Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2019
Berbagai kendala muncul terkait implementasi Gerakan Literasi Sekolah. Banyak siswa mengeluhkan ketidakdisiplinannya pelaksanaan program ini, buku yang disediakan sekolah kurang variatif, ataupun beberapa hal lainnya. Sekolah memiliki peran penting untuk memaksimalkan gerakan ini. Pihak sekolah harus aktif memastikan keberlangsungan program-program Gerakan Literasi Sekolah, melaksanakan monitoring dan evaluasi internal, berupaya membangun jejaring dengan pihak eksternal termasuk pelibatan publik dalam menggalang pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah. Kendala yang ada tentu dapat ditanggulangi dengan membuka pikiran peserta didik tentang pentingnya keterampilan membaca, para penanggung jawab Gerakan Literasi Sekolah mencerminkan sikap pegiat literasi secara aktif, dan tersedianya buku bacaan yang sesuai dengan umur peserta didik sebagai jargon penarik perhatian peserta didik untuk tertarik membaca. Lewat budaya Gerakan Literasi Sekolah, penanggung jawabnya mampu meningkatkan minat baca yang pada akhirnya mampu membentuk kelompok melek aksara, atau habitus literasi di sekolah.
Lingkaran
PRAKTIK BAIK GERAKAN LITERASI SEKOLAH2019 •
Buku Antologi karya siswa, mahasiswa guru, dosen serta para pegiat literasi mengenai PRAKTIK BAIK GERAKAN LITERASI SEKOLAH (GLS)
Yayasan Darul Falah Mojokerto
GERAKAN LITERASI SEKOLAH2024 •
Buku ini kami beri judul "Gerakan Literasi Sekolah," adalah sebuah langkah maju dalam membentuk generasi yang memiliki daya membaca dan menulis yang kuat, serta memahami betapa pentingnya literasi dalam mengukir masa depan. Gerakan literasi sekolah bukan hanya sekadar suatu tren, melainkan sebuah kebutuhan mendesak dalam merespons dinamika zaman. Di tengah arus informasi yang semakin melimpah, kemampuan literasi menjadi kunci utama untuk membuka pintu akses terhadap ilmu pengetahuan, mengasah kreativitas, dan membentuk pemikiran kritis. Gerakan ini menjadi panggilan untuk semua pihak terlibat dalam dunia pendidikan, baik guru, siswa, orang tua, maupun pemangku kebijakan, untuk bersama-sama mewujudkan visi literasi yang holistik.
Jurnal Al-Bidayah
GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI SEKOLAH ISLAM (Sebuah Analisis Implementasi GLS di MI Muhammadiyah Gunungkidul2018 •
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di sekolah Islam, kesadaran civitas akademik dalam budaya literasi, faktor pendukung dan penghambat implementasi GLS dan analisa tentang implementasi di sekolah Islam. Adapun penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah warga sekolah dan objek dalam penelitian adalah segala hal yang menyangkut implementasi program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di MI Muhammadiyah di Gunungkidul. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa ada kesadaran bersama warga sekolah dalam menggerakkan program GLS dan terdapat beberapa strategi dalam pengimplementasian program GLS. Faktor pendukung program GLS di sekolah ini salah satunya adalah kesadaran yang tinggi, komunikasi yang baik antara sekolah dengan orang tua dan banyak strategi yang dilakukan. Sedangkan faktor penghambat salah satunya adalah fasilitas sangat minim dan belum ada dukungan yang maksimal dari pemerintah. Dalam konteks agama, semestinya umat Islam harus menjalankan budaya literasi karena hal itu sebagai ajaran pertama dalam Al-Qur'an. Tantangan ke depan, anak-anak harus memiliki kesadaran untuk meningkatkan kualitas literasi. Saat ini, kualitas bacaan masyarakat secara tekstual melalui buku semakin rendah, maka perlu keseimbangan dalam memahami fenomena tersebut. Perlu juga sebuah 'revolusi' dalam merubah pola pikir masyarakat dalam berliterasi.
2018 •
The purpose of this study is to describe the implementation of Gerakan Literasi Sekolah (GLS) or the School Literacy Movement program through Indonesian language learning by utilizing the potentials of local culture. This study uses a descriptive qualitative approach. The data collection techniques are observation and interview. Based on the results of this study, it can be described that from the 5 steps in the stage of habituation of the school literacy movement, not all of those steps have not been maximally done, i.e. first, the school has not accustomed the students to read 15 minutes before the lesson begins, but it is only done in 5 minutes. Second, the implementation of the school literacy movement is merely concerned to activities in the classroom. Third, the surrounding environment has not fully supported the existence of this school literacy movement program therefore the environment does not provide various texts as the reading sources. Fourth, the selection of reading books depends only on textbooks and the fifth, public involvement has not been maximally carried out to support the school literacy movement program. Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan program gerakan literasi sekolah melalui pelajaran bahasa indonesia dengan pemanfaatan potensi budaya lokal. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data yaitu observasi dan wawancara. Hasil penelitian ini dapat dideskripsikan bahwasanya dari 5 langkah pada tahapan pembiasaan gerakan literasi sekolah, belum semua langkah-langkah dapat dilakukan secara maximal yakni sekolah belum melakukan pembiasaan pada siswa untuk membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai, tetapi hanya 5 menit. Kedua, pelaksanaan gerakan literasi sekolah hanya terbatas pada kegiatan di dalam kelas. Ketiga, lingkungan sekitar belum mendukung sepenuhnya adanya program gerakan literasi sekolah ini sehingga lingkungan tidak menyediakan aneka teks sebagai sumber bacaan. Keempat, pemilihan buku bacaan hanya melalui buku teks pelajaran dan kelima pelibatan publik belum dilakukan secara maksimal untuk mendukung adanya program gerakan literasi sekolah.
Abstrak. Artikel ini bertujuan untuk mendalami pelaksanaan program gerakan literasi sekolah (GLS) di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Gugus Sungai Miai Banjarmasin. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian bertempat di SDN Sungai Miai 5, SDN Sungai Miai 7, dan SDN Surgi Mufti 4 Banjarmasin. Subjek penelitian adalah Kepala Sekolah, Guru, dan Peserta Didik. Instrumen penelitian yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pelaksanaan program gerakan literasi sekolah di SDN Gugus Sungai Miai Banjarmasin berada pada tahap pembiasaan. Upaya-upaya yang dilakukan sekolah dalam melaksanakan program gerakan literasi sekolah adalah: (1) menambah buku pengayaan, (2) mendekatkan buku ke peserta didik dengan cara membuat area baca dan lingkungan yang kaya akan teks, (3) melaksanakan berbagai bentuk kegiatan literasi, dan (4) melibatkan publik dalam pelaksanaan gerakan literasi.Adapun kendala yang dihadapi sekolah dalam pelaksanaan GLS adalalah: (1) rendahnya kesadaran guru, (2) buku pengayaan yang sesuai dengan kebutuhan anak sulit ditemukan, (3) guru malas membaca, (4) guru tidak memahami penerapan gerakan literasi, dan (5) sekolah kekurangan dana. Dengan demikian, implementasi program GLS di SDN Gugus Sungai Miai Banjarmasin perlu ditingkatkan ke tahap pengembangan dengan melibatkan berbagai pihak. Abstract. This article aims to deepen the implementation of the school literacy movement (SLM)program at Public Elementary School of the Gugus Sungai Miai Banjarmasin. The type of this research is qualitative descriptive. The research location is at SDN Sungai Miai 5, SDN Sungai Miai 7, and SDN Surgi Mufti 4 Banjarmasin. Research subjects are Principal, Teacher, and Student. The instrument are interviews, observation, and documentation. The results showed that: the implementation of SLM program at SDN Gugus Sungai Miai Banjarmasin is at habituationstage. Efforts of schools in implementing the SLM are: (1) adding enrichment books, (2) bringing books closer to learners by making the reading areas and environment rich in text, (3) implementing various of literacy activities, and (4) involve the public in the implementation of SLM. The obstacles faced by schools in the implementation of the SLM are: (1) the low level of teachers' awareness, (2) the appropriate reading books is difficult to find, (3) the teacher is lazy to read, (4) the teacher does not understand the application of literacy movement, and (5) schools are under-funded. Thus, the implementation of the SLM program at SDN Gugus Sungai Miai Banjarmasin needs to be upgraded to the development stage by involving various parties.
Seminar nasional pendidikan dasar
MEMBANGUN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI GERAKAN LITERASI SEKOLAH2018 •
Abstrak Saat ini di tingkat sekolah dasar banyak terjadi degradasi karakter. Degradasi tersebut muncul dengan ditandainya berbagai konflik yang muncul antar siswa. Generasi muda ini tentu tidak akan berbuat hal yang negatif tanpa adanya role model yang mereka tonton dan tiru. Agar siswa tidak mengadopsi hal negatif lalu berdampak pada karakternya, maka perlu adanya usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga nantinya mereka dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap lingkungan. Usaha ini adalah dengan menerapkan Gerakan Literasi Sekolah. Implementasi gerakan literasi di sekolah adalah meliputi tahap pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran. Setiap guru dapat mengajak peserta didik membaca, menulis, menyimak, dan mengomunikasikan secara teliti, cermat, dan tepat tentang suatu tema atau topik yang ada di buku. Gerakan literasi ini didukung oleh pemerintah dalam rangka untuk membangun, memperbaiki karakter dan memberikan dampak positif terhadap generasi bangsa. Melalui pendidikan karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan diharapkan degradasi karakter atau moral anak bangsa di masa yang akan datang tidak akan terjadi dan akan terlahir generasi bangsa dengan ketinggian budi pekerti dan karakter. Kata Kunci: Pendidikan karakter, gerakan literasi sekolah
Petrus Suparyanto, FIC
GERAK BUDAYA LITERASI MENUJU PENDIDIKAN MERDEKA2021 •
Pendidikan di Nusantara, jauh hari sebelum negara-negara kolonial menduduki Indonesia, budaya literasi telah berkembang di pusatpusat pemerintahan kerajaan. Katakanlah dengan penerjemahan karya-karya berbahasa Sanskerta ke bahasa Jawa Kuno oleh para pujangga kerajaan merupakan salah satu contohnya. Sistem pendidikan dalam arti yang kita kenali sekarang ini, lebih banyak mendapat pengaruh dari negara-negara yang pernah menjajah Nusantara, khususnya Belanda, dan terutama para misionaris Belanda. Dari mana asal mula perkembangan gerakan misi? Liku-liku hadirnya misionaris Belanda ke Nusantara tidak lepas dari perkembangan politik internasional dan di dalam negeri Belanda sendiri, di samping kepentingan pimpinan umat Katolik sedunia di Roma. Gambaran dari pengaruh-pengaruh itu saya sarikan dari disertasi Van den Eerenbeemt dengan tajuk De Missie-Actie in Nederland pada Radboud Universiteit, Nijmegen, Belanda. 2 Selanjutnya, dibeberkan secara singkat aksi misi yang berkembang di Nusantara, Jawa khususnya, dengan para misionaris perintis dalam mengembangkan pendidikan.
Bhineka Tunggal Ika: Kajian Teori dan Praktik Pendidikan PKn
MODEL PEMBELAJARAN LITERASI PADA MATAKULIAH PPKn SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KARAKTER GEMAR MEMBACA MAHASISWAABSTRAKMasih lemahnya karakter gemar membaca mahasiswa di perguruan tinggi, hal ini ditunjukkan dengan minimnya referensi mahasiswa dalam perkuliahan, sedikit sekali yang meminjam buku di perpustakaan dan mahasiswa lebih memilih bermain media sosial daripada membaca ebook atau artikel. Padahal, Pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai pengembangan pengetahuan, pendidikan mestinya juga meningkatkan budi pekerti (karakter), salah satunya karakter gemar membaca. Untuk itu dalam penelitian ini ditawarkan model pembelajaran literasi untuk penguatan karakter gemar membaca mahasiswa. Dilihat dari hasil hipotesis angka probabilitas Asmyp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.001 atau probabilitas di bawah alpha (0.000 < 0.05), dengan perbedaan rerata skor pretest dan posttest sebesar 8.611, H1 diterima dan H0 ditolak yang berarti terdapat peningkatan karakter gemar membaca mahasiswa UIN Bukittinggi setelah diberikan model pembelajaran literasi. ABSTRACTThe weak character of reading for students in...
Abstrak. Literasi merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Namun, meurut survei yang dilakukan PISA ditemukan bahwa kebiasaan literasi belum membudaya dikalangan siswa Sekolah Dasar. Perlu adanya tindakan yang harus dilakukan untuk mengubah perilaku tersebut. Program 6M (mengamati (observe), mencipta (create), mengkomunikasikan (communicate), mengapresiasikan (appreciate), membukukan (post), memamerkan (demonstrate)) merupakan suatu program yang bertujuan menciptakan budaya literasi di kelas. Dalam kegiatan program 6M siswa dibiasakan untuk peka terhadap lingkungan dengan membuat suatu karya. Karya yang telah dibuat siswa kemudian dikumpulkan dalam folder atau dipajang disekitar area kelas. Prinsif yang dibangun dari program ini bertujuan untuk membangkitkan serta mewadahi segala potensi siswa dengan cara belajar secara langsung. Kegiatan ini mengintegrasikan materi pembajaran dalam aktifitasnya. Sehingga guru dapat memanfaatkan program 6M ini sebagai bagian dari pembelajaran di kelas. Kata Kunci: literasi, program 6m, sekolah dasar Abstract. Literacy is a skill that has to be owned by every student. However, according to survey that was done by PISA found that literacy is not to be student's habit among students of elementary school. The need for action was taken to change that behavior. Program of 6M (observe (mengamati), create (mencipta), communicate (mengkomunikasikan), appreciate (mengapresiasi), post (membukukan), and demonstrate (memamerkan)) is a program that aims to create a culture of literacy in the classroom. In the program of 6M, students arefamiliarized to be sensitive to the environment by creating a work. The work that has been made by students then collected in a folder or displayed around the classroom area. Principles that built from this program aims to generate and accommodate all students' potential by learning directly. This activity integrates the material learning in the student's activity. So that teachers can take advantage of 6M program as part of the learning in the classroom.
Journal of Computer Science and Cybernetics
Một phương án thiết kế cài đặt bộ chữ Việt trên máy vi tính2018 •
13. Mitteldeutscher Archäologentag 2020
Wem die Stunde schlägt. Uhren und die Macht der Zeit im Mittelalter. H. Meller/A. Reichenberger/R. Risch (Hrsg.), Zeit ist Macht. Wer macht Zeit? Time is power. Who makes time? 13. Mitteldeutscher Archäologentag 2020 (Halle [Saale] 2021) 449–464.2021 •
Publicación original: https://www.religiondigital.org/opinion/Pos-teismo-pos-religion-dialogo-necesario-teologia-paradigma-tradicion-recuperacion_0_2482551741.html
TORRES QUEIRUGA, Andrés – Pos-teísmo y pos-religión: un diálogo necesario.Thirteenth International Congress of Turkish Art. Eds. G. Dávid and I. Gerelyes
Ottoman Military Architecture in Hungary2009 •
2024 •
Desconsideração da personalidade jurídica: aspectos materiais e processuais
Aspectos probatórios do incidente de desconsideração da personalidade jurídica2014 •
Sustainability Science
Fish out of water: consumers’ unfamiliarity with the appearance of commercial fish species2021 •
EURASIA Journal of Mathematics, Science and Technology Education
The Effects of Project Based Learning on Undergraduate Students’ Achievement and Self-Efficacy Beliefs Towards Science Teaching2015 •
Work-a Journal of Prevention Assessment & Rehabilitation
Ergonomic intervention methods for inclusion of people with disabilities at work: Brazilian scene2012 •
Journal of Non-Newtonian Fluid Mechanics
Drag reduction in exceptionally dilute polymer solutions1983 •
International Journal of Advanced Research
Rate Analysis of Soil Erosion Using Universal Soil Loss Equation (Usle) Method in Jeneberang Watershed2022 •