Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Hemotoraks Vega pransiska Maret 2020 Astrak Hemotorak merupakan darah yang sudah terakumulasi pada rongga pleura yang disebabkan oleh karena adanya trauma dada. Hemotoraks ini data terjadi pada pasien yang mengalami trauma dada. Hematoraks adalah adanya darah dalam rongga pleura. Sumber mungkin darah dinding dada, parenkim paru – paru, jantung atau pembuluh darah besar . kondisi diasanya merupakan konsekuensi dari trauma tumpul atau tajam. Ini juga mungkin merupakan komplikasi dari beberapa penyakit. Hematoraks memiliki tanda dan gejala yaitu , Dipsnue dan takipnue, nyeri pada saat inspirasi, pergerakan dinding dada tidak simetris, tanda klinis syok hipovolemi (takipnue, takikardi, hipotensi, akral dingin, penurunan CRT serta kebingungan) dan penurunan suara nafas pada sisi yang mengalami lasterasi serta pada saat diperkusi suara dalnes pada sisi yang mengalmi gangguan. A. Pengertian Hematoraks Hemotorak adalah darah terakumulasi pada rongga pleura dimana yang disebabkan oleh karena adanya trauma dada yang menjadi prediposisi terpenting perembesan darah berkumpul pada dinding pleura dan tidak dapat diserap oleh lapisa pleura. (Mutaqiqin A, 2012) Hematoraks adalah akumulasi darah yang terdapat dirongga pleura yang dapat diakibatkan trauma venetrasi ataupun trauma tumpul. Biasanya hemotoraks diikuti juga oleh pneumotoraks. Pendaraha ini disebabkan oleh karena adanya laserasi pada interkosta, vena, arteri, mamae interna ataupun kerusakan parenkim paru terjadi secara langsung. Hematoraks masif dapat diakumulasi secara cepat 1500ml darah yang terdapat pada rongga dada sehingga bisa menyebabkan respirasi dan sirkulasi terganggu. Hemotoraks dapat terjadi pada pasien yang mengalami trauma dada. Hemotoraks dapat dikatakan parah jika darah yang terdapat di rongga dada 1.400-2.500 dapat mengancam jiwa sipenderita karena dapat terjadinya hipovolemia. Dan jika tekanan figure 63,9, Dhematoraks masif mempunyai angka kematian dari 50%-75%. Jika pasien yang mengalami gangguan hematoraks manisfestasi klinis pasien tersebut seperti gangguan nafas, syok dan pergeseran mediastinum. Kita harus melakukak pemeriksaan terlebih dahulu apakah ada suara pekak pada saat dilakukannya perkusi disisi yang mengalami luka, kita harus melakukan rongen dada untuk mengetahui diagnosa hematoraks. Jika pasien mengalami gangguan nafas kemungkinana dokter akan mengaspirasi darah dari rongga pleura degan memasukan jarum keruang interkosta kelima atau keenam saluran midaksilaris dengan jarung yang berukuran 16. Dan dokter juga akan memasukan kateter dada yang berukuran besar 36f ataupun lebih besar dari itu digunakan untuk melakukan drainase pengumpulan darah intrakosta. Drainase pertama sebesar 500-1000ml itu dianggap sedang, jika nilai drainase awal kurang dari 1000ml maka tidak perlu melakukan trapi tambahan dan jika drainase awal lebih dari 1500ml atau bahna mencapai 200 mak pasien tersebut membutuhkan terakotomi explorative dengan menggunakan FATS untuk memperbaiki lokasi pendarahan aktif. (Joko mulyanto, nurbuda hendra setiawan, 2014). B. Tanda dan Gejala Hematoraks memiliki tanda dan gejala: Dipsnue dan takipnue Nyeri pada saat inspirasi Pergerakan dinding dada tidak simetris Tanda klinis syok hipovolemi (takipnue, takikardi, hipotensi, akral dingin, penurunan CRT serta kebingungan) Penurunan suara nafas pada sisi yang mengalami lasterasi Pada sat diperkusi suara dalnes pada sisi yang mengalmi gangguan C. Pemeriksaan Diagnostik Lakukan pemeriksaan darah lengkap, kemungkinan akan terjadi penurunan hemoglobin dan hematokrit Lakukan radiografi dada, kemungkinan terjadi trauma tumpul pada sisi kostokremikus pada posisi yang tegak D. Intravensi Trapetik Dukungan airway, breathing dilakukan pemberian oksigen tambahan Perbaiki volume darah dan sirkulasi dengan kristaloid Bantu panempatan tubuh dada Tube yang berukuran besar 37-38 french dilakukan pemasangan pada ICS 4 atau 5 pada linea mitsilaris Hubungkan tup dengan suction Jaga drainase lebih rendah dari dada untuk membantu aliran drainase Jaga unit menghadap keatas untuk mencegah kehilangan sistem waterseal Kaji dan lakukan dokumentasi pluktuasi drainase yang sedang, termasuk outpun, warna drainase tidak terjadi kebocoran udara dan lakukan juga pengkajian FOCA Pertimbangan autottransfusi Jika drainase awal lebih dari 1500 ml ataupun drainase awal 1000 ml yang diberikan 200 ml drainase tiap 2 jam sampai-4 jam lalu siapkan pembedahan darurat. (Des Plaines, 2018, p. 364). E. Penanganan Penjelasan tentang penanganan luka yang besar. Pipa dada pada saat evaluasi yang besar dari dada lebih besar dari dada sehingga jumlah darah yang keluar harus besar 10-20% pada pasien pneumotoraks memerlukan torakastomi. Untuk tokasastomi tingkat satu pendarahan dari 1500-2000 cc, sedangkan untuk tingkat kedua terjadi pendarahan sebanyak 400cc selama 2-3 jam dan yang ke tiga hemotoraks yang bisa diatasi dengan melakukan operasi. Empiema yaitu suatu komplikasi yang terpenting pada hemotoraks. Jumlah pendarahannya yaitu 4-10%, adapun factor resikonya adalah shock dan pleural kontaminasi. Pada fase pertama diperlukan peasangan pipa panjang untuk mencegah penumoni. Dan jika terjadi pendarahan lebih dari 400 ccmaka hemotaks bisa terjadi trauma apabila terjadinya propilaktik torakotomi. Komplikasi dari emplema bagaimana cara efektifnya yang diberikan antibiotic dalam penanganan kasus tersebut. untuk menghentikan terjadinya hematoraks maka lakukan fibrotorak, dan pengobatannya dengan dekortilasi. (Rab, 2017). F. Pengobatan Hemotaraks yang kecil bisa ditangani dengan observasi Hemotaraks yang bermakna didrainase dengan torakostomi pipa dihubungan dengan suatu water seal dan penghisapan kostan kurang 20 cm air Paru harus di direekspansi dan darahpun harus dikeluarkan Drainase yang memalui pipa dada harusnya mencerminkan besarnya perdarahan Restorasi volume darah dan cairan IV harus kita temukan dengan segera Torakostomi yang berada di alam ruangan operasi harus dipertimbangkan jika pasien gagal merespon terhadap tindakan yang disebutkan tersebut. (michael eliastam, george L sternbach, n.d.). Daftar Pustaka A, M. (2012). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem pernafasan. Selemba Medika. Des Plaines, I. (2018). Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana Sheehy. ELSEVIER. Joko mulyanto, nurbuda hendra setiawan, K. (2014). Keperawatan medikal beda: manajemen klinis untuk hasil yang diharapkan. PT. salemba emban patria. michael eliastam, george L sternbach, M. jay blesler. (n.d.). penuntutan kedaruratan medis. buku kedikteran EGC. Rab, T. (2017). Ilmu Penyakit Paru. Cv. Trans Info Medika.