2020, TASRIPIN
Pemahaman terhadap pemikiran Machiavelli tidak bisa dipisahkan dari locus, lingkungan, dan peristiwa selama masa beliau hidup. Niccolo Machiavelli dilahirkan di Florence, Italia tanggal 3 Mei 1469. Ia terlahir dari keluarga bangsawan yang termahsyur, ayahnya adalah seorang pengacara yang terkadang menangani urusan publik di kota Florence. Machiavelli hidup dan besar dalam suasana politik yang dapat dikatakan tidak stabil dan penuh guncangan. Wilayah semenanjung Italia mengalami disintegrasi dan terpecah menjadi lima negara kota, yakni Milan, Venice, Naples, Negara-Negara Paus, dan Florence, yang dimana kelima negara kota tersebut saling bersaing satu sama lain. Keadaan yang muram ini berbeda jauh dengan keadaan ketika wilayah Italia mengalami zaman keemasan pada masaimperium Romawi kuno dulu. Keberhasilan imperium Romawi kuno dalam mengendalikan kekuasaan yang membentang dari Timur Tengah sampai ujung daratan Eropa selama berabad-abad dengan pusat pemerintahan di Kota Roma. Imperium Romawi kuno dapat sebegitu hebatnya karena kewargaannya dibangun di atas kebanggaan dan identitas kolektif yang menekankan pada watak kewiraan serta patriotisme yang mendalam. Pada masa Machiavelli hidup, watak itu nyaris hilang akibat dilahap kepentingan- kepentingan faksional dan tujuan-tujuan jangka pendek yang bersifat terbatas. Sehingga Machiavelli menjadikan masa kegemilangan imperium Romawi kuno tersebut menjadi acuannya atau inspirasi Machiavelli dalam membangun kerangka filsafat politiknya. Karena itu, berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dilalui sepanjang hidupnya, Machiavelli selalu terobsesi bagaimana cara menciptakan negara yang stabil yang didukung kepatuhan murni warganegara dan bukan kepalsuan semata. Ia seolah ingin menuangkan kembali kegemilangan masa lalu Romawi yang lenyap. Ketika tahun 1498 dalam umur 29, Machiavelli diangkat sebagai anggota Canselor kedua, Republik Florence. Kedudukannya sebagai Canselor membawa Machiavelli masuk dalam Ten of War, yakni Majelis Perang yang beranggotakan sepuluh orang yang dipercayai untuk mengurus hubungan luar negeri dan diplomatik Florence. Tugas-tugas tersebut telah banyak memberikan ilham dan pengajaran bagi Machiavelli dalam menghadapi lawan diplomatik. Selama itu juga ia secara seksama memperhatikan berbagai watak, sifat, dan karakter para pejabat politik. Seperti bagaimana cara mereka menghadapi persoalan, menghadapi rintangan, tipu daya, serta keluar dari keadaan genting yang bersangkutan dengan politik. Machiavelli juga menulis beberapa buku seperti The Prince (Pangeran), The Discorsi (Uraian), The Art of War (Seni Perang), dan The History of Florence (Sejarah Kota Florence). Bukunya yang paling terkenal adalah The Prince (Pangeran. Buku tersebut pada awalnya ditulis sebagai harapan untuk memperbaiki kondisi pemerintahan di Italia Utara, namun kemudian digunakan menjadi buku umum dalam berpolitik pada masa itu. The Prince atau Sang Pangeran menguraikan tindakan yang bisa atau perlu dilakukan seseorang untuk mendapatkan atau mempertahankan kekuasaan. Nama Machiavelli kemudian diasosiasikan dengan hal yang buruk untuk menghalalkan segala cara untuk mencapai suatu tujuan. Pemikiran Machiavelli sepenuhnya mencerminkan hidupnya, zamannya, dan lingkungannya. Kekejaman dalam buku karyanya The Prince mencerminkan kekejamaan kehidupan politik yang disaksikannya maupun yang dialaminya. Dalam karyanya tersebut (The Prince) menggambarkan bila anda adalah seorang pangeran yang memerintah di suatu negeri, maka tujuan utama Anda adalah tetap memegang kekuasaan dan menjalankan pemerintahan demi keuntungan sendiri setinggi-tingginya. Dari pengalaman tersebut Machiavelli mengambil kesimpulan bahwa keberhasilan dan kegagalan seorang pemimpin dalam menempa kejayaan ada pada satu garis tipis, bukan semata ditentukan oleh kekuatan militer dan kekayaan, tetapi juga keberaniannya menghadapi resiko marabahaya yang muncul. Dalam menilai dan menganalisis situasi, Machiavelli selalu mengambil metode historis komparatif yang membandingkan situasi yang dilihat dengan fenomena yang pernah terjadi dalam sejarah. Karena menurutnya sejarah adalah pengulangan masa lalu dan kita tidak akan pernah lepas dari kitaran sejarah. Politik sebagai sebuah sistem dalam kehidupan manusia mempunyai porsi yang cukup penting hingga bisa dikatakan, tidak ada satu komunitas manusia di mana pun yang terlepas dari politik. Hal ini karena politik muncul secara alami atas dasar kebutuhan manusia mengenai pengaturan hidupnya dan menghindari konflik antar sesama manusia dalam menuju kesejahteraan bersama. Sistem dan konsep politik tersebut terpusat dalam masalah kekuasaan. Bila politik merupaka unsur alami dalam lingkup komunitas manusia yang disebut masyarakat, maka nilai-nilai masyarakat akan sangat berpengaruh dalam politik juga. Maka kekuasaan juga harus dibangun di atas nilai-nilai dan norma-norma tersebut. Nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat itulah yang akan mengikat setiap individu masyarakat. Meski setiap manusia memiliki kepentingannya masing-masing, namun hal tersebut telah melebur dalam sebuah kesepakatan bersama ketika mereka sepakat dalam membentuk sebuah masyarakat, inilah yang disebut dengan general will. Dan dari norma- norma tersebut, membentuk sebuah pedoman dalam menentukan baik-buruk dalam kehidupan masyarakat dan inilah yang disebut dengan etika publik atau etika berpolitik karena sejatinya Machiavelli tidak memberikan solusi terhadap perbaikan kondisi masyarakat dan juga stabilitas politik karena apa yang ia sampaikan menyalahi sifat alami manusia ketika bersepakat dalam membentuk masyarakat, sehingga ia melihat manusia adalah musuh bagi manusia yang lain. Wallahu a’lam bis showab.