Budi Martono dkk
TEKNIK
PERKAYUAN
JILID 2
SMK
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional
Dilindungi Undang-undang
TEKNIK
PERKAYUAN
JILID 2
U nt uk SMK
Penulis
: Budi Martno
Tukiman
Bambang Wijanarko
Andreas Mulyono
Cahyo Kunc oro
Hartiyono
Kusaeri
Perancang Kulit
: TIM
Ukuran Buku
:
MAR
t
17,6 x 25 cm
MARTONO, Budi.
Teknik Perkayuan Jilid 1 untuk SMK oleh Budi Martono --- Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
x, 191 hlm
Daftar Pustaka : Lampiran. A
Glosarium
: Lampiran. B
Daftar Gambar : Lampiran. C
Daftar Tabel
: Lampiran. D
ISBN
: 978-979-060-136-9
ISBN
: 978-979-060-138-3
Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat
dan karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional, telah melaksanakan kegiatan penulisan
buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan pembelian hak cipta
buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK. Karena buku-buku
pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran.
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk
SMK dan telah dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk
digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2008 tanggal 15 Agustus
2008.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak
cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk
digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK.
Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download),
digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh
masyarakat. Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial
harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan
oleh Pemerintah. Dengan ditayangkan soft copy ini diharapkan
akan lebih memudahkan bagi masyarakat khsusnya para
pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia maupun
sekolah Indonesia yang berada di luar negeri untuk mengakses
dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini.
Kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan
semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami
menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya.
Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.
Jakarta, 17 Agustus 2008
Direktur Pembinaan SMK
KATA PENGANTAR
Puji syukur Tim Penulis panjatkan kehadirat Allaw Swt. atas selesainya
penulisan buku kejuruan Teknik Perkayuan ini setelah melewati beberapa
kesulitan.
Buku ini bisa menjadi buku acuan atau rujukan bagi siapa saja terutama
kalangan Sekolah Menengah Kejuruan guna menambah pengetahuan
dan memperluas wawasan tentang Teknik Perkayuan.
Buku ini disusun berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar untuk Program Keahlian Teknik Perabot Kayu pada Bidang
Keahlian Teknik Bangunan Sekolah Menengah Kejuruan.
Secara sistematis buku ini dibagi dalam 10 bab yang setiap bab bisa
berdiri sendiri atau menyatu dan secara keseluruhan menguraikan mulai
dari Melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Melakukan
Pekerjaan Persiapan Pembuatan Mebel, Melaksanakan Persyaratan
Jaminan Kualitas, Menerapkan Teknik Laminasi, Menggunakan
Peralatan, Membuat Komponen Mebel, Merakit Mebel, Melaksanakan
Pekerjaan Ukir, Mengerjakan Teknik Inlay (Tatah) Kayu serta
Melaksanakan Pekerjaan Finishing Kayu.
Tim Penulis menyadari bahwa buku kejuruan yang berjudul Teknik
Perkayuan ini masih banyak kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu
Tim Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna
penyempurnaan buku ini.
Kepada semua pihak yang telah membantu suksesnya penulisan buku
ini, Tim Penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Semoga bisa turut andil dalam memajukan pendidikan kejuruan di
Indonesia.
Tim Penulis,
i
DAFTAR ISI
Halaman
SAMBUTAN DIREKTUR ................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................
i
ii
iii
JILID 1
BAB I. MELAKSANAKAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN
KERJA .................................................................................
1. Mengenal Profesi Teknisi Perabot Kayu ..........................
2. Menerapakan Kesehatan Kerja pada Pelaksanaan
Pekerjaan ...........................................................................
3. Penerapan Keselamatan Kerja pada Pelaksanaan
Pekerjaan ..........................................................................
8
BAB II. MELAKUKAN PEKERJAAN PERSIAPAN PEMBUATAN
MEBEL ...............................................................................
1. Menginterpretasikan Gambar Kerja ................................
2. Merencanakan Kebutuhan Bahan ...................................
3. Membuat Gambar Kerja dan Daftar Komponen ............
14
14
25
30
1
1
3
BAB III. MELAKSANAKAN PERSYARATAN JAMINAN
KUALITAS .........................................................................
1. Melakukan Komunikasi Timbal Balik di Tempat
Kerja ...................................................................................
2. Memilih Bahan Baku .........................................................
3. Merencanakan Pembelahan Log .....................................
4. Menyimpan Bahan ............................................................
5. Mengirim Bahan ................................................................
41
43
52
56
57
BAB IV. MENERAPKAN TEKNIK LAMINASI...............................
1. Mengenal Bahan Perekat Kayu ......................................
2. Memotong Bahan Pelapis ................................................
3. Mengerjakan Proses Laminasi Kayu ................................
58
58
63
64
BAB V. MENGGUNAKAN PERALATAN ......................................
1. Menggunakan Peralatan Tangan dan Listrik ..................
2. Menggunakan Peralatan Mesin Statis ............................
69
70
157
40
ii
JILID 2
BAB VI. MEMBUAT KOMPONEN MEBEL………………………….
1. Menyiapkan Komponen Mebel ..........................................
2. Membuat Komponen Mebel Bentuk Sederhana ………..
3. Membuat Komponen Mebel Bentuk Rumit ……………...
4. Membuat Berbagai Konstruksi mebel …………………...
229
229
232
242
248
BAB VII. MERAKIT MEBEL ….………………………………………
1. Mengukur Lokasi Ruang ..................................................
2. Menyetel Unit-unit Almari Tanam di Workshop .............
3. Memasang Unit-unit Almari Tanam Pada Bangunan ....
4. Memasang Asesoris mebel .............................................
260
260
261
275
279
BAB VIII. MELAKSANAKAN PEKERJAAN UKIR ........................
1. Membuat Pola Untuk Pekerjaan Ukir ...............................
2. Mengukir Bentuk Sederhana ............................................
3. Mengukir Bentuk Rumit ...................................................
288
288
291
302
BAB IX. Mengerjakan Teknik Inlay (tatah) Kayu .........................
304
1. Memotong Komponen Inlay .............................................
304
2. Memahat Permukaan Kayu Untuk Penerapan Komponen
Inlay ...................................................................................
308
BAB X. MELAKUKAN PEKERJAAN FINISHING KAYU ..............
1. Menyiapkan Pekerjaan finishing ......................................
2. Menyiapkan Permukaan Untuk Finishing .......................
3. Mengerjakan Finishing Dengan Teknik Oles ..................
4. Mengerjakan Finishing Dengan Teknik Semprot ..........
5. Kesehatan dan Keselamatan Kerja ................................
313
313
315
319
338
364
PENUTUP ........................................................................................
LAMPIRAN A
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................
A1
LAMPIRAN B
GLOSARIUM ...................................................................................
B1
iii
BAB VI
MEMBUAT KOMPONEN MEBEL
Pada bab ini diuraikan beberapa hal yang meliputi pengetahuan tentang
memilih dan memotong papan, sambungan melebar, konstruksi mebel,
serta bagian-bagian mebel sebagai dasar untuk membuat komponen
mebel.
Standar Kompetensi pada bab ini adalah Membuat Komponen Mebel
yang terdiri dari dua Kompetensi Dasar yaitu Membuat Komponen Mebel
Bentuk Sederhana dan Membuat Komponen Mebel Bentuk Rumit, yang
secara terinci disusun ke dalam topik-topik sebagai berikut:
1. Menyiapkan Komponen Mebel
2. Membuat Komponen Mebel Bentuk Sederhana
2.1.
Sambungan Melebar
2.2.
Sambungan Melebar Tanpa Lem
2.3.
Sambungan Melebar Dengan Lem
2.4.
Konstruksi Dengan Paku
2.5.
Konstruksi Alur dan Lidah
2.6.
Konstruksi Sudut Verstek Dengan Isian
2.7.
Konstruksi Dengan Pen Bulat (Dowel)
3. Membuat Komponen Mebel Bentuk Rumit
3.1.
Konstruksi Ekor Burung Terbuka (Dovetail Joint)
3.2.
Konstruksi Ekor Burung Memanjang
3.3.
Konstruksi Ekor Burung Tersembunyi
3.4.
Konstruksi Ekor Burung Mesin
3.5.
Konstruksi Jari Terbuka
4. Membuat Berbagai Konstruksi Mebel
4.1.
Konstruksi Sudut Rangka/Bingkai
4.2.
Konstruksi Silang Takik dengan Sponing
4.3.
Konstruksi Meja
1. Menyiapkan Komponen Mebel
Lembaran papan hasil penggergajian sebaiknya dipilih lebih dulu
sebelum digunakan untuk pekerjaan pembuatan mebel maupun
konstruksi kayu.
Potongan terbuang pada papan tepi lebih lebar dibandingkan dengan
papan tengah, karena kayu gubal pada papan tepi masih lebar dan itu
harus dibuang supaya kayu yang digunakan terpilih dengan baik.
Mata kayu yang terdapat pada lembaran papan sebaiknya dibuang
supaya lembaran papan yang dipakai berkualitas baik.
229
Papan Tepi
Mata kayu bulat
Papan Tengah
Potongan terbuang
Potongan terbuang
Mata kayu oval
Potongan belah
Papan Hati
Mata kayu
sayap
Potongan terbuang
Potongan belah
Memotong mata
kayu sayap
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Mata kayu yang terdapat pada
lembaran papan hati/papan galih
berbentuk sayap dan mudah lepas
untuk itu harus dibuang dan
jangan
digunakan
untuk
pembuatan
mebel
maupun
konstruksi kayu (Gb. 6.1).
Kualitas yang paling baik dari
penggergajian lembaran papan
adalah pada kayu inti karena
kondisi kayu ini sudah cukup tua
dan stabil bentuknya.
Sedangkan bagian tepi dari
lembaran papan adalah kayu
gubal, sebaiknya tidak dipakai dan
menjadi potongan terbuang yang
tidak digunakan untuk pembuatan
mebel (Gb. 6.2).
Gb. 6.1: Jenis Papan dan Pemotongannya
Kayu
inti
Kayu
gubal
Potongan
terbuang
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.2: Memilih Bagian Papan
Pensil
Benda kerja
Penggaris
Pada saat menyiapkan lembaran
papan maka harus dipilih bagianbagian papan yang baik saja
supaya menghasilkan kualitas
pekerjaan yang baik pula.
Karena
kesalahan
penyiapan
benda kerja berakibat jelek
terhadap kelanjutan pekerjaan
bahkan
sampai
tahap
penyelesaian
akhirpun
nanti
bermasalah, maka dari itu harus
dilakukan dengan teliti dan
memperhatikan kualitas (Gb. 6.3).
Pemotong
an
Sumber : Holztechnik
– Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.3: Menyiapkan Benda Kerja
230
Menyiapkan benda kerja dalam ukuran jadi/bersih sebaiknya
memperhatikan langkah - langkah kerja yang benar dan sistematis,
seperti berikut ini:
Pertama mengetam sisi lebar papan (muka 1) lebih dulu sampai ukuran
bersih yang diinginkan, selanjutnya beri tanda bahwa pengetaman telah
selesai dengan baik.
Kedua mengetam sisi tebal papan (muka 2) sampai ukuran yang
diinginkan.
Ketiga memberi tanda hasil pengetaman bahwa permukaan papan yang
lebar (muka 1) telah tegak lurus dengan permukaan papan yang tebal
(muka 2).
Keempat mengetam sisi papan yang tebal (muka 3).
Kelima mengetam sisi papan yang lebar (muka 4).
Keenam memotong ukuran panjang papan sesuai garis potong yang
telah ada (Gb. 6.4).
Pertama
Mengetam sisi lebar
Kedua
Mengetam sisi tebal
Ketiga
Beri tanda
tegak lurus
Keempat
Mengetam dari lebar
Kelima
Mengetam dari tebal
Keenam
Memotong ukuran
panjang
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.4: Menyiapkan Ukuran Benda Kerja
231
2. Membuat Komponen Mebel Bentuk Sederhana
2.1. Sambungan Melebar
Benda kerja yang akan digunakan untuk sambungan melebar harus
diperiksa kerataannya, kesikuannya, dan ketebalannya sehingga
mendapatkan ukuran yang baik.
Pemeriksaan kesikuan dilakukan dengan siku-siku sepanjang benda
kerja. Sedangkan pemeriksaan kedataran benda kerja dilakukan dengan
mistar baja sepanjang benda kerja.Untuk ketebalan benda kerja diukur
secara teliti dengan caliper/mistar sorong.
Jadi, untuk mendapatkan kualitas konstruksi sambungan papan melebar
yang baik, harus dilakukan pemeriksaan sisi tebal, sisi lebar, dan ukuran
panjangnya serta ketepatan ukurannya.
Benda kerja
Benda kerja
Siku-siku
Kontrol kualitas melalui benda
kerja dengan teknik yang benar
yaitu
memeriksa
keempat
pemukaan sebagai berikut:
Apakah seluruh papan bersih,
bebas tanda-tanda kerja, lurus,
dan rata?
Pastikah tegak-lurus permukaan
papan satu dengan lainnya?
Siku-siku
Benda kerja
Apakah ukuran yang diinginkan
sudah terpenuhi?
Apakah
tersedia
kayu
di
perdagangan, sehingga hanya
sedikit yang terbuang?
Mistar baja
Jangka Sorong
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.5: Menguji Bentuk Benda Kerja
232
2.2.
Sambungan Melebar Tanpa Lem
2.2.1. Sambungan Takik Setengah
Sambungan Takik
Setengah
merupakan salah satu sambungan
melebar
tanpa
lem
yang
sederhana.
Tebal papan ditakik setengahnya
setebal
setengahnya
juga,
sepanjang papan pada kedua
sisinya secara sejajar.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.6:
Sambungan Takik Setengah
Setiap
papan
yang
akan
disambung maka kedua sisi
memanjangnya dibuat takikan
seperti dijelaskan di atas.
Apabila sudah demikian, maka
setiap lembar papan sudah siap
untuk disambung.
2.2.2. Sambungan Alur Lidah
Sambungan Alur Lidah merupakan
konstruksi sambungan pelebaran
papan yang banyak digunakan.
Setiap sisi papan dibuat alur dan
sisi yang lainnya dibuat lidah,
keduanya
dibuat
sepanjang
papan.
Lidah
Alur
Udara
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.7: Sambungan Alur Lidah
Ukuran tebal alur dan lidah sekitar
? tebal, dalamnya alur sekitar ½
tebal papan atau 1½ tebal lidah
(Gb.6.7).
Sambungan Alur Lidah biasanya
dipakai pada penutup dinding atau
langit-langit, alas lantai, dan panil
pintu.
233
2.2.3. Sambungan Alur Dengan Isian (Lidah lepas)
Dengan Isian ini menjadikan
kedua alur sama dalamnya
sepanjang papan.
Isian
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.8: Sambungan Alur dengan
Isian
Lebar Isian dibuat sekitar 1 sampai
1 ¼ tebal papan yang akan
disambung dan harus sedikit
kurang dari kedua dalamnya alur,
supaya pada saat dipasang, masih
ada rongga udara (Gb. 6.8).
Tebalnya Isian sekitar ? tebal
papan yang akan disambung.
Isian dibuat dari tripleks atau kayu
yang keras.
2.2.4. Sambungan Alur Tumpang Tindih
Dengan
Sambungan
Alur
Tumpang
Tindih
menjadikan
sebagai contoh pintu rumah atau
pintu garasi tampak berbeda dari
yang lain.
Bagian alur
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.9: Sambungan Alur
Tumpang Tindih
Dengan sambungan ini, lebar dan
dalamnya alur sama keduanya,
yaitu tebal alur ? tebal papan,
dan dalamnya ½ tebal papan
yang akan disambung (Gb. 6.9).
Sambungan Alur Tumpang Tindih
ini
dirangkai
dengan
cara
memasukkan alur silih berganti
antar papan yang disambung
sehingga saling tumpang tindih.
234
2.3.
Sambungan Melebar Dengan Lem
2.3.1. Tata-cara Mengelem
Sisi kanan
Gergajian papan tepi,
tidak dipisahkan
Beberapa
hal
yang
harus
diperhatikan sebelum pekerjaan
menyambung papan arah melebar
(Gb. 6.10) adalah sebagai berikut:
•
Susunan kepala kayu papan
untuk melihat arah perubahan
kayu nantinya. Lihat bentukbentuk perubahan papan dan
perhatikan cara menyambung.
Dengan
demikian
dapat
dihasilkan
lembaran
sambungan papan yang benarbenar datar dan rata.
•
Warna
kayu
hendaklah
disesuaikan, misalnya kayu
berwarna gelap jangan diseling
dengan kayu berwarna muda,
sehingga
segi
keindahan
papan sambungan menjadi
baik.
•
Pola serat kayu sedapat
mungkin pola serat yang lurus
disambungkan dengan papan
yang berpola lurus pula.
Sisi kanan
Gergajian papan
tepi, dipisahkan
Sisi kanan
Sisi kiri
Gergajian papan tepi,
dilem
Galih dengan Galih – Gubal dengan Gubal
Gergajian bagian papan
hati
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.10: Sambungan Melebar
dengan Lem
235
•
Tanda kerja sangat penting
dalam bekerja, agar tidak
terjadi kesalahan
dan pekerjaan dapat berjalan
cepat
tanpa ada rasa takut
salah,
maka
bisa
menggunakan tanda kerja
seperti gambar di samping ini
(Gb. 6.11).
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.11: Tanda Kerja pada Pelebar an Papan
2.3.2. Sambungan Sisi Tumpul
Lem
PVAC
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.12: Sambungan Sisi Tumpul
Sambungan
Sisi
Tumpul
merupakan
sambungan
yang
sangat mudah mengerjakannya
karena hanya menemukan kedua
sisi tebal kayu yang sudah diketam
lurus, rata, dan siku, satu dengan
yang lain.
Pertemuan kedua sisi tebal kayu
ini diberi lem kayu yaitu lem PVAC
dan dijepit satu dengan yang lain,
karena proses pengeringan lem
sangat efektif bila benda kerja
diberi tekanan secukupnya, jangan
sampai melengkung (Gb.6.12).
2.3.3. Sambungan Bergigi
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.13: Sambungan Bergerigi
Sambungan Bergigi dikerjakan
dengan mesin profil pada sisi tebal
papan dengan bentuk yang saling
berpasangan satu dengan yang
lain,
sehingga
apabila
disambungkan dengan diberi lem
maka kedua papan bisa bertemu
dengan baik.
Sambungan Bergigi ini bisa
digunakan
untuk
sambungan
pelebaran papan pada mebel
maupun bangunan interior.
236
2.3.4. Sambungan dengan Pen Bulat (Dowel)
Sambungan dengan Pen Bulat
(Dowel) ini merupakan sambungan
pelebaran
papan
yang
menggunakan alat sambung pen
bulat (dowel).
Dowel Ø 2/5 – 3/5 D
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.14: Sambungan dengan
Dowel
Ukuran diameter dowel antara 2/5
sampai 3/5 dari tebal papan yang
akan
disambung.
Sedangkan
panjang dowel antara 2 sampai 2
½ tebal papan yang akan
disambung.
Dalamnya lubang diberi toleransi 3
mm lebih panjang dari panjangnya
dowel, hal ini digunakan untuk
tempat lem yang memperkuat
dowel tersebut (Gb. 6.14).
Pengeleman
sambungan
ini
dengan cara dijepit satu dengan
yang lain sehingga bisa rapat dan
baik.
2.3.5. Sambungan dengan Isian Tripleks
L = 1¼ D
d = ¼ sampai ?
D
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.15: Sambungan dengan
Isian Tripleks
Pengeleman sambungan dengan
isian tripleks ini melalui alur yang
ada sehingga tripleks sebagai
isiannya menekan lem yang ada
memenuhi isian.
Dengan demikian papan yang
disambung, satu dengan lainnya
menjadi rapat, tetapi perlu diberi
toleransi untuk tempat lem
(Gb. 6.15).
Lebar isian(L) yaitu 1¼ dari tebal
papan (D). Tebal isian yaitu ¼
sampai ? D.
237
2.3.6. Kelam Ekor Burung
Salah!
Benar!
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.16: Pemasangan Lis Ekor
Burung Memanjang
Pemilihan kayu sebagai kelam
ekor
burung
memanjang
sebaiknya memperhatikan arah
lingkaran tahun kayu. Pilihlah arah
lingkaran tahun yang searah
dengan tebal kelam supaya bila
terjadi penyusutan kayu maka
bentuk kelam relatif stabil
(Gb. 6.16 kiri).
Masuknya ekor burung ke dalam
kayu pasangannya adalah ? kayu
pasangannya, untuk kelam ekor
burung yang menerima beban dari
sisi tebalnya (Gb. 6.16 tengah).
Untuk kelam ekor burung yang
menerima beban dari atas, maka
sudut ekor burungnya antara 75º 80 º, dan jarak minimal dari ujung
kayu 50 mm (Gb. 6.16 kanan).
2.3.7. Lis Kepala Kayu
Lis kepala kayu
mencegah
koyaknya kepala kayu dari
benturan atau yang lainnya.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.17: Pemasangan Lis Kepala
Kayu
Bentuk lis kepala kayu bisa
bervariasi, seperti berikut, yaitu
beralur, beralur dan berlubang
ditambah baji, berbentuk segiempat memanjang, dan berbentuk
segi-tiga memanjang (Gb. 6.17).
Dengan mengelem lis kepala
kayu, diijinkan untuk lembaran
paling tinggi 200 mm lebarnya.
Pada lembaran kayu yang lebar,
diijinkan lis kepala kayu hanya
pada tengah-tengahnya kayu yang
dilem.
238
3.1.
Konstruksi dengan Paku
Tanpa lem
Lis sudut
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.18: Sudut Kotak
Sambungan Paku
Konstruksi dengan paku adalah
pilihan yang paling mudah untuk
menghubungkan papan menjadi
suatu kotak/kubus.
Paku memegang pada kepala
kayu
tidak
begitu
baik
dibandingkan
pada
sisi
memanjang kayu. Oleh sebab itu
untuk membuat kotak/peti kemas
atau rak pada gudang, supaya
mendapatkan konstruksi yang baik
maka pada sudut sambungan
ditambahkan lis sebagai penguat.
Paku bisa menembus sisi tebal lis
sudut
yang
selanjutnya
dibengkokkan dan dimasukkan ke
dalam lis sudut (Gb. 6.18).
Pada mebel sebaiknya dipakai
paku berkepala benam sehingga
paku bisa dibenamkan dan lubang
paku dapat ditutup dengan dempul
atau wood filler atau bahan
penutup yang lain.
Ujung-ujung
paku sebaiknya
ditumpulkan sedikit dengan palu
sebelum
dipakai,
karena
masuknya paku mendesak serat
kayu, sehingga ujung paku yang
tajam
dapat
mengakibatkan
timbulnya retak-retak.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.19: Pemakuan
Ikatan kekuatan ujung paku hanya
pada jepitan serat-serat kayu, oleh
sebab
itu
paku
hendaknya
dimasukkan miring sekitar 80º.
Jikalau
jarak
antar
paku
berdekatan, pemakuan hendaknya
jangan dilakukan dalam garis lurus
melainkan berselang-seling dan
bergelombang.
239
Jarak pemakuan 150 – 200 mm. Panjang paku yang masuk ke bagian
papan yang kedua adalah 1½ tebal papan pertama. Sedangkan panjang
paku seluruhnya adalah 2½ tebal papan pertama (Gb. 6.19).
3.2.
Konstruksi Alur dan Lidah
Panjang lidah minimal 4/10 tebal
papan, sedangkan tebal lidah ¼
sampai ? tebal papan.
Tebal lidah sebaiknya tidak lebih
dari ?
tebal papan supaya
terhindar dari lepasnya bagian
kepala kayu dari papan penahan.
Alur
Lidah
D/4
sampai
D/3
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.20: Konstruksi Alur dan
Lidah pada Sudut Kotak
Isian
kayu
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Posisi alur bisa pada papan
mendatar maupun papan
tegak tergantung keinginan
posisi kepala kayu yang
terlihat.
yang
yang
serta
akan
Konstruksi Alur dan Lidah ini bisa
digunakan pada sudut kotak
maupun papan antara baik di
bawah maupun di atas
(Gb. 6.20.dan 6.21).
Lidah untuk Konstruksi Alur dan
Lidah pada papan antara bisa
berada di atas atau di bawah.
Apabila lidah berada di atas dan
papan antara mendapat beban
kuat, maka bagian bawah papan
antara akan pecah. Begitu pula
kalau lidah berada di bawah dan
papan antara mendapat beban
kuat, maka celah pada hubungan
akan terbuka.
Meskipun demikian lebih baik lidah
berada di bawah (Gb. 6.20).
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.21: Konstruksi Alur dan
Lidah pada Papan Antara
Tebal lidah adalah ? tebal kayu,
sedangkan dalamnya alur minimal
4/10 tebal kayu. Lidah ini bisa juga
digantikan oleh kayu isian.
240
3.3.
Konstruksi Sudut Verstek dengan Isian
Konstruksi Sudut Verstek dengan
Isian bisa dari isian lamello,
tripleks, kayu masip, atau plastik
sudut bergerigi (Gb. 6.22).
Bila dibuat dari isian lamello maka
jarak as ujung lamello 50 mm,
dan jarak antar lamello adalah
200 mm.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.22: Konstruksi Sudut Verstek
dengan Isian Lamello dan
Plastik Sudut
3.4.
Konstruksi dengan Pen Bulat (Dowel)
Konstruksi dengan Pen Bulat
adalah
sebuah
yang
bisa
dikerjakan dengan mesin bor
tangan dan mesin bor horisontal
atau dengan mesin dowel atau
mesin dowel otomatis.
Untuk lem jangan
ada udara
Dowel yang berbentuk bulat
memanjang berfungsi sebagai alat
penyambung yang masuk ke
dalam dua sisi lubang yang diberi
lem pada kayu yang disambung
dengan ukuran yang akurat.
Maka dari itu pembuatan lubang
dowel harus tepat ukurannya satu
dengan yang lain.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.23: Konstruksi Sudut
dengan Dowel
Konstruksi dengan dowel ini dapat
untuk sambungan bagian - bagian
mebel dari kayu masip, kayu lapis,
papan partikel.
241
Konstruksi dengan dowel ini dapat berbentuk hubungan papan yang
saling bertemu tegak-lurus maupun verstek atau 45º (Gb. 6.23).
Ukuran dowel adalah 2/5 – 3/5 tebal papan. Jarak dowel dengan tepi
papan 10 – 15 mm, jarak antar dowel 150 – 200 mm.
3. Membuat Komponen Mebel Bentuk Rumit
3.1.
Pen
Konstruksi Ekor Burung Terbuka (Dovetail Joint)
Ekor burung
Diverstek
Konstruksi Ekor Burung Terbuka
adalah suatu konstruksi hubungan
kayu yang sudah lama dikenal.
Konstruksi
hubungan
yang
utamanya digunakan pada kayu
masip ini sangat akurat sehingga
memerlukan keterampilan yang
baik untuk mengerjakannya.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.24: Konstruksi Ekor Burung
Kalau diinginkan terlihatnya sisi
depan verstek, maka ekor burung
yang pertama dapat dipotong
verstek atau 45º, bila tidak maka
bertemu tegak lurus (Gb. 6.24).
242
Kemungkinan 1:
Pembagian ekor burung dilakukan pada garis
tengah ekor burung, dengan rumus:
Jumlah pen ekor burung = lebar kayu
3 x ½ t. Kayu
Jumlah pen sisi lain =jumlah pen ekor burung+1
Jumlah bagian = 2 x juml pen + 1 x juml pen lain
1 bagian = lebar kayu
Juml bagian
Kemiringan ditentukan seperti pada gambar.
Kemungkinan 2:
Pembagian ekor burung dikerjakan pada sisi
dalam. Lubang dan pen dibagi sama lebar. Cara
ini lebih mudah, tetapi pen sisi tepi lebih lebar.
Contoh perhitungan:
Pembagian ekor burung=lebar kayu=120=6+1=7
tebal kayu
20
jika hasilnya gasal, bisa dibulatkan ke atas atau
ke bawah. Kemiringan ekor burung antara 1 : 7
atau 1 : 6, seperti gambar di atas.
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing.
Wolfgang Nutsch, 2005.
Bagian-bagian hubungan
pada sambungan ekor
burung sederhana yaitu
pen
dan
lubangnya
terbuka.
Karena pen ekor burung
berbentuk baji, hubungan
ini dapat dilem tanpa
diklem/dijepit.
Penggambaran
konstruksi hubungan ekor
burung
terbuka
ada
beberapa
cara,
diantaranya seperti pada
gambar di samping ini,
yaitu
ada
dua
kemungkinan yang bisa
dilakukan.
Kemingkinan 1 (sebelah
kiri),
yaitu lebar papan dibagi
beberapa bagian yang
setiap bagiannya adalah
½ tebal papan.
Lalu ditarik suatu garis
miring
yang
menghubungkan
titik
pada garis yang berada
½ tebal papan dari tepi
ke titik yang pada garis
yang berada 3 x tebal
papan, yang dimulai dari
2 bagian lalu 3 bagian
dan diakhiri 2 bagian.
Gb. 6.25: Perhitungan Ekor Burung
Garis tersebut dibuat dengan menggunakan siku goyang / siku swai yang
menghubungkan titik-titik tersebut di atas secara bolak-balik. Dengan
demikian jadilah gambar hubungan ekor burung terbuka.
Kemungkinan 2 (sebelah kanan),
Pembagian lubang dan pen sama lebar, yaitu lebar papan dibagi menjadi
7 bagian. Kemiringan ekor burung dibuat antara 1 : 7 sampai 1 : 6, dan
dipindahkan dengan siku swai.
243
Pengerjaan Konstruksi Ekor Burung Terbuka setelah digambari adalah
sebagai berikut:
Pertama, mengerjakan bagian papan yang digunakan sebagai
pen dengan cara menggergaji bagian-bagian tersebut dengan gergaji
belah atau gergaji punggung sampai batas setebal papan dan
berpedoman pada garis kerja/gambar yang telah ada. Hal ini harus
dilakukan dengan teliti dan cermat supaya garis kerjanya bisa menjadi
pedoman.
Kedua, memahat sampai kedalaman setengah tebal papan hasil
penggergajian tersebut mulai dari sisi dalam papan tepat pada garis kerja
terus menjauh sampai setengahnya.
Berikutnya membalik papan tersebut terus memahatnya sampai setiap
bagian terputus satu demi satu, lalu membersihkannya atau
merapikannya dengan pahat, sehingga bersih dan rapi sesuai dengan
garis kerja.
Ketiga, bagian papan yang digunakan sebagai pen (telah
dikerjakan pada langkah kedua) dimalkan pada sisi dalam papan
pasangannya dengan cara menggoreskan kraspen / penggores secara
tepat dan segaris dengan pen yang dimalkan.
Keempat, menggergaji bagian-bagian ekor burung yang telah
digores kraspen tersebut di atas dengan gergaji belah atau gergaji
punggung secara akurat berpedoman pada goresan kraspen. Selanjutnya
setiap bagian ekor burung diputus dengan pahat satu persatu sehingga
bersih dan rapi sesuai dengan garis kerja.
Kelima, menyetel bagian ekor burung dengan bagian pen yang
berposisi tegak-lurus dengan memukul bagian ekor burung menggunakan
palu kayu / palu karet secara hati-hati sehingga seluruh bagian ekor
burung berhimpitan dengan bagian pen menjadi rapat, rapi, dan tegak
lurus. Dengan demikian selesailah pengerjaan hubungan ekor burung
tersebut.
Ketiga
Pertama
Keempat
Penggores
Bagian
ekor burung
Kelima
Bagian
pen
Kedua
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.26: Pengerjaan Konstruksi Ekor Burung Terbuka
244
3.2.
Konstruksi Ekor Burung Memanjang
Konstruksi
Ekor
Burung
Memanjang baik untuk konstruksi
yang menahan tarikan dan
menerima beban.
Jarak Konstruksi Ekor Burung
Memanjang dengan tepi ujung
kayu pasangannya minimal 30mm.
Untuk hubungan di tengah/antara
adalah seperti Konstruksi Alur dan
Lidah.
Antara alur dan pen
dilonggarkan sekitar 2 mm
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.27: Konstruksi Ekor Burung
Memanjang
3.3.
Kedalaman
Konstruksi
Ekor
Burung Memanjang
adalah ?
tebal papan, dan kemiringan ekor
burung antara 75º - 80º (Gb. 6.27).
Titik henti alur ekor burung dari
ujung tepi papan adalah 7 mm,
karena bila terlalu lebar maka
hubungan pada bagian ini akan
terbuka kalau kayu menyusut.
Konstruksi Ekor Burung Tersembunyi
Pelindung
ekor burung
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.28: Konstruksi Ekor Burung
Tersembunyi
Konstruksi
Ekor
Burung
Tersembunyi
secara
prinsip
hampir sama dengan Konstruksi
Ekor Burung Terbuka hanya pada
bagian depan ekor burung ada
pelindungnya
sehingga
tersembunyi.
Pelindung ekor burung tersebut
berukuran antara ¼ sampai ?
tebal papan.
Dengan adanya pelindung ini,
maka
pengerjaannya
lebih
dibutuhkan keterampilan dari pada
mengerjakan Konstruksi Ekor
Burung Terbuka.
Konstruksi ini biasanya dipakai
pada papan penutup laci, atau
pada hubungan sudut yang ingin
dilihat dari satu sisi saja.
245
Ketiga
Pertama
Kelima
Siku-siku
Memotong dada ekor
burung
Penggores
Kedua
Keempat
Keenam
Sumber: Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.29: Pengerjaan Konstruksi Ekor Burung Tersembunyi
Pengerjaan Konstruksi Ekor Burung Tersembunyi setelah digambari
adalah sebagai berikut:
Pertama, mengerjakan bagian papan yang digunakan sebagai
pen dengan cara menggergaji bagian-bagian tersebut dengan gergaji
belah atau gergaji punggung sampai batas pelindung ekor burung dan
berpedoman pada garis kerja / gambar yang telah ada. Hal ini harus
dilakukan dengan teliti dan cermat supaya garis kerjanya bisa
dipedomani.
Kedua, memahat papan hasil penggergajian tersebut dari sisi
dalam papan tepat pada garis kerja terus menjauh sampai mendekati
garis kerja pelindung ekor burung.
Ketiga, berikutnya memahat pada arah kepala kayu sampai batas
garis keja/pelindung ekor burung terbentuk satu demi satu, sehingga
bersih dan rapi sesuai dengan garis kerja.
Keempat, bagian papan yang digunakan sebagai pen (telah
dikerjakan pada langkah kedua dan ketiga) dimalkan pada sisi dalam
papan pasangannya dengan cara menggoreskan kraspen / penggores
secara tepat dan segaris dengan pen yang dimalkan.
Kelima, memotong dada ekor burung dengan berpedoman sikusiku yang diletakkan pada sisi tebal kayu lalu digergaji dengan gergaji
belah atau gergaji punggung secara tepat. Selanjutnya bagian dada ekor
burung sisi lainnya dipotong seperti cara kerja sebelumnya sehingga
bersih dan rapi sesuai dengan garis kerja.
Keenam, menyetel bagian ekor burung dengan bagian pen yang
berposisi tegak-lurus dengan memukul bagian ekor burung menggunakan
palu kayu secara hati-hati sehingga seluruh bagian ekor burung
berhimpitan dengan bagian pen menjadi rapat ,rapi, dan tegak lurus.
Demikianlah pengerjaan sambungan ekor burung tersembunyi tersebut.
246
3.4.
Konstruksi Ekor Burung Mesin
Dengan mesin frais ekor burung
dapat
dikerjakan
sambungan
untuk pen dan ekor burung,
melalui ini terbentuklah ekor
burung terbuka maupun ekor
burung tersembunyi.
(Gb. 6.30).
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.30: Konstruksi Ekor Burung
Mesin
Bentuk dasar ekor burung dan pen
ekor burung sebelah dalam /
bawah membundar
(Gb. 6.30).
Sumber: Holztecknik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.31: Mesin Frais Ekor Burung
3.5.
Konstruksi Jari Terbuka
Dengan
hubungan
sudut
Konstruksi Jari Terbuka
ini
dimungkinkan
seluruh
bagian
dibelah dan dipotong paralel satu
dengan yang lain.
Oleh sebab itu pengerjaan kedua
bagian bisa bersama-sama.
D sampai D
3
4
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Hubungan ini harus dilem bagian
dada dan pipi pen kedua-duanya
dan diklem / dipres.
Gb. 6.32: Konstruksi Jari Terbuka
247
Melalui sebuah mesin spindel
molder/shaper yang telah diatur
atau dengan mesin spindel
molder/shaper spesial, Konstruksi
Jari Terbuka ini bisa dikerjakan.
Pen
Baji
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.33: Konstruksi Jari dengan
Baji
Lebar jari adalah ? sampai ½ D,
dengan kedalaman setebal kayu
(D) (Gb. 6.32).
Konstruksi Jari dengan Baji ini
untuk hubungan di tengah atau
papan antara.
Pen pada Konstruksi Jari dibelah pada arah tebal kayu sepanjang pen
dengan gergaji. Baji dibuat dari kayu masip yang ujungnya diruncingkan
selebar lubang dan tebal baji sekitar 5 mm (Gb. 6.33).
Baji dipasang setelah pen masuk dengan rapat dan tegak lurus, lalu baji
dipukul masuk dengan palu selanjutnya pangkal baji dipotong rata
dengan permukaan kayu.
4. Membuat Berbagai Konstruksi Mebel
4.1.
Konstruksi Sudut Rangka/Bingkai
Rangka terdiri dari ambang datar
dan ambang tegak (tiang) yang
dirangkai oleh konstruksi sehingga
menjadi satu bagian yang kuat.
Pilihlah kayu yang baik untuk
membuat konstruksi rangka ini.
Pasangkan ambang datar, dan
beri tanda paring atau tanda muka
untuk mengetahui bagian atas dan
bawah.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.39: Menggambari pada
Rangka Kayu
Begitu pula pasangkan ambang
tegak, beri pula tanda paring untuk
membedakan bagian kiri dan
kanan (Gb. 6.39).
248
Untuk mendapatkan konstruksi
yang stabil, maka harus dipilih
papan kayu yang tepat, dengan
cara mengamati lingkaran tahun
pada kepala kayu yang searah.
Arah lingkaran
tahun
Arah lingkaran
tahun
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.40: Memilih Kayu untuk
Konstruksi Rangka
Untuk membuat konstruksi rangka
dengan tebal kayu, sehingga bisa
didapatkan konstruksi yang baik
dan kuat. Hal ini sangat penting
diperhatikan, sebab bila terjadi
penyusutan kayu maka besarnya
penyusutan relatif sama, sehingga
kecil
kemungkinan
terjadi
perubahan konstruksi (Gb. 6.40)
Yang dimaksud Konstruksi Sudut Rangka adalah hubungan bagianbagian yang dirangkai menjadi suatu bentuk rangka/bingkai. Konstruksi
Sudut Rangka bisa dibuat beberapa cara sebagai berikut:
4.1.1. Kip/Takik Se tengah/Parohan (Half Joint)
Hubungan Kip / Takik Setengah adalah sebuah hubungan sudut yang
sederhana pada konstruksi sudut rangka.
Dengan membelah tebal kayu
menjadi setengah tebal dan
sepanjang lebar kayu, maka
Hubungan Kip tersebut sudah jadi
sebuah konstruksi rangka/bingkai.
(Gb. 6.41).
Untuk merekatkan Hubungan Kip
menjadi sebuah konstruksi rangka
maka harus dilem atau dipaku
sehingga kuat.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.41: Kip/Takik Setengah
249
4.1.2. Lubang dan Pen
Lubang memanjang
Konstruksi Lubang dan Pen ini
biasa digunakan untuk mebel
maupun bingkai jendela.
Pen
Tebal pen adalah ? tebal kayu
dan panjangnya selebar kayu.
Konstruksi ini lebih menekankan
segi teknik pengerjaannya yang
harus teliti.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.42: Lubang dan Pen
Sebaiknya menggunakan kayu
yang kering sehingga sambungan
tetap rata (Gb. 6.42).
4.1.3. Lubang dan Pen Ganda
Konstruksi Lubang dan Pen
Ganda ini biasa digunakan untuk
mebel maupun bingkai jendela
yang tebal.
Tebal pen adalah 1/5 tebal kayu
dan panjangnya selebar kayu.
Konstruksi ini membutuhkan teknik
pengerjaan yang sangat teliti
sehingga sambungan bisa rapat.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.43: Lubang dan Pen Ganda
250
4.1.4. Lubang dan Pen pada Rangka dengan Sponing
Konstruksi Lubang dan Pen pada
Rangka dengan Sponing ini biasa
digunakan untuk mebel maupun
bingkai jendela yang akan diberi
kaca atau tripleks.
Sponing
Dengan adanya sponing yang
lebarnya ? tebal, maka lebar pen
diperkecil
sedalam
sponing,
karena pengerjaan sponing pada
bingkai diteruskan (Gb. 6.44).
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.44: Lubang dan Pen pada
Rangka dengan Sponing
4.1.5. Lubang dan Pen pada Rangka dengan Profil dan
Sponing
Tanpa profil
Sponing
Konstruksi Lubang dan Pen pada
Rangka dengan Profil dan Sponing
ini umumnya digunakan untuk
mebel maupun bingkai jendela
yang akan diberi kaca atau
tripleks.
Dengan adanya sponing maka
dapat dipasangkan kaca atau
tripleks sebagai dinding bingkai.
Profil
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Tebal pen adalah ? tebal kayu
dan panjangnya
adalah lebar
kayu dikurangi sponing atau profil
(Gb. 6.45).
Gb. 6.45: Lubang dan Pen pada
Rangka dengan Profil
dan Sponing
Lebar sponing adalah ? tebal rangka dan dibuat tembus, baik pada
ambang datar maupun pada ambang tegak, tetapi pertemuan profil
antara ambang datar dan ambang tegak berupa verstek, dengan
demikian kedua dada pen posisinya segaris. Profil yang dibuatpun bisa
bervariasi tergantung selera dan jenis pisau profil yang dimiliki, sehingga
keindahannya bisa dipandang dari bagian depan.
251
4.1.6. Lubang dan Pen pada Rangka dengan Alur
Konstruksi Lubang dan Pen pada
Rangka dengan Alur ini umumnya
digunakan untuk mebel maupun
bingkai jendela yang akan diberi
papan panil atau tripleks.
Alur
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Lebar alur adalah ? tebal kayu
dengan panjang sampai tembus
pada ambang tegak. Dalamnya
alur bisa dibuat sekitar 10 mm.
(Gb. 6.46).
Lebar pen pada ambang datar
berkurang sedalam alur.
Gb. 6.46: Lubang dan Pen pada
Rangka dengan Alur
4.1.7. Lubang dan Pen dengan Sponing dan Lereng
Konstruksi Lubang dan Pen
dengan Sponing dan Lereng ini
biasa digunakan untuk mebel
maupun bingkai jendela yang akan
diberi kaca atau tripleks.
Lereng
Sponing
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.47: Lubang dan Pen pada
Rangka dengan Sponing
dan Lereng
Lebar sponing adalah ? tebal
rangka dan dibuat tembus, baik
pada ambang datar maupun pada
ambang tegak.
Lebar lereng adalah ? tebal
rangka dan dibuat tembus, baik
pada ambang datar maupun pada
ambang tegak (Gb. 6.47).
Dada pen pada sisi lereng bersudut sekitar 60º terhadap pipi pen dan ini
harus segaris atau bersudut sama dengan sudut lereng, sehingga dada
pen bisa bertemu dengan lereng secara rapat dan baik.
Dada pen pada sisi sponing seperti biasa yaitu tegak-lurus terhadap sisi
tebal kayu atau segaris dengan sponing, sehingga dada pen bisa
bertemu dengan sponing secara rapat dan baik.
252
4.1.8. Lubang dan Pen dengan Spatpen dan Baji
Konstruksi Lubang dan Pen
dengan Spatpen dan Baji ini
umumnya digunakan untuk mebel
Spatpen
maupun bingkai jendela yang
menginginkan konstruksi lebih
kokoh, stabil, dan rapi.
Baji
Spatpen
berfungsi
untuk
mencegah rangka atau bingkai
menjadi baling/muntir.
Panjang spatpen setebal pen yaitu
? tebal rangka (bisa lebih panjang
antara 1 – 2 mm).
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Lebar spatpen 1/5 lebar rangka.
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Pada bagian spatpen diberi
Gb. 6.48: Lubang dan Pen dengan kelonggaran 2 mm, supaya dada
pen dapat rapat tidak terganggu
Spatpen dan Baji
spatpen (Gb. 6.48).
Sisi lebar pen dibelah dengan gergaji sampai batas spatpen. Setelah
lubang dan pen dirangkai dan bertemu secara rapat, maka baji bisa
dipasangkan dari sisi luar dengan cara dipukul palu sampai pen betulbetul rapat, lalu dipotong rata dengan pen.
Lubang pen
Kedua
Keempat
Kelima
Pertama
Keenam
Ketiga
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.49: Pengerjaan sebuah Hubungan Lubang dan Pen T erbuka
Pertama, menggambari garis potong menggunakan siku-siku dan pinsil
pada kedua sisi tebal kayu sekaligus supaya segaris. Selanjutnya pada
setiap kayu digambari garis potong melingkar menggunakan siku-siku
pada keempat bidang permukaannya. Hal ini harus dilakukan dengan
teliti dan cermat supaya garis kerjanya bisa dipedomani.
253
Kedua, menggores sisi tebal kayu dengan perusut menjadi 3 bagian
sama lebar pada tiga bidang permukaan sebagai garis kerja pembuatan
pen.
Ketiga, membelah tebal kayu sebagai pen dan lubang menggunakan
gergaji belah atau gergaji punggung menjadi tiga bagian menurut garis
kerja yang ada, sehingga terbentuklah tebal pen dan lubang menurut
ukuran garis kerjanya.
Keempat, bagian kayu yang digunakan sebagai lubang dipahat
menggunakan pahat lubang dari sisi tebal kayu sedalam setengah lebar
kayu, berikutnya dibalik dari sisi berlawanan sehingga terbentuklah
lubang secara rata dan rapi.
Kelima, memotong dada pen sesuai garis kerja menggunakan gergaji
punggung pada kedua permukaan kayu yang telah dibelah sehingga
terbentuklah pen secara rata dan baik.
Keenam, menyetel bagian lubang dengan bagian pen secara hati-hati
dengan memasukkan pen perlahan-lahan ke dalam lubang sehingga
lubang dan pen terhubung secara tegak-lurus, rata, dan rapat.
Pertama
Kedua
Ketiga
Kelima
Keempat
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.50: Pengerjaan Sebuah Hubungan Lubang dan Pen Sebelah
Verstek
Pertama, Gambarlah garis potong menggunakan siku-siku dan pinsil
pada kedua sisi tebal kayu sekaligus supaya segaris, dilanjutkan keliling
permukaan kayu. Lebar pen dikurangi 10 mm
254
Kedua, pada setiap kayu bagian muka lukislah garis potong 45º dari
dalam ke luar menggunakan siku verstek pada keempat ujung kayu. Hal
ini harus dilakukan dengan teliti dan cermat supaya garis kerjanya bisa
dipedomani.
Ketiga, membelah tebal kayu sebagai pen dan lubang menggunakan
gergaji belah menjadi tiga bagian menurut garis kerja yang ada, sehingga
terbentuklah tebal pen dan lubang menurut ukuran garis kerjanya.
Keempat, bagian kayu yang digunakan sebagai lubang dipahat
menggunakan pahat lubang dari sisi tebal kayu sedalam setengah lebar
kayu, berikutnya dibalik dari sisi berlawanan sehingga terbentuklah
lubang secara rata dan rapi.
Kelima, memotong dada pen sesuai garis kerja yaitu pada bagian muka
dipotong 45º dan bagian belakang dipotong 90 º menggunakan gergaji
punggung pada kedua permukaan kayu yang telah dibelah sehingga
terbentuklah pen secara rata dan baik.
Keenam, menyetel bagian lubang dengan bagian pen secara hati-hati
dengan memasukkan pen perlahan-lahan ke dalam lubang sehingga
lubang dan pen terhubung secara tegak-lurus, rata, dan rapat.
4.1.9. Hubungan dengan Pen Bulat (Dowel)
Hubungan dengan Pen Bulat
(Dowel) merupakan pilihan lain
untuk konstruksi hubungan rangka
dengan alat bantu dowel.
Panjang dowel yang masuk pada
ambang tegak, kedalamannya
berhenti dari sisi luar min. 5 mm.
Sedangkan dowel yang masuk
pada ambang datar, sepanjang ?
lebar kayu, dan ujungnya dipingul.
Dalamnya lubang pada ambang
datar diberi kelonggaran 2 mm.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Pada kayu yang tidak lebar
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
sedapat mungkin dipasangkan dua
Gb. 6.51: Hubungan dengan
dowel
untuk
menghindarkan
Dowel
berfungsinya dowel sebagai poros
(Gb. 6.51).
Sebaiknya dipakai dowel berulir. Jarak dowel pada ujung ke ujung
minimal 10 mm. Dengan begitu bagian ini terikat, tidak hanya tergantung
pada lem saja. Diameter dowel 1/3 – 3/5 tebal kayu.
255
4.1.10. Hubungan Dowel dengan Alur dan Profil
Profil
Kontra profil
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.52: Hubungan Dowel
dengan Alur dan Profil
Hubungan Dowel dengan Alur dan
Profil
adalah
pengembangan
konstruksi dari Hubungan dengan
Dowel yang diberi alur tembus
pada tengah ketebalan kayu
dengan lebar dan dalam alur
adalah ¼ tebal kayu.
Juga
diberi
profil
tembus
memanjang pada kedua tepi
ambang
yang
dipasangkan
dengan kontra profil pada kepala
kayu ambang datar.
Profil-profil tersebut dikerjakan
dengan mesin frais, sehingga
pertemuan profil dengan kontra
profil bisa rapat dan baik.
Untuk mendapatkan kestabilan
konstruksi maka Hubungan Dowel
dengan Alur dan Profil ini bisa
dilem (Gb. 6.52).
4.1.11. Hubungan Verstek dengan Isian
Triplek atau
lamello
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.53: Hubungan Verstek
dengan Isian Tripleks
atau Lamello
Hubungan Verstek dengan Isian
merupakan pilihan lain untuk
konstruksi sambungan rangka
dengan alat bantu tripleks atau
lamello maupun kayu masip.
Bila menggunakan isian lamello
maka ukuran besar lamello
hendaknya disesuaikan dengan
lebar kayu.
Ujung isian lamello pada sudut
bagian dalam diverstek sehingga
rata dengan sudut rangka/bingkai.
Untuk mendapatkan kestabilan
konstruksi
maka
Hubungan
Verstek dengan Isian Tripleks atau
Lamello ini harus dilem (Gb. 6.53).
Bila menggunakan isian kayu
masip maka arah serat kayu harus
memanjang melintang.
256
Kayu
Masip
Bentuk isian kayu masip adalah
segitiga sama kaki bersudut 45º.
Tebal isian ? tebal kayu.
Dari sudut dalam rangka, lubang
isian berhenti sekitar 5 mm
(disesuaikan lebar kayu), supaya
isiannya tidak terlihat dari sudut
dalam (Gb. 6.54).
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.54: Hubungan Verstek
dengan Isian Kayu
Masip
4.2.
Hubungan Silang Takik dengan Sponing
Lereng tegak
Lereng tegak
Lereng tegak
Lereng datar
Lereng datar
Lereng datar
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 6.55: Hubungan Silang Takik dan Sponing
Hubungan Silang Takik dengan Sponing merupakan konstruksi hubungan
silang yang biasa digunakan pada kisi-kisi jendela atau pintu. Sponing
tembus memanjang berada pada sisi dalam dengan ukuran lebar sekitar
10 mm dan dalam sekitar 20 mm bisa digunakan sebagai tempat kaca
maupun kayu. Apabila sponing tersebut akan diberi kaca maupun panil
kayu maka harus dibuatkan lis. Dalamnya takikan dibuat ½ tebal rangka.
257
Kisi-kisi yang tegak, takikannya berada pada bagian sponing, sedangkan
kisi-kisi yang datar takikannya pada bagian lereng/muka. Lebar takikan
adalah selebar kayu yang telah dikurangi sponing. Hubungan Silang
Takik dengan Sponing di atas (Gb. 6.55) bisa dikerjakan dengan dua
model seperti gambar di atas. Pertemuan silang pada model yang tengah
adalah mengikuti lereng yang ada, sedangkan model yang kanan pada
lerengnya dibuat verstek. Meskipun demikian hubungan silang takik
setelah disambung dan dilem akan terlihat sama pada kedua model
tersebut. Pada saat menyetel persilangan maka kedua kayu ditemukan
secara tegak lurus melalui pukulan palu dari sisi muka tanda paring
dengan diberi alas pada kayu yang dipukul. Persilangan sponing harus
satu bidang datar, supaya kaca atau kayu yang dipasang nantinya bisa
mendatar dan lis penjepitnya bisa terpasang dengan baik.
4.3.
Konstruksi Meja
Yang dimaksud Konstruksi Meja adalah hubungan bagian-bagian kaki,
ambang, dan daun meja yang dirangkai menjadi suatu bentuk meja.
Hubungan bagian-bagian tersebut bisa terdiri dari hubungan kaki meja
dengan bingkai meja, juga hubungan rangka kaki dengan daun meja.
Konstruksi hubungan tersebut bisa berupa pen dan lubang atau
menggunakan alat sambung seperti sekrup, pen bulat, klos kayu, pelat
besi, kelam dan pen bulat, kelam dan sekrup, serta kelam ekor burung.
4.3.1. Konstruksi Pen Verstek dengan Spat Pen
Spatpen
Ujung pen
diverstek
Konstruksi Pen Verstek dengan
Spat Pen ini merupakan salah satu
konstruksi yang biasa dipakai
untuk menghubungkan kaki meja
dengan ambang datar (Gb. 6.56).
Spatpen
berfungsi
untuk
mencegah ambang datar supaya
tidak baling/muntir.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Panjang spat pen setebal pen
yaitu ?
tebal ambang, jika
diperlukan bisa lebih panjang
antara 1 – 2 mm.
Gb. 6.56: Pen Verstek dengan
Spatpen
Lebar spat pen adalah 1/5 lebar ambang. Dalamnya lubang pada bagian
pen diberi kelonggaran 2 mm, supaya dada spat pen dapat bertemu
dengan rapat. Ujung Pen diverstek sehingga bisa bertemu tegak lurus
dengan ujung pen yang lain.
258
4.3.2. Konstruksi dengan Dowel
Ujung dowel
diverstek
Ambang
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 4.57: Dowel Ganda Verstek
Konstruksi dengan Dowel ini
merupakan salah satu konstruksi
yang biasa dipakai sebagai
alternatif untuk menghubungkan
kaki meja dengan ambang datar
yang menggunakan alat sambung
dowel (Gb.4.57).
Ujung dowel yang masuk pada
kaki meja divertek, sehingga
bertemu dengan ujung dowel dari
sisi lain secara tegak lurus.
Pada ambang dipasangkan dua
dowel
untuk
menghindarkan
berfungsinya dowel sebagai poros
dan supaya ambang tidak muntir .
Sebaiknya dipakai dowel berulir.
Diameter dowel 1/3 – 3/5 tebal
ambang.
259
BAB VII
MERAKIT MEBEL
Pada bab ini diuraikan beberapa hal yang meliputi pengetahuan tentang
pengukuran lokasi ruang, penyetelan unit-unit almari tanam di bengkel,
pemasangan unit-unit almari tanam pada bangunan, dan pemasangan
asesoris mebel sebagai dasar untuk merakit mebel kayu.
Standar Kompetensi pada bab ini adalah Merakit Mebel yang terdiri dari
empat Kompetensi Dasar yaitu Mengukur Lokasi Ruang, Menyetel Unitunit Almari Tanam di Bengkel, Memasang Unit-unit Almari Tanam pada
Bangunan, dan Memasang Asesoris Mebel, yang secara terinci disusun
ke dalam topik-topik sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Mengukur Lokasi Ruang untuk Penempatan Mebel
Menyetel Unit-unit Almari Tanam di Bengkel
Memasang Unit-unit Almari Tanam pada Bangunan
Memasang Asesoris Mebel
1. Mengukur Lokasi Ruang untuk Penempatan Mebel
Sebelum menempatkan mebel dalam suatu ruang, lebih dulu yang harus
diperhatikan adalah ukuran dan tata-letak ruang, sehingga mebel yang
akan menempati ruang tersebut sesuai dengan keadaan lokasi ruang.
Untuk itu direncanakan model dan ukuran mebel sesuai dengan fungsi
dan kondisi ruangan, sehingga mebel tersebut tampak serasi berada di
dalam suatu ruang. Salah satu jenis mebel yang memerlukan pengukuran
lokasi ruang adalah Almari Tanam, seperti gambar berikut ini.
1.1.
Penempatan Almari Tanam pada Ruangan
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.1: Macam-macam Model Almari Tanam
260
1.2.
Pengukuran Lokasi Ruangan
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.2: Rencana Letak Almari Tanam
Almari Tanam merupakan suatu kesatuan mebel dengan ruangan, maka
dari itu rencana letak almari tersebut harus diperhitungkan dengan luas
dan fungsi ruangan. Perencanaan yang baik akan menghasilkan
pengaturan ruangan yang indah dan serasi.
Almari Tanam bisa menjadi unsur keindahan ruangan selain fungsi almari
sebagai tempat menyimpan barang. Model Almari Tanam banyak
macamnya, untuk itu bisa dipilih dan disesuaikan dengan fungsi dan luas
ruangan (Gb. 7.1).
Pengukuran lokasi ruang untuk penempatan mebel merupakan langkah
awal untuk perencanaan mebel yang akan ditempatkan di dalam suatu
ruang tertentu, misalnya Almari Tanam, Almari dan Meja Dapur, serta
mebel-mebel lain. Perbandingan luas ruangan dengan jumlah dan tata
letak mebel sebaiknya memperhatikan keleluasaan gerak bagi orang
yang menempatinya, sehingga pengguna mebel merasa nyaman.
Panjang, lebar, dan tinggi serta tata letak ruangan menjadi pertimbangan
kita dalam merencanakan jumlah dan tata letak serta jenis/model mebel
yang akan ditempatkan.
2. Menyetel Unit-unit Almari di Bengkel (Workshop)
Konstruksi Almari terdiri dari hubungan bagian-bagian rangka kaki
dengan papan dasar almari, konstruksi dinding belakang almari, papan
letak/rak, serta konstruksi dinding almari dengan laci dan daun pintunya.
261
2.1.
Bagian-bagian Almari
Dinding Samping Kiri
Pintu Kiri
Dinding Atas
Dinding Belakang
Dinding Samping Kanan
Pintu Kanan
Papan Letak
Tinggi
Kotak
Almari
Kunci
Tinggi
Total
Laci Nampan
Engsel Kanan
Bingkai Dasar Kaki
Tinggi
Kaki
Engsel
Kiri
Bingkai
Atas Kaki
Grendel
Laci
Dinding Antara
Bingkai Tiang Kaki
Dinding Bawah
Bingkai Depan Kaki
Lebar
Dalam
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.3. Bagian-bagian Almari
2.2.
Konstruksi Dinding Almari dengan Dowel
Salah satu konstruksi dinding almari yang biasa digunakan adalah
Konstruksi Dinding Almari dengan Dowel. Konstruksi ini relatif mudah
pengerjaannya, karena hanya menggunakan mesin bor tangan maupun
stasioner. Untuk mendapatkan ketepatan pemasangan dowel harus
menggunakan penitik dowel, sehingga letak lubang dowel yang dibuat
bisa tepat berpasangan.
262
Dinding atas
Dinding belakang
Dinding samping kiri
Dowel
Tumpuan
belakang
Dinding bawah
Tumpuan depan
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.4: Hubungan antar Bagian-bagian Mebel
2.3.
Konstruksi Tumpuan Almari
Model almari bisa bermacam macam bentuk maupun bahan
dasar yang digunakan.
Salah satu pilihan bahan dasar
untuk membuat almari adalah
kayu lapis, bisa block-board, teakblock, atau multipleks.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Model Almari pada (Gb. 7.5)
merupakan almari pendek dengan
laci
di
bagian
atas
dan
menggunakan tumpuan almari
yang mempunyai dua pintu dan
dua laci.
Gb. 7.5: Model Almari dengan
Konstruksi Tumpuan
Almari
263
Tumpuan Almari menahan seluruh
bentuk kotak almari di atasnya
secara kuat dan stabil serta
menyatu dalam satu konstruksi
almari.
Penutup
Sekrup Penyetel berguna untuk
mengatur kedataran kaki supaya
mendatar/horisontal sehingga bisa
menyangga dengan baik.
Sekrup
penyetel
Kancing
Setelah kedataran kaki betul-betul
mendatar atau horisontal, maka
Penutup dipasangkan.
Kaki
Hiasan
tumpuan
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.6: Konstruksi Tumpuan
Almari
2.4.
Berikutnya memasang Hiasan
Tumpuan yang disatukan dengan
Kancing.
Konstruksi Dinding Belakang Almari
Paku tembak dan lem
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.7: Potongan Konstruksi Dinding Belakang Almari
Konstruksi Dinding Belakang Almari bisa dibuat dengan berbagai macam
konstruksi dan alat sambung yang digunakan, seperti terlihat pada (Gb.
7.7) terdiri dari:
1. Dinding samping almari bagian belakang dalam ditakik sedalam
tebalnya dinding belakang selanjutnya dipaku ke dinding samping
almari. Dinding belakang almari menggunakan tripleks.
264
2. Dinding samping almari bagian belakang dalam ditakik lebih dalam dari
tebalnya dinding belakang selanjutnya dipaku dan dilem ke dinding
samping almari. Dinding belakang almari menggunakan tripleks.
3. Dinding samping almari bagian belakang diberi lis kayu masip setebal
10 mm yang lebarnya sama dengan tebalnya dinding samping almari.
Selanjutnya dinding belakang almari di alur sebatas lis kayu masip
sedalam 5 mm. Dinding belakang almari yang menggunakan tripleks
dimasukkan ke dalam alur yang telah dibuat.
4. Menggunakan Penghubung Dinding Belakang yang dipasang pada
bagian dalam belakang dinding samping almari. Dinding samping
almari bagian belakang dalam ditakik sekitar
10 mm dan setebal dinding belakang maksimal 5 mm. Selanjutnya
dinding belakang almari dihubungkan dengan Penghubung Dinding
Belakang yang dipasangkan dibeberapa tempat, sehingga rapat dan
kuat.
5. Dinding samping almari bagian belakang dipasang alat sambung yaitu
isian lamello di beberapa tempat untuk hubungan dengan dinding
belakang almari. Tepi dinding belakang almari di beri lis kayu masip
setebal dinding belakang dan ditakik pada sisi yang bertemu dengan
dinding samping almari. Dinding belakang almari yang menggunakan
multipleks yang telah tebalnya minimal sama dengan dinding samping
almari.
2.5.
Bagian-bagian Laci
Papan
samping
Papan
belakang
Papan
samping
Papan
dasar
Papan
muka
Panjang
(dalam)
Tinggi
Papan
muka
rangkap
Lebar
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.8: Nama Bagian-bagian Laci
265
Konstruksi Laci adalah hubungan bagian-bagian yang terdiri dari Papan
Samping, Papan Muka dan Belakang, Papan Dasar Laci, dan Papan
Muka Rangkap (bila ada) serta Peluncur Laci. Bila tidak memakai Papan
Penutup Laci maka Papan Muka sekaligus sebagai penutup yang
langsung terlihat dari depan. Sebaiknya hubungan Papan Samping
dengan Papan Belakang dan Papan Muka menggunakan sambungan
ekor burung (Gb. 7.8).
2.6.
Konstruksi Papan Muka Laci
Dowel Ø 6
Ditakik
masuk
ke alur
Celah
miring
Celah
Ambang
pemisah
1
Udara
2
3
4
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.9: Konstruksi Papan Muka Laci
Papan Muka Laci merupakan bagian laci yang selalu terlihat, maka dari
itu kayu yang dipakai sebaiknya pilihan dan baik. Ada beberapa
konstruksi papan muka laci yang bisa dipilih untuk pembuatan mebel.
Biasanya, hubungan papan muka laci dengan dinding samping
menggunakan sambungan ekor burung, pembagian ekor burung harus
disesuaikan posisinya dengan papan dasar laci, supaya alur yang dibuat
tidak membelah ekor burung (Gb. 7.9) nomor 1 dan 2.
Bisa juga papan muka laci dibuat rangkap, bagian yang terlihat dari luar
dapat dihias dengan profil sehingga tampak indah. Pilihan lain konstruksi
papan muka laci bisa menggunakan dowel Ø 6 mm, 2 buah di samping
kiri dan samping kanan (Gb. 7.9) nomor 3 dan 4.
Perlu diperhatikan bahwa apapun konstruksinya, laci harus mudah ditarik
dan didorong kembali sehingga bisa tersimpan kembali dengan lancar.
Untuk itu perlu diperhatikan kelonggaran dan celah untuk udara bila laci
didorong kembali ke rumahnya bisa lancar.
266
2.7.
Hubungan Papan Belakang dengan Papan Samping Laci
Samping laci
Dowel
Muka laci
1
2
3
Alat
Samping
sambung
laci
Muka
Rangka laci
4
5
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.10: Hubungan Papan Muka dengan Papan Samping Laci
Hubungan Papan Muka dengan Papan Samping Laci ada beberapa
variasi, bisa dipilih menurut kebutuhan (Gb. 7.10) dilihat dari atas.
1. Papan Muka Laci dan Papan Samping Laci bahannya kayu masip,
menggunakan sambungan ekor burung tersembunyi.
2. Papan Muka Laci dan Papan Samping Laci bahannya kayu masip,
menggunakan sambungan alur dan lidah.
3. Papan Muka Laci dari kayu lapis dan Papan Samping Laci dari kayu
masip, menggunakan sambungan dowel.
4. Papan Muka Laci dan Papan Samping Laci bahannya kayu masip,
menggunakan sambungan ekor burung terbuka dan diberi Papan Muka
Rangkap dari tripleks.
5. Papan Muka Laci dan Papan Samping Laci bahannya kayu masip,
menggunakan alat sambung sudut dan diberi Papan Muka Rangkap dari
multipleks.
2.8.
Laci Logam dengan Dinding Muka Kayu
Pelat besi
Dasar profil
Pelat baja
Pelat belakang dan dasar 16 mm
Rel
Pelindung
peluncur
Alat
sambung
Sumber : Holztechnik – Fachk unde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.11: Laci logam dengan Dinding Muka Kayu
267
2.9.
Konstruksi Laci Klasik
Konstruksi Laci Klasik merupakan
suatu konstruksi laci sederhana.
Lis
penahan
Lis penahan
Lis pengarah
Lis peluncur
Bingkai Peluncur
peluncur
Gambar
konstruksi
laci
ini
menunjukkan penampang atau
potongan muka, sebelah kiri
menggunakan lis kayu sebagai
peluncur untuk menggerakkan laci,
sedangkan gambar sebelah kanan
berpeluncur dengan bahan sintetis
seperti formika (Gb. 9.5).
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.12: Konstruksi Laci Klasik
Potongan Samping
Lis penahan
Lis pelindung
Papan
belakang
laci
Papan
muka
Klos
laci
penahan
Lis penahan
Papan
samping
laci
Lis pengarah
Lis peluncur
Lis peluncur
Celah antar laci
Potongan Depan
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.13: Hubungan Rumah Laci Klasik
268
Ada beberapa model Peluncur
Gantung yang digunakan untuk
Laci Klasik Bersusun.
Peluncur
gantung
Peluncur
gantung
Peluncur
plastik
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.14: Laci Klasik Bersusun
dengan Peluncur
Gantung
Biasanya Peluncur Gantung ini
dipasang dengan paku pada
dinding samping almari sebelah
dalam.
Ketinggian Peluncur ada di tengah
ketinggian laci. Lebar Peluncur
Gantung minimal 17 mm.
Ada juga Peluncur Gantung yang
dipasang dengan paku dan dilem
pada dinding atas almari sebelah
dalam.
Selain dari kayu, ada juga
Peluncur Plastik yang dipasang
pada dinding almari.
269
Papan samping
laci
Papan Dasar Laci Ditakik
Masuk ke Alur pada Papan
Samping Laci Bagian Bawah
Papan Dasar Laci Masuk ke
Alur pada Papan Samping Laci
Bagian Bawah
Papan samping
laci
Papan Dasar Laci Dibelah
Masuk ke Alur pada Papan
Samping Laci Bagian Bawah
Papan Dasar Laci Masuk ke
takikan pada Papan Samping
Laci Bagian Bawah
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.15: Hubungan Papan Samping Laci dengan Papan Dasar Laci
270
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Disekrup
Disekrup atau dipaku
Tonjolan dari
papan dasar laci
Konstruksi Papan
Belakang Laci pada Laci
Klasik
Konstruksi Papan
Belakang Laci seperti
Papan Samping
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.16: Macam-macam Konstruksi Papan Belakang Laci
271
2.10.
Peluncur Laci
Dinding samping
badan laci
Dinding atas
Dinding samping badan laci
Dinding atas
Lis penahan
Lis
penahan
Lis peluncur laci
Lis pengarah
Variasi lis
peluncur laci
depan
dibundarkan
Lis peluncur laci
Lis peluncur laci
Lis peluncur laci
Lis pelindung
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.17: Macam-macam Lis Peluncur Laci
Papan belakang
Papan samping
kanan
Alur papan dasar
tembus, terlihat
pada papan
belakang
Alur papan dasar,
tidak tembus
Alur peluncur
Papan
samping kiri
Alur peluncur
Tombol logam
Papan
muka
Alur pegangan
Papan muka
rangkap
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.18: Laci untuk Lis Peluncur Gantung
272
* Tebal papan
samping laci
maks. 16 mm
Peluncur
ganda
Peluncur
peluru
Laci keluar sebagian saja
Laci keluar penuh
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Macam-macam Kunci Laci
2.12.
Model Pegangan Laci
Ukuran
Kunci
Pelat Pengunci
Ukuran
Kunci
Ukuran
Kunci
2.11.
Ukuran
Kunci
Gb. 7.19: Peluncur Laci Mekanis
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.20. Macam-macam Kunci Laci
273
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.21: Macam-macam Model Pegangan Laci
274
3. Menyetel Unit-unit Almari Tanam pada Bangunan
3.1.
Sistem Penggantung untuk Almari Tanam
Almari Tanam adalah sistem almari yang dibuat atau dibangun menyatu
dengan dinding dalam ruangan, untuk itu harus dirancang sistem
konstruksi almari supaya menyatu dengan dinding.
Salah satu konstruksi yang harus dipertimbangkan pada waktu
merancang Almari Tanam adalah Sistem Penggantung untuk Almari
Tanam. Ada beberapa pilihan konstruksi penggantung, bisa dengan
papan pengait, pengait pelat baja, atau kombinasi keduanya (Gb. 7.22).
Dinding ruangan yang akan berhubungan dengan almari, sebaiknya
dilapisi beton supaya kokoh dan melindungi terhadap kelembaban yang
berakibat jelek terhadap dinding belakang almari.
Sekrup pengatur
kedalaman
Disediakan tempat khusus
Dinding
atas
Penggantung
almari
Kait penggantung
Pengatur
kedalaman
Dowel plastik Ø
10x12
Profil
penggantung
Pengatur
ketinggian
Profil
penggantung
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.22: Penggantung Almari Tanam
275
Rangka
muka
Badan
almari
Atas
Dinding
samping
Tengah
Dinding
tengah
Almari
Almari
Bawah
almari
Tumpuan almari
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.23: Sistem Membangun Almari Tanam
276
Mur-baut
penghubung
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.24: Penghubung antar Dinding Almari
Penutup
Dilubangi
Kancing
pegas
Klos kayu
? 34
Ulir baut
Landasan
kaki
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.25: Penyetelan Tumpuan dan Hiasan Tumpuan Almari
277
3.2.
Konstruksi Penutup Celah Dinding Tembok
Tripleks
Bila antara almari dengan dinding
tembok terdapat celah, maka
dapat ditutup dengan papan kayu.
Konstruksi penutup celah dinding
ada beberapa variasi, bisa dipilih
menurut
keserasian
dengan
almarinya.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.26: Penutup Celah Dinding
Tembok dengan Papan
Pilihan konstruksi ada pada
gambar-gambar berikut (Gb. 7.26
dan 7.27).
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.27: Konstruksi Penutup Celah Dinding
278
4. Memasang Asesoris Mebel
Asesoris mebel terdiri dari alat penggantung dan alat pengunci serta
asesoris lain yang dipasangkan pada mebel. Alat penggantung meliputi
berbagai macam engsel dan skarnir sedangkan alat pengunci meliputi
berbagai macam kunci pintu maupun kunci laci. Untuk memasang
asesoris mebel sebaiknya memperhatikan spesifikasi dan karakteristik
dari setiap asesoris agar pemakaiannya tepat dan berfungsi dengan baik.
4.1.
Konstruksi Depan dan Engsel Pintu Almari
Lis debu
Lis debu
Pintu
Lis debu
Dinding
samping
Dinding
samping
Pintu
Pintu
Dinding
samping
Lis debu
Terdapat banyak jenis engsel yang
bisa dipilih untuk pintu almari. Hal
ini tergantung kebutuhan dan
ketersediaannya di pasaran.
Pintu
Pemeriksaan
titik putar
Tahanan
di lantai
Pintu
Pintu
Konstruksi Depan dan Engsel
Pintu Almari menjelaskan tentang
hubungan pintu dengan dinding
samping almari yang dipasang
penggantung pintu yaitu engsel.
Udara 2 mm
Pintu kemballi
menutup
Gambar di samping menunjukkan
pintu almari masuk ke dalam
dinding
samping
yang
dihubungkan dengan berbagai
jenis engsel, gambar tersebut
dipotong dan dilihat dari atas (Gb.
7.28).
Untuk mengatasi rongga yang
terjadi karena engsel, maka
dipasangkan lis debu pada dinding
samping bagian dalam setinggi
dalamnya almari.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.28: Pintu di dalam Dinding
Almari dan Engselnya
279
Apabila tidak menginginkan dipasang lis debu, maka bisa dipilih berbagai
engsel seperti gambar di bawah ini yang secara konstruksi membentuk
celah yang tidak tembus ke depan almari sehingga debu tidak bisa
masuk.
Bagian tepi pintu terbuat dari kayu masip atau lis kayu masip supaya bisa
dibentuk sponing memanjang dengan baik (Gb. 7.29).
Dibentuk
dengan bor Ø
30 mm
Pelat engsel
yang tipis
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.29: Pintu ditakik ke dalam Dinding Almari dan Engselnya
280
Gambar 7.30. berikut ini menunjukkan posisi pintu berada di depan
dinding samping menggunakan engsel silinder dan engsel sendok.
Pola tetap
Dibentuk
dengan bor
Ø 16 mm
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.30: Pintu di luar Dinding Almari dan Engselnya
281
4.2.
Kunci Almari untuk Pintu Kupu Tarung
Pengancing
Kunci
Pengancing
Kunci
Pengancing
Lis
.
Celah antar pintu
Celah antar pintu
Celah antar pintu
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.31: Kunci Pintu Kupu Tarung
Kunci pintu almari yang dipasang
pada pintu kupu tarung harus
diupayakan antara kedua daun
pintu tidak terdapat celah yang
langsung tembus ke dalam almari.
Untuk itu bisa dipasang lis kayu
masip pada tepi pintu dan dibuat
sponing pada keduanya yang
saling berlawanan, bisa juga
dipasangkan lis memanjang pada
salah satu pintu sehingga tidak
ada celah tembus ke dalam almari
(Gb. 7.31).
Pelat
rumah
kunci
Pengancing
Pilihan kunci yang digunakan
bermacam -macam,
diantaranya
beberapa kunci seperti pada
Gambar 7.32.
.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.32: Kunci Pintu Putar
Mebel
282
Pelat
kait siku
Pengait
Simpul
pemandu
Simpul
pemandu
Apabila menginginkan kunci yang
lebih aman dan kuat karena
sekaligus mengunci ke bawah dan
keatas selain ke samping, maka
bisa dipilih Kunci Tiang / Batang
(Gb. 7.33).
Gambar di samping menunjukkan
dua pilihan Kunci Tiang / Batang.
Simpul
pemandu
Gambar
yang
sebelah
kiri
menunjukkan sistem kunci ke
bawah dan ke atas dengan cara
memutar sehingga Pengaitnya
bertemu dengan Pasak secara
rapat.
Tiang
pengunci
atas
Rumah kunci
Pasak
Pasak
Pengancing
Sedangkan pengunci yang di
tengah mengeluarkan Pengancing
ke
pasangannya
bersamaan
dengan yang di bawah dan di atas.
Gambar yang sebelah kanan
menunjukkan sistem kunci ke
bawah masuk ke Selongsong dan
ke atas ke Pelat Kait Siku
sehingga
Tiang
Penguncinya
berfungsi.
Pelat
pengait Tiang
pengunci
bawah
Tiang
pemutar
Pengait
Pasak
Selongsong
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.33: Kunci Tiang / Batang
283
4.3.
Engsel untuk Pintu Almari
Gb. 7.34: Macam-macam Engsel
Engsel Ring
Scharnier
Panjang
Pelat
pintu
Ring
Rol
Pelat
pasak
Lebar
Pelat Silinder
Pasak Silinder
Bagian
lubang
Rol
Bagian pasak
Scharnier Piano
Engsel Susuk
Alat penggantung untuk pintu
almari ada beberapa macam yang
bisa dipilih menurut kebutuhan,
antara lain:
Engsel Ring, Scharnier, Pelat
Silinder,
Pasak
Silinder,
Scharnier Piano, dan Engse l
Susuk.
Engsel Ring terdiri dari pelat
pasak yang terpasang pada
dinding almari dan pelat pintu yang
terpasang pada daun pintu. Engsel
ini dilengkapi ring yang berfungsi
melancarkan gerakan engsel.
Kedua pelat bisa saling dilepas
dan di situ terdapat lubang sekrup
yang digunakan sebagai pengkait
sekrup ke kayu.
Scharnier terdiri dari dua lembar
pelat yang tidak bisa dilepaskan
dan dihubungkan oleh poros
silinder. Pada kedua lembar pelat
terdapat lubang sekrup yang
digunakan
sebagai
pengkait
sekrup ke kayu.
Pelat Silinder terdiri dari dua
lembar pelat yaitu Bagian Lubang
dan Bagian Pasak yang bisa
dilepaskan dan dihubungkan oleh
pasak silinder.
Pada kedua lembar pelat terdapat
lubang sekrup yang digunakan
sebagai pengkait sekrup ke kayu.
Pelat Silinder ini bervariasi
bentuknya, ada yang rata/segaris,
bertekuk, bahkan bersudut tegak
lurus.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
284
Pasak Silinder terdiri dari dua batang pasak yaitu Bagian Lubang dan
Bagian Pasak yang bisa dilepaskan dan dihubungkan oleh pasak silinder
yang bisa dilepaskan dan dihubungkan oleh poros silinder. Setiap bagian
berupa pasak berulir yang dimasukkan ke kayu dengan cara dibor.
Scharnier Piano terdiri dari dua lembar pelat memanjang yang tidak bisa
dilepaskan dan dihubungkan oleh poros silinder. Pada kedua lembar
pelat terdapat lubang sekrup yang digunakan sebagai pengkait sekrup ke
kayu.
Engsel Susuk terdiri dari dua pelat susuk yang bisa dilepaskan dan
dihubungkan oleh pasak silinder.
Di pasaran orang biasa menyebut
Engsel Sendok yang berasal dari
bahasa Jerman Topfscharnier atau
bahasa Inggrisnya Furniture Hinge
(Gb. 7.35).
Engsel ini terdiri dari bagian bulat
yang dimasukkan ke daun pintu
dan
bagian
batang
yang
disekrupkan ke dinding dalam
almari.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Langkah selanjutnya, keduanya
dipasangkan dengan pengikat
sekrup yang berfungsi juga
sebagai
penyetel
kedudukan
engsel sehingga daun pintu bisa
terpasang baik.
GB. 7.35: Engsel Sendok
Pemasangan dan penyetelan Engsel Sendok sangat mudah.
Untuk memasangnya pada bagian daun pintu di bor dengan diameter
lubang sama dengan diameter engsel dan dalamnya sedalam engsel.
Sedangkan bagian batang disekrupkan ke dinding samping bagian dalam
almari.
285
4.4.
Macam-macam Mur-baut Bongkar Pasang (Knock-down)
Mur-baut Bongkar Pasang atau
yang biasa disebut baut knockdown cocok digunakan sebagai
alternatif konstruksi sebuah mebel
yang relatif besar karena bisa
dibongkar dan dipasang dengan
mudah. Dengan demikian untuk
mengangkut / memindahkannya
lebih mudah dan aman.
Mur Ø
Ulir baut
Pengunci
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.36: Mur-baut Bongkar
Pasang
Penutup
Konstruksi dengan baut knockdown biasanya terdiri dari baut
berkepala bundar yang ada lubang
segi
enam
sebagai
tempat
masuknya kunci L. Baut knockdown
tersebut
berpasangan
dengan mur berbentuk bulat
panjang Ø 10 mm.
Pada salah satu kepala mur ada
belahan melintang diameter yang
berfungsi untuk tempatnya mata
obeng sebagai pemegang pada
saat baut dikencangkan atau
dikendorkan.
Sekrup penghubung
Mur
Dowel
Rumah
Pengunci baut
Lubang silang
sekrup
Penutup
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.37: Macam-macam Mur-baut Bongkar Pasang
Mur-baut Bongkar Pasang atau yang biasa disebut baut knock-down ada
beberapa macam. Ada yang rumah bautnya bundar dilengkapi dengan
penutup dan pengunci baut, ada yang sekrupnya berada pada
penghubung bentuk trapesium, ada yang sekrupnya berlubang silang dan
ada penutupnya (Gb. 7.37).
286
Mur
Sekrup
Penghubung
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.38: Mur-baut Bongkar
Pasang
Sekrup
Penutup
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Sekrup Penghubung dimasukkan
dari lubang permukaan kayu
pertama dan bertemu dengan Mur
pada lubang permukaan kayu
kedua.
Sekrup dikencangkan dengan
obeng plus (+) sedangkan Mur
ditahan oleh obeng minus (-)
(Gb. 7.38).
Sekrup dimasukkan dari lubang
permukaan
kayu
pertama
langsung tembus ke kayu kedua
sampai kepala sekrup masuk dari
permukaan
kayu,
selanjutnya
penutup dipasangkan sehingga
rata dengan permukaan kayu (Gb.
7.39).
Gb. 7.39: Mur-baut Bongkar
Pasang dengan Penutup
Rumah baut
Baut
Mur
Baut sendi
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Mur dimasukkan dari sisi dalam
kayu
pertama,
lalu
baut
dikencangkan dari sisi dalam kayu
kedua.
Dengan penghubung Baut Sendi
maka antara lantai dengan dinding
tegak lurus bisa dihubungkan (Gb.
7.40).
Gb. 7.40: Mur-baut Bongkat
Pasang Kecil
Pelat penghubung siku
Dengan Pelat Penghubung Siku
bagian-bagian
almari
dapat
dihubungkan
dengan
cara
memasang sekrup pada pelat di
kedua bagian almari (Gb. 7.41).
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.41: Pelat Penghubung Siku
287
BAB VIII
MELAKSANAKAN PEKERJAAN UKIR
Pada bab ini diuraikan beberapa hal yang meliputi pengetahuan tentang
membuat pola untuk pekerjaan ukir, mengukir bentuk sederhana,dan
mengukir bentuk rumit sebagai dasar untuk melaksanakan pekerjaan ukir.
Standar Kompetesi pada bab ini adalah Melaksanakan Pekerjaan Ukir
yang terdiri dari tiga Kompetensi Dasar yaitu Membuat Pola Untuk
Pekerjaan ukir, Mengukir Bentuk Sederhana, dan Mengukir Bentuk Rumit,
yang secara terinci disusun ke dalam topik-topik sebagai berikut :
1. Membuat Pola Untuk Pekerjaan Ukir
1.1.
Peralatan yang digunakan
1.2.
Cara membuat pola
2. Mengukir Bentuk Sederhana
2.1.
Mengenal ukiran kayu
2.2.
Cara menggunakan peralatan ukir kayu
3. Mengukir Bentuk Rumit
3.1.
Memahat bentuk cembung
3.2.
Memahat bentuk cekung
1. Membuat Pola Untuk Pekerjaan Ukir
1.1.
Peralatan yang digunakan
Di dalam membuat pola untuk pekerjaan ukir yang perlu diperhatikan
adalah seberapa besar benda yang akan diukir, sehingga setelah pola
selesai dibuat, lalu dimalkan di atas benda kerja, maka bisa pas.
Peralatan yang digunakan untuk membuat pola adalah sebagai berikut :
(a) Kertas gambar untuk membuat gambar kerja.
(b) Kertas tipis untuk memindahkan gambar ukiran dengan cara
sablon, menapak atau mengutip.
(c) Pensil dan spidol untuk memindahkan gambar dan memperjelas
gambar hasil kutipan.
288
1.2.
Cara membuat pola
Membuat pola untuk pekerjaan ukir merupakan langkah awal yang harus
dipersiapkan dengan baik. Langkah kerja atau cara membuat pola untuk
pekerjaan ukir, adalah sebagai berikut:
(a)
Buatlah gambar rencana tampak
dari
muka,
samping,
dan
belakang pada kertas gambar
dengan sebaik-baiknya.
(b)
Lakukan pekerjaan tapak/kutip
gambar tampak samping pada
kertas tipis dengan spidol atau
ballpoint.
(c)
Siapkan kayu yang dibutuhkan
sesuai dengan ukuran polanya.
(d)
Rekatkan gambar kutipan pada
kayu tersebut.
Sumber: Ornamen Ukir Kayu,
Soepratno, 1983
Gb. 8.1. Pola Patung Orang
Pola untuk pekerjaan ukir bisa bermacam -macam tergantung dari
keinginan atau kebutuhan pengukir atau pemesan. Secara umum pola
untuk pekerjaan ukir bisa berupa pola orang, pola binatang, maupun pola
tumbuh-tumbuhan atau bunga, seperti pola berikut ini.
Sumber : Ornamen Ukir Kayu, Soepratno, 1983.
Gb. 8.2. Pola Orang
289
Sumber : Ornamen Ukir Kayu, Soepratno, 1983.
Gb. 8.3. Pola Kuda
Sumber : Ornamen Ukir Kayu, Soepratno, 1983
Gb. 8.4. Pola Bunga
290
2. Mengukir bentuk sederhana
2.1. Mengenal ukiran kayu
Yang dimaksud dengan ukiran kayu adalah cukilan berupa ornamen atau
ragam hias hasil rangkaian yang indah, berelung-relung, saling jalinmenjalin, berulang dan sambung-menyambung sehingga mewujudkan
suatu hiasan.
Semula ukiran merupakan ornamen sederhana yang diterapkan dengan
sistem gores dan tempel pada tanah liat, batu atau kayu dengan alat
yang sangat sederhana pula, yang selanjutnya berkembang sampai
sekarang menjadi ukiran yang beraneka ragam coraknya.
Hasil ukir kayu di Indonesia pada saat ini menunjukkan perkembangan
yang sangat pesat. Hal itu terbukti dengan semakin banyaknya jenis
produksi dan konsumen ukir kayu, terutama pada perabot dan jenis
barang-barang kerajinan lainnya.
Khususnya di Jawa terdapat barang-barang ukir kayu yang dapat kita
lihat terutama di Jawa Tengah, tepatnya di Jepara sebagai penghasil ukir
kayu utama yang sudah dikenal sejak jaman dulu, di samping daerah lain
seperti Serenan di Surakarta dan Polowijen di Kota Malang Jawa Timur.
Hasil ukir dari daerah-daerah tersebut umumnya berupa barang yang
digunakan dalam kehidupan rumah tangga berupa perabot dan hiasan
serta barang yang digunakan untuk keperluan sehari-hari.
Karya hasil ukir kayu yang diwujudkan adalah berupa barang-barang
yang bersifat sebagai berikut:
(a) Barang Kerajinan, diantaranya adalah tempat abu rokok, kotak
rokok, tempat koran, tempat sendok, kap lampu, hiasan dinding,
hiasan meja, tongkat, kotak perhiasan, ikat pinggang, kotak pensil,
jambangan bunga, tutup korden, topeng, tempat pot tanaman dan
sebagainya.
(b) Hiasan pada perabot, seperti meja dan kursi tamu, meja dan kursi
makan, kursi panjang (sofa), almari, almari hiasan, almari boneka,
kereta minuman, tempat tidur, toilet atau meja rias, bufet,
penyekat ruang (sketsel), dan sebagainya.
(c) Hiasan pada komponen bangunan rumah, antara lain berupa
daun pintu, daun jendela, dinding, ompak, tiang, dada besi,
penyokong (kerbil), lis- lis, lis plang, bingkai pintu, dan sebagainya.
291
Dalam perkembangan selanjutnya hasil produksi barang-barang ukir kayu
tersebut, khususnya yang mempunyai nilai seni yang tinggi pada saat ini
sudah ada yang di-export ke berbagai manca negara.
2.2. Cara menggunakan peralatan ukir kayu
Sebelum kegiatan mengukir dimulai maka seseorang atau pengrajin ukir
yang akan melaksanakan pekerjaan ukir, terlebih dahulu harus mengenal
peralatan mengukir, antara lain yaitu:
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
Pahat ukir
Palu kayu
Batu asah
Sikat ijuk
Pensil dan penghapus
Jangka
Meteran
Kain perca
Sumber : Ornamen Ukir Kayu, Soepratno,1983. dan Woodcarving, Peter
Berry,1998.
Gambar 8.5. Macam-macam peralatan ukir
Untuk mengetahui lebih baik tentang peralatan ukir kayu, maka dijelaskan
penggunaan salah satu alat utamanya, yaitu Pahat ukir kayu dalam
uraian berikut ini.
Sumber : Ornamen Ukir Kayu, Soepratno, 1983.
Gb. 8.6. Bagian-bagian pahat ukir
292
Oleh karena yang diukir itu kayu, maka pahat ukir tersebut dinamakan
pahat ukir kayu. Pahat ukir kayu dibuat dari campuran besi dan baja.
Juga dapat dibuat dari lempengan per delman / dokar. Sebatang per
delman dibakar lalu ditempa, sampai diperoleh ketipisan yang sesuai
dengan ukuran dan pola pahat ukir kayu. Dengan sebuah patar/kikir
kasar per yang sudah tipis itu dibentuk, kemudian dihaluskan dengan kikir.
Untuk memperoleh pahat ukir kayu tersebut dapat membeli di toko besi
atau pada kios-kios pasar Kota Jepara atau dapat juga memesan pada
pandai besi.
Pada akhirnya seni ukir berkembang menurut coraknya, maka selain
pahat tersebut di atas, selanjutnya para seniman atau pengrajin ukir kayu
masih menggunakan pahat tambahan menurut kebutuhan, yaitu terdiri
dari beberapa macam pahat berikut ini:
Sumber : Ornamen ukir kayu, Soepratno, 1983
Gb. 8.7. Macam-macam pahat kuku
Beberapa jenis pahat untuk pekerjaan ukir kayu yang biasa digunakan,
adalah sebagai berikut:
(a)
(b)
(c)
(d)
Pahat Kuku
Pahat Lurus
Pahat Setengah Bulatan
Pahat Miring
293
(a) Pahat Kuku
Bentuk dari mata pahat ini berupa lengkung seperti kuku manusia.
Gunanya adalah untuk mengerjakan bagian yang lengkung, melingkar,
membuat bentuk cembung, cekung, ikal, dan pecahan garis, maupun
pecahan cawen. Ukuran mata Pahat Kuku yang terbesar adalah 3 cm
dan yang terkecil adalah 3 mm.
Sumber : Ornamen ukir kayu, Soepratno, 1983
Gb. 8.8. Pahat kuku
Cara menajamkan Pahat Kuku ini yaitu diasah pada sisi sudut batu asah,
dimulai dari pahat yang terkecil sampai pada pahat yang terbesar.
Sumber : Ornamen ukir kayu, Soepratno, 1983
Gb. 8.9. Cara mengasah Pahat Kuku
294
(b) Pahat Lurus
Bentuk dari mata pahat ini adalah berbentuk lurus.
Gunanya adalah untuk mengerjakan bagian yang lurus, rata, membuat
dasar ukiran, siku-siku tepi ukiran, dan sebagainya.
Ukuran mata Pahat Lurus yang terbesar adalah 3 cm dan yang terkecil
adalah 2 mm.
Sumber : Ornamen ukir kayu, Soepratno, 1983
Gb. 8.10. Pahat lurus (penyilat)
Cara menajamkannya Pahat Lurus ini yaitu diasah pada permukaan batu
asah yang datar, dimulai dari pahat yang terbesar bergantian sampai
pada pahat yang terkecil.
Sumber : Ornamen ukir kayu, Soepratno, 1983
Gb. 8.11. Cara mengasah Pahat Lurus (penyilat)
295
(c) Pahat Setengah Bulatan (Kol)
Bentuk dari mata Pahat Kol adalah berbentuk melengkung belahan
setengah bulatan.
Gunanya adalah untuk mengerjakan bagian-bagian cekung yang tidak
dapat dikerjakan dengan Pahat Kuku.
Ukuran mata pahat Kol yang terbesar adalah 1 ½ cm dan yang terkecil
adalah 1 ½ cm.
Sumber : Ornamen ukir kayu, Soepratno, 1983
Gb. 8.12. Gambar pahat lengkung setengah bulatan (kol)
Cara menajamkan Pahat Kol ini adalah diasah pada permukaan batu
asah yang datar dimulai dari pahat terbesar sampai yang terkecil dengan
cara mengikuti mata pahat yang melengkung setengah lingkaran.
Sumber : Ornamen ukir kayu, Soepratno, 1983
Gb. 8.13. Cara mengasah Pahat lengkung ½ bulat
296
(d) Pahat Miring (Pangot)
Bentuk dari mata Pahat Miring (Pangot) ini adalah berbentuk miring
meruncing dan tajam sebelah.
Gunanya adalah untuk membersihkan sudut sela-sela ukiran dan untuk
meraut bagian-bagian yang diperlukan.
Ukuran mata Pahat Miring yang terbesar adalah 0,8 mm dan yang terkecil
adalah 1 ¼ cm.
Sumber : Ornamen Ukir Kayu, Soepratno, 1983.
Gb. 8.14. Gambar Pahat Miring (Pangot)
Cara menajamkan Pahat Miring ini adalah diasah pada permukaan batu
asah yang datar. Mata pahat yang miring menuju ke sudut, diputar- putar
pada permukaan batu asah
Sumber : Ornamen ukir kayu, Soepratno, 1983
Gb.8.15. Cara mengasah Pahat Miring (Pangot)
297
Sebelum melakukan pekerjaan mengukir bentuk sederhana, maka
terlebih dulu menggambari pola pada benda kerja yang akan diukir
seperti terlihat pada contoh mengukir bentuk sederhana pada gambargambar berikut ini:
Sumber : Woodcarving, 1998.
Gb. 8.16. Melukis/menggambar pola botol pada benda kerja
Sumber : Woodcarving1998
Gambar 8.17. Menyayat bagian bawah dan atas botol
298
Mengukir atau menyayat pada dua sisi bagian bawah dan atas sesuai
dengan gambar polanya.
Sumber : Woodcarving, 1998.
Gb. 8.18. Menggambar pola botol pada sisi berikutnya
Sumber : Woodcarving, 1998.
Gb. 8.19. Menggambar pola botol pada sisi berikutnya
299
Sumber : Woodcarving, 1998.
Gb. 8.20. Mengukir tutup botol
Untuk menguasai ketrampilan mengukir kayu ini, dapatlah melakukan
latihan memahat bentuk-bentuk sederhana, seperti berikut ini
Mengukir tegak
Sumber : Ornamen ukir kayu, Soepratno, 1983
Gb. 8.21. Cara mengukir tegak
300
Membuat tegak lurus dan membuat alas (dasar)
Sumber : Ornamen Ukir Kayu, Soepratno, 1983.
Gb. 8.22. Membuat tegak lurus dan membuat alas (dasar)
Memahat bentuk miring
(a)
(b)
(c)
Pahat garis-garis yang di tengah cukup dalam.
Pahat miring dari arah sebelah-menyebelah sampai pada
pahatan garis di tengah tadi.
Begitu selanjutnya sehingga tampak bentuk miring yang
dimaksud.
Sumber : Ornamen Ukir Kayu, Soepratno, 1983.
Gb.8.23. Cara mengukir miring
301
3. Mengukir bentuk rumit
Dalam penggambaran pola-pola ragam hias, pencipta memperhatikan
keselarasan atau harmoni satu komposisi yang baik berdasarkan atas
pengalaman dan atau keindahan pencipta. Sehingga motif yang satu
dengan yang lain menjadi satu rangkaian yang harmonis.
3.1. Memahat bentuk cembung
Sumber : Ornamen ukir kayu, Soepratno, 1983
Gb. 8.24. Cara memasang pola pada benda kerja
3.2. Membuat bentuk cekung
Sebelum memulai membuat bentuk cekung, maka lebih dulu memasang
pola pada benda yang akan diukir supaya hasil ukir sesuai dengan pola
yang diinginkan.
Sumber : Ornamen Ukir Kayu, Soepratno, 1983.
Gb. 8.25. Cara memasang pola pada benda kerja
302
Untuk membuat bentuk cekung bisa mengikuti langkah kerja berikut ini:
(a) Pahat garis-garis yang dalam.
(b) Buatlah dasarnya.
(c) Kemudian dibuat bentuk cekung dan ikalnya.
Sumber : Ornamen ukir kayu, Soepratno, 1983
Gb. 8.24. Ornamen klasik gaya jawa timur
303
BAB VII
MERAKIT MEBEL
Pada bab ini diuraikan beberapa hal yang meliputi pengetahuan tentang
pengukuran lokasi ruang, penyetelan unit-unit almari tanam di bengkel,
pemasangan unit-unit almari tanam pada bangunan, dan pemasangan
asesoris mebel sebagai dasar untuk merakit mebel kayu.
Standar Kompetensi pada bab ini adalah Merakit Mebel yang terdiri dari
empat Kompetensi Dasar yaitu Mengukur Lokasi Ruang, Menyetel Unitunit Almari Tanam di Bengkel, Memasang Unit-unit Almari Tanam pada
Bangunan, dan Memasang Asesoris Mebel, yang secara terinci disusun
ke dalam topik-topik sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Mengukur Lokasi Ruang untuk Penempatan Mebel
Menyetel Unit-unit Almari Tanam di Bengkel
Memasang Unit-unit Almari Tanam pada Bangunan
Memasang Asesoris Mebel
1. Mengukur Lokasi Ruang untuk Penempatan Mebel
Sebelum menempatkan mebel dalam suatu ruang, lebih dulu yang harus
diperhatikan adalah ukuran dan tata-letak ruang, sehingga mebel yang
akan menempati ruang tersebut sesuai dengan keadaan lokasi ruang.
Untuk itu direncanakan model dan ukuran mebel sesuai dengan fungsi
dan kondisi ruangan, sehingga mebel tersebut tampak serasi berada di
dalam suatu ruang. Salah satu jenis mebel yang memerlukan pengukuran
lokasi ruang adalah Almari Tanam, seperti gambar berikut ini.
1.1.
Penempatan Almari Tanam pada Ruangan
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.1: Macam-macam Model Almari Tanam
260
1.2.
Pengukuran Lokasi Ruangan
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.2: Rencana Letak Almari Tanam
Almari Tanam merupakan suatu kesatuan mebel dengan ruangan, maka
dari itu rencana letak almari tersebut harus diperhitungkan dengan luas
dan fungsi ruangan. Perencanaan yang baik akan menghasilkan
pengaturan ruangan yang indah dan serasi.
Almari Tanam bisa menjadi unsur keindahan ruangan selain fungsi almari
sebagai tempat menyimpan barang. Model Almari Tanam banyak
macamnya, untuk itu bisa dipilih dan disesuaikan dengan fungsi dan luas
ruangan (Gb. 7.1).
Pengukuran lokasi ruang untuk penempatan mebel merupakan langkah
awal untuk perencanaan mebel yang akan ditempatkan di dalam suatu
ruang tertentu, misalnya Almari Tanam, Almari dan Meja Dapur, serta
mebel-mebel lain. Perbandingan luas ruangan dengan jumlah dan tata
letak mebel sebaiknya memperhatikan keleluasaan gerak bagi orang
yang menempatinya, sehingga pengguna mebel merasa nyaman.
Panjang, lebar, dan tinggi serta tata letak ruangan menjadi pertimbangan
kita dalam merencanakan jumlah dan tata letak serta jenis/model mebel
yang akan ditempatkan.
2. Menyetel Unit-unit Almari di Bengkel (Workshop)
Konstruksi Almari terdiri dari hubungan bagian-bagian rangka kaki
dengan papan dasar almari, konstruksi dinding belakang almari, papan
letak/rak, serta konstruksi dinding almari dengan laci dan daun pintunya.
261
2.1.
Bagian-bagian Almari
Dinding Samping Kiri
Pintu Kiri
Dinding Atas
Dinding Belakang
Dinding Samping Kanan
Pintu Kanan
Papan Letak
Tinggi
Kotak
Almari
Kunci
Tinggi
Total
Laci Nampan
Engsel Kanan
Bingkai Dasar Kaki
Tinggi
Kaki
Engsel
Kiri
Bingkai
Atas Kaki
Grendel
Laci
Dinding Antara
Bingkai Tiang Kaki
Dinding Bawah
Bingkai Depan Kaki
Lebar
Dalam
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.3. Bagian-bagian Almari
2.2.
Konstruksi Dinding Almari dengan Dowel
Salah satu konstruksi dinding almari yang biasa digunakan adalah
Konstruksi Dinding Almari dengan Dowel. Konstruksi ini relatif mudah
pengerjaannya, karena hanya menggunakan mesin bor tangan maupun
stasioner. Untuk mendapatkan ketepatan pemasangan dowel harus
menggunakan penitik dowel, sehingga letak lubang dowel yang dibuat
bisa tepat berpasangan.
262
Dinding atas
Dinding belakang
Dinding samping kiri
Dowel
Tumpuan
belakang
Dinding bawah
Tumpuan depan
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.4: Hubungan antar Bagian-bagian Mebel
2.3.
Konstruksi Tumpuan Almari
Model almari bisa bermacam macam bentuk maupun bahan
dasar yang digunakan.
Salah satu pilihan bahan dasar
untuk membuat almari adalah
kayu lapis, bisa block-board, teakblock, atau multipleks.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Model Almari pada (Gb. 7.5)
merupakan almari pendek dengan
laci
di
bagian
atas
dan
menggunakan tumpuan almari
yang mempunyai dua pintu dan
dua laci.
Gb. 7.5: Model Almari dengan
Konstruksi Tumpuan
Almari
263
Tumpuan Almari menahan seluruh
bentuk kotak almari di atasnya
secara kuat dan stabil serta
menyatu dalam satu konstruksi
almari.
Penutup
Sekrup Penyetel berguna untuk
mengatur kedataran kaki supaya
mendatar/horisontal sehingga bisa
menyangga dengan baik.
Sekrup
penyetel
Kancing
Setelah kedataran kaki betul-betul
mendatar atau horisontal, maka
Penutup dipasangkan.
Kaki
Hiasan
tumpuan
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.6: Konstruksi Tumpuan
Almari
2.4.
Berikutnya memasang Hiasan
Tumpuan yang disatukan dengan
Kancing.
Konstruksi Dinding Belakang Almari
Paku tembak dan lem
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.7: Potongan Konstruksi Dinding Belakang Almari
Konstruksi Dinding Belakang Almari bisa dibuat dengan berbagai macam
konstruksi dan alat sambung yang digunakan, seperti terlihat pada (Gb.
7.7) terdiri dari:
1. Dinding samping almari bagian belakang dalam ditakik sedalam
tebalnya dinding belakang selanjutnya dipaku ke dinding samping
almari. Dinding belakang almari menggunakan tripleks.
264
2. Dinding samping almari bagian belakang dalam ditakik lebih dalam dari
tebalnya dinding belakang selanjutnya dipaku dan dilem ke dinding
samping almari. Dinding belakang almari menggunakan tripleks.
3. Dinding samping almari bagian belakang diberi lis kayu masip setebal
10 mm yang lebarnya sama dengan tebalnya dinding samping almari.
Selanjutnya dinding belakang almari di alur sebatas lis kayu masip
sedalam 5 mm. Dinding belakang almari yang menggunakan tripleks
dimasukkan ke dalam alur yang telah dibuat.
4. Menggunakan Penghubung Dinding Belakang yang dipasang pada
bagian dalam belakang dinding samping almari. Dinding samping
almari bagian belakang dalam ditakik sekitar
10 mm dan setebal dinding belakang maksimal 5 mm. Selanjutnya
dinding belakang almari dihubungkan dengan Penghubung Dinding
Belakang yang dipasangkan dibeberapa tempat, sehingga rapat dan
kuat.
5. Dinding samping almari bagian belakang dipasang alat sambung yaitu
isian lamello di beberapa tempat untuk hubungan dengan dinding
belakang almari. Tepi dinding belakang almari di beri lis kayu masip
setebal dinding belakang dan ditakik pada sisi yang bertemu dengan
dinding samping almari. Dinding belakang almari yang menggunakan
multipleks yang telah tebalnya minimal sama dengan dinding samping
almari.
2.5.
Bagian-bagian Laci
Papan
samping
Papan
belakang
Papan
samping
Papan
dasar
Papan
muka
Panjang
(dalam)
Tinggi
Papan
muka
rangkap
Lebar
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.8: Nama Bagian-bagian Laci
265
Konstruksi Laci adalah hubungan bagian-bagian yang terdiri dari Papan
Samping, Papan Muka dan Belakang, Papan Dasar Laci, dan Papan
Muka Rangkap (bila ada) serta Peluncur Laci. Bila tidak memakai Papan
Penutup Laci maka Papan Muka sekaligus sebagai penutup yang
langsung terlihat dari depan. Sebaiknya hubungan Papan Samping
dengan Papan Belakang dan Papan Muka menggunakan sambungan
ekor burung (Gb. 7.8).
2.6.
Konstruksi Papan Muka Laci
Dowel Ø 6
Ditakik
masuk
ke alur
Celah
miring
Celah
Ambang
pemisah
1
Udara
2
3
4
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.9: Konstruksi Papan Muka Laci
Papan Muka Laci merupakan bagian laci yang selalu terlihat, maka dari
itu kayu yang dipakai sebaiknya pilihan dan baik. Ada beberapa
konstruksi papan muka laci yang bisa dipilih untuk pembuatan mebel.
Biasanya, hubungan papan muka laci dengan dinding samping
menggunakan sambungan ekor burung, pembagian ekor burung harus
disesuaikan posisinya dengan papan dasar laci, supaya alur yang dibuat
tidak membelah ekor burung (Gb. 7.9) nomor 1 dan 2.
Bisa juga papan muka laci dibuat rangkap, bagian yang terlihat dari luar
dapat dihias dengan profil sehingga tampak indah. Pilihan lain konstruksi
papan muka laci bisa menggunakan dowel Ø 6 mm, 2 buah di samping
kiri dan samping kanan (Gb. 7.9) nomor 3 dan 4.
Perlu diperhatikan bahwa apapun konstruksinya, laci harus mudah ditarik
dan didorong kembali sehingga bisa tersimpan kembali dengan lancar.
Untuk itu perlu diperhatikan kelonggaran dan celah untuk udara bila laci
didorong kembali ke rumahnya bisa lancar.
266
2.7.
Hubungan Papan Belakang dengan Papan Samping Laci
Samping laci
Dowel
Muka laci
1
2
3
Alat
Samping
sambung
laci
Muka
Rangka laci
4
5
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.10: Hubungan Papan Muka dengan Papan Samping Laci
Hubungan Papan Muka dengan Papan Samping Laci ada beberapa
variasi, bisa dipilih menurut kebutuhan (Gb. 7.10) dilihat dari atas.
1. Papan Muka Laci dan Papan Samping Laci bahannya kayu masip,
menggunakan sambungan ekor burung tersembunyi.
2. Papan Muka Laci dan Papan Samping Laci bahannya kayu masip,
menggunakan sambungan alur dan lidah.
3. Papan Muka Laci dari kayu lapis dan Papan Samping Laci dari kayu
masip, menggunakan sambungan dowel.
4. Papan Muka Laci dan Papan Samping Laci bahannya kayu masip,
menggunakan sambungan ekor burung terbuka dan diberi Papan Muka
Rangkap dari tripleks.
5. Papan Muka Laci dan Papan Samping Laci bahannya kayu masip,
menggunakan alat sambung sudut dan diberi Papan Muka Rangkap dari
multipleks.
2.8.
Laci Logam dengan Dinding Muka Kayu
Pelat besi
Dasar profil
Pelat baja
Pelat belakang dan dasar 16 mm
Rel
Pelindung
peluncur
Alat
sambung
Sumber : Holztechnik – Fachk unde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.11: Laci logam dengan Dinding Muka Kayu
267
2.9.
Konstruksi Laci Klasik
Konstruksi Laci Klasik merupakan
suatu konstruksi laci sederhana.
Lis
penahan
Lis penahan
Lis pengarah
Lis peluncur
Bingkai Peluncur
peluncur
Gambar
konstruksi
laci
ini
menunjukkan penampang atau
potongan muka, sebelah kiri
menggunakan lis kayu sebagai
peluncur untuk menggerakkan laci,
sedangkan gambar sebelah kanan
berpeluncur dengan bahan sintetis
seperti formika (Gb. 9.5).
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.12: Konstruksi Laci Klasik
Potongan Samping
Lis penahan
Lis pelindung
Papan
belakang
laci
Papan
muka
Klos
laci
penahan
Lis penahan
Papan
samping
laci
Lis pengarah
Lis peluncur
Lis peluncur
Celah antar laci
Potongan Depan
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.13: Hubungan Rumah Laci Klasik
268
Ada beberapa model Peluncur
Gantung yang digunakan untuk
Laci Klasik Bersusun.
Peluncur
gantung
Peluncur
gantung
Peluncur
plastik
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.14: Laci Klasik Bersusun
dengan Peluncur
Gantung
Biasanya Peluncur Gantung ini
dipasang dengan paku pada
dinding samping almari sebelah
dalam.
Ketinggian Peluncur ada di tengah
ketinggian laci. Lebar Peluncur
Gantung minimal 17 mm.
Ada juga Peluncur Gantung yang
dipasang dengan paku dan dilem
pada dinding atas almari sebelah
dalam.
Selain dari kayu, ada juga
Peluncur Plastik yang dipasang
pada dinding almari.
269
Papan samping
laci
Papan Dasar Laci Ditakik
Masuk ke Alur pada Papan
Samping Laci Bagian Bawah
Papan Dasar Laci Masuk ke
Alur pada Papan Samping Laci
Bagian Bawah
Papan samping
laci
Papan Dasar Laci Dibelah
Masuk ke Alur pada Papan
Samping Laci Bagian Bawah
Papan Dasar Laci Masuk ke
takikan pada Papan Samping
Laci Bagian Bawah
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.15: Hubungan Papan Samping Laci dengan Papan Dasar Laci
270
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Disekrup
Disekrup atau dipaku
Tonjolan dari
papan dasar laci
Konstruksi Papan
Belakang Laci pada Laci
Klasik
Konstruksi Papan
Belakang Laci seperti
Papan Samping
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.16: Macam-macam Konstruksi Papan Belakang Laci
271
2.10.
Peluncur Laci
Dinding samping
badan laci
Dinding atas
Dinding samping badan laci
Dinding atas
Lis penahan
Lis
penahan
Lis peluncur laci
Lis pengarah
Variasi lis
peluncur laci
depan
dibundarkan
Lis peluncur laci
Lis peluncur laci
Lis peluncur laci
Lis pelindung
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.17: Macam-macam Lis Peluncur Laci
Papan belakang
Papan samping
kanan
Alur papan dasar
tembus, terlihat
pada papan
belakang
Alur papan dasar,
tidak tembus
Alur peluncur
Papan
samping kiri
Alur peluncur
Tombol logam
Papan
muka
Alur pegangan
Papan muka
rangkap
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.18: Laci untuk Lis Peluncur Gantung
272
* Tebal papan
samping laci
maks. 16 mm
Peluncur
ganda
Peluncur
peluru
Laci keluar sebagian saja
Laci keluar penuh
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Macam-macam Kunci Laci
2.12.
Model Pegangan Laci
Ukuran
Kunci
Pelat Pengunci
Ukuran
Kunci
Ukuran
Kunci
2.11.
Ukuran
Kunci
Gb. 7.19: Peluncur Laci Mekanis
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.20. Macam-macam Kunci Laci
273
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.21: Macam-macam Model Pegangan Laci
274
3. Menyetel Unit-unit Almari Tanam pada Bangunan
3.1.
Sistem Penggantung untuk Almari Tanam
Almari Tanam adalah sistem almari yang dibuat atau dibangun menyatu
dengan dinding dalam ruangan, untuk itu harus dirancang sistem
konstruksi almari supaya menyatu dengan dinding.
Salah satu konstruksi yang harus dipertimbangkan pada waktu
merancang Almari Tanam adalah Sistem Penggantung untuk Almari
Tanam. Ada beberapa pilihan konstruksi penggantung, bisa dengan
papan pengait, pengait pelat baja, atau kombinasi keduanya (Gb. 7.22).
Dinding ruangan yang akan berhubungan dengan almari, sebaiknya
dilapisi beton supaya kokoh dan melindungi terhadap kelembaban yang
berakibat jelek terhadap dinding belakang almari.
Sekrup pengatur
kedalaman
Disediakan tempat khusus
Dinding
atas
Penggantung
almari
Kait penggantung
Pengatur
kedalaman
Dowel plastik Ø
10x12
Profil
penggantung
Pengatur
ketinggian
Profil
penggantung
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.22: Penggantung Almari Tanam
275
Rangka
muka
Badan
almari
Atas
Dinding
samping
Tengah
Dinding
tengah
Almari
Almari
Bawah
almari
Tumpuan almari
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.23: Sistem Membangun Almari Tanam
276
Mur-baut
penghubung
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.24: Penghubung antar Dinding Almari
Penutup
Dilubangi
Kancing
pegas
Klos kayu
? 34
Ulir baut
Landasan
kaki
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.25: Penyetelan Tumpuan dan Hiasan Tumpuan Almari
277
3.2.
Konstruksi Penutup Celah Dinding Tembok
Tripleks
Bila antara almari dengan dinding
tembok terdapat celah, maka
dapat ditutup dengan papan kayu.
Konstruksi penutup celah dinding
ada beberapa variasi, bisa dipilih
menurut
keserasian
dengan
almarinya.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.26: Penutup Celah Dinding
Tembok dengan Papan
Pilihan konstruksi ada pada
gambar-gambar berikut (Gb. 7.26
dan 7.27).
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.27: Konstruksi Penutup Celah Dinding
278
4. Memasang Asesoris Mebel
Asesoris mebel terdiri dari alat penggantung dan alat pengunci serta
asesoris lain yang dipasangkan pada mebel. Alat penggantung meliputi
berbagai macam engsel dan skarnir sedangkan alat pengunci meliputi
berbagai macam kunci pintu maupun kunci laci. Untuk memasang
asesoris mebel sebaiknya memperhatikan spesifikasi dan karakteristik
dari setiap asesoris agar pemakaiannya tepat dan berfungsi dengan baik.
4.1.
Konstruksi Depan dan Engsel Pintu Almari
Lis debu
Lis debu
Pintu
Lis debu
Dinding
samping
Dinding
samping
Pintu
Pintu
Dinding
samping
Lis debu
Terdapat banyak jenis engsel yang
bisa dipilih untuk pintu almari. Hal
ini tergantung kebutuhan dan
ketersediaannya di pasaran.
Pintu
Pemeriksaan
titik putar
Tahanan
di lantai
Pintu
Pintu
Konstruksi Depan dan Engsel
Pintu Almari menjelaskan tentang
hubungan pintu dengan dinding
samping almari yang dipasang
penggantung pintu yaitu engsel.
Udara 2 mm
Pintu kemballi
menutup
Gambar di samping menunjukkan
pintu almari masuk ke dalam
dinding
samping
yang
dihubungkan dengan berbagai
jenis engsel, gambar tersebut
dipotong dan dilihat dari atas (Gb.
7.28).
Untuk mengatasi rongga yang
terjadi karena engsel, maka
dipasangkan lis debu pada dinding
samping bagian dalam setinggi
dalamnya almari.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.28: Pintu di dalam Dinding
Almari dan Engselnya
279
Apabila tidak menginginkan dipasang lis debu, maka bisa dipilih berbagai
engsel seperti gambar di bawah ini yang secara konstruksi membentuk
celah yang tidak tembus ke depan almari sehingga debu tidak bisa
masuk.
Bagian tepi pintu terbuat dari kayu masip atau lis kayu masip supaya bisa
dibentuk sponing memanjang dengan baik (Gb. 7.29).
Dibentuk
dengan bor Ø
30 mm
Pelat engsel
yang tipis
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.29: Pintu ditakik ke dalam Dinding Almari dan Engselnya
280
Gambar 7.30. berikut ini menunjukkan posisi pintu berada di depan
dinding samping menggunakan engsel silinder dan engsel sendok.
Pola tetap
Dibentuk
dengan bor
Ø 16 mm
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.30: Pintu di luar Dinding Almari dan Engselnya
281
4.2.
Kunci Almari untuk Pintu Kupu Tarung
Pengancing
Kunci
Pengancing
Kunci
Pengancing
Lis
.
Celah antar pintu
Celah antar pintu
Celah antar pintu
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.31: Kunci Pintu Kupu Tarung
Kunci pintu almari yang dipasang
pada pintu kupu tarung harus
diupayakan antara kedua daun
pintu tidak terdapat celah yang
langsung tembus ke dalam almari.
Untuk itu bisa dipasang lis kayu
masip pada tepi pintu dan dibuat
sponing pada keduanya yang
saling berlawanan, bisa juga
dipasangkan lis memanjang pada
salah satu pintu sehingga tidak
ada celah tembus ke dalam almari
(Gb. 7.31).
Pelat
rumah
kunci
Pengancing
Pilihan kunci yang digunakan
bermacam -macam,
diantaranya
beberapa kunci seperti pada
Gambar 7.32.
.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.32: Kunci Pintu Putar
Mebel
282
Pelat
kait siku
Pengait
Simpul
pemandu
Simpul
pemandu
Apabila menginginkan kunci yang
lebih aman dan kuat karena
sekaligus mengunci ke bawah dan
keatas selain ke samping, maka
bisa dipilih Kunci Tiang / Batang
(Gb. 7.33).
Gambar di samping menunjukkan
dua pilihan Kunci Tiang / Batang.
Simpul
pemandu
Gambar
yang
sebelah
kiri
menunjukkan sistem kunci ke
bawah dan ke atas dengan cara
memutar sehingga Pengaitnya
bertemu dengan Pasak secara
rapat.
Tiang
pengunci
atas
Rumah kunci
Pasak
Pasak
Pengancing
Sedangkan pengunci yang di
tengah mengeluarkan Pengancing
ke
pasangannya
bersamaan
dengan yang di bawah dan di atas.
Gambar yang sebelah kanan
menunjukkan sistem kunci ke
bawah masuk ke Selongsong dan
ke atas ke Pelat Kait Siku
sehingga
Tiang
Penguncinya
berfungsi.
Pelat
pengait Tiang
pengunci
bawah
Tiang
pemutar
Pengait
Pasak
Selongsong
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.33: Kunci Tiang / Batang
283
4.3.
Engsel untuk Pintu Almari
Gb. 7.34: Macam-macam Engsel
Engsel Ring
Scharnier
Panjang
Pelat
pintu
Ring
Rol
Pelat
pasak
Lebar
Pelat Silinder
Pasak Silinder
Bagian
lubang
Rol
Bagian pasak
Scharnier Piano
Engsel Susuk
Alat penggantung untuk pintu
almari ada beberapa macam yang
bisa dipilih menurut kebutuhan,
antara lain:
Engsel Ring, Scharnier, Pelat
Silinder,
Pasak
Silinder,
Scharnier Piano, dan Engse l
Susuk.
Engsel Ring terdiri dari pelat
pasak yang terpasang pada
dinding almari dan pelat pintu yang
terpasang pada daun pintu. Engsel
ini dilengkapi ring yang berfungsi
melancarkan gerakan engsel.
Kedua pelat bisa saling dilepas
dan di situ terdapat lubang sekrup
yang digunakan sebagai pengkait
sekrup ke kayu.
Scharnier terdiri dari dua lembar
pelat yang tidak bisa dilepaskan
dan dihubungkan oleh poros
silinder. Pada kedua lembar pelat
terdapat lubang sekrup yang
digunakan
sebagai
pengkait
sekrup ke kayu.
Pelat Silinder terdiri dari dua
lembar pelat yaitu Bagian Lubang
dan Bagian Pasak yang bisa
dilepaskan dan dihubungkan oleh
pasak silinder.
Pada kedua lembar pelat terdapat
lubang sekrup yang digunakan
sebagai pengkait sekrup ke kayu.
Pelat Silinder ini bervariasi
bentuknya, ada yang rata/segaris,
bertekuk, bahkan bersudut tegak
lurus.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
284
Pasak Silinder terdiri dari dua batang pasak yaitu Bagian Lubang dan
Bagian Pasak yang bisa dilepaskan dan dihubungkan oleh pasak silinder
yang bisa dilepaskan dan dihubungkan oleh poros silinder. Setiap bagian
berupa pasak berulir yang dimasukkan ke kayu dengan cara dibor.
Scharnier Piano terdiri dari dua lembar pelat memanjang yang tidak bisa
dilepaskan dan dihubungkan oleh poros silinder. Pada kedua lembar
pelat terdapat lubang sekrup yang digunakan sebagai pengkait sekrup ke
kayu.
Engsel Susuk terdiri dari dua pelat susuk yang bisa dilepaskan dan
dihubungkan oleh pasak silinder.
Di pasaran orang biasa menyebut
Engsel Sendok yang berasal dari
bahasa Jerman Topfscharnier atau
bahasa Inggrisnya Furniture Hinge
(Gb. 7.35).
Engsel ini terdiri dari bagian bulat
yang dimasukkan ke daun pintu
dan
bagian
batang
yang
disekrupkan ke dinding dalam
almari.
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Langkah selanjutnya, keduanya
dipasangkan dengan pengikat
sekrup yang berfungsi juga
sebagai
penyetel
kedudukan
engsel sehingga daun pintu bisa
terpasang baik.
GB. 7.35: Engsel Sendok
Pemasangan dan penyetelan Engsel Sendok sangat mudah.
Untuk memasangnya pada bagian daun pintu di bor dengan diameter
lubang sama dengan diameter engsel dan dalamnya sedalam engsel.
Sedangkan bagian batang disekrupkan ke dinding samping bagian dalam
almari.
285
4.4.
Macam-macam Mur-baut Bongkar Pasang (Knock-down)
Mur-baut Bongkar Pasang atau
yang biasa disebut baut knockdown cocok digunakan sebagai
alternatif konstruksi sebuah mebel
yang relatif besar karena bisa
dibongkar dan dipasang dengan
mudah. Dengan demikian untuk
mengangkut / memindahkannya
lebih mudah dan aman.
Mur Ø
Ulir baut
Pengunci
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.36: Mur-baut Bongkar
Pasang
Penutup
Konstruksi dengan baut knockdown biasanya terdiri dari baut
berkepala bundar yang ada lubang
segi
enam
sebagai
tempat
masuknya kunci L. Baut knockdown
tersebut
berpasangan
dengan mur berbentuk bulat
panjang Ø 10 mm.
Pada salah satu kepala mur ada
belahan melintang diameter yang
berfungsi untuk tempatnya mata
obeng sebagai pemegang pada
saat baut dikencangkan atau
dikendorkan.
Sekrup penghubung
Mur
Dowel
Rumah
Pengunci baut
Lubang silang
sekrup
Penutup
Sumber : Holztechnik – Fachkunde, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.37: Macam-macam Mur-baut Bongkar Pasang
Mur-baut Bongkar Pasang atau yang biasa disebut baut knock-down ada
beberapa macam. Ada yang rumah bautnya bundar dilengkapi dengan
penutup dan pengunci baut, ada yang sekrupnya berada pada
penghubung bentuk trapesium, ada yang sekrupnya berlubang silang dan
ada penutupnya (Gb. 7.37).
286
Mur
Sekrup
Penghubung
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.38: Mur-baut Bongkar
Pasang
Sekrup
Penutup
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Sekrup Penghubung dimasukkan
dari lubang permukaan kayu
pertama dan bertemu dengan Mur
pada lubang permukaan kayu
kedua.
Sekrup dikencangkan dengan
obeng plus (+) sedangkan Mur
ditahan oleh obeng minus (-)
(Gb. 7.38).
Sekrup dimasukkan dari lubang
permukaan
kayu
pertama
langsung tembus ke kayu kedua
sampai kepala sekrup masuk dari
permukaan
kayu,
selanjutnya
penutup dipasangkan sehingga
rata dengan permukaan kayu (Gb.
7.39).
Gb. 7.39: Mur-baut Bongkar
Pasang dengan Penutup
Rumah baut
Baut
Mur
Baut sendi
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Mur dimasukkan dari sisi dalam
kayu
pertama,
lalu
baut
dikencangkan dari sisi dalam kayu
kedua.
Dengan penghubung Baut Sendi
maka antara lantai dengan dinding
tegak lurus bisa dihubungkan (Gb.
7.40).
Gb. 7.40: Mur-baut Bongkat
Pasang Kecil
Pelat penghubung siku
Dengan Pelat Penghubung Siku
bagian-bagian
almari
dapat
dihubungkan
dengan
cara
memasang sekrup pada pelat di
kedua bagian almari (Gb. 7.41).
Sumber : Holztechnik – Fachkunde,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005.
Gb. 7.41: Pelat Penghubung Siku
287
BAB IX
MENGERJAKAN TEKNIK INLAY (TATAH KAYU)
Pada bab ini diuraikan beberapa hal yang meliputi pengetahuan tentang
memotong komponen inlay dan memahat permukaan kayu untuk
penerapan komponen inlay (tatah) kayu .
Standar Kompetensi pada bab ini adalah Mengerjakan Teknik Inlay
(Tatah) Kayu yang terdiri dari dua Kompetensi Dasar yaitu Memotong
Komponen Inlay dan Memahat Permukaan Kayu untuk Penerapan
Komponen Inlay, yang secara terinci disusun ke dalam topik-topik
sebagai berikut:
1. Memotong Komponen Inlay
1.1. Peralatan yang digunakan
1.2. Membuat motif tatahan
1.3. Mengerjakan komponen inlay
2. Memahat Permukaan Kayu untuk Penerapan Komponen Inlay
2.1. Memahat dan mengerjakan permukaan kayu
2.2. Menerapkan komponen inlay
1. Memotong Komponen Inlay
1.1.
Peralatan yang digunakan
Peralatan yang digunakan untuk
mengerjakan
komponen
inlay
adalah peralatan tangan pekerjaan
kayu yang terdiri dari seperangkat
( satu set) pahat ukir, pahat tusuk,
palu plastik/karet, dan pinsil/spidol
serta gergaji tripleks.
Selain peralatan tangan bisa juga
menggunakan mesin hias (trimer)
portable.
Gb. 9.1: Peralatan Tangan yang
Digunakan untuk Membuat
Komponen Inlay
Untuk merekatkan komponen inlay
digunakan
lem
kayu
yang
dioleskan pada kedua permukaan
kayu yang selanjutnya dijepit
menggunakan klem/penjepit.
1.2.
Membuat motif tatahan
Motif/desain yang akan ditatah bisa
dibuat pada lembaran kertas. Motif
yang dibuat bisa berbagai macam
tergantung keinginan, bisa motif
sederhana sampai motif yang rumit.
Selanjutnya motif yang telah selesai
dibuat
tersebut,
direkatkan
menggunakan lem pada lembaran
kayu yang akan ditatah atau
Gb. 9.2: Motif Tatahan Sederhana dipotong dan dikerjakan.
Gambar 9.2 adalah contoh desain
sederhana dari motif tatahan.
Motif tatahan bisa juga berupa
kaligrafi tulisan Arab yang rumit
tetapi artistik.
Sama halnya pembuatan motif yang
lain, motif kaligrafi ini dibuat di atas
kertas.
Gb. 9.3. Motif Kaligrafi
1.3.
Mengerjakan komponen inlay
Setelah motif/desain selesai dan
siap digunakan, maka selanjutnya
adalah merekatkan motif/desain
tersebut menggunakan lem kayu
pada lembaran kayu atau benda
yang akan dikerjakan sebagai
komponen inlay.
Gb. 9.4. Mengelem Motif
Sederhana pada Kayu
Gambar disamping menunjukkan
proses merekatkan desain/motif
tatahan berupa motif kaligrafi yang
akan ditempel menggunakan lem
pada lembaran kayu yang akan
dikerjakan sebagai komponen inlay.
Motif yang direkatkan tersebut
diusahakan menempel dengan rata
ke
seluruh
permukaan
kayu,
sehingga mempermudah proses
pengerjaan
komponen
inlay
berikutnya.
Gb. 9.5. Mengelem Motif
Kaligrafi pada Kayu
Setelah lem yang merekatkan kertas
bermotif tatahan ke permukaan kayu
sudah kering dan menempel dengan
rata, selanjutnya adalah memotong
desain/motif
kaligrafi
tersebut
dengan alat potong berupa gergaji
tripleks.
Gb. 9.6. Memotong desain
Inlay
Jepitlah lembaran kayu bermotif
tersebut
dengan
kokoh
menggunakan penjepit pada meja
kerja, sehingga penggergajian bisa
dikerjakan dengan baik.
Penggergajian motif diusahakan
tepat pada motifnya, jangan sampai
meleset supaya berhasil baik.
Gambar disebelah ini menunjukkan
komponen inlay yang bermotif
kaligrafi telah selesai digergaji.
Selanjutnya hasil penggergajian
yang masih kasar bisa dihaluskan
dengan
amplas.
Setelah
itu
dimasukkan pada permukaan kayu
yang telah ditatah atau dilubang
seperti motif yang akan dimasukkan.
Gb. 9.7. Potongan Komponen
Inlay Bermotif Kaligrafi
Gambar 9.8. merupakan komponen
inlay dengan motif sederhana yang
kertas motifnya masih menempel.
Untuk menghilangkan kertas motif
tersebut bisa diamplas atau dikikis
dengan pelat kikis atau pecahan
lembaran kaca sampai bersih, tetapi
jangan sampai merusak permukaan
kayunya.
Gb. 9.8. Potongan Komponen
Inlay Bermotif Sederhana
Pekerjaan
selanjutnya
adalah
memindahkan bentuk motif yang
telah dibuat pada permukaan kayu
yang akan dipasangkan dengan
cara menempelkan komponen inlay
tersebut pada permukaan kayu dan
digaris tepinya dengan pensil atau
spidol.
Gb. 9.9.Menggambari untuk
Komponen Inlay Motif
Sederhana
Gambar 9.10. di samping adalah
motif dari komponen inlay berupa
kaligrafi yang sedang dimal pada
permukaan
kayu
sebagai
pasangannya.
Gb. 9.10. Menggambari untuk
Komponen Inlay Motif
Kaligrafi
Gambar 9.11. memperlihatkan hasil
penggambaran
atau
lukisan
komponen inlay pada permukaan
kayu pasangannya yang akan
ditatah atau dikerjakan.
Pekerjaan menatah atau memahat
ini bisa dikerjakan menggunakan
pahat ukir maupun menggunakan
mesin hias (trimer) portable.
Gb. 9.11. Hasil Penggambaran
Motif Inlay Sederhana
Hasil penggambaran atau lukisan
pada permukaan kayu yang akan
dikerjakan atau dipahat untuk
memasukkan komponen inlay yang
telah dibuat.
Gb. 9.12. Hasil lukisan Desain
inlay kaligrafi
Pengerjaan untuk komponen inlay
yang bermotif kaligrafi atau motif
rumit
lainnya,
biasanya
menggunakan pahat ukir yang
disesuaikan
dengan
lekukanlekukan yang terdapat pada motif
tersebut.
2. Memahat Permukaan Kayu untuk Penerapan Komponen Inlay
2.1.
Memahat dan mengerjakan permukaan kayu
Gb. 9.13. Memahat kayu
Memahat permukaan kayu untuk
penerapan komponen inlay dengan
menggunakan pahat.
Hal ini disesuaikan dengan bentuk
dan motif komponen inlay yang akan
dipasangkan sehingga mendapatkan
hasil yang baik.
Pemahatan
dilakukan
dengan
cermat supaya pemotongan pahat
sesuai dengan motif yang telah
dibuat.
Dalam pembuatan lubang atau alur
untuk motif komponen inlay bisa
juga menggunakan mesin portable,
yaitu mesin hias (trimer).
Penggunaan mesin trimer tentu
disesuaikan dengan motif dan
kedalaman komponen inlay.
Untuk menjaga keselamatan kerja
maka
gunakanlah
kacamata
pengaman.
Gb. 9.14. Mesin Trimer dan
Kacamata Pengaman
Gb. 9.15. Membuat alur dengan
Mesin Trimer
Gb. 9.16. Lubang/alur yang
sudah selesai
dikerjakan
Mengerjakan lubang atau alur pada
permukaan kayu untuk dipasangkan
komponen
inlay
dengan
menggunakan mesin trimer memang
lebih cepat, tetapi mungkin kesulitan
untuk motif yang mempunyai
kerumitan yang tinggi.
Untuk itu penggunaan alat bisa
disesuaikan menurut motifnya.
Mesin Trimer bisa membuat lubang
atau
alur
dengan
bervariasi
kelebaran
dan
kedalamannya.
Hanya mengganti dan menyetel
pisau untuk disesuaikan dengan
bentuk dan motif komponen inlay.
Lubang atau alur untuk komponen
inlay dipastikan bisa dimasuki
dengan pas. Caranya yaitu harus
dicoba dulu komponen inlay tersebut
pada lubang atau alur yang telah
dibuat. Usahakan bisa masuk
dengan pas dan rata. Lakukan
dengan teliti. Untuk itu harus
diperiksa kedalaman dan kerataan
supaya didapatkan hasil rakitan
yang rata.
2.2.
Menerapkan komponen inlay
Lubang atau alur yang sudah
dipastikan bisa dimasuki komponen
inlay, selanjutnya diberi lem kayu
secara tipis dan merata, supaya
komponen inlay bisa melekat
dengan baik.
Usahakan pengeleman hanya pada
lubang atau alurnya saja, jangan
sampai
berlebihan
hingga
permukaan kayu di luar alur.
Gb. 9.17. Mengelem Alur Inlay
Dalam merakit atau menerapkan
komponen inlay pada alur yang telah
diberi lem, gunakan palu plastik
untuk memukulnya sedikit demi
sedikit sampai seluruh komponen
tersebut masuk pada alur dengan
posisi yang rata.
Gb. 9.18. Menerapkan
Komponen Inlay
Supaya komponen inlay bisa masuk
dengan rata, maka gunakanlah klos
kayu sebagai landasan untuk
memukul sehingga komponen inlay
bisa masuk secara rata dan rapat.
Masukkan sedikit demi sedikit
secara merata dengan pukulan yang
tidak
terlalu
keras,
supaya
komponen inlay tidak rusak.
Gb. 9.19. Klos Penjepit
Setelah seluruh komponen inlay
masuk secara rata, selanjutnya guna
mendapatkan hasil yang lebih rata
dan rapat, maka bisa diklem
menggunakan klem F dan diberi klos
kayu.
Gb. 9.20. Penjepit Klem F
Hasil penerapan atau perakitan
komponen inlay yang telah kering,
selanjutnya bisa dibersihkan seluruh
permukaannya.
Gunakanlah amplas kasar untuk
mengamplas permukaan komponen
inlay.
Lakukan pengamplasan searah
serat kayu untuk membersihkan
permukaan komponen inlay yang
telah
terpasang
dengan
baik
tersebut.
Gb. 9.21. Hasil Perakitan
Setelah penerapan atau perakitan
komponen inlay berhasil baik.
Selanjutnya dilakukan penghalusan
menggunakan amplas dengan blok
amplas yang lunak, sehingga
seluruh permukaan kayu halus dan
rata.
Pengamplasan dilakukan searah
serat kayu dengan tekanan yang
sedang supaya tidak merusak
permukaan kayu.
Gb. 9.22. Penghalusan
Untuk mengerjakan teknik inlay
(tatah kayu) yang baik, maka harus
memperhatikan warna dan tekstur
kayu atau bahan yang digunakan
sehingga mendapatkan kombinasi
yang serasi dan baik.
Salah satu kombinasi warna kayu
yang dipilih bisa dilihat pada hasil
penerapan komponen inlay seperti
pada Gambar 9.23.
Gb. 9.23. Penerapan Inlay
dengan Motif Kaligrafi
Gb. 9.24. Penerapan Inlay pada Bangku dengan Motif Alami
Pada prinsipnya komponen inlay bisa diterapkan pada sebagian besar
pekerjaan kayu, khususnya pada mebel dan interior. Salah satu
penerapan inlay yang terlihat artistik dan menarik seperti pada Gambar
9.24. dengan berbagai motif dan warna kayu yang berbeda. Hal ini bisa
meningkatkan nilai tambah mebel tersebut.
BAB X
MELAKSANAKAN PEKERJAAN FINISHING KAYU
Pada bab ini diuraikan beberapa hal yang meliputi tentang pengetahuan
dasar finishing, persiapan permukaan kayu, bahan finishing kayu, metode
aplikasi finishing, finishing dengan teknik oles (politur), teknik
penyemprotan dengan spray-gun, faktor-faktor penyebab kegagalan
finishing kayu, serta kesehatan dan keselamatan kerja.
Standar Kompetensi pada Bab X adalah Melaksanakan Pekerjaan
Finishing, yang mempunyai enam Kompetensi Dasar sebagai berikut:
1. Menyiapkan Pekerjaan Finishing
2. Menyiapkan Permukaan untuk Finishing
3. Mengerjakan Finishing dengan Teknik Oles
4. Mengerjakan Finishing dengan Teknik Semprot
5. Menyesuaikan Warna Cat dengan Spesifikasi
6. Mengerjakan Finishing Akhir (top coating)
7. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1. Menyiapkan Pekerjaan Finishing Kayu
1.1. Pengertian Pekerjaan Finishing Kayu
Pekerjaan finishing kayu adalah rangkaian terakhir dari seluruh proses
produksi di dalam industri perabot kayu, rotan, dan juga bagian bangunan
yang menggunakan bahan dari kayu. Yang dimaksud dengan pekerjaan
finishing kayu adalah melakukan pelapisan atau pengolesan resin atau
suatu zat ke permukaan kayu sehingga mendapatkan manfaat tertentu.
Beberapa proses terakhir dari produksi perabot, ada yang melakukan
suatu pelapisan dengan lembaran melamine atau melapiskan dengan
formica dan lembaran tipis dari bahan sejenis aluminium, serta bahanbahan lembaran jadi hasil produksi pabrik bahan pelapisan yang pada
umumnya dilakukan dengan madia lem sebagai perekat. Pelapisan
lembaran permukaan bidang benda kerja dengan media lem tersebut,
tidak termasuk dalam pembahasan pekerjaan finishing kayu.
Manfaat dari pekerjaan finishing kayu adalah meningkatkan nilai:
keindahan substrat kayu; keawetan bahan kayu; keteguhan gesek dan
pukulan; guna bahan kayu; dan komersial kayu. Agar manfaat finishing
dapat dicapai secara maksimal, maka perlu mengantisipasi hal-hal yang
sangat merugikan selama proses aplikasi, yaitu:
a. Pengahalang daya lekat bahan finishing.
b. Pengganggu penampilan keindahan.
c. Penentuan detail perabot atau benda kerja yang perlu dan
tak perlu di-finishing.
313
1.2. Tahapan Proses Finishing Kayu
Proses finishing kayu mempunyai tahapan-tahapan yang sangat
berpengaruh terhadap kualitas hasil akhir. Tahapan-tahapan tersebut
telah dibakukan dalam bentuk langkah-langkah standar, berikut ini:
a. Persiapan permukaan.
b. Pengisian pori-pori kayu.
c. Pewarnaan permukaan.
d. Pelapisan dasar permukaan kayu.
e. Pelapisan antar media.
f. Pelapisan akhir permukaan finishing.
g. Pemolesan permukaan.
Dengan mengenal setiap langkah standar, kita tahu mengapa dan apa
yang akan terjadi bila satu tahapan dihilangkan dari suatu proses
finishing. Setiap langkah standar harus dilakukan secara standar dan taat
asas, yakni tertib dalam perlakuan aplikasi dan setiap tahap proses
haruslah menghasilkan keluaran yang berkualitas utama.
Agar langkah-langkah standar dapat berhasil dengan baik maka perlu
memahami penggunaan alat-alat yang dipakai dengan baik, serta tahu
dan memahami bahan-bahan finishing baik perlakuan maupun
penggunaan yang optimal. Di samping itu, perlu juga mempunyai
parameter atau contoh tolok ukur hasil dari tiap proses yang standar.
1.3. Faktor yang Mempengaruhi Keawetan Finishing
Finishing merupakan tindakan akhir melapisi permukaan benda kerja
dengan suatu zat atau resin dalam proses aplikasi, dengan maksud untuk
mandapatkan nilai manfaat tertentu. Agar manfaat dapat dicapai dengan
optimal, maka perlu mampelajari hal-hal berikut ini:
a. Sistem finishing.
b. Pengetahuan substrat kayu.
c. Pengetahuan bahan finishing.
d. Cara aplikasi.
e. Kondisi operasional proses finishing.
f. Penempatan dan hasil finishing.
Dengan mengenal serta memahami faktor-faktor tersebut, dan digunakan
untuk mengantisipasi kemungkinan akan terjadi kegagalan maka keenam
faktor utama tersebut harus digunakan sebagai pedoman di dalam
aplikasi, yakni khususnya bagi ahli finishing yang handal.
Salah satu faktor tersebut di atas diabaikan atau kurang diketahui maka
hasil akhir dari pekerjaan finishing akan mengalami kegagalan. Misal,
faktor penempatan barang jadi yang seharusnya untuk di bawah atap
atau di dalam ruang (in door), ditempatkan di luar ruang (out door) maka
akan mudah rusak.
314
2. Menyiapkan Permukaan untuk Finishing
Dengan memahami bahan-bahan finishing dan memperlakukan semua
bahan-bahan kerja sesuai prosedur kerja dan memperindah serta
melindungi kayu yang difinishing maka benda kerja yang difinishing akan
berhasil baik.
2.1. Membersihkan dan Mengamplas
Kertas amplas atau kertas pasir, demikian juga disebut dengan kertas
amril, telah lama dipakai di dalam industri maupun aplikasi finishing.
Sebetulnya tidaklah tepat diambil istilah “kertas”. Pada kenyataannya,
amplas tidak hanya dibuat dari bahan kertas saja. Bahan media yang
biasa dipakai amplas adalah kanvas atau kain tebal, kertas itu sendiri,
kombinasi antara kertas dan kain yang merupakan kertas berserat,
lembaran fibre glass yang bisa ditekuk untuk bisa mengamplas profilprofil, serta bahan PVC untuk mengamplas profil.
2.1.1. Pembagian amplas dan partikelnya
Partikel yang digunakan dalam pembuatan amplas, terdapat 5 jenis
bebatuan, 3 jenisnya didapat dari alam, sedang yang 2 jenis lainnya
didapat dari hasil buatan. Masing-masing batu bahan amplas mempunyai
kekerasan yang berbeda. Demikian pula pemakaiannya berbeda pula.
(a) Amplas dengan jenis batu emery.
1) Kekerasan
: 8,5 – 8,9 H
2) Warna
: Hitam
3) Komponen
: emery > kode E
4) Penggunaan untuk : pengamplasan metal.
(b) Amplas dengan jenis batu flint
1) Kekerasan
: 6,2 – 6,8 H
2) Warna
: abu-abu > kode F
3) Penggunaan untuk : pengamplasan kayu, substrat cat.
(c) Amplas dengan jenis batu garnet
1) Kekerasan
: 6,7 – 7,5 H
2) Warna
: kuning dan coklat > kode G
3) Bentuk kristal
: polygon
4) Penggunaan untuk : pengamplasan kayu, substrat cat
5) Sifat partikel
: mempunyai daya potong bagus
(d) Amplas dengan jenis batu aluminium oxyde
1) Kekerasan
: 9,4 H
2) Warna
: merah oxida > kode AA, A
3) Bentuk kristal
: sharpedge
4) Komponen
: A12O3
5) Penggunaan untuk : pengamplasan kayu, substrat cat metal.
6) Sifat partikel
: mempunyai daya potong bagus.
315
(e) Amplas dengan jenis batu silicon carbide
1) Kekerasan
: 9,5 – 9,7 H
2) Warna
: Biru dan hitam > kode CC.C
3) Komponen
: Sic
4) Penggunaan untuk : pengamplasan kayu, cat metal
5) Sifat partikel
: keras dan daya potong bagus
Partikel dengan kode AA dan CC adalah jenis amplas yang tahan
terhadap air, yakni dapat digunakan untuk ”wet sanding” atau
pengamplasan cara basah.
2.1.2. Penggunaan amplas sesuai dengan partikelnya
Ukuran besar kecilnya partikel ditentukan oleh saringannya (mess).
Sehingga amplas no. 100, berarti amplas dengan besar partikelnya
adalah sederet lubang ayakan dengan panjang 1 inch berisi 100 lubang.
Menurut ukuran partikelnya, amplas dibagi penggunaanya berikut ini:
(a)
(b)
(c)
(d)
80 – 180 :
180 – 240 :
240 – 320 :
400 – 600 :
Pengamplasan persiapan permukaan
Pengamplasan cat dasar atau undercoat.
Pengamplasan antar media atau sanding.
Pengamplasan top coat atau akhir.
Pengamplasan secara prinsip dengan kertas amplas yang tajam dan
tekanan secukupnya, agar supaya urat/serat kayu tidak menjadi tertekan
atau tanpa terjadi bekas. Kertas amplas harus bebas dari butiran besi
karena kertas amplas yang mengandung bahan dari besi menyebabkan
noda gelap pada kayu.
2.1.3. Membersihkan dengan Bahan Pelarut
Ada jenis kayu yang mengandung getah (damar) yang menyebabkan
bahan pewarna kayu menjadi jelek dan tidak sama warnanya. Untuk itu
getah tersebut harus dibersihkan dulu dengan larutan spesial bahan
pembersih seperti sabun kayu yang mengandung alkali dan bebas alkali
selain dari Soda dan Potas. Juga dengan bahan pelarut seperti Bensin,
Minyak Terpentin, Alkohol, dan Azeton yang bermanfaat untuk
melarutkan getah kayu.
Permukaan papan yang mengandung getah harus dibersihkan dengan
bahan pelarut menggunakan sikat fiber sampai ke akarnya.
316
Sepon dapat digunakan untuk
membasuhkan bahan pelarut ke
permukaan kayu yang ada
getahnya.
arah mengamplas
Setelah kayu bersih dari getah,
maka bilaslah dengan air bersih
hingga tidak meninggalkan noda.
memotong serat kayu
Membasuh dengan Air
Ketika kayu akan difinishing
dengan bahan finishing yang
berpelarut air, maka permukaan
kayu dibasuh lebih dulu dengan air
pori-pori kayu menjadi terbuka
Air menekan masuk ke dalam poripori kayu sehingga menjadikan
serat kayu berdiri.
pinggir pori-pori kayu menjadi muncul
Sumber: Fachkunde – Holztechnik,
Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005
Gb. 2.1. Pori-pori Kayu yang
akan difinishing
Setelah air mengering, selanjutnya
diamplas dengan tekanan ringan
mengarah berlawanan serat kayu.
Maka serat kayu terputus dan
terlihatlah lubang permukaan poripori kayu. Lubang pori-pori kayu
yang terbuka
akhirnya pada
pinggirnya menjadi muncul.
Selanjutnya diamplas lagi hingga
rata dan halus.
2.1.4. Menghilangkan Noda
Kualitas hasil finishing kayu yang baik diantaranya adalah tidak boleh ada
noda yang menghalangi bahan finishing ke permukaan kayu. Maka dari
itu noda harus dihilangkan dengan beberapa bahan yang cocok terhadap
noda yang menempel di kayu hingga permukaan kayu menjadi bersih.
Jenis Noda
Minyak dan
Lemak
Kemungkinan menghilangkannya
Noda Minyak dan Lemak dihilangkan dengan suatu
bubur oksida dari Magnesium (Mg) atau bubuk kapur
untuk
membersihkan
sehingga
noda
terangkat/hilang.
317
Parafin
Endapan Parafin dapat dihilangkan dengan
tambahan bahan pemisah yaitu Pelarut Nitro, Asam
Cuka, dan Aseton.
Kapur, Gips,
Semen
Noda Kapur, Gips, dan Semen dapat dihilangkan
dengan pengencer Asam Cuka, Asam Garam
pembersih pembebas besi. Penanganan Papan
harus dibersihkan dengan air yang banyak berkalikali, sehingga tercuci dengan baik tanpa sisa larutan
cuka yang ada di dalam kayu.
Noda Oksidasi
Noda Oksidasi terjadi ketika Logam dengan Asam
Samak
Kayu
datang
bersentuhan.
Untuk
melunturkan nodanya dapat digunakan bahan Air
Peroksida atau Asam Zitron. Penting, segeralah
dicuci dengan air, supaya noda hilang.
Noda Air
Noda air dapat dihilangkan melalui pencucian papan
dengan air hangat, air asam. Air dapat berakibat
memperkuat bahan pengencer pertanian dari kayu
campuran Amoniak dan Asam Garam saling
memberi dengan Asam Samak Kayu bersentuhan
dengan Cuka atau Asam Zitron dari kayu.
Tabel 10.1. Jenis Noda dan Cara Menghilangkannya
2.2. Memperlakukan Perekat / Lem Tetap Berfungsi
Perekat yang digunakan menempelkan finir ke permukaan pori-pori kayu
sehingga lembaran finir menempel dengan baik, biasanya orang
melakukan tekanan secara merata ke permukaan yang telah diberi
perekat hingga bisa menempel dengan baik. Supaya perekat berfungsi
dengan baik saat merangkai konstruksi maka beri lapisan kertas pada
konstruksi yang dilem yang bagian tersebut ditekan/dijepit dengan
klem/penjepit.
Sisa dan bekas lem yang menempel ke permukaan kayu segera
dibersihkan supaya tidak mengakibatkan jelek di permukaan kayu pada
proses finishing nantinya.
2.3. Mendempul, Mengisi Pori-pori, dan penyelesaiannya
Dengan dempul bisa mengurangi dalamnya pori-pori kayu karena terisi
olehnya, sehingga permukaan kayu menjadi rata dan halus. Dempul pada
sistem finishing melamine biasa disebut wood filler yang fungsinya
318
mengisi pori-pori kayu, bukan untuk melapisi permukaan kayu. Pelarut
untuk wood filler ada dua macam yaitu air dan thinner.
Wood filler yang berpelarut air lebih lunak dan lebih lambat mengering
dibandingkan dengan wood filler yang berpelarut thinner. Proses aplikasi
wood filler ke pori-pori kayu bisa dengan skrap atau kapi untuk bidang
permukaan lebar dan rata, bisa juga menggunakan kuas atau kaos
dengan sedikit tekanan ke permukaan kayu yang berprofil, sempit, dan
tidak rata.
Apabila wood filler yang diaplikasikan sudah mengering, selanjutnya
diamplas dengan kertas amplas nomor antara 80 – 180. Indikator bahwa
wood filler sudah mengering, yaitu bila diamplas maka permukaan kayu
menghasilkan debu yang lembut dan tidak menempel di kertas amplas.
Lakukan pengamplasan sampai habis, yang tertinggal adalah wood filler
di dalam pori-pori kayu, yang ada di permukaan kayu harus habis.
Dilihat dari jenisnya bahan pengisi pori-pori dan lubang luka kayu atau
disebut wood filler dapat dibagi dalam beberapa jenis, yakni :
a. Wood filler berpelarut air.
b. Wood filler berbahan pembawa minyak.
c. Wood filler dengan resin lacquer.
d. Wood filler dengan resin synthetic.
Dilihat dari komposisi pembuatannya, wood filler atau juga disebut
dempul, terdiri dari 75% adalah pigment dan 25% adalah pembawa, yang
terdiri dari minyak atau getah dan pelarutnya. Dari minyak atau air,
pigment yang dipakai 95% nya adalah pigment pembangun.
3. Mengerjakan Finishing dengan Teknik Oles (Politur)
Politur merupakan salah satu jenis finishing yang sangat dikenal pada
pembuatan perabot, perlengkapan rumah tangga dan komponen
bangunan seperti kosen jendela, daun pintu, railing tangga, dan langit –
langit ruang yang terbuat dari kayu.
Penggunaan politur dimulai pada tahun 1630 di India, yaitu sejak
ditemukannya bahan selak (shellac) dari sejenis insek, yaitu kutu lak
yang bernama Laccifer Kerr. Dengan ditemukannya selak, kebanyakan
orang menyebutnya sirlak, dimungkinkan pembuatan bahan pelapis
permukaan kayu yang menarik, baik warna maupun keindahannya.
Pengerjaan politur dengan cara konvensional tidak terlalu sukar, dapat
dengan mudah dipraktikkan oleh pekerja yang berpendidikan rendah,
bahkan oleh orang yang tak berpendidikan.
319
3.1.
Manfaat Politur
Politur bukan sekadar melapisi dan mengkilapkan permukaan kayu,
melainkan juga memperindah dan mempertajam pola serat kayu, serta
yang paling penting menjaga kestabilan kayu dari pengaruh cuaca di luar
lingkungannya.
Pemolituran yang tepat juga mengurangi reaksi kayu terhadap suhu dan
kelembaban sekitarnya. Zat cair atau uap air dalam udara bebas tidak
dapat masuk ke dalam pori-pori kayu karena politur yang dilapiskan
merupakan film atau lapisan yang membungkus dan mengisolasi pori-pori
pada bidang permukaan luar. Penutupan pori-pori oleh politur,
mempersulit jalan uap air keluar atau penguapan air dari dalam kayu.
Kayu yang telah dipolitur seluruh permukaannya akan menjadi stabil baik
bentuk ataupun ukurannya.
Guna menunjang keindahan kayu atau perabot serta kerajinan, dapat
juga dilakukan pemolituran berwarna. Warna-warna yang dipakai akan
menimbulkan kesan harmonis dengan barang-barang interior di
sekitarnya. Kayu yang dipolitur akan memberikan kesan hangat, halus
dan anggun. Kesan hangat, timbul karena pola serat masih tampil. Politur
membentuk lapisan transparan natural atau transparan berwarna. Ada
pula politur yang berwarna kedap hingga menutup gambar pola serat.
Namun, pemolituran hanya dilakukan pada bagian kecil dari bidang
perabot, sebagai aksen pemanis bentuk, menunjang desain perabot.
Dengan memolitur kayu, kayu menjadi lebih awet meskipun politur sendiri
bukan bahan pengawet. Politur menghambat kerusakan kayu, kayu
terlindung dari cahaya dan panas yang langsung maupun tak langsung.
Kayu tetap terlindung dari sinar ultraviolet matahari. Mungkin lapisan
politur benda akan kusam dan menua, sehingga dengan perbaikan
lapisan politurnya saja, keindahan bisa dikembalikan. Kayu yang dipolitur
juga tidak diserang cendawan atau jamur serta bebas dari pelapukan
karena kayu itu tetap stabil dan kering akibat perlindungan yang telahdi
berikan lapisan selak.
3.2.
Bahan Politur
Politur dibuat dari selak dengan pelarut spiritus, menggunakan warna
pigmen atau dyestuff yang larut alkohol, atau pewarna larut air.
Campuran ini kemudian dioleskan dengan kuas atau dioleskan dengan
kain bal (kaos perca) pada permukaan perabot dan kerajinan.
3.2.1. Selak
Shellac dibuat dari lak, sejenis damar atau getah hasil sekresi kutu lak
yang hidupnya parasitis pada tumbuhan tertentu. Hasil sekresi tersebut
320
dikeluarkan di sekeliling badan kutu sebagai proteksi terhadap musuh
dari luar dan keadaan alam sekitarnya. Lak berasal dari kata laksa
(bahasa Sansekerta) artinya 100.000 yaitu ungkapan karena begitu
banyaknya jumlah larva yang menetas dan berkembang biak. Kutu lak
atau Laccifer Kerr yang dikembangkan di Yogyakarta seluas 1.300 ha
dan di Probolinggo seluas 3.750 ha berasal dari India dan dapat dibudidayakan pada pohon kesambi (Schleisbera oleosa Merr) dan akasia
(Acacia villosa Willd). Jenis lain yang dapat dipakai sebagai pohon inang
adalah ploso (Butea Monosperma), widara (Zizyphus jujuba Lam).
Ternyata pohon kesambi yang terbaik sebab terhadap musim kering,
mempunyai daya tunas yang baik dan dapat tumbuh bagus di tanah yang
rendahkesuburannya.
Sumber : Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo, 1997.
Gb. 10.2: Dari Stoklak menjadi Selak Putih Batangan
321
Berdasarkan sistematika biologi, kutu lak termasuk kelas insecta, ordo
Rhynchota, family Coccidea, genus Laccifer. Selain spesies Laccifer Kerr,
dikenal juga spesies lain yaitu Laccifer Javanus Chamb yang hidup di
pohon durian (Durio Spp) dan Tachardia aurantiaca Cockl yang hidup di
pohon kesambi dan sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb).
Pembiakan kutu lak berlaku generatif dan secara partenogenesis. Cara
generatif yaitu cara pembiakan dengan pembuahan oleh kutu jantan,
sedang cara partenogenesis adalah produksi telur dari larva oleh kutu lak
betina tanpa pembuahan oleh kutu jantan. Partenogenesis terjadi pada
musim hujan atau kalau kutu jantan mati atau punah semuanya. Cara
partenogenesis akan menghasilkan larva dengan dua jenis kelamin,
jantan dan betina serta dua-duanya menghasilkan bahan selak.
Partenogenesis merupakan anugerah alam sehingga kutu lak terhindar
dari kemusnahan total. Kutu lak menetap pada cabang yang masih muda.
Kemudian, ditusukkannya proboscinya (seperti jarum) ke dalam jaringan
phloem dan xylin (Xylem) yang terdapat dalam jaringan batang tanaman
dan dihisapnya cairan makanan. Pada umumnya koloni lak menetap di
sisi bawah cabang. Jumlah larva lak biasanya 150 – 200 ekor tiap jarak
2,5 cm dan setelah berumur 5 bulan stoklak (koloni lak) sudah dapat
dipungut, dan dikerok menjadi seedlak atau butiran lak. Dari seedlak ini
kemudian dilakukan metode pelelehan yang lazim dilakukan di India.
Cara yang kedua adalah melarutkan seedlak dalam alkohol dan cara
yang terakhir melarutkan seedlak dalam alkali atau bahan basa,
menyaring larutan tadi, kemudian memisahkan larutan lak dari zat
pelarutnya dengan metode presipitasi. Dengan hasil lebih dari 16 ton
pertahun, maka sejak tahun 1956 didirikan pabrik selak Probolinggo
hinggakini.
Dari seedlak dihasilkan selak yang berwarna kuning berbentuk serpihan
dan dijual di toko sebagai resin politur. Hasil politurnya bernuansa kuning
hingga kayu berkesan tua, tidak diperlukan zat perwana. Selain itu, dijual
pula selak putih dalam bentuk batangan. Selak putih didapatkan dengan
cara memproses bahan selak kuning menjadi selak putih, sehingga hasil
pemolituran menjadi tetap alami (natural). Bahan ini sangat baik bagi
kayu yang berwarna muda seperti ramin, mahoni, mindi, pinus dan kayu
lain yang diinginkan tetap cerah seperti warna kayu aslinya. Pemucatan
bahan selak kuning melalui proses pencucian, pelelehan dan titrasi asam.
Dapat disebutkan antara lain bahan-bahannya adalah soda (Na2Co3 ),
kaporit (Ca2ClO 2), asam sulfat(H2SO4). .Selak putih dijual di toko dalam
bentuk batangan, rata-rata beratnya 3 ons, dapat dilarutkan dalam 3 liter
spiritus. Batangan itu harus dibungkus atau disimpan dalam tempat yang
tertutup, sehingga tidak mudah teroksidasi udara. Oksidasi ini akan
meneyebabkan warna selak putih tadi menjadi kemerah-merahan atau
putih agak kotor bahkan kuning sekali, serta dapat pula mati sehingga
sulit dilarutkan dalam alkohol atau spiritus.
322
3.2.2. Spiritus
Spiritus merupakan pelarut selak, umumnya berwarna biru. Warna biru
menandakan bahwa spiritus adalah golongan ethyl alcohol (ethanol)
sejenis alkohol yang tidak bisa di makan (edible). Ada juga orang
memolitur dengan pelarut alkohol putih tanpa dibirukan. Hal itu
sebenarnya sangat baik karena tak berpengaruh pada selak putih, hingga
warna kayu yang terang tidak menjadi kebiru-biruan. Dalam
perdagangan, spiritus dijual dalam drum berisi 200 liter. Namun, di toko,
alkohol diencerkan pula dalam kemasan 1 liter dan juga 0,5 liter.
Agar mendapatkan larutan politur yang baik maka selak dan spiritus
harus baik. Spiritus dikatakan baik apabila kandungan airnya hanya 5%,
selebihnya adalah ethanol atau alkohol (95%). Kadar alkohol yang
rendah menyebabkan spiritus tersebut mempunyai daya kelarutan
rendah, kecepatan menguapnya berkurang, hingga lapisan film selak
tidak dapat mengkilap sempurna. Hal itu akan lebih terlihat pada
pemolituran di musin penghujan, atau di daerah yang berkelembaban
tinggi. Disamping kurang mengkilap, lapisan politur juga akan memutih,
yang sangat sulit diperbaiki.
Hasil pemoliturannya tidak cemerlang dan serat-serat kayu kusam mati.
Pemilihan spiritus yang baik, dilakukan dengan cara organoleptik yaitu
penggunaan organ atau alat pengindera. Cara yang lain ialah dengan
cara instrumentik yaitu pengamatan dengan peralatan ukur (cara tera).
(a) Cara organoleptik
Kita ambil dua tabung kecil,
masing-masing berisi spiritus
dengan merk yang berbeda atau
pada yang satu ditambahkan air
tidak lebih dari 10%.
Kemudian, kita masukkan kedua
jari kita ke setiap tabung tadi
secara bersamaan. Usapkan
secara bersamaan pada lengan
kiri, maka akan terlihat yang baik
yaitu yang cepat menguap.
Gb. 10.3: Cara Organoleptik
323
(b) Cara Instrumentik
Yakni
dengan
menggunakan
instrumen pengukur alkohol meter,
yang banyak dijual di toko kimia
atau
toko
alat
kedokteran.
Alkohol meter akan menunjukan
prosentase kadar alkohol spiritus
yang diukur.
Bila ingin lebih tepat mengetahui
kualitas spiritus atau ethanol,
dapat pula memakai instrumen
berat jenis dan dicocokkan dengan
tabel kelompok alkohol. Akan
ditemukan berat jenis atau specific
gravity-nya adalah 0,791 kg/I.
Berat jenis yang lebih tinggi tidak
baik
karena
penguapannya
lambat, hingga hasil politurannya
kurang
mengkilap.
Sumber : Reka Oles Mebel Kayu,
Agus Sunaryo,1997.
Gb. 10.4: Cara Instrumentik
ALKOHOL
Methanol (anhydrous)
* Ethanol (anhydrous)
Isopropanol (anhydrous)
sec-Butanol
Isobutanol
n-Butanol
sec-Amyl alcohol
Amyl alcohol (mixed isomers)
Methyl amyl alcohol
Hexyl (2-ethylbutyl) alcohol
Octyl (2-ethylhexyl) alcohol
Cyclohexanol
Benzyl alcohol
Titik
Didih
Titik
Nyala
ºC
ºC
64
77
82
96
107
116
117
121
131
144
182
150
199
18
21
19
31
38
44
43
44
45
57
85
69
140
Berat Jenis
Pada 20º
0,793
0,791
0,786
0,808
0,803
0,811
0,810
0,814
0,807
0,833
0,834
0,951
1,047
Tabel 10.2. Kelompok Alkohol
324
3.2.3. Pewarna Politur
Warna yang dipakai dalam pekerjaan politur ada dua macam, yang
pertama larut dalam air dan lainnya larut dalam pelarut non-air misalnya
alkohol, thinner, afdunner, dan minyak.
Pewarna larut air yang dipakai dalam politur, misalnya naphtol, teres
(pewarna makanan), dan tepung pigmen misalnya jelaga (carbon lamp)
untuk warna hitam, oker untuk warna kuning kecoklatan, daocu untuk
warna merah maroon, dan banyak lainnya. Pewarna yang larut minyak
atau solvent, misalnya tepung cat dan dengan berbagai warnanya.
Demikian pula migrosin yang berwarna merah, malachite yang berwarna
hijau, serta bahan dyestuff berbahan aniline yang dijual dalam bentuk
cairan. Bahan pewarna pigmen pada umumnya menutup serat sehingga
hasil pewarnaan politur kedap warna, dan pola serat kayu tidak kelihatan
lagi. Adapun pewarna aniline atau pewarna tanpa endapan
memungkinkan hasil politurannya menampilkan serat kayu asli walau
berwarna sehingga akan kelihatan lebih indah.
3.3.
Alat Perlengkapan Politur
Alat – alat yang lazim dipakai
untuk melapisi dan mengoleskan
politur, yaitu kaos perca dan kuas
lebar serta kaleng kosong untuk
mencampur selak dengan spiritus
pelarutnya.
Gb. 10.5: Alat Perlengkapan
Politur
Kita pilih kuas yang berbulu halus
dan lembut, supaya kuas itu tidak
meninggalkan garis bekas kuas.
Kuas yang baik ujung bulunya
bercabang
dua
atau
tiga.
Gb. 10.6: Memilih Kuas
325
Gb. 10.7: Memilih Kaos Perca
Penggunaan kaos perca harus
dari bahan katun atau benang
kapas. Hal itu sangat penting
karena bahan politur dapat
terserap dengan awet dan baik,
kaos
tidak
terlalu
sering
dicelupkan ke dalam politur.
Lain halnya apabila kaos yang
dipakai adalah dari bahan halus,
misalnya serat polyester, nilon,
atau serat-serat sintetik lainnya.
Penyerapan politur tidak baik,
daya serapnya tidak awet, serta
licin dipegang.
Kaos pengoles berkali-kali lepas dari pegangan kita. Karena itu, terjadi
bercak tak halus pada permukaan politur, bekas lipatan kaos basah yang
lepas dari tangan.
Hal yang perlu diperhatikan lagi dalam menyiapkan kaos perca untuk
memolitur yaitu memilih kaos yang polos dan berwarna putih atau terang.
Hal itu perlu diperhatikan mengingat adanya pewarna tekstil yang mudah
luntur serta menimbulkan warna yang tidak dikehendaki pada permukaan
perabot kita.
3.4.
Langkah Kerja Teknik Politur
Memolitur benda kerja kayu, misalnya perabot dan benda kerajinan kayu,
sedikit berbeda dari cara memolitur benda kerja yang terbuat dari bambu
maupun rotan, yaitu pada pengisian pori-pori kayu dengan filler. Benda
kerja yang terbuat dari bambu dan rotan tidak memerlukan pengisian
pori. Tahapan proses pemolituran, pewarnaan, dan pengkilapan kedua
golongan itu sama.
Memolitur mebel dan benda kerajainan kayu dibagi atas beberapa jenis
hasilnya. Hasil yang pertama adalah politur natural; kedua, politur warna
transparan ; dan yang terakhir, politur dengan warna yang kedap atau
warna yang menutup pola serat.
3.4.1. Politur Natural (alami)
Politur natural dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
Pertama-tama, membersihkan bidang permukaan kayu yang akan
dipolitur dengan kertas amplas untuk memotong serat yang berdiri dan
kasar. Disamping itu juga untuk membersihkan noda lem, minyak, garis
pensil, yang mengganggu keindahan permukaan. Pengamplasan itu
dilakukan dengan amplas nomor 80 – 180, dan harus searah serat kayu.
326
PENGISIAN PORI KAYU
Gunakan wood filler jenis water base
Amplas dengan no.
80 - 180
15 menit setelah
kering, amplas habis
PELAPISAN PENDASARAN 1
Pelapisan dengan politur, gunakan
kuas/kaus
Amplas dengan no.
80 - 200
20 menit amplas
dengan cara basah
PELAPISAN AKHIR PERMUKAAN
BIDANG BENDA KERJA
Pelapisan dengan politur sangat cair,
kaoskan agak lembab sampai kilap sekali.
Sumber : Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo,1997.
Gb. 10.8: Sistem Politur Natural
Catatan:
Pekerjaan pendempulan dapat dilakukan setelah proses pendasaran
yang ke-1, sehingga pembuatan dempul sesuai dengan warna. Pelapisan
akhir dapat diulang bekali-kali, namun setiap tahapnya harus diamplas
dengan amplas nomor 400.
Tahap berikutnya, yaitu pengisian pori-pori kayu bagi jenis kayu
bertekstur kasar, misalnya jati, sungkai, kamfer, mahoni, mindi dan
lainnya. Sedangkan kayu yang teksturnya halus seperti pinus, agathis,
pulai, jelutung, tidak memerlukan tahapan ini. Bahan pengisian pori kayu
(woodfiller) yang dipakai adalah bubur filler, berpelarut air maupun yang
berpelarut solvent atau minyak. Bubur filler tersebut juga dapat dibuat
sendiri. Kita membuat adonan kapur dempul putih atau talk halus,
ditambah secukupnya dengan tepung pigmen yang disesuaikan dengan
warna kayunya, misalnya kayu jati dengan tepung oker. Perlu
ditambahnya lem perekat sebagai resin atau pengikutnya. Pada
pembuatan filler berpelarut air dapat dipakai lem PVAc atau lem putih
sebanyak 5 % dari berat kedua tepung tadi. Kemudian, aduk serta
encerkan dengan air hingga adonan kental seperti bubur, dan siap
diusapkan ke kayu. Pengisian bubur filler ke dalam pori kayu dapat
dilakukan dengan kape atau sekerap tembok, dengan digosok kain
bekas, hingga pori kenyang. Filler kita biarkan kering dalam beberapa
menit. Pengisian pori-pori pada benda kerja ukiran dapat dilakukan
327
dengan kuas. Namun, bubur filler harus lebih encer hingga dapat masuk
ke celah-celah ukiran. Setelah dikuaskan, biarkan bubur setengah kering,
lalu sikat dengan sikat ijuk kuat-kuat hingga kering. Pada pengisian pori
benda ukiran, sebaiknya digunakan jenis bubur filler solvent base atau
yang larut thinner.
Langkah selanjutnya adalah pengamplasan filler kering yang masih
terdapat di permukaan kayu dengan amplas nomor 150-180, sehingga
permukaan kayu bersih serta rata. Yang tersisa adalah filler kering yang
ada dalam pori saja. Pengisisan pori ini sangat penting karena akan
mempercepat dan mempersingkat pekerjaan politur. Disamping itu,
terjadi penghematan bahan politur karena mengurangi pekerjaan
penyerapan bahan politur oleh pori-pori kayu pada jenis kayu bertekstur
kasar. Diantara kesalahan yang terjadi ialah penggunaan tepung oker
yang tidak sesuai dengan warna kayu sehingga permukaan akan
kelihatan buruk. Karena itu, pemilihan warna tepung harus dilakukan
dengan seksama.
Pelapisan pendasaran pertama, proses ini merupakan tahapan ketiga
dari pekerjaan memolitur. Pada tahap ini lapisan dasar diberikan untuk
mengeraskan serat, serta mengikat filler supaya tidak terangkat lepas
dari pori-pori. Pendasaran dilakukan dengan dikuaskan, selapis demi
selapis tipis – rata serta tanpa meninggalkan bekas kuas. Pendasaran
dilakukan dengan politur, yang terbuat dari selak dilarutkan ke dalam
spiritus dengan perbandingan 1 ons selak dengan 1 liter spiritus.
Pemakaian selak putih atau kuning tergantung pada selera. Hanya saja,
bila kita menggunakan selak putih, perlu memilih spiritus yang tidak
terlalu biru sehingga warna asli dan alami serat kayu tidak berubah
menjadi kebiru-biruan. Selak emping langsung dapat dilarutkan karena
bentuknya yang seperti emping. Selak putih perlu kita hancurkan dulu
dengan ditumbuk atau diserut dengan ketam kasar sehingga menjadi
serpihan halus dan dan mudah larut. Setelah 15 menit, permukaan
bidang hasil pendasaran akan menjadi kering. Akan terlihat di beberapa
tempat tertinggal bekas-bekas penguasaan yang tak rata dan serat-serat
kayu halus yang muncul di permukaan. Serat-serat itu muncul karena
pembahasan oleh spiritus, sering tidak tampak, namun apabila diraba
dengan tangan akan terasa kasar. Munculan serat dan bekas kuas harus
diamplas rata sampai permukaannya terasa halus. Untuk pengamplasan
dipakai kertas amplas nomor 180 – 240. Baik dan tidaknya hasil
pemolituran sangat ditentukan oleh pengamplasan pada tahap
pendasaran ini. Selesai tahap pendasaran, pada umumnya dilakukan
perbaikan permukaan. Kayu yang berlubang karena mata kayu busuk
atau bekas pukulan dan pecah-pecah sambungan ditutup dengan dempul
yang telah disesuaikan warnanya. Pembuatan dempul sangat sederhana,
yaitu dengan cara merebus sebungkah parafin atau lilin putih di dalam
kaleng yang dipanaskan hingga lilin cair. Bubuhkan talk serta oker atau
328
tepung pigmen yang sesuai dengan warna kayu dan aduk hingga
campuran homogen betul, kemudian dinginkan. Setelah itu, dempulkan
hasil itu pada cacat lubang bidang politur dengan kape atau sekerap
hingga padat menutup lubang yang rusak. Melalui tahap pengaosan
politur berulang-ulang, maka kerataan permukaan dempul serta
kekilapannya akan sama dengan bidang politur di sekitarnya.
Pengolesan lapisan politur pada permukaan dengan kaos perca
merupakan proses tahap berikutnya. Keuntungan penggunaan kaos pada
tahap ini, yaitu bekas garis-garis usapan politur seperti pada pemakaian
kuas, tidak tampak. Sudut tumpul kaos perca yang digulung padat, tidak
memutus pelapisan dari bidang polituran, hingga bekasnya halus.
Kaos perca untuk pengaosan ini dilipat sepadat mungkin; kemudian
oleskan secara berputar beberapa kali hingga terdapat pelapisan yang
menutup. Untuk meratakan beberapa garis bekas putaran, usap dan
oleskan politur berulang-ulang searah serat kayu dengan sedikit lebih
ditekan. Yang perlu diperhatikan dalam pengaosan dengan kain kaos
perca ini yaitu pemerasan kaos harus apuh, tidak boleh terlalu basah,
lembab-lembab saja. Lipatan kaos, setelah dicelupkan ke kaleng tempat
politur, diperas kuat-kuat sampai tidak menetes. Pengaosan dengan kaos
sangat basah bisa melunakkan kembali lapisan sebelumnya. Lapisan itu
akan terkelupas mentah (botak), kelihatan kayunya. Cacat ini sangat sulit
diperbaiki. Areal yang terkelupas hanya kecil, maka perbaikannya harus
dilakukan secara khusus pada tempat yang terkelupas itu. Baru setelah
hasil perbaikan itu sama dengan bidang sekitarnya, pemolituran boleh
diperlakukan menyeluruh sampai rata.
Pada tahap yang kelima dilakukan pengamplasan secara basah
dengan amplas nomor 180 – 240, yang tahan terhadap air.
Pengamplasan dilakukan apabila penampilan bidang politur sudah
menutup 50%. Permukaan yang sudah mengkilap cukup tebal, namun
pori-pori masih belum tertutup semua. Bagi pemula, langkah kelima ini
sangat sulit diterima karena lapisan yang sudah mengkilap harus
dikurangi dan diratakan dengan amplas. Pengamplasannya basah
dengan air ini sangat penting karena akan meratakan bekas usapan putar
pada tahap keempat. Demikian pula dikurangi lapisan politur yang terlalu
tebal di beberapa tempat, karena pada bidang yang sama masih ada
pori-pori yang belum tertutup. Dengan pengamplasan basah, jarak politur
yang sudah tebal dengan bidang politur yang masih berpori dapat
dikurangi, hingga proses pemolituran tahap lanjutnya menjadi rata tipis
namun porinya tertutup. Keuntungan pengamplasan basah dengan
amplas duko yang tahan air adalah lapisan politur mudah diamplas dan
tidak menempel pada butir-butir amplas. Amplas lebih tahan lama
dibandingkan dengan pengamplasan kering. Sesudah pengamplasan
basah permukaan menjadi kering sehingga akan tertinggal tepung putih,
329
serbuk amplasan politur, yang menempel di permukaan bidang kerja.
Serbuk ini harus segera dibersihkan. Selanjutnya bisa ke tahap terakhir.
Tahap pemolituran yang terakhir ini adalah pelapisan dengan memakai
kaos seperti tahap-tahap sebelumnya, namun dengan campuran politur
lebih encer. Pelapisannya harus dilakukan secara apuh serta searah
serat, tidak boleh memutar karena akan meninggalkan kesan kurang
halus. Campuran politur akhir ini harus encer. Campuran yang dipakai
untuk pelapisan pendasaran boleh diencerkan dua setengah kalinya, atau
dengan menambahkan spiritus baru sebanyak 150%. Bila kita harus
membuat politur baru, dapat dengan perbandingan selak spiritusnya 1
ons dengan 2,5 liter spiritus. Beberapa tukang tradisional sering menutup
lapisan akhir politur ini dengan campuran lama, yang diendapkan satu
malam, sehingga endapan terpisah dengan spiritus jernihnya. Kemudian,
yang jernih ditiriskan dan diambil sebagai larutan pelapis akhir. Hasilnya
sangat memuaskan. Pengaosan pada tahap akhir ini dilakukan dengan
tekanan, hingga hasilnya padat. Semakin padat lapisan politur dioleskan,
reaksi serat-serat kayu semakin berkurang. Daya hidup serat-serat kayu
pada permukaan terhambat oleh lapisan politur yang semakin padat
melapisi permukaan itu. Serat-serat kayu tidak mungkin berdiri lagi.
dalam pengaosan akhir, selain keapuhan kaos, perlu juga diperhatikan
lagi bahwa kaos tidak terlipat terbalik. Kaos kasar harus di bagian dalam.
Kalau lipatan kaos terbalik, bulu-bulu kaos akan terlepas dan menempel
di permukaan bidang politur serta berakibat buruk. Hasilnya kasar, tidak
mengkilap. Tebal tipisnya lapisan politur juga mempengaruhi bidang
permukaan kayu. Lapisan yang tipis akan lebih hemat, tetapi sering poripori tidak tertutup sama sekali. Pada lapisan politur yang terlalu tebal,
pori-pori akan tertutup dengan baik, namun penggunaan politur akan
lebih banyak dan boros serta waktunya panjang, lapisan politur yang
ideal adalah tidak terlalu tebal dan juga tidak terlalu tipis. Yang penting
tidak mengubah identitas kayu, namun kayu menjadi lebih indah. Sisi
teknik pun mudah dicapai. Apabila serat-serat kayu tidak berdiri lagi, poripori sudah tertutup rata dan hasilnya mengkilap, dapat dikatakan tahap
ini telah selesai dan pekerjaan memolitur pun usai.
3.4.2. Politur Warna Transparan
Politur warna transparan adalah jenis politur yang memberikan nuansa
warna pada permukaan benda kerja hingga mengubah warna alami
menjadi lebih variatif dan berpola serat indah. Pemilihan jenis warna akan
mempengaruhi tata warna sekitarnya. Oleh sebab itu, para desainer
interior sangat berhati-hati dalam memilih warna politurnya bagi
rancangan warna interiornya. Namun demikian, pemilihan warna juga
sering dilakukan untuk menonjolkan penampilan benda itu sendiri agar
lebih mencolok dari benda-benda sekitarnya, misalnya pigura foto dan
lukisan yang bernilai tinggi, alat-alat musik dan perlengkapan rumah
330
tangga yang cukup mahal, sehingga menarik perhatian semua orang.
Pada prinsipnya, tahapan dan cara kerjanya hampir sama dengan
memolitur natural. Perbedaannya terletak pada penambahan pewarnaan
permukaan kayu.
PENGISIAN PORI KAYU
Gunakan wood filler jenis water base
Amplas dengan no.
80 - 180
15 menit setelah
kering, amplas habis
PEWARNAAN PERMUKAAN KAYU
Gunakan pewarnaan solvent base,
pewarna media politur
5 menit biarkan kering
tanpa diamplas
PELAPISAN PENDASARAN 1
Pelapisan dengan politur, gunakan
kuas/kaus
Amplas dengan no.
180 - 240
15 menit amplas
dengan cara basah
PELAPISAN AKHIR PERMUKAAN
BIDANG BENDA KERJA
Pelapisan dengan politur sangat cair,
kauskan cara lembab
Sumber : Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo,1997.
Gb. 10.9: Sistem Politur Warna Transparan
Catatan :
Pekerjaan pendempulan dapat dilakukan setelah proses pendasaran
yang ke-1, sehingga pembuatan dempul sesuai dengan warna
331
Bahan yang digunakan dalam tahapan politur warna transparan, adalah
sebagai berikut:
(a) Pewarna larut air dingin tranparan atau pewarna larut air
panas, sebagai contoh somba, wenter (naphtol), pewarna
batik. Dapat juga digunakan pewarna larut solvent (thinner dan
spiritus) yang berupa tepung, misalnya migrosin atau yang
telah dilarutkan dalam bentuk cairan, misalnya unistain atau
woodstain (bahan dyestuff dan aniline). Warna-warna ini
transparan atau tembus pandang, sehingga bila diaplikasikan
serat kayu akan terlihat.
(b) Bubur filler, baik yang larut air (water base) ataupun filler larut
minyak (solvent base) dengan alat penekannya, yaitu sekerap
atau kape dan kaos pengupam.
(c) Campuran politur, untuk pendasaran dan pelapisan akhir.
Untuk pendasaran : selak dibanding spiritus 1 ons : 1 liter.
Untuk lapisan akhir: 1 ons selak dengan 2,5 liter spiritus,
dilengkapi dengan pengolesannya, kain kaos perca.
Langkah dan tahapannya dapat diuraikan sebagai berikut:
(a) Bidang yang akan dipolitur berupa almari, meja, kursi, amplas
dengan baik dan noda lem, minyak dan garis-garis pensil kita
bersihkan dengan thinner atau spiritus. Yang paling baik
digunakan adalah kertas amplas no. 80 – 180.
(b) Basahi permukaan benda kerja dengan air (lebih baik air
panas suam -suam kuku) sehingga serat kayu berdiri dan
muncul di permukaan bidang politur. Kemudian, biarkan benda
kerja kering. Setelah benda kering kurang lebih 1 jam, potong
serat-serat kecil yang berdiri itu dengan menggunakan kertas
amplas nomor 180. Pengamplasan tidak boleh melintang serat
agar tidak meninggalkan bekas amplas (sand scratch). Berkas
itu akan menjadi jelas apabila terkena usapan warna sehingga
mengganggu keindahan dan menurunkan kualitas polituran.
(c) Tahap ketiga adalah pengisian pori dengan bubur filler larut
air. Bahan pengisi diusapkan dengan kain butut, atau kain
perca dengan ditekan kuat sampai kering dan pori-pori terisi
padat. Dapat pula digunakan bubur filler yang larut thinner
dengan ditekankan kape atau spatula. Setelah kering, filler
diamplas habis memakai amplas nomor 240.
(d) Untuk pengusapan warna larut air, seyogyanya tepung warna
ini dilarutkan dulu dengan air yang mendidih. Setelah dingin,
baru diusapkan ke permukaan benda kerja. Apabila kita
memilih pewarna larut spiritus, pewarna langsung dapat
diusapkan dengan kuas atau kaus perca yang ditekan merata
serta memutar. Untuk mendapatkan warna yang rata, kita
buka lipatan kaos dan lembarkan pada permukaan bidang
warna permukaan sama dan tercapai warna yang diinginkan.
332
(e) Selanjutnya kita lakukan pendasaran dengan kuas dan politur
untuk mengunci warna tadi hingga tidak luntur pada pelapisan
berikutnya.
(f) Seperti pemolituran natural, maka bidang yang telah didasari
diratakan dengan amplas basah no. 240 – 400. kemudian,
setelah kering, bersihkan tepung putih yang menutup
permukaan bidang, selanjutnya poleskan politur secara
berputar hingga pori yang masih terbuka, menjadi tertutup.
Adapun pelapisan akhirnya harus dipoleskan dan ditekan
secara kuat searah serat dengan kaos yang apuh tidak terlalu
basah, sampai hasilnya menutup pori, halus dan mengkilap.
Cara membuat larutan politur dengan selak kuning atau selak putih.
membuat politur selak putih
campuran politur untuk
pelapisan dasar
1 liter spiritus + 1 ons selak
membuat politur selak kuning
campuran politur untuk
pelapisan akhir
2,5 liter spiritus + 1 ons selak
Sumber : Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo,1997.
Gb. 10.10: Cara Membuat Larutan Politur
333
3.4.3. Politur Kedap Warna
Politur kedap warna atau politur dengan warna menutup (solid colour
atau opaque) sering digunakan untuk memolitur aksen-aksen perabot.
Kadangkala bahan ini digunakan untuk memolitur papan kaki almari,
supaya tidak cepat kotor dan serat kayu yang tertutup lebih awet
terhadap air maupun cahaya.
Warna yang umum dipakai adalah warna pigmen atau warna tepungtepungan yang akan padat menutup gambar pola serat, serta umumnya
berwarna tua, misalnya hitam, coklat.
PENGISIAN PORI KAYU
Gunakan wood filler jenis water base
Amplas dengan no.
80 - 180
15 menit setelah
kering, amplas habis
PEWARNAAN PERMUKAAN KAYU
Gunakan pewarnaan solvent base,
pewarna media politur
5 menit biarkan kering
tanpa diamplas
PELAPISAN PENDASARAN 1
Pelapisan dengan politur, gunakan
kuas/kaos
Amplas dengan no.
180 - 240
15 menit amplas
dengan cara basah
PELAPISAN AKHIR PERMUKAAN
BIDANG BENDA KERJA
Pelapisan dengan politur sangat cair,
kauskan cara lembab
Sumber : Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo,1997.
Gb. 10.11: Sistem Politur Kedap Warna
Catatan :
Pekerjaan pendempulan dapat dilakukan setelah proses pengisian pori,
sehingga pendempulannya dapat tertutup dengan warna kedap.
334
Tahapan prosesnya diuraikan sebagai berikut.
(a) Setelah benda kerja dipersiapkan
permukaannya,
yaitu
sudah
diamplas halus, kemudian diisi filler
dan setelah diamplas halus kembali,
barulah dilakukan proses pewarnaan
menutup serat.
(b) Warna pigmen, umunya hitam,
coklat, maroon, atau lainnya,
dicampurkan dengan larutan politur
dasar seperti membuat larutan kopi.
Oleskan selapis merata keseluruh
permukaan, tunggu hingga kering
sempurna, yaitu kurang lebih ¼ jam.
Kemudian, ulangi lagi pengolesan
beberapa lapis sampai tebal dan
menutup serat kayu.
(c) Setelah kering, kaoskan politur
dasar hingga menutup semua
permukaan warna. Hal itu bertujuan
agar warna tidak terkikis sewaktu
perataan dengan amplas.
(d) Setelah cukup kering, amplas
permukaan dengan kertas amplas
nomor 240 – 400 hingga permukaan
benda
rata
dengan
cara
pengamplasan basah.
Sumber : Reka Oles Mebel Kayu,
Agus Sunaryo, 1997.
Gb. 10.12: Proses Politur
Kedap Warna
(e) Kemudian, seperti tahap politur
lainnya, kauskan dengan apuh dan
tekan searah serat kayu hingga
lapisan politur menutup rata halus
dan mengkilat.
335
3.5.
Masalah pada Politur dan Perbaikannya
3.5.1. Noda air panas pada politur
Piring dan gelas yang dipakai untuk air panas, sup panas, dan tetesan air
yang panas, sering meninggalkan noda putih. Bercak ini tidak begitu saja
hilang dengan bahan penggosok yang terbuat dari abu rokok dicampur
dengan minyak orbolin (minyak kelapa). Pengaruh benda atau zat panas
yang melelehkan permukaan bidang politur (penyok) tak dapat diatasi
hanya dengan diusap dengan penggosok abu minyak kelapa. Perlu
dilakukan perataan permukaan secara basah dengan menggunakan
kertas amplas nomor 100. Apabila sudah rata betul, permukaan dapat
dikilapkan kembali dengan menggosoknya dengan obat penggosok abu
minyak atau penggosok seperti KIT, Braso atau Sanpoly yang berbahan
pelicin silikon. Namun, apabila pada perataan dengan amplas permukaan
botak, terlihat kayu aslinya maka diadakan pengaosan kembali di tempat
botak tersebut. Jika permukaan telah mempunyai lapisan politur yang
cukup tebal, lakukan pengamplasan ringan kemudian kaoskan politur
yang diencerkan dua setelah kali, sehingga rata keseluruhan.
Pengenceran politur ini akan memperingan pengausan. Hasilnya juga
mengkilap.
3.5.2. Cacat pukul pada permukaan politur
Sering kita alami dalam pemakaian perabot sehari-hari, mebel kejatuhan
benda keras, terpukul peralatan olah raga, atau benda-benda lain tanpa
sengaja. Bahkan, dalam proses pembuatannya sering karena kurangnya
perhatian para pekerja, permukaan mebel terbentur perabot lain, atau
kena palu hingga terjadi cacat pukul yang menurunkan kualitas
permukaan politur. Demikian pula, pada saat pengiriman perabot ke
pemesan, sering terjadi benturan dengan perabot lain sewaktu
menaikkan dan menurunkan barang sehingga akhirnya permukaan politur
rusak ke dalam. Bukan hanya permukaan politur saja, bahkan sering
cacat sampai kayunya. Jikalau cacat pukul itu tidak menyobek serat kayu,
yakni sekedar eles cekung ke dalam maka pengembalian kerataannya
mudah, yaitu dengan siraman air panas pada cekungan itu. Dalam
beberapa menit permukaanya akan rata kembali, setelah itu kita perbaiki
lapisan politur dengan mengamplas basah dengan amplas halus nomor
400 serta kita oleskan beberapa kali larutan politur hingga rata sempurna.
Adapun bagi cacat pukul yang melukai dan memotong serat kayu, tidak
ada jalan lain kecuali mendempulnya. Adonan dempul dibuat dibuat dari
lilin putih dicampur dengan oker sesuai dengan warna kayu dan direbus
hingga leleh rata. Kemudian, dengan sekerap diisikan dan ditekan ke
cacat lubang. Setelah rata, oleskan politur hingga mengkilap sempurna.
Apabila warna dempul belum sama dengan warna berpelarut politur,
usap dan ratakan dengan kuas Cina atau kuas pensil lapis demi lapis
336
hingga merata sempurna. Kemudian oleskan larutan politur titpis-tipis
sampai mengkilap rata. Dalam istilah finishing perabot, pekerjaan ini
disebut touch up. Biasanya ada bagian tersendiri atau orang khusus yang
melayani touch up, yaitu setelah proses pengontrolan kualitas. Ia
menangani barang yang tolak uji finishing-nya. Mereka melengkapi diri
dengan berbagai peralatan perbaikan secara lengkap walau terbatas.
Bagian ini sangat penting karena barang tolak uji, perbaikinya tak
mengganggu proses produksi yang sedang berjalan.
3.5.3. Finishing Ulang bagi politur yang lama dan rusak cahaya
Politur yang lama berbeda dengan bidang berpolitur yang rusak terkena
sinar matahari langsung (kosen dan pintu bagian luat), atau perabot yang
hanya sekedarnya dan tidak langsung diterpa sinar matahari, almari
dekat jendela misalnya. Perabot yang berpolitur lama sering kali masih
berpenampilan baik namun karena akan diubah warnanya perlu
dilakukan pengetesan apakah permukaan masih cukup baik sebagai
dasar cat atau politur yang baru. Lain halnya dengan politur rusak
cahaya. Warna telah memudar atau barangkali lapisan filmnya telah retak
dan berwarna kehitaman karena pembakaran oleh ultra violet sinar
matahari. Karena itu, lapisan politurnya harus dikerok dan dibuang,
diganti dengan lapisan politur baru yang dikehendaki.
Berbeda dengan politur lama, mungkin penampilannya masih baik tetapi
ketahanannya sudah tidak seperti yang baru lagi. Untuk mengujinya, kita
menggoreskan ujung punggung kuku ibu jari. Apabila bekas goresan
rapuh dan putih mengapur, maka lapisan itu telah rentan dan tak cocok
untuk landasan politur baru. Sebaiknya permukaan dikerok atau
dilarutkan saja. Apabila bekas goresan kuku hanya sedikit kusam dan
sedikit putih, berarti lapisan politur ini masih cukup baik, dan bisa dipakai
sebagai dasar politur baru. Dalam finishing ulang bagi politur yang sudah
tua, sering kali kita mengalami kesulitan membuang lapisan politur tua.
Banyak orang menggunakan pecahan kaca untuk mengerok lapisan
tersebut. Ada pula yang melunakkan permukaan dengan spiritus dan
mengeroknya dengan kuat. Sebagian langsung mengamplasnya dengan
kertas amplas yang kasar hingga kelihatan kayunya lagi. Sekarang kita
bisa menggunakan bahan-bahan kimia untuk melunakan lapisan politur,
hingga mudah dilepaskan dari permukaan kayu. Sering digunakan NaOH
atau larutan soda api. Menurut hemat kami, di samping mengubah warna
kayu (sebagian kayu menjadi coklat kehitaman), cara itu juga merepotkan
aplikasinya. Banyak juga yang memakai HCL atau asam klorida. Asam ini
dijual di toko besi atau toko kimia, sangat efektif untuk melunakan lapisan
politur tua, tetapi bau asamnya sangat menyengat. Bila
menggunakannya, sebaiknya kita memakai masker. Bahan yang paling
sesuai ialah pelepas lapisan politur, yang dijual dengan sebutan remover.
337
(a) Remover dapat dioleskan langsung
pada permukaan lapisan politur
yang
akan
dibuang.
Tutup
permukaanya
dengan
kertas
aluminium foil beberapa saat,
kurang lebig 5 – 10 menit, sehingga
lapisan politurnya akan melunak.
Apabila tidak ada aluminium foil,
tanpa ditutup pun remover dapat
bereaksi melunakan politur, hanya
saja
bahan
cepat
menguap.
(b) Dengan menggunakan sekerap atau
kape, lapisan politur lama dapat
dengan mudah kita kero. Sebaiknya
dijaga jangan sampai melukai kayu.
Sumber : Reka Oles Mebel Kayu,
Agus Sunaryo, 1997.
(c) Apabila permukaan sudah bersih
betul, sehingga kelihatan warna asli
kayunya, permukaan kayu kita usap
dan kita bersihkan dari efek remover
dengan kaus yang dibasahi dengan
spiritus hingga netral kembali.
Selanjutnya dapat kita lakukan
pemolituran kembali.
Gb. 10.13: Finishing Ulang
Politur Lama &
Rusak
4. Mengerjakan Finishing dengan Teknik Semprot
4.1.
Jenis Alat Pengukur Kekentalan (Viscositas)
Karena adanya perbedaan jenis kelompok fluida yakni Newton dan nonNewton, alat ukur yang dipakai pun dikelompokkan berdasarkan sifat
fliuda tersebut. Untuk jenis alat pengukur yang encer, dapat digunakan
prinsip pengukuran dengan berdasarkan aliran.
Bagi objek pengukuran non-Newton, yaitu kelompok lekatan dan likuida
kental, dapat digunakan alat ukur dengan berdasarkan prinsip mudah dan
tidaknya suatu alat pengaduk di dalam likuida itu berputar.
Hal itu diukur dengan beberapa jumlah putaran per menit atau dapat pula
dengan berapa detik alat aduk berputar dalam lekatan setiap 100
putaran.
338
Secara garis besar, alat ukur kekentalan bahan finishing dapat dibagi
menurut tabel dibawah ini.
No.
Jenis Metode
Satuan Bahan
Satuan
01. Ford cup no. 4
Perbandingan
pengenceran cat
kekentalan rendah
detik
02. Viscometer Stormer
Likuida non-Newton
Nilai KU
03. Viscometer brookfield
Likuida Mewton & nonNewton
M. Pa.s (cP)
04. Viscometer Gardner
Cat jenis transparan
Simbol huruf
atau stokes
Tabel 10.3. Metode Pengukuran Kekentalan
Catatan :
[ Viscometer jenis ford 4 paling banyak dipakai di dalam pengukuran
kekentalan bahan reka oles.
[ Di Jepang, para aplikator reka oles menggunakan viscometer Nk 2,
yaitu sejenis viscometer Ford 4, namun ½ kali lebih kecil semua
ukurannya dibanding Ford 4. Volumenya 50 cc sedang diameter
lubang alirnya 2 mm. Ford cup 4 dua kali lebih besar ukurannya, baik
volumenya maupun lubang alirnya.
4.2. Cara Mengukur Kekentalan
Mengukur kekentalan bahan, sangat penting dalam aplikasi finishing
kayu, khususnya bagi metode penyamprotan dengan menggunakan
pistol semprot.
Kekentalan yang berbeda berarti ada perbedaan pada bahan padat yang
dikandung cat atau bahan finishing. Jika dalam beberapa kali
pencampuran kekentalannya tidak sama, terjadilah hasil penyemprotan
yang berbeda kepadatan lapisan-lapisannya. Terjadilah penampilan yang
tidak sama kegilapannya antara bidang yang satu dengan bidang yang
lainnya, antara satu perabot dengan perabot lainnya, walaupun sama
jenis bahannya.
Kekentalan yang berbeda menimbulkan kesulitan dalam menyemprot
dengan baik, karena kadang terjadi cacat air (saging), kadang kala juga
339
tidak. Hal ini khususnya terjadi pada penyemprotan bidang tegak perabot
dan benda kerja yang berdiri vertikal. Pada kekentalan rendah, sering
terjadi cacat alir sedang pada yang tinggi tidak merata permukaannya.
Hasilnya sesekali bagus, lain kali tidak, tidak pernah konstan.Padahal
diharapkan prestasi yang mantap. Hal itu hanya dapat dicapai apabila
selalu dilakukan pengembangan dan yang terpenting adalah pengukuran
kekentalan bahan finishingnya.
Sebagian aplikator finishing kayu, sering mengandalkan perbandingan
campuran antara bahan cat dengan thinnernya, misal 1 berbanding 1. Hal
itu belum tentu benar, walaupun telah biasa dipakai sehari-hari.
Seringkali kekentalan dari pabrik tidak sama. Kadangkala cat sudah mulai
menjadi gel atau mengental mendekati kekentalan agar-agar akibat
penyimpangan yang terlalu lama, sehingga metode perbandingan tidak
dapat dipertahankan lagi.
Pada perusahaan yang berskala besar dengan jumlah produksi besar,
ada kalanya pencampuran dilakukan sekaligus lebih dari satu atau dua
pail (satu pail ± 20 liter). Pada waktu pemakaian pail-pail tadi sering tidak
ditutup dengan rapat. Akibatnya thinner pengencernya menguap. Hal ini
menyebabkan pencampuran atau larutan yang semula sesuai dengan
kekentalan aplikasi, menjadi tidak cocok lagi. Tidak mengherankan
apabila hasilnya tidak sama kegilapannya. Oleh sebab itu ada baiknya
menguji ulang kekentalan campuran yang dipakai pada tengah-tengah
proses, khususnya apabila tutup kaleng persediaan terbuka atau tidak
ada penutupnya.
Banyak tukang dan aplikator finihsing kayu menganggap pengukuran
kekentalan cat hanya menambah pekarjaan semata. Tukang semacam
itu belum melihat arti strategis dan ekonomis penanganan kekentalan cat
dalam proses aplikasi pekerjaan finishing.
Selain jenis finishing pelapisan tepung leleh panas (powder coating
system), semua bahan harus diukur kekentalannya baik ketika
penerimaan pasokan waktu pambelian maupun pada saat pencampuran
dan pengenceran sewaktu aplikasi di tempat kerja.
Ternyata tidak hanya cat dan pelapis finishing saja yang harus diukur
kekentalannya. Dempul dan wood filler pun perlu diukur kekentalannya
atau vikositasnya. Hal itu perlu bagi finishing yang berpenampilan kedap
film, karena pori-pori harus diisi dengan wood filler. Apabila kekentalan
filler tidak sama, kepadatan dempulnya berbeda juga. Setelah kering
akan terjadi susut yang berbeda, sehingga pasti berbeda pula hasil
kerataannya.
340
Tidak semua likuida atau jenis produk lelehan dapat diukur
kekentalannya dengan alat kekentalan yang sama. Alat pengukur
kekentalan campuran cat duko atau nitrocellulose enamel berbeda
dengan alat pengukur kekentalan bagi dempul abu-abu duko atau putty
grey. Hanya yang bersifat cair seperti air, cairan melamine, oli dan
berbagai cairan bahan finishing yang dapat mengalir karena gaya berat
serta sesuai dengan persyaratan perhitungan Hukum Newton tentang
gravitasi, dapat diukur dengan alat kekentalan yang sama.
Sedang lelehan atau likuida yang kental sekali, seperti cat opaque,
dempul abu-abu, wood filler dan cat coating yang sering karena lekat dan
kentalnya, tidak mudah menetes, dikelompokkan sebagai likuida nonNewton. Pengukurannya dengan alat ukur kekentalan yang berbeda pula.
4.3. Pengukuran Viscositas Metode Ford Cup
Yang dapat diukur dengan Ford Cup 4 adalah kekentalan rendah, seperti
air, sanding sealer, wash coat, top coat. Prinsip pengukurannya
berdasarkan lama waktu alir setelah penutup kaca dibuka. Dengan
membuka tutup kaca, terbuka kesempatan tekanan dari atas sehingga
memungkinkan terjadinya aliran. Waktu alir tersebut dinyatakan dalam
satuan detik. Pengukuran dilakukan sejak dibukanya lubang alir sampai
titik tetes terakhir cairan yang diukur. Waktu ukur contoh cairan yang
kental, lebih lama dari pada contoh campuran yang encer.
Bentuk asli alat ukur keketalan jenis ford cup 4 menggunakan standar
atau rangka kaki dengan penutup kaca serta dilengkapi dengan petunjuk
kerataan permukaan atau waterpas.
Demi kepraktisan dan keringanan harga, kemudian diciptakan alat yang
lebih praktis. Alat ini terbuat dari plastik atau ebonit, harganya pun jauh
lebih murah (lihat gambar ford cup 4 cara benam angkat).
Jenis ford cup 4 yang kedua ini tidak dilengkapi dengan standar
kaki,hanya bertangkai lengkung untuk pegengan.
Jenis yang ketiga adalah jenis yang biasa digunakan di Jepang yaitu NK
2 cup, yang merupakan miniatur dari ford cup 4. Ukuran NK 2 hanya
setengah ukuran F4, baik volume maupun besar diameter lubang alirnya.
Meskipun sama, hasil pengukurannya sangat berbeda. Perbedaan gaya
berat atau gaya tarik bumi sangat mempengaruhi hasil pengukuran,
sehingga harus dibuatkan tabel konversinya.
Oleh sebab itu, setiap orang yang mendalami bidang finishing harus
mencantumkan jenis mangkuk pengukurnya, kalau menuliskan
kekentalan cat. Misalnya : 12.5 detik F4, 12.5 detik NK2
341
Sumber: Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo, 1997
Gb. 10.14. Ford Cup 4 dengan Rangka Kaki
4.3.1. Langkah Pengukuran Viscositas menggunakan Ford
Cup 4 dengan Rangka Kaki:
Sumber: Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo, 1997
Gb. 10.15. Pengukuran Viscositas dengan Ford Cup 4
342
(a) Usahakan suhu ruang maupun suhu badan cat serta peralatan
ukur berkisar antara 200C.
(b) Di negara tropis, hal ini hanya dapat dicapai di dalam ruang
berpengatur suhu (ruang ber-AC).
Suhu besar sekali
pengaruhnya terhadap kekentalan. Dalam praktik di negaranegara tropis, dapat digunakan suhu ruang sekitar 24 – 300C asal
dalam hubungan internasional hendaknya disebutkan suhu yang
dipakai sewaktu pengukuran dilaksanakan.
(c) Siapkan Ford 4 beserta rangka kakinya dengan baik, tempatkan
kaca diatasnya, kemudian atur kerataan horizontal bagi mangkuk
dengan baik. Selanjutnya tempatkan tabung penerima aliran dari
pengukur.
(d) Tutup mulut lubang alir di bawah mangkuk dengan karet yang
kedap. Tuangkan cairan contoh cat sementara karet masih
ditutup. Tutupkan kaca dengan cara menggeser permukaan
mangkuk di sisi atas. Usap dan bersihkan sisa lelehan, sekalian
lepaskan tutup karet bawah.
dipenuhi bahan finishing
(e) Bersamaan dengan permukaan
kaca, tekan tombol stop-watch.
Jika aliran telah turun sampai
tuntas, tetes terakhir merupakan
akhir pengukuran.
Didapatkan penunjukkan waktu
alir,
tinggal
sekarang
pembulatan sampai satu desimal
di belakang koma.
Lubang Pancuran
Sumber: Fachkunde – Holztechnik, Dipl.Ing. Wolfgang Nutsch, 2005
Gb. 10.16. Penampang Ford Cup 4
343
4.3.2. Langkah Pengukuran Viscositas menggunakan Ford
Cup 4 dan model NK 2 cup secara benam angkat:
(a) Tuangkan cairan cat yang
telah diencerkan ke dalam
tabung sedemikian rupa
sehingga mencapai tepi atas
mangkuk pengukur, atau
sekurang-kurangnya 350 ml,
pada kaleng berdiameter 8
cm.
Sumber: Reka Oles Mebel Kayu, Agus
Sunaryo, 1997
Gb. 10.17. Ford Cup 4 dan NK 2
(b) Lakukan pengukuran pada
suhu ruang, terbaik pada
suhu 200C. Kalau suhu ruang
lebih tinggi, cantumkan suhu
ukur di belakang besaran
waktu.
(c) Benamkan mangkuk F4 ke
dealam tabung cat, sehingga
seluruh tabung terisi penuh
dengan cairan cat.
(d) Angkat hingga permukaan
tepi atas rata dengan
permukaan cat.
Sumber: Reka Oles Mebel Kayu, Agus
Sunaryo, 1997
Gb. 10.18. Mengukur Viscositas
dengan Ford Cup 4 secara
benam angkat
(e) Angkat
mangkuk
ukur
kekentalan tersebut sambil
menekan tombol start stopwatch. Tunggu hingga tetes
terakhir, tekan tombol lagi.
Hasil
pembacaan
menunjukkan jumlah nilai
kekentalan cat yang diukur.
Bila hasilnya terlalu kental,
encerkan sesuai dengan
kebutuhan.
344
4.4.
Kelengkapan Pistol Semprot (Spray-gun)
Sumber: Fachkunde – Holztechnik, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005
Gb. 10.19. Bagian-bagian Spray Gun
Pistol semprot dikatakan mempunyai kelengkapan yang baik bila
memiliki:
1. Saluran Udara
9. Tudung Semprot Cairan
2. Katup Penutup Udara
10. Tudung Semprot Udara
3. Pengatur Volume Cairan
11. Udara untuk Pancaran Melebar
4. Pengatur Bentuk Pancaran
12. Udara untuk Pancaran Bundar
5. Tingkat Pancar Pengatur
13. Pengatur
Bundar-Lebar
6. Tabung Atas Cairan
14. Penarik Semprotan
7. Aliran Cairan
15. Penutup Udara
8. Jarum Pembuka Cairan
345
Keluarnya
pancaran udara
Pancaran tegak, bila
tudung diatur horisontal
Pancaran datar/melebar,
bila tudung diatur vertikal
Pancaran bundar, bila
tudung diatur miring
Sumber: Fachkunde – Holztechnik, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005
Gb. 10.20. Mengatur Bidang Pancar Spray-gun
4.5.
Persiapan Pistol Semprot
Persiapan yang harus dilakukan pada perlengkapan pistol dalam
penyemprotan meliputi :
(a) Pemeriksaan kebersihan pistol semprot, terutama alat percik,
tudung udara, tabung cat, saluran cat (pipa) dan katup pengatur
yang berasal dari teflon serta tudungnya.
(b) Pemilihan alat percik yang tepat (diameter lubangnya)
(c) Pengaturan tekanan udara yang disesuaikan dengan cara
menyemprot maupun volume bahan yang keluar.
(d) Penyesuaian baut pengatur volume bahan yang akan
disemprotkan.
(e) Pengaturan katup pengatur bentuk tekanan, pancaran kipas angin
bulat / lebar, juga posisi pancar tegak atau mendatar.
(f) Pengencangan tiap baut dan pengencangan kebocoran pada
saluran, agar tidak terjadi penyemprotan yang terputus-putus.
Selain baut pengatur volume cairan bahan finishing, masih ada dua hal
yang juga mempengaruhi jumlah volume keluaran bahan cairan :
(a) Penyetelan panjang dan pendeknya jarum pancar. Semakin
pendek jarum pancar, semakin banyak volume cairan.
(b) Pemilihan diameter lubang pancar pada nozle (alat percik).
Semakin besar lubang diameternya semakin besar pula keluaran.
346
Sumber: Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo, 1997
Gb. 10.21. Pengatur Volume Bahan yang Keluar
4.6.
Cara Menggunakan Pistol Semprot
Sumber: Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo, 1997
Gb. 10.22. Potongan Belah Spray-gun dan Fungsi Bagian-bagiannya
347
Cara menyemprot sangat mempengaruhi hasil pelapisan. Pistol yang
telah dipersiapkan dengan baik tidak akan berarti banyak apabila tidak
disertai pengendalian pistol semprot dengan benar selama proses
aplikasi.
Disamping itu perlakuan terhadap bermacam-macam bentuk, posisi,
dimensi dan keadaan benda kerja harus dikuasai. Dalam pembahasanini
akan diberikan resep sederhana tentang kiat menyamprot itu.
Oleh karena penggunaan pistol konvensional atau jenis air spray sudah
membutuhkan keahlian tinggi, maka cara menyemprot dengan pistol
konvensional bertabung hisap dapat dipaki guna mewakili semua cara
aplikasi reka oles dengan metode semprot.
Dalam memilih pistol semprot, perlu diperhatikan juga kelengkapankelengkapan atau fasilitas pada pistol tersebut, yang akan berguna bagi
peningkatan kuantitas maupun kualitas hasil penyemprotan
4.7.
Pengendalian Pistol Semprot
Pengendalian pistol semprot mencakup cara kita memegang,
mengarahkan, dan mengatur beberapa hal sebagai berikut :
4.7.1. Jenis pancaran
Jenis pancaran harus sesuai dengan kedudukannya dan bentuk benda
kerja. Pancaran datar dan tegak dipakai untuk benda lebar serta
kedudukannya vertikal dan mendatar, sedang untuk benda sempit (kecil)
digunakan pancaran yang bundar atau vertikal, dengan gerakan
penyemprotan yang cepat.
Sumber: Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo, 1997
Gb. 10.23. Aplikasi Jenis Pancaran pada Bidang Kerja
348
4.7.2. Jarak semprot
Jarak semprot ialah jarak antara pistol dengan permukaan benda kerja,
umumnya 15 – 20 cm. Bila jarak semprot terlalu kecil, serta volume
keluaran tidak disesuaikan, akan timbul cat yang meleleh atau mengalir
ke bawah. Bila jarat pistol terlalu jauh, intensitas kepadatan kabut
semprot akan berkurang, sehingga akan didapat pelapisan permukaan
yang kasar. Karena besarnya jarak, partikel cat menjadi kering sebelum
menempel dipermukaan kayu atau benda kerja. Akibatnya, sifat merata
cairan (leveling) serta tingkat kegilapannya berkurang. Apabila jaraknya
makin besar, bentuk bidang pancar meningkat lebarnya, penempelan
bahan reka oles tipis. Jika jarak semprot mengecil, bentuk bidang pancar
menyempit, penempelan bahan reka oles menebal dan mudah leleh.
Sumber: Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo, 1997
Gb. 10.24. Jarak Semprot
4.7.3. Sudut semprot
Sudut semprot berpengaruh juga terhadap hasil pelapisan yang merata.
Pistol semprot sedapat mungkin diarahkan tegak lurus pada benda kerja.
Pistol semprot yang miring mengakibatkan penyemprotan cat tidak
merata. Hanya gerakan pistol yang sejajar dan tegak lurus dengan
bidang semprot menjamin hasil pelapisan yang merata.
Gerakan melengkung seperti mengayun pada saat menyemprot
menyebabkan bagian tengah benda kerja terlalu banyak mendapat cat.
Pelapisan cat ini cenderung meleleh turun. Karena itu, perlu diperhatikan
bahwa sudut semprot harus konstan dan paralel dengan bidang benda
kerja, sekali-kali tidak boleh mengayun, sehingga gerakannya lurus tidak
melengkung. Dengan demikian, dapat dipastikan pelapisannya memiliki
intensitas ketebalan yang sama.
349
Sumber: Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo, 1997
Gb. 10.25. Sudut Semprot
Sumber: Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo, 1997
Gb. 10.26. Pemegangan Pistol Semprot
350
4.7.4. Kecepatan semprot
Pada penyemprotan yang lambat, lapisan semprot menjadi tebal dan ada
kemungkinan meleleh. Bila penyemprotan dilakukan dengan kecepatan
tinggi atau terlalu cepat gerakannya, hasil pelapisannya akan kasar dan
tipis. Oleh sebab itu sangat perlu bagi para pemula yang sedang
mendalami penyemprotan bahan finishing untuk melatih diri dengan
cermat secara kontinyu.
Atur kecepatan semprot hingga menjadi satu dengan perasaan, seperti
halnya orang menarik kuas cat. Untuk mendapatkan kecepatan yang
baik, kami sarankan untuk menyemprot dengan kecepatan 20 meter per
menit bagi finishing jenis melamine. Adapun untuk jenis yang lain, seperti
nitrocelulose, dapat lebih cepat lagi, misalnya dengan kecepatan gerak
35 sampai 40 meter per menit.
Cara melatih kecepatan semprot, siapkan lebih dahulu fasilitas sbb:
(a) Pistol semprot yang kosong, sebagai alat peraga
(b) Sediakan stop watch atau arloji uantuk menghitung waktu
penyemprotan
(c) Ukuran pada dinding atau diatas daun meja suatu jarak sepanjang
1 meter
Cara melakukan latihan kecepatan
penyemprotan adalah sebagai
berikut:
[ Lakukan penyemprotan simulasi
atau peragaan kering di depan
garis berjarak 1 meter.
[ Arahkan pistol semprot pada salah
satu ujung garis, dengan jarak 15
– 20 cm, begitu gerakan pertama
dimulai, stop watch kita tekan dan
biarkan
dia
terus
berjalan
sementara kita masih tetap
menggerakkan
penyemprotan
kering, secara bolak-balik dengan
kecepatan konstan dan jarak tetap
25 – 20 cm, paralel dengan bidang
kerja.
Sambil
menyemprot
mintalah
orang
lain
untuk
menghitung berapa kali kita telah
melewati garis 1 meter. Setelah
Sumber: Reka Oles Mebel Kayu, Agus
Sunaryo, 1997
waktu
menunjukkan
1menit,
matikan stop watch dan jumlah
Gb. 10.27. Latihan Kecepatan
yang telah dihitung merupakan
Penyemprotan
kecepatan semprot kita.
351
Misalnya hasil perhitungan 40 kali atau setara dengan 40 meter per
menit, maka penyemprotan kita masih terlalu cepat. Jika benar-benar
untuk menyemprot bahan finishing melamine hasilnya akan kasar.
Perlambat setengah kali, sehingga mendekati kecepatan 20 meter per
menit atau satu menit sebayak 20 kali melewati garis yang kita buat.
Untuk itu diperlukan latihan sacara kontinyu pada papan latih yang
bergaris, sampai didapatkan kecepatan yang cocok, dan sampai dirasa
menyatu dengan perasaan. Setelah melatih dan berpraktik dengan
sungguh-sungguh sekitar 70 jam, maka keterampilan meyemprot dapat
dikuasai.
Sumber: Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo, 1997
Gb. 10.28. Mengukur Volume Bahan yang Keluar
4.7.5. Jumlah volume yang keluar
Bahan yang keluar sebagai partikel lembut aan melapisi permukaan
benda kerja sehingga memberikan ketebalan tertentu.
Ketebalan ini berkaitan erat dengan jumlah volume bahan finishing yang
disemprotkan oleh pistol semprot.
Banyak sedikitnya volume bahan yang keluar dapat diatur dengan cara
memutar baut pengatur jarak jarum penutup.
Dengan memutar ke kiri, jarak antara lubang percik dengan ujung jarum
lebih kasar, sehingga cat atau bahan finishing keluar lebih banyak.
352
Jumlah volume keluaran yang ideal untuk jarak dan kecepatan semprot
diatas adalah 75 – 100 ml per menit. Pengukuran dapat dilakukan
dengan cara mengisi lubang semprot dengan air atau thinner sebayak
300 ml. Kemudian putar baut pengatur keluaran ke kiri satu putaran.
Semprotkan air atau thinner sambil menghitung stop watch atau jarum
detik pada arloji selama satu menit. Selanjutnya ukur sisa yang masih
tertinggal di dalam tabung dengan tabung ukur atau gelas ukur, sehingga
akan diketahui berapa milimeter banyaknya volume keluaran semprotan.
Dengan mengukur dan mengatur ulir berkali-kali akan dengan mudah
diketahui barapa putaran ke kiri harus dilakukan.
4.7.6. Jumlah pelapisan dan me tode tumpang lapis
Pelapisan harus diperhitungkan agar tidak terlalu tebal atau terlalu tipis
sehingga kemampuan menutup bahan tidak sesuai dengan kebutuhan
dan persyaratan yang benar.
Dengan pistol semprot konvensional, misalnya jenis tabung alir jumlah
pelapisannya boleh mencapai tiga lapis keseluruhan, dengan
memperhatikan setiap garis semprot harus ada bagian yang tumpang
lapis (over laping). Metode tumpang lapis ini harus separuh dari bidang
pancar yang disemprotkan sebelumnya. Dengan kata lain, tumpang lapis
atau over lapingnya sebanyak 50% seperti pada ilustrasi berikut.
Sumber: Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo, 1997
Gb. 10.29. Penyemprotan dengan Metode Tumpang Lapis
353
4.7.7. Tekanan angin yang diperlukan
Tekanan angin sesuai dengan volume bahan dan bidang pancar yang
telah diuraikan di depan yang boleh digunakan sebesar 1 sampai 1,5 bar.
Bagi pistol yang tanpa alat pengatur tekanan udara, dapat dilakukan
pengaturan tekanan dengan meyetel pada regulator udara, yang pada
umumnya menjadi satu dengan filter penampung air pipa instalasi.
Jenis pistol tabung isap, maupun tabung air yang telah dilengkapi dengan
baut pengatur tekanan angin, mudah diatur. Hanya dengan memutar ke
kiri, tekanan maupun volume angin akan menjadi lebih tinggi.
Untuk penyetelan dan pengontrolan berapa besar tekanan udara yang
keluar dari tiap-tiap pistol, dapat digunakan alat kalibrasi buatan sendiri.
Dari bahan sederhana, alat itu bisa digunakan bagi keperlan kalibrasi
atau peneraan.
Sumber: Reka Oles Mebel Kayu, Agus Sunaryo, 1997
Gb. 10.30. Kalibrasi Tekanan Udara pada Pistol Semprot
Kalibrasi sederhana untuk tekanan udara pada pistol, seperti berikut ini:
(a) Pertama, kita buka baut pengatur tekan udara ke arah kiri
sehingga full atau buka penuh (terdapat pada bagian bawah
pegangan pistol semprot).
(b) Kemudian, kita hubungkan dengan kompresor atau regulator yang
telah terpasang di instalasi udara yang bertekanan 1 bar. Pistol
ditiupkan pada penggaris mika (seperti gambar ilustrasi di atas)
dengan jarak 20 cm. Penggaris akan melengkung sampai satu
354
garis batas. Batas maksimal lengkung kita tandai dengan angka 1,
selanjutnya tinggikan tekanan udara pasok dengan mengatur
tekanan udara 1,5 bar, selanjutnya 2; 2,5 serta 3, dan seterusnya.
Dengan demikian kita dapat skala yang empiris pada dinding
skala ke kanan yang dapat dipakai untuk kalibrasi keausan ventil
teflon, maupun penyetelan secara tepat jumlah putaran baut
tekanan.
(c) Di dalam praktik sehari-hari pengaturan penyetelan baut pembuka
tekanan udara dapat dengan memanfaatkan alat kalibrasi
sederhana tadi, yaitu dengan cara mem empatkan atau
mengencangkan baut tekanan sehingga mati atau menutup
penuh. Selanjutnya, dapat kita tera dengan alat kalibrasi tekanan
yang kita perlukan. Sebagai contoh, bila tekanan 1 bar, maka baut
pengatur tekanan dibuka 1 putaran. Sebelumnya tandai dulu
dengan goresan atau tanda drip pada lingkaran puncak baut
pengatur tekanan, sehingga memudahkan pengontrolan jumlah
putaran.
4.7.8. Kekentalan bahan finishing untuk penyemprotan
Selain tekanan udara yang sesuai dan volume bahan yang cocok,
kecepatan gerak penyemprotan harus tepat. Keberhasilan semprotan
dipengaruhi pula oleh pengaturan kekentalan bahan cat dan bahan
finishing lainnya.
Banyak alat yang dapat dipakai untuk mengatur kekentalan. Dibenamkan
dalam cairan sehingga penuh sebanyak 100 ml, dialirkan sehingga
kosong dengan waktu 12,5 detik.
Kekentalan ini
keberhasilan
penyemprotan.
sangat penting
penampilan
bagi
hasil
Dengan pengaturan kekentalan yang cocok,
akan diperoleh hasil permukaan gilap yang
merata dalam satu bidangnya dan dengan
perabot lainnya.
Begitu juga dapat dihindari cacat leleh
(saging) yang sering kali dialami pada
kebanyakan tukang semprot.
Sumber: Reka Oles Mebel
Kayu, Agus Sunaryo, 1997
Gb. 10.31. Ford Cup 4
Sebagai acuan umum, dapat kita gunakan
mangkuk kekentalan yang ditemukan oleh
Ford, yaitu F4 Cup. Untuk jenis bahan
finishing melamine dapat dipakai kekentalan
antara 12,5 sampai 13 detik F4.
355
4.8.
Langkah Kerja Aplikasi Sistem Finishing
Pedoman langkah kerja sangat membantu seseorang untuk melakukan
pekerjaan secara urut menurut prosedur dan standar kerja yang
disyaratkan. Berikut ini akan diuraikan langkah kerja beberapa aplikasi
sistem finishing diantaranya adalah:
4.8.1. Sistem Melamine Warna Transparant
4.8.2. Sistem Melamine Warna Enamel
4.8.3. Sistem Finishing Alkyd Synthetic Resin Enamel
PENGISIAN PORI KAYU
Menggunakan : Wood filler solvent base atau water base
Amplas
80 – 180
5 menit
Amplas habis
PEWARNAAN CARA LANGSUNG
Pewarnaan dengan menggunakan woodstain solvent langsung diusapkan.
Diratakan
dengan thinner
5 menit
Tanpa diamplas
PELAPISAN ANTAR MEDIA
Menggunakan : MELAMINE SANDING SEALER.
Amplas
240 – 320
4 jam
Diamplas rata
PELAPISAN AKHIR PERMUKAAN
Menggunakan : MELAMINE CLEAR, tampilan : Gilap, semi, doff.
Catatan :
(a) Ruang pengering ada sirkulasi dan hindarkan dari debu & lalu-lalang orang
(b) Perbandingan campuran antara base dengan hardener 9 : 1
(c) Top – coat dapat diulangi dengan mengamplas no. 400
Sumber: Modul Finishing Kayu, Budi Martono, 2002
Gb. 10.32. Sistem Melamine Warna Transparan
356
PENGISIAN PORI KAYU
Menggunakan : Wood filler solvent
Amplas no.
80 – 180
5 menit
Amplas habis
PELAPISAN ANTAR MEDIA
Menggunakan : MELAMINE WARNA PRIMER
Amplas
240 – 320
4 jam
diamplas rata
PELAPISAN AKHIR PERMUKAAN BENDA KERJA
Menggunakan : MELAMINE WARNA ENAMEL
Tampilan: Gloss, semi, doff.
Catatan :
(a) Ruang harus ada sirkulasi
(b) Bebas debu dan kotoran
(c) Tidak banyak dilalui orang
(d) Perbandingan campuran antara base dan hardener = 9 : 1
(e) Pelapisan akhir dapat diulang dengan menunggu yang
terdahulu kering amplas, serta pengamplasan dengan no. 400
Sumber: Modul Finishing Kayu, Budi Martono, 2002
Gb. 10.33. Sistem Melamine Warna Enamel
357
PELAPISAN PERMUKAAN
Menggunakan :
Primer atau meni kayu
Amplas 50
3 jam ditunggu
kering diamplas
ringan
PENGISIAN PORI KAYU
Menggunakan :
Plamir berpelarut afduner
Amplas
80 – 240
12 menit
ditunggu kering
diamplas rata
PELAPISAN ANTAR MEDIA
Menggunakan :
Cat dasar alkyd enamel
Amplas
220 – 320
4 – 5 jam Ditunggu
kering diamplas
cara basah
PELAPISAN AKHIR
Menggunakan :
Cat alkyd synthetic resin enamel
Catatan :
Tempat pengeringan cat ini :
(a) Ada ventilasi yang baik
(b) Bebas debu dan kotoran
(c) Tidak dilalui orang yang lalu lalang
Sumber: Modul Finishing Kayu, Budi Martono, 2002
Gb. 10.34. Sistem Alkyd Synthetic Resin Enamel (Cat Enamel)
358
5. Faktor-faktor Penyebab Kegagalan
Faktor lingkungan tempat bekerja bisa bisa dikatakan salah satu kondisi
operasional yang mempengaruhi keberhasilan finishing. Sebaiknya
kondisi operasional yang meliputi kondisi peralatan yang baik, kebersihan
tempat bekerja, sirkulasi udara yang lancar/searah dan bersih, serta
pencahayaan yang mencukupi, harus dalam kondisi yang memenuhi
syarat supaya hasil finishing maksimal (Gb. 10.35).
Sumber: Fachkunde – Holztechnik, Dipl.-Ing. Wolfgang Nutsch, 2005
Gb. 10.35. Ruang Penyemprotan
Pada umumnya bentuk kegagalan finishing, dan penyebab-penyebabnya
serta cara perbaikannya adalah sebagai berikut :
5.1. Bentuk kegagalan: orange peel (kulit jeruk)
Kelihatan jaringan cat menyerupai kulit jeruk atau tanda bintik
yang kelihatan dari lapisan cat tipis.
Penyebabnya adalah sebagai berikut:
(a) Viskositas cat sangat tinggi karena pemberian thiner tidak cukup.
(b) Kualitas thinner tidak baik atau pemberian thinner salah grade.
(c) Tekanan udara penyemprotan sangat rendah atau sangat tinggi.
(d) Kesalahan teknik seperti bahan-bahan dicampur tidak seimbang
atau pengeringan yang tidak sesuai.
359
Cara perbaikannya adalah sebagai berikut;
(a) Agar bahan-bahan cat dicampur sesuai dengan ketentuan
(b) Pilih thinner yang tepat dan campurkan sesuai dengan petunjuk.
(c) Lakukan cara penyemprotan dengan membentangkan tangan ke
depan, pegang alat penyemprotan tegak lurus 15-20 cm, takanan
udara 45-55 pst.
(d) Hindari angin melewati permukaan karena dapat mengakibatkan
pengeringan tidak merata.
(e) Amplas sampai rata dan ulangi penyemprotan cat pada tempattempat yang rusak.
5.2. Bentuk kegagalan: bubbing/blistering (menggelembung /
lapuk).
Kelihatan menggelembung atau kelepuhan yang kelihatan dari
bagian dalam lapisan vernis.
Penyebabnya adalah sebagai berikut:
(a) Kesalahan campuran thinner (jumlah dari / atau grade)
(b) Tekanan udara penyemprotan terlalu tinggi.
(c) Viskositas cat terlalu tinggi/lapisan cat yang sangat tebal atau
kental.
(d) Keluarnya bintik serat kayu.
(e) Iklim panas.
(f) Bahan tidak bersih.
Cara perbaikannya adalah sebagai berikut:
(a) Pegunakan thinner yang tepat dan ikuti aturan spesifikasinya
(b) Jangan pergunakan bahan cat terlalu banyak.
(c) Pergunakan secukupnya agar bahan pelarut dapat menguap.
(d) Amplas sampai rata dan ulangi penyemprotan.
5.3. Bentuk kegagalan: blooming/blusbing (memutih)
Kelihatan keputih-putihan pada permukaan lepisan vernis.
Penyebabnya adalah sebagai berikut:
(a) Kelembaban
(b) Kesalahan grade thinner.
(c) Lapisan cat yang sangat tebal.
(d) Air dalam ruangan udara sprayer
(e) Angin deras cuaca jelek dapat mengakibatkan penguapan bahan
pelarut dari lapisan cat bagian bawah menimbulkan uap air di
permukaan cat.
Cara perbaikannya adalah sebagai berikut:
(a) Gunakan thinner yang dapat memperlambat pengeringan
(retarder thinner).
(b) Panaskan area penyemprotan.
(c) Jika keputihannya sedikit semprot kembali dengan retarder
thinner.
(d) Jika keputihannya banyak supaya diamplas dan semprot kembali.
360
5.4. Bentuk kegagalan: water marks (bekas/cap air)
Kelihatan tanda-tanda bundar atau melingkar.
Penyebabnya adalah sebagai berikut:
(a) Kesalahan sistem pelapisan.
(b) Kesalahan thinner
(c) Kesalahan takaran
(d) Vernis tidak diawetkan secara benar
(e) Kelembaban
Cara perbaikannya adalah sebagai berikut:
(a) Ikuti petunjuk-petunjuk tentang takaran dan pemberian thinner
(b) Amplas dan semprot kembali
5.5. Bentuk kegagalan: unenen glass (kilap tidak rata)
Kelihatan kelihatan sebagian cat tidak mengkilap.
Penyebabnya adalah sebagai berikut:
(a) Cat tidak diaduk sepenuhnya.
(b) Terlalu banyak thinner atau kesalahan thinner.
(c) Kesalahan teknik seperti alat penyemprot terlalu jauh dari
permukaan.
(d) Kelembaban.
Cara perbaikannya adalah sebagai berikut:
(a) Pakai alat secara benar.
(b) Selalu pergunakan thinner yang benar.
(c) Amplas dan semprot kembali.
5.6. Bentuk kegagalan: craters (fish eyes/lekukan)
Kelihatan lubang (lekukan kecil) terdapat pada bagian atas
lapisan cat.
Penyababnya adalah sebagai berikut:
Minyak terdapat pada lapisan cat karena kain penyeka yang kotor
atau ada minyak dalam ruangan udara sprayer.
Cara perbaikannya adalah sebagai berikut:
(a) Semir dengan minyak mineral, amplas dan semprot kembali
(b) Jaga agar compresor tidak mengandung air atau minyak.
5.7. Bentuk kegagalan: frying/cockling (keretakan kecil)
Kelihatan keretakan kecil pada waktu pengecatan atau pada
waktu pengeringan vernis.
Penyebabnya adalah sebagai berikut:
(a) Sistem pengecatan yang tidak benar.
(b) Salah thinner.
(c) Lapisan atas diberikan sebelum lapisan bawah (dasar) kering.
(d) Pemberian vernis terlalu banyak.
(e) Salah ukuran campuran.
(f) Kelembaban.
361
Cara perbaikannya adalah sebagai berikut:
(a) Pemberian lapisan atas setelah lapisan bawah / dasar betul-betul
kering. Keadaan cuaca dapat merubah pengeringan, oleh karena
itu jangan mempergunakan / mengikuti standar waktu.
(b) Hindari lapisan-lapisan yang berlebihan.
(c) Pastikan lapisan atas sesuai dengan lapisan bawah / dasar.
(d) Amplas sampai rata dan semprot kembali.
5.8. Bentuk kegagalan: over spray dry spray (garis bertitik).
Kelihatan berdebu di atas permukaan yang membentuk titik-titik.
Penyebabnya adalah sebagai berikut:
(a) Tekanan udara terlalu tinggi.
(b) Salah thinner dan pemakaian alat penyemprot.
Cara perbaikannya adalah sebagai berikut:
(a) Semprotkan lapisan cat yang basah ke tempat yang cacat.
(b) Pergunakan thinner yang memperlambat pengeringan.
(c) Supaya alat semprot dipergunakan dengan benar.
(d) Jika hasilnya masih jelek amplas dan semprot kembali.
5.9. Bentuk kegagalan: peeling delamination (mengelupas)
Kelihatan seperti mengelupas atau cat mudah berpindah.
Penyebabnya adalah sebagai berikut:
(a) Bahan-bahan diaduk tidak sesuai dengan aturan.
(b) Salah penggunaan thinner dalam jumlah dan grader.
(c) Pembersihan yang tidak benar.
(d) Salah memilih lapisan dasar.
(e) Tidak diamplas antara lapisan-lapisan.
Cara perbaikannya adalah sebagai berikut:
(a) Aduk semua bahan dengan benar sesuai dengan aturannya.
(b) Pergunakan thinner yang benar.
(c) Lakukan sistem melapis yang benar.
(d) Kelupaskan dan semprot kembali.
5.10. Bentuk kegagalan: runs and sags (mengalir dan melentur)
Kelihatan cat seperti mengalir dan melentur karena terlalu banyak
cat di sekitar tempat tersebut.
Penyebabnya adalah sebagai berikut:
(a) Terlalu banyak thinner, viskositas rendah.
(b) Terlalu banyak lapisan-lapisan terlalu basah.
(c) Salah penggunaan alat penyemprot.
(d) Terlalu dekat waktu pengerjaan antara lapisan-lapisan.
Cara perbaikannya adalah sebagai berikut:
(a) Kurangi lapisan-lapisan menurut spesifikasinya.
(b) Berilah lapisan-lapisan secukupya.
(c) Tambah waktu pengerjaan antara lapisan-lapisan.
(d) Amplas sampai rata dan semprot kembali.
362
5.11. Bentuk kegagalan: sanding marks (guratan amplas)
Kelihatan guratan-guratan amplas pada lapisan atas cat.
Penyebabnya adalah sebagai berikut:
(a) Pemakaian kertas amplas yang keras pada waktu pengamplasan
(b) Terlalu banyak thinner.
(c) Penyebab dari pengecatan atau perbaikan sebelumnya.
Cara perbaikannya adalah sebagai berikut:
(a) Pergunakan kertas amplas yang halus pada setiap pekerjaan
pengamplasan.
(b) Amplas sampai rata dengan mempergunakan kertas amplas yang
benar dan semprot kembali.
5.12. Bentuk kegagalan: wrinkling cockling (berkerut)
Kelihatan kerutan (berkerut) pada lapisan selama masa
pengeringan.
Penyebabnya adalah sebagai berikut:
(a) Terlalu cepat pengeringan permukaan.
(b) Terlalu tebal lapisan.
(c) Kondisi penyemprotan yang tidak baik (terlalu dingin).
Cara perbaikannya adalah sebagai berikut:
(a) Keringkan lapisan cat pada area peredaran udara yang baik.
(b) Hindari lapisan yang berlebihan.
(c) Kelupaskan dan semprot kembali atau biarkan lapisan cat kering,
amplas sampai rata dan semprot kembali.
5.13. Bentuk kegagalan: bleeding (kemerahan)
Kelihatan warna dari kotoran atau lapisan dasar bercampur
dengan lapisan atas.
Penyebabnya adalah sebagai berikut:
(a) Bila warna terang dipergunakan lebih dari warna gelap, maka
bahan pelarut pada cat yang baru sewaktu-waktu melarutkan cat
yang lama sehingga muncul ke permukaan.
(b) Lapisan yang tebal di atas permukaan yang berwarna
mengakibatkan larutan warna tersebut muncul ke permukaan.
Cara perbaikannya adalah sebagai berikut:
(a) Hindari lapisan tebal.
(b) Pilih kombinasi warna dengan hati-hati.
(c) Kelupaskan dan semprot kembali.
5.14. Bentuk kegagalan: throuput on thinning (pemisahan bahan
cat dengan bahan pelarut)
Kelihatan pemisahan bahan cat dengan bahan pelarut dalam
bentuk butir-butir kecil.
Penyebabnya adalah sebagai berikut:
(a) Salah pemakaian thinner.
(b) Menuangkan thinner ke dalam cat sekaligus.
363
Cara perbaikannya adalah sebagai berikut:
(a) Pilih thinner yang benar.
(b) Tambah thinner secara bertahap ke dalam cat dan aduk secara
terus-menerus.
5.15. Bentuk kegagalan: tacky surface (bintik lunak atau keras
dipermukaan)
Kelihatan bintik lunak atau keras pada permukaan lapisan.
Penyebabnya adalah sebagai berikut:
(a) Salah pemakaian thinner.
(b) Pencampuran hardener tidak merata.
Cara perbaikannya adalah sebagai berikut:
(a) Pilih thinner yang benar.
(b) Aduklah hardener hingga merata.
(c) Tambah thinner secara bertahap ke dalam cat dan aduk secara
terus-menerus.
6. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
6.1.
Keselamatan pada tempat kerja
Keselamatan pada Tempat Kerja untuk kegiatan finishing kayu perlu
memperhatikan beberapa aspek berikut ini:
(a) Sirkulasi udara diupayakan searah dan lancar dengan cara
memasang blower atau penghisap udara di suatu ruangan guna
memperlancar arah sirkulasi udara.
(b) Penerangan alami dari sinar matahari maupun buatan dari lampu
direncanakan seoptimal mungkin sehingga pencahayaan di
ruangan finishing menjadi terang.
(c) Kebersihan ruangan terhadap debu diupayakan sebersih mungkin
sehingga benda kerja yang sedang dalam proses finishing tidak
menjadi kasar oleh debu yang menempelu. Untuk itu, ruangan
finishing harus dibersihkan secara periodik.
(d) Penyimpanan bahan-bahan finishing ditempatkan pada almari
yang aman karena mengandung bahan-bahan kimia yang
berbahaya terhadap manusia dan lingkungan.
(e) Operator finishing harus mengenakan alat pelindung diri antara
lain masker untuk mencegah atau mengurangi terhirupnya partikel
debu dan uap kimia bahan finishing ke dalam pernafasan.
(f) Temperatur udara/ruangan dipertahankan untuk mendapatkan
hasil finishing yang sempurna.
364
6.2.
Pelestarian lingkungan
Pelestarian lingkungan harus diperhatikan yang berkaitan dengan
limbah atau bahan buangan dari pekerjaan finishing, antara lain:
(a) Limbah cair dan padat dari sisa-sisa bahan finishing sebaiknya
dikumpulkan dalam tempat khusus limbah yang aman.
(b) Sirkulasi udara di ruang semprot yang menyedot bahan finishing
sebaiknya dipasang filter sebelum udara tercemar itu dibuang ke
udara bebas.
365
LAMPIRAN A
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sunaryo, SH, MBA. “Reka Oles Mebel Kayu”. Semarang: Penerbit
Kanisius, 1997.
Bennet N.B. Silalahi, Dr., MA, Rumondang B. Silalahi, MPH. "Manajemen
Keselamatan & Kesehatan Kerja". Jakarta: Penerbit PT
Pustaka Binaman Pressindo, 1995.
Dewan Redaksi Bhratara Karya Aksara. ”Teknologi Kayu Bergambar”.
Jakarta: Penerbit PT Bhratara Karya Aksara, 1985.
Eddy S. Marizar. “Designing Furniture – Teknik Merancang Mebel
Kreatif”. Yogyakarta, 2005.
George Love. “Teori dan Praktek –Kerja Kayu”. Alih Bahasa: E.
Diraatmadja. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1985.
John Stefford, Guy McMurdo. “Woodwork Technology – Teknologi Kerja
Kayu”. Alih Bahasa: Haroen. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1983.
Karl Möhler Dr.-Ing., Julius Natterer Dipl.-Ing, Karl-Heinz Götz, Dieter
Hoor Dipl.-Ing.. ”Holzbau Atlas. Studienausgabe”. München:
Institut für internationale Architektur-Dokumentation, 1980.
M.Gani Kristianto. ”Teknik Mendesain Perabot Yang Benar”. Semarang:
Penerbit Kanisius, 1995.
M.Gani Kristianto. ”Konstruksi Perabot Kayu”. Semarang: Penerbit
Kanisius, 1987.
Primiyono, Ir. ”Seri Pelajaran Teknologi secara Bergambar - Teknologi
Kayu”. Jakarta: Bhratara Karya Aksara. 1979.
Richard Stähli. “Holzkunde – Wald, Baum, Holz, Furnier” Eigenverlag:
Richard Stähli, CH-8425 Oberembrach, 1992.
Robert Koch, Willi Müller, Ueli Rüegg, Richard Stähli, Ernst Waber.
“Fachzeichnen VSSM-Normen – Pedoman Gambar Kerja”.
Alih Bahasa: I. Marianan, Irmina Mariati. Semarang: Penerbit
Kanisius, 1997.
Soepratno. "Ornamen Ukir Kayu".1983.
Walter Ehrmann Dr.-Ing.,Wolfgang Nuttsch Dipl.-Ing, Bernd Spellenberg
Dipl.-Ing. ”Holztechnik – Konstruktion und Arbeitsplanung”.
Haan-Gruiten: Verlag Europa Lehrmittel, 1997.
Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, ”Holztechnik – Fachkunde”. Haan-Gruiten:
Verlag Europa Lehrmittel, 2005.
A
1
LAMPIRAN B
GLOSARIUM
Bab I
kesehatan kerja dan
keselamatan kerja
perlindungan kecelakaan
Bab II
daftar komponen
penerapan
aspek
kesehatan
dan
keselamatan kerja bagi karyawan dalam
melaksanakan pekerjaan pada suatu
perusahaan/industri berdasarkan peraturan
yang berlaku.
jaminan bagi karyawan apabila terjadi
kecelakaan kerja, yang diberikan oleh pihak
yang
terkait
dalam
perlindungan
kecelakaan.
rincian kebutuhan bahan yang diperlukan
untuk mengerjakan suatu barang/benda.
gambar kerja
sebuah rencana teknik sebagai landasan
penyelesaian
sebuah
obyek
yang
mencantumkan informasi lengkap, baik
secara grafis maupun dengan teks.
mendesain perabot
membuat rancangan perabot dalam bentuk
gambar sketsa yang dijadikan acuan untuk
pembuatan gambar kerja.
potongan emas
rumusan yang dapat digunakan untuk
menentukan besaran mebel, dengan
memperhatikan penempatanya / tempat
kedudukanya dan beberapa tuntutan seperti
kesesuaian dengan penggunannya, barang
yang disimpan di dalamnya dan kemudahan
transportasi.
Bab III
bahan baku
menyimpan bahan
bahan pokok/utama yang digunakan untuk
pekerjaan perkayuan/mebel yang berasal
dari kayu masip maupun kayu olahan
industri plywood dan sejenisnya.
mengatur bahan dalam susunan secara
teratur rapi, baik, dan aman, untuk
menunggu proses pekerjaan berikutnya.
B
1
LAMPIRAN B
pembelahan log
penggergajian gelondong/batang pohon
menjadi bentuk lembaran atau balok kayu
sesuai ukuran yang dibutuhkan.
pengendalian kerja
pelaksanaan kontrol kualitas selama proses
kegiatan yang terstandar.
Bab IV
bahan perekat
suatu bahan untuk mengikat benda atau
bahan lain, misalnya kayu, melalui antar
permukaan dengan cara perekatan /
penempelan.
bahan pelapis
suatu bahan untuk melapisi permukaan
benda
teknik laminasi
tata-cara merekatkan / menempelkan benda
kerja menggunakan bahan perekat pada
bidang permukaan satu dengan lainnya.
Bab V
mesin statis
peralatan tangan dan listrik
Bab VI
komponen mebel
Bab VII
almari tanam
asesoris mebel
mesin yang digunakan untuk mengerjakan
suatu benda yang berbentuk stationery
(sulit dipindahkan / tetap di suatu tempat)
yang dioperasikan oleh teknisi / operator
menggunakan aliran tenaga listrik.
alat-alat
yang
digunakan
untuk
mengerjakan suatu benda yang berbentuk
alat portable (mudah dipindahkan) dan
penggunaannya
sepenuhnya
dengan
tenaga manusia (alat tangan) dan atau
dibantu aliran tenaga listrik (alat listrik).
bagian-bagian mebel yang apabila dirakit
menjadi kesatuan bentuk mebel.
suatu unit almari yang dibuat dan
dipasangkan secara tetap pada tempat
tertentu / dinding ruangan.
suatu komponen yang dipasangkan pada
mebel yang berfungsi sebagai pendukung
atau memperkuat konstruksi mebel.
B
2
LAMPIRAN B
Bab VIII
membuat pola
Bab IX
teknik inlay
Bab X
Finishing kayu
langkah awal pada pekerjaan ukir yang
berupa suatu rancangan bentuk gambar
yang dimalkan di atas benda kerja.
tata-cara pekerjaan tatah kayu berbentuk
hiasan, selanjutnya dimasukkan komponen
dari bahan kayu atau bahan lainnya ke
dalam tatahan dan membentuk suatu
hiasan yang rata dengan permukaan kayu
sekitarnya.
pekerjaan pelapisan atau pengolesan resin
atau suatu zat ke permukaan kayu yang
membentuk lapisan tipis seperti film
sehingga mendapatkan keindahan pada
permukaan kayu.
B
3