PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI, JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN, UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
BAB I
MEMAHAMI SATUAN BENTUK TOPOGRAFI
1.1.
LANDASAN UMUM
Bentukan di permukaan bumi direpresentasikan melalui pola dan
kerapatan garis kontur yang ada, sehingga melalui pengenalan pola dan
kerapatan kontur dapat diketahui kondisi geomorfologinya baik morfologi
yang meliputi morfometri dan morfografi maupun bentukannya. Peta
topografi memuat informasi untuk mengenal dan mengetahui bentuk-bentuk
permukaan bumi (lihat tabel 1.1.), sehingga peta topografi sering digunakan
oleh ahli geomorfologi dalam pemetaan bentuklahan, karena peta ini dapat
dijadikan pengganti foto udara apabila tidak tersedia.
Topografi merupakan tanda fisik dari permukaan bumi. Bentukbentuk topografi meliputi bukit, lembah, dataran pantai, jurang dan
semacamnya juga dimasukkan dalam bentuk-topografi seperti gunung api,
aliran lava, garis patahan (Scarf Faulth). Bentuk topografi yang dihasilkan
dari proses erosi dan pengendapan yang arahnya keatas disebut bentuk
topografi positif dan yang tertekan kebawah disebut bentuk topografi
negatif.
Bentuk topografi merupakan cerminan relief. Relief adalah bentuk
ketidakteraturan secara vertikal dalam ukuran besar maupun kecil dari
permukaan litosfer. Hal yang menyangkut keadaan relief yaitu situasi
topografi, detail lereng, aspek relief dan proses-proses geomorfologi
(seperti: erosi, banjir dan gerakan tanah).
Lereng adalah kenampakan permukaan medan (terrain) pada suatu
beda tinggi, apabila beda tinggi dua tempat tersebut dibandingkan dengan
jarak lurus mendatar maka akan diperoleh besarnya kelerengan (slope).
Oleh karena itu lereng merupakan suatu variabel topografi yang terbagi
dalam dua parameter, yaitu parameter kemiringan lereng dan parameter
beda tinggi lereng. Keterkaitan antara kedua parameter tersebut, membentuk
satuan bentuk topografi.
DILARANG MENGCOPY TANPA SEIJIN LAB. GEOMORFOLOGI
I-1
PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI, JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN, UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya lereng, meliputi :
1. Faktor yang bersifat aktif, antara lain : berkurangnya daya tahan
suatu lereng terhadap adanya suatu erosi, adanya pembebanan,
aktifitas manusia dan hewan.
2. Faktor yang bersifat pasif antara lain : pengaruh iklim, keadaan
litologi, keadaan stratigrafi, keadaan struktur geologi, dan keadaan
vegetasi.
Tabel 1.1. Bentuk muka bumi
BENTANGLAHAN (landscape)
ORDER I
BENTUKLAHAN (landform)
ORDER II
Plateau
ORDER III
Paneplane, pinacles, butte, messa, benches, dan
Sebagainya
Kubah
Pegunungan
Lipatan
PEGUNUNGAN
Hogbacks, cuestas, dan sebagainya.
Hogbacks, cuestas, antiklinal ridges, sinklinal
ridges, monoclinal ridgest, anticlinal valley, sinklinal
valley, dan sebagainya
Pegunungan
Fault scarp, block hills, island hills, bolson plains,
Bongkah
dan sebagainya.
Pegunungan
Perbukitan kompleks, dan sebagainya
Kompleks
Gunungapi
Dataran Pantai
DATARAN
Puncak-badan-kaki gunungapi, kawah, kerucut
parasiter, endapan lahar, aliran lava, dsb.
Dataran pantai, delta, rawa, bars, dunes, corral
reefs, lagoon, dan sebagainya.
Dataran Banjir
Dataran banjir, rawa, danau oxbow, dan sebagainya.
Dataran Danau
Delta, dataran danau, dan sebagainya.
Dataran Aluvial
Kipas aluvial, teras-teras sungai, gosong-gosong,
Dataran Glasial
Sumber : Lobeck (1939)
DILARANG MENGCOPY TANPA SEIJIN LAB. GEOMORFOLOGI
dan sebagainya.
Morena, drumline, eskers, dan sebagainya
I-2
PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI, JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN, UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
1.2.
ACARA 1. BENTUK TOPOGRAFI (1)
Interpretasi satuan topografi adalah sebidang medan (terrain) yang
mempunyai karakteristik relief yang semacam berdasarkan peta topografi
dan kontrol citra/foto udara. Peta interpretasi satuan bentuk topografi dibuat
dari hasil tumpang susun (overlay) peta yang dilakukan antara peta
topografi, peta kemiringan lereng, dan peta beda tinggi. Proses
tumpangsusun bisa secara manual maupun dalam layar komputer (on
screen) dengan menggunakan program Arc-GIS. Dalam kegiatan praktikum
pada acara ini, pembuatan interpretasi satuan bentuk topografi dilakukan
secara manual yakni dengan cara membedakan atau mengelompokkan relief
antara satu dengan lainnya berdasarkan pola kontur atau satuan bentuk
topografi. Peta satuan bentuk topografi merupakan analisis pola kontur
berdasarkan peta topografi dan citra ikonos (di peroleh dari Google Earth).
Contoh bentuk topografi berdasarkan pola kontur dari peta topografi,
dirangkum pada Gambar 1.1.
Interpretasi terhadap data sekunder akan membantu untuk
menetapkan satuan dan batas satuan geomorfologinya. Walaupun demikian,
interpretasi pada peta topografi tetap ditujukan untuk menginterpretasikan
batuan, struktur dan proses yang mungkin terjadi pada daerah di peta
tersebut, baik analisa secara kualitatif, maupun secara kuantitatif. Pada
dasarnya penafsiran peta topografi dapat dikelompokan menjadi 2 (dua)
jenis, yaitu penafsiran secara kualitatif dan kuantitatif. Penafsiran peta
kualitatif memfokuskan pada semua aspek dari suatu peta, yaitu aspek
kelerengan peta (lereng terjal atau landai), jenis iklim yang ada (beriklim
kering atau basah), ada tidaknya kontrol struktur. Penafsiran kuantitatif
adalah penafsiran dalam hal mengukur panjang suatu obyek, volume,
frekuensi dalam analisis.
DILARANG MENGCOPY TANPA SEIJIN LAB. GEOMORFOLOGI
I-3
PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI, JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN, UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Pola kontur dari
bentuk bukit
Pola kontur dari bentuk
punggungan bukit
Pola kontur dari bentuk topografi bukit dan cekungan
Gambar 1.1. Beberapa contoh model pola kontur mencerminkan bentuk topografi.
Gambar 1.2. Hubungan antara morfologi dan pola kontur ( Lobeck, 1939 )
DILARANG MENGCOPY TANPA SEIJIN LAB. GEOMORFOLOGI
I-4
ds...
PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI, JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN, UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Gambar 1.3. Proyeksi tegak dari permukaan bumi membentuk garis kontur.
Gambar 1.4. Kerapatan garis kontur pada daerah curam dan daerah landai
Gambar 1.5. Garis kontur membelok ke arah hulu pada suatu lembah topografi/lembah
sungai
DILARANG MENGCOPY TANPA SEIJIN LAB. GEOMORFOLOGI
I-5
PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI, JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN, U PN “VETERAN” YOGYAKARTA
Dalam interpretasi peta topografi, prosedur umum yang biasa
dilakukan dan cukup efektif adalah:
1.
Menarik semua kontur yang menunjukkan adanya lineament
/kelurusan. Penarikan lineament biasa dengan garis panjang, tetapi
dapat juga berpatah-patah dengan bentuk garis-garis lurus pendek. Di
dalam peta akan terlihat adanya zona atau trend atau arah yang
hampir sama dengan garis-garis pendek ini.
Mempertegas (biasanya dengan cara mewarnai) sungai-sungai yang
mengalir pada peta. akan sangat penting untuk melihat pola aliran
sungai (dalam satu peta mungkin terdapat lebih dari satu pola aliran
sungai). Pola aliran sungai merupakan pencerminan keadaan struktur
yang mempengaruhi daerah tersebut.
3. Mengelompokan pola kerapatan kontur yang sejenis. pengelompokan
kerapatan kontur dapat dilakukan secara kualitatif yaitu dengan
melihat secara visual terhadap kerapatan yang ada, atau secara
kuantitatif dengan menghitung persen lereng dari seluruh peta.
Persen lereng adalah persentase perbandingan antara beda tinggi
suatu lereng terhadap panjang lerengnya itu sendiri.
Dalam interpretasi batuan dari peta topografi, hal terpenting yang
perlu diamati adalah pola kontur dan aliran sungai :
a. Pola kontur rapat menunjukan batuan keras, dan pola kontur jarang
menunjukan batuan lunak atau lepas.
b. Pola kontur yang menutup (melingkar) diantara pola kontur lainnya,
menunjukan lebih keras dari batuan sekitarnya.
c. Aliran sungai yang membelok tiba-tiba dapat diakibatkan oleh
adanya batuan keras.
d. Kerapatan sungai yang besar, menunjukan bahwa sungai-sungai itu
2.
berada pada batuan yang lebih mudah tererosi (lunak).
Dalam interpretasi struktur geologi dari peta topografi, hal terpenting
adalah pengamatan terhadap pola kontur yang menunjukkan adanya
kelurusan atau pembelokan secara tiba-tiba, baik pada pola bukit maupun
arah aliran sungai, bentuk-bentuk topografi yang khas, serta pola aliran
sungai.
DILARANG MENGCOPY TANPA SEIJIN LAB. GEOMORFOLOGI
I-6
PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI, JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN, UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Interpretasi topografi secara kuantitatif salah satunya adalah
perhitungan kemiringan lereng. Kemiringan lereng merupakan ukuran
kemiringan lahan relative terhadap bidang datar yang secara umum
dinyatakan dalam persen atau derajat. Besarnya kemiringan lereng pada
peta kontur dapat ditentukan dari perbandingan antara ketinggian / beda
tinggi (Δh) dengan jarak mendatar (Δs) dari dua buah titik di peta.
Δh
Δs
Perhitungan besarnya kemiringan lereng dilakukan dengan cara yaitu :
1.
Dalam Derajat (
0
) : kemiringan lereng merupakan fungsi tangens
(tg).
Rumus :
h
................................ (1.1)
Tg s
() arc.tg
2.
h
................................. (1.2)
s
Dalam Persen ( % )
Metode ini digunakan untuk mengetahui jumlah kontur dan
perbedaan tinggi kontur yang memotong garis horizontal tersebut. Maka
kemiringan atau sudut lereng dapat ditentukan dengan rumus :
Kemiringan lereng (%) = tan x 100%, atau arc tan
tan 45
(%)
...... (1.3)
(100%)
( n-1) x IK
Kemiringan lereng (%) = ------------------------------- x skala x 100% ..... (1.4)
jarak horisontal
DILARANG MENGCOPY TANPA SEIJIN LAB. GEOMORFOLOGI
I-7
PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI, JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN, UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
I-8
dimana : = Kemiringan lereng (%)
n = Jumlah kontur yang memotong
horizontal
IK = Interval kontur (m)
Ukuran penilaian lereng dapat dilakukan terhadap kemiringan lereng
dan panjang lereng, sehingga tata nama satuan geomorfologi dapat lebih
dirinci dan tujuan - tujuan tertentu, seperti perhitungan tingkat erosi,
kestabilan lereng dan perencanaan wilayah dapat dikaji lebih lanjut. Ukuran
kemiringan lereng yang telah disepakati untuk menilai suatu bentuklahan
adalah sebagai berikut :
Tabel 1.2. Klasifikasi Kemiringan Lereng Van Zuidam
NO
1.
2.
3.
4.
5.
UNIT
TOPOGRAFI
PROSES PENCIRI DAN KONDISI
LAPANGAN
Datar (flat) atau hampir datar, tidak ada
Topografi datar proses denudasional yang berarti dan
– hampir datar pengikisan permukaan yang tidak intensif
dibawah kondisi kering
Topografi Sedikit miring (gently slope), dengan
berombak pergerakan tanah berkecepatan rendah dari
dengan lereng berbagai proses periglacial, solifluction dan
fluvial, rawan erosi lembar dan erosi alur
landai
Topografi
berombak/
bergelombang
dengan lereng
miring
Topografi
bergelombang/
berbukit
dengan lereng
sedang
Topografi
berbukit
terkikis dalam
dengan lereng
terjal
Miring (sloping), memiliki kondisi yang
hampir sama dengan gently slope, namun
lebih mudah mengalami
pengikisan
permukaan, sangat rawan erosi
Agak curam (moderately steep), banyak
terjadi gerakan tanah dan erosi, terutama
longsoran yang bersifat mendatar
Curam (steep), proses denudasional dari
semua jenis terjadi secara intensif (erosi,
rayapan, pergerakan lereng)
6.
Pegunungan
terkikis kuat
dengan lereng
sangat terjal
Sangat curam (very steep), batuan umumnya
mulai tersingkap oleh proses denudasional
yang sangat intensif, mulai menghasilkan
endapan rombakan (kolovial)
7.
Pegunungan
dengan lereng
sangat terjal
sekali
Curam ekstrem (extremely steep), batuan
tersingkap, proses denudasional sangat kuat,
terutama wall denudational, rawan jatuhan
batuan
BEDA
KEMIRINGAN
TINGGI
WARNA
DERAJAT PERSEN RELATIF
(m)
(o)
(%)
0-1
0-2
<5
Hijau
2-4
3-7
5-50
Hijau
muda
5-7
8-13
50-75
Kuning
8-11
14-20
75-200
12-28
21-55
200-500
29-54
56-140 500-1000
>54
>140
>1000
Jingga
Merah
muda
Merah
tua
Ungu
Sumber : Klasifikasi lereng (Van Zuidam,1983 ; dalam Noor, 2010)
PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI, JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN, UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
DILARANG MENGCOPY TANPA SEIJIN LAB. GEOMORFOLOGI
I-9
1.2.1. SASARAN
1.
Mampu memahami dan menganalisis pola kontur.
2.
Mampu mengenal relief berdasarkan kerapatan garis kontur pada
daerah atau medan (terrain) curam dan daerah landai.
Mampu mengklasifikasikan kemiringan lereng dan beda tinggi
relative.
3.
1.2.2. LANGKAH KERJA
1.
2.
Metode jejaring (Wentworth) :
a. Buat jaring-jaring dengan ukuran 1cm .
b. Buat garis tegak lurus terhadap kontur dalam grid tersebut.
c. Hitung jumlah kontur yang memotong garis tegak lurus
tersebut.
d. Hitung berapa beda tinggi dan jarak horizontal.
e. Masukkan perhitungan kedalam rumus persen lereng untuk
mengetahui harga persentase kelerengannya.
f. Cantumkan nilai persen lereng dan beda tinggi sesuai dengan
jejaringnya, selanjutnya kisaran (julat) kelas persen lereng
maupun beda tinggi menggunakan klasifikasi menurut
Zuidam.
g. Kelompokkan nilai persen lereng dan nilai beda tinggi yang
sama dengan memperhatikan keseragaman pola kontur.
Metode pola kontur.
a. Kelompokkan kontur yang mempunyai pola kontur yang
seragam (kerapatan dan bentuk penyebaran).
b. Membuat garis tegak lurus terhadap kontur yang mewakili .
c. Hitung jumlah kontur yang memotong garis tegak lurus
tersebut.
d. Hitung beda tinggi dan jarak horizontal .
e. Masukkan perhitungan kedalam rumus persen lereng untuk
mengetahui harga persentase kelerengannya.
PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI, JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN, UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
DILARANG MENGCOPY TANPA SEIJIN LAB. GEOMORFOLOGI
I-10
f.
3.
Cantumkan nilai persen lereng dan beda tinggi pada setiap
pola kontur yang seragam dalam klas persen lereng maupun
beda tinggi dengan menggunakan klasifikasi menurut Zuidam
g. Kelompokkan nilai persen lereng dan nilai beda tinggi yang
sama dengan memperhatikan keseragaman pola kontur.
Lakukan penilaian dengan menganalisis perbandingan antara
metode jejaring dengan metode pola kontur. Ulaslah menurut
pendapat anda.
1.2.3. PERLENGKAPAN
a.
b.
c.
d.
Pensil berwarna, pensil hitam, penggaris
Kertas kalkir 80 gram
Kertas HVS A4
Kalkulator
e. Drawing Pen/Rapidograph
DILARANG MENGCOPY TANPA SEIJIN LAB. GEOMORFOLOGI
PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI, JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN, UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
1.3. ACARA 2. BENTUK TOPOGRAFI (2)
Penampang (profile) topografi memperagakan konfigurasi secara
vertikal dari permukaan bumi disepanjang suatu sayatan topografi. Fungsi
utama dari profil topografi adalah untuk memvisualisasikan karakter
bentuklahan secara vertikal (relief). Relief bentuklahan adalah bentuk
ketidakteraturan secara vertikal, baik dalam ukuran besar maupun kecil dari
permukaan bumi/ litosfer/ kerak bumi.
Gambar 1.6. Peta dan penampang topografi.
Analisa identifikasi bentuk topografi didasarkan pada pola kontur
yang dihitung kelas kemiringan lerengnya dan kemudian melakukan sayatan
morfometri pada peta topografi. Morfometri adalah pembagian
geomorfologi berdasarkan pada perhitungan kelerengan dan beda tinggi
(Van Zuidam, 1979)(Tabel 1.3.). Penampang topografi digunakan sebagai
kontrol satuan bentuk topografinya. Besaran derajat dalam
penampang
DILARANG MENGCOPY TANPA SEIJIN LAB. GEOMORFOLOGI
I-11
PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI, JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN, UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
topografi dicocokkan dengan kemiringan lereng yang ada sehingga
menghasilkan peta satuan bentuk topografi.
Tabel 1.3. Klasifikasi Relief berdasarkan Sudut Lereng dan Beda Tinggi (Van
Zuidam 1979)
NO.
1.
RELIEF
Topografi datar atau hampir datar /
KEMIRINGAN
BEDA
LERENG
TINGGI (m)
0⁰-1⁰
<5
Hijau
2⁰-4⁰
(0%-2%)
5 – 25
Hijau muda
5⁰-7⁰
(0%-2%)
25 – 75
Kuning
50 – 200
Jingga
200 – 500
Merah muda
500 – 1000
Merah tua
>1000
Ungu
dataran
(0%-2%)
2.
Topografi landai / bergelombang
lemah-sedang
3.
Topografi
miring
(lereng)
bergelombang sedang-kuat
/
Topografi
/
4.
5.
cukup
curam
bergelombang kuat – perbukitan
Topografi curam / perbukitan –
WARNA
8⁰-11⁰
(0%-2%)
12⁰-28⁰
tersayat kuat
(0%-2%)
6.
Topografi sangat curam / tersayat
kuat – pegunungan
0⁰-2⁰
(0%-2%)
7.
Topografi hampir tegak / pegunungan
>55⁰
(>140%)
Sumber : Klasifikasi relief (van Zuidam-Cancelado, 1979)
1.3.1. SASARAN
1. Mampu membuat profile/penampang topografi.
2. Mampu membuat peta satuan bentuk topografi.
3. Mampu menganalisis hasil identifikasi bentuk topografi.
1.3.2. LANGKAH KERJA
1.
2.
Gunakan peta topografi yang disediakan dengan skala tertentu
Tarik garis sayatan (cross section) sebanyak 2 (dua) sayatan dengan
mempertimbangkan variasi topografi, seperti daerah yang berbukit
dan daerah yang datar (pilihlah daerah dengan luas 15 cm x 15 cm
dan dikonsultasikan pada asisten anda).
DILARANG MENGCOPY TANPA SEIJIN LAB. GEOMORFOLOGI
I-12
PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI, JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN, UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
3.
Adapun langkah selanjutnya, adalah sebagai berikut :
Kertas
kertas
kertas
Gambar 1.7. Menarik Sayatan
b. Gambar 1.7. a.
1) Letakkan kertas bantu memanjang sesuai pada sayatan
penampang pada peta, contohnya disini adalah X-Y
2) Beritanda dan nilai ketinggian pada kertas bantu dari
proyeksi masing masing kontur dan sungai atau lainnya
sepanjang sayatan
c. Gambar 1.7b.
1) Gambarlah garis sepanjang X-Y dan garis panduan
ketingginnya untuk menghubungkan antara kontur dengan
titik ketinggian (gunakan kertas milimeter untuk
mendapatkan ketelitian yang lebih baik). Gunakan skala
vertikal sebanding dengan skala horizontal kecuali dalam
keadaan tertentu (eksagarasi). Eksagarasi merupakan suatu
bentuk generalisasi, yaitu suatu teknik pembesaran unsur –
unsur yang akan disajikan dalam suatu peta, sehingga
ukurannya sudah tidak sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya. Maksud eksagarasi adalah untuk memberikan
suatu pengertian yang lebih baik tentang suatu unsur penting
sehingga mudah dibaca
DILARANG MENGCOPY TANPA SEIJIN LAB. GEOMORFOLOGI
I-13
PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI, JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN, UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
2) Letakkan kertas bantu tadi pada bagian bawah kertas gambar
profil (kertas milimeter) dengan garis X - Y yang telah kita
buat. Proyeksikan titik ketinggian kontur yang telah diberi
label tadi keatas hingga memotong pada garis ketinggian
yang sama dan berilah tanda titik.
3) Hubungkan titik titik tadi dengan halus sehingga membentuk
garis profil topografi.
4.
Buatlah profilnya masing masing menggunakan eksagarasi 1x dan
5x pada kertas milimeter
5.
Pindahkan profil pada kertas A4 dan buat penjelasan tentang
kondisi reliefnya
1.3.3. PERLENGKAPAN
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Pensil berwarna, pensil hitam HB, penggaris, busur
Kertas milimeter
Kertas kalkir 80 grm
Kertas HVS berukuran A4 – 80 grm
Kalkulator
Drawing pen atau Rapidograph ukuran 0,1; 0,2; 0,5 mm
DILARANG MENGCOPY TANPA SEIJIN LAB. GEOMORFOLOGI
I-14