Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Skripsi Nova

Hasil Penelitian PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI LEVEL TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus Androgynus) TERHADAP KOLESTEROL,HDL,LDL DAN TRIGLESERIDA DARAH BROILER Oleh : KAMALIA I 211 07 018 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012 PENDAHULUAN Latar Belakang Dewasa ini industri broiler dituntut untuk menghasilkan daging rendah lemak, karena lemak mempunyai pengaruh negatif terhadap kesehatan konsumen. Oleh karena itu industri pakan broiler dituntut untuk mengembangkan pakan tambahan untuk menekan jumlah lemak yang ada dalam karkas ayam, dan daging broiler tetapi tidak menurunkan efesiensi penggunaan ransum dan berat badan broiler. Feed additive dalam ransum di tujukan untuk memperbaiki konsumsi, daya cerna serta daya tahan tubuh serta mengurangi tingkat stres pada ayam broiler. Bermacam-macam jenis feed additive antara lain adalah obat-obatan, antibiotika atau hormon-hormon pertumbuhan. Antibiotik bekerja dengan membunuh atau menghambat mikroorganisme penyebab penyakit, tetapi dampak negatif penggunaan antibiotik adalah adanya kemungkinan tertinggalnya residu berbahaya sehingga menjadi permasalahan tersendiri. Oleh karena itu perlu diupayakan feed additive alternatif, salah satu feed additive alami yang berpotensi untuk menggantikan feed additive komersial sebagai antibiotik adalah daun katuk (Sauropus androgynus)yang mengandung senyawa metabolik sekunder yaitu monomethyl succinate dan cis-2-methyl cyclopentanol asetat (ester), asam benzoat dan asam fenil malonat (asam karboksilat), 2-pyrolodinon dan methyl pyroglutamate (alkaloid). Senyawa-senyawa tersebut sangat penting dalam metabolisme lemak, karbohidrat dan protein dalam tubuh. Penelitian menunjukkan tepung daun katuk (Sauropus androgynus) merupakan tanaman obat-obatan yang mempunyai zat gizi tinggi, mengandung zat antibakteri, serta tidak berbahaya bagi kesehatan. Pemberian tepung daun Katuk sebanyak 30 g/kg ransum memberikan akumulasi lemak yang terendah. Turunnya akumulasi lemak, diduga disebabkan oleh zat aktif yang ada dalam daun katuk. Daun katuk mengandung flavonoid, saponin dan tanin. Telah diketahui bahwa ketiga zat tersebut mempunyai khasiat untuk menurunkan akumulasi lemak. Sehingga di harapkan dengan penambahan berbagai level tepung daun katuk dapat menurunkan kadar kolesterol darah broiler dan meningkatkan kadar HDL darah broiler. Rumusan Masalah Penggunaan antibiotik sintetik dalam peternakan unggas dapat memberikan dampak yang buruk terhadap kesehatan baik itu untuk ternak dan untuk manusia yang mengkonsumsi, karena antibiotik sintetik meninggalkan residu yang dapat mengganggu kesehatan dalam jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu diperlukan suatu alternatif penggunaan bahan yang sifatnya alami tanpa meninggalkan residu tetapi memiliki fungsi yang sama dengan antibiotik sintetik. Daun Katuk diyakini dapat menggantikan posisi antibiotik sintetik karena memiliki fungsi sebagai penurun kadar lemak dan kolesterol yang sama dengan antibiotik sintetik tetapi tidak meninggalkan residu dalam tubuh. Dengan penambahan tepung daun katuk dalam ransum diharapkan mampu menurunkan kadar kolesterol, trigliserida dan LDL dalam darah serta meningkatkan kadar HDL darah. Hipotesa Diduga penambahan tepung daun katuk pada level tertentu dapat berpengaruh terhadap kadar kolesterol, trigliserida dan LDL dalam darah serta meningkatkan kadar HDL darah Broiler. Tujuan dan Kegunaan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung daun katuk dengan level yang berbeda pada pakan broiler terhadap kadar kolesterol, LDL,HDL dan trigliserida darah Broiler. Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan informasi tentang pengaruh penambahan tepung daun katuk dengan level yang berbeda pada pakan broiler terhadap kadar kolesterol, LDL, HDL dan trigliserida darah Broiler. TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Broiler Broiler disebut juga ayam pedaging yang merupakan jenis ras unggul hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi terutama dalam produksi daging. Ayam pedaging dikenal masyarakat dengan beberapa kelebihan, karena hanya 5-6 minggu dipelihara sudah bisa dipanen (Rasyaf, 1990) Amrullah (2003), menyatakan bahwa ayam broiler adalah jenis ayam jantan maupun betina muda berumur 6-8 minggu yang dipelihara secara intensif, guna memperoleh produksi daging yang optimal. Beberapa sifa-sifat yang dimiliki ayam broiler yaitu : Dagingnya empuk, kulit licin dan lunak, sedangkan tulang rawan dada belum membentuk tulang yang keras. Ukuran badan besar, dengan bentuk dada lebar, padat dan berisi. Efisiensi penggunaan pakan cukup baik dan sebagian besar dari pakan diubah menjadi daging. Pertambahan atau pertumbuhan badan sangat cepat, 7-8 minggu ayam dapat mencapai berat kurang lebih 2 Kg. Dalam waktu yang singkat tersebut, dapat mencapai suatu berat tertentu yang jauh lebih besar dari berat yang dapat dicapai oleh ayam petelur dan terlebih lagi oleh ayam kampung pada umur yang sama. Broiler mempunyai ciri tertentu seperti pertumbuhan yang cepat, mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang baik, pertumbuhan bulu cepat dan warna bulu yang dikehendaki putih atau warna terang lainnya (Wahyu 1978). Suprijatna (2005) menyatakan bahwa karakteristik ayam tipe pedaging bersifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ketubuh, kulit putih dan produksi telur rendah. Menurut Kartadisastra (1994), bahwa sesuai dengan tujuan pemeliharaannya yaitu memproduksi daging yang sebanyak-banyaknya dalam waktu yang singkat, maka jumlah pakan yang diberikan tidak dibatasi (ad-libitum). Selanjutnya Rasyaf (2004), menyatakan bahwa ayam broiler dipasarkan pada bobot antara 1,3 – 1,6 Kg per ekor ayam. Ditinjau dari genetis, broiler sengaja diciptakan agar dalam waktu singkat dapat segera dimanfaatkan hasilnya. Oleh karena itu, istilah broiler adalah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan sangat irit, siap dipotong pada umur muda, serta mampu menghasilkan kualitas daging yang bersih, berserat lunak, dengan kandungan protein yang tinggi (Irawan, 1996). Kebutuhan nutrisi broiler periode starter sesuai Standar Nasional Indonesia (2006) dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2, sebagai berikut : Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Broiler Periode Starter Menurut Standar Nasional Indonesia (2006)a No. Parameter Satuan Persyaratan 1. Kadar air % Maks. 14,0 2. Protein kasar % Min. 19,0 3. Lemak kasar % Maks. 7,4 4. Serat kasar % Maks. 6,0 5. Abu % Maks. 8,0 6. Kalsium (Ca) % 0,90 – 1,20 7. Fosfor (P) total % 0,60 – 1,00 8. Energi Termetabolis (EM) Kkal/Kg Min. 2900 Tabel 2. Kebutuhan Nutrisi Broiler Periode Finisher Menurut Standar Nasional Indonesia (2006)b No. Parameter Satuan Persyaratan 1. Kadar air % Maks. 14,0 2. Protein kasar % Min. 18,0 3. Lemak kasar % Maks. 8,0 4. Serat kasar % Maks. 6,0 5. Abu A Maks. 8,0 6. Kalsium (Ca) % 0,90 – 1,20 7. Fosfor (P) total % 0,60 – 1,00 8. Energi Termetabolis (EM) Kkal/Kg Min. 2900 Gambaran Umum Daun Katuk Daun katuk adalah daun dari tanaman Sauropus adrogynus(L) Merr, family uphorbiaceae. Nama daerah: Memata (Melayu), Simani (Minangkabau), Katuk (Sunda), Kebing dan Katukan (Jawa), Kerakur (Madura). Terdapat di berbagai daerah di India, Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia tumbuh di daerah dengan ketinggian 0-2100 m di atas permukaan laut. Tanaman ini berbentuk perdu. Tingginya mencapai 2-3 m. Cabang-cabang agak lunak dan daun tersusun selang-seling pada satu tangkai, berbentuk lonjong sampai bundar dengan panjang 2,5 cm dan lebar 1,25-3 cm. Bunga tunggal atau berkelompok tiga Anonim a (2011). Menurut Anonimb (2011), tanaman katuk diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan: Plantae Divisi: Magnoliophyta Kelas: Magnoliopsida Ordo: Malpighiales Famili: Phyllanthaceae Genus: Sauropus Spesies: S. androgynus Daun katuk kaya akan besi, provitamin A dalam bentuk β-carotene, vitamin C, minyak sayur, protein dan mineral lainnya. Dalam 100 gram daun katuk mengandung 72 kalori, 70 gram air, 4,8 gram protein, 2 gram lemak, 11 gram karbohidrat, 2,2 gram mineral, 24 mg kalsium, 83 mg fosfor, 2,7 mg besi, 31,11 µg vitamin D, 0,10 mg vitamin B6 dan 200 mg vitamin C (Santoso, 2009).             Daun katuk segar mengandung energi 59 kalori, protein 6,4 gram, lemak 1,6 gram, karbohidrat 9,9 gram, serat 1,5 gram, abu 1,7 gram, kalsium 233 mg, fosfor 98 mg, besi 3,5 mg, β-carotene 10020 µg, vitamin C 164 mg dan air 81 gram. Pada daun rebus kalori 53 kalori, protein 5,3 gram, lemak 0,9 gram, serat 1,2 gram, karbohidrat 9,1 gram, abu 1,4 gram, kalsium 185 mg, fosfor 102 mg, besi 3,1 mg, β-carotene 9000 µg, vitamin C 66 mg, dan air 83,3 gram (Anonim, 2011c),             Selain zat-zat gizi tersebut di atas, daun katuk juga mengandung senyawa metabolik sekunder yaitu monomethyl succinate dan cis-2-methyl cyclopentanol asetat (ester), asam benzoat dan asam fenil malonat (asam karboksilat), 2-pyrolodinon dan methyl pyroglutamate (alkaloid), saponin, flavonoid dan tanin. Senyawa-senyawa tersebut sangat penting dalam metabolisme lemak, karbohidrat dan protein dalam tubuh (Santoso, 2009). Suprayogi (2000) mengemukakan bahwa daun katuk mengandung 5 senyawa aktif utama yaitu Octadecanoic acid; 9-ecosine; 5,8,11-heptadekatrienoicacid; 9,12,15- Octadekatrienoicacid dan 11,14,17-eicosatrienoicacid yang berperan sebagai prekursor dan terlibat dalam biosintesis senyawa eicosanoid dan 2 senyawa lain yaitu androstan-17-one-3-ethyl-3 hydroxy 5 alpha berfungsi sebagai prekursor atau intermediet-step dalam sintesis senyawa hormon-hormon steroid (progesteron, estradiol, testosteron, dan glukokortikoid) dan senyawa 3,4-dimethyl-2-oxocyclopent-3-enylacetic acid, yang dapat berfungsi sebagai eksogenus asam asetat dari saluran pencernaan dan terlibat dalam metabolisme seluler melalui siklus Krebs. Selain itu daun katuk mampu meningkatkan metabolisme glukosa di hati Adapun komposisi kimia daun katuk dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi Kimia Daun Katuk Per 100 gr Komponen gizi Kadar Energi (kkal) 59 Protein (g) 4,8-6,4 Lemak (g) 1,0 Karbohidrat (g) 9,9-11,0 Serat (g) 1,5 Abu (g) 1,7 Kalsium (mg) 204 Fosfor (mg) 83 Besi (mg) 2,7-3,5 Vitamin A (SI) 10.370 Vitamin C (mg) 164-239 Vitamin B1 (mg) 0,1 Vitamin B6 (mg) 0,1 Vitamin D (µg) 3.111 Karotin (mcg) 10.020 Air (g) 81 Sumber : Santoso (2009). Kolestrol darah Kolesterol adalah metabolit yang mengandung lemak sterol (waxy steroid) yang ditemukan pada membran sel dan disirkulasikan dalam plasma darah. Kolesterol darah merupakan sejenis lipid yang merupakan molekul lemak atau yang menyerupainya. Kolesterol ialah jenis khusus lipid yang disebut steroid. Steroid ialah lipid yang memiliki struktur kimia khusus. Struktur ini terdiri atas 4 cincin atom karbon. Steroid lain termasuk steroid hormon seperti kortisol, estrogen, dan testosteron. Kolesterol merupakan zat yang berguna untuk menjalankan fungsi tubuh, kolesterol berasal dari lemak. Selain berguna untuk proses metabolisme, kolesterol berguna untuk membungkus jaringan saraf, melapisi selaput sel, dan pelarut vitamin. Kolesterol juga dibutuhkan untuk mengembangkan jaringan otak terutama usia dini, kolesterol hanya terdapat pada bahan makanan yang berasal dari hewan (Rahardja, 2002), Menurut Anonim (2011e) stuktur kolesterol sebagai berikut ; Gambar 1. Struktur Kolesterol Menurut Hembing (2006), kolesterol merupakan suatu senyawa lemak seperti lilin dan bewarna kekuningan. Sebagian besar kolesterol diperoleh dari hati, didalam tubuh kolesterol mempunyai fungsi penting yang diperlukan dalam beberapa proses metabolisme, seperti bahan untuk membentuk dinding sel. Pembentuk hormon, pembungkus jaringan saraf, bahan pembentuk asam dan garam empedu yang berfungsi sebagai pengemulsi lemak. Dengan demikian kadar kolesterol normal mempunyai banyak manfaat, akan tetapi akan menjadi masalah jika kadarnya berlebih. Pengangkutan lemak dan kolesterol tidak larut dalam air sehingga membutuhkan protein transport, yaitu HDL yang mengangkut kolesterol keluar jaringan tubuh, Very Low Density Lipoprotein (VLDL) yang merangsang pembentukan lipida darah yaitu trigliserida, kolesterol dan ester-ester kolesterol, LDL yang mengangkut lipida darah ke dalam sel-sel tubuh. Lipoprotein yang terbentuk masuk ke dalam aliran darah dan sampai di hati, lalu di dalam hati dimetabolis dan produknya didistribusikan ke seluruh kelenjar endokrin, organ dan jaringan tubuh sampai habis semuanya dalam bentuk energi. Kolesterol dan sisa lemak pada akhirnya ditimbun di jaringan lemak tubuh (adipostissue) (Baraas, 1993). Menurut Muchtadi, dkk.(1993), kolesterol diangkut oleh darah dalam bentuk terikat dalam lipoprotein plasma. Lipoprotein plasma meliputi : 1. Kilomikron Pada jenis lipoprotein ini kandungan lemaknya tinggi, densitas rendah komposisi trigliserida tinggi, dan membawa sedikit protein (Krisnatuti dan Rina, 1999). Kilomikron dibentuk dari triasilgliserol, kolesterol, protein dan berbagai lipid yang berasal dari makanan yang masuk usus halus (Stryer, 1996). Pada peredaran kilomikron, triasilgliserol dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase menghasilkan residu yang kaya kolesterol disebut sisa kilomikron dan dibawa ke hati. Menurut Martoharsono (1993), kilomikron merupakan liprotein yang mengangkut lemak menuju ke hati. Dalam hati, ikatan lemak tersebut akan diuraikan sehingga terbentuk kembali keempat unsur lemak tersebut, dan asam lemak yang terbentuk akan dipakai sebagai sumber energi atau bila jumlahnya berlebih akan disimpan dalam jaringan lemak. Bila asupan kolesterol tidak mencukupi, sel hati akan memproduksinya. Dari hati, kolesterol diangkut oleh lipoprotein yang bernama LDL (Low Density Lipoprotein) untuk dibawa ke sel-sel tubuh yang memerlukan termasuk ke sel otot jantung, otak dan lain-lain agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Kelebihan kolesterol akan diangkut kembali oleh lipoprotein yang disebut HDL (High Density Lipoprotein) untuk dibawa kehati yang selanjutnya akan diuraikan lalu dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asam empedu. 2. Very Low Desity Lipoprotein (VLDL) Very Low Desity Lipoprotein merupakan senyawa lipoprotein yang berat jenisnya sangat rendah. Jenis lipoprotein ini memiliki kandungan lipid tinggi. Kira-kira 20% kolesterol terbuat dari lemak endogenus di hati. Di dalam tubuh senyawa ini difungsikan sebagai pengangkut trigliserida dari hati ke seluruh jaringan tubuh. Wirahadikusumah (1985), menjelaskan bahwa sisa kolesterol yang tidak diekskresikan dalam empedu akan bersatu dengan VLDL sehingga menjadi LDL . Dengan bantuan enzim lipoprotein lipase, VLDL diubah menjadi IDL dan selanjutnya menjadi LDL. 3. Low Density Lipoprotein (LDL) Low Density Lipoprotein merupakan senyawa lipoprotein yang berat jenisnya rendah. Lipoprotein ini membawa lemak dan mengandung kolesterol yang sangat tinggi, dibuat dari lemak endogenus di hati. LDL ini diperlukan tubuh untuk mengangkut kolesterol dari hati ke seluruh jaringan tubuh. LDL berinteraksi dengan reseptor pada membran sel membentuk kompleks LDL-reseptor. Kompleks LDL-reseptor masuk ke dalam sel malalui proses yang khas, yaitu dengan pengangkutan aktif atau dengan endositosis. LDL merupakan kolesterol jahat karena memiliki sifat arterogenik (mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh darah dan mengurangi pembentukan reseptor LDL). Hal ini akan menyebabkan terjadinya kenaikan kadar kolesterol-LDL. Kelebihan kolesterol dalam pembuluh darah akan dikembalikan oleh HDL ke hati dan mengeluarkannya bersama empedu. Oleh karena itu, pada pengobatan penurunan kandungan lemak difokuskan untuk menurunkan kadar LDL. (Heslet, 1996). 4. Intermediate Density Lipoprotein (IDL) Intermediate Density Lipoprotein merupakan lipoprotein berdensitas antara, yaitu kerapatan partikel lipoproteinnya tidak tinggi dan tidak rendah tetapi menengah (Muchtadi, dkk. 1993). 5. High Density Lipoprotein (HDL) High Density Lipoprotein merupakan senyawa lipoprotein yang berat jenisnya tinggi. Membawa lemak total rendah, protein tinggi, dan dibuat dari lemak endogenus di hati. Oleh karena kandungan kolesterol yang lebih rendah dari LDL dan fungsinya sebagai pembuangan kolesterol maka HDL ini sering disebut kolesterol baik. HDL ini digunakan untuk mengangkut kolesterol berlebihan dari seluruh jaringan tubuh untuk dibawa ke hati. Dengan demikian, HDL merupakan lipoprotein pembersih kelebihan kolesterol dalam jaringan. Kalau kadar HDL dalam darah cukup tinggi, terjadinya proses pengendapan lemak pada dinding pembuluh darah pun dapat dicegah (Wirahadikusumah, 1985). Kolesterol yang diangkut ke hati terutama berupa kolesterol yang akan dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan empedu dan hormon. HDL dalam plasma darah akan mengikat kolesterol bebas maupun ester kolesterol dan mengangkutnya kembali ke hati. Selanjutnya, kolesterol yang terikat akan mengalami perombakan menjadi cadangan kolesterol untuk sintesis VLDL. Tingginya kadar HDL dalam darah akan mempercepat proses pengangkutan kolesterol ke hati, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya penimbunan kolesterol dalam pembuluh darah (Wirahadikusumah, 1985). Menurut Bambang (2004), selama dalam peredaran darah, ada kecenderungan kolesterol menempel pada dinding pembuluh darah akibat oksidasi sehingga mempersempit pembuluh tersebut. Proses ini terjadi karena sifat dari LDL yang sangat arterogenik. Kondisi demikian akan membuat aliran darah menjadi tidak lancar dan lemak terlarut dalam darah semakin tidak mencukupi proses metabolisme sehingga mengganggu keseimbangan kebutuhan oksigen dan penyediaan oksigen. Menurut Basmacioglu dan Ergul (2005), nilai normal kolesterol darah ayam ras adalah: Kolesterol total : 52 – 148 mg/dl Trigliserida : < 150 mg/dl HDL : > 22 mg/dl LDL : < 130 mg/dl Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah (Anonim,2011d) yaitu: 1. Faktor genetik 80 % dari kolesterol di dalam darah diproduksi oleh tubuh sendiri. Ada sebagian orang yang memproduksi kolesterol lebih banyak dibandingkan yang lain. Ini disebabkan karena faktor keturunan. Pada orang ini meskipun hanya sedikit saja mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol atau lemak jenuh, tetapi tubuh tetap saja memproduksi kolesterol lebih banyak. 2. Faktor makanan Beberapa faktor makanan, asupan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Lemak merupakan bahan makanan yang sangat penting, bila kita tidak makan lemak yang cukup maka tenaga kita akan berkurang, tetapi bila kita makan lemak yang berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh darah. Kadar kolesterol di pembuluh darah tinggi, akan membuat diameter pembuluh darah menjadi sempit. Pada keadaan yang berat terjadi sumbatan total dari pembuluh darah maka akan terjadi kerusakan organ, misalkan bila pembuluh koroner yang tertutup, maka terjadi serangan jantung, atau bila pembuluh darah otak yang tertutup akan terjadi stroke. HDL akan membawa kolesterol bebas dari pembuluh darah ke hati sehingga diameter pembuluh akan melebar, sedangkan bila kadar VLDL dan LDL tinggi maka akan terjadi hal sebaliknya yang akan memperberat penyempitan pembuluh darah. Trigliserida Trigliserida merupakan sejenis lemak yang proporsinya terbesar pada lemak dalam makanan, merupakan cadangan energi yang disimpan di dalam jaringan adiposa dan otot. Jika tubuh membutuhkan energi, maka trigliserida dilepaskan untuk dimetabolisme menjadi energi. Sementara kolesterol juga merupakan senyawa semacam lemak, terdapat didalam makanan dan didalan darah. Kolesterol dan trigliserida tidak larut di dalam darah sehingga diperlukan kendaraan untuk mengangkutnya yaitu lipoprotein (Anonim, 2011d). Susanto (2006), menyatakan bahwa trigliserida adalah lemak yang berbentuk sebagai hasil dari metabolisme makanan. Bukan saja yang berbentuk lemak tetapi juga makanan yang berbentuk karbohidrat dan protein yang berlebihan juga tidak seluruhnya dibutuhkan sebagai sumber energi, selanjutnya Amrullah (2002), menyatakan bahwa trigliserida adalah lemak utama yang disimpan dalam jaringan tubuh ayam. Sekitar 95% trigliserida datang dari ransum dan 5% nya disintesis dalam tubuh. Menurut Lehninger (1997), trigleserida disintesa di dalam hati. Tingginya kandungan lemak di dalam jaringan dipengaruhi oleh kadar trigleserida di dalam serum yang berasal dari sintesa lemak di hati. Menurrut syamsuhadi (1997) imbangan energy protein ransum yang diperluas dapat meningkatkan konsentrasi trigleserida yang ada dalam serum darah, sedangkan menurut Santoso dan Tanaka (2001) umur ayam mempengaruhi kandungan trigleserida di dalam serum darah semakin lama ayam broiler di pelihara maka kandungan trigleserida serum darah ayam tersebut akan meningkat. Menurut Santoso (2000) pembatasan makanan pada awal pertumbuhan dapat menurunkan konsentrasi trigleserida darah broiler. Peranan Daun Katuk dalam Menurunkan Kolesterol dan Lemak Kolesterol dalam tubuh berupa kolesterol eksogen dan endogen dimana kolesterol eksogen berasal dari makanan (25%) dan sebaliknya kolesterol endogen dibentuk oleh sel-sel tubuh (75%), terutama di dalam hati (Piliang dan Djojosoebagio, 2006). Sebagian kolesterol akan diubah menjadi asam empedu, masuk ke dalam usus dan berubah menjadi ekskreta. Hal inilah yang menyebabkan penurunan kadar kolesterol di dalam darah. Salah satu cara menurunkan kadar kolesterol dengan serat pangan. Peranan serat pangan adalah meningkatkan produksi asam empedu dan mengeliminasi ke dalam usus untuk diekskresikan sebagai ekskreta. Menurut Wolever et al. (1997) mekanisme penurunan kolesterol oleh serat, yaitu pengikatan asam empedu di dalam usus halus yang menyebabkan meningkatnya ekskresi asam empedu fekal, penurunan absorpsi lemak dan kolesterol, penurunan laju absorspsi karbohidrat yang menyebakan penurunan kadar insulin serum sehingga menurunkan ransangan sintesis kolesterol dan lipropotein, dan penghambatan sintesis kolesterol oleh asam lemak rantai pendek yang dihasilkan dari fermentasi serat larut di dalam kolon. Linder (1992) menyatakan bahwa peningkatan ekskresi asam empedu dalam ekskreta dapat menyebabkan penurunan kadar kolesterol plasma sekitar 10% - 25%. Pada daun katuk yang berperan dalam menurunkan kolesterol selain serat terdapat fitosterol. Penelitian lain juga membuktikan peran fitosterol dalam menurunkan kolesterol, Silalahi (2000) melaporkan isoflavon yang terkandung dalam kedelai merupakan sterol yang berasal dari tumbuhan (fitosterol) yang jika dikonsumsi dapat menghambat absorpsi dari kolesterol baik berasal dari makanan maupun kolesterol yang diproduksi dari hati. Hambatan ini terjadi karena fitosterol berkompetisi dan meggantikan posisi kolesterol dalam micelle. Adanya mekanisme tersebut, maka kolesterol yang terserap oleh usus juga sedikit sehingga pembentukan kilomikron dan VLDL juga terhambat sehingga kadar LDL turun dan peningkatan pada kadar HDL, bila dihitung rasio kolesterol LDL/ HDL akan turun. Mekanisme aktifitas penurunan kolesterol oleh fitosterol belum dipahami secara lengkap, namun beberapa teori yang diajukan (Bonsdorff-Nikander, 2005) meliputi: 1. Fitosterol diyakini menghambat absorpsi kolesterol ransum dan reabsorpsi kolesterol endogen dalam saluran pencernaan. 2. Fitosterol meningkatkan pengeluaran kelebihan kolesterol yang diabsorpsi, dan menyebabkan penurunan kadar kolesterol serum. 3. Kompetisi antara kolesterol dan fitosterol dalam misel. 4. Kokristalisasi fitosterol dan kolesterol. Kokristalisasi fitosterol dan kolesterol dalam saluran gastrointestinal menyebabkan penurunan uptake kolesterol intestinal karena solubilitas kristal yang terbentuk tersebut lebih rendah daripada solubilitas kolesterol. Piliang et al. (2001) telah membuktikan bahwa pemberian tepung daun katuk dalam ransum ayam petelur lokal sebanyak 9% mampu menurunkan kandungan kolesterol dalam kuning telur sebesar 62,34% dibandingkan dengan kandungan kolesterol dalam kuning telur ayam yang diberi ransum tanpa tepung daun katuk. Kandungan fitosterol dalam daun katuk juga berpengaruh pada penurunan kolesterol serum, kuning telur, karkas, dan hati puyuh. Dinyatakan oleh Piliang et al. (2001) bahwa penurunan kadar kolesterol sangat erat hubunganya dengan kandungan serat kasar dalam ransum dan sekresi cairan empedu. Dewanti (2006), fitosterol merupakan sterol yang secara alami didapatkan dari tanaman. Secara kimiawi, fitosterol mirip dengan kolesterol yang didapat dari hewan. Sterol terdiri dari tiga gabungan cincin sikloheksan dengan berbagai macam sterol (lebih dari 40 fitosterol). Fitosterol tanaman merupakan komponen alami dari minyak tumbuhan seperti minyak biji bunga matahari dan beberapa konstituen alami dalam makanan manusia. Menurut Silalahi (2006), fitosterol adalah steroida (sterol) yang terdapat di dalam tanaman. Kedua senyawa ini mempunyai struktur yang mirip dengan kolesterol, tetapi fitosterol mengandung gugus etil (-CH2-CH3) pada rantai cabang. Sebagaimana pentingnya fungsi kolesterol dalam membran sel tubuh manusia dan hewan, demikian juga fitosterol di dalam tanaman. Pada tanaman terdapat lebih dari 40 senyawa sterol yang didominasi oleh beberapa senyawa dari kelompok fitosterol. Fitosterol terdapat dalam bahan makanan nabati, seperti minyak, serealia, buah-buahan, dan sayur-sayuran dalam jumlah yang hanya sedikit. Oleh kerena itu senyawa fitosterol harus diisolasi dengan jumlah yang efektif untuk menurunkan kolesterol darah. Sterol utama dalam hewani adalah kolesterol, yang jika banyak dikonsumsi dapat menaikkan kolesterol darah. Sebaliknya, sterol nabati (fitosterol) hanya sedikit diabsorpsi (5%) dan akan menurunkan kadar kolesterol darah. Konsumsi fitosterol per hari adalah 150-140 mg. Fitosterol utama dalam makanan adalah Beta-sitosterol, kampesterol, dan stigmasterol. Fitosterol menghambat absorpsi kolesterol dari usus, meningkatkan ekskresi garam-garam empedu, atau menghindarkan esterifikasi kolesterol dalam mukosa intestinal. Fitosterol dapat menghambat sintesis kolesterol dengan memodifikasi aktivitas enzim hepatic acetyl-coa carboxylase dan cholesterol 7 – hydroxylase (Silalahi, 2006). MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tentang pemberian berbagai level tepung daun katuk dalam ransum telah dilaksanakan selama Tiga bulan dari bulan Desember 2011 sampai Februari 2012. Penelitian bertempat di Laboratorium Industri Pengolahan Pakan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar, dan Analisa Kolesterol,HDL,LDL Dan Trigliserida dilaksanakan di Laboratorium Klinik Permai Bestari, Makassar. Materi Penelitian Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah Day Old Chick (DOC) strain Cobb sebanyak 100 ekor, jagung kuning, dedak padi, limbah udang, ampas tahu, top mix, tepung ikan, kacang kedele, minyak kelapa, bungkil kelapa, tepung daun katuk, jamu ternak, vaksin gumboro, vaksin ND lasota dan vita stres. Penelitian ini menggunakan alat-alat seperti timbangan,spoit, tabung vakum, kandang koloni (colony cage) yang terbuat dari kayu beralas ran kawat dan berukuran 4m x 2m yang terbagi menjadi 16 petak dan ukuran tiap 1m x 0,5m, tiap petak masing-masing dilengkapi dengan tempat makan dan minum, balon pijar 40 watt serta peralatan lain seperti oven dan gilingan sampel. Metode Penelitian Rancangan Penelitian Penelitian ini dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Gazper, 1991) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan, dimana 4 perlakuan terdiri dari : P0 : Ransum Dasar (Kontrol) P1 : Ransum Dasar mengandung 1% Tepung Daun Katuk P2 : Ransum Dasar mengandung 2% Tepung Daun Katuk P3 : Ransum Dasar mengandung 3% Tepung Daun Katuk Adapun kandungan nutrisi setiap jenis bahan pakan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini, Tabel 5. Kandungan Nutrisi Setiap Bahan Pakan Yang Digunakan Selama Penelitian No. Jenis pakan PK (%) EM (Kkal/kg) LK (%) SK (%) Ca (%) P(%) 1. Jagung* 9 3320 3.7 1.9 0.03 0.29 2. Dedak Padi* 12 1630 13 12 0.12 0.21 3. Limbah Udang** 21.14 1217 2.34 29.49 17.50 4.84 4. Ampas Tahu** 28.73 3785 7.24 22.87 1.36 0.57 5. Tepung Ikan** 43.01 2539 10.42 1.09 11.75 5.37 6. TepungKacang Kedele** 42.73 5490 27.07 11.99 0.56 0.45 7. Minyak * 0 9000 0 0 0 0 8. Bungkil Kelapa** 22.26 4390 11.65 18.47 0.29 0.53 9. Top Mix 0 0 0 0 0 0 10. T. Daun Katuk** 27.87 1834 6.09 14.72 3.28 0.95 Sumber : * = Ichwan (2003) ** = Analisis Laboratorium Nutrisi Dan Makanan Ternak ( 2012) Komposisi bahan pakan dan kandungan nutrisi ransum setiap perlakuan pada broiler dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Kandungan Nutrisi Bahan Ransum Setiap Perlakuan JENIS PAKAN PERLAKUAN P0 (%) P1 (%) P2 (%) P3 (%) Jagung 54.5 54.5 54.5 54.5 Dedak Padi 9 9 9 9 Limbah Udang 0.7 0.7 0.5 0.5 Ampas Tahu 2.8 2.8 2 1.5 Tepung Ikan 13 13 12.5 12.5 Kacang Kedele 7.5 7 7.5 7 Minyak 1 1 1 1 Bungkil Kelapa 10.5 10 10 10 Top Mix 1 1 1 1 Tepung Daun Katuk 0 1 2 3 Total (%) 100 100 100 100 Kandungan Nutrisi Ransum PK (%) 18.07 18.02 18.03 18 EM (Kkal/kg) 3034 3015 3020 3004 LK (%) 8.01 7.8 7.9 7.8 SK (%) 5.94 5.93 5.89 5.87 Ca (%) 1.76 1.79 1.73 1.76 P (%) 0.99 0.99 0.97 0.98 Keterangan : Hasil Perhitungan Kandungan Nutrisi Setiap Perlakuan Berdasarkan SNI (2006) Pembuatan Tepung Daun Katuk Penelitian ini dimulai dengan pembuatan tepung daun katuk dengan cara diovenkan terlebih dahulu dengan suhu 50-60oC selama 72 jam. Setelah kering dihaluskan menjadi tepung dan siap diberikan kepada ternak. Berikut diagram alir pembuatan tepung daun katuk, Daun katuk segar dipisahkan dari tangkainya Pengeringan dalam oven bersuhu 50˚-60˚C selama 3 hari Dihaluskan dengan menggunakan gilingan sampel Tepung Daun Katuk siap pakai Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Tepung Daun Katuk. Pemeliharaan Broiler Persiapan kandang penelitian dilakukan sebelum DOC datang. Persiapan dilakukan dengan pengapuran lantai dan dinding kandang, penyemprotan desinfektan, pemasangan alat pemanas dengan menggunakan balon pijar 40 watt. Day Old Chick yang digunakan berjumlah 100 ekor. Pada saat masuk DOC diistirahatkan dan diberi air gula pasir untuk memenuhi kebutuhan energi yang hilang dalam perjalanan dan empat jam kemudian DOC diberi pakan berupa butiran dan air minum. DOC ditempatkan dalam kandang litter yang dilengkapi dengan tempat makan dan minum serta balon lampu pijar. Pemeliharaan broiler melalui 2 tahap pemeliharaan, pertama broiler diberikan ransum butiran selama 10 hari dan pemeliharaan ke 2 yaitu umur 11 sampai 42 hari diberikan ransum mengandung perlakuan tepung daun katuk. Sebelum diberi perlakuan, sebanyak 64 ekor broiler ditimbang untuk mendapat berat homogen. Setiap petak kandang diisi dengan 4 ekor broiler. Penempatan perlakuan dilakukan secara acak sebelum broiler dimasukkan dalam petak kandang. Vaksinasi ND dengan vaksin strain NDB1 melalui tetes mata pada umur 4 hari. Vaksin gumboro pada umur 14 hari melalui air minum dan vaksin ND lasota pada umur 21 hari melalui injeksi intramuscular. Parameter yang diukur pengambilan sampel darah dari tiap objek penelitian (broiler) di lakukan pada akhir penelitian untuk diamati: pengambilan darah dibagian vena pada bagian bawah sayap, dengan menggunakan spoit sebanyak 3 cc dan dimasukkan dalam tabung vakum. Kolesterol serum darah Metode yang di gunakan dalam pemeriksaan kolesterol darah broiler yaitu metode enzimatik COD-PAP. Prinsip Dasar Kolesterol dan ester-esternya dibebaskan dari lipoprotein oleh deterjen. Kolesterol-estease menghidrolisa ester-ester tersebut selanjutnya H2O2 di bentuk dari kolesterol dalam proses oksidasi enzimatik oleh kolesterol oksidase.H2O2 bereaksi dengan 4-aminoantipyrine dan phenol dalam reaksi yang di katalis oleh peroxidase dan menghasilkan quinonimine yang berwarna. Trigliserida Prinsip Dasar Trigleserida di hidrolisa secara enzimatik menjadi glycerol dan asam-asam lemak bebas dengan bantuan lipase-lipase khusus glycerol yang di bebeskan kemudian bereaksi. Kadar HDL dan LDL Prinsip Dasar HDL Low density lipoprotein (LDL dan VLDL) di endapkan secara khusus oleh heparin dan ion-ion magnesium dan setelah itu dapat dipisahkan den sentrifugasi. High density lipoprotein (HDL) tetap berada dalam subtract penentuan HDL-clolesterol dilakukan dengan menggunakan subtract jernih. Prinsip Dasar LDL Low density lipoprotein (LDL) di endapkan oleh heparin pada titik iso elektriknya pH 5,12. Setelah sentrifugasi. High density lipoprotein (HDL) dan very low density liprotein (VLDL) tetap berada dalam subtract dapat ditentukan dengan metode enzimatik. Pengolahan Data Data yang diperoleh di analisis dengan menggunakan analisis ragam sesuai dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan perlakuan yang memberi pengaruh nyata di uji Beda Nyata Terkecil (Gazperz, 1991). ). Data diolah dengan bantuan software SPSS versi 16. Adapun model matematikanya yaitu : Yij = µ + τί + εij Keterangan : Yij = Hasil pengamatan dari perubah pada penggunaan tepung daun katuk ke-I dengan ulangan ke-j. µ = Rata-rata pengamatan τί = Pengaruh perlakuan i εij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j i = 1, 2, 3 dan 4 J = 1, 2, 3 dan 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh pemberian Tepung Daun Katuk Berbagai level terhadap kadar Kolesterol, Trigliserida, LDL dan HDL darah Broiler, diperoleh rataan sebagai berikut : Tabel 6. Rataan Kadar Kolesterol, Trigliserida, LDL, HDL Darah Broiler yang Diberi Tepung Daun Kauk Berbagai Level. Perlakuan Kolesterol Trigliserida LDL HDL ------------------------------------------------- mg/dl ---------------------------------------------- P0 108 68,25 60,4 33.25a P1 98,75 69,5 42,73 42,13ab P2 106 79 54,75 32,45a P3 118 76 43,87 58,43b Keterangan: Huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) Kolesterol Analisis ragam memperlihatkan perlakuaan tidak berpengaruh (p>0.05) terhadap kadar kolesterol darah ternak percobaan. Walaupun secara statistik tidak ada perbedaan, namun terlihat terdapat variasi antara perlakuan. Namun demikian variasi kadar kolesterol tersebut tidak mengikuti pola tertentu, misalnya P1 yang lebih rendah dari kontrol tapi P3 justru lebih tinggi dari kontol. Tidak adanya perbedaan keadaan kolesterol karena dapat diketahui 60-70% kadar kolesterol dihasilkan oleh luar tubuh (makanan). Menurut hasil penelitian fajri (2012) menunjukan bahwa pengaruh pemberian tepung daun katuk dalam ransum dengan level 1%,2% dan 3% tidak berpengaruh nyata terhadap komsumsi ternak percobaan. Menurut Anonim (2011d) Kolesterol yang digunakan dalam tubuh selain dihasilkan oleh tubuh (60-70%) juga diperoleh dari luar tubuh (makanan) sehingga pola dan jumlah serta jenis bahan konsumsi akan sangat berpengaruh terhadap kadar kolesterol dalam darah, ada dua faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol darah yaitu genetik dan faktor makanan. Secara umum Tabel 6, menunjukan bahwa rata rata kadar kolesterol darah pada tiap perlakuan masih dalam kisaran standar kadar kolesterol ayam ras, Basmacioglu dan Ergul (2005) rata rata kadar kolesterol darah ayam ras yaitu 52 – 148 mg/dl. Trigliserida Rataan kadar trigleserida bervariasi dari 68,25 mg/dl, 69,5 mg/dl, 79 mg/dl, 76 mg/dl menunjukan perlakuaan tidak berpengaruh (p>0.05) terhadap kadar trigleserida ternak percobaan.Walaupun secara statistik tidak ada pengaruh, namun secara biologis rataan dari tiap perlakuan cenderung mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan dengan pemberian pakan dengan penambahan tepung daun katuk dengan level yang berbeda pada broiler memberikan variasi kadar trigliserida dalam darah broiler. Hal ini kemungkinanan disebabkan oleh adanya perubahan sintesis asam-asam lemak yang berasal dari ransum yang di komsumsi ayam tersebut. Semakin tinggi asam-asam lemak yang dihasilkan dari prosese lipogenesis karbohidrat dan protein serta asam-asam amino maka trigleserida yang disintesa di hati juga mengalami peningkatan dan secara lansung mempengaruhi konsentrasi trigleserida di serum darah. Menurut Lehninger 1997 Trigleserida disintesa di dalam hati. Tingginya kandungan lemak di dalam jaringan dipengaruhi oleh kadar trigleserida di dalam serum yang berasal dari sintesa lemak di hati. Menurrut syamsuhadi (1997) imbangan energy protein ransum yang diperluas dapat meningkatkan konsentrasi trigleserida yang ada dalam serum darah, sedangkan menurut Santoso dan Tanaka (2001) umur ayam mempengaruhi kandungan trigleserida di dalam serum darah semakin lama ayam broiler di pelihara maka kandungan trigleserida serum darah ayam tersebut akan meningkat. Menurut Santoso (2000) pembatasan makanan pada awal pertumbuhan dapat menurunkan konsentrasi trigleserida darah broiler. Rataan kadar triglserida darah broiler pada tiap perlakuan P0, P1, P2 dan P3 adalah 68.25 mg/dl, 69.5 mg/dl, 79 mg/dl, 76 mg/dl masih tergolong dalam kadar trigliserida normal ayam ras. Menurut Basmacioglu dan Ergul (2005) rata rata kadar Trigliserida darah ayam ras adalah < 150 mg/dl Low Density Lipoprotein (LDL) Rataan kadar LDL broiler bervariasi dari 60,4, 42,73, 54,75, 43,87 mg/dl. Analisis ragam memperlihatkan perlakuaan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar LDL ternak percobaan. ini menandakan bahwa pemberian tepung daun katuk pada broiler dapat tidak menurunkan kadar LDL dalam darah. Rataan kadar LDL darah broiler yang diberi tepung daun katuk pada perlakuan P0,P1,P2,P3 adalah 60,4, 42,73, 54,75, 43,87 mg/dl, kadar LDL masih dalam kisaran standar LDL darah ayam ras, Basmacioglu dan Ergul (2005) rata rata kadar LDL darah ayam ras adalah < 130 mg/dl. High Density Lipoprotein (HDL) Berdasarkan analisis ragam memperlihatkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap kadar HDL dalam darah ternak percobaan. Uji lanjut BNT memperlihatkan bahwa kadar HDL ternak yang diberi ransum tepung daun katuk Dimana perlakuan P0 tidak berbeda dengan P2 tetapi berbeda dengan P1 dan P3 . Dari rataan kadar HDL menunjukkan pemberian pakan dengan penambahan tepung daun katuk pada broiler dapat menaikkan kadar HDL dalam darah broiler.Hal ini diduga disebabkan oleh senyawa Fitosterol yang terdapat dalam daun katuk yang dapat menghambat pembentukan misel usus tempat terjadinya penyerapan asam empedu ke dalam usus. Hal ini sesuai dengan pendapat (Bonsdorff-nikander, 2005) yang menyatakan bahwa mikenisme dari Fitosterol diyakini menghambat absorpsi kolesterol ransum dan reabsorpsi kolesterol endogen dalam saluran pencernaan, fitosterol meningkatkan pengeluaran kelebihan kolesterol yang di absorpsi, dan menyebabkan penurunan kadar kolesterol serum. Sehingga dengan penurunan kolesterol maka akan di imbangi dengan meningkatnya kadar HDL dalam serum darah . Lipoprotein yang disintesis tergantung pada jumlah kolesterol yang dibawa ke hati LIPI (2009). Wirahadikusumah (1985) menambahkan HDL berfungsi sebagai pengangkut kelebihan kolesterol dalam bentuk LDL untuk dibawa keluar dari pembulu darah. Berdasarkan Tabel 6, rataan kadar HDL darah broiler yang diberi tepung daun katuk pada perlakuan P0,P1,P2,P3 masing-masing 33.25, 42.15, 35.45, 58.43 mg/dl, kadar HDL ini sesuai standar HDL darah ayam ras. Menurut Basmacioglu dan Ergul (2005) rata rata kadar HDL darah ayam ras adalah >22 mg/dl. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pemberian tepung daun katuk dengan level 1%,2% dan 3% dalam pakan tidak berpengaruh terhadap kadar kolesterol,Trigleserida dan LDL, tetapi mampu meningkatkan kadar HDL darah Broiler pada level 3%. Saran Perlu dipertimbangkan pemberian tepung daun katuk dalam bentuk yang lain misalnya dalam bentuk ekstrak sehingga diharapkan bisa lebih efektif dalam menurunkan kadar kolesterol, trigleserida, LDL dan meningkatkan kadar HDL. DAFTAR PUSTAKA Amrullah, I.K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan ke-1. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor Anonim, 2011a. Manfaat dan Efek Samping Daun Katuk. http://www.smallcrab.com/kesehatan/408-manfaat-dan-efek-samping-daun-katuk. (Diakses tanggal 30 Agustus 2011). , 2011b, 2011. Katuk Sauropus androgynus (L.) Merr.http://www.plantamor.com/index.php?plant=1116 (Diakses tanggal 30 Agustus 2011). , 2011c. Teknis Budidaya. http://teknis budidaya.blogspot.com. (diakses tanggal 30 Agustus 2011). _______2011d. Cara Menurunkan Kadar Trigliserida. http://republika.co.id.htm (14 Desember 2011). ________2011e. Struktur Kolesterol. http:// www .artikelkedokteran net /news /struktur +kolesterol.htm. (Diakses tanggal 16 Maret 2012). Bambang, M. 2004. Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Jantung. Penebar Swadaya. Jakarta. Baraas, F. 1993. Mencegah Serangan Jantung Dengan Menekan Kolesterol. PT. Gamedia Pustaka Utama. Jakarta . Basmacioglu, H. and M. Ergul. 2005. Research on the factor affecting cholesterol content and some other characteristics of eggs in laying hens. Turk. J. Vet. Anim . Sci. 29: 157-164 . Bonsdorff-nikander a., von. 2005. Studies on a cholesterol-lowering microcrystalline phytosterol suspension oil (dissertation). Helsinki: Division of Pharmaceutical Technology, Faculty of Pharmacy,University of Helsinki. Dewanti W, Tri. 2006. Pangan fungsional makanan untuk kesehatan. Universitas Brawijaya. Malang. Fajri nurul. 2012. Pertambahan Berat Badan,Komsumsi dan Konversi pakan Pada Broiler Yang Mendapat Ransum Mengandung Berbagai Level Tepung Daun Katuk (Sauropus Androgynus). Nutrisi dan makanan ternak. Universitas Hasanuddin. Makassar. Gasperz, V. 1994. Metode Perancangan Percobaan. CV. Armico Bandung. Hembing. 2006. Mengendalikan Kolesterol Tinggi Dengan Herba Dan Pola Hidup Sehat. http://portal.cbn.net.id (diakses september 2011). Heslet, L. 1996. Kolesterol. Terjemahan Anton Adiwijoto. Jakarta : PT.Kesaint Blanc Indah. Ichwan,w.2003. Membuat Pakan Ayam Ras Pedaging. Agromedia Pustaka, Jakarta. Irawan, A. 1996. Ayam-ayam Pedaging Unggul. Penerbit CV.Aneka , Solo. Kartadisastra,H.1994. Pengolahan Pakan Ayam. Kanisius. Yogyakarta. Krisnatuti, D dan Rina Yenrina. 1999. Perencanaan Menu Bagi Penderita Jantung Koroner. Jakarta : Trubus Agriwidya. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). 2009. Kolesterol.Balai Informasi dan Teknologi LIPI. Lehninger,A.L. 1997. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Terjemahan: Maggy Thanawijaya, cetakan ke-4. Penerbit Erlangga. Jakarta. Martoharsono, Soeharsono. 1993. Biokimia Jilid 2. Yogyakarta: Gadjahmada University Press. Muchtadi, D; N. S. Palupi; dan M. Astawa. 1993. Metabolisme Zat Gizi :Sumber, Fungsi, dan Kebutuhan Bagi Tubuh Manusia. Jakarta .Pustaka Sinar Harapan. Rasyaf. 1990. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta. ______.1994. . Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta. Santoso, U dan W. Piliang.2004. Penggunaan Ekstrak Daun Katuk sebagai Feed Additive untuk Memproduksi Meat Designer. Laporan Penelitian Hibah Pekerti. Universitas Bengkulu. Bengkulu _______. Y. Fenita dan Kususiyah. 2008. Penggunaan Ekstrak Air Daun Katuk sebagai Pengganti Feed additive Komersial untuk Memproduksi Meat Designers yang Efisien. Laporan Riset Unggulan Universitas. Universitas Bengkulu. Bengkulu. _______. 2009. Manfaat daun katuk bagi kesehatan manusia dan produktivitas ternak. http://uripsantoso.wordpress.com. (Diakses tanggal 30 Agustus 2011) _______,U. 2000. Reduction of trigleseride content by early feed restriction in broiler chiks. Bulletin peternekan 24. ______,U dan Tanaka. 2001. Pengaruh Umur Terhadap aktivitas Enzim Lipogenik dihati dan Akumulasi lemak Pada Ayam Broiler. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner.6:89-93 Silalahi, J. 2006. Fitosterol dalam margarine cara efektif menurunkan kolesterol. www.tempointeraktif.com. [31 Maret 2011]. Subekti, s. 2006. Penggunaan tepung daun katuk dan ekstrak daun katuk Sauropus androgynus) sebagai substitusi ransum yang dapat menghasilkan produk puyuh jepang yang rendah kolesterol. Fakultas peternakan IPB. Bogor. Susanto, H. 2006. Jaringan Kadar Kolestrol Tinggi. Harian Fajar, Makassar. Suprijatna, E. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta. Suprayogi, A. 2000. Studies on the biological effect of Sauropus androgynus (L. Merr.): Effect on milk production and the possibilities of induced pulmonary disorder lactating sheep. Universitat Gottingen Institut fur Tierphysiology und Tieremahrung. Gottingen: George-August Subekti, S. 2003. Kualitas Telur dan Karkas Ayam Lokal yang Diberi Tepung Daun Katuk dalam Ransum. Tesis. Program Pascasarjana IPB. Bogor. Syamsuhaidi.1997. penggunaan Dukweed (family Lamance) Sebagai Pakan Serat Sumber Protein Dalam Ransum Ayam Pedaging. Disertasi. Program Pasca Sarjana Insitut Pertanian Bogor. Bogor. Standar Nasional Indonesia [SNI]a. 2006. Pakan Anak Ras Pedaging (Broiler Starter). http://ditjennak.go.id/regulasi%5CSNI%20PAKAN%20% AYAM%20PEDAGING%20ANAK.pdf. Akses pada tanggal 16 Oktober 2011 b. 2006. Pakan Ayam Ras Pedaging Masa Akhir (Broiler Finisher). http://ditjennak.go.id/regulasi%5CSNI%20PAKAN%20%AYAM%20PEDAGING%20TUA.pdf. Akses pada tanggal 16 Oktober 2011 Piliang, W.G., et al. 2001. Efek Pemberian Daun Katuk (Sauropus androgynus) dalam Ransum terhadap Kandungan Kolesterol Karkas dan Telur Ayam Lokal. Lembaga Penelitian IPB Bekerjasama Dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,Proyek ARMP II. Pineda, M.H. and R.A. Wahyu, J. 1978. Cara Pemberian dan Penyusunan Ransum Unggas. Fakultas Peternakan, IPB, Bogor. Wirahadikusumah, M. 1985. Biokimia Metabolisme Energi, Karbohidrat dan Lipid. Bandung. ITB. http://livestock-livestock.blogspot.com/2011/05/pengaruh-penambahan-ekstrak-daun-katuk.html http://kuncisehatdansukses.blogspot.com/2011/11/daun-katuk-bersihkan-racun-bakteri-dan.html 40