MODUL ONLINE PERTEMUAN 6
KARANGAN ILMIAH
6.2 Materi
6.2.1 Pengertian Karangan Ilmiah
Menurut Suyono (2015:1) Karangan Ilmiah adalah tulisan yang diterbitkan dan
mencakup konvensi ilmiah, meliputi logika berfikir, sistematika dan gaya bahasa
penulisan. Karangan ilmiah adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan
hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim
dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh
masyarakat keilmuan. Karangan ilmiah biasanya ditulis untuk mencari jawaban
mengenai suatu hal dan untuk membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang
terdapat dalam objek tulisan. Maka sudah selayaknya jika tulisan ilmiah sering
mengangkat tema seputar hal-hal yang baru dan belum pernah ditulis dengan orang
lain. Meskipun tulisan itu sudah pernah ditulis dengan tema yang sama namun
tujuannya adalah sebagai upaya pengembangan daritema terdahulu. Hal semacam
ini disebut juga dengan penelitian lanjutan.
Karangan ilmiah adalah suatu karya dalam bidang ilmu pengetahuan (science)
dan teknologi yang berbentuk ilmiah. Suatu karya dapat dikatakan ilmiah apabila
proses perwujudannya lewat metode ilmiah. Selain itu karangan ilmiah juga
bergantung pada data-data yang falid dan analisi terhadap data-data tersebut.
6.2.2 Tujuan Penulisan Karangan Ilmiah
Penulisan karangan ilmiah atau biasa disebut sebagai penelitian, pada dasarnya
adalah untuk mengembangkan bidang keilmuan yang telah dipelajari, berdasarkan
fakta-fakta yang ditemui dilapangan, sehingga dapan membuat suatu simpulan atau
teori baru untuk perkembangan bidang keilmuan tersebut. Tujuan dalam penulisan
karangan ilmiah adalah memberikan pemahaman terhadap siswa agar dapat berpikir
secara logis dan ilmiah dalam menguraikan dan membahas suatu permasalahan serta
dapat menuangkannya secara sistematis dan terstruktur.
Menurut Febri (2017:28) terdapat lima tujuan penelitian adalah sebagai berikut
1. Eksploitasi
Eksploitasi
adalah
penyelidikan
pengetahuan lebih banyak.
lapangan
dengan
tujuan
memperoleh
2. Deskripsi
Deskripsi adalah pemaparan dengan kata-kata yang jelas dan terperinci.
3. Prediksi
Mengidentifikasi hubungan antara variable, sehingga menemukan hipotesa
berdasarkan fakta yang terjadi dilapangan.
4. Eksplanasi
Mengkaji hubungan sebab-akibat antara variable serta menjelaskan hubungan
yang valid atara keduanya.
5. Aksi (Tindakan)
Biasanya dilakukan untuk melanjutkan penelitian sebelumnya dengan tujuan
menemukan solisi dari penelitian yang belum terpecahkan.
Tujuan penulisan karangan ilmiah juga diketahui sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan program sarjana yaitu tingkat pendidikan S1, magister yaitu tingkat
pendidikan S2, doktor yaitu tingkat pendidikan S3, dan profesor.
6.2.3 Karakteristik Karangan Ilmiah
Karangan ilmiah mempunyai banyak sekali fungsi, manfaat dan tujuan.
Disamping bisa dipakai untuk referensi kita dalam melakukan inovasi penelitian, juga
dapat menjadi acuan referensi dalam membuat sebuah penelitian. Penelitian
dianggap valid dan bagus adalah mengacu penelitian atau karangan ilmiah. Menurut
Maswan (119:2015) karakteristik karangan ilmiah adalah sebagai berikut
1.
Struktur Sajian
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal
(pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal
merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok
yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian
penutup merupakan kesimpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis
tentang tindak lanjut gagasan tersebut.
2.
Komponen dan Substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya
ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel
ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.
3.
Sikap Penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan
menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif,
tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.
4.
Penggunaan Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin
dari pilihan kata / istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.
6.2.4 Perbedaan Karangan Ilmiah dan Non Ilmiah
Karangan ilmiah dan non ilmiah merupakan istilah yang lazim diketahui orang
dalam dunia tulis-menulis. Beberapa hal yang sangat penting untuk diketahui adalah
perbedaan antara karangan ilmiah maupun nonilmiah. Menurut Riyanto (4:2018)
perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek.
1.
Karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual
objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang
diteliti. Sedangkan karangan non ilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi.
2.
Karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Pembahasan masalah yang
digunakan adalah metode dengan langkah-langkah yang teratur. Sedangkan
karangan non ilmiah fakta disimpulan berdasarkan pandangan subyektif penulis.
3.
Dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah.
Sedangkan karangan non ilmiah menggunakan Bahasa konotatif dan popular
4.
Pandangan rasional yang harus menonjolkan pikiran yang logis. Sedangkan
karangan non ilmiah bersifat imajinatif sesuai khayalan penulis.
6.2.5 Sifat-Sifat Karangan Ilmiah
Tidak semua karya yang ditulis secara sistematis dan berdasarkan fakta
dilapangan adalah sebuah karangan ilmiah sebab karangan ilmiah mempunyai ciriciri sebagai berikut:
1.
Objektif
Keobjektifan ini dapat dilihat pada setiap fakta dan data yang diungkapkan
berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak di manipulasi. Setiap pernyataan atau
simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bias dipertanggung
jawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek (memverifikasi) kebenaran
dan keabsahannya.
2.
Netral
Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari
kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh
karena
itu,pernyataan-pernyataan
yang
bersifat
mengajak,
membujuk
atau
mempengaruhi pembaca perlu dihindarkan.
3.
Sistematis
Uraian yang terdapat pada karangan ilmiah dikatakan sistematis apabila
mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas
dan sebagainya. Dengan cara demikian, pembaca akan bias mengikuti dengan
mudah alur uraiannya.
4.
Logis
Kelogisan ini bias dilihat dari pola nalar yang digunakannya,pola nalar induktif
atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola
induktif, sebaliknya kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis
digunakan pola deduktif.
5.
Menyajikan fakta (bukan emosi atau perasaan)
Setiap pernyataan, uraian atau simpulan dalam karangan ilmiah harus faktual,
yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu,pernyataan atau ungkapan yang emosional
(menggebu-gebu seperti orang berkampanye,perasaan sedih seperti orang
berkabung,perasaan senang seperti orang yang mendapat hadiah, dan perasaan
marah seperti orang yang bertengkar) hendaknya dihindarkan.
6.
Tidak pleonastic
Maksudnya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan alias hemat atau tidak
berbelit-belit (langsung tepat menuju sasaran)
7.
Bahasa yang digunakan adalah ragam formal
Dalam menulis karangan ilmiah tidak boleh menggunakan bahasa ragam santai.
Oleh sebab itu bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia ragam formal, yaitu
bahasa Indonesia sesuai dengan PUEBI.
6.2.6 Jenis-jenis Karangan Ilmiah
Karangan ilmiah secara umum dapat dikelompokkan kedalam dua kategori,
yakni karangan ilmiah berupa laporan hasil penelitian, dan karangan ilmiah berupa
hasil pemikiran yang bersifat ilmiah. Keduanya dapat disajikan dalam bentuk laporan
hasil penelitian, buku, diktat, modul, karya terjemahan, makalah, tulisan di jurnal, atau
berupa artikel yang dimuat di media masa. Namun, karangan ilmiah yang ditulis dan
publikasi melalui media massa seperti koran atau majalah, lebih dikenal dengan
sebutan karya tulis ilmiah populer.
Pada beberapa jenis karangan ilmiah, pengkajian atau analisis harus
berdasarkan teori yang telah ditelurkan para ahli dunia sehingga hasilnya layak untuk
dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, hasil pengkajian atau analisis bisa
dijadikan acuan bagi peneliti atau penulis lain di kemudian hari.
Menurut Soehardjono (2006) meskipun berbeda macam, semua karangan ilmiah
juga mempunyai beberapa kesamaan, yaitu hal yang dipermasalahkan berada pada
kawasan pengetahuan keilmuan kebenaran isinya mengacu kepada kebenaran ilmiah
kerangka sajiannya mencerminan penerapan metode ilmiah tampilan fisiknya sesuai
dengan tata cara penulisan karya ilmiah.
Penulisan karangan ilmiah terdapat berbagai jenis yaitu sebagai berikut.
1.
Makalah
Karangan ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya
berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. makalah
menyajikan masalah dengan melalui proses berpikir deduktif atau induktif.
Makalah bisa dipaparkan dalam sebuah seminar berupa presentasi dan bisa
juga untuk dipresentasikan di kelas.
2.
Artikel Ilmiah
Karangan ilmiah yang berisi pendapat penulis terhadap masalah atau topik yang
diteliti yang dikaitkan dengan teori yang ada. Secara umum, artikel ilmiah
termasuk karangan ilmiah yang dimuat dalam jurnal ilmiah atau kumpulan artikel
ilmiah lainnya. Artikel ditulis berdasarkan hasil penelitian penulis yang dirancang
dengan kaidah tata cara penulisan yang berlaku. Artikel ilmiah harus sesuai
dengan dasar ilmiah yang berlaku secara universal. Misalnya, penulis
menggunakan teori yang dipaparkan ahli sebagai penguat pendapat atau
penelitian. Tujuannya adalah untuk menyediakan analisis penulis atas suatu
permasalahan dengan menggunakan teori tertentu sebagai landasannya.
Sementara itu, artikel jurnalistik hanyalah sebatas pendapat subjektif seorang
penulis dan tidak dilandasi teori tertentu.
3.
Skripsi
Karangan ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat
orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empirisobjektif, baik bedasarkan penelitian langsung (obsevasi lapangan atau
percobaan di laboratorium), juga diperlukan sumbangan material berupa temuan
baru dalam segi tata kerja, dalil-dalil, atau hukum tertentu tentang salah satu
aspek atau lebih di bidang spesialisasinya. Hasil penulisan biasanya berupa
analisis maupun pembuktian yang berhasil ditemukan oleh penulis. Analisis
yang ditulis dalam skripsi dibedakan menjadi dua metode penelitian yaitu
penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah sebuah metode
yang menyajikan deskripsi atau penjabaran dari sebuah topik permasalahan.
Sementara itu, penelitian kuantitatif adalah metode yang condong pada deskripsi
analisis berupa detail angka yang digunakan sebagai bukti atau sampel.
4.
Tesis
Karangan ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dibandingkan dengan skripsi.
Tesis mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri.
5.
Disertasi
Karangan ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh
penulis berdasarkan data dan fakta yang valid dengan analisis yang terinci.
Disertasi ini berisi suatu temuan penulis sendiri, yang berupa temuan orisinal.
Jika temuan orisinal ini dapat dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan
penguji, penulisnya berhak menyandang gelar doktor atau S3.
6.2.7 Tahap-tahap Penulisan Karangan Ilmiah
Menurut Sugiyono dalam Kristanto (2018:4) terdapat lima tahapan dalam
menyusun sebuah karangan ilmiah yaitu pertama, mengajukan judul penelitian.
Kedua, menulis proposal penelitian. Ketiga, melaksanakan penelitian. Keempat,
membuat laporan penelitian. Kelima, mengikuti ujian skripsi, tesis, atau disertasi.
Tahap awal terdiri dari, memilih topik, menentukan judul, dan membuat kerangka
karangan. Topik yang dipilih sebaiknya topik yang menarik dan diketahui oleh penulis.
Selain itu, topik yang baik adalah topik yang mempunyai lingkup yang terbatas.
Setelah menentukan topik langkah selanjutnya adalah menentukan judul. Penentuan
judul dalam karangan ilmiah dapat dilakukan dengan melontarkan pertanyaanpertanyaan apa, mengapa, di mana, kapan, bagaimana. Selain itu, dalam membuat
sebuah karangan ilmiah judul haruslah berupa frasa bukan kalimat. Langkah terakhir
dalam tahap awal adalah menentukan kerangka karangan. Kerangka ini nantinya
akan membantu dalam proses penulisan karangan. Selain itu, kerangka inilah yang
akan menjadi acuan dalam membuat karangan sehingga akan menjadi runtut dan
teratur dalam memaparkan atau menganalisis masalah.
Tahap kedua adalah menulis proposal penelitian yang terdiri dari, latar belakang,
identifikasi dan pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan peneltian, manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, hipotesis, model penelitian, metode penelitian, daftar
pustaka dan lampiran
1.
Latar belakang penelitian berisi landasan konseptual dan kaitannya dengan
landasan kontekstual yang melatarbelakangi penelitian yang dilakukan. Latar
belakang penelitian (research background) dikatakan sebagai bagian pertama
dan sangat penting dalam menyusun karangan ilmiah, baik dalam bentuk paper
atau tesis. Latar belakang penelitian menjelaskan secara lengkap topik (subject
area) penelitian, masalah penelitian yang kita pilih dan mengapa melakukan
penelitian pada topik dan masalah tersebut.
2.
Konsep identifikasi masalah (problem identification) adalah proses dan hasil
pengenalan masalah atau inventarisasi masalah. Jadi, identifikasi masalah
adalah salah satu proses penelitan sangat penting diantara proses lain.
Identifikasi masalah penelitian (research problem) akan menentukan kualitas
suatu penelitian, bahkan itu juga menentukan apakah sebuah kegiatan bisa
disebut penelitian atau tidak. Identifikasi masalah penelitian bisa didefinisikan
sebagai pernyataan yang mempersoalkan suatu variabel atau hubungan antara
satu atau lebih variabel pada suatu fenomena. Sedangkan Batasan masalah
adalah ruang lingkup masalah atau upaya membatasi ruang lingkup masalah
yang terlalu luas atau lebar sehingga penelitian itu lebih bisa fokus untuk
dilakukan. Hal ini dilakukan agar pembahasannya tidak terlalu luas kepada
aspek-aspek yang jauh dari relevansi sehingga penelitian itu bisa lebih fokus
untuk dilakukan.
3.
Suatu rumusan masalah itu ditandai dengan pertanyaan penelitian, yang
umumnya disusun dalam bentuk kalimat tanya, pertanyaan-pertanyaan tersebut
akan menjadi arah kemana sebenarnya penelitian akan dibawa, dan apa saja
sebenarnya yang ingin dikajii oleh peneliti. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam menyusun rumusan malasah adalah sebagai berikut.
a.
Rumusan masalah hendaknya singkat dan bermakna. Masalah perlu
dirumuskan dengan singkat dan padat tidak berbelit-belit yang dapat
membingungkan pembaca. Masalah dirumuskan dengan kalimat yang
pendek tapi bermakna.
b.
Rumusan masalah hendaknya ditungkan dalam bentuk kalimat tanya.
Masalah akan lebih tepat disajikan apabila dirumuskan dalam bentuk
kalimat tanya, bukan pernyataan.
c.
Rumusan masalah hendaknya jelas dan kongkrit. Artinya, dengan rumusan
masalah yang jelas dan kongkrit itu akan memungkinkan peneliti secara
eksplisit terarah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan: apa yang akan
diselidiki, siapa yang akan diselidiki, mengapa diselidiki, bagaimana
pelaksanaannya, bagaimana melakukannya, dan apa tujuan yang
diharapkan.
d.
Masalah hendaknya dirumuskan secara operasional. Sifat operasional dari
rumusan masalah akan memungkinkan peneliti memahami variabelvariabel atau konsep-konsep dan sub-subnya yang ada dalam penelitian
dan bagaimana peneliti dapat mengukurnya.
e.
Rumusan
masalah
hendaknya
mampu
member
petunjuk
tenang
memungkinkannya pengumpulan data di lapangan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam masalah penelitian
tersebut.
f.
Perumusan masalah haruslah dibatasi ruang-lingkupnya sehingga itu
memungkinkan penarikan simpulan yang jelas dan tegas. Kalau itu disertai
rumusan masalah yang bersifat umum, hendaknya disertai penjabaranpenjabaran yang spesifik dan operasional.
4.
Tujuan penelitan berbentuk kalimat pernyataan. Tujuan penelitian merupakan
rumusan kalimat yang menunjukkan adanya hasil, sesuatu yang diperolah
setelah penelitian penelitian selesai, sesuatu yang akan dicapai/dituju dalam
sebuah penelitian. Tujuan penelitian juga mengungkapkan keinginan peniliti
untuk memperoleh jawaban atas permasalahan penelitian yang diajukan. Oleh
karena itu, tujuan penelitian harus relevan dengan identifikasi masalah dan
rumusan masalah yang ditemukan, serta mencerminkan proses penelitian.
5.
Manfaat penelitian dapat diklasifikasikan menjadi manfaat teoritis dan manfaat
praktis.
Manfaat
teoritis
artinya
hasil
penelitian
bermanfaat
untuk
pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan obyek penelitian.
Manfaat praktis bermanfaat bagi berbagai pihak yang memerlukannya untuk
memperbaiki kinerja, terutama bagi Lembaga pendidikan, pendidik, terdidik dan
seseorang yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.
6.
Tinjauan pustaka dilakukan dengan cara membuat analisis kritis hubungan
antara artikel-artikel jurnal dari karya para peneliti sebelumnya, dan
hubungannya dengan riset si peneliti itu sendiri. Tinjauan pustaka dapat ditulis
secara terpisah atau menjadi satu artikel tersendiri, atau dapat juga digunakan
untuk menjadi kerangka teoritis atau rasional pada suatu penelitian. Tinjauan
pustaka merupakan bagian dari proposal penelitian dan sering kali menjadi
sebuah bab tersendiri dalam tesis atau disertasi. Secara umum, tujuan dari
tinjauan pustaka adalah untuk menganalisis secara kritis bagian dari artikel jurnal
melalui proses meringkas, mengklasifikasi dan membandingkan dengan
penelitian sebelumnya. Salah satu kesulitan dalam menulis tinjauan pustaka
adalah
bagaimana
menyeimbangkan
secara
tepat
dan
benar
antara
penggunaan kutipan karya orang lain dan komentar atau evaluasi dari peneliti.
7.
Hipotesa Penelitian atau biasa disebut hipotesis penelitian adalah jawaban
sementara terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian. Jadi para peneliti akan
membuat hipotesa dalam penelitiannya, yang bertujuan untuk menjadikannya
sebagai acuan dalam menentukan langkah selanjutnya agar dapat membuat
kesimpulan-kesimpulan terhadap penelitian yang dilakukannya. Penelitian
kuantitatif pasti membutuhkan hipotesa penelitian. Sedangkan penelitian
kualitatif belum tentu mempunyai hipotesa penelitian. Kalaupun ada, dalam
penelitian kualitatif, hipotesa yang dibuat adalah hipotesa tentative atau disebut
juga dengan hipotesa kira-kira.
8.
Model penetilian adalah bagan yang dibuat berdasarkan hipotesa yang
ditemukan. Pada model penelitian di gambarkan hubungan antara hipotesa
pertama, kedua, ketiga dan seterusnya.
9.
Metode penelitian adalah suatu proses atau cara yang dipilih secara spesifik
untuk menyelesaikan masalah yang diajukan dalam sebuah riset. Sedangkan
pengertian metodologi penelitian adalah suatu ilmu yang menjelaskan
bagaimana seharusnya sebuah penelitian dilakukan. Metode penelitian juga
dikatakan sebagai serangkaian langkah-langkah yang sistematis atau terstruktur
yang dilakukan oleh peneliti untuk menemukan jawaban yang tepat atas
pertanyaan pada objek penelitian. Lebih jauh lagi, metode penelitian adalah
suatu proses atau cara yang dipilih secara spesifik untuk menyelesaikan
masalah yang diajukan dalam sebuah riset.
10. Daftar pustaka adalah kumpulan judul buku beserta nama penulis, tahun terbit,
dan nama penerbit yang digunakan dalam menyusun karangan ilmiah.
Sedangkan lampiran adalah dokumen tambahan untuk melengkapi karangan
ilmiah. Lampiran dapat berupa surat, kuisioner, wawancara, dan gambar.
Tahap ketiga adalah melaksanankan penelitian. Hal ini didasari dengan
pengumpulan data. Data dapat diperoleh dari beberapa sumber yaitu, media dan
lapangan. Data yang diperlukan dapat diperoleh dari media, antara lain buku, artikel
atau jurnal ilmiah, koran, majalah, internet, ataupun media yang lain. Selain itu, data
juga dapat diperoleh langsung di dalam lapangan. Data yang berasal dari lapangan
dapat diperoleh dengan cara pengamatan, wawancara, atau eksperimen. Data yang
dikumpulkan haruslah data yang relevan dengan karangan ilmiah yang akan dibuat.
Pada tahap ini dilakukan pengolahan dan penganalisisan data dengan menggunakan
teknik yang diperlukan. Misalnya, data yang bersifat kuantitatif dapat diolah dan
dianalisis dengan menggunakan teknik atau metode statistik. Setelah data diolah dan
dianalisis, kemudian dapat dilakukan pengonsepan karangan ilmiah sesuai dengan
kerangka yang telah dibuat.
Tahap keempat adalah membuat laporan penelitian. Pada tahap ini akan
disusun penyajian karangan ilmiah. Dalam penyajian karangan ilmiah haruslah
diperhatikan dari segi bahasa dan bentuk penyajian. Kalimat yang digunakan dalam
menulis karangan ilmiah harus sesuai dengan standar Bahasa Indonesia yang baku.
Sedangkan dalam bentuk penyajian, perlu diperhatikan urutan unsur-unsur karangan
ilmiah dan ketentuan yang berlaku. Tahap terakhir adalah mengikuti ujian skripsi,
tesis, atau disertasi.
6.2.8 Tips Menulis Karangan Ilmiah
Menurut Sugiyono dalam Kristanto (2018:2) ada beberapa cara yang mudah
untuk menyusun karangan ilmiah yang baik sebagai berikut.
1. Memahami Bidang Penelitian
Memahami bidang penelitian merupakan syarat utama mahasiswa dapat
menyusun karangan ilmiah dengan baik. Dengan memahami bidang yang diteliti,
maka mahasiswa akan mampu melihat permasalahan dengan berbagai macam
sudut pandang sehingga mampu merancang banyak solusi yang diharapkan
untuk menyelesaikan masalah tersebut.
2. Memahami Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan bagian penting dalam penyusunan karangan ilmiah.
Berdasarkan pengertiannya, secara umum metode penelitian merupakan cara
ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data-data yang akan dianalisis untuk
keperluan penulisan karangan ilmiah serta menentukan solusi dari permasalahan
yang ditelitii. Dengan memahami metode penelitian, mahasiswa mampu
menyusun rancangan penelitian sampai dengan merumuskan tahap-tahap
penelitian. Jika mahasiswa telah menyusun rancangan dan tahap-tahap
penelitian, maka penulisan karangan ilmiah telah berlangsung sebanyak 50%.
3. Memahami Pedoman Penulisan
Dalam rangka memudahkan mahasiswa dalam penyusunan karangan ilmiah,
pada umumnya lembaga penyelenggara pendidikan tinggi telah menyusun
pedoman penulisan karangan ilmiah. Sebagian besar pedoman karangan ilmiah
berisi tentang petunjuk bagaimana penulisan karangan ilmiah dan kesesuaian
penyusunan sistematika tersebut. Petunjuk penulisan karangan ilmiah secara
umum berisi tentang format dan bahan-bahan pembuatan karangan ilmiah yang
telah ditetapkan oleh penyelenggara pendidikan tinggi.
4. Menjalin Hubungan yang Baik dengan Pembimbing
Selain mahasiswa harus memahami bidang yang diteliti, memahami metode
penelitian, dan memahami pedoman penulisan karangan ilmiah, mahasiswa juga
harus mampu menjalin hubungan baik dengan pembimbing karangan ilmiah. Pada
prinsipnya, jika hubungan antar personal mahasiswa dan dosen pembimbing baik
maka akan mendukung proses penyusunan sampai dengan proses penyelesaian
karangan ilmiah. Untuk dapat menjalin hubungan baik dengan dosen pembimbing
mahasiswa harus mengetahui karakteristik dari masing- masing dosen
pembimbing dan menyesuaikan dirinya dengan karakteristik tersebut.