskultasi: suara normal
(vesikular)
B2 (bleeding)
Inspeksi: konjungtiva pucat,
sklera putih
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
CRT ˂ 2 detik
Perkusi: pekak
Auskultasi: suara jantung
regular TD: 120/70 mmHg
N: 85x/menit
Inspeksi: konjungtiva pucat,
sklera putih
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
CRT ˂ 2 detik
Perkusi: pekak
Auskultasi: suara jantung
regular TD: 120/80 mmHg
N: 87x/menit
B3 (brain)
Inspeksi:
kesadaran
composmentis,GCS 4-5-6
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
Inspeksi:
kesadaran
composmentis,GCS 4-5-6
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
47
Observasi
Klien 1
Klien 2
B4 (bladder)
Inspeksi: tidak terpasang
kateter.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
pada kandung kemih
Inspeksi: tidak terpasang
kateter.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
pada kandung
B5 (bowel)
Inspeksi:
mukosa
bibir
kering, terdapat karies, tidak
terpasang
NGT,
tidak
muntah, tidak sakit menelan,
bentuk abdomen simetris
Palpasi: tidak ada benjolan
atau nyeri tekan, tidak ada
pembesaran hepar
Perkusi: timpani
Auskultasi:
bising
usus
12x/menit
Inspeksi:
mukosa
bibir
kering, terdapat karies, tidak
terpasang
NGT,
tidak
muntah, tidak sakit menelan,
bentuk abdomen simetris
Palpasi: tidak ada benjolan
atau nyeri tekan, tidak ada
pembesaran hepar
Perkusi: timpani
Auskultasi:
bising
usus
12x/menit
Inspeksi:
lemes
karena
tangan klien kesemutan,
kekuatan otot
Inspeksi:
lemes
pada
ekstermitas bawah, kekuatan
otot
B6 (bone)
5
5
Data psikolososial spiritual
5
5
5
5
5
5
Palapsi: kulit kering, akral
dingin
Palapsi: kulit kering, akral
dingin
Klien aktif dalam lingkungan
masyarakat,
mengikuti
seluruh rangakaian kegiatan
yang
ada
didalam
lingkungannya yaitu beragam
islam dan selalu menjalankan
kewajiban selayakya orang
islam
lainnya
yaitu
beribadah.
Klien aktif dalam lingkungan
masyarakat,
mengikuti
seluruh rangakaian kegiatan
yang
ada
didalam
lingkungannya yaitu beragam
islam dan selalu menjalankan
kewajiban selayakya orang
islam
lainnya
yaitu
beribadah.
Sumber: Data Primer (2018)
48
4.1.3 Hasil Laboratorium
5. Pemeriksaan Diagnostik
Tabel 4.5 Pemeriksaan Laboratorium klien dengan Diabetes Mellitus Tipe 2
Dengan Masalah Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Di
Ruang Dahlia RSUD Jombang
Pemeriksaan
Kalium
HEMATOLOGI
Darah
lengkap
otomatik
- Hemoglobin
- Lekosit
- Hematokrit
- Eritrosit
- trombosit
- Hitung jenis
- Eosinofil
- Basofil
- Batang
- Segmen
- Limfosit
- Monosit
Kimia klinik
- Glukosa sewaktu
- Kreatinin serum
- Urea
- SGOT
- SGPT
- Natrium
- Klorida
Hasil
Nilai normal
Kien 1
24/04/2018
3,89
Klien 2
24/04/2018
2,66
3,80 – 5,50 meq/l
10,3
32.600
30,3
3.620.000
468.000
12,0
13,100
37,5
4.440.000
233.000
Ŀ 13,2 – 17,3 P 11,7 – 15,5 g/dl
Ŀ 3.800 – 10.600 P 3.600 11.000/ul
Ŀ 40 - 52 P 35-37 %
L 4,5 – 5,5; P4-5 jt/ul
150.000 – 350.000 /cmm
93
5
2
87
12
1
1-3%
3-5 %
50 - 65 %
25 -35 %
4 - 10 %
547
1,21
72,7
15
17
135
103
658
1,80
54,7
14
10
128
93
˂ 200mg/dl
L ˂1,5 ; P˂1,2 mg/dl
10 - 50 mg/dl
˂ 38 U/l
˂ 40 U/l
˂ 136 – 144 meq/l
96 – 107 meq/L
Sumber: Data Primer (2018)
4.1.4 Terapi
Tabel 4.6 Pemberian Terapi klien dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan
Masalah Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Di Ruang Dahlia RSUD
Jombang
Terapi
Klien 1
Infus NaCl
Tanggal 25-04-2018
Klien 2
14 tpm
Infus NaCl
14 tpm
49
Klien 1
Tetapi
Tanggal 25-042018
Klien 2
Injeksi ranitidin
Injeksi ketorolac
Insulin
50mg
30mg
Pupm 1 unit / jam
Insulin 24 unit/24 jam
Injeksi Ranitidin
Injeksi ceftriasone
24 unit / 24 jam
2x1 amp (50mg)
2x1 gr
4.1.5 Analisa Data
Tabel 4.7 Analisa Data klien 1 dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan
Masalah Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Di Ruang
Dahlia RSUD Jombang
Data
Etiologi
Masalah Keperawatan
Data
subjektif:
klien
mengatakan kaki dan tanagan
kesemutan
Hiperglikemi
Resiko
Ketidakstabilan
Kadar
Glukosa
Darah
berhubungan
dengan
Hiperglikemi
Hiperglikemi
Resiko
Ketidakstabilan
Kadar
Glukosa
Darah
berhubungan
dengan
Hiperglikemi
Data objektif:
Keadaan umum: lemah.
Kesadaran: composmentis
GCS: 4-5-6 CRT ˂ 2 detik
GDA: 547 mg/dl
TTV
TD: 120/70 mmHg
N: 85x/menit
S: 36,7℃
RR: 20x/menit
Klien tampak lemah
Klien 2
Data
subjektif:
klien
mengatakan kaki dan tanagan
kesemutan
Data objektif:
Keadaan umum: lemah.
Kesadaran: composmentis
GCS: 4-5-6 CRT ˂ 2 detik
GDA: 658 mg/dl
TTV
TD: 120/80 mmHg
N: 85x/menit
S: 36,7℃
RR: 20x/menit
Klien tampak lemah
50
4.1.6 Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan klien 1 Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa
Darah berhubungan dengan Hiperglikemi
b. Diagnosa keperawatan klien 2 Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa
Darah berhubungan dengan Hiperglikemi
4.1.7 Intervensi Keperawatan
Tabel 4.8 Intervensi Keperawatan klien dengan Diabetes Mellitus Tipe 2
Dengan Masalah Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Di
Ruang Dahlia RSUD Jombang
Diagnosa Keperawatan
NOC
(Tujuan, Kriteria, Hasil)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam
resiko ketidakstabian kadar
glukosa darah diharapkangula
darah
klien bisa stabil
dengan kriteria hasil:
Kriteria Hasil
14. Perilaku Diet sehat
15. Dapat
mengontrol
tanda-tanda
hiperglikemi
16. Dapat mengontrol sress
17. Dapat memanajemen
hiperglikemi
dan
mencegah
penyakit
semakin parah
18. Mengontrol
perilaku
berat badan
19. Olahraga
teratur
(ROM)
Skala
a. Tidak
pernah
menunjukan
b. Jarang menunjukan
c. Kadang-kadang
menunjukan
d. Sering menunjukan
e. Secara
konsisten
menujukkan
NIC
Manajemen Hiperglikemi
1. Monitor kadar glukosa
darah sesuai indikasi
2. Monitor tanda dan gejala
hiperglikemi, poliuria,
polifagia,
polidipsi,
kelemahan,
latergi,
malaise,
pandanagan
kabur, atau sakit kepala,
3. Berikan insulin sesuai
resep
4. Dorong asupan cairan
oral
5. Monitor status cairan
intake output sesuai
kebutuhan
6. Identifikasi
kemungkinan penyebab
hiperglikemi
7. Dorong
pemantauan
tanda-tanda hiperglikemi
8. Anjurkan klien untuk
melakukan
olahraga
sesuai kondisi tubuh
9. Kolaborasi dengan tim
dokter dalam pemberian
obat
51
Diagnosa Keperawatan
Klien 2
Resiko Ketidakstabilan Kadar
Glukosa Darah
NOC
(Tujuan, Kriteria, Hasil)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam
resiko ketidakstabian kadar
glukosa darah diharapkangula
darah
klien bisa stabil
dengan kriteria hasil:
Kriteria Hasil
1. Perilaku Diet sehat
2. Dapat
mengontrol
tanda-tanda
Hiperglikemi
3. Dapat mengontrol sress
4. Dapat
memanajemen
hiperglikemi
dan
mencegah
penyakit
semakin parah
5. Mengontrol
perilaku
berat badan
6. Olahraga
teratur
(ROM)
Skala
a. Tidak
pernah
menunjukan
b. Jarang menunjukan
c. Kadang-kadang
menunjukan
d. Sering menunjukan
e. Secara
konsisten
menujukkan
NIC
Manajemen Hiperglikemi
1. Monitor kadar glukosa
darah sesuai indikasi
2. Monitor tanda dan gejala
hiperglikemi, poliuria,
polifagia,
polidipsi,
kelemahan,
latergi,
malaise,
pandanagan
kabur, atau sakit kepala,
3. Berikan insulin sesuai
resep
4. Dorong asupan cairan
oral
5. Monitor status cairan
intake output sesuai
kebutuhan
6. Identifikasi
kemungkinan penyebab
hiperglikemi
7. Dorong
pemantauan
tanda-tanda hiperglikemi
8. Anjurkan klien untuk
melakukan
olahraga
sesuiai dengan kondisi
tubuh
9. Kolaborasi dengan tim
dokter dalam pemberian
obat
Sumber: Bulechek (2018)
4.1.8 Implementasi Asuhan Keperawatan pada klien Diabetes Mellitus Tipe
Dengan Masalah Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Tabel 4.9 Implementasi Keperawatan klien 1 (Ny.S) dengan Diabetes Mellitus
Tipe 2 Dengan Masalah Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa
Darah Di Ruang Dahlia RSUD Jombang
Hari/tanggal
25 April 2018
Klien 1
Waktu
08.00
08.20
08.30
Implementasi
a. Melakukan
pemeriksaan
GDA
dengan stik
b. Memonitor
tanda
dan
gejala
hiperglikemi, poliuria, polifagia,
polidipsi,
kelemahan,
latergi,
malaise, pandanagan kabur, atau
sakit kepala,
c. Memonitororing insulin sesuai resep
1 unit/jam pump
Paraf
52
08.40
08.50
09.05
09.15
09.25
25 April 2018
Klien 2
09.35
11.05
11.15
11.20
11.30
11.40
11.50
12.00
12.10
12.20
26 April 2018
Klien 1
08.00
08.10
08.15
08.25
08.35
08.45
08.50
09.00
09.05
d. Mendorong asupan cairan oral
e. Memonitor status cairan intake
output sesuai kebutuhan
f. Mengdentifikasi
kemungkinan
penyebab hiperglikemi
g. Mendorong pemantauan tanda-tanda
hiperglikemi
h. Menganjurkan
klien
untuk
melakukan olahraga (ROM)
i. Melakukan kolaborasi dengan tim
dokter dalam pemberian obat
a. Melakukan
pemeriksaan
GDA
dengan stik
b. Memonitor
tanda
dan
gejala
hiperglikem, poliuria, polifagia,
polidipsi,
kelemahan,
latergi,
malaise, pandanagan kabur, atau
sakit kepala,
c. Memonitoring insulin sesuai resep 1
unit/jam
d. Mendorong asupan cairan oral
e. Memonitor status cairan intake
output sesuai kebutuhan
f. Mengdentifikasi
Kemungkinan
penyebab hiperglikemi
g. Mendorong pemantauan sendiri
kadar glukosa darah
h. Menganjurkan
klien
untuk
melakukan olahraga (ROM)
i. Melakukan kolaborasi dengan tim
dokter dalam pemberian obat
a. Melakukan
pemeriksaan
GDA
dengan stik
b. Memonitor
tanda
dan
gejala
hiperglikem, poliuria, polifagia,
polidipsi, kelemahan, latergi, malaise,
pandanagan kabur, atau sakit kepala,
c. Memonitoring insulin sesuai resep 1
unit/jam pupm
d. Mendorong asupan cairan oral
e. Memonitor status cairan intake
output sesuai kebutuhan
f. Mengdentifikasi
Kemungkinan
penyebab hiperglikemi
g. Mendorong pemantauan tanda-tanda
hiperglikemi
h. Menganjurkan
klien
untuk
melakukan olahraga (ROM)
i. Melakukan kolaborasi dengan tim
dokter dalam pemberian obat
Paraf
paraf
53
Hari/tanggal
Waktu
Implementasi
Paraf
26 April 2018
Klien 2
Waktu
Implementasi
a. Melakukan
pemeriksaan
GDA
dengan stik
b. Memonitor
tanda
dan
gejala
hiperglikemi, poliuria, polifagia,
polidipsi,
kelemahan,
latergi,
malaise, pandanagan kabur, atau
sakit kepala,
c. Memonitoring insulin sesuai resep
24 unit / 24 jam
d. Memonitor status cairan intake
output sesuai kebutuhan
e. Mengdentifikasi
kemungkinan
penyebab hiperglikemi
f. Menganjurkan
klien
untuk
melakukan olahraga (ROM)
g. Melakukan kolaborasi dengan tim
dokter dalam pemberian obat
Implementasi
a. Melakukan
pemeriksaan
GDA
dengan stik
b. Memonitor
tanda
dan
gejala
hiperglikemi, poliuria, polifagia,
polidipsi,
kelemahan,
latergi,
malaise, pandanagan kabur, atau
sakit kepala,
c. Memonitoring insulin sesuai resep 1
unit/jam pupm
d. Memonitor status cairan intake
output sesuai kebutuhan
e. Menganjurkan
klien
untuk
melakukan olahraga (ROM)
f. Melakukan kolaborasi dengan tim
dokter dalam pemberian obat
Infus Nacl 14 tpm
Injeksi ranitidin 50 mg
Insulin 24 jam / 24 jam
Implementasi
a. Melakukan pemeriksaan GDA
dengan stik
b. Memonitor tanda dan gejala
hiperglikemi, poliuria, polifagia,
polidipsi, kelemahan, latergi,
malaise, pandanagan kabur, atau
sakit kepala,
c. Memonitoring insulin sesuai
resep 24 unit/24 jam
d. Memonitor status cairan intake
output
sesuai kebutuhan
Paraf
11.05
11.15
11.20
11.30
11.40
11.50
12.00
27 April 2018
Klien 1
Waktu
08.00
08.10
08.15
08.25
08.35
08.45
27 April 2018
Klien 2
Waktu
11.05
11.15
11.20
11.30
Paraf
paraf
54
11.40
e.
11.50
f.
Menganjurkan klien untuk
melakukan olahraga (ROM)
Melakukan kolaborasi dengan
tim dokter dalam pemberian
obat
Infus Nacl 14 tpm
Injeksi ranitidin 50 mg
Insulin 24 jam / 24 jam
4.1.9 Evaluasi Asuhan Keperawatan pada klien Diabetes Mellitus Tipe 2
Dengan Masalah Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Tabel 4.15 Evaluasi Keperawatan klien 1 Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan
Masalah Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Di Ruang
Dahlia RSUD Jombang
Hari/Tanggal
Waktu Evaluasi
25 April 2018 12.00 S: klien mengatakan kaki dan tangan kesemutan
O: keadaan umum: lemah
Kesadaran: composmentis
GCS: 4-5-6 CRT ˂ 2 detik
GDA: 547 mg/dl
1. Perilaku Diet sehat
2. Dapat mengontrol tanda-tanda hiperglikemi
3. Dapat mengontrol sress
4. Dapat memanajemen hiperglikemi dan mencegah
penyakit semakin parah
5. Tingakat pemahaman untuk pencegahan komplikasi
6. Pemahaman managemen diabetes
7. Status nutrisi adekuat
8. Olahraga teratur (ROM)
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi (1-8)
Tabel 4.16 Evaluasi Keperawatan klien 2 Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan
Masalah Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Di Ruang
Dahlia RSUD Jombang
Hati/Tanggal
Waktu Evaluasi
25 April 2018 15.00 S: klien mengatakan kaki dan tangan kesemutan
O: keadaan umum: lemah
Kesadaran: composmentis
GCS: 4-5-6 CRT ˂ 2 detik
GDA: 658 mg/dl
1. Perilaku Diet
2. Dapat mengontrol tand-tanda hiperglikemi
3. Dapat memanajemen hiperglikemi
4. Tingakat pemahaman untuk pencegahan komplikasi
5. Mengontrol perilaku berat badan
6. Pemahaman managemen diabetes
55
7. Status nutrisi adekuat
8. Olahraga teratur
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi (1-8)
Tabel 4.17 Evaluasi Keperawatan klien 2 Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan
Masalah Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Di Ruang
Dahlia RSUD Jombang
Hari/Tanggal
Waktu Evaluasi
26 April 2018 14.00 S: klien mengatakan kaki dan tangan kesemutan sudah
berkurang
O: keadaan umum: lemah
Kesadaran: composmentis
GCS: 4-5-6 CRT ˂ 2 detik
GDA: 368 mg/dl
1. Perilaku Diet sehat
2. Dapat mengontrol kadar gukosa darah
3. Tingakat pemahaman untuk pencegahan komplikasi
4. Pemahaman managemen diabetes
5. Status nutrisi adekuat
6. Olahraga teratur
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi (1-6)
Tabel 4.18 Evaluasi Keperawatan klien 2 Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan
Masalah Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Di Ruang
Dahlia RSUD Jombang
Hati/Tanggal
Waktu Evaluasi
26 April 2018 15.00 S: Klien mengatakan kesemutan dibagian tangan dan kakinya
agak berkurang
O: Data objektif: keadaan umum: lemah
Kesadaran: composmentis
GCS: 4-5-6 CRT ˂ 2 detik
GDA: 397 mg/dl
1. Perilaku Diet sehat
2. Dapat mengontrol kadar gukosa darah
3. Pemahaman managemen
diabetes
4. Status nutrisi adekuat
5. Olahraga teratur
6. Tingakat pemahaman untuk pencegahan komplikasi
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan (1-6)
56
Tabel 4.19 Evaluasi Keperawatan klien 1 Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan
Masalah Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Di Ruang
Dahlia RSUD Jombang
Hari/Tanggal
Waktu Evaluasi
27 April 2018 14.00 S: klien mengatakan kaki dan tangan kesemutan sudah
berkurang
O: keadaan umum: lemah
Kesadaran: composmentis
GCS: 4-5-6 CRT ˂ 2 detik
GDA: 336 mg/dl
1. Perilaku Diet
2. Dapat mengontrol tanda-tanda hiperglikemi
3. Status nutrisi adekuat
4. Olahraga teratur (ROM)
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi (1-2-4)
Tabel 4.20 Evaluasi Keperawatan klien 2 Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan
Masalah Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Di Ruang
Dahlia RSUD Jombang
Hari/Tanggal
Waktu Evaluasi
27April 2018
15.00 S: klien mengatakan kaki dan tangan kesemutan sudah
berkurang
O: keadaan umum: lemah
Kesadaran: composmentis
GCS: 4-5-6 CRT ˂ 2 detik
GDA: 375 mg/dl
1. Perilaku Diet sehat
2. Dapat mengontrol tanda-tanda hiperglikemi
3. Olahraga teratur
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi (1-5)
57
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada Tn. Dan Tn.
Di Ruang Dahlia RSUD Jombang pada kasus Diabetes Mellitus Tipe 2
dengan masalah Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah. Didapatkan
pengkajian pada :
4.2.1 Pengkajian
1. Data Subjektif
Klien 1 mengatakan pada tanggal 25 April mengalami kaki dan
tangan kesemutan, mual, panas, lemas dan Klien 2 mengatakan pada
tanggal 25 April 2018 tangan dan kaki kesemutan, nafsu makan
menurun, mual, panas, lemas.
Menurut American Diabetes Assoclation ADA, 2013. Diabetes
Melitus merupakan penyakit metabolik yang bersifat kronik, ditandai
dengan meningkatnya kadar glukosa darah sebagai akibat dari adanya
gangguan penggunaan insulin, sekresi insulin, atau keduanya. Insulin
adalah hormon yang disekresi dari pankreas dan dibutuhkan dalam
proses metabolisme glukosa. Pada klien Diabetes Mellitus terjadi pada
pola makan tidak teratur sehingga mengakibatkan terjadinya resiko
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah.
Hasil penelitian klien 1 dan klien 2 mengalami Diabetes
Mellitus dengan tanda dan gejala yakni kesemutan, mual, muntah,
nafsu makan menurun, lemas
58
2. Data Objektif
Data objektif dari penelitian kedua klien mengalami Resiko
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah sehingga mengakibatkan nafsu
makan menurun, kesemutan, klien 1 lebih dahulu mengalami Resiko
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah dibandingkan klien 2. Dengan
demikian hasil pemeriksaan laboratorium klien 1 GDA 547mg/dl dan
klien 2 GDA 658mg/dl.
Menurut American Diabetes Assoclation ADA, 2013. Diabetes
Melitus merupakan penyakit metabolik yang bersifat kronik, ditandai
dengan meningkatnya kadar glukosa darah sebagai akibat dari adanya
gangguan penggunaan insulin, sekresi insulin, atau keduanya. Insulin
adalah hormon yang disekresi dari pankreas dan dibutuhkan dalam
proses metabolisme glukosa. Pada klien Diabetes Mellitus terjadi pada
pola makan tidak teratur sehingga mengakibatkan terjadinya resiko
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah.
Berdasarkan penelitian pada klien 1 dan klien 2 Resiko
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah menyebabkan hiperglikemi dan
hipoglikemia yang bisa mengakibatkan kelelahan, poliuria, polifagia,
polydipsia, pola makan yang buruk kondisi ini menyebabkan klien
mengalami hambatan saat bekerja.
59
4.2.3 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada klien 1 dan klien 2 peneliti
menunjukkan masalah Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah.
Hal ini dibuktikan dari klien 1 GDA: 547 dan klien 2 GDA: 658
Definisi Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Resiko terhadap variasi kadar glukosa/gula darah dari rentang normal
(Tim Pokja, 2017).
Menurut peneliti Masalah Resiko Ketidastabilan Kadar
Glukosa Darah pada klien Diabetes Mellitus Tipe 2 disebabkan karena
oleh obesitas, kurang berolahraga, pola makan yang buruk dan gaya
hidup yang tidak sehat.
4.2.4 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dilakukan pada studi kasus ini
mengarah Nursing Outcome Classifation (NOC) dan Nursing Income
classifation (NIC) yang meliputi monitor kadar glukosa darah, monitor
tanda dan gejala hiperglikemi, beri insulin sesuai resep, identifikasi
kemungkinan penyebab hiperglikemi, dorong pemantauan sendiri
kadar glukosa darah, monitor status caiaran intake output sesuai
kebutuhan .
Intervensi yang diberikan untuk klien dengan masalah
keperawatan Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah meliputi
managemen hiperglikemi untuk mengontrol kadar glukosa darah,
managemen hipoglikemi untuk mengontrol kadar glukosa darah
60
peresepan diet untuk mengatur pola makan klien (Herdman &
Kamitsuru)
4.2.5 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan NIC adalah:
Manajemen hiperglikemi monitor kadar glukosa darah, monitor tanda
dan gejala hiperglikemi, beri insulin sesuai resep, identifikasi
kemungkinan penyebab hiperglikemi, dorong pemantauan sendiri
kadar glukosa darah, monitor status caiaran intake output sesuai
kebutuhan .
Menurut peneliti berdasarkan peneliti implementasi sesuai NIC
yang diberikan kepada klien Diabetes Mellitus dengan melakukan
managemen hiperglikemi, monitor glukosa darah dengan melakukan
pemeriksaan GDA dengan stik pada klien.
4.2.6 Evaluasi Keperawatan
Pada tanggal 27 April 2018 pada Klien 1 S: klien mengatakan
kaki dan tangan kesemutan sudah berkurang. O: keadaan umum:
lemah kesadaran composmentis, GCS 4-5-6 CRT ˂ 2 detik, GDA: 336
mg/dl. 1. Perilaku diet sehat, 2. Dapat mengontrol kadar glukosa
darah, 3. Pemahaman manajemen diabetes, 4. Status nutrisi adekuat, 5.
Olahraga teratur, A: masalah belum teratasi, P: lanjutkan intervensi (15) klien 2 S: klien mengatakan kaki dan tangan kesemutan sudah
berkurang. O: keadaan umum: lemah kesadaran composmentis, GCS
4-5-6 CRT ˂ 2 detik, GDA: 376 mg/dl. 1. Perilaku diet sehat, 2. Dapat
61
mengontrol kadar glukosa darah, 3. Pemahaman manajemen diabetes,
4. Status nutrisi adekuat, 5. Olahraga teratur, A: masalah belum
teratasi, P: lanjutkan intervensi (1-5).
Evaluasi untuk penderita Diabetes Mellitus dapat berkurang
dengan melakukan manajemen hiperglikemi
Menurut peneliti evaluasi dari manajemen hiperglikemi bisa
membantu klien untuk menurunkan kadar glukosa darah.
BAB 5
KESIMPULAN DAN PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan klien yang mengalami
Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Tn. Dan Tn. Dengan masalah Resiko
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah di Ruang Dahlia RSUD Jombang,
maka penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran yang dibuat
berdasarkan laporan kasus adalah sebagai berikut
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yanag diperoleh dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Hasil pengkajian yang telah dilakukan penulis pada tanggal 25
April 2018 diperoleh data subjektif Ny.S yang mengeluhkan
kesemutan kaki dan tangan, mual. Data objektif klien kesemutan,
data laboratorium GDA: 547 mg/dl sedangkan pada Ny. M data
subjektif yaitu kesemutan , mual, muntah, nafsu makan menurun,
panas, lemas. Data objektif kesemutan dibagian tangan dan kaki,
data laboratorium diantaranya GDA: 658 mg/dl
2. Diagnosa utama pada klien Ny.S dan Ny.M
yaitu Resiko
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah berhubungan dengan
Hiperglikemi didukung oleh data-data subjektif pada Ny.M Ny.S
yang mengeluhkan kesemutan kaki dan tangan, mual pada tanggal
23 April 2018. Data laboratorium GDA: 547 mg/dl sedangkan
62
63
pada Ny. M data subjektif yaitu kesemutan , mual, muntah, nafsu
makan menurun, panas, lemas pada tanggal 24 April 2018. Data
laboratorium diantaranya GDA: 658 mg/dl
3. Intervensi keperawatan yang diberikan pada klien sesuai dengan
NIC 2015 mengenai manajemen Hiperglikemi adalah mengotrol
kadar glukosa darah
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan adalah dengan
mengontrol kadar glukosa darah pada Ny.S dan Ny.M dan
mengamati respon klien
5. Evaluasi keperawatan kepada klien tindakan keperawatn yang
dilakukan selama tiga hari hasil evaluasi pada tanggal 25 April
2018 Ny.S dan Ny.M klien mengatakan kesmutan sudah
bekurang. Perbedaan Ny.M kadar glukosa darah lebih tinggi dari
pada Ny.S.
5.2 Saran
1. Bagi klien dan keluarga
Sebaiknya meningkatkan pengetahuan pada klien Diabetes
Mellitus dengan cara memberikan HE (Head Education) pada
klien atau keluarga sehingga dapat melaksanakan tindakan yang
diberikan oleh peneliti.
2. Bagi perawat
Peneliti ini mampu memotivasi perawat dirumah sakit dalam
melakukan Asuahan Keperawatan pada klien Diabetes Mellitus
64
3. Bagi peneliti selanjutnya
Sebaiknya penelitian ini lebih ditingkatkan lagi agar masalah
Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah pada klien Diabetes
Mellitus bisa teratasi dengan baik.
65
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Suchi M, 2015,‟Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pada Asuhan Diabetes
Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Bahu Kota Manado
Bachri, Arie Syaeful 2016, „Hubungan Antara Self-Care Dengan Kualitas Hidup
Pasien Diabetes Melitus tipe 2 Di Poli Klinik Penyakit Dalam RSUD
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta‟ , Skripsi, Sekolah TinggI Ilmu
Kesehatan Jendral Achmad Yani Yogyakarta
Bulletchek. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). Missouri : Elsevier.
Bulletchek. 2013. Nursing Outcome Classification (NOC). Missouri : Elsevier.
ICME Stikes. 2017. Buku Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah : Studi Kasus.
Jombang : Stikes Icme.
Tim Pokja SDKI PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta Selatan : DPP : Dewan Pengurus Pusat.
Khasanah, Uswatun, 2016, Upaya Memenuhi Kestabilan Gula Darah Pada Pasien
Diabetes mellitus Di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Kurniawan, Danang. 2016, Penilaian Tingkat Kesadaran. Update 15 maret 2016,
dilihat 28 januari 2018,http://danangkurniawan04.blogspot.com/2016/03/
penilaian-tingkat-kesadaran.html?m=1
Mustika, Noor Rachami Wulan, 2012, Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada
Ny. Y Dengan Diabetes Mellitus tipe II (Hipoglikemi Di Instalasi Gawat
Darurat RSUD Sragen
Nursalam. 2014. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta Selatan :
Salemba Medika
Padila. 2012. Buku Anjar Keperawatan Medikal Bedah. Bengkulu : Nuha Medika.
Perkeni. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 Di
Indonesia. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia : 2015
Sugiono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung CV.
Alfabeta
Wijaya, A.S & Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2. Bengkulu :
Nuha Medika.
65
Lampiran 1
JADWAL PELAKSANAAN LAPORAN KASUS
No KegiatanDesember Januari Februari
Maret
April
Mei
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi
Pendahuluan
dan Studi
Pustaka
2 Penyusunan
Proposal
3 Seminar
Proposal
4 Pengurusan ijin
dan
Pengumpulan
data
5 Pengumpulan
data dan analisis
data
6 Ujian/ sidang
KTI
7 Revisi KTI
8 Pengumpulan
dan
penggandaan
KTI
66
Lampiran 2
67
Lampiran 3
68
69
Lampiran 4
PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Pengkajian tgl.
:
Jam
MRS tanggal
:
No. RM :
Diagnosa Masuk
:
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
:
Usia
:
Jenis kelamin
:
Suku
:
Agama
:
Pendidikan
:
Alamat
:
:
Penanggung jawab biaya :
Nama :
Alamat :
Hub. Keluarga :
Telepon :
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Keluhan Utama
2. Riwayat Penyakit Sekarang
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Riwayat Penyakit Kronik dan Menular
2. Riwayat Penyakit Alergi
3. Riwayat Operasi
D. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
ya: .................................................
Jelaskan:
ya, jenis: .....
ya, jenis: .....
ya, jenis: .....
tidak
tidak
tidak
tidak
E. POLA KEGIATAN SEHARI – HARI
POLA KEGIATAN
DI RUMAH
Makanan
Frekuensi ....... x/hari
Jenis .......
Diit .......
Pantangan ........
70
DI RUMAH SAKIT
Alergi .......
makanan yang disukai
Minum
Frekuensi ....... x/hari
Jenis .......
Alergi .......
Eliminasi
BAB
Frekuensi ....... x/hari
Warna .......
Konsistensi .......
BAK
Frekuensi ....... x/hari
Warna .......
Alat bantu .......
Kebersihan Diri
Mandi ....... x/hari
Keramas ....... x/hari
Sikat Gigi ....... x/hari
Memotong Kuku .......
Ganti Pakaian .......
Toileting .......
Istirahat/Tidur
Tidur siang ....... jam
Tidur malam ....... jam
Kebiasaan Merokok/Jamu
F. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda vital
S:
ºC
N:
x/mnt TD : mmHg
RR : x/mnt
Masalah Keperawatan :
71
2. Sistem Pernafasan (B1)
a. Hidung:
Pernafasan cuping hidung
Septum nasi
Lain-lain
b. Bentuk dada
c. Keluhan
d. Irama napas
e. Suara napas
simetris
Funnel chest
sesak
teratur
vesiculer
rales D/S
ada
simetris
tidak
tidak simetris
asimetris
barrel chest
Pigeons chest
nyeri waktu napas
batuk
tidak teratur
ronchi D/S
wheezing D/S
Lain-lain
Masalah Keperawatan :
3. Sistem Kardiovakuler (B2)
a. Keluhan nyeri dada
b. Irama jantung
c. CRT
d. Konjungtiva pucat
e. JVP
Lain-lain
ya
teratur
< 3 detik
ya
normal
tidak
tidak teratur
> 3 detik
tidak
meningkat
menurun
Masalah Keperawatan :
4. Sistem Persarafan (B3)
a. Kesadaran
composmentis
apatis
sopor
koma
GCS :
b. Keluhan pusing
ya
tidak
c. Pupil
isokor
anisokor
d. Nyeri
tidak
ya, skala nyeri:
Lain-lain
somnolen
lokasi :
Masalah Keperawatan :
5. Sistem Perkemihan (B4)
a. Keluhan
kencing menetes
gross hematuri
oliguri
b. Alat bantu (kateter, dll)
ya
72
inkontinensia
disuria
anuri
tidak
retensi
poliuri
c. Kandung kencing: membesar
ya
tidak
nyeri tekan
ya
tidak
d. Produksi urine : .......... ml/hari warna : .......... bau : ..........
e. Intake cairan :
oral : .......... cc/hr
parenteral : .......... cc/hr
Lain-lain
Masalah Keperawatan :
6. Sistem Pencernaan (B5)
a. TB :
cm
BB : kg
b. Mukosa mulut: lembab
kering
merah
stomatitis
c. Tenggorokan
nyeri telan
sulit menelan
d. Abdomen
supel
tegang nyeri tekan, lokasi :
Luka operasi
jejas, lokasi :
Pembesaran hepar
ya
Pembesaran lien
ya
Ascites
ya
Mual
ya
Muntah
ya
Terpasang NGT
ya
Bising usus : .......... x/mnt
e. BAB : ....... x/hr, konsistensi :
konstipasi
f. Diet
padat
Frekuensi : ........ x/hari
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
lunak
cair lendir/darah
inkontinensia kolostomi
lunak
cair
jumlah: .......
jenis : .......
Masalah Keperawatan :
7. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)
a. Pergerakan sendi
bebas
terbatas
b. Kelainan ekstremitas
ya
tidak
c. Kelainan tl. belakang
ya
tidak
d. Fraktur
ya
tidak
e. Traksi/spalk/gips
ya
tidak
f. Kompartemen sindr
ya
tidak
g. Kulit
ikterik
sianosis
kemerahan
hiperpigmentasi
h. Akral
hangat
panas
dingin
basah
i. Turgor
baik
kurang
jelek
j. Luka : jenis : ....... luas : ........
bersih
Lain-lain
Masalah Keperawatan :
73
kering
kotor
8. Sistem Endokrin
a. Pembesaran kelenjar tyroid
b. Pembesaran kelenjar getah bening
Lain-lain
ya
ya
tidak
tidak
Masalah Keperawatan :
G. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Persepsi klien terhadap penyakitnya
cobaan Tuhan
hukuman
lainnya
2. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
Murung
gelisah
tegang
marah/menangis
3. Reaksi saat interaksi
kooperatif
tak kooperatif
4. Gangguan konsep diri
ya
tidak
Lain-lain
curiga
Masalah Keperawatan :
H. PENGKAJIAN SPIRITUAL
Kebiasaan beribadah
sering
Lain-lain
Masalah Keperawatan :
kadang-kadang
tidak pernah
I.
PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium, radiologi, EKG, USG)
J.
TERAPI
Jombang,
Februari 2018
Mahasiswa,
( Nurul Maslikah )
74
ANALISA DATA
Nama :……………………….
Data
No.RM: …………….
Etiologi
Masalah Keperawatan
Data subyektif :
Data Obyektif :
SESUAI DENGAN NANDA
2015-2017
Diagnosa Keperawatan yang muncul (Tipe PES minimal 3)
1. ……………………………………………….
2. ……………………………………………….
3. ……………………………………………….
4. ……………………………………………….
5. ………………………………………………
75
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama :……………………….
Hari/Tgl.
DiagnosaKep
No.RM: …………….
Tujuan& kriteria
hasil
76
Intervensi
Rasional
77
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama :……………………….
Hari/Tgl.
Diagnosa Kep
No.RM: …………….
Waktu
78
Implementasi
Keperawatan
Paraf
79
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama :……………………….
Hari/Tgl.
Diagnosa Kep
No.RM: …………….
Waktu
Evaluasi
S:
O:
A:
P:
80
Paraf
Lampiran 5
SATUAN ACARA PENYULUHAN PENGAJARAN DIET
DIABETES MELLITUS
Topik
: Pengajaran Diet
Sasaran
: Klien dengan Diabetes Mellitus
Hari/ tgl
: Februari 2018
Waktu
: 30 menit
Tempat
: Ruang Dahlia RSUD Jombang
A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti penyuluhan, klien dan keluarga mampu memahami dan
menjelaskan tentang cara Diet
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan peserta mampu:
1. Megetahui tentang pengertian Diet
2. Mengetahui tujuan Diet pada pasien Diabetes Mellitus
3. Mengetahui komposisi makanan yang dianjurkan untuk pasien
Diabetes Mellitus
C. MATERI
Materi terlampir
D. METODE
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah:
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. MEDIA
Adapun media yang digunakan adalah
1. Leaflet
F. SASARAN
Pasien dan keluarga dengan Diabetes Mellitus
G. MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
81
Sebagai media untuk berinteraksi dengan pasien Diabetes Mellitus
2. Bagi keluarga penderita
Menambah wawasan bagi pasien dan keluarga dengan Diabetes Mellitus tentang
cara Diet yang benar
H. MATERI
1. Pengertian Diet
2. Tujuan Diet
3. Komposisi Makanan
I.
EVALUASI
Tanya jawab langsung saat proses dan setelah proses penyuluhan selesai
Pasien dapat melakukan cara diet yang benar
J. KEGIATAN PENYULUHAN
KEGIATAN
TAHAP/ WAKTU
Pembukaan
5
menit
1.
PENGAJAR
Mengucapkan salam
PESERTA
1. Menjawab salam
2.
Memperkenalkan diri
2. Memperhatikan
3.
Menjelaskan topik yang akan
3. Memperhatikan
disampaikan
Isi (Penyampaian
a.
materi)
10 menit
b.
Menjelaskan
tentang
1.
Mendengarkan dan
pengertian Diet
2.
Memperhatikan
Menjelaskan tentang tujuan
3.
Mendengarkan
Diet
c.
Menjelaskan
komposisi
Makanan
Penutup 5 menit
1.
Memberikan
kesempatan
peserta untuk bertanya.
2.
Memberikan
1. Bertanya
2.
Mendengarkan
3.
Menjawab
kesimpulan
materi yang sudah diberikan
3.
Evaluasi
4.
Penutup dengan mengucapkan
pertanyaan
yang diberikan
salam
82
4.
Menjawab salam.
G. Setting tempat
Keterangan :
: Penyaji
: Fasilitator
: Moderator
: Peserta penyuluhan
K. EVALUASI
1. Peserta
a. Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan sampai selsai
b. Peserta penyuluhan kooperatif dan aktif berparsitipasi selama proses
penyuluhan
c. Peserta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan tentang
pengajaran Diet
d. Pertemuan berjalan dengan lancer
2. Penyuuhan
a. Bisa memfasilitasi jalannya penyuluhan
b. Bisa menjalankan perannya sesuai tugas dan tanggung jawab
c. Suasana selama kesgiatan penyuluhan kondusif
83
Lampiran 6
MATERI PENYULUHAN
MATERI DIET PADA DIABETES MELLITUS
1. Pengertian Diet
Diet adalah pengaturan makanan dan minuman yang dikonsumsi seseorang
secara rutin untuk menjaga kesehatan. Diet lebih mengarah pada pengaturan
pola makan yang baik untuk mencapai kondisi sehat.
2. Tujuan Diet pada Pasien Diabetes Melitus
Tujuan Umum
Membantu penderitan Diabetes Mellitus memperbaiki kebiasaan hidup dan
olah raga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik.
Tujuan khusus
a. Mempertahankan kadar Glukosa darah mendekati normal dengan
keseimbangan asupan makanan dengan insulin (endogen atau eksogen) atau
obat hipoglikemik oral dan tingkat aktifitas.
b. Mencapai kadar serum lipid yang optimal.
c. Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat
badan yang memadai orang dewasa, mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang normal pada anak dan remaja, untuk meningkatkan
kebutuhan metabolik selama kehamilan dan laktasi penyembuhan dari penyakit
katabolik. Berat badan memadai diartikan sebagai berat badan yang dianggap
dapat dicapai dan dipertahankan baik jangka pendek maupun jangka panjang
oleh orang dengan diabetes itu sendiri maupunoleh petugas kesehatan.
d. Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan Diabetes yang
menggunakan insulin seperti hipoglikemia, penyakit-penyakit jangka pendek,
masalah yang berhubungan dengan kelainan jasmani dan komplikasi kronik
Diabetes seperti: penyakit ginjal, neuropati automik, hipertensi dan penyakit
jantung.
e. Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
(Pramono, 2012)
3. Komposisi Makanan yang Dianjurkan untuk Pasien Diabetes Mellitus
Prinsip pengaturan makan pada Diabetes hampir sama dengan anjuran
makan untuk orang sehat masyarakat umum, yaitu makanan yang beragam bergizi
dan berimbang atau lebih dikenal dengan gizi seimbang maksudnya adalah sesuai
dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Hal yang sangat
penting ditekankan adalah pola makan yang disiplin dalam halJadwal makan,
Jenis dan Jumlah makanan atau terkenal dengan istilah 3 J. Pengaturan porsi
makanan sedemikian rupa sehingga asupan zat gizi tersebar sepanjang hari.
Penurunan berat badan ringan atau sedang (5-10kg) sudah terbukti dapat
meningkatkan kontrol diabetes, walaupun berat badan idaman tidak dicapai.
84
Penurunan berat badan dapat diusahakan dicapai dengan baik dengan penurunan
asupan energi yang moderat dan peningkatan pengeluaran energi. Dianjurkan
pembatasan kalori sedang yaitu 250-500 kal lebih rendah dari asupan rata-rata
sehari. Komposisi makanan yang dianjurkan meliputi: Karbohidrat Rekomendari
ADA tahun 1994 lebih memfokuskan pada jumlah total karbohidrat daripada
jenisnya. Rekomendasi untuk sukrosa lebih liberal. Buah dan susu sudah terbukti
mempunyai respon glikemik yang lebih rendah dari pada sebagian besar tepungtepungan. Walaupun berbagai tepung-tepungan mempunyai respon glikemik yang
berbeda, prioritas hendaknya lebih pada jumlah total karbohidrat yang dikonsumsi
daripada sumber karbohidrat.
Anjuran konsumsi karbohidrat untuk diabetesi di Indonesia:
a. 45-65% total asupan energi.
b. Pembatasan karbohidrat tidak dianjurkan < 130 g/hari.
c. Makanan harus mengandung lebih banyak karbohidrat terutama berserat tinggi.
d. Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% sehari ( 3-4 sdm). Makan 3 kali sehari untuk
mendistribusikan asupan karbohidrat dalam sehari.
Serat Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama
dengan untuk orang yang tidak diabetes yaitu dianjurkan mengkonsumsi 20-35
gr serat makanan dari berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia
anjurannya adalah kira-kira 25 gr/1000 kalori/ hari dengan mengutamakan
serat larut air.
Protein Menurut konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia tahun 2006
kebutuhan protein untuk diabetes 15%-20% energi. Perlu penurunan asupan
protein menjadi 0,8 g/kg berat badan perhari atau 10% dari kebutuhan energi
dengan timbulnya nefropati pada orang dewasa dan 65% hendaknya bernilai
biologi tinggi. Sumber protein yang baik adalah ikan, seafood, daging tanpa
lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan dan
tahu-tempe.
Total lemak Anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20-25% energi.
lemak jenuh <7% kebutuhan energi dan lemak tidak jenuh ganda <10%
kebutuhan energi, sedangkan selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.
Asupan kolesterol makanan hendaknya dibatasi tidak lebih dari 300 mg
perhari. Apabila peningkatan LDL merupakan masalah utama, dapat diikuti
anjuran diet disiplin diet dislipidemia. Tujuan utama pengurangan konsumsi
lemak jenuh dan kolesterol adalah untuk menurunkan risiko penyakit
kardiovaskular.
Garam Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan
penduduk biasa yaitu tidak lebih dari 3000 mgr atau sama dengan 6-7 g (1 sdt)
garam dapur, sedangkan bagi yang menderita hipertensi ringan sampai sedang,
dianjurkan 2400 mgr natrium perhari atau sama dengan 6 gr/hari garam dapur.
Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin dan soda.
Kebutuhan kalori Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan ideal. Komposisi energy adalah 45-65% dari
karbohidrat, 10-20% dari protein dan 20-25% dari lemak. Ada beberapa cara
untuk menentukan jumlah kaloriyang dibutuhkan orang dengan diabetes. Di
antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang
besarnya 25-30 kalori/kg BB ideal, ditambah dan dikurangi bergantung pada
85
beberapa faktor yaitu jenis kelamin, umur, aktivitas, kehamilan/laktasi, adanya
komplikasi dan berat badan.
Perhitungan berat badan ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dimodifikasi:
1. BBI = 90% x (TB dalam cm-100) x 1 kg
2. Bagi pria dengan TB di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm,
Rumus modifikasi menjadi: BBI = (TB dalam cm – 100) x 1 kg
BB Normal : bila BB i
1. deal ± 10%
2. Kurus : < BBI - 10%
3. Gemuk : > BBI + 10%
Faktor-faktor penentu kebutuhan energy yaitu:
1. Jenis kelamin
Kebutuhan kalori wanita sebesar 25 kkal/kg BB ideal dan pria 30
kkal/kg BB ideal
2. Umur Pasien usia > 40 tahun , kebutuhan kalori :
a. 40-59 tahun dikurangi 5% dari energi basal
b. 60-69 tahun dikurangi 10 % dari energi basal
c. > 70 tahun dikurangi 20% dari energi basal
3.Aktifitas fisik atau pekerjaan
Kebutuhan kalori ditambah sesuai dengan intensitas aktifitas fisik
Penambahan kalori dari aktifitas fisik:
a. Keadaan istirahat : ditambah 10% dari kebutuhan basal
b. Keadaan aktifitas ringan: ditambahkan 20% dari kebutuhan basal
c. Keadaan aktifitas sedang: ditambahkan 30% dari kebutuhan basal
d. Keadaan aktifitas berat dan sangat berat: ditambahkan 40 & 50% dari
kebutuhan basal
4. Untuk Menambah Berat Badan.
Untuk tujuan penurunan berat badan jumlah kalori yang diberikan paling
sedikit 1000-1200 kalori perhari untuk wanita dan 1200-1600 kalori perhari
untuk pria. Pembagian makanan sejumlah kalori terhitung dibagi dalam 3 porsi
besar makan pagi (20%), siang (30%) dan sore (25%) serta 2-3 porsi makanan
ringan (10-15%). Untuk meningkatkan kepatuhan pasien, sejauh mungkin
perubahan dilakukan secara bertahap dan harus disesuaikan dengan kebiasaan
makan.
86
87
88
89
90
Lampiran 8
91