Literasi keuangan dan pengelolaan
keuangan keluarga dalam perspektif
budaya Jawa dan Bugis
JBB
7, 1
31
Reni Tri Purniawati1, Lutfi2
1, 2
STIE Perbanas Surabaya, Jalan Nginden Semolo 34-36 Surabaya 60118,
Jawa Timur, Indonesia
ABSTRACT
Consumptive behavior can negatively affect family welfare. Financial literacy is one of
the factors which may affect family financial management behavior. This family financial
may differ across ethnic groups due to the different characters and principles of life
among them. This study aimed to examine the effect of financial literacy on family financial management using ethnic as a moderating variable. This study uses a questionnaire
instrument that is distributed to 140 respondents of Javanese in Madiun residency and
96 respondents of Bugis at Makassar, East Sulawesi. The data analysis technique is multiple regression analysis. This research use purposive sampling and convenience sampling as the sampling technique. The result of this study shows that financial literacy
positively affect family financial management behavior, while ethnic does not moderate
the effect of financial literacy on family financial management behavior. This study suggests that families, both Javanese and Bugis, need to enhance their financial literacy to
enable them to manage their finance well so that they can improve their welfare.
Received 6 February 2017
Revised 20 April 2017
Accepted 28 May 2017
JEL Classification:
G21
DOI:
10.14414/jbb.v7i1.963
ABSTRAK
Perilaku konsumtif dapat berdampak negatif pada kesejahteraan keluarga. Melek finansial adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku manajemen keuangan
keluarga. Keuangan keluarga ini mungkin berbeda antarkelompok etnis karena perbedaan karakter dan prinsip kehidupan di antara mereka. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji pengaruh literasi keuangan terhadap pengelolaan keuangan keluarga dengan
menggunakan etnik sebagai variabel moderating. Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner yang didistribusikan kepada 140 responden orang Jawa di residensi Madiun dan 96 responden Bugis di Makassar, Sulawesi Timur. Teknik analisis data adalah
analisis regresi berganda. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dan
convenience sampling sebagai teknik pengambilan sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa literasi keuangan berpengaruh positif terhadap perilaku pengelolaan keuangan keluarga, sedangkan etnis tidak memoderatori efek literasi finansial terhadap perilaku manajemen keuangan keluarga. Studi ini menunjukkan bahwa keluarga, baik orang
Jawa maupun Bugis, perlu meningkatkan kemampuan literasiek finansial mereka untuk
memungkinkan mereka mengelola keuangan mereka dengan baik sehingga mereka dapat
meningkatkan kesejahteraannya.
Keywords:
Financial Management, Financial Literacy, and Ethnic.
Journal of
Business and Banking
ISSN 2088-7841
Volume 7 Number 1
May – October 2017
pp. 31–46
1. PENDAHULUAN
Salah satu karakteristik masyarakat Indonesia yang menonjol adalah
sikap konsumtif. Indonesia merupakan negara dengan tingkat konsumtif terbesar ke dua setelah Singapura. Hal ini terlihat dari jumlah
© STIE Perbanas Press
2017
Literasi keuangan
32
nilai transaksi kartu kredit sebesar 250 triliun setiap tahunnya (forum.idws.id, diakses 28 September 2016).
Bank Dunia menjelaskan bahwa masyarakat Indonesia kelas menengah ke atas memiliki nilai belanja yang sangat fantastis yaitu untuk belanja pakaian dan alas kaki pada tahun 2010 mencapai Rp 113,4
triliun, belanja untuk rumah tangga dan jasa sebesar Rp 194,4 triliun,
belanja di luar negeri sebesar Rp 50 triliun dan biaya transportasi Rp
283,6 triliun (www.kompasiana.com, diakses 20 September 2016). Sifat
konsumtif tersebut akan berdampak pada kesejahteraan keluarga
apabila dalam keluarga terdiri dari individu-individu dengan tingkat
konsumtif yang tinggi. Keterbatasan mengenai pengelolaan keuangan
keluarga dan ketidakpedulian terhadap pengetahuan dasar keuangan
dapat menyebabkan kurangnya perencanaan pensiun dan kurangnya
kesejahteraan dalam keluarga tersebut (Norma Yulianti & Meliza
Silvy 2013; Van Rooij dkk. 2011; Lusardi & Mitchelli 2007).
Pengelolaan keuangan keluarga adalah cara seseorang mengatur
dan menggunakan uang dan harta dalam keluarga tersebut. Pengelolaan uang (manajemen uang) adalah suatu proses dimana seseorang
dapat menguasai dan menggunakan aset secara produktif (Ida & Cinthia Yohana Dwinta 2010; Hilgert & Hogarth 2003).
Literasi keuangan merupakan faktor yang memiliki pengaruh
terhadap pengelolaan keuangan keluarga. Literasi keuangan adalah
pengetahuan dan kemampuan seseorang dalam mengelola keuangan
(Huston 2010). Literasi keuangan berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku keuangan mahasiswa (Nujmatul Laily 2013). Literasi
keuangan berpengaruh terhadap perilaku menabung (Mahdzan &
Tabiani 2013), penggunaan mobile banking (Servon & Kaestner 2008),
persiapan pensiun (Lusardi & Mitchelli 2007), perilaku berhutang
(Gathergood 2012; Norvilitis 2006), Literasi keuangan juga berpengaruh dalam keputusan diversifikasi portofolio dan pengambilan keputusan investasi (Hastings & Mitchell 2011). Literasi keuangan pada
akhirnya dapat berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga (Van
Rooij dkk. 2011; Huston 2010).
Meskipun demikian terdapat penelitian yang tidak sejalan dengan hasil yang diuraikan diatas. Literasi keuangan tidak berpengaruh
terhadap perilaku berhutung (Robb & Sharpe 2009) dan perilaku keuangan (Naila Al Kholilah dan Rr. Iramani 2013).
Hasil penelitian yang tidak konsisten seperti yang diuraikan di
atas dapat mengindikasikan adanya variabel yang memoderasi pengaruh literasi keuangan terhadap pengelolaan keuangan.
Variabel yang dapat memoderasi pengaruh literasi keuangan terhadap pengelolaan keuangan keluarga adalah variabel etnis (Perry &
Morris 2005). Terdapat perbedaan perilaku keuangan terutama oleh
ras atau etnis (Robb & Woodyard 2011; Aizcorbe 2003). Kaum etnis
mayoritas dengan literasi keuangan yang baik akan dengan mudah
mengelola keuangannya tanpa ada rasa khawatir akan kekurangan
uang. Hal ini akan berbeda dengan kaum etnis minoritas yang cenderung kesulitan untuk mengelola keuangannya dengan baik. Dengan
demikian, etnis dapat memoderasi pengaruh pengetahuan keuangan
dan perilaku keuangan yang bertanggung jawab (Perry & Morris
2005).
Penelitian ini terkait literasi keuangan dan perilaku pengelolaan
keluarga ini perlu dilakukan karena keberhasilan dalam pengelolaan
keuangan dapat mempengaruhi kesejahteraan finansial keluarga. Selain itu, dengan mengkaji pengaruh dari faktor etnis maka diperoleh
informasi mengenai perlu tidaknya adanya perbedaan dalam kebijakan dan program edukasi keuangan.
Mendasarkan pada uraian diatas maka penelitian ini bermaksud
mengkaji pengaruh literasi keuangan terhadap perilaku keuangan
keluarga dengan menggunakan faktor etnis sebagai moderasi. Dua
etnis yang diteliti mewakili etnis Jawa dan Bugis, Etnis Jawa diwakili
oleh wilayah Karesidenan Madiun yang terdiri dari Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ponorogo, Kota Madiun, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Magetan, sedang etnis Bugis diwakili oleh wilayah Kota Makasar.
2. RERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS
Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan keuangan adalah cara mengatur dan mengendalikan
keuangan serta aset yang dimiliki untuk memenuhi segala kebutuhan
hidup saat ini dan di masa yang akan datang secara produktif. Perilaku pengelolaan keuangan berhubungan dengan tanggung jawab seseorang mengenai cara mengelola keuangan dan aset lainnya secara
produktif (Ida dan Cinthia Yohana Dwinta 2010). Hilgert dan Hogarth (2003) menyatakan bahwa latihan pengelolaan keuangan dalam
rumah tangga dapat diukur berdasarkan pada (1) Pengelolaan arus
kas, seperti kepemilikian rekening koran, ketepatan waktu dalam
membayar tagihan, taksiran biaya-biaya, dan penggunaan rencana
belanja atau anggaran; (2) Pengelolaan kredit, seperti kepemilikan
kartu kredit, membayar saldo kartu kredit secara penuh setiap bulan,
mengulas laporan kredit, dan membandingkan penawaran sebelum
mengajukan permohonan kartu kredit; (3) Simpanan, seperti kepemilikan akun tabungan, kepemilikian dana jaga-jaga, simpanan untuk
jangka panjang seperti pendidikan, rumah dan lainnya, dan kepemilikan sertifikat deposito; (4) Investasi, seperti kepemilikan obligasi,
kepemilikan saham umum, kepemilikan akun investasi, dan kepemilikan akun untuk dana pensiun; dan Pengalaman keuangan yang
lainnya, seperti kepemilikan rumah sendiri, pembelian rumah, melakukan pemungutan pajak sendiri setiap tahun, dan selalu membuat
rencana tujuan keuangan masa depan.
Adapun Perry dan Morris (2005) menyatakan bahwa pengelolaan
keuangan dapat diukur berdasarkan (1) Pengendalian pengeluaran;
(2) Membayar tagihan secara tepat waktu; (3) Merencanakan keuangan masa depan seseorang; (4) Menyimpan uang; dan (5) Menyediakan kebutuhan untuk diri sendiri dan keluarga.
Literasi Keuangan
Lusardi dan Mitchell (2013) menyatakan bahwa literasi keuangan
adalah kemampuan seseorang untuk mengelola informasi ekonomi,
membuat perencanaan keuangan, dan membuat keputusan yang le-
JBB
7, 1
33
Literasi keuangan
34
bih baik tentang akumulasi kekayaan, pensiun, dan juga hutang. Menurut Huston (2010), pengetahuan keuangan adalah dimensi integral,
tetapi tidak setara dengan literasi keuangan.
Menurut Farah Margaretha dan Siti May Sari (2015), tingkat literasi keuangan yang dimiliki oleh seseorang dapat dilihat melalui (1)
Sebijak apa orang tersebut mampu memberdayagunakan sumber
daya keuangan. Dalam hal ini, seseorang yang memiliki literasi keuangan yang baik akan mampu menggunakan sumber daya keuanganya dengan baik dan maksimal pula; (2) Menentukan sumber
pembelanjaan. Orang dengan literasi keuangan yang baik dapat menentukan dari mana sumber pembelanjaan yang dimilikinya; (3)
Mengelola risiko jiwa. Sebaik apa seseorang dalam mengelola resiko
jiwanya dapat dilihat dari seberapa baik literasi keuangan yang dimilikinya; (4) Mengelola aset yang dimilikinya. Aset merupakan hal
yang sangat penting yang tidak hanya harus dijaga, tetapi juga harus
dikelola. Pengelolaan aset yang baik akan menunjukkan sebaik apa
pula tingkat literasi keuangan yang dimiliki oleh seseorang; dan (5)
Mempersiapkan keamanan dari sumber keuangan di masa yang akan
datang apabila sudah tidak memiliki pekerjaan. Seseorang yang memiliki tingkat literasi yang baik, akan mempersiapkan masa pensiunnya dengan baik, karena hal ini berkaitan dengan masa tuanya setelah tidak memiliki perkerjaan.
Chen dan Volpe (1998) menyatakan bahwa literasi keuangan dapat diukur melalui pernyataan-pernyataan dalam kuesioner yang
mencakup (1) Literasi keuangan seperti bagaimana mengecek akun
rekonsiliasi, pengetahuan mengenai literasi keuangan secara pribadi,
dan mengenai biaya-biaya lainnya; (2) Simpanan dan pinjaman, suku
bunga, dan seputar investasi; (3) Asuransi, seperti alasan pentingnya
asuransi, dan keputusan untuk berasuransi; dan (4) Investasi, seperti
jenis investasi, bunga yang didapat untuk tabungannya di bank dalam periode tertentu, dan juga resiko dalam investasi.
Etnis
Perbedaan-perbedaan yang terdapat pada setiap etnis akan membuat
masing-masing etnis memiliki ciri khas sendiri-sendiri. Seperti etnis
Jawa yang cenderung memiliki prinsip narimo ing pandumyang berarti
bahwa sebagai manusia harus pasrah terhadap apa yang sudah dikehendaki oleh Yang Maha Kuasa (Elisabet Titik Murtisari 2013). Masyarakat Jawa cenderung tidak berani untuk mengambil resiko tinggi
ketika berhubungan dengan masalah keuangan.
Ketika memiliki uang yang lebih hanya akan disimpan pada tabungan bank saja, tidak berani untuk diinvestasikan kepada hal-hal
lain yang memiliki risiko tinggi. Hal ini berbeda dengan karakteristik
orang Makassar yang memiliki prinsip untuk tidak mudah menerima
(tidak nrimo). Masyarakat Makassar cenderung memiliki karakter
yang pantang menyerah dan selalu berusaha untuk lebih baik dalam
segala hal. Masyarakat Makassar berani untuk mengambil resiko
tinggi seperti berhutang dan berinvestasi untuk mencukupi kebutuhan ekonominya, selalu bekerja keras, dan juga tidak menyerah untuk
membuat suatu usaha meskipun sering mengalami kegagalan.
Robb dan Woodyard (2011) mengatakan bahwa etnis dan ras
memiliki perbedaan dalam hal pengelolaan keuangan. Perry dan
Morris (2005) menyatakan bahwa etnis berhubungan dengan perilaku
keuangan.
Pengaruh Literasi Keuangan terhadap Pengelolaan Keuangan
Faktor kritis yang menjadi dasar dalam pengambilan keputusan keuangan adalah pengetahuan keuangan (Ida dan Cithia Yohana Dwinta
2010). Menurut Nujmatul Laily (2013), literasi keuangan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap perilaku keuangan mahasiswa.
Hal tersebut juga dijelaskan oleh Mahdzan dan Tabiani (2013) yang
menemukan bukti bahwa literasi keuangan dengan tingkat tertinggi
secara positif memiliki pengaruh terhadap simpanan individu, yang
berarti bahwa literasi keuangan berpengaruh terhadap pengelolaan
keuangan. Van Rooij dkk. (2011) menyatakan bahwa literasi keuangan berkorelasi dengan kekayaan dalam pengambilan keputusan
investasi. Lusardi & Mitchelli (2007) menyatakan bahwa individu
dengan literasi keuangan lebih tinggi merencankan pensiunnya dengan lebih baik dan selanjutnya bedampak pada kesejahateraan yang
lebih baik. Gathergood (2012) dan Norvilitis dkk. (2006) memberikan
bukti bahwa kurang pengetahuan keuangan menyebabkan seseorang
terlalu banyak berutang, termasuk penggunaan kartu berlebihan.
Di sisi lain, Hastings dan Mitchell (2011) menjelaskan bahwa literasi keuangan hanya berpengaruh lemah terhadap pengelolaan keuangan. Naila Al Kholilah dan Rr. Iramani (2013) menyatakan bahwa
tidak ada efek langsung dari pengetahuan keuangan terhadap perilaku manajemen keuangan.
Meskipun terdapat berberapa perbedaan hasil penelitian mengenai pengaruh literasi keuangan terhadap pengelolaan keuangan, namun hingga saat ini penelitian-penelitian yang ada mayoritas memberikan hasil bahwa literasi keuangan berpengaruh secara signifikan
terhadap pengelolaan keuangan.Berdasarkan uraian tersebut,maka
dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Literasi keuangan berpengaruh positif terhadap pengelolaan keuangan keluarga.
Moderasi Etnis dalam Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Pengelolaan Keuangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku keuangan seseorang adalah kepuasan keuangan, pendapatan, pendidikan, usia, ras, dan etnis
(Robb dan Woodyard 2011). Perry dan Morris (2005) menyatakan jika
etnis memiliki hubungan dengan pengelolaan keuangan. Semua
orang dari berbagai etnis memiliki tingkat literasi keuangan tertentu.
Namun, tidak semuanya dapat mengelola keuangannya dengan baik.
Hal ini dikarenakan masing-masing etnis memiliki adat dan budaya
yang berbeda dalam menggunakan uangnya. Yao et. al (2005) memberi bukti bahwa orang Kulit Hitam dan Hispanik lebih berani mengambil risiko finansial lebih besar di banding yang bersedia diambil
oleh orang kulit putih. Bumcrot dkk. (2013) menyatakan bahwa penduduk dari wilayah berbeda di Amerika memiliki tingkat literasi
JBB
7, 1
35
Literasi keuangan
Perilaku
Pengelolaan
Keuangan
(+)
Literasi Keuangan
(+)/(-)
36
Etnis
Gambar 1
Rerangka Pemikiran
keuangan yang berbeda dan perbedaan tingkat literasi ini selanjuytnya berdampak pada tingkat kesejahteraan mereka.
Perry dan Morris (2005) menyatakan bahwa etnis memoderasi
hubungan antara pengetahuan keuangan dan perilaku pengelolaan
keuangan yang bertanggung jawab. Dengan tingkat literasi keuangan
tertentu, Orang Amerika Kulit Hitam dan Amerika Hispanik memiliki perilaku pengelolaan keuangan lebih baik dibanding yang dimiliki
oleh orang Amerika keturunan Asia. Berdasarkan uraian tersebut,
maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Etnis memoderasi pengaruh literasi keuangan terhadap pengelolaan keuangan keluarga.
Kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini disajikan pada
Gambar 1. Literasi berpengaruh terhadap perilaku pengelolaan keluarga. Selanjutnya, aspek etnis yang diwakili oleh suku Jawa dan
suku Bugis memoderasi pengaruh literasi keuangan terhadap perilaku keuangan keluarga.
3. METODE PENELITIAN
Klasifikasi Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di wilayah Karesidenan Madiun dan kota Makassar. Pengambilan sampel
pada penelitian ini berdasarkan non probability sampling (sampling
non peluang/non random) yaitu setiap populasi yang ada tidak diberi peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel (Supriyanto 2009:
125). Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian
iniadalah purposive sampling di mana peneliti mengambil sampel sesuai dengan kriteria yang diinginkan (Juliansyah Noor 2009:155). Kriteria sampel tersebut adalah (1) Masyarakat yang berdomisili di wilayah Karesidenan Madiun dan kota Makassar dengan etnis Bugis; (2)
Sudah memiliki keluarga dan menjadi pengelola keuangan di dalam
keluarganya; dan (3) Memiliki total pendapatan keluarga ≥ Rp
4.000.000,- per bulan untuk yang berpenghasilan tetap maupun tidak
tetap.
Selanjutnya responden yang memenuhi kriteria dipilih dengan
menggunakan teknik convenience samplingyang mana teknik ini digunakan dengan pertimbangan karena mudah untuk dicapai (Juliansyah Noor 2009: 155).
Data Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif karena data bersifat numerik dan dapat dianalisis dengan statistik
parametrik. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan
survei dengan kuesioner sebagai instrumennya, sehingga sumber data yang digunakan adalah data primer. Berdasarkan dimensi waktunya penelitian ini termasuk ke dalam penelitian one-shot atau cross
sectional yaitu data yang digunakan untuk penelitian dikumpulkan
dalam periode harian, mingguan, atau bulanan.
Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah variabel tergantung, variabel bebas, dan variabel moderasi yaitu Variabel bebas (variabel yang mempengaruhi) adalah literasi keuangan. Variabel tergantung (variabel yang dipengaruhi atau variabel terikat) adalah
pengelolaan keuangan keluarga.Variabel moderasi yaitu etnis.
Definisi Operasional Variabel
Perilaku Pengelolaan Keuangan Keluarga
Perilaku pengelolaan keuangan adalah cara seseorang mengatur dan
mengendalikan keuangan dan aset yang dimiliki dalam keluarga secara produktif, sehingga dapat memenuhi segala kebutuhan keluarga
dan dapat mencapai kesejahteraan.Variabel perilaku pengelolaan
keuangan keluarga diukur dengan pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam kuesioner.
Pernyataan yang diberikan berkaitan dengan pengelolaan keuangan dalam sebuah keluarga yang mencakup mengenai cara mengelola hutang, investasi, dan penyisihan dana untuk hari tua. Variabel
ini diukur dengan pernyataan pernah hingga tidak pernah dalam
menghadapi suatu kejadian tertentu. Skala yang digunakan dalam
variabel ini adalah skala Likert yang memiliki rentang 1 hingga 5, 1
berupa jawaban tidak pernah, 2 untuk jawaban kadang-kadang,
hingga 5 untuk jawaban selalu.
Literasi Keuangan
Literasi keuangan adalah pengetahuan, kemampuan, keterampilan
dan juga pemahaman seseorang tentang bagaimana cara mengelola
keuangan yang baik dan bijak. Variabel ini diukur dengan pernyataan-pernyataan multiple choice dalam kuesioner. Variabel ini akan
diukur dengan menggunakan skala rasio dengan membandingkan
jawaban yang benar dari responden dengan jumlah soal yang disediakan. Chen dan Volpe (1998) membagi literasi keuangan menjadi
empat kategori, yaitu (1) Pengetahuan keuangan dasar (inflasi, kekayan bersih, dan jenis aset); (2) Perbankan (simpanan, bunga, dan
kredit); (3) Investasi (instrumen pasar modal, reksadana, risk dan return, laba dan bagi hasil surat berharga, dan pengaruh suku bunga);
dan (4) Asuransi dan dana pensiun.
𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐾𝑒𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐾𝑒𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
.
(1)
JBB
7, 1
37
Tabel 1
Skala Interval Literasi Keuangan
Literasi keuangan
Nilai Interval
Nilai
< 60%
60% - 79%
> 80%
38
1
2
3
Sumber: Chen dan Volpe (1998).
Tabel 2
Pengukuran Variabel Etnis
Keterangan
Etnis Jawa
Etnis Bugis
Skor
1
0
Penentuan skala literasi keuangan secara singkat disajikan dalam
Tabel 1.
Etnis
Etnis merupakan sekelompok masyarakat yang memiliki perbedaan
dari segi ras, budaya, bahasa, adat istiadat, kebiasaan dan agama.
Perbedaan yang dimiliki setiap etnis akan berpengaruh pula terhadap
pengelolaan keuangannya. Variabel etnis pada penelitian ini diukur
dengan menggunakan variabel dummy, dengan skor sebagaimana
disajikan pada Tabel 2.
Alat Analisis
Dalam penelitian ini, analisis menggunakan teknik analisis regresi
linier berganda (Multiple Regression Analysis). Model persamaan Multiple Regression Analysis (MRA) untuk mengukur pengaruh literasi
keuangan terhadap pengelolaan keuangan keluarga dengan etnis sebagai variabel moderasi adalah sebagia berikut:
PKK = ß0 + ß1 LK + ß2 LK*DE + e.
(2)
Di mana:
PKK = Pengelolaan Keuangan Keluarga
ß0
= Konstanta
β1, ß2, =Koefisien regresi yang akan diuji
LK
= Literasi Keuangan
DE
= Dummy Etnis
e
= Tingkat kesalah atau error.
4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Analisis deskriptif memberikan gambaran seluruh variabel dalam
penelitian ini yaitu pengelolaan keuangan keluarga, literasi keuangan, dan etnis. Hasil uji deskriptif disajikan pada Tabel 3 dan Tabel
4.
Tabel 3 dan Tabel 4 memperlihatkan bahwa terdapat tujuh item
pernyataan mengenai pengelolaan keuangan yang dijawab oleh responden etnis Jawa dan etnis Bugis. Pada pernyataan item pertama
total responden etnis Jawa yang menjawab selalu hingga sangat sering sebanyak 97 orang atau sebesar 93,28%. Sedangkan pada etnis
Bugis, total responden untuk item pertama dengan jawaban selalu
Tabel 3
Tanggapan Responden Etnis Jawa terhadap Variabel Pengelolaan
Keuangan
Indikator
Membayar tagihan (kewajiban bulanan) tepat
waktu
Mengambil uang tabungan atau mencairkan
investasi karena harus
membayar tagihan
Menggunakan hutang
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
Menyisihkan uang untuk menabung dan berinvestasi
Meneliti pendapatan
dan pengeluaran keluarga saya
Menyisihkan penghasilan untuk hari tua saya
dan keluarga
Uang habis sebelum
memperoleh pendapatan bulan berikutnya
Sumber: Data diolah.
TP (1)
F
%
1 0,96
KK (2)
f
%
6 5,77
S (3)
F
%
25 24,04
SS (4)
F
%
10 9,62
S (5)
F
%
62 59,62
2 1,92
2 1,92
14 13,46
56 53,85
30 28,85
1 0,96
0 0,00
6 5,77
44 42,31
53 50,96
1 0,96
28 26,92
36 34,62
13 12,50
26 25,00
0 0,00
24 23,08
44 42,31
16 15,38
20 19,23
4 3,85
19 18,27
32 30,77
21 20,19
28 26,92
1 0,96
0 0,00
5 4,81
61 58,65
37 35,58
JBB
7, 1
39
hingga sangat sering sebanyak 88 orang atau sebesar 91,67%. Hal ini
berarti bahwa mayoritas responden etnis Jawa dan etnis Bugis membayar kewajibannya secara tepat waktu. Pada pernyataan keempat
total responden etnis Jawa yang memberikan jawaban selalu hingga
sangat seringsebanyak 75 orang atau sebesar 72,12% dan etnis Bugis
sebanyak 85 orang atau sebesar 88,54%. Hal ini berarti bahwa kebanyakan responden telah menyisihkan uangnya untuk menabung dan
berinvestasi, dengan demikian masyarakat telah mengetahui pentingnya untuk menabung dan berinvestasi terutama masyarakat Bugis yang memiliki persentase lebih besar dari masyarakat Jawa. Pada
pernyataan kelima responden yang menjawab selalu hingga sangat
sering adalah sebanyak 80 orang atau sebesar76,92% untuk etnis Jawa
dan sebanyak 77 orang atau sebesar 80,2% untuk etnis Bugis. Hal ini
berarti bahwa baik masyarakat Bugis maupun masyarakat Jawasudah
mulai meneliti mengenai jumlah pendapatan dan pengeluarannyadan
menyadari akan pentingnya meneliti pendapatan dan pengeluaran
dalam keluarganya. Sedangkan pada pernyataan keenam jumlah jawaban responden selalu hingga sangat sering untuk etnis Jawa adalah sebanyak 81 orang atau sebesar 77,88%, sedangkan untuk etnis
Bugis adalah sebanyak 89 orang atau sebesar 92,72%. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar respondenJawa dan Bugis telah menyadari
akan pentingnya dana untuk hari tua, sehingga rata-rata responden
telah menyisihkan pendapatannya untuk hari tua.
Gambar 2 dan Gambar 3 menyajikan pengetahuan keuangan terbagi menjadi 3 interval nilai, yaitu < 60% dengan kriteria kurang baik;
60% - 79% dengan kriteria cukup baik; dan > 80% dengan kriteria
Literasi keuangan
Tabel 4
Tanggapan Responden Etnis Bugis terhadap Variabel Pengelolaan
Keuangan
Indikator
40
Membayar tagihan (kewajiban bulanan) tepat
waktu
Mengambil uang tabungan atau mencairkan
investasi karena harus
membayar tagihan
Menggunakan hutang
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
Menyisihkan uang untuk menabung dan berinvestasi
Meneliti pendapatan
dan pengeluaran keluarga saya
Menyisihkan penghasilan untuk hari tua saya
dan keluarga
Uang habis sebelum
memperoleh pendapatan bulan berikutnya
Sumber: Data diolah.
TP (1)
F
%
0 0,00
KK (2)
F
%
8 8,33
S (3)
F
%
25 26,04
SS (4)
F
%
21 21,88
S (5)
F
%
42 43,75
2 2,08
7 7,29
24 25,00
27 28,13
36 37,50
1 1,04
3 3,13
3 3,13
29 30,21
60 62,50
1 1,04
10 10,42
39 40,63
26 27,08
20 20,83
3 3,13
16 16,67
43 44,79
14 14,58
20 20,83
0 0,00
7 7,29
34 35,42
22 22,92
33 34,38
1 1,04
3 3,13
9 9,38
50 52,08
33 34,38
sangat baik. Pada interval < 60%etnis Jawa memiliki persentase lebih
kecil dibanding etnis Bugis yaitu sebesar 28%dan etnis Bugis sebesar
50%. Sedangkan pada interval 60%-79% etnis Jawa memiliki persentase yang lebih besar dibanding etnis Bugis yaitu 56% dan Bugis 36%.
Hal ini menunjukkan bahwa responden masyarakat Jawa memiliki literasi keuangan yang cukup baik dibanding masyarakat Bugis, hal ini
dapat dibuktikan pada gambar di atas bahwa masyarakat Jawa memiliki nilai persentase terbesar pada interval 60%-79%, sedangkan masyarakat Bugis secara mayoritas memiliki literasi keuangan yang kurang
baik yaitu dengan nilai persentase terbesar pada interval < 60%.
Tabel 5 menyajikan hasil uji regresi. Literasi keuangan memiliki
arah nilai yang positif terhadap pengelolaan keuangan keluarga yaitu
sebesar 0,587. Nilai signifikansi literasi keuangan menunjukkan adalah 0,000 < 0,05 dan t-hitung lebih besar daripada t-tabel (4,456 >
1,6526), sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel literasi keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengelolaan keuangan keluarga.
Tabel 5 juga menjelaskan bahwa variabel moderasi (etnis) memiliki arah nilai yang negatif pada pengaruh literasi keuangan terhadap
pengelolaan keuangan keluarga dengan nilai sebesar -0,010. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa etnis tidak mampu memoderasi
pengaruh literasi keuangan terhadap pengelolaan keuangan keluarga.
Pengaruh Literasi Keuangan
Berdasarkan dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa literasi keu-
Literasi Keuangan Etnis Jawa
17; 16%
JBB
7, 1
29; 28%
<60% Kurang Baik
60%-79% Cukup Baik
58; 56%
>80% Sangat Baik
Gambar 2
Diagram Jawaban Responden Etnis Jawa tentang Literasi Keuangan
Literasi Keuangan Etnis Bugis
13; 14%
35; 36%
48; 50%
<60% Kurang Baik
60%-79% Cukup Baik
>80% Sangat Baik
Gambar 3
Diagram Jawaban Responden Etnis Bugis tentang Literasi Keuangan
angan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pen
gelolaan keuangan keluarga. Dengan demikian berarti bahwa seseorang yang memiliki literasi keuangan yang baik, seperti pengetahuan
dasar mengenai literasi keuangan, simpanan dan pinjaman, investasi,
dan asuransi dengan baik dapat mengelola keuangan dalam keluarganya dengan baik pula. Seseorang yang telah paham dan mengerti
akan pentingnya literasi keuangan akan menerapkannya dalam kehidupan sehari-harinya. Misalkan individu tersebut mengetahui bahwa
menabung adalah hal yang penting dan wajib dilakukan sebelum
menggunakan uang untuk pengeluaran, maka individu tersebut akan
menerapkannya saat mengatur keuangan keluarganya.
Ketika seseorang memahami dengan baik tentang suku bunga
dan produk bank, baik produk simpanan maupun kredit, maka orang
akan dengan lebih sekasama dalam mengelola kredit yang diperoleh
dari bank. Orang tersebut akan lebih berupaya dalam membayar tagihan tepat waktu dan tidak menggunakan utang untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari karena akan memperbesar beban bunga yang
ditanggung dan menjadikannya semakin terpuruk dalam hutang (Gathergood 2012 dan Norvilitis dkk. 2006)
Semakin tinggi pemahaman seseorang mengenai investasi maka
orang tersebut akan semakin berupaya untuk menyisihkan sebagian
pendapatannya untuk tabungan dan investasi (Mahdzan dan Tabiani
2013; Van Rooij dkk. 2011). Semakin baik pemahaman seseorang tentang dana pensiun maka semakin peduli orang tersebut mengenai perlindungan keluarga dan hari tua. Seseorang dengan pemahaman tentang investasi dan dana pensiun lebih baik juga akan lebih cermat dalam meneliti pendapatan dan pengluarannya sehingga memiliki dana
yang dapat diinvestasikan untuk hari tua (Lusardi & Mitchelli 2007).
41
Literasi keuangan
Tabel 5
Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda dan Moderasi
Variabel
(Constant)
Literasi Keuangan
LK*DE
42
B
1,474
0,587
-0,010
t hitung
2,736
4,456
-0,522
t table
Sig.
Hasil
1,6526
1,65256
0,000
0,602
H0 ditolak
H0 diterima
Hasil yang signifikan pada penelitian ini dapat terjadi karena responden telah memiliki literasi keuangan yang cukup baik terutama
untuk etnis Jawa. Hal ini dapat dibuktikan bahwa dari nilai interval
pada gambar 3 dan gambar 4, maka sebesar 56% jawaban responden
etnis Jawa berada pada interval 60%-79% dan etnis Bugis sebesar 36%
yang menggambarkan bahwa literasi keuangan yang dimiliki responden dapat dikatakan cukup baik. Selain itu, persentase sebesar
16% dari etnis Jawa menunjukkan pada interval literasi keuangan
sangat baik yaitu > 80% dan persentase etnis Bugis sebesar 14% pada
interval tersebut. Hal ini berarti bahwa mayoritas masyarakat etnis
Jawa dan etnis Bugis memahami dengan cukup baik mengenai pengetahuan dasar literasi keuangan, simpanan dan pinjaman, investasi,
serta asuransi sehingga mereka dapat memberikan jawaban dengan
baik atas pernyataan yang berkaitan dengan empat hal tersebut. Dengan demikian, seseorang yang dapat memahami literasi keuangan
dengan baik akan cenderung memiliki pengelolaan keuangan yang
baik pula.
Peran Moderasi Etnis
Penelitian ini memberikan hasil bahwa etnis tidak mampu memoderasi pengaruh literasi keuangan terhadap pengelolaan keuangan keluarga. Secara total variabel etnis tidak memoderasi pengaruh literasi
keuangan terhadap pengelolaan keuangan keluarga, namun cerminan
dari variabel etnis pada penelitian ini diperkuat oleh etnis Bugis dengan nilai Beta -0,010. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
seseorang yang memiliki etnis berbeda belum tentu memiliki literasi
keuangan yang berbeda pula. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat pada Gambar 2 dan Gambar 3 bahwa etnis Jawa dan Etnis Bugis
memiliki nilai yang tidak jauh berbeda pada interval > 80% atau kriteria sangat baik, dimana etnis Jawa memiliki proporsi sebesar 16%
dan etnis Bugis memiliki proporsi sebesar 14%. Selain itu, tingat pendidikan yang dimiliki oleh responden dari etnis Jawa dan etnis Bugis
adalah mayoritas sarjana, sehingga secara literasi keuangan responden memiliki tingkat yang sama karena pendidikan mereka sama
meskipun etnis yang mereka miliki berbeda. Dengan demikian, meski
memiliki etnis yang berbeda, responden akan mengelola keuangannya berdasarkan tingkat literasi keuangannya bukan berdasarkan etnisnya.
Faktor lain yang membuktikan bahwa etnis Jawa dan etnis Bugis
tidak memiliki perbedaan dalam pengelolaan keuangan adalah berdasarkan karakteristik dan prinsip-prinsip hidupnya. Masyarakat
etnis Jawa dan etnis Bugis memiliki lebih banyak kesamaan daripada
perbedaan.Perbedaan tersebut adalah masyarakat etnis Jawa memiliki
karakter narimo ing pandum yang artinya adalah manusia pasrah terhadap apa yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan dan tidak ambisius
untuk mendapatkan sesuatu hal yang tidak bisa didapatkan. Hal ini
berbeda dengan prinsip masyarakat Bugis yaitu reso tamanginggi nelatei pammase puangyang artinya adalah masyarakat Bugis adalah seorang yang pekerja keras, tekun, dan pantang menyerah untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan dan percaya bahwa Tuhan akan
memberikan kemudahan dalam mencapai keinginannya tersebut.
Adapun persamaan karakter dan prinsip yang ada pada etnis Jawa dan etnis Bugis adalah bahwa masyarakat Jawa senantiasa untuk
bergotong royong membantu sesama manusia yang membutuhkan
pertolongan dengan segala cara dan masyarakat Jawa selalu memegang teguh pepatah “ringan sama dijinjing, berat sama dipikul”. Hal
tersebut juga terdapat pada karakter dan prinsip masyarakat Bugis
yaitu malilu sipakainge, mali siparappe, rebba sipatokkongyang memiliki
makna bahwa sesama manusia harus saling membantu dan saling
mengingatkan satu sama lain tidak boleh saling menjatuhkan.
Selain itu, masyarakat etnis Jawa selalu menghormati orang yang
lebih tua didalam prinsip hidupnya dan memegang teguh prinsip
ajining diri soko lathi, ajining rogosoko busono yang artinya bahwa kualitas diri seseorang akan dinilai dari apa yang diucapkannya, sedangkan jiwa/raga seseorang akan dinilai berdasarkan apa yang dipakainya. Prinsip tersebut juga dimiliki oleh masyarakat etnis Bugis yaitu Siri na pacce yang artinya bahwa masyarakat Bugis akan selalu
menjunjung tinggi rasa malu apabila melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan norma dan agama seperti tidak menghormati
orang yang lebih tua, tidak menjaga tutur kata dengan baik, dan berperilaku yang tidak sopan.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Perry dan Morris (2005) yang menyatakan bahwa etnis termasuk salah satu moderasi potensial yang berpengaruh terhadap ketiga variabel pada perilaku keuangan. Yang berarti bahwa etnis
mampu memoderasi pengaruh suatu variabel terhadap perilaku keuangan.
5. SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, DAN KETERBATASAN
Berdasarkan hasil uji terhadap hipotesis dan pembahasan pada penelitian ini maka menunjukkan bahwa literasi keuangan berpengaruh
positif signifikan terhadap pengelolaan keuangan keluarga di wilayah
Karesidenan Madiun sebagai daerah yang mewakili etnis Jawa dan
kota Makassar sebagai daerah yang mewakili etnis Bugis dan Pengaruh literasi keuangan terhadap pengelolaan keuangan keluarga di
masyarakat Karesidenan Madiun dan kota Makassar tidak dimoderasi oleh etnis.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu (1) Keterbatasan variabel pada penelitian ini yaitu hanya pengaruh literasi keuangan terhadap pengelolaan keuangan keluarga. Nilai R 2 hanya sebesar 9,1 persen, yang berarti bahwa masih terdapat variabel lain (90
persen) yang dapat mempengaruhi pengelolaan keuangan keluarga,
dan (2) Pendistribusian kuesioner untuk wilayah Makassar belum
JBB
7, 1
43
Literasi keuangan
44
mencakup semua kota yang dapat mewakili wilayah di Makassar.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel selain literasi keuangan, seperti faktor demografis dan faktor psikologis (Huston 2010). Peneliti selanjutnya apabila meneliti suatu kelompok tertentu sebaiknya membagi wilayah penelitian ke dalam bagian daerah-daerah sehingga bagian tersebut dapat mewakili kelompok yang diteliti, khususnya di wilayah yang memiliki karakteristik
berbeda.
Terdapat beberapa implikasi dari penelitian ini. Pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan lembaga-lembaga terkait perlu lebih
melakukan melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat
mengenali literasi keuangan agar masyarak lebih bijak dalam mengelola keuangan yang pada akhirnya akan menentukan kesejahteraan
masyarakat dan ekonomi secara keseluruhan. Di sisi lain, masyarakat
juga perlu meningkatkan literasi keuangan mereka melalui berbagai
sumber. Masyarak dapat belajar mandiri melalui berbagai laman khusus, seperti Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Bursa Efek Indonesia, atau berbagai laman lain banyak menyediakan informasi
keuangan.
DAFTAR RUJUKAN
Aizcorbe, AM, dkk. „Recent Changes in US Family Finances: Evidence
from The 1998 and 2001 Survey of Consumer Finances‟, Federal Reserve Bulletin, Januari 2003, Hal. 1-32.
Bumcrot, C, Lin, J and Lusardi, A 2013, „The geography of financial
literacy‟, Numeracy, Vol. 6, No. 2, Hal. 2.
Chen, H & Volpe, RP 1998, „An Analysis of Personal Financial Literacy
Among College Students‟, Financial Services Review, Vol. 7, No. 02,
Hal. 107-128.
Elisabet Titik Murtisari, 2013, „Some Traditional Javanese Values in
NSM: From God to Social Interaction‟, International Journal of Indonesian Studies, Vol. 1, Hal. 110-125.
Farah Margaretha & Siti May Sari, 2015, „Faktor Penentu Tingkat Literasi Keuangan Para Pengguna Kartu Kredit di Indonesia‟, Jurnal
Akuntansi dan Investasi, Vol. 16, No.2, Hal. 132-144.
Gathergood, J 2012, „Self-control, financial literacy and consumer overindebtedness‟, Journal of Economic Psychology, Vol. 33. No. 3, Hal.
590-602.
Hastings, JS & Mitchell, OS 2011, „How Financial Literacy And Impatience Shape Retirement Wealth And Investment Behaviors‟, Nber
Working Paper Series, No. 16740, Hal. 2-26.
Hilgert, MA & Hogarth, JM 2003, „Household Financial Management:
The Connection Between Knowledge and Behavior‟, Federal Reserve
Bulletin, Vol. 87, Hal. 309-322.
Huston, J Sandra, 2010, „Measuring Financial Literacy‟, The Journal of
Consumer Affairs, Vol. 44, No. 22, Hal. 296-136.
Ida & Cinthia Yohana Dwinta, 2010, „Pengaruh Locus of Control, Financial Knowledge, Income Terhadap Financial Management Behavior‟, Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 12, No. 3, Hal. 131-144.
Juliansyah Noor, 2012, Metode Penelitian, Jakarta: Kencana
Lusardi, A & Mitchell, O 2013, „The Economi Importance of Financial
Literacy: Theory and Evidence‟, Nber Working Paper Series, No.
18952, Hal. 1-63.
Lusardi, A & Mitchelli, OS 2007, „Financial literacy and retirement preparedness: Evidence and implications for financial education‟,
Business economics, Vol. 42, No. 1, Hal. 35-44
Mahdzan, NS & Tabiani, S 2013, „The Impact of Financial Literacy on
Individual Saving: An Exploratory Study in The Malaysian
Context‟, Transformations in Business & Economics, Vol. 12, No. 1,
Hal. 41-55.
Naila Al Kholilah & Rr. Iramani, 2013, „Studi Financial Management
Behavior Pada Masyarakat Surabaya‟, Journal of Business and Banking, Vol. 3, No. 1, Hal. 69-80.
Norma Yulianti & Meliza Silvy, 2013, „Sikap Pengelola Keuangan dan
Perilaku Perencanaan Investasi Keluarga di Surabaya‟, Journal of
Business and Banking, Vol. 3, No. 1, Hal. 57-68.
Norvilitis, JM, Merwin, MM, Osberg, TM, Roehling, PV, Young, P and
Kamas, MM 2006, „Personality factors, money attitudes, financial
knowledge, and credit‐card debt in college students‟, Journal of Applied Social Psychology, Vol. 36, No. 6, Hal. 1395-1413.
Nujmatul Laily, 2013, „Pengaruh Literasi Keuangan terhadap Perilaku
Mahasiswa Dalam Mengelola Keuangan‟, Journal of Accounting and
Business Education, Vol. 1, No. 4, Hal. 1-16.
Perry VG & Morris, MD 2005, „Who Is in Control? The Role of SelfPerception, Knowledge, and Income in Explaining Consumer Financial Behavior‟, The Journal of Consumer Affairs, Vol. 39, No. 2,
Hal. 299-313.
Robb, CA and Sharpe, DL 2009, „Effect of personal financial knowledge
on college students‟ credit card behavior‟, Journal of Financial Counseling and Planning, Vol. 20, No. 1, Hal. 25 - 43
Robb, CA & Woodyard, AS 2011, „Financial Knowledge and Best Practice Behavior‟, Journal of Financial Counseling and Planning, Vol. 22,
No. 1, Hal. 60-70.
Servon, LJ and Kaestner, R 2008, „Consumer financial literacy and the
impact of online banking on the financial behavior of lower‐income
bank customers‟, Journal of Consumer Affairs, Vol. 42, No. 2, Hal.
271-305.
Supriyanto, 2009, Metodologi Riset Bisnis, Jakarta: PT. Indeks.
Van Rooij, MC, Lusardi, A & Alessie, RJ 2011, „Financial literacy and
retirement planning in the Netherlands‟, Journal of Economic Psychology, Vol. 32, No. 4, Hal. 593-608.
Yao, R, Gutter, MS and Hanna, SD 2005, „The financial risk tolerance of
Blacks, Hispanics and Whites‟, Financial Counseling and Planning,
Vol. 16, No. 1, Hal. 51 – 62.
http://forum.idws.id/threads/indonesia-negara-konsumtif-kedua-didunia.340111/, diakses pada tanggal 28 September 2016.
http://www.kompasiana.com/economistsuweca.blogspot.com/kelas-menengah-dan-perilakukonsumtif_550d5396813311692db1e193, diakses pada tanggal 20
September 2016.
JBB
7, 1
45
Literasi keuangan
46
Koresponden Penulis
Lutfi dapat dikontak pada e-mail: lutfi@perbanas.ac.id.