STUDI EKSPERIMENTAL DAN MODEL MATEMATIKA PENGERINGAN DAUN
KELOR (MORINGA OLEIFERA) DENGAN EMPAT TIPE PENGERINGAN
EXPERIMENTAL STUDY AND MATHEMATICAL MODEL OF MORINGA
OLEIFERA LEAVES DRYING WITH FOUR DRYING TYPES
Andi Taufan*, Mirwan Ardiansyah Karim, Novrinaldi, Satya Andika Putra, Aidil
Haryanto, Eko Kuncoro Pramono, dan Umi Hanifah
Pusat Penelitian Teknologi Tepat Guna, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Jalan K.S. Tubun No 05 Subang, (0260) 411478
*E-mail: andi022@lipi.go.id
Diterima: 30-09-2020
Direvisi: 09-10-2020
Disetujui: 29-12-2020
ABSTRAK
Proses pengeringan daun kelor (Moringa Oleifera) diperlukan untuk mengurangi kandungan air
sehingga dapat mencegah kerusakan dan memperpanjang umur simpan daun kelor. Pada penelitian
ini telah dilakukan pengeringan daun kelor menggunakan pengeringan matahari dan pengering tipe
rak. Pengeringan matahari dilakukan menggunakan pengeringan surya dan pengering efek rumah
kaca, sedangkan pengering tipe rak menggunakan pemanas gas dan pemanas listrik. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk melakukan perbandingan dari beberapa tipe pengeringan tersebut dan
untuk mengetahui model matematis yang paling tepat untuk menggambarkan kinetika
pengeringannya. Model matematis yang digunakan adalah model Newton (Lewis), Handerson dan
Pabis, Page, dan Logaritmic. Pemodelan dilakukan dengan menggunakan perangkat SOLVER di
Microsoft Excel berdasarkan metode iterasi General Reduced Gradient (GRG). Analisis statistik untuk
mengevaluasi kesesuaian data eksperimen dengan model pengeringan menggunakan koefisien
determinasi (R2), root mean square error (RMSE), dan reduced Chi-square (𝛘2). Hasil eksperimen
menunjukkan waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan daun kelor dengan menggunakan alat
pengering lebih singkat dibandingkan dengan pengeringan matahari. Waktu pengeringan paling cepat
diperoleh menggunakan pengering tipe rak menggunakan pemanas listrik yang mengeringkan daun
kelor dari kadar air awal 80,22% menjadi 9,52% selama 2 jam. Sedangkan hasil analisis statistik
menunjukkan model Page paling sesuai untuk menggambarkan kinetika pengeringan dibandingkan
dengan model Newton (Lewis), Henderson dan Pabis, dan Logaritmic.
Kata kunci: kelor, kinetika pengeringan, model matematika, pengeringan
ABSTRACT
The drying process of Moringa Oleifera leaves is needed to reduce the water content so that it can
prevent damage and extend the shelf life of Moringa leaves. In this research, Moringa leaves were
dried using sun drying and rack type dryer. Open sun drying and greenhouse effect dryers were used
for solar drying, while rack-type dryers used gas heating and electric heating. The purposes of this
research are to compare several types of drying and to find out the most appropriate mathematical
model to describe the drying kinetics of Moringa leaves. The mathematical models that are used in
this research are Newton (Lewis), Handerson Pabis, Page, and Logaritmic models. The SOLVER tool in
Microsoft Excel based on the General Reduced Gradient (GRG) iteration method is used for modelling.
Statistical analysis to evaluate the suitability of experimental data with the drying model used the
coefficient of determination (R2), root mean square error (RMSE), and reduced Chi-square (𝛘2). The
experimental results showed that the time needed to dry Moringa leaves using a dryer was shorter
than sun drying. The fastest drying time was obtained using a rack type dryer with an electric heater,
which dried Moringa leaves from an initial moisture content of 80.22% to 9.52% for 2 hours.
JRTI
Vol.14 No.2 Desember 2020
341
Meanwhile, statistical analysis results show that the Page model is most suitable for describing the
drying kinetics compared to the Newton (Lewis), Henderson and Pabis, and Logarithmic models.
Keywords: drying, drying kinetics, mathematical model, Moringa Oleifera
PENDAHULUAN
elor atau Moringa oleifera merupakan tanaman yang banyak ditemukan di daerah
tropis maupun subtropis. Tanaman ini biasanya tumbuh liar dan dapat tumbuh
dengan cepat. Semua bagian pohon kelor dapat dimakan dan telah lama
dikonsumsi manusia (Manuwa et al., 2020). Daun kelor mengandung protein, lemak,
karbohidrat, mineral, vitamin dan asam amino. Selain itu daun kelor juga mengandung zat
aktif yang berpotensi sebagai antioksidan yaitu berbagai jenis vitamin (A, C, E, K, B1, B2, B3,
B6), flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, dan terpenoid (Hanarisetya, 2019) sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai sumber makan untuk mengatasi masalah kekurangan gizi pada balita,
ibu hamil, dan menyusui serta dapat dimanfaatkan untuk minuman dan obat. Menurut Ebere
dan Emelike (2016), Moringa oleifera adalah salah satu tanaman yang menjanjikan yang
dapat berkontribusi pada peningkatan asupan beberapa nutrisi penting dan phytochemical
yang meningkatkan kesehatan.
Beberapa tahapan proses penanganan daun kelor diperlukan untuk memperoleh
manfaatnya diantaranya adalah pengeringan, perebusan, ekstraksi dan lainnya. Pengeringan
pada daun kelor diperlukan untuk mencegah kerusakan dan memperpanjang umur simpan
dengan cara mengurangi kandungan air pada daun kelor. Akan tetapi pengeringan
mempunyai dampak pada sifat bahan diantaranya adalah perubahan warna, hilangnya
aroma, perubahan tekstur, nilai nutrisi, dan perubahan penampilan serta bentuk fisik (Ali et
al., 2014). Menurut Hanarisetya (2019), proses pengeringan berpengaruh terhadap
kandungan senyawa kimia yang terkandung dalam suatu tanaman terutama senyawa yang
berkhasiat sebagai antioksidan. Untuk itu diperlukan penanganan pasca panen pengeringan
yang sesuai dengan jenis bahan yang dikeringkan. Beberapa metode pengeringan yang
dapat dilakukan untuk mengeringkan daun kelor diantaranya adalah menggunakan
pengeringan surya, pengeringan efek rumah kaca (ERK), pengeringan rak dengan pemanas
gas, dan pengeringan rak dengan pemanas listrik.
Pengeringan surya merupakan metode pengeringan yang paling umum digunakan oleh
masyarakat. Penggunaan matahari langsung cocok diaplikasikan untuk semua jenis
pengeringan dengan temperatur relatif rendah, seperti pengeringan hasil pertanian
(Timoumi et al., 2004). Meskipun mendapatkan sumber energinya secara alami tanpa aliran
listrik, namun metode ini sangat tergantung oleh kondisi alam seperti iradiasi, kecepatan
angin, dan cuaca. Pengeringan dengan matahari telah banyak dibahas dengan berbagai
macam metode seperti tipe ruang pengering, pengering matahari hibrid, pergerakan udara
seperti yang terdapat di dalam penelitian dan review Nabnean et al. (2016), Lamidi et al.
(2018), dan Singh et al. (2017). Begitupun dengan pengering termal dengan memanfaatkan
panas juga telah banyak dibahas dan memiliki berbagai jenis model (Onwude et al., 2016).
Penelitian tentang pengeringan daun kelor telah dilakukan oleh beberapa peneliti
diantaranya adalah Mbah et al. (2012) yang telah meneliti pengaruh beberapa teknik
pengeringan terhadap komposisi nutrisi pada daun kelor. Ali et al. (2014) melakukan
penelitian tentang pengeringan daun kelor untuk mengetahui karakteristik pengeringan dan
analisa warna daun kelor dengan variasi temperatur pengeringan 40, 50 dan 60 oC
menggunakan oven. Potisate dan Phoungchandang (2015) melakukan eksperimen
pengeringan daun kelor menggunakan microwave dan menunjukkan peningkatan signifikan
senyawa fitokimia daun kelor dengan pengaplikasian pengeringan microwave. Martínez et al.
(2017) melakukan pengeringan daun kelor dengan pengering sistem konveksi, vakum, dan
freeze-drying untuk meninjau pengaruhnya terhadap vitamin C dan antioksidan setelah
K
342
Andi Taufan, Mirwan Ardiansyah Karim, Novrinaldi, Satya Andika Putra,
Aidil Haryanto, Eko Kuncoro Pramono, dan Umi Hanifah
Studi Eksperimental Dan Model Matematika Pengeringan Daun Kelor (Moringa
Oleifera) Dengan Empat Tipe Pengeringan
dikeringkan pada temperatur dan tekanan berbeda. Kinetika pengeringan biji dan daun kelor
dilakukan masing-masing oleh Aremu dan Akintola (2016) dan Ali et al. (2014)
menggunakan sistem kabinet tray dan oven. Menurut Premi et al. (2010), menganalisis
kinetika daun kelor selama pengeringan konvektif untuk kisaran temperatur 50 hingga 80 oC
dengan kecepatan udara konstan 0,5 m/s menghasilkan sampel yang dikeringkan pada
temperatur 60 oC ditemukan lebih baik warnanya dibandingkan dengan sampel yang
diperoleh pada temperatur 50, 70 dan 80 oC.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perbandingan pengeringan menggunakan
pengeringan matahari (pengeringan surya dan pengering efek rumah kaca) dan pengering
rak (pengering rak dengan pemanas gas dan pengering rak dengan pemanas listrik). Selain
itu penelitian dilakukan untuk mengetahui model matematis yang paling tepat untuk
menggambarkan kinetika pengeringan daun kelor pada berbagai metode pengeringan.
METODE PENELITIAN
Bahan
Daun kelor segar diperoleh dari kebun di daerah kabupaten Subang. Pengujian kadar
air awal dilakukan dengan metode gravimetri menggunakan alat halogen moisture analyzer,
Metler Toledo tipe HB43-S. Hasil pengujian awal kadar air daun kelor segar rata-rata sebesar
80,22% ±1,9957. Instrumen pengujian dan pengukuran untuk mengetahui kondisi bahan,
alat pengeringan, dan lingkungan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Instrumen pengujian dan pengukuran
Instrumen
Paramater
yang diukur
Rentang
pengukuran
Resolusi
Akurasi dan
Toleransi
0,01%
0,015% - 0,1%
-40 – 80 °C
0 – 100% RH
0,1 °C
0,1% RH
±0,5 °C
±2% RH
2 kg
0,001 kg
±0,01 kg
2000 W/m2
1 W/m2
± 5%
HB43-S
Halogen Kadar air
moisture analyzer
DFRobot DHT22
Temperatur dan
kelembaban
relatif
Load cell
Berat
Solar Power Meter
Iradiasi matahari
TES 132
Alat pengeringan
Pengujian pengeringan daun kelor menggunakan empat
pengeringan yaitu pengeringan surya, pengering efek rumah
dengan pemanas gas, pengering rak dengan pemanas listrik.
dilakukan pengukuran iradiasi matahari, temperatur, RH, dan
detik.
metode dengan empat tipe
kaca (ERK), pengering rak
Selama proses pengeringan
berat daun kelor setiap 60
Pengeringan surya
Daun kelor dengan berat 100 gram diletakkan pada tampah dengan diameter 55 cm
dan diratakan secara tipis. Jumlah tampah yang digunakan pada proses pengeringan
sebanyak 10 tampah. Daun kelor pada tampah dihamparkan dibawah sinar matahari secara
langsung pada koordinat 6o33’15,8”S 107o45’41,1”E.
JRTI
Vol.14 No.2 Desember 2020
343
Pengering efek rumah kaca (ERK)
Gambar 1 merupakan pengering ERK yang digunakan dalam penelitian ini berukuran
4,2 m (p) x 2,8 m (l) x 3,1 m (t). Dinding menggunakan bahan plastik UV dengan ketebalan
0,17 mm dan kadar UV protector 14%. Ruang pengering dilengkapi dengan rak untuk
menempatkan tampah yang berisikan daun kelor 100 g/tampah sebanyak 10 tampah.
Turbine ventilator terpasang pada atap ruang pengering yang berfungsi sebagai ventilasi
udara/sirkulasi udara untuk mengurangi kelembaban ruangan. Selain itu ERK juga dilengkapi
dengan ventilasi pada bagian dinding atas sebelah utara dan selatan.
a.
b.
Gambar 1. a) Pengering ERK. b) Penempatan tampah daun kelor dalam ruang pengering ERK.
Pengering rak dengan pemanas gas
Pengering mempunyai dimensi 2 x 2 x 2 m seperti pada Gambar 2. Bagian dinding
terbuat dari styrofoam tebal 40 mm yang dilapisi plat stainless steel 304 tebal 1 mm pada
bagian dalam, sedangkan dinding bagian luar menggunakan plat aluminium kulit jeruk tebal
0,8 mm. Bagian lantai menggunakan T-block tebal 20 mm dan menggunakan lapisan yang
sama seperti dinding. Pengering ini dilengkapi 2 buah kipas di bagian depan dan belakang
berukuran 12 inch, 1 buah exhaust fan berukuran 12 inch, 2 buah lubang sirkulasi udara
masuk pada bagian pintu, 2 buah rak, dan 1 panel kontrol. Sebagai pemanas menggunakan
Gasolec tipe S8 dengan bahan bakar LPG.
Gambar 2. Pengering rak dengan pemanas gas (Afifah, Rahayuningtyas dan Kuala, 2017).
344
Andi Taufan, Mirwan Ardiansyah Karim, Novrinaldi, Satya Andika Putra,
Aidil Haryanto, Eko Kuncoro Pramono, dan Umi Hanifah
Studi Eksperimental Dan Model Matematika Pengeringan Daun Kelor (Moringa
Oleifera) Dengan Empat Tipe Pengeringan
Mekanisme pengeringan dilakukan dengan menyalakan burner (Gasolec) berbahan
bakar LPG. Gasolec memiliki kawat frame berbahan logam khusus yang berubah warna
menjadi merah saat dinyalakan. Pada saat itu kawat frame akan memancarkan panas dan
gelombang infrared. Lapisan dalam dinding ruang pengering berupa plat stainlesss steel
akan membantu memantulkan infra merah sehingga gelombang infra merah yang berada
dalam ruang pengering dapat semaksimal mungkin dimanfaatkan untuk proses pengeringan
bahan (Afifah, Rahayuningtyas dan Kuala, 2017). Ruang pengering dilengkapi dengan rak
untuk menempatkan loyang yang berisikan daun kelor 100 gram/loyang sebanyak 10 loyang.
Pengering rak dengan pemanas listrik
Pengering ini menggunakan pengering komersial keluaran Jenn Chiang Machinery
works co. ltd. Pemanasan diperoleh dari pemanas listrik kemudian udara panas dialirkan
melalui sistem saluran udara menuju setiap rak bahan oleh blower. Daya pemanas listrik
6000 Watt, daya motor blower 3 Hp (2,262 Watt). Ruang pengering dilengkapi dengan rak
untuk menempatkan loyang yang berisikan daun kelor 100 gram/loyang sebanyak 10 loyang.
Model matematika dan analisis statistik
Moisture ratio (MR) merupakan bilangan tidak berdimensi untuk menggambarkan rasio
perubahan kadar air suatu waktu terhadap kadar air awalnya. Perhitungan MR dan laju
pengeringan daun kelor selama uji coba dilakukan dengan menggunakan persamaan:
𝑀−𝑀𝑒
𝑀𝑅 =
(1)
𝐷𝑅 =
𝑀𝑜 −𝑀𝑒
𝑀𝑡+𝑑𝑡 −𝑀𝑡
(2)
𝑑𝑡
Simplifikasi persamaan (1) dapat dilakukan seperti pada persamaan (3) (Akoy, 2014).
𝑀
𝑀𝑅 =
(3)
𝑀𝑜
dimana M adalah kadar air pada setiap waktu, Mo adalah kadar air awal, Me adalah
kadar air kesetimbangan, dan Mt adalah kadar air pada waktu t. Penyederhanaan persamaan
(1) disebabkan oleh kadar air kesetimbangan yang relatif kecil sehingga dapat diabaikan.
Kurva MR setiap satuan waktu disesuaikan dengan model pengeringan yang umum
digunakan pada produk makanan. Model kinetika tersebut adalah Newton (Lewis),
Henderson dan Pabis, Page, dan Logaritmic yang masing-masing ditunjukkan secara
berurutan pada persamaan (4)-(7).
𝑀𝑅 = 𝑒𝑥𝑝−𝑘𝑡
(4)
𝑀𝑅 = 𝑎𝑒𝑥𝑝−𝑘𝑡
𝑀𝑅 = 𝑒𝑥𝑝−𝑘𝑡
(5)
𝑛
(6)
𝑛
𝑀𝑅 = 𝑒𝑥𝑝−𝑘𝑡 +𝑐
(7)
Pemodelan dilakukan dengan menggunakan perangkat SOLVER di Microsoft Excel
berdasarkan metode iterasi General Reduced Gradient (GRG). Metode ini dilakukan untuk
melakukan optimasi nonlinear dengan kode GRG2 yang dikembangkan oleh Leon Lasdon dan
Alan Waren.
JRTI
Vol.14 No.2 Desember 2020
345
Seleksi persamaan pengeringan yang paling sesuai dengan eksperimen dilakukan
dengan analisis statistik. Kesesuaian data eksperimen dengan model pengeringan dievaluasi
dengan menggunakan koefisien determinasi (R2), root mean square error (RMSE), dan
reduced Chi-square (𝛘2). Kesesuaian terbaik dilihat dari R2 tertinggi dan RMSE, dan 𝛘2
terendah (Akoy, 2014; Doymaz, 2014). Parameter-parameter tersebut diperoleh dari
persamaan-persamaan berikut:
𝑅2 = 1 −
2
∑𝑛
𝑖=1(𝑀𝑅𝑒𝑥𝑝,𝑖𝑖 −𝑀𝑅𝑝𝑟𝑒,𝑖 )
2
∑𝑛
𝑖=1(𝑀𝑅𝑒𝑥𝑝,𝑖 −𝑀𝑅𝑝𝑟𝑒,𝑖 )
1
2
𝑅𝑀𝑆𝐸 = √𝑁 ∑𝑁
𝑖=1(𝑀𝑅𝑒𝑥𝑝, 𝑖 − 𝑀𝑅𝑝𝑟𝑒𝑑,𝑖 )
𝜒2 =
2
∑𝑁
𝑖=1(𝑀𝑅𝑒𝑥𝑝, 𝑖 −𝑀𝑅𝑝𝑟𝑒𝑑,𝑖 )
𝑁−𝑛
(8)
(9)
(10)
dimana MRexp dan MRpred adalah MR eksperimen dan MR prediksi, N adalah jumlah
pengamatan, dan n adalah jumlah konstanta.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi lingkungan pada saat pengujian dapat dilihat pada Gambar 3 yang merupakan
grafik iradiasi matahari dengan rata-rata iradiasi matahari adalah 403 W/m2. Iradiasi
matahari terus meningkat dari jam 09.00 hingga jam 12.00, hal ini seiring dengan
peningkatan temperatur udara lingkungan sedangkan RH lingkungan cenderung turun. Dari
gambar tersebut juga mengindikasikan kondisi berawan dimana iradiasi matahari
menunjukan perubahan yang fluktuatif.
Gambar 3. Iradiasi matahari lingkungan pada pengeringan surya
Gambar 4. Perbandingan temperatur antara pengering ERK dengan lingkungan
Rata-rata temperatur lingkungan sebesar 34,3 oC, pada saat yang sama, rata-rata
temperatur pada saat pengujian di pengering ERK 41,1 oC seperti pada Gambar 4. Gambar 5
menunjukkan perbandingan RH antara pengering ERK dengan lingkungan dengan rata-rata
masing-masing 68,2% dan 46,2%. Temperatur di dalam ERK lebih tinggi karena adanya efek
rumah kaca. Energi surya berupa gelombang pendek yang ditransmisikan lewat atap dan
346
Andi Taufan, Mirwan Ardiansyah Karim, Novrinaldi, Satya Andika Putra,
Aidil Haryanto, Eko Kuncoro Pramono, dan Umi Hanifah
Studi Eksperimental Dan Model Matematika Pengeringan Daun Kelor (Moringa
Oleifera) Dengan Empat Tipe Pengeringan
dinding diserap oleh lantai dan benda benda lain di dalam ruang tersebut dan sebagian
dipantulkan. Pantulan dalam bentuk gelombang panjang akan terperangkap di dalam
ruangan sehingga terjadi akumulasi panas yang menyebabkan peningkatan temperatur di
dalam ruang pengering ERK (Duffie et al., 1980; Tyagi et al., 2012).
Gambar 5. Perbandingan RH antara pengering ERK dengan lingkungan
Tren kenaikan temperatur di dalam ruang pengering proporsional terhadap kenaikan
iradiasi matahari. Iradiasi matahari cenderung mengalami penurunan setelah jam 12.00,
namun temperatur di dalam ERK masih bertahan di kisaran 41 oC. Hal ini disebabkan oleh
konduktivitas termal selubung ERK yang rendah sehingga temperatur panas terperangkap
lebih lama di dalam ruangan pengering.
Gambar 6. Rataan temperatur dan RH di dalam ruang pengering rak dengan pemanas gas
Gambar 6 menunjukkan temperatur dan RH di dalam ruang pengering rak dengan
pemanas gas. Temperatur tercatat tetap bertahan di kisaran temperatur pengaturan kecuali
di beberapa saat ketika kabinet dibuka untuk keperluan penimbangan bahan. Hal ini
menyebabkan temperatur tercatat mengalami penurunan akibat terpengaruh dengan
temperatur lingkungan.
Penurunan RH proporsional terhadap kenaikan temperatur dimana tren RH terendah
terjadi akibat kondisi di dalam kabinet semakin kering. Kenaikan RH yang kembali terjadi
proporsional dengan turunnya temperatur pada jam 13.00. Hal ini mengindikasikan pintu
kabinet terbuka cukup lama saat proses penimbangan dibandingkan dengan waktu lainnya.
Kurva pengeringan
Moisture ratio mengalami penurunan secara kontinu seiring waktu dan tipe
pengeringan mempengaruhi waktu pengeringan seperti ditunjukkan Gambar 8. Pengeringan
JRTI
Vol.14 No.2 Desember 2020
347
surya sangat tergantung dengan kondisi lingkungan seperti iradiasi matahari, temperatur,
RH, maupun kecepatan angin saat pengeringan. Oleh karena itu, pengeringan surya
membutuhkan waktu 6 jam untuk mengeringkan daun kelor dari kadar air awal 80,22%
menjadi 7,99%. Dengan kondisi cuaca yang sama, pengering ERK dapat mengeringkan daun
kelor hingga 6% dalam 5 jam.
Pengeringan rak dengan pemanas listrik dapat mengeringkan daun kelor hingga di
bawah standar kadar air hanya dalam 2 jam. Pengeringan dari 80,22% hingga 9,52% oleh
pengeringan rak dengan pemanas listrik merupakan yang tercepat dibandingkan dengan tipe
lainnya. Hal ini disebabkan oleh aliran udara panas yang terdistribusi dengan baik dengan
kecepatan konstan dan digerakkan secara mekanis oleh blower melalui sistem saluran udara
ke setiap rak. Dengan pengaturan temperatur yang sama, waktu pengeringan pada rak
dengan pemanas gas lebih lambat mengeringkan bahan, yaitu dari kadar air awal hingga
mencapai 6,6% dalam 3 jam. Hal ini disebabkan oleh distribusi temperatur dan kecepatan
aliran udara yang tidak lebih baik.
90,00
Pengering Surya
80,00
Pengering ERK
Kadar air (% WB)
70,00
Pengering Rak Pemanas Gas
60,00
Pengering Rak Pemanas Listrik
50,00
standar kadar air
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
0
30
60
90
120 150 180 210 240 270 300 330 360
waktu pengeringan (menit)
Gambar 7. Perubahan kadar air sepanjang pengeringan
1,00
Pengering Surya
Moisture Ratio
0,80
Pengering ERK
Pengering Rak Pemanas Gas
0,60
Pengering Rak Pemanas Listrik
0,40
0,20
0,00
0
30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
330
360
Waktu Pengeringan (menit)
Gambar 7.Kecepatan penurunan kadar air dari empat jenis pengeringan
Gambar 8 menunjukkan laju pengeringannya. Pola dari grafik-grafik tersebut
menunjukkan periode falling-rate. Laju pengeringan menurun (falling-rate) berlaku secara
umum pada produk pertanian, dimana proses pengeringan pada periode ini terdiri dari dua
proses yaitu perpindahan air terikat dari dalam bahan ke permukaan dan perpindahan air
348
Andi Taufan, Mirwan Ardiansyah Karim, Novrinaldi, Satya Andika Putra,
Aidil Haryanto, Eko Kuncoro Pramono, dan Umi Hanifah
Studi Eksperimental Dan Model Matematika Pengeringan Daun Kelor (Moringa
Oleifera) Dengan Empat Tipe Pengeringan
dari permukaan ke udara (Henderson dan Perry, 1955). Pada periode falling-rate ini, proses
lebih dominan dipengaruhi perpindahan air terikat (bound water) melewati permukaan
bahan yang memiliki laju lebih lambat dibandingkan laju penguapan air dipermukaan,
seperti yang dijelaskan pada penelitian Doymaz (2014).
Target kadar air daun kelor kering dianalogikan dengan standar kadar air pada produk
Teh kering dalam kemasan (SNI 3836:2013 ) yaitu sebesar 8%.
3,00
Pengering Surya
2,50
Drying Rate
Pengering ERK
2,00
Pengering Rak Pemanas Gas
Pengering Rak Pemanas Listrik
1,50
1,00
0,50
0,00
0
30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
330
360
Waktu Pengeringan (menit)
Gambar 8. Laju pengeringan
Kinetika pengeringan
Regresi non linear digunakan untuk mendapatkan nilai-nilai koefisien dan konstanta
dari model persamaan (4)-(7). Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 2. Data kadar
air eksperimen yang telah dikonversi ke MR (Gambar 10) kemudian disesuaikan dengan
semua model pada tabel tersebut. Tabel 2 juga menunjukkan hasil analisis statistik setiap
model dimana nilai R2, RMSE, dan 𝛘2 secara berurutan berada pada rentang 0,9809-1,000,
0,0159-0,1753, dan 0,0005-0,0430.
Tabel 2. Hasil analisis statistik setiap model
Model
Kinetika
Newton/ Lewis
Henderson
&Pabis
Tipe
Pengeringan
Pengeringan
surya
Pengering ERK
Pengering rak
pemanas gas
Pengering rak
pemanas listrik
Pengeringan
surya
Pengering ERK
Pengering rak
pemanas gas
Pengering rak
pemanas listrik
Koefisien Pengeringan
k
N
a
c
k
Analisis Statistik
𝜒2
N
0,0085
0,9809
0,0574
0,0038
0,0043
0,9848
0,1180
0,0162
0,0180
0,9981
0,0221
0,0006
0,0143
0,9959
0,0329
0,0014
0,0068
1,1985
0,9867
0,1487
0,0310
0,0043
1,1533
0,9848
0,1753
0,0430
0,0180
0,8090
0,9981
0,0974
0,0158
0,0143
0,9894
0,9959
0,0325
0,0021
JRTI
Vol.14 No.2 Desember 2020
349
Model
Kinetika
Page
Logaritmic
Tipe
Pengeringan
Pengeringan
surya
Pengering ERK
Pengering rak
pemanas gas
Pengering rak
pemanas listrik
Pengeringan
surya
Pengering ERK
Pengering rak
pemanas gas
Pengering rak
pemanas listrik
k
Koefisien Pengeringan
N
a
c
k
Analisis Statistik
𝜒2
N
0,0008
1,4813
0,9971
0,0193
0,0005
0,0002
1,6616
0,9994
0,0510
0,0036
0,0042
1,3571
0,9997
0,0387
0,0025
0,0014
1,5993
1,0000
0,0459
0,0042
0,9867
0,0407
0,0029
0,9848
0,0410
0,0029
0,1212
0,2247
0,0068
1,1462
0,0043
1,2606
0,0180
0,9835
0,0190
0,9981
0,0159
0,0006
0,0143
1,0379
0,0343
0,9959
0,0237
0,0023
Hasil analisis statistik menunjukkan model Page paling sesuai untuk menggambarkan
kinetika pengeringan untuk keempat sistem pengesringan daun kelor yang diuji. Model Page
menunjukkan nilai tertinggi R2, sedangkan nilai RMSE dan 𝛘2 terendah untuk semua sistem
pengeringan daun kelor dibandingkan dengan model lainnya. Hal ini sejalan dengan
penelitian (Aremu dan Akintola, 2016) tentang pengeringan biji kelor, penelitian Günhan et
al. (2005) tentang pengeringan daun salam dan penelitian Afifah et al. (2017) tentang
pengeringan beberapa jenis komoditas pertanian yang menunjukkan hasil model Page paling
sesuai untuk proses pengeringan beberapsa komoditas pertanian tersebut. Jika dibandingkan
dengan model Page pengeringan daun kelor menggunakan oven yang dilakukan oleh Ali et
al. (2014) yang memiliki nilai R2 antara 0,998 s/d 0,999 dan nilai 𝛘2 antara 0,0002 s/d
0,0008, nilai R2 dan 𝛘2, model Page pada penelitian ini lebih tinggi untuk pengering ERK,
pengering tipe rak berbahan bakar gas, dan pengering tipe rak dengan pemanas listrik.
Adapun pada pengeringan surya memiliki R2 lebih rendah (kurang dari 0,998) dengan 𝛘2
masuk dalam rentang 0,0002 s/d 0,0008. Gambar 10 secara lebih jelas menunjukkan
perbandingan data eksperimen dengan data prediksi model pada setiap sistem pengeringan.
Dari gambar dapat dilihat bahwa MR eksperimen dan prediksi model Page memiliki
kesesuaian yang baik (MR exp = MR pre) dimana ditunjukkan dengan kedekatan hasil
dengan garis lurus 45o.
1,00
MR pre
0,80
Pengering Surya
0,60
Pengering ERK
Pengering Rak
Pemanas Gas
Pengering Rak
Pemanas Listrik
MR exp = MR pre
0,40
0,20
0,00
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
MR exp
Gambar 9. Perbandingan nilai MR eksperimental dengan MR prediction dengan model Page, R 2 =
0,9952
350
Andi Taufan, Mirwan Ardiansyah Karim, Novrinaldi, Satya Andika Putra,
Aidil Haryanto, Eko Kuncoro Pramono, dan Umi Hanifah
Studi Eksperimental Dan Model Matematika Pengeringan Daun Kelor (Moringa
Oleifera) Dengan Empat Tipe Pengeringan
KESIMPULAN
Proses pengeringan menggunakan alat pengeringan memiliki waktu pengeringan yang
lebih singkat dibandingkan dengan pengeringan matahari. Pengering tipe rak menggunakan
pemanas listrik memiliki waktu pengeringan lebih cepat dibanding pengering tipe rak
menggunakan pemanas gas. Waktu yang dibutuhkan pengering tipe rak dengan pemanas
listrik untuk mengeringkan daun kelor dengan kadar air awal 80,22% menjadi 9.52% adalah
2 jam. Model Page paling sesuai untuk menggambarkan kinetika pengeringan daun kelor di
keempat jenis tipe pengeringan yang diuji dibandingkan model Newton (Lewis), Henderson
dan Pabis, dan Logaritmic. Model page untuk pengeringan surya, pengering ERK, pengering
rak pemanas gas, dan pengering rak pemanas listrik masing-masing secara berurutan yaitu
1.4813
1.6616
1.3571
𝑀𝑅 = 𝑒𝑥𝑝 −0.0008 𝑡
, 𝑀𝑅 = 𝑒𝑥𝑝−0.0002 𝑡
, 𝑀𝑅 = 𝑒𝑥𝑝−0.0042 𝑡
, dan 𝑀𝑅 =
𝑒𝑥𝑝−0.0014 𝑡
1.5993
.
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, N., Rahayuningtyas, A. and Kuala, S. I. 2017. Pemodelan Kinetika Pengeringan
Beberapa Komoditas Pertanian Menggunakan Pengering Inframerah. Agritech. 37(2).
pp: 220–228.
Akoy, E. 2014. Experimental characterization and modeling of thin-layer drying of mango
slices. International Food Research Journal. 21. pp: 1911–1917.
Ali, A. et al. 2014. Drying Kinetics and Colour Analysis of Moringa Oleifera Leaves. in
Agriculture and Agricultural Science Procedia. doi: 10.1016/j.aaspro.2014.11.055.
Aremu, A. and Akintola, A. 2016. Drying Kinetics of Moringa (Moringa oleifera) Seeds.
Journal of Life Sciences and Technologies. doi: 10.18178/jolst.4.1.7-10.
Doymaz, İ. 2014. Drying Kinetics and Rehydration Characteristics of Convective Hot-Air Dried
White Button Mushroom Slices. Journal of Chemistry, 2014. pp: 1–8. doi:
10.1155/2014/453175.
Duffie, J. A., Beckman, W. A. and Blair, N. 1980. Solar engineering of thermal processes,
photovoltaics and wind. New York: John Wiley & Sons.
Ebere, C. and Emelike, N. 2016. Effect of Drying Techniques of Moringa Leaf on the Quality
of Chin-Chin Enriched with Moringa Leaf Powder. 10. pp: 65–70. doi: 10.9790/24021004016570.
Günhan, T. et al. 2005. Mathematical modeling of drying bay leaves. Energy Conversion and
Management. 46. pp: 1667–1679. doi: 10.1016/j.enconman.2004.10.001.
Hanarisetya, N. 2019. Pengaruh Cara Pengeringan dan Perebusan Terhadap Aktivitas
Antioksidan dan Mutu Organoleptik Daun Kelor (Moringa Oleifera Lamk) . Universitas
Sahid Jakartya.
Henderson, S. . and Perry, R. . 1955. Agricultural process engineering. New York: John Wiley
&
Sons,
Inc.
Available
at:
https://babel.hathitrust.org/cgi/pt?id=mdp.39015021218170&view=1up&seq=7.
Lamidi, R. et al. 2018. Recent advances in sustainable drying of agricultural produce: A
review. Applied Energy. 233–234. pp: 367–385. doi: 10.1016/j.apenergy.2018.10.044.
Manuwa, S. I., Sedara, A. and Tola, F. A. 2020. Design, Fabrication and Performance
Evaluation of Moringa (Oleifera) Dried Leaves Pulverizer. Journal of Agriculture and
Food Research. p: 100034. doi: 10.1016/j.jafr.2020.100034.
Martínez, K., Talavera, G. and Alonso, J. 2017. Effect of Three Drying Methods on
Antioxidant Efficiency and Vitamin C Content of Moringa oleifera Leaf Extract.
International Journal of Chemical and Materials Engineering. 11. pp: 754–757. doi:
10.1999/1307-6892/10008255.
Mbah, B. O., Eme, P. and Paul, A. E. 2012. Effect of Drying Techniques on the Proximate and
Other Nutrient Composition of Moringa oleifera Leaves from Two Areas in Eastern
JRTI
Vol.14 No.2 Desember 2020
351
Nigeria.
Pakistan
Journal
of
Nutrition.
11.
pp:
1044–1048.
doi:
10.3923/pjn.2012.1044.1048.
Nabnean, S. et al. 2016. Experimental performance of a new design of solar dryer for drying
osmotically dehydrated cherry tomatoes. Renewable Energy. 94. pp: 147–156. doi:
10.1016/j.renene.2016.03.013.
Onwude, D., Hashim, N. and Chen, G. 2016. Recent advances of novel thermal combined hot
air drying of agricultural crops. Trends in Food Science & Technology. 57. pp: 132–
145. doi: 10.1016/j.tifs.2016.09.012.
Potisate, Y. and Phoungchandang, S. 2015. Microwave drying of Moringa oleifera (Lam.)
leaves: drying characteristics and quality aspects. Asia-Pacific Journal of Science and
Technology. 20(1). pp: 12–25.
Premi, M. et al. 2010. Kinetics of drumstick leaves(Moringa oleifera) during convective
drying. African Journal of Plant Science. 4(10). pp: 391–400.
Singh, P., Shrivastava, V. and Kumar, A. 2017. Recent developments in greenhouse solar
drying: A review. Renewable and Sustainable Energy Reviews. 82. doi:
10.1016/j.rser.2017.10.020.
SNI 3836:2013. Teh Kering Dalam Kemasan. 2013.
Timoumi, S., Mihoubi, D. and Zagrouba, F. 2004. Simulation model for a solar drying
process. Desalination. 168(1–3). pp: 111–115. doi: 10.1016/j.desal.2004.06.175.
Tyagi, V. . et al. 2012. Review on solar air heating system with and without thermal energy
storage system. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 16(4). pp: 2289–2303.
352
Andi Taufan, Mirwan Ardiansyah Karim, Novrinaldi, Satya Andika Putra,
Aidil Haryanto, Eko Kuncoro Pramono, dan Umi Hanifah
Studi Eksperimental Dan Model Matematika Pengeringan Daun Kelor (Moringa
Oleifera) Dengan Empat Tipe Pengeringan