PENELITIAN ETNOGRAFI
A. PENGERTIAN PENELITIAN ETNOGRAFI
1. Pengertian Etnografi Menurut Para Ahli
Etnografi mencari penjelasan baik aspek eksplisit budaya (bagaimana
semua anggota menyadari dan menerima ) dan elemen lainnya (diluar
kesadaran). Metode ini merupakan pendekatan favorit untuk penelitian
antropologi sejak 100 tahun yang lalu dimana umumnya bertujuan untuk
mengidentifikasi peran, ritual-ritual dan kepercayaan pada populasi yang
diteliti (Morse, 1992).
Menurut Spradley,1980, Atkinson 1992, Wolcott 1997, etnografi adalah
penjelasan tentang budaya dengan maksud untuk mempelajari dan
memahami tentang kehidupan individu. Etnografi berarti belajar dari orang,
yang menjelaskan secara langsung dari kultur dan subkultur individu
tersebut.
Wolcott (1977) menjelaskan, etnografi adalah suatu metode khusus atau
satu set metode yang didalamnya terdapat berbagai bentuk yang mempunyai
karakteristik tertentu, termasuk partisipasi etnografer, memahami dan
mengikuti kehidupan sehari-hari dari seseorang dalam periode yang lama,
melihat apa yang terjadi, mendengarkan apa yang dikatakan, bertanya
kepada mereka, dan pada kenyataannya mengumpulkan data apa saja yang
ada.
2. Pengertian secara umum
Dalam kajian sosiologi, Etnografi digunakan untuk meneliti kelompok
atau komunitas relasi--interaksi manusia atau masyarakat berkaitan dengan
perkembangan sosial dan budaya tertentu yang didasarkan atas kajian-kajian
dan teori yang dianut dan dipakai. Metode penelitian etnografi dianggap
mampu menggali informasi secara mendalam dengan sumber-sumber yang
luas. Dengan teknik “observatory participant”.
1|P enelitian Etnogr afi
Etnografi menjadi sebuah metode penelitian yang unik karena
mengharuskan
partisipasi
peneliti
secara
langsung
dalam
sebuah
masyarakat atau komunitas sosial tertentu. Yang lebih menarik, sejatinya
metode ini merupakan akar dari lahirnya ilmu antropologi yang kental
dengan kajian masyarakat. Beberapa keunikan dan fenomena yang
mengikuti eksistensi metode penelitian etnografi dalam sosiologi ini
membuat penulis berupaya menggali lebih jauh dari buku ini, dimana
diharapkan mampu dikembangkan dan dirujuk dalam penelitian desertasi
penulis nantinya.
Etnografi berasal dari dua kata, yaitu ethnos artinya bangsa, dan graphy
atau grafien artinya gambaran atau uraian. Jadi etnografi adalah uraian atau
gambaran tentang bangsa-bangsa di suatu tempat dan di suatu waktu.
Etnografi berawal ketika bangsa Eropa Barat melakukan penjelajahan ke
berbagai benua (Afrika, Asia, dan Amerika) sejak akhir abad ke-15 dan
permulaan abad ke-16. Di sana mereka menemui berbagai suku bangsa.
Sejak saat itu mereka mulai membuat catatan yang berisi keterangan tentang
suku-suku bangsa tersebut. Mulailah terkumpul catatan kisah-kisah
perjalanan, laporan dan semacamnya yang merupakan tulisan para musafir,
pelaut, pendeta, penerjemah kitab injil dan pegawai pemerintah jajahan.
Dalam himpunan tersebut termuat bahan pengetahuan berupa deskripsi adat
istiadat, susunan bahasa, dan ciri-ciri fisik beraneka ragam suku bangsa di
Afrika, Asia, Oseania (kepulauan di laut teduh), dan suku-suku bangsa di
Indian, penduduk pribumi Amerika.
2|P enelitian Etnogr afi
B. PENDEKATAN ETNOGRAFI
Terdapat beberapa aliran dalam Etnografi, Salah satunya klasifikasi aliran
pendekatan dalam Etnografi menggolongkannya menjadi Holistic, Semiotic,
dan Cristical (Sanday 1979). Belakangan muncul pendekatan Netnography
pada study Etnografi di dunia internet (Kozuners 1997, 1998). Tiap pendekatan
memiliki cara melakukan Etnografi yang berbeda.
1.
Pendekatan Holistic menekankan pendekatan empatik pada para
partisipasinya. Peneliti harus mampu membaur dan hidup bercampur
dengan komunitas yang ditelitinya (Evans-Pritchard 1950). Peneliti harus
memulai dari nol dan membiarkan dirinya menyerap semua aspek
kehidupan komunitas yang diteliti (Harvey & Myers 1995).
2.
Pendekatan Semiotic berlawanan dengan pendekatan Holistic dalam hal
perlunya pendekatan empatik. Peneliti harus mampu menangkap makna
dan berbagai symbol yang ada seperti perkataan, gambar, perilaku, dan
lainnya sebagau satu kesatuan budaya (Geertz 1973,1988). Lebih lanjut
Geertz berargumen bahwa budaya suatu komunitas atau organisasi akan
tercermin pada symbol dan artefak yang dimiliki. Dengan demikian,
Peneliti tidak perlu berempati.
3.
Pendekatan Critical melihat Etnografi sebagai proses yang muncul sebagai
akhir adanya dialog antara peneliti dan para partisipan (Myers 1997a).
Critical Etnography memfokuskan diri pada kehidupan sosial dalam
kontels politik dan kekuasaan (Noblit 2004).
4.
Pendekatan Netnography merupakan pendekatan untuk menggunakan
Etnografi ketika melakukan penelitian pada komunitas dan budaya di
internet (Kozinets 1997,1998). Ciri khas Netnography adalah mengganti
studi lapangan dengan komunikasi berbasi computer khususnya melalui
Internet. Data dikumpulkan dengan cara begabung ke dalam komunitas di
internet dan melakukan pengamatan partisipatif. Netnography menjadi
pendekatan Etnografi yang popular dengan adanya berbagai komunitas di
Internet seperti forum, mailing list, blog, dan social networking seperti
facebook dan twitter.
3|P enelitian Etnogr afi
C. PENGGUNAAN ETNOGRAFI
1.
Memahami Rumpun Manusia.
Tujuan
antropologi
sosial,
yaitu
untuk
mendeskripsikan
dan
menerangkan keteraturan serta berbagai variasi tingkah laku sosial.
Mungkin gambaran yang paling menonjol dari manusia adalah
diversitasnya. Mengapa satu rumpun ini menunjukkan variasi semacam
itu, menciptakan pola perkawinan yang berbeda, memegang nilai yang
berbeda, mengonsumsi makanan yang berbeda, mengasuh anak dengan
cara yang berbeda, mempercayai tuhan yang berbeda, serta mengejar
tujuan yang berbeda pula? Jika etnografer memahami diversitas ini, maka
ia harus mulai dengan mendeskripsikannya secara hati-hati. Kebanyakan
diversitas dalam rumpun manusia muncul, karena diversitas yang
diciptakan oleh masing-masing kebudayaan dan diteruskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Deskripsi kebudayaan, sebagai tugas
utama dari etnografi, merupakan langkah pertama dalam memahami
rumpan manusia.
Deskripsi kebudayaan di satu sisi mendeskripsikan perbedaan itu, dan
di sisi yang lain menerangkannya. Penjelasan perbedaan kebudayaan,
sebagian bergantung pada pembuatan perbandingan lintas budaya. Tetapi
tugas ini pada gilirannya bergantung pada studi etnografis yang tepat,
kebanyakan studi komparatif dalam antropologi telah dihambat oleh
etnografi yang buruk, oleh penelitian yang menerapkan berbagai konsep
Barat ke dalam kebudayaan non-Barat, sehingga mengakibatkan,
penyimpangan
hasil
yang
diperoleh.
Perbandingan
tidak
hanya
mengungkapkan perbedaan, tetapi juga kemiripan, yaitu hal-hal yang sama
di dalam semua kebudayaan di dunia. Oleh karena itu dalam penger-tian
yang paling umum, etnografi memberikan sumbangan secara langsung
dalam des-kripsi dan penjelasan keteraturan serta evaluasi dalam tingkah
laku sosial manusia.
Banyak ilmu sosial memiliki tujuan yang lebih terbatas. Dalam studi
tingkah laku mana pun etnografi mempunyai peranan yang penting.
4|P enelitian Etnogr afi
Beberapa
sumbangannya
yang
khas
dapat
diidentifikasi.
(1)
Menginformasikan teori ikatan-budaya. Setiap kebudayaan memberikan
cara untuk melihat dunia. Kebudayaan memberikan kategori, tanda, dan
ju-ga mendefinisikan dunia di mana orang itu hidup. Kebudayaan meliputi
berbagai asumsi mengenai sifat dasar realitas dan juga informasi yang
spesifik mengenai realitas itu. Ke-budayaan mencakup nilai yang
menspesifikasikan hal yang baik, benar dan bisa dipercaya. Apabila orang
mempelajari kebudayaan, maka sampai batas tertentu dia terpenjara tanpa
mengetahuinya. Para ahli antropologi mangatakan hal ini sebagai “ikatanbudaya” (culture-bound), yaitu hidup dalam realitas tertentu yang
dipandang sebagai “realitas” yang benar.
Para ilmuan sosial dengan berbagai teori mereka tidak kurang
merupakan ikatan budaya manusia lain. Sistem pendidikan Barat memberi
semua cara menginterpretasikan pengalaman. Berbagai asumsi implisit
mengenai dunia muncul
dalam berbagai teori dari setiap displin
akademik-kritik sastra, ilmu alam, sejarah, dan semua ilmu sosial.
Etnografi sendiri berupaya mendokumentasikan berbagai realitas alternatif
dan mendeskripsikan realitas itu dalam batasan realitas itu sendiri. Dengan
demikian, etnografi dapat berfungsi korektif tehadap teori yang muncul
dalam ilmu sosial Barat.
Sebagai contoh, teori ketercerabutan badaya (culture deprivation).Ide
ini muncul dalam bentuk yang konkret pada tahun 1960-an untuk
menerangkan kegagalan pendidikan yang dialami kebanyakan anak.
Dalam upaya menerangkan tidak adanya prestasi pada anak itu, maka
dikemukakan
bahwa
mereka
mengalami
“ketercerabutan
budaya”
(culturally deprived).
Studi
mengenai
ketercerabutan
badaya
dilaksanakan
dengan
memfokuskan pada kelompok budaya Indian, Chicano, kulit hitam dan
berbagai kelompok budaya lainnya. Teori ini dapat dikonfirmasikan
dengan mempelajari anak dari budaya melalui sekat pelindung teori ini.
Bagaimanapun, penelitian etnografi terhadap budaya “anak” yang
5|P enelitian Etnogr afi
mengalami“ketercerabutan budaya” mengungkapkan suatu kisah yang
berbeda. Mereka telah mengelaborasi kebudayaan yang canggih dan
adaptif yang sama sekali berbeda dengan kebudayaan yang didukung oleh
sistem pendidikan. Walaupun masih didukung di beberapa tempat, teori ini
merupakan cara untuk mengatakan bahwa orang tercerabut dari
“kebudayaan saya”. Tentu saja tak seorang pun akan berpendapat bahwa
anak itu tidak berbicara dalam bahasa Spanyol atau bahasa Inggris dengan
baik, bahwa mereka tidak melakukan dengan baik hal-hal yang menurut
kebudayaan mereka dipandang bernilai. Tetapi sifat dasar ikatan-budaya
teori psikologi dan sosiologi jauh di luar gagasan ketercerabutan budaya.
Semua teori yang yang dikembangkan dalam ilmu perilaku Barat
didasarkan pada premis implisit kebudayaan Barat, yang biasanya
merupakan versi paling khas profesional kelas menengah.
2. Etnografi tidak lepas dari ikatan budaya
Etnografi
tidak
lepas
dari
ikatan-budaya.Namun,
etnografi
memberikan deskripsi yang mengungkapkan berbagai model penjelasan
yang diciptakan oleh manusia. Etnografi dapat berperan sebagai penunjuk
yang menunjukan sifat dasar ikatan-budaya teori ilmu sosial. Etnografi
mengatakan kepada semua peneliti perilaku manusia, “Sebelum anda
menerapkan teori anda pada orang yang anda pelajari, temukanlah
bagaimana orang itu mendefinisikan dunia”.
Etnografi dapat mendeskripsikan secara detail teori penduduk asli
yang telah diuji dalam situasi kehidupan aktual selama beberapa generasi.
Begitu kepribadian, masyarakat, individu dan lingkungan dipelajari dari
perspektif yang lain dari perspektif kebudayaan ilmiah profesional,maka
etnografer sampai pada sikap rendah hati epistemologis, mereka sadar
akan sifat sementara dari teori dan hal ini akan memungkinkan mereka
untuk memperbaiki teori itu agar tidak terlalu etnosentris.
3. Menemukan teory grounded
Banyak penelitian ilmu sosial diarahkan pada tugas menguji teori
formal. Salah satu alternatif bagi teori formal, dan strategi untuk
6|P enelitian Etnogr afi
menghilangkan etnosentrisme adalah dengan mengembangkan teori yang
didasarkan pada data empiris deskripsi kebudayaan. Glaser dan Strauss
(dalam Spradley, 1997:15) menyebut teori ini dengan teori grounded.
Etnografi menawarkan strategi yang baik sekali untuk menemukan
teori grounded. Sebagai contoh, etnografi mengenai anak dari lingkungan
kebudayaan minoritas di Amerika Serikat yang berhasil di sekolah, dapat
mengembangkan teori grounded mengenai penyelenggaraan sekolah. Studi
semacam itu mengungkapkan bahwa, anak itu bukanya mengalami
ketercerabutan budaya, sebaliknya mereka mengalami banjir budaya
(culturally overwhelmed), di mana keberhasilan mereka dalam sekolah
disebabkan oleh kemampuan dua-kebudayaan (bicultural)sekaligus.
Tetapi teori grounded dapat dikembangkan dalam bidang penting
pengalaman manusia yang mana pun. Teori kepribadian dapat diperkaya
dengan
menemukan
teori
rakyat
mengenai
kepribadian
yang
dikembangkan oleh masing-masing kebudayaan. Teori medis mengenai
kesehatan dan penyakit dapat diperkaya melalui etnografi yang cermat
terhadap teori pengobatan rakyat.Teori pengambilan keputusan dapat
diperkaya dengan mula-mula menemukan berbagai aturan budaya untuk
pengambilan keputusan dalam kebudayaan tertentu. Daftar ini dapat
menjadi sangat panjang karena hampir setiap bidang teori ilmu sosial
mempunyai padananannya dalam kebudayaan dunia.
4. Memahami masyarakat kompleks
Sampai sekarang ini, etnografi umumnya diturunkan ke berbagai
kebudayaan kecil, non-Barat. Nilai mempelajari masyarakat seperti ini
sudah dapat diterima bagaimanapun, etnografer tidak banyak tahu tentang
mereka. Peneliti tidak dapat melakukan survei untuk eksperimen, sehingga
etnografi dalam memahami kebudayaan sendiri (yang kompleks) sering
diabaikan.
Kebudayaan modern telah memberi mitos tentang masyarakat yang
kompleks-mitos tentang tempat bercampur. Ilmuwan sosial telah berbicara
tentang “kebudayaan Amerika“ seolah-olah kebudayaan itu mencakup
7|P enelitian Etnogr afi
serangkaian nilai yang dimiliki bersama oleh setiap orang. Semakin jelas
bahwa seseorang tidak mempunyai kebudayaan yang homogen, bahwa
orang yang hidup dalam masyarakat modern yang kompleks sebenarnya
hidup dengan berbagai macam aturan budaya yang berbeda. Hal ini tidak
hanya benar untuk kelompok etnik yang paling menonjol, tetapi masingmasing kelompok kerja menunjukkan berbagai perbedaan budaya.
Sekolah mempunyai sistem budaya sendiri dan bahkan dalam lembaga
yang sama orang melihat segala sesuatu dengan cara yang berbeda.
Misalnya, bahasa, nilai, gaya busana, serta berbagai aktivitas. Siswa
sekolah menengah atas berbeda dengan bahasa, nilai, gaya busana, serta
aktivitas para guru dan stafnya.
Perbedaan budaya mereka mencolok, meskipun sering diabaikan.
Sipir penjara dengan orang yang dipenjara, pasien dan dokter di rumah
sakit, orang tua dan berbagai kelompok keagamaan, semua mempunyai
perspektif budaya. Orang yang menderita cacat fisik hidup dalam dunia
yang berbeda dengan orang yang tidak cacat fisik, walaupun mereka
tinggal dalam satu kota. Begitu orang berpindah dari satu kondisi
kebudayaan ke kondisi kebudayaan lain dalam masyarakat yang kompleks,
maka mereka menggunakan aturan budaya yang berbeda. Etnografi
menawarkan salah satu cara terbaik untuk memahami gambaran kehidupan
modern yang kompleks ini. Etnogafi dapat menunjukkan berbagai
perbedaan budaya dan bagaimana orang dengan perspektif yang berbeda
dengan berinteraksi.
5. Memahami perilaku manusia
Tingkah laku manusia berbeda dengan tingkah laku binatang,
memiliki beragam makna bagi pelakunya. Makna ini dapat ditemukan.
Etnografer dapat menanyakan seseorang yang mengumpulkan kerang laut
mengenai pekerjaannya itu, apa yang dilakukannya, mengapa dia
melakukan hal itu. Penjelasan apapun mengenai tingkah laku yang
mengabaikan apa yang diketehui oleh pelaku, masih merupakan penjelasan
yang parsial. Alat etnografi menawarkan satu cara untuk membahas
8|P enelitian Etnogr afi
kenyatan makna ini. Oleh karena itu, salah satu tujuan etnografi adalah
memahami rumpun manusia.
D. JENIS-JENIS DESAIN ETNOGRAFI
Menurut Creswell (2012: 464) penelitian etnografi memiliki beragam
bentuk. Akan tetapi, jenis utama yang sering muncul dalam laporan-laporan
penelitian pendidikan adalah etnografi realis, studi kasus, dan etnografi kritis.
1. Etnografi Realis
Etnografi realis adalah pendekatan yang populer digunakan oleh para
antropolog budaya. Dijelaskan oleh Van Maanen dalam Creswell (2012:
464) etnografi merefleksikan sikap tertentu yang diambil oleh peneliti
terhadap individu yang sedang dipelajari. Etnografi realis adalah pandangan
obyektif terhadap situasi, biasanya ditulis dalam sudut pandang orang
ketiga, melaporkan secara obyektif mengenai informasi yang dipelajari dari
para obyek penelitian di lokasi (Creswell, 2012:464). Dalam etnografi realis
ini:
a.
Etnografer menceritakan penelitian dari sudut pandang orang ketiga,
laporan pengamatan partisipan, dan pandangan mereka. Etnografer
tidak menuliskan pendapat pribadinya dalam laporan penelitian dan
tetap berada di belakang layar sebagai reporter yang meliput tentang
fakta-fakta yang ada.
b.
Peneliti melaporkan data objektif dalam sebuah bentuk informasi yang
terukur, tidak terkontaminasi oleh bias, tujuan politik, dan penilaian
pribadi. Peneliti dapat menggambarkan kehidupan sehari-hari secara
detail antara orang-orang yang diteliti. Etnografer juga menggunakan
kategori standar untuk deskripsi budaya (misalnya kehidupan keluarga,
kehidupan kerja, jaringan sosial, dan sistem status).
c.
Etnografer menghasilkan pandangan partisipan melalui kutipan yang
diedit tanpa merubah makna dan memiliki kesimpulan berupa
interpretasi dan penyajian budaya (Van Maanen dalam Creswell, 2012:
464).
9|P enelitian Etnogr afi
2. Studi Kasus
Istilah studi kasus sering digunakan dalam hubungannya dengan
etnografi. Studi kasus merupakan salah satu bagian penting dari etnografi,
meskipun berbeda dari etnografi dalam beberapa hal tertentu. Peneliti studi
kasus terfokus pada program, kejadian, atau kegiatan yang melibatkan
individu dan bukan merupakan kelompok (Stake dalam Creswell, 2012:
465). Saat peneliti melakukan penelitian kelompok, mereka mungkin lebih
tertarik
dalam
menggambarkan
kegiatan
kelompok
bukannya
mengidentifikasi pola-pola perilaku yang ditunjukkan oleh kelompok. Para
etnografer bersama-sama melakukan pencarian yang berkembang sebagai
sebuah kelompok yang berinteraksi dari waktu ke waktu. Di awal
penelitiannya, peneliti cenderung mengidentifikasi tema budaya. Salah satu
perhatian utamanya adalah antropologi, namun mereka hanya terfokus pada
eksplorasi mendalam dari "kasus" yang sebenarnya (Yin dalam Creswell,
2012: 465).
Meskipun beberapa peneliti mengidentifikasi "kasus" sebagai objek
studi (Stake dalam Creswell,2012:465), yang lain menganggapnya sebagai
suatu prosedur penyelidikan (misalnya, Merriam, 1998). Studi kasus
merupakan eksplorasi mendalam tentang sistem terbatas (misalnya,
kegiatan, acara, proses, atau individu) berdasarkan pengumpulan data luas
(Creswell, 2007). Bounded berarti bahwa kasus tersebut terpisah dari hal-hal
lain dalam hal waktu, tempat, atau batas-batas fisik. Dengan demikian, hasil
penelitian yang diperoleh hanya berlaku bagi obyek yang diteliti dan tidak
dapat digeneralisasi pada obyek yang lain meskipun masih sejenis.Beberapa
hal yang menjadi pertimbangan dalam menentukan jenis kasus yang akan
dipelajari dalam penelitian kualitatif, antara lain:
a.
Apakah kasus tersebut dialami oleh satu individu, beberapa individu
secara terpisah atau dalam kelompok, program, kegiatan, atau kegiatan
(misalnya, guru, beberapa guru, atau penerapan program matematika
baru).
10 | P e n e l i t i a n E t n o g r a f i
b.
“Kasus” tersebut merupakan proses yang terdiri dari serangkaian
langkah-langkah (misalnya, proses kurikulum perguruan tinggi) yang
membentuk suatu urutan kegiatan.
c.
Sebuah kasus dipilih untuk diteliti karena itu sesuatu yang tidak biasa
dan memberi manfaat, berikut ini pembagiannya :
1) Kasus intrinsik (intrinsic case), apabila kasus yang dipelajari secara
mendalam mengandung hal-hal menarik untuk dipelajari berasal
dari kasus itu sendiri, atau dapat dikatakan mengandung minat
intrinsik.
2) Kasus instrumental (instrumental case), apabila kasus yang
dipelajari secara mendalam karena hasilnya akan dipergunakan
untuk memperbaiki atau menyempurnakan teori yang telah ada atau
untuk menyusun teori baru. Hal ini dapat dikatakan studi kasus
instrumental, minat untuk mempelajarinya berada di luar kasusnya
atau minat eksternal (external interest).
3) Kasus kolektif (collective case), adalah dimana beberapa kasus
dijelaskan dan dibandingkan dengan memberikan wawasan tentang
masalah. Sebuah studi kasus peneliti mungkin memeriksa beberapa
sekolah untuk menggambarkan pendekatan alternatif untuk pilihan
sekolah bagi siswa.
4) Peneliti berusaha untuk mengembangkan pemahaman mendalam
tentang kasus dengan mengumpulkan berbagai bentuk data (misal,
gambar,
kliping,
video,
dan
e-mail).
Penjelasan
tersebut
memberikan pemahaman yang mendalam tentang beberapa syarat
kasus yang baik untuk dipelajari, hal tersebut karena peneliti
memiliki keterbatasan waktu untuk mengabdikan serta menjelajahi
kedalaman sebuah kasus yang akan diteliti.
5) Peneliti juga memandang kasus dalam konteks lebih luas, seperti
geografi, politik, sosial, atau ekonomi (misal, konstelasi keluarga
yang terdiri dari kakek-nenek, saudara kandung, dan mengadopsi
anggota keluarga).
11 | P e n e l i t i a n E t n o g r a f i
3. Etnografi Kritik
Etnografi kritis adalah jenis penelitian etnografi di mana penulis tertarik
memperjuangkan
emansipasi
kelompok
yang
terpinggirkan
dalam
masyarakat (Thomas dalam Creswell, 2012: 467). Peneliti kritis biasanya
berfikir dan mencari melalui penelitian mereka, melakukan advokasi
terhadap ketimpangan dan dominasi (Carspecken & Apple dalam Creswell,
2012: 467). Sebagai contoh, ahli etnografi kritis meneliti sekolah yang
menyediakan fasilitas untuk siswa tertentu, menciptakan situasi yang tidak
adil di antara anggota kelas sosial yang berbeda, dan membiarkan
diskriminasi gender.
Komponen utama dari etnografi kritis adalah faktor-faktor seperti nilaisarat
orientasi,
memberdayakan
masyarakat
dengan
memberikan
kewenangan yang lebih, menantang status quo, dan kekhawatiran tentang
kekuasaan dan kontrol (Madison dalam Creswell, 2012: 467). Faktor-faktor
tersebut antara lain :
a. Menyelidiki
tentang
masalah
sosial
kekuasaan,
pemberdayaan,
ketidaksetaraan, ketidakadilan, dominasi, represi, hegemoni, dan korban.
b. Para peneliti melakukan etnografi kritis sehingga penelitian mereka tidak
semakin meminggirkan individu yang sedang dipelajari. Dengan
demikian, para penanya berkolaborasi, aktif
berpartisipasi, dan
bekerjasama dalam penulisan laporan akhir. Para peneliti etnografi kritis
diharapkan untuk berhati-hati dalam memasuki dan meninggalkan tempat
penelitian, serta memberikan feed back.
c. Para peneliti etnografi memberikan pemahaman secara sadar, mengakui
bahwa interpretasi mencerminkan sejarah dan budaya kita sendiri.
Interpretasi dapat hanya bersifat sementara dan tergantung bagaimana
partisipan akan melihatnya.
d. Peneliti kritis memposisikan diri dan sadar akan peran mereka dalam
penulisan laporan penelitian.
12 | P e n e l i t i a n E t n o g r a f i
e. Posisi ini tidak netral bagi peneliti kritis, hal ini berarti bahwa etnografi
kritis akan menjadi pembela perubahan untuk membantu mengubah
masyarakat kita sehingga tidak ada lagi yang tertindas dan terpinggirkan.
f. Pada akhirnya, laporan etnografi kritis akan menjadi berantakan,
multilevel,
multimetode
pendekatan
untuk
penyelidikan,
penuh
kontradiksi, tak terpikirkan, dan ketegangan (Denzin, dalam Creswell,
2012: 467).
E. KARAKTERISTIK PENELITIAN ETNOGRAFI
Menurut
Creswell
(2012:468)
beberapa
karakter
yang
bisa
menggambarkan penelititan etnografi, diantaranya yaitu tema budaya,
kelompok berbagi budaya, pola perilaku bersama, keyakinan dan bahasa,
penelitian lapangan, keterangan atau pengaturan, dan refleksi peneliti
1. Tema budaya
Etnografer biasanya mempelajari tema budaya yang berasal dari
antropologi budaya. Etnografer tidak berani meneliti sembarangan apa yang
mereka lihat. Sebaliknya, mereka tertarik menambah pengetahuan tentang
budaya dan mempelajari tema spesifik dari budaya tertentu.Tema budaya
dalam etnografi bersifat umum dan tidak dimaksudkan untuk mempersempit
penelitian, sebaliknya menjadi lensa yang memperluas pandangan peneliti
pada saat awal memasuki lapangan untuk mempelajari kelompok, dan
mereka mencari manifestasi dari hal tersebut.
Tema-tema
budaya
dapat ditemukan dari teks-teks pengantar
antropologi budaya (Wolcott dalam Creswell, 2012: 468), menemukan
melalui kamus konsep antropologi budaya dan pendekatan lain adalah untuk
menemukan tema budaya dalam studi etnografi dalam pendidikan. Biasanya
penulis mengumumkannya dalam judul atau pada awal laporan penelitian.
2. Kelompok budaya (culture sharing group)
Etnografer mempelajari kelompok budaya di satu lokasi. Dalam
mempelajari suatu kelompok, etnografer mengidentifikasi satu situs
(misalnya, ruang kelas SD), mencari kelompok di dalamnya (misalnya,
13 | P e n e l i t i a n E t n o g r a f i
kelompok membaca), dan mengumpulkan data tentang kelompok (misalnya,
mengamati saat kegiatan membaca). Ini membedakan etnografi dari bentukbentuk penelitian kualitatif lainnya (misalnya, penelitian narasi) yang
berfokus pada individu, bukan kelompok. Sebuah kelompok budaya dalam
etnografi adalah dua atau lebih individu yang telah berbagi perilaku,
keyakinan, dan bahasa.
Kelompok-kelompok seperti ini biasanya memiliki karakteristik
tertentu. Sebuah kelompok dapat bervariasi dalam ukuran, tetapi individuindividu dalam kelompok perlu bertemu secara teratur dan berinteraksi
selama periode waktu (misalnya, 2 minggu sampai 4 bulan) untuk
mengembangkan pola-pola berperilaku, berpikir, atau berbicara. .Kelompok
ini sering mewakili kelompok yang lebih besar, seperti kelompok membaca
dalam kelas kelas tiga.
Seringkali, ahli etnografi mempelajari kelompok yang asing bagi
mereka untuk bisa melihat mereka dalam cara yang “segar” dan berbeda,
seolah-olah mereka sangat luar biasa dan unik" (LeCompte dkk, dalam
Creswell, 2012:469).
3. Kepemilikan bersama atas pola-pola tingkah laku, keyakinan, dan
bahasa
Etnografer mencari pola tingkah laku, keyakinan, dan bahasa dari suatu
kelompok yang telah mengadopsi suatu budaya dari waktu ke waktu.
Tujuan untuk menemukan pola-pola tingkah laku, keyakinan, dan bahasa
yang dimiliki bersama ini mengimplikasikan dua poin penting. Pertama,
kelompok yang diteliti harus memiliki/menganut pola-pola bersama yang
dapat dideteksi oleh peneliti. Kedua, setiap anggota kelompok yang diteliti
sama-sama mengadopsi setiap tingkah laku, keyakinan, dan bahasa maupun
kombinasi ketiga unsur itu. Pola tersebut dalam etnografi terdiri atas
interaksi sosial yang cenderung tetap sebagai aturan yang dipahami dan
merupakan tujuan bersama, dan salah satu dari kombinasi dari tingkah laku,
keyakinan, dan bahasa.
14 | P e n e l i t i a n E t n o g r a f i
4. Penelitian lapangan (fieldwork)
Etnografer mengumpulkan data dengan menghabiskan waktu di tempat
di mana mereka tinggal, bekerja, atau bermain. Untuk memahami pola
terbaik dari suatu kelompok budaya, etnografer menghabiskan waktu yang
cukup lama dengan kelompok tersebut. Pola-pola tersebut tidak dapat
dengan mudah dilihat melalui kuesioner atau dengan pertemuan singkat.
Sebaliknya, etnografer pergi "ke lapangan," tinggal bersama atau sering
mengunjungi orang-orang yang sedang dipelajari, dan perlahan-lahan
belajar cara-cara budaya di mana kelompok berperilaku atau berpikir.
“Lapangan” (field) dalam etnografi berarti bahwa peneliti mengumpulkan
data dalam lingkungan di mana partisipan berada dan di mana pola-pola
budaya dapat dipelajari. Data-data yang dikumpulkan etnografer dibedakan
ke dalam tiga jenis, yaitu:
a.
Data emic
Informasi yang diberikan langsung oleh para partisipan. Data ini
sering disebut sebagai konsep-konsep tingkat pertama, yang berbentuk
bahasa
lokal,
pemikiran-pemikiran,
dimiliki/digunakan
secara
cara-cara
bersama-sama
oleh
berekspresi
para
yang
partisipan
(Schwandt dalam Creswell, 2012:471)
b.
Data etic
Informasi berbentuk interpretasi peneliti yang dibuat sesuai dengan
perspektif para partisipan. Data ini sering disebut sebagai konsepkonsep tingkat kedua, yaitu ungkapan-ungkapan atau terminologi yang
dibuat peneliti untuk menyatakan fenomena yang sama dengan yang
diungkapkan para partisipan (Schwandt dalam Creswell, 2012:471).
c.
Data negosiasi
Informasi yang disetujui bersama oleh para partisipan dan peneliti
untuk digunakan dalam penelitian. Negoisasi dapat terjadi dalam
tahapan yang berbeda-beda selama pelaksanaan penelitian, seperti saat
menyetujui prosedur memasuki lokasi penelitian, saling menghormati,
dan mengembangkan rencana untuk memberikan informasi kembali.
15 | P e n e l i t i a n E t n o g r a f i
d.
Selama berlangsungnya penelitian lapangan, etnografer menggunakan
berbagai teknik untuk mengumpulkan data. Tabel 14.3, yang
merupakan daftar komposit dari LeCompte dan Schensul (1999) dan
Wolcott (2008), menampilkan bentuk pengumpulan data kualitatif dan
kuantitatif. Teknik observasi dan wawancara terstruktur populer di
kalangan ahli etnografi.
5. Deskripsi, Tema, dan Interpretasi
Peneliti etnografi mendeskripsikan dan menganalisis kelompok budaya
dan membuat interpretasi tentang pola dari segala yang dilihat dan didengar.
Selama pengumpulan data, etnografer mulai membentuk sebuah penelitian.
Kegiatan ini terdiri dari menganalisis data untuk deskripsi dari individu dan
tempat kelompok budaya, menganalisa pola perilaku, keyakinan, dan
bahasa, dan mencapai beberapa kesimpulan tentang makna dari mempelajari
orang-orang dan lokasi/tempat (Wolcott, dalam Creswell, 2012:472).
Dalam etnografi deskripsi diartikan sebagai uraian terperinci tentang
individu-individu
atau
lapangan
penelitian
yang
digunakan
untuk
menggambarkan fenomena yang terjadi pada kelompok yang diteliti.
Deskripsi tersebut harus terperinci dan menyeluruh. Deskripsi harus mampu
menggugah seluruh indera pembaca sehingga mereka merasa seolaholah hadir di lapangan penelitian dan berinteraksi dengan parapartisipan.
Perbedaan antara deskripsi dan tema kadang kadang sulit dibuat. Yang
dapat dijadikan untuk menentukan tema adalah bahwa tema dihasilkan dari
interpretasi atas fakta-fakta tentang orang dan aktivitas. Fungsi tema adalah
untuk membuat informasi atau fakta bermakna. Dalam etnografi, tema-tema
yang dihasilkan selalu mengungkapkan pola-pola tingkah laku, pikiran, atau
bahasa yang dimiliki secara bersama-sama oleh para partisipan
Interpretasi dalam etnografi yaitu etnografer menarik kesimpulan
tentang apa yang telah dipelajari. Fase analisis adalah yang paling subjektif.
Peneliti terkait dengan diskripsi dan tema dari apa yang telah dipelajari,
yang sering merefleksikan beberapa kombinasi dari peneliti untuk membuat
penilaian pribadi, kembali ke literatur tentang tema budaya, dan
16 | P e n e l i t i a n E t n o g r a f i
menimbulkan pertanyaan lebih lanjut berdasarkan data . Hal ini juga
mungkin termasuk dalam hal menangani masalah yang muncul selama kerja
lapangan yang membuat hipotesa sementara.
6. Konteks atau Pengaturan
Peneliti menyajikan deskripsi, tema, dan interpretasi dalam konteks atau
dari kelompok budaya. Konteks dalam etnografi adalah pengaturan, situasi,
atau lingkungan yang mengelilingi kelompok/budaya yang dipelajari. Hal
ini berlapis-lapis dan saling terkait, yang terdiri dari faktor-faktor seperti
sejarah, agama, budaya, politik, ekonomi, dan lingkungan (Fetterman dalam
Creswell, 2012: 473). Konteks juga bisa berupa lokasi fisik (seperti sebuah
sekolah, keadaan gedung, warna dinding kelas, atau suara yang ada), sejarah
seperti pengalaman yang berkesan, kondisi kepribadian seseorang, dan
kondisi
sosial
individu
seperti
profesi,
pendapatan,
mobilitas
geografis.Kondisi ekonomi juga dapat mencakup tingkat pendapatan, kelas
pekerja, atau sistem pendanaan seseorang.
7. Refleksi Peneliti
Dalam etnografi, refleksivitas merujuk pada kesadaran dan keterbukaan
peneliti untuk membahas bagaimana dia dapat menjalankan perannya sambil
tetap menghargai dan menghormati lapangan dan para partisipan. Karena
penelitian etnografi menuntut peneliti tinggal dalam jangka waktu yang
relatif lama di lapangan, peneliti harus memikirkan dampaknya terhadap
lapangan dan para partisipan. Itulah sebabnya mengapa peneliti harus
bernegoisasi dengan orang-orang penting di lapangan ketika akan memasuki
lapangan itu. Dalam penulisan laporan, peneliti juga menyadari bahwa
interpretasi yang dibuatnya dipengaruhi oleh latar belakang budayanya
sendiri sehingga interpretasi dan kesimpulannya bersifat tentatif sehingga
tetap terbuka untuk didiskusikan kembali. Oleh karena itu, dalam laporan itu
peneliti perlu menunjukkan posisi dan sudut pandang yang digunakannya
dalam menginterpretasi (Denzin, dalam Creswell 2012:474). Menjadi
reflektif juga berarti bahwa kesimpulan penulis bersifat tentatif (sementara)
tidak meyakinkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan baru. Penelitian
17 | P e n e l i t i a n E t n o g r a f i
ini mungkin diakhiri dengan pertanyaan-pertanyaan yang meminta jawaban
atau
beberapa
pandangan
dari
sudut
pandang
pembaca
untuk
mempertimbangkannya.
Sedangkan menurut Nobuo Shimahara (dalam Gall dkk, 2003:486)
mengidentifikasi tiga karakteristik utama dari penelitian etnografi, yaitu:
a. Fokus dalam menemukan pola budaya dalam perilaku manusia
b. Fokus pada perpektif emic dari partisipan/budaya
c. Fokus mempelajari setting alami di mana budaya diwujudkan
F. MASALAH
ETIKA
DALAM
MELAKSANAAN
PENELITIAN
ETNOGRAFI
Masalah etika dalam etnografi muncul terutama ketika peneliti melakukan
kerja lapangan yaitu saat peneliti mengumpulkan data. Madison (dalam
Creswell, 2012: 474) mengingatkan peneliti dengan sebuah pertanyaan “apa
implikasi moral dan etika saat melakukan penelitian lapangan?”. Etika dalam
etnografi terkait tantangan-tantangan di lapangan yang memerlukan negosiasi
bagaimana untuk mendapatkan akses ke orang-orang dan tempat yang akan
dipelajari, berapa lama akan bertempat tinggal, apakah rekaman pembicaraan
sehari-hari atau pembicaraan wawancara yang diambil, dan bagaimana cara
berinteraksi dengan saling menghormati (Ryen dalam Creswell, 2012: 474).
Menurut Madison (dalam Creswell, 2012:474) etika dalam penelitian
etnografi antara lain yaitu:
1. Etnografer harus terbuka dan transparan tentang pengumpulan data. Harus
menyampaikan
tentang
tujuan
penelitian,
dampak
yang
mungkin
ditimbulkan, sumber-sumber pendanaan.
2. Peneliti harus mempelajari orang-orang atau tempat-tempat dengan rasa
hormat, menghindarkan dari bahaya, menjaga martabat mereka, dan
memastikan privasi mereka terjaga.
3. Peneliti dan peserta perlu menegosiasikan batas yang berkaitan dengan
faktor-faktor ini.
18 | P e n e l i t i a n E t n o g r a f i
4. Peneliti etnografi juga mempunyai tanggung jawab terhadap komunitas
ilmiah, seperti tidak menipu salah satu peserta atau pembaca (misalnya
memanipulasi data, mengarang bukti, memalsukan, menjiplak) atau tidak
melaporkan kesalahan.
5. Penelitian harus dilakukan dengan rasa hormat agar peneliti lain tidak
dilarang memasuki lingkungan kelompok tersebut di masa yang akan
datang.
6. Peneliti harus memberikan umpan balik dan memberikan imbalan kepada
mereka yang diteliti yang adil dan mungkin memberikan sesuatu yang
sedang dibutuhkan
7. Peneliti juga harus menyadari potensi dampak negatif dari presentasi dan
publikasi mereka yang mungkin ada pada populasi yang diteliti.
G. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN PENELITIAN ETNOGRAFI
1. Kelebihan
Salah satuaspek yang paling berharga yang dihasilkan dari penelitian
etnografi adalah kedalamannya.
Karena peneliti berada untuk waktu yang lama, peneliti melihat apa
yang dilakukan orang serta apa yang mereka katakan. Peneliti dapat
memperoleh pemahaman yang mendalam tentang orang-orang, organisasi,
dan konteks yang lebih luas. Peneliti lapangan mengembangkan keakraban
yang intim dengan dilema, frustrasi, rutinitas, hubungan, dan risiko yang
merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Kekuatan yang mendalam
dari etnografi adalah yang paling “mendalam” atau “intensif”. Dari
pengetahuan tentang apa yang terjadi di lapangan dapat memberikan
informasi penting untuk perumusan asumsi penelitian. Secara asingkat
keuntungan pengunaan penelitian etnografi dijelaskan di bawah ini, sebagai
beriku:
a. Mengasilkan pemahaman yang mendalam. Karena yang dicari dalam
penelitian ini
bukan hal yang tampak, melainkan yang terkandung
dalam hal yang Nampak tersebut
19 | P e n e l i t i a n E t n o g r a f i
b. Mendapatkan atau memperoleh data dari sumber utama yang berarti
memiliki tingkat falidasi yang tinggi.
c. Mengasilkan deskripsi yang kaya, penjelasan yang spesifik dan rinci.
d. Peneliti berinteraksi langsung dengan masyarakat sosial yang akan
diteliti.
e. Membatu
kemapuan
beinteraksi
karena
menutu
kemampuan
bersosialisasi dalam budaya yang ia coba untuk dijelaskan.
2. Kelemahan
Salah satu kelemahan utama penelitian etnografi adalah bahwa
dibutuhkan lebih lama dari pada bentuk penelitian lainnya. Tidak hanya
membutuhkan waktu lama untuk melakukan kerja lapangan, tetapi juga
memakan waktu lama untuk menganalisis materi yang diperoleh dari
penelitian. Bagi kebanyakan orang, ini berarti tambahan
Kelemahan lain dari
penelitian etnografi
adalah
waktu.
bahwa lingkup
penelitiannya tidak luas. Etnografi sebuah studi biasanya hanya satu
organisasi budaya. Bahkan keterbatasan ini adalah kritik umum dari
penelitian etnografi, penelitian ini hanya mengarah kepengetahuan yang
mendalam konteks dan situasi tertentu. Secara singkat kelemahan
pengunaan penelitian etnografi dijelaskan di bawah ini, sebagai beriku:
a. Menurut seorang peneliti yang memiliki latar belakang pengetahuan
yang kuat, mengetahui dengan jelas subyek yang akan diteliti atau
dipelajari.
b. Perspektif pengkajian kemungkinan dipengaruhi oleh kecenderungan
budaya peneliti.
c. Membutuhkan jangka waktu yang panjang untuk mengumpulkan data
dan mengelola data.
d. Pengaruh budaya yang diteliti dapat mepengaruhi psikologis peneliti,
ketika peneliti kembali kebudaya asalnya.
e. Peneliti
yang
tidak
memiliki
kemapuan
sosialisasi,
terdapat
kemungkinan penolakan, dari masyarakat yang akan diteliti.
20 | P e n e l i t i a n E t n o g r a f i
H. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN ETNOGRAFI
Seperti penelitian kualitatif yang lain, Langkah-langkah penelitian
etnografi bisa dilihat secara umum sebagai berikut:
Identifikasi dan Pemilihan
Suatu masalah serta
penentuan focus etnografi
1
Menulis Etnografi
6
Analisis dan model
interaksi
2
Mendesain Setting dan
Kegiatan Etnografi
5
3
Pengumpulan
Data
4
Membuat Catatan Mendetail
Gambar 1. Langkah-langkah umum Penelitian Etnogafi
Penelitian pada awal kegiatannya perlu terlebih dahulu melakukan
identifikasi dan pemilihan masalah serta focus penelitian yang dapat
diungkapkan melalui penelitian etnografi. Dalam pemilihan masalah perlu
dipertimbangkan dengan matang bahan penelitian akan mendiskripsikan orang
atau
sekelompok
orang
serta
interaksi
mereka
dalam
budayanya.
Pendeskripsian bukanlah penggambaran dari jauh, melainkan dari dekat,
menyajikan pandangan hidup informan/subjek, cara mereka memandang
kehidupannya cara mereka memandang perilakunya dalam keseharian, atau
21 | P e n e l i t i a n E t n o g r a f i
cara mereka memandang kehidupannya, cara mereka memandang perilakunya
dalam keseharian, atau cara mereka berinteraksi antara satu dengan yang lain
dalam budayanya. Dilanjutkan dengan mendisain setting, kegiatan dan
pertanyaan etnografi, yang akan berkembang selama di lapangan. Baru
kemudian mengumpulkan data, dan membuat catatan lengkap etnografi,
menganalisis data dan model interaksi serta pada akhirnya menulis laporan
etnografi.oleh
karena
itu,
prosedur
penelitian
etnografi
hendaklah
menampilkan deskripsi yang mendetail tentang tema atau perspektif yang
bersumber dari fenomena dan interaksi individu atau kelompok dalam
budayanya. Demikian juga dengan interprestasinya oleh karena itu, baik tema
maupun interprestasi dideskripsikan secara mendalam dan mendetail, dalam
konteks yang sesungguhnya, terfokus pada makna sosiologis dan antropologis
diri individu dan social-budayanya. Sampel yang digunakan kecil, dan dapat
dengan menggunakan teknikconvinience sampling atau snowball sampling.
Pertanyaan penelitian disiapkan terlebih dahulu atau berupa ide besar dalam
kepala peneliti, mungkin juga tidak ada sama sekali, yang sering terjadi,
pertanyaan yang telah disiapkan atau ide yang sudah ada berubah dan
dimodifikasi serta sesuai dengan kondisi lapangan.
Secara spesifik Sekuen Penelitian Maju Bertahap (Developmental
Research Sequence) etnografi yang dikembangkan Spradley (1979) sebagai
berikut:
1.
Menetapkan Informan
Banyak orang yang dapat dijadikan informan, namun tidak semuanya
dapat menjadi informan yang baik. Oleh sebab itu, peneliti perlu
menentukan informan kunci terlebih dahulu sesuai focus penelitian yang
telah direncanakan, yaitu individu yang mapu memberikan informasi yang
tepat dan benar serta produktif. Suatu hal yang perlu diingat, bahwa
hubungan yang harmonis, supel, dan setara dengan informan akan
membantu kegiatan pada langkah selanjutnya.
2.
Melakukan Wawancara terhadap informan
22 | P e n e l i t i a n E t n o g r a f i
Dalam hal melakukan wawancara terhadap informan ini perlu
disiapkan dengan baik, sebab pola wawancara akan menentukan
keterungkapan informasi yang khas sesuai dengan kondisi masing-masing
informan, tempat, dan kegiatan. Semua peristiwa percakapan mempunyai
aturan budaya sejak memuali, selama percakapan, maupun dalam
mengakhiri percakapan/ wawancara.
3. Membuat Catatan Etnografi
Sebelum Melakukan kontak dengan informan, peneliti telah
mempunyai pengamatan tentang informan. Catatlah informasi itu dengan
baik yang memberikan makna penting pada penulis etnografis. Hal itu
akan diwarnai oleh bahasa yang digunakan peneliti dan bahasa informan
sendiri. Kemudian dilanjutkan dengan membuat catatan secara harfiah apa
yang dikatakan informan dan masyarakat. Sebaiknya gunakan alat
perekam, namun perlu kehati-hatian dalam penggunaan deskriptif.
4. Mengajukan Pertanyaan Deskriptif
Tujuan melakukan wawancara etnografis dengan mengajukan
berbagai pertanyaan deskroptif untuk memperoleh nformasi, sejalan
dengan itu juga untuk mengembang hubungan antara peneliti dan
informan. Oleh karena itu, bangunlah hubungan yang harmonis dengan
informan dan pada saatnya informan akan menggelinding pula secara
bebas. Dengan kata lain, pengajuan pertanyaan deskriptif hendaklah
berawal dari diri informan sendiri. Sebagai pijakan untuk peneliti dapat
membuat pertanyaan dari jawaban informan, pada saat informan berbicara
sesame mereka.
5. Melakukan Analisis Wawancara etnografi
Seperti disinggung sebelumnya, dalam penelitian kualitatif tidak ada
yang final sejak awalnya, walaupun data itu dikumpulkan sebelumnya
melalui wawancara, dianalisis dengan baik. Berdasarkan hasil analisis
awal itu dilanjutkan dengan wawancara berikutnya, dan seterusnya
6. Membuat Analisis Domain
23 | P e n e l i t i a n E t n o g r a f i
Domain merupakan unit analisis pertama dan terpenting dalam
penelitian etnografi. Andai kata unit analisis pertama (analisis domain)
kurang tepat, maka hasil tersebut akan member dampak yang kurang baik
pula terhadap kegiatan yang diambil pada langkah-langkah berikutnya.
Analisis domain merupakan penyelidikan terhadap unit-unit pengetahuan
budaya yang lebih besar dan ditujukan untuk mendapatkan gambaran
umum dan menyeluruh dari objek penelitian etnografi. Analisis domain
merupakan pencarian makna budaya, sedangkan makna budaya diciptakan
dengan menggunakan symbol (termasuk bahasa sebagai symbol), dan
symbol digunakan dalam wawancara informan dengan peneliti.
7. Mengajukan pertanyaan Struktural
Alur kegiatan selanjutnya
dalam
penelitian etnografi adalah
mengajukan pertanyaan structural. Hal ini dimaksudkan untuk menguji
kategori domain sertamenemukan istilah-istilah tercakup (included term)
yang lain.
8. Membuat Analisis taksonomi
Membuat analisis taksonomi dilakukan dengan menjabarkan domain
yang dipilih menjadi lebiih perinci, untuk mengetahui struktur internal
yang terdapat dari domain itu. Analisis taksonomi mendorong penemuan
subset dan hubungan di antara subset tersebut.
9. Mengajukan Pertanyaan Kontras
Pertanyaan kontras dalam penelitian etnografi dimaksudkan untuk
memperoleh perbedaan di antara berbagai istilah asli dari orang yang
diteliti dan juga untuk mendapatkan berbagai hubungan yang tersebunyi di
antara berbagai istilah asli dari orang diteliti yang telah dikumpulkan.
Pertanyaan kontras ini banyak bentuknya. Antara lain pertanyaan kontras
pembuktian perbedaa, pertanyaan perbedaan langsung, pertanyaan
perbedaan diadik, pertanyaan perbedaan triadic, pertanyaan yang memiliki
rangkaian kontras, permainan dua puluh pertanyaan, dan pertanyaan
rating.
10. Membuat Analisis Komponensial
24 | P e n e l i t i a n E t n o g r a f i
Analisis komponensial merupakan pencarian sistematis berbagai
atribut komponensial, budaya yang berhubungan dengan symbol budaya,
atau dapat juga dimaknai sebagai suatu cara mencari cirri-ciri spesifik
pada setiap struktur internal dengan cara mengontraskan antar-elemen
11. Menemukan Tema Budaya
Menemukan tema budaya tidaklah dapat dipisahkan dar kegiatan yang
dilakukan peneliti sebelumnya. Morris Opler merumuskan tema budaya
sebagai suatu postulat atau proposisi yang dinyatakan secara langsung atau
tidak langsung , dan biasanya mengontrol tingkah laku atau menstimulasi
aktivitas yang disetujui secara diam-diam atau didukung secara terbuka
dalam suatu masyarakat (dalam spradley, 1979), sedangkan spadley
menggunakan batasan konsep terhadap tema budaya adalah prinsip-prinsip
kognitif yang bersifat tersirat maupun tersurat, berulang dalam sejumlah
domain dan berperan sebagai suatu hubungan diantara berbagai subsistem
makna budaya. Oleh karena itu, tema budaya merupakan unsure dalam
peta kognitif yang menghubungkan berbagai subsistem yang membentuk
suatu kebudayaan.
Menemukan tema budaya dilakukan dengan melebur diri (peneliti)
berjam-jam mendengarkan informan sampai selesai dan membuat
inventarisasi daftar domain budaya yang terindentifikasi maupun yang
tidak teridentifikasikan, melakukan analisis komponensial, mencari
kemiripan di antara berbagai kontras, mencari dan mengidentifikasi
domain yang mengatur serta secara tema-tema universal.
12. Menulis Etnografi
Penulisan etnografi sebagai produk suati penelitian pada prinsipnya
adalah mengomunikasikan makna kepada pembaca. Untuk itu penulis
harus menark perhatian pembaca dengan tidak mengabaikan makna
temuan yang terdapat dalam keseluruhan struktur suatu kebudayaan.
25 | P e n e l i t i a n E t n o g r a f i
DAFTAR PUSTAKA
Ary, Donald., Jacobs, Lucy Cheser., Razavieh, Asghar. (2010). Introduction to
Research in Education 8th edition. Wardswoth Cengage Learning. Canada: Nelson
Education ltd
Cresswell, Jhon W., (2012). Eduactional Research: Planning, Conducting, and
Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Ney Jersey: Person Education,
Inc.
Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif : Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers
Emzir. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta:
Rajawali Pers
Gall, M.D., Gall, J.P. and Borg, W.R. (2003) Educational Research: An Introduction,
Seventh Edition. New York: Pearson education Inc
Muri, Yusuf. (2014). Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian
Gabungan.Jakarta: Prenamedia Group
Sarosa, Samiaji. (2012). Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. Jakarta: PT Indeks
Spradley, J.P. (2007). Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana
26 | P e n e l i t i a n E t n o g r a f i