Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Biografi Kartini meski sudah dituliskan oleh orang-orang masa lampau masih saja asing bagi kita selaku generasi yang terlampau jauh dengan masanya Kartini. Pengetahuan perempuan Indonesia masa kini pun sejauh mengerti atau pernah mendengar kumpulan surat-menyurat Kartini—Habis Gelap Terbitlah Terang—, itupun tak banyak perempuan masa kini menghabiskan buku itu. Bila Armijn Pane mengambil judul Habis Gelap Terbitlah Terang dikarenakan puisi yang pernah ditulisnya yang sangat indah ketika ia mengenali al-qurán dan mempelajarinya. Akan tetapi hal ini berbeda dengan pendapat Haryati Soebadio yang mengatakan terjemahan ini tidak mewakili semangat judul aslinya, karena membeir kesan perubahan instant dari kondisi gelap ke terang, padahal semangat yang sesungguhnya(Kartini) adalah setiap kemenangan dicapai dengan perjuangan (Haryati Soebadio,1979:15, Arbaningsih, Bri. 2005:9). Itulah sekilas gambaran mengenai pertentangan mengenai judul dan apa yang ditulis Kartini menjadi polemik setelah diterbitkan pertama kali di Belanda.
Antoros Dwi, 2020
Selamat Hari Kartini! Terutama untuk kaum perempuan Indonesia Salah satu penggerak emansipasi kaum wanita Indonesia
Cita-cita luhur Kartini adalah ingin melihat perempuan pribumi dapat menuntut ilmu dan belajar seperti sekarang ini. Gagasan mengenai persamaan hak wanita pribumi merupakan perubahan yang akan mengubah pandangan masyarakat. Selain itu Kartini juga gencar menyebarkan tulisan-tulisannya yang berisi tentang Ketuhanan, kebijaksanaan, keindahan, keadilan, dan nasionalisme.
Pembahasan perempuan secara gurih. Sebuah dedikasi untuk Pahlawan Perempuan di Indonesia dan Perempuan yang semoga tidak tergerus oleh zaman.
Tokoh wanita satu ini sangat terkenal di Indonesia. Dialah Raden Ajeng Kartini atau dikenal sebagai R.A Kartini, beliau dikenal sebagai salah satu pahlawan nasional yang dikenal gigih memperjuangkan emansipasi wanita kala ia hidup. Mengenai Biografi dan Profil R.A Kartini, beliau lahir pada tanggal 21 April tahun 1879 di Kota Jepara, Hari kelahirannya itu kemudian diperingati sebagai Hari Kartini untuk menghormati jasa-jasanya pada bangsa Indonesia. Kartini lahir di tengah-tengah keluarga bangsawan oleh sebab itu ia memperoleh gelar R.A (Raden Ajeng) di depan namanya, gelar itu sendiri (Raden Ajeng) dipergunakan oleh Kartini sebelum ia menikah, jika sudah menikah maka gelar kebangsawanan yang dipergunakan adalah R.A (Raden Ayu) menurut tradisi Jawa. Ayahnya bernama R.M. Sosroningrat, putra dari Pangeran Ario Tjondronegoro IV, seorang bangsawan yang menjabat sebagai bupati jepara, beliau ini merupakan kakek dari R.A Kartini. Ayahnya R.M. Sosroningrat merupakan orang yang terpandang sebab posisinya kala itu sebagai bupati Jepara kala Kartini dilahirkan. Ibu kartini yang bernama M.A. Ngasirah, beliau ini merupakan anak seorang kiai atau guru agama di Telukawur, Kota Jepara. Menurut sejarah, Kartini merupakan keturunan dari Sri Sultan Hamengkubuwono VI, bahkan ada yang mengatakan bahwa garis keturunan ayahnya berasal dari kerajaan Majapahit. Ibu R.A Kartini yaitu M.A. Ngasirah sendiri bukan keturunan bangsawan, melainkan hanya rakyat biasa saja, oleh karena itu peraturan kolonial Belanda ketika itu mengharuskan seorang Bupati harus menikah dengan bangsawan juga, hingga akhirnya ayah Kartini kemudian mempersunting seorang wanita bernama Raden Adjeng Woerjan yang merupakan seorang bangsawan keturunan langsung dari Raja Madura ketika itu.
Judul tulisan ini terinspirasi oleh judul buku Joseph E. Stiglitz, The Price of Inequality (2012). Dalam buku itu, peraih hadiah Nobel bidang ekonomi pada tahun 2001 itu menunjukkan bahwa ketimpangan (ekonomi) sangat membahayakan demokrasi sebab ketimpangan ini membuat proses demokrasi, produk perundangan, dan kebijakan politik diciptakan hanya demi kepentingan kelompok yang lebih kuat dan berkuasa. Mencermati pemikiran Joseph E. Stiglitz, dengan mudah kita menyimpulkan bahwa ketimpangan dalam relasi gender juga membahayakan kehidupan demokrasi. Tulisan ini merupakan catatan penutup untuk antologi puisi Membaca Kartini. Dalam kesadaran kolektif bangsa Indonesia, R. A Kartini merupakan pejuang emansipasi perempuan. Seperti juga Dewi Sartika (pelopor pendidikan untuk kaum wanita), Kartini adalah ikon perjuangan kesetaraan gender bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, berbicara tentang Kartini tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan tentang perjuangan perempuan memperoleh kesetaraan gender.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
FS Frangipane, 2020
Reviews of Modern Physics, 1962
Horizontes en la práctica docente. Complejidad, TIC y mediación educativa, 2020
Journal of Soviet Mathematics, 1990
Quaderni d'italianistica, 2009
Journal of Human Genetics, 2016
Lecture Notes in Computer Science, 2013