Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

PENDIDIKAN ISLAM BERWAWASAN BUDAYA

Education and culture are two things that cannot be separated, education also determines the existence of a culture or the development of culture along with science which eventually becomes a civilization. Islamic education is an effort to build a culture of a society so as to create a modern, advanced, and harmonious life based on Islamic values. Islam carries the Rahmatan Lil ‘Aalamiin mission (expressing love in the universe. Thus, Islamic educational institutions with cultural insight are a mandatory mission to prove that Islam is Rahmatan lil‘ Aalamiin. Keyword: Education, culture, Rahmatan Lil ‘Aalamiin.

TA’ALLUM: Jurnal Pendidikan Islam Volume 07, Nomor 01, Juni 2019, Halaman 191-202 p-ISSN: 2303-1891; e-ISSN: 2549-2926 PENDIDIKAN ISLAM BERWAWASAN BUDAYA Suluri Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Jl. Diponegoro No.52-60, Salatiga, Kec. Sidorejo, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50711 suluriabdullah@gmail.com Abstract: Education and culture are two things that cannot be separated, education also determines the existence of a culture or the development of culture along with science which eventually becomes a civilization. Islamic education is an effort to build a culture of a society so as to create a modern, advanced, and harmonious life based on Islamic values. Islam carries the Rahmatan Lil ‘Aalamiin mission (expressing love in the universe. Thus, Islamic educational institutions with cultural insight are a mandatory mission to prove that Islam is Rahmatan lil‘ Aalamiin. Keyword: Education, culture, Rahmatan Lil ‘Aalamiin. Pendahuluan ِ ‫وماأَرسلْن‬ ِ ِ ‫ي‬ َ َ ْ ََ َْ ‫ٰك ااَّل َر ْْحَةً للْ ٰعالَم‬ Artinya: dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.) QS. Al-Anbiya:107)1 Depag RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2010), hal. 331. 1 DOI: 10.21274/taalum.2019.7.1. 191-202 Suluri : Pendidikan Islam … Berdasarkan ayat di atas jelas bahwa Islam adalah agama rohmatan lil’aalamiin. Secara mudah dapat diartikan bahwa Islam tidak hanya memberikan manfaat bagi umat Islam saja, tapi untuk seluruh alam. Baik itu manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan maupun semua makhluk yang ada di alam ini. Seiring perjalanan waktu, Islam semakin berkembang ke penjuru dunia. Islam yang berawal mula dari Arab, dalam perjalanannya tidak terlepas dari budaya Arab. Budaya Arab yang sudah ada tidak dihilangkan tetapi disesuaikan dengan ajaran Islam. Misalnya, pada masa jahiliyah, orang-orang Arab (Makkah) sering memberikan makanan kepada berhala. Ketika Islam sudah datang budaya seperti itu tidak dihilangkan, tetapi diluruskan dengan ajaran Islam yaitu memberikannya tidak diberikan kepada berhala, namun diganti sedekah kepada kaum yang membutuhkan2. Indonesia termasuk negara yang menjadi sasaran perkembangan Islam. Islam masuk ke Indonesia dengan cara damai tanpa ada peperangan. Hal ini tidak lepas dengan budaya nusantara yang lebih tertarik dengan cara damai daripada peperangan. Islam di Indonesia menjadi agama mayoritas. Hal ini menjadikan Islam mewarnai seluruh kehidupan masyarakat Indonesia. Mulai dari kehidupan sehari-hari seorang muslim, politik, ekonomi, sosial termasuk dalam bidang pendidikan. Pendidikan Agama Islam (PAI) masuk dalam mata pelajaran sekolah umum mulai sebelum merdeka hingga saat ini. Dengan kata lain Islam selama ini telah memberikan kontribusinya terutama dalam pembinaan akhlak generasi bangsa. 2 Alee, Abdurohman sama et al., 2015. Pendidikan Islam dan kebudayaan. )Yogyakarta: Fadilatama), hal. 5. 192 ж TA’ALLUM, Vol. 07, No. 01, Juni 2019 Suluri : Pendidikan Islam … Selain itu, lembaga pendidikan Islam pun juga semakin berkembang, seperti Muhammadiyah, NU, Al-Irsyad, MTA, IT dll. Masyarakat Indonesia yang terdiri dari suku-suku dan budaya yang berbeda-beda menjadi masalah tersendiri dalam menyampaikan ajaran Islam (terutama dalam bidang pendidikan Islam). Lembaga Islam yang mengemban amanah Islam sebagai rohmatan lil’aalamin, agar diterima masyarakat setempat maka harus mengikuti budaya yang ada dengan tidak keluar dari koridor ajaran Islam. Berdasarkan permasalahan di atas, penulis mengetengahkan sebuah pemikiran yang memadukan lembaga Pendidikan Islam dengan budaya. Dalam tulisan ini penulis mengangkat judul “Lembaga Pendidikan Islam berwawasan Budaya”. Hasil dan Pembahasan Pengertian Lembaga Pendidikan Islam Lembaga pendidikan Islam berasal dari kata lembaga, pendidikan, dan Islam. Lembaga menurut bahasa dapat berarti badan (organisasi) yang tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuwan atau melakukan suatu usaha3. Sedangkan Pendidikan dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik 4. Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa lembaga pendidikan dapat diartikan sebagai badan (organisasi) yang melakukan suatu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok 3 Departemen Pendidikan Nasional. Kamus besar bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hal. 655. 4 Departemen Pendidikan Nasional. Kamus besar bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hal.263. TA’ALLUM, Vol. 07, No. 01, Juni 2019 ж 193 Suluri : Pendidikan Islam … orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. sebagian yang lain, lembaga pendidikan diartikan sebagai lembaga atau tempat berlangsungnya proses pendidikan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku individu ke arah yang lebih baik melalui interaksi dengan lingkungan sekitar. Zakiyah Daradjat memberi pengertian pendidikan Islam sebagai usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara kaffah (menyeluruh) dan dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pedoman hidup 5. Berlandaskan dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil pegertian bahwa lembaga pendidikan Islam adalah lembaga atau tempat berlangsungnya proses pendidikan baik individu maupun kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang berlandaskan ajaran Islam. Muhammad Atiyyah al-Abrasyi menyatakan bahwa ada lima tujuan umum yang asasi bagi pendidikan Islam, yaitu: untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia, persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat, persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segisegi pemanfaatan, menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan, memenuhi keinginan untuk mengetahui (curiosity) dan menyiapkan pelajar dari segi profesional dan teknis 6. Zaini mengatakan tujuan utama pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang berjasmani kuat atau sehat dan terampil, berotak cerdas dan berilmu banyak, berhati tunduk kepada Allah serta 5 Daradjat, Zakiyah. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 87. 6 Daulay, Haidar Putra. Pemberdayaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2016), hal. 45. 194 ж TA’ALLUM, Vol. 07, No. 01, Juni 2019 Suluri : Pendidikan Islam … mempunyai semangat kerja yang hebat, disiplin yang tinggi dan pendirian yang teguh7. Tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang sholih yang berbakti, taat kepada Allah dan rosul-Nya dalam pengertian yang sesungguhnya. Suda semestinya suatu lembaga pendidikan Islam harus membangun struktur sistem lembaganya sesuai dengan al-Qur’an dan Sunnah. Pengertian Budaya Secara bahasa budaya berarti pikiran, akal budi8. Kemudian ada juga pakar yang menguraikan budaya berasal dari kata “budh” (dalam bahasa sansekerta) yang artinya “akal”. Selanjutnya kata budh tersebut menjadi budhi dan mempunyai jamak budhaya. Kemudian ada juga yang mengatakan budaya berasal dari kata budi dan daya. Budi diartikan sebagai kekuatan rohani sedangkan daya berarti kekuatan jasmani. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kebudayaan berarti hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat9. Sementara menurut Ahli Antropologi Indonesia Prof. Dr. Kuntjaraningrat berpendapat bahwa Kebudayaan itu keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus di dapatnya dengan belajar dan semuanya yang tersusun dalam kehidupan masyarakat. Definisi dari budaya ataupun kebudayaan sebenarnya banyak sekali yang dikemukakan oleh para ahli. 7 Zaini, Syahminan. Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1986), hal 34-35. 8 Departemen Pendidikan Nasional. Kamus besar bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hal.169. 9 Departemen Pendidikan Nasional. Kamus besar bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hal.170. TA’ALLUM, Vol. 07, No. 01, Juni 2019 ж 195 Suluri : Pendidikan Islam … Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa “ budaya adalah hasil kelakuan manusia yang terartur. Faktor Munculnya Budaya Budaya tidak muncul begitu saja, ada beberapa faktor yang dapat memunculkan sebuah budaya10 yaitu, pertama faktor geografis yaitu faktor munculnya budaya karena letak daerah dan lingkungan. Misalnya seorang yang tinggal di daerah persawahan biasanya akan memiliki keahlian dalam pengaliran air, membajak maupun bertanam padi. Berbeda dengan seseorang yang tinggal di area pasar maka akan memiliki keahlian dalam berdagang. Dengan kata lain lingkungan akan mempengaruhi tingkah laku seseorang yang lama-kelamaan akan menjadi budaya. Kedua faktor keturunan/ bangsa yaitu setiap bangsa mempunyai watak, pembawaan maupun adat istiadat yang berbeda. Bahkan di Indonesia yang terdiri dari berbagai suku juga mempunyai bermacam-macam budaya. Maka sudah tentu faktor keturunan / bangsa akan sangat mempengaruhi munculnya sebuah budaya. Ketiga, Faktor kejiwaan yaitu kejiwaan seseorang akan mempengaruhi munculnya sebuah budaya. Misalnya masyarakat yang mempunyai mental optimis, masyarakatnya akan suka dengan bekerja keras dan pantang menyerah. Berbeda dengan masyarakat yang mempunyai mental pesimis, mereka akan sering banyak mengeluh. Keempat, faktor ekonomi yaitu masyarakat yang ekonominya lemah biasanya mempunyai budaya minder. Berbeda dengan masyarakat yang ekonominya kuat, dengan harta mereka, mereka akan lebih terbuka. Hal ini membuktikan bahwa faktor ekonomi akan mempengaruhi munculnya 10 Alee, Abdurohman sama et al., Pendidikan Islam dan kebudayaan. )Yogyakarta: Fadilatama, 2015), hal. 69. 196 ж TA’ALLUM, Vol. 07, No. 01, Juni 2019 Suluri : Pendidikan Islam … sebuah budaya. Terakhir, faktor agama, agama yang mengajarkan sebuah keyakinan tertentu kepada umatnya sudah tentu akan membentuk sebuah budaya. Misalnya masyarakat yang mayoritas beragama Islam maka akan dibangun masjid, mushola, gedung TPA dll. Berbeda dengan masyarakat yang mayoritas beragama kristen, maka mereka akan membangun sebuah gereja maupun pasturan. Hubungan Agama Islam dan Budaya Sebelum Islam datang (masa jahiliyah) telah berlangsung berbagai tradisi seperti: thawaf, sa’i, penentuan lamanya haid bagi wanita, aqiqah, qurban dan dua hari raya11. Setelah datangnya Islam tradisi tersebut tidak dihapuskan, melainkan direformasi. Misalnya, tradisi thawaf (masa jahiliyah) dilakukan dengan bersiul dan bertepuk tangan, sebagaimana firman Allah, “Sembahyang mereka di sekitar ka’bah tidak lain hanyalah siulan dan tepuk tangan...” (Q.S Al-Anfal: 35). Maka, setelah Islam datang thawaf dilakukan dengan mengucap talbiyah dan tidak boleh bertelanjang. Kemudian dalam tradisi aqiqah, pada masa jahiliyah dilakukan salah satunya dengan melumurkan darah hewan pada kepala bayi, maka setelah datangya Islam tetap ada tradisi aqiqah dengan ketentuan apabila bayi laki-laki menyembelih 2 ekor kambing dan apabila bayi perempuan menyembelih 1 ekor kambing dan tidak melumurkan darah hewan ke kepala bayi. Adapun tradisi qurban pada masa jahiliyah dilakukan untuk menyembah berhala, maka setelah datangnya Islam tradisi qurban tetap ada tapi diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT bukan untuk berhala. Selain itu pada masa arab jahiliyah, ada kebiasaan 11 Sarwono, Ahmad dan Shofrotum. The Untold Story: K.H.R.Ng. Ahmad Dahlan, Pemberharu, Pemersatu, Pemelihara Tradisi Islam. (Yogyakarta: Mitra Pustaka Nurani, 2013), hal. 102. TA’ALLUM, Vol. 07, No. 01, Juni 2019 ж 197 Suluri : Pendidikan Islam … memberikan makan berhala. Setelah rosul datang pemberian makan kepada berhala diubah menjadi sedekah 12. Budaya bisa saja digunakan dalam masyarakat selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai dalam Islam, sebagaimana firman Allah dalam Q.S al-Baqarah: 42 ْ ‫واال َح َّق بِ ْالبَ ِط ِل َوت َ ْكت ُ ُم‬ ْ ‫س‬ َ‫واال َح َّق َواَ ْنت ُ ْم ت َ ْعلَ ُم ْون‬ ُ ِ‫َو ََلت َْلب‬ Artinya: dan janganlah kamu campur adukkan kebenaran dengan kebatilan dan janganlah kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya.13 Kurikulum Lembaga Pendidikan Islam berwawasan budaya Bagi proses pendidikan, kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan14. Tujuan dan sasaran sebuah proses pendidikan akan sulit tercapai tanpa adanya sebuah kurikulum. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kurikulum pun harus mengikuti perkembangan zaman. Ketika penyusunan kurikulum PAI kerangka dasar penyusunannya harus bersumber dari Alquran dan Alhadits yang menjadi pegangan pokok umat Islam. Selanjutnya Gunawan menambahkan bahwa dalam penyusunan kurikulum PAI juga menjaga serta mengembangkan prinsip-prinsip yang islami, diantaranya adalah prinsip rahmatan lil’aalamiin yaitu prinsip pemeliharaan perbedaan individual, perbedaan minat, perbedaan kebutuhan serta perbedaan kebudayaan 15. 12 Alee, Abdurohman sama et al., Pendidikan Islam dan kebudayaan. )Yogyakarta: Fadilatama, 2015), hal. 5. 13 Depag RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2010), hal. 7. 14 Haryanti, Nik. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. (Bandung: Alfabeta, 2014), hal.1. 15 Gunawan, Heri. Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 33. 198 ж TA’ALLUM, Vol. 07, No. 01, Juni 2019 Suluri : Pendidikan Islam … Pendidikan yang berwawasan budaya dalam lingkup keIndonesiaan merupakan pendidikan yang mengakui bahwa Indonesia mempunyai beraneka ragam budaya. Secara sederhana mempunyai padanan arti dengan pendidikan multikultural16. Menurut H.A.R. Tilaar, pendidikan multikultural menawarkan pengembangan empat nilai; (1) apresiasi terhadap kenyataan pluralitas budaya dalam masyarakat, (2) pengakuan terhadap harkat martabat manusia dan hak asasinya, (3) pengembangan tanggung jawab masyarakat dunia, (4) pengembangan tanggung jawab manusia terhadap planet bumi17. Kurikulum dan materi pendidikan berwawasan budaya bagaimana pun tidak dapat terlepas dari dimensi perkembangan pendidikan multikultural. Kurikulum pendidikan multikultural disini bukan berarti terdapat mata pelajaran khusus untuk pengembangan pendidikan multikultural, namun pendidikan multikultural mendasari dan menjiwai berbagai mata pelajaran, tak terkecuali pendidikan agama Islam. Adapun komponen yang termasuk dalam kurikulum pendidikan multikultural antara lain tentang studi etnis, minoritas, gender, kesadaran kultur, hubungan antarsesama manusia, dan pengklarifikasian nilai-nilai dalam suatu kebudayaan. Prinsip-prinsip pendidikan berwawasan budaya mengacu pada pendidikan multikultural yaitu; pertama, pemilihan materi pelajaran harus terbuka secara budaya didasarkan pada siswa sehingga dapat menyatukan opini-opini yang berlawanan dan interpretasi-interpretasi yang berbeda. Kedua, Isi materi pelajaran yang dipilih harus mengandung perbedaan dan Nurul Hidayati, “Konsep Pendidikan Islam Berwawasan Multikulturalisme Perspektif Har. Tilaar”, Jurnal Pendidikan Agama Islam 4,no. 1 (2016), https://doi.org/10.15642/jpai.2016.4.1.44-67 17 H.A.R. Tilaar. Kekuasaan dan Pendidikan: Suatu Tinjauan dari Perspektif Kultural, (Magelang: Indonesia Tera, 2003), hlm. 172. 16 TA’ALLUM, Vol. 07, No. 01, Juni 2019 ж 199 Suluri : Pendidikan Islam … persamaan dalam lintas kelompok. Ketiga, materi pelajaran yang dipilih harus sesuai dengan konteks waktu dan tempat. Keempat, pengajaran semua pelajaran harus menggambarkan dan dibangun berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dibawa siswa ke kelas. Kelima, pendidikan hendaknya memuat model belajar mengajar yang interaktif agar supaya mudah dipahami18. Pendidikan Agama Islam (PAI) hendaknya terintegrasi dengan spirit pendidikan berwawasan budaya. Oleh karena itu, dalam pengembangan kurikulum PAI haruslah didasarkan pada prinsip-prinsip berikut; pertama, bahwa Islam mengajarkan konsep rohmatan lil’aalamiin, kedua, konsep ketaqwaan, yang dalam Islam kedudukan tertinggi adalah yang paling bertaqwa kepada Allah. ketiga, konsep persaudaran, yang berkeyakinan bahwa semua orang Islam baik kaya, miskin, berkulit hitam maupun putih, berpangkat maupun masyarakat biasa, semua adalah saudara. Maka menjadi tugas para pendidik pendidikan Islam maupun lembaga pendidikan Islam untuk mengimplementasikan sistem pendidikan yang rohmatan lil’aalamiin, tidak hanya sholeh untuk pribadi tapi juga sholeh untuk sosial kemasyarakatan maupun bagi alam semesta. Simpulan Pendidikan dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, pendidikan juga menentukan eksistensi dari sebuah kebudayaan atau berkembangnya kebudayaan seiring dengan ilmu pengetahuan yang akhirnya penjadi sebuah peradaban. Indonesia yang 18 Lasijan,. “Pendidikan Multikultural: Pengertian, Prinsip, dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam”, Jurnal ADDIN, 7,no. 1 (2013),. http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/TAPIs/article/view/1610/1343 200 ж TA’ALLUM, Vol. 07, No. 01, Juni 2019 Suluri : Pendidikan Islam … merupakan negara dengan beraneka ragam budaya, sudah seharusnya saling menghormati dan toleransi untuk menjaga keutuhan berbangsa dan bernegara. Pendidikan Islam berwawasan budaya menjadi salah satu alternatif untuk menjaga kerukunan dan keberagaman budaya Indonesia semenjak dari usia sekolah. Pendidikan Islam mengenal prinsip Islam rohmatan lil’aalamiin yaitu Islam yang membawa misi kedamaian, kasih sayang, saling menghormati, toleransi dalam berinteraksi sosial. Dengan memahami dan menerapkan pendidikan agama (Islam) yang berwawasan budaya, diharapkan lembaga pendidikan agama Islam di Indonesia dapat menghindarkan dari gesekan-gesekan konflik budaya yang sering mengakibatkan pada terpecah belahnya sesama anak bangsa. TA’ALLUM, Vol. 07, No. 01, Juni 2019 ж 201 Suluri : Pendidikan Islam … DAFTAR RUJUKAN Alee, Abdurohman sama. dkk. Pendidikan Islam dan kebudayaan. Yogyakarta: Fadilatama, 2015. Daradjat, Zakiyah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2001. Daulay, Haidar Putra. Pemberdayaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2016. Depag RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2010. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Gunawan, Heri. Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bandung: Alfabeta, 2013. Haryanti, Nik. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Bandung: Alfabeta, 2014. H.A.R. Tilaar.. Kekuasaan dan Pendidikan: Suatu Tinjauan dari Perspektif Kultural, Magelang: Indonesia Tera, 2003. Lasijan, “Pendidikan Multikultural: Pengertian, Prinsip, dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam”, Jurnal ADDIN, Volume 7,no. 1 (2013), http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/TAPIs/article/view/161 0/1343 Nurul Hidayati. “Konsep Pendidikan Islam Berwawasan Multikulturalisme Perspektif Har. Tilaar”, Jurnal Pendidikan Agama Islam, 4,no. 1 (2016), https://doi.org/10.15642/jpai.2016.4.1.44-67 Sarwono, Ahmad dan Shofrotum. The Untold Story: K.H.R.Ng. Ahmad Dahlan, Pemberharu, Pemersatu, Pemelihara Tradisi Islam. Yogyakarta: Mitra Pustaka Nurani, 2013. Zaini, Syahminan. Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1986. 202 ж TA’ALLUM, Vol. 07, No. 01, Juni 2019