Jurnal Soshum Insentif
ISSN 2655-268X | 2655-2698
Upaya Peningkatan Manajemen Akademik Sekolah
(Studi pada Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Bandung)
Rizky Kesuma Rahman
Universitas Pendidikan Indonesia
Email: rizykr14@gmail.com
Abstract. The focus of the problem in this study examines the effectiveness of academic
management systems in vocational schools in the city of Bandung. In this case, the
effectiveness of the academic management system can be determined by the information
system used by schools (hardware, software, databases, networks and HR) and. This study
aims to determine and analyze the description of the information system, and the
effectiveness of the school's academic management system, as well as measuring the
magnitude of the effect of the Information System and on the Effectiveness of the
Academic Management System of Schools in Vocational Schools in the City of Bandung.
This research was conducted using a quantitative approach with survey methods. This
research design is grouped into descriptive and verification research to analyze the
causality relationship between the variables studied. The sample in this study was 77 CBK
in the City of Appeal. Primary data sources were obtained from the distribution of
questionnaires to 385 respondents (principals, teachers, and laboratory assistants). The
results of the descriptive analysis show that overall Information Systems (Hardware,
Software, Databases, Networks, and Human Resources) in Vocational Schools in the City
of Bandung are included in the category of adequate. Included in the category have been
well implemented, while the school's academic management system cannot be said to be
effective. Information systems positively and significantly affect. Information Systems
and positively and significantly affect the Effectiveness of the School Academic
Management System. Overall, the school should have a computer-based academic
information system application that can integratedly manage the school's academic
administration orderly, supported by adequate infrastructure or computer infrastructure in
accordance with their respective functions (hardware, software, databases, networks).
Good planning and the creation of realistic implementation stages will be more successful
and the benefits will be felt rather than plans that are too high but difficult to implement
both because of the lack of funding and resources, especially human resources. All of this
continues to be evaluated in order to improve the effectiveness of the school's academic
management system.
Keywords: School Academic Management System, Information System
Abstrak. Fokus masalah dalam penelitian ini mengkaji efektif tidaknya sistem manajemen
akademik di SMK di Kota Bandung. Dalam hal ini, efektivitas sistem manajemen akademik dapat
ditentukan oleh sistem informasi yang digunakan sekolah (perangkat keras, perangkat lunak,
database, jejaring, dan SDM) dan . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis
gambaran mengenai sistem informasi, dan efektivitas sistem manajemen akademik sekolah, serta
mengukur besarnya pengaruh Sistem Informasi dan terhadap Efektivitas Sistem Manajemen
Akademik Sekolah di SMK di Kota Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan metode survey. Desain penelitian ini dikelompokkan ke dalam
penelitian deskriptif dan verifikatif untuk menganalisis hubungan kausalitas antara variabelvariabel yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah 77SMK di Kota Banding. Sumber data
primer diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada 385 responden (kepala sekolah, guru, dan
33
34
|
Rizky Kesuma Rahman
laboran). Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa secara keseluruhan Sistem Informasi
(Perangkat Keras, Perangkat Lunak, Database, Jejaring, dan Sumberdaya Manusia) di SMK di
Kota Bandung termasuk pada kategori cukup memadai. termasuk pada kategori sudah terlaksana
dengan baik, sedangkan sistem manajemen akademik sekolah belum dapat dikatakan efektif.
Sistem Informasi secara positif dan signifikan mempengaruhi . Sistem Informasi dan secara positif
dan signifikan mempengaruhi Efektivitas Sistem Manajemen Akademik Sekolah. Secara
keseluruhan, sekolah hendaknya memiliki aplikasi sistem informasi akademik berbasis komputer
yang dapat secara terpadu mengelola tertib administrasi akademik sekolah, ditunjang dengan
infrastruktur atau sarana-prasarana komputer yang memadai sesuai dengan fungsinya masingmasing (perangkat keras, perangkat lunak, database, jejaring). Perencanaan yang baik serta
pembuatan tahap-tahap implementasi yang realistis akan lebih berhasil dan dirasakan manfaatnya
ketimbang rencana yang terlalu tinggi namun sulit diimplementasikan baik karena kurangnya
sumber dana maupun sumber daya, terutama sumber daya manusia (SDM). Semua itu terus
dievaluasi agar dapat meningkatkan efektivitas sistem manajemen akademik sekolah.
Kata Kunci: Sistem Manajemen Akademik Sekolah, Sistem Informasi.
A.
PENDAHULUAN
Komponen yang membentuk
proses pembelajaran di sekolah terdiri
atas peserta didik, guru, kurikulum,
fasilitas, pembiayaan, manajemen,
kepemimpinan,
evaluasi
dan
pengendalian. Komponen manajemen
merupakan aspek penting dalam
meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan proses pendidikan di
suatu lembaga pendidikan.
Tugas
penting
manajemen
pengelolaan
sekolah adalah mengelola komponenkomponen tersebut.
Di Indonesia, menurut Renstra
Ditjen Dikmen 2013-2014 bahwa
sebagian besar satuan pendidikan tidak
memiliki sarana dan prasarana
minimum yang mutlak harus dimiliki
untuk terjadinya proses pembelajaran
yang berkualitas, termasuk di sekolah
menengah. Keterbatasan sarana dan
prasarana
ini
berdampak
pada
ketimpangan kualitas hasil belajar
peserta didik antarsatuan pendidikan.
Dalam hal ini, peningkatan pendidikan
menengah belum sepenuhnya diikuti
oleh peningkatan kualitas pendidikan,
khususnya ketersediaan sarana dan
prasarana, termasuk di dalamnya
ketersediaan e-learning, ketersediaan
fasilitas
internet,
e-library,
Volume 2, No. 1, Tahun 2019
laboratorium
komputer
dan
laboratorium multimedia.
Fasilitas
yang terkait dengan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) tidak
memadai.
Lebih dari 50 persen
SMA/SMLB/SMK telah memiliki
fasilitas internet pada 2009-2013.
Namun, ketersediaan e-pembelajaran
(e-learning) masih terbatas, yaitu 27%
untuk SMA/SMLB dan 20% untuk
SMK/SMA/SMLB telah memiliki
laboratorium multimedia mencapai
63%, akan tetapi fasilitas laboratorium
komputer dan e-perpustakaan di SMA
dan SMK masih di bawah 10%.
Peningkatan sarana dan prasarana
diperlukan agar satuan pendidikan
dapat menyelenggarakan pelayanan
paling tidak setara dengan standar
pelayanan minimum.
Di Provinsi Jawa Barat, menurut
laporan Balitbang Kemendikbud 2013,
Angka Partisipasi Kasar (APK) Sekolah
Menengah termasuk SMK sangat
rendah, yaitu hanya 59,56 dibandingkan
dengan rata-rata APK Sekolah
Menengah di tingkat Nasional sebesar
70,00. Untuk Angka Partisipasi Murni
(APM) Sekolah Menengah, Provinsi
Jawa Barat menduduki posisi terakhir
dengan angka 46,51 (rata-rata APM
Nasional = 56,52). Untuk tingkat kota,
berdasarkan data dari Resntra Jawa
Upaya Peningkatan Manajemen Akademik Sekolah | 35
Barat 2012, kualitas dan relevansi
pendidikan yang dilihat dari tiga
indikator, yaitu (1) ketersediaan sarana
dan prasarana, (2) kompetensi dan
kualifikasi guru, dan (3) sistem
penjaminan
mutu
sekolah,
menunjukkan bahwa Kota Bogor, Kota
Cirebon, Kota Sukabumi, dan Kota
Cimahi secara berturut-turut merupakan
kota yang capaiannya paling tinggi,
sedangkan Kota Bandung, Kota Banjar,
Kota Bekasi, Kota Tasikmalaya, dan
Kota Depok masih berada di bawah
rata-rata APM Nasional. Rendahnya
capaian tersebut lebih disebabkan
karena masalah kesenangan sosial,
budaya, dan ekonomi (kesenjangan
penduduk kaya dan miskin). Dalam hal
ini,
kondisi
sarana
prasarana,
kompetensi dan kualifikasi guru, dan
sistem penjaminan mutu sekolah di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di
kota-kota tersebut perlu lebih mendapat
perhatian.
Laudon et al. (2013: xxiii)
mengemukakan
bahwa
sistem
informasi berkaitan dengan aktivitas,
data, dan informasi. Dalam hal ini,
sistem informasi berperan dalam
mendukung
keunggulan
operasi,
produk dan layanan baru, keakraban
konsumen dan pemasok, keunggulan
kompetitif, pembuatan keputusan dan
bertahan hidup. Terkait dengan itu,
dimensi sistem informasi terdiri atas (1)
organisasi, (2) manajemen, dan (3)
teknologi. Organisasi terkait dengan
proses bisnis, orang, fungsi bisnis,
budaya dan politik, dan struktur
organisasi.
Manajemen mencakup
strategi, rencana tindakan, keputusan,
tantangan dan masalah. Teknologi
berkaitan dengan hardware, software,
manajemen
data,
dan
jejaringtelekomunikasi (www, network, dan
internet). Penggunaan sistem informasi
yang efektif memerlukan adanya suatu
pemahaman mengenai organisasi,
manajemen, dan teknologi informasi
yang membentuk sistem. Suatu sistem
informasi menciptakan nilai bagi
lembaga sebagai solusi organisasi dan
manajemen untuk menghadapi berbagai
tantangan yang muncul dari lingkungan
internal maupun eksternal.
Watson
(2007:24)
mengungkapkan
bahwa
sistem
informasi merupakan sistem sosioteknik yang terdiri atas dua sub-sistem,
yaitu subsistem teknis dan subsistem
sosial. Subsistem teknis terdiri atas
komponen teknologi dan komponen
proses, sedangkan subsistem sosial
mencakup komponen manusia dan
komponen struktur. Semua komponen
tersebut
saling
terkait
dalam
membentuk suatu sistem informasi.
sistem informasi merupakan sistem
sosio-teknik yang terdiri atas dua subsistem, yaitu subsistem teknis dan
subsistem sosial. Subsistem teknis
terdiri atas komponen teknologi dan
komponen proses, sedangkan subsistem
sosial mencakup komponen manusia
dan komponen struktur.
Semua
komponen tersebut saling terkait dalam
membentuk suatu sistem informasi.
Komponen teknologi dalam hal ini
terkait dengan hardware, software, dan
sistem telekomunikasi.
Komponen
proses merupakan sejumlah langkah
yang digunakan untuk melaksanakan
aktivitas tertentu. Komponen orang
dalam suatu sistem informasi mencakup
semua individu yang secara langsung
terlibat
dalam
sistem
tersebut.
Komponen struktur sistem informasi
mengacu pada hubungan antara
individu dalam komponen manusia.
Keempat komponen sistem informasi
tersebut diadopsi oleh suatu lembaga
untuk
mencapai
efisiensi
dan
efektivitas.
Dalam sistem informasi yang
berbasis komputer atau computer-based
information system (CBIS), menurut
36
|
Rizky Kesuma Rahman
Stair & Reynolds (2012:10), mencakup
hardware,
software,
databases,
telekomunikasi, manusia, dan prosedur
yang dirancang untuk mengumpulkan,
memanipulasi,
menyimpan,
dan
memproses data menjadi informasi.
Dalam hal ini sistem informasi
manajemen
(SIM)
merupakan
sekumpulan orang, prosedur, software,
database,
dan
peralatan
yang
menyediakan informasi kepada pihak
yang membutuhkan. Fokus dari SIM
ini adalah efisiensi operasi dan
efektivitas
organisasi.
Berdasarkan latar belakang dan fokus
masalah tersebut, rumusan masalah
penelitian dalam penelitian ini disusun
dalam bentuk pertanyaan penelitian.
1. Bagaimana pengaruh Sistem
Informasi
perangkat
keras
(hardware), sebagai variabel
input
terhadap
Prosedur
Manajemen Akademik
2. Bagaimana pengaruh Sistem
Informasi, perangkat lunak
(software), sebagai variabel
input
terhadap
Prosedur
Manajemen Akademik Sekolah.
3. Bagaimana pengaruh Sistem
Informasi, basis data (database),
sebagai variabel input terhadap
Prosedur Manajemen Sekolah.
4. Bagaimana pengaruh Sistem
Informasi, jejaring (networks),
sebagai variabel input terhadap
Prosedur Manajemen Akademik
Sekolah.
5. Bagaimana pengaruh Sistem
Informasi, sumber daya manusia
(human resources), sebagai
variabel input terhadap Prosedur
Manajemen Akademik Sekolah.
6. Bagaimana pengaruh Perangkat
Keras terhadap Efektivitas
Sistem Manajemen Akademik
Sekolah.
7. Bagaimana pengaruh Perangkat
Volume 2, No. 1, Tahun 2019
Lunak terhadap Efektivitas
Sistem Manajemen Akademik
Sekolah.
8. Bagaimana pengaruh Basis Data
terhadap Efektivitas Sistem
Manajemen Akademik Sekolah.
9. Bagaimana pengaruh Jejaring
terhadap Efektivitas Sistem
Manajemen Akademik Sekolah.
10. Bagaimana pengaruh Sumber
Daya
Manusia
terhadap
Efektivitas Sistem Manajemen
Akademik Sekolah.
11. Bagaimana pengaruh Prosedur
Manajemen Akademik terhadap
Efektivitas Sistem Manajemen
Akademik Sekolah.
12. Bagaimana
mengembangkan
alternatif model terbaik Sistem
Manajemen Akademik Sekolah
yang sesuai dengan kebutuhan
sekolah menengah, khususnya
Sekolah Menengah Kejuruan.
Berdasarkan latar belakang
penelitian, identifikasi masalah, dan
rumusan masalah penelitian yang telah
diuraikan sebelumnya, tujuan penelitian
yang ingin dicapai dari penelitian ini
adalah:
1. Mengetahui
dan
mendeskripsikanSistem
Informasi yang terdiri atas
perangkat keras (hardware),
perangkat lunak (software),
basis data (database), jejaring
(networks), dan sumber daya
manusia (human resources),
sebagai variabel-variabel input.
2. Mengetahui
dan
mendeskripsikan
Prosedur
Manajemen Akademik, yang
terdiri
atas
perencanaan,
implementasi, dan evaluasi
Sistem Manajemen Akademik
Sekolah,
sebagai
variabel
proses.
3. Mengetahui
dan
mendeskripsikan
Efektivitas
Upaya Peningkatan Manajemen Akademik Sekolah | 37
Sistem Manajemen Akademik
Sekolah, yang dilihat dari
sifatnya yang Accurate, Secure,
Simple, Accessible, Reliable,
Relevant,
Complete,
Economical,
Flexible,
Verifiable, danTimely, sebagai
variabel output.
4. Mengukur dan menganalisis
pengaruh Sistem Informasi
terhadap Prosedur Manajemen
Akademik.
5. Mengukur dan menganalisis
pengaruh Sistem Informasi dan
Prosedur Manajemen Akademik
terhadap Efektivitas Sistem
Manajemen Akademik Sekolah.
6. Mengembangkan
alternatif
model
terbaik
Sistem
Manajemen Akademik Sekolah
yang sesuai dengan kebutuhan
sekolah menengah, khususnya
Sekolah Menengah Kejuruan.
B.
TINJAUAN PUSTAKA
Pendidikan merupakan landasan
dari
setiap
masyarakat
dan
pembangunan nasional.
Untuk
mencapai mutu pendidikan yang
diharapkan,
lembaga
pendidikan,
pemerintah, dan masyarakat harus
bekerja sama mewujudkannya. Dilihat
dari perspektif administrasi pendidikan,
hubungan antara lembaga pendidikan,
pemerintah, dan masyarakat tersebut
sangatlah penting.
Hal ini dapat
digambarkan dengan konsep tigadimensi administrasi pendidikan: (1)
pekerjaan yang dilakukan, (2) orang
yang melakukan, dan (3) lingkungan
(Olanrele & Ronke, 2010:667), yang
merupakan fokus dari administrasi
pendidikan.
Berkaitan
dengan
sistem
pendidikan, Razik & Swanson
(1995:10-11) mengemukakan bahwa
administrasi pendidikan dalam sistem
pendidikan dapat dilihat dari system
model yang terdiri atas input,
throughput, output, feedback, dan
control system dalam suatu lingkungan
tertentu, yang dapat digambarkan
sebagai berikut.
Permeable System Boundary
Input
Control
System
Throughput
Output
Feedback
ENVIRONMENT
Sumber: Razik & Swanson (1995:10-11)
Gambar 1. Sistem Model
Wahono
(2006:12)
mengemukakan bahwa sistem adalah
merupakan suatu group dari elemenelemen baik yang berbentuk fisik
maupun non fisik yang menunjukkan
suatu kumpulan saling berhubungan
diantaranya dan berinteraksi bersamasama menuju satu atau lebih tujuan,
sasaran atau akhir dari sebuah sistem.
Jogiyanto (2007:24) mengemukakan
bahwa sistem adalah suatu jaringan
kerja dan prosedur-prosedur yang
saling
berhubungan,
berkumpul
bersama-sama untuk melakukan suatu
kegiatan atau untuk menyelesaikan
suatu sasaran tertentu.
Hasil pendidikan dipandang
bermutu jika mampu melahirkan
keunggulan
akademik
dan
ekstrakurikuler pada peserta didik
yang dinyatakan lulus untuk satu
jenjang
pendidikan
atau
menyelesaikan
program
pembelajaran tertentu. Mutu sebuah
sekolah juga dapat dilihat dari tertib
administrasinya. Salah satu bentuk
38
|
Rizky Kesuma Rahman
tertib administrasi adalah adanya
mekanisme kerja yang efektif dan
efisien, baik secara vertikal maupun
horizontal. Dilihat dari perspektif
operasional, manajemen sekolah
berbasis MBS dikatakan bermutu jika
sumber daya manusianya bekerja
secara
efektif
dan
efisien.
Kepemimpinan mutu menjadi prasyarat
untuk mencapai maksud tersebut, yaitu
kemampuan kepala sekolah untuk
bekerja dengan atau melalui staf
administratif dan tenaga akademiknya.
Ada lima kemampuan dasar yang harus
dimiliki oleh kepala sekolah. Pertama,
kepala sekolah memahami visi
organisasi dan memiliki visi kerja yang
jelas. Kedua, kepala sekolah mampu
dan mail bekerja keras. Maksudnya,
kepala sekolah tidak cukup memiliki
daya dorong kerja yang tinggi, tetapi
juga harus memiliki kemampuan fisik
yang kuat. Ketiga. kepala sekolah tekun
dan tabah dalam bekerja dengan
bawahan, terutama tenaga administratif
dan tenaga akademiknya. Keempat,
kepala sekolah memberikan layanan
secara optimal dengan tetap tampil
secara rendah hati. Kelima, kepala
sekolah memiliki disiplin kerja yang
kuat.
Secara
umum,
sistem
merupakan sekumpulan elemen atau
serangkaian komponen yang saling
terkait dalam mencapai suatu tujuan
tertentu atau menyelesaikan sasaran
tertentu. Informasi adalah data yang
sudah diolah sehingga memiliki arti
tertentu dan dapat dijadikan dasar untuk
mengambil
keputusan.
Data
merupakan representasi fisik dunia
nyata
atau
kenyataan
yang
menggambarkan suatu kejadian dan
kesatuan nyata. Dalam hal ini, sistem
informasi merupakan kumpulan elemen
yang saling berhubungan dalam
membentuk satu kesatuan untuk
mengintegrasikan data, memproses dan
Volume 2, No. 1, Tahun 2019
menyimpan serta mendistribusikan
informasi. Kesatuan elemen tersebut
saling berinteraksi secara sistematis dan
teratur untuk menciptakan dan
membentuk aliran informasi yang akan
mendukung pembuatan keputusan dan
melakukan kontrol terhadap jalannya
perusahaan. Suatu sistem di dalam
suatu
lembaga
pendidikan
mempertemukan
kebutuhan
pengolahan aktivitas pembelajaran
sehari-hari dan mendukung penyediaan
laporan yang diperlukan oleh warga
sekolah dan pihak luar sekolah.
Menurut Zwass (2008:21),
sistem memiliki 8 karakter sebagai
berikut:
(1)Komponen
sistem
(components), (2) Batas sistem
(boundary), (3) Lingkungan luar sistem
(environment), (4) Penghubung sistem
(interface), (5) Masukan sistem (input),
(6) Keluaran sistem (output), (7)
Pengolahan sistem (process), (8)
Sasaran sistem (objectives).
Komponen Sistem Informasi
terdiri dari :
1. Perangkat
keras
komputer
(computer hardware).
2. Perangkat lunak (software)
3. Basis Data (Database)
4. Jejaring (networks)
5. Sumber Daya Manusia (Human
Resources)/Brainware
Sumber : (Laudon et al. (2013); Stair &
Reynolds (2012); Watson (2007); Oz
(2009); Whitman & Mattord (2011) )
Prosedur Manajemen Akademik terdiri dari :
Perencanaan
Akademik
Sistem
Manajemen
Castetter
(1996
:
38)
mengemukakan
perencanaan
merupakan cara untuk menentukan
tujuan yang sudah diperkirakan, sebab
dalam perencanaan terdapat konsep
tentang masa depan. Permasalahan
berdasarkan imajinasi dan pilihan,
Upaya Peningkatan Manajemen Akademik Sekolah | 39
rancangan
yang
ingin
dicapai.
Perencanaan juga dapat dikatakan
sebagai representasi dari usaha keras
dan menjadi panduan bagi tindakan di
masa depan untuk memenuhi harapan.
Perencanaan
sistem
manajemen
akademik di sekolah berkaitan dengan
bagaimana
sekolah
membuat
perencanaan
dalam
mengelola
komponen dan kegiatan akademik
dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Komponen dan kegiatan
akademik yang perlu direncanakan
mencakup perencanaan kesiswaan,
ketersediaan
tenaga
guru,
pengembangan
kurikulum
dan
penjadwalan, dan keseluruhan proses
pembelajaran, sampai pembagian rapor
dan kelulusan.
Pada
umumnya,
sistem
informasi manajemen akademik terdiri
atas unsur input, proses dan output.
Implementasi
Akademik
Sistem
Manajemen
Dalam
dunia
pendidikan
penggunaan dan pengelolaan system
informasi manajemen pendidikan tidak
bisa
dipisahkan
dari
aktifitas
pendidikan itu sendiri (Rochaety, 2006 :
2).
Kedua
bidang
ini
saling
membutuhkan
satu
sama
lain.
Menggambarkan hubungan kedua
aspek tersebut, manajemen menilai
pendidikan sebagai penggerak pada
system
informasi
manajemen
pendidikan, sekaligus system informasi
manajemen pendidikan sebagai penentu
proses manajemen pendidikan.
Memberdayakan semua warga
negara Indonesia berkembang menjadi
manusia yang berkualitas sehingga
mampu dan proaktif menjawab
tantangan zaman yang selalu berubah.
Sebuah komitmen terhadap kualitas
pendidikan (Soegito, 2011: 29).
Menurut
Seddon,
Graeser
dan
Willcocks (2000), efektifitas sistem
informasi
merupakan
suatu
pertimbangan nilai yang dibuat
berdasarkan titik pandang stakeholder
mengenai net benefits yang diperoleh
dalam menggunakan suatu sistem
informasi. Dalam hasil penelitianya
mereka juga mengungkapkan bahwa
istilah lain yang memiliki makna sama
adalah “Information System (IS
Success)” yang digunakan oleh
(DeLone dan Mclean,1992).
Berdasarkan kajian pustaka dan
kerangka
pemikiran
penelitian,
hipotesis
yang diajukan
dalam
penelitian ini adalah:
1. Sistem Informasi perangkat keras
(hardware), mempengaruhi Prosedur
Manajemen Akademik
2. Sistem Informasi, perangkat lunak
(software), mempengaruhi Prosedur
Manajemen Akademik Sekolah.
3. Sistem Informasi, basis data
(database), mempengaruhi Prosedur
Manajemen Sekolah.
4. Sistem
Informasi,
jejaring
(networks), mempengaruhi Prosedur
Manajemen Akademik Sekolah.
5. Sistem Informasi, sumber daya
manusia
(human
resources),
mempengaruhi Prosedur Manajemen
Akademik Sekolah.
6. Perangkat Keras mempengaruhi
Efektivitas
Sistem
Manajemen
Akademik Sekolah.
7. Perangkat
Lunak
terhadap
Efektivitas
Sistem
Manajemen
Akademik Sekolah.
8. Basis
Data
mempengaruhi
Efektivitas
Sistem
Manajemen
Akademik Sekolah.
9. Jejaring mempengaruhi Efektivitas
Sistem
Manajemen
Akademik
Sekolah.
10.
Sumber
Daya
Manusia
mempengaruhi Efektivitas Sistem
Manajemen Akademik Sekolah.
11.
Prosedur Manajemen Akademik
mempengaruhi Efektivitas Sistem
40
|
Rizky Kesuma Rahman
Manajemen Akademik Sekolah.
12.
Bagaimana
mengembangkan
alternatif model terbaik Sistem
Manajemen Akademik Sekolah yang
sesuai dengan kebutuhan sekolah
menengah, khususnya
Sekolah
Menengah Kejuruan.
Variabel Input
Variabel Proses
X1
Y
X2
X3
X4
Variabel Output
SISTEM INFORMASI
X5
HARDWARE
SOFTWARE
PERENCANAAN
DATABASE
Gambar 3. Desain Penelitian
PROSEDUR
MANAJEMEN
AKADEMIK
IMPLEMENTASI
EVALUASI
EFEKTIVITAS
SISTEM
MANAJEMEN
AKADEMIK
SEKOLAH
NETWORKS
HUMAN RESOURCES
Gambar 2. Fokus Utama Sistem
Manajemen Akademik Sekolah
C.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif,
dengan jenis penelitian deskriptif dan
verifikatif, yang bertujuan untuk
memperoleh deskripsi atau gambaran
mengenai variabel yang diteliti dan
menguji kebenaran hipotesis yang
dibuktikan melalui pengumpulan data
di
lapangan.
Penelitian
ini
menggunakan teori sistem, teori
efektivitas, teori prosedur manajemen
akademik, dan teori-teori sistem
informasi. Penelitian ini menggunakan
teori sistem, teori efektivitas, teori
prosedur manajemen akademik, dan
teori-teori sistem informasi. Desain
penelitian yang dilakukan dapat
disajikan pada Gambar berikut :
Volume 2, No. 1, Tahun 2019
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif,
dengan jenis penelitian deskriptif dan
verifikatif.
Desain
penelitian
menghasilkan dua model persamaan,
yaitu:
Y = f (X1, X2, X3, X4, X5) dan
Z = f (X1, X2, X3, X4, X5, Y)
Keterangan:
X1:Perangkat Keras (Hardware)
X2:Perangkat Lunak (Software)
X3:Database
X4:Jejaring (Networks)
X5:Sumber Daya Manusia
(Human Resources)
Y:Prosedur
Manajemen
Akademik
Z:Efektivitas
Sistem
Manajemen
Akademik
Sekolah
Dalam penelitian ini semua
SMK di Kota Bandung adalah populasi
penelitian, sebanyak 135 SMK yang
terdiri atas 17 SMK Negeri dan 118
SMK Swasta. Sampel untuk SMK
Negeri adalah 17 sedangkan sampel
untuk SMK Swasta adalah 60, sehingga
secara keseluruhan terdapat 77 SMK
yang menjadi sampel. Partisipan pada
penelitian ini adalah 77 kepala sekolah,
154 guru, dan 154 staf TU yang
mengurus sistem informasi akademik
sekolah.
Dengan demikian secara
keseluruhan jumlah partisipan dalam
penelitian ini berjumlah 385 responden
Z
Upaya Peningkatan Manajemen Akademik Sekolah | 41
yang mengisi kuesioner penelitian yang
disebarkan.
Langkah-langkah atau prosedur
pengolahan data yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1). Menyeleksi data agar dapat diolah
lebih lanjut, yaitu dengan memeriksa
jawaban responden sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan; (2).
Menentukan bobot nilai untuk setiap
kemungkinan jawaban pada setiap item
variabel
penelitian
dengan
menggunakan skala penilaian yang
telah ditentukan, kemudian menentukan
skornya; (3). Melakukan analisis secara
deskriptif,
untuk
mengetahui
kecenderungan data. Dari analisis ini
dapat diketahui rata-rata, median,
standar deviasi dan varians data dari
masing-masing variabel; (4) Melakukan
uji korelasi, regresi dan dilanjutkan
dengan analisis jalur.
D.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perangkat Keras terdiri atas
enam dimensi, yaitu: (1) Kualitas, (2)
Kuantitas, (3) Kelengkapan, (4)
Kompabilitas, (5) Keterpakaian, dan (6)
Kesesuaian. Dijelaskan pada Tabel 1.
Hasil perhitungan menunjukkan
bahwa dimensi Kelengkapan dan
dimensi Kompabilitas merupakan
dimensi yang paling menonjol dalam
variabel Perangkat Keras. Adapun
dimensi
Kualitas,
Kuantitas,
Keterpakaian,
dan
Kesesuaian
merupakan dimensi-dimensi yang
masih belum tinggi.
Perangkat Lunak terdiri atas
enam dimensi, yaitu: (1) Kualitas, (2)
Kuantitas, (3) Kelengkapan, (4)
Kompabilitas, (5) Keterpakaian, dan (6)
Kesesuaian. Dijelaskan pada Tabel 2.
Hasil perhitungan menunjukkan
bahwa dimensi Kelengkapan dan
dimensi Kompabilitas merupakan
dimensi yang paling menonjol dalam
variabel Perangkat Lunak. Adapun
dimensi
Kualitas,
Kuantitas,
Keterpakaian,
dan
Kesesuaian
merupakan dimensi-dimensi yang
masih belum tinggi.
Database terdiri atas enam
dimensi, yaitu: (1) Data Recovery; (2)
Terintegrasi; (3) Sistem Pengamanan
Data; (4) Multi-akses; (5) Sistem
Otorisasi Data; dan (6) Sistem
Pengolahan Data. Dijelaskan pada
Tabel 3.
Hasil perhitungan menunjukkan
bahwa dimensi Data Recovery dan
dimensi
Terintegrasi
merupakan
dimensi-dimensi yang paling menonjol
dalam variabelDatabase.
Adapun
dimensi Sistem Otorisasi Data dan
dimensi Sistem Pengolahan Data
merupakan dimensi-dimensi yang
masih belum tinggi.
Tabel 1. Capaian Skor Rata-Rata, Persentase, dan Kategori untuk
Variabel Perangkat Keras (X1)
Dimensi
Rata-Rata SD
Persentase Kategori
Kualitas
Kuantitas
Kelengkapan
Kompabilitas
Keterpakaian
Kesesuaian
X1: Perangkat Keras
3,205
3,194
3,627
3,560
3,166
3,108
3,310
64,10
63,87
72,55
71,19
63,32
62,16
66,20
Sumber: Pengolahan Data
0,795
0,805
0,819
0,805
0,769
0,797
0,823
Sedang
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
42
|
Rizky Kesuma Rahman
Tabel 2. Capaian Skor Rata-Rata, Persentase, dan Kategori untuk
Variabel Perangkat Lunak (X2)
Dimensi
Rata-Rata SD
Persentase Kategori
Kualitas
Kuantitas
Kelengkapan
Kompabilitas
Keterpakaian
Kesesuaian
X2: Perangkat Lunak
3,134
3,168
3,642
3,600
3,145
3,106
3,299
62,68
63,35
72,83
72,00
62,91
62,13
65,98
0,783
0,749
0,791
0,777
0,741
0,735
0,796
Sedang
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Sumber: Pengolahan Data
Tabel 3. Capaian Skor Rata-Rata, Persentase, dan Kategori untuk
Variabel Database (X3)
Dimensi
Rata-Rata
Data Recovery
3,126
Terintegrasi
3,284
Sistem Pengamanan Data 3,069
Multi-akses
2,945
Sistem Otorisasi Data
2,958
Sistem Pengolahan Data 2,918
X3: Database
3,050
Sumber: Pengolahan Data.
Jejaring terdiri atas lima
dimensi, yaitu: (1) Kualitas Server; (2)
Kualitas Workstation; (3) Kualitas
network card; (4) Kualitas switching
hub; dan (5) Kualitas saluran
komunikasi. Dijelaskan dalam Tabel 4.
Hasil perhitungan menunjukkan
bahwa
dimensiKualitas
Workstationmerupakan dimensi yang
paling
menonjol
dalam
SD
0,802
0,849
0,781
0,804
0,815
0,788
0,817
Persentase
62,52
65,69
61,38
58,91
59,17
58,36
61,00
Kategori
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
variabelJejaring.
Adapun dimensidimensi (kualitas server, kualitas
network card, kualitas switching hub,
dan kualitas saluran komunikasi)
lainnya masih belum tinggi.
Sumberdaya Manusia terdiri
atas empat dimensi, yaitu: (1) Jumlah
SDM, (2) Kualitas SDM, (3)
Pengembangan
SDM,
dan
(4)
Pengendalian SDM. Dijelaskan dalam
Tabel 5.
Tabel 4. Capaian Skor Rata-Rata, Persentase, dan Kategori untuk
Variabel Jejaring (X4)
Dimensi
Kualitas Server
Kualitas Workstation
Kualitas network card
Kualitas switching hub
Kualitas saluran komunikasi
X4: Jejaring
Sumber: Pengolahan Data
Volume 2, No. 1, Tahun 2019
Rata-Rata
3,219
3,430
3,169
3,217
3,162
3,239
SD
0,790
0,855
0,760
0,771
0,752
0,792
Persentase
64,39
68,60
63,38
64,34
63,25
64,79
Kategori
Sedang
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Upaya Peningkatan Manajemen Akademik Sekolah | 43
Tabel 5. Capaian Skor Rata-Rata, Persentase, dan Kategori untuk
Variabel Sumber daya Manusia (X5)
Dimensi
Jumlah SDM
Kualitas SDM
Pengembangan SDM
Pengendalian SDM
X5: Sumberdaya Manusia
Sumber: Pengolahan Data.
Rata-Rata
3,154
3,171
3,356
3,362
3,252
SD
0,796
0,799
0,747
0,710
0,780
Persentase
63,08
63,43
67,12
67,25
65,03
Kategori
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
dimensiSimple merupakan dimensi
yang paling menonjol dalam variable
Efektivitas
Sistem
Manajemen
Akademik Sekolah. Adapun dimensi
Verifiable dan dimensi Timely masih
belum tinggi.
Hasil
pengujian
hipotesis
menunjukkan
bahwa
pengaruh
perangkat keras (X1) terhadap prosedur
manajemen akademik (Y) secara
statistik bermakna, yaitu dengan angka
koefisien jalur sebesar 0,151 dan thitung sebesar 2,076. Demikian pula,
hasil pengujian hipotesis menunjukkan
bahwa pengaruh perangkat keras (X1)
terhadap efektivitas sistem manajemen
Hasil perhitungan menunjukkan
bahwa dimensiPengembangan SDM
dan Pengendalian SDM merupakan
dimensi-dimensi yang paling menonjol
dalam variabel Sumberdaya Manusia.
Adapun dimensi jumlah SDM dan
dimensi kualitas SDM masih belum
tinggi.
Prosedur Manajemen Akademik
terdiri atas 11 dimensi, yaitu: (1)
Accurate; (2) Secure; (3) Accessible;
(4) Simple; (5) Reliable; (6) Relevant;
(7) Complete; (8) Economical; (9)
Flexible; (10) Verifiable, dan (11)
Timely. Dijelaskan pada Tabel 6.
Tabel 6. Capaian Skor Rata-Rata, Persentase, dan Kategori untuk
Variabel Prosedur Manajemen Akademik (Z)
Dimensi
Accurate
Secure
Accessible
Simple
Reliable
Relevant
Complete
Economical
Flexible
Verifiable
Timely
Rata-Rata
3,339
3,310
3,503
3,723
3,617
3,429
3,309
3,187
3,239
3,065
3,062
SD
0,675
0,689
0,720
0,847
0,880
0,729
0,669
0,693
0,710
0,627
0,578
Z: Efektivitas
Sistem Manajemen Akademik Sekolah
3,344
0,742 66,88
Sumber: Pengolahan Data.
Persentase
66,78
66,21
70,05
74,47
72,34
68,57
66,18
63,74
64,78
61,30
61,25
Kategori
Sedang
Sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
44
|
Rizky Kesuma Rahman
akademik sekolah (Z) secara statistik
bermakna, dengan angka koefisien jalur
sebesar 0,177 dan t-hitung sebesar
2,881.
Hasil
pengujian
hipotesis
menunjukkan
bahwa
pengaruh
perangkat lunak (X2) terhadap prosedur
manajemen akademik (Y) secara
statistik bermakna, yaitu dengan angka
koefisien jalur sebesar 0,195 dan thitung sebesar 2,887. Demikian pula,
hasil pengujian hipotesis menunjukkan
bahwa pengaruh perangkat lunak (X2)
terhadap efektivitas sistem manajemen
akademik sekolah (Z) secara statistik
bermakna, dengan angka koefisien jalur
sebesar 0,139 dan t-hitung sebesar
2,443.
Hasil
pengujian
hipotesis
menunjukkan bahwa pengaruh database
(X3) terhadap prosedur manajemen
akademik (Y) secara statistik bermakna,
yaitu dengan angka koefisien jalur
sebesar 0,125 dan t-hitung sebesar
2,451. Demikian pula, hasil pengujian
hipotesis
menunjukkan
bahwa
pengaruh database (X3) terhadap
efektivitas sistem manajemen akademik
sekolah (Z) secara statistik bermakna,
dengan angka koefisien jalur sebesar
0,088 dan t-hitung sebesar 2,033.
Hasil
pengujian
hipotesis
menunjukkan bahwa pengaruh jejaring
(X4) terhadap prosedur manajemen
akademik (Y) secara statistik bermakna,
yaitu dengan angka koefisien jalur
sebesar 0,125 dan t-hitung sebesar
2,132. Demikian pula, hasil pengujian
hipotesis
menunjukkan
bahwa
pengaruh jejaring (X4) terhadap
efektivitas sistem manajemen akademik
sekolah (Z) secara statistik bermakna,
dengan angka koefisien jalur sebesar
0,201 dan t-hitung sebesar 3,912.
Hasil
pengujian
hipotesis
menunjukkan
bahwa
pengaruh
sumberdaya manusia (X5) terhadap
Volume 2, No. 1, Tahun 2019
prosedur manajemen akademik (Y)
secara statistik bermakna, yaitu dengan
angka koefisien jalur sebesar 0,322 dan
t-hitung sebesar 5,595. Demikian pula,
hasil pengujian hipotesis menunjukkan
bahwa pengaruh sumberdaya manusia
(X4) terhadap efektivitas sistem
manajemen akademik sekolah (Z)
secara statistik bermakna, dengan angka
koefisien jalur sebesar 0,163 dan thitung sebesar 3,239.
Hasil
pengujian
hipotesis
menunjukkan bahwa pengaruh prosedur
manajemen akademik (Y) terhadap
efektivitas sistem manajemen akademik
sekolah (Z) secara statistik bermakna,
dengan angka koefisien jalur sebesar
0,211 dan t-hitung sebesar 4,932.
Filosofi utama dari sistem
manajemen akademik di sekolah ini
adalah bahwa semua aspek, program,
dan kegiatan di sekolah dapat
menunjang dan mendukung komponen
utama, yaitu proses pembelajaran yang
efektif.
Proses pembelajaran yang
efektif tersebut dapat terwujud dengan
adanya efektivitas sistem manajemen
akademik sekolah, yang tentunya
didukung oleh prosedur manajemen
akademik yang sesuai, dan sistem
informasi (perangkat keras, perangkat
lunak, database, jejaring, dan sumber
daya manusia) yang memadai.
Hasil perhitungan dan analisis
dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa kontribusi sumber daya manusia
(SDM) yang secara khusus menangani
masalah-masalah
terkait
sistem
informasi ini merupakan aspek yang
paling penting dalam mewujudkan
prosedur manajemen akademik dan
efektivitas sistem manajemen akademik
sekolah. Hal ini membuat komponen
SDM menjadi inti dari pengembangan
prosedur manajemen akademik dan
sistem manajemen akademik sekolah.
Namun demikian, ini tidak berarti
Upaya Peningkatan Manajemen Akademik Sekolah | 45
bahwa komponen sistem informasi
lainnya (perangkat keras, perangkat
lunak, database, dan jejaring) menjadi
tidak penting.
Di sisi lain database merupakan
komponen
yang
relatif
kurang
mendapatkan perhatian dari sekolah
terkait pemanfaatan sistem informasi
dalam mendukung prosedur manajemen
akademik dan efektivitas sistem
manajemen
akademik
sekolah.
Kurangnya
perhatian
terhadap
komponen database ini terkait dengan
belum
maksimalnya
pemahaman
pengelola sistem manajemen akademik
sekolah mengenai pentingnya database.
Kekurangpahaman
ini
terutama
berkaitan dengan pemanfaatan query
dari database yang akan digunakan.
Secara umum, model hipotetik
sistem manajemen akademik sekolah di
SMK dapat digambarkan sebagai
berikut.
SISTEM INFORMASI
SUMBER DAYA
MANUSIA
PERANGKAT
KERAS
DATABASE
PROSEDUR MANAJEMEN AKADEMIK
Perencanaan
Implementasi
Evaluasi
PERANGKAT
LUNAK
JEJARING
Efektivitas Sistem Manajemen Akademik
Sekolah
Accurate | Secure | Accessible
Simple | Reliable | Relevant
Complete | Economical | Flexible
Verifiable | Timely
Gambar 4. Visualisasi Model
Visualisasi model tersebut
mengilustrasikan bahwa dalam suatu
sistem informasi, komponen yang
relatif “berbeda” dengan komponen
lainnya adalah komponen sumber daya
manusia. Perbedaan ini diindikasikan
oleh karakteristik SDM yang dinamis
dan hidup dibandingkan dengan
komponen lain seperti perangkat keras,
perangkat lunak, database, dan jejaring
yang relatif buatan manusia itu sendiri.
Dengan demikian, komponen SDM
tersebut perlu mencakup komponen
non-SDM seperti yang digambarkan
pada visualisasi model di atas.
Dengan kata lain, SDM yang
ada perlu memahami perangkat keras,
perlu juga mengetahui perangkat lunak,
perlu menguasai database, dan perlu
memiliki kemampuan dalam mengelola
jejaring. SDM dalam hal ini adalah
kepala sekolah, guru, atau staf TU yang
bertugas untuk merancang dan
mengelola sistem. Dengan adanya
SDM yang handal dalam mengelola
perangkat keras, perangkat lunak,
database, dan jejaring, diharapkan
bahwa yang terdiri atas perencanaan,
implementasi, dan evaluasi manajemen
akademik sekolah itu dapat berjalan
dengan lancar. Pada gilirannya, sistem
manajemen akademik sekolah akan
terwujud secara efektif, yang ditandai
dengan adanya indikator Accurate,
Secure, Accessible, Simple, Reliable,
Relevant, Complete, Economical,
Flexible, Verifiable, dan Timely.
Dalam
hal
ini,
sistem
manajemen akademik sekolah akan
efektif bila informasi itu akurat
sehingga terbebas dari kesalahan,
sehingga informasi tersebut bisa
dikatakan sebagai informasi yang tepat
atau pasti kebenarannya. Informasi itu
juga bernilai pasti akan memiliki
tingkat keamanan tinggi agar terhindar
dari penerima informasi yang tidak
jelas. Informasi yang baik itu dengan
mudah diakses atau digunakan oleh si
penerima informasi dan digunakan pada
waktu yang tepat sesuai dengan
kebutuhannya.
Informasi tersebut
sederhana dan mudah untuk dipahami
secara luas oleh si penerima informasi.
Informasi tersebut juga telah sesuai
dengan kenyataan dan fakta yang ada
dengan berdasarkan pada sumbersumber yang terpercaya. Informasi
tersebut juga memiliki keterkaitan
antara informasi yang satu dengan yang
lain.
Tentu saja bahwa informasi
tersebut dikatakan complete (lengkap)
46
|
Rizky Kesuma Rahman
jika dalam informasi tersebut sudah
benar-benar memiliki keseluruhan data
yang akurat. Informasi tersebut disebut
economical, bila memiliki sebuah hasil
yang sama dengan usaha yang telah
dicapai untuk mendapat data informasi
tersebut. Informasi tersebut flexible
jika memiliki beberapa tujuan yang bisa
digunakan oleh berbagai pihak.
Verifiable bila informasi tersebut telah
dipastikan kebenarannya dan telah
mendapat suatu data sumber yang
terpercaya.
Terakhir, informasi
tersebut disebut timely bila informasi
yang dibutuhkan pada waktu itu dan
bisa digunakan yang mana informasi
tersebut memiliki acuan pada informasi
sebelumnya untuk digunakan sebagai
kebutuhan.
E.
KESIMPULAN DAN SARAN
Secara keseluruhan Sistem
Informasi (Perangkat Keras, Perangkat
Lunak, Database, Jejaring, dan
Sumberdaya Manusia) di SMK di Kota
Bandung termasuk pada kategori cukup
memadai.
termasuk pada kategori
sudah
terlaksana
dengan
baik,
sedangkan sistem manajemen akademik
sekolah belum dapat dikatakan efektif.
Sistem Informasi (perangkat keras,
perangkat lunak, database, jejaring, dan
sumber daya manusia) secara positif
dan signifikan mempengaruhi. Sistem
Informasi dan
secara positif dan
signifikan mempengaruhi Efektivitas
Sistem Manajemen Akademik Sekolah.
Walaupun kesimpulan hasil
penelitian menunjukkan bahwa semua
variabel secara positif dan signifikan
berpengaruh terhadap efektivitas sistem
manajemen akademik sekolah, masih
ada variabel yang pengaruhnya relatif
kecil dibandingkan dengan variabelvariabel lain, yaitu komponen database,
terutama yang terkait dengan lemahnya
penggunaan dan pemanfaatan data
Volume 2, No. 1, Tahun 2019
query pada sistem database yang
digunakan di sekolah. Dalam hal ini,
pengaruh komponen database terhadap
maupun efektivitas sistem akademik
sekolah belum sepenuhnya optimal.
Bila hal ini dibiarkan tetap rendah,
maka di SMK di Kota Bandung akan
mengalami hambatan yang berarti
sehingga dapat membuat sistem
manajemen akademik sekolah di SMK
tersebut kurang efektif.
Secara keseluruhan, sekolah
hendaknya dapat mengoptimalkan
aplikasi sistem informasi akademik
berbasis komputer yang dapat secara
terpadu mengelola tertib administrasi
akademik sekolah, ditunjang dengan
infrastruktur atau sarana-prasarana
komputer yang memadai sesuai dengan
fungsinya masing-masing (perangkat
keras, perangkat lunak, database,
jejaring). Perencanaan yang baik serta
pembuatan tahap-tahap implementasi
yang realistis akan lebih berhasil dan
dirasakan
manfaatnya
ketimbang
rencana yang terlalu tinggi namun sulit
diimplementasikan
baik
karena
kurangnya sumber dana maupun
sumber daya, terutama sumber daya
manusia (SDM). Semua itu hendaknya
dapat terus dievaluasi agar dapat
meningkatkan
efektivitas
sistem
manajemen akademik sekolah.
Saran yang dapat diajukan
terkait dengan masih belum optimalnya
beberapa dimensi dalam setiap variabel
yang diteliti adalah sebagai berikut.
1. Dimensi
keterpakaian
dan
dimensi
kesesuaian
pada
perangkat keras lebih rendah
dibandingkan dengan dimensidimensi lain. pengelolaan sistem
manajemen akademik sekolah
cenderung
belum
mengoptimalkan jumlah dan
perangkat keras yang dipakai
(terutama dalam bentuk server
dan PC atau laptop). Seringkali
Upaya Peningkatan Manajemen Akademik Sekolah | 47
perangkat keras tersebut tidak
digunakan
sesuai
dengan
fungsinya. Oleh karena itu,
disarankan agar pihak sekolah
lebih memperhatikan aspek
keterpakaian dan kesesuaian
perangkat keras dengan cara
melakukan evaluasi terhadap
efektivitas
penggunaan
perangkat
keras
tersebut
sehingga dapat digunakan secara
optimal untuk mendukung
prosedur manajemen akademik
dan mencapai efektivitas sistem
manajemen akademik sekolah.
2. Dimensi kualitas dan dimensi
kesesuaian pada perangkat lunak
yang lebih rendah dibandingkan
dengan
dimensi-dimensi
lainnya.
Pengelolaan sistem
manajemen akademik sekolah
cenderung
belum
mengoptimalkan
kualitas
perangkat
software
yang
memenuhi standar kualitas
untuk
mendukung
sistem
manajemen akademik sekolah.
Sebagian besar sekolah belum
memiliki
rencana
untuk
mengembangkan
standar
kualitas perangkat lunak dalam
mendukung sistem manajemen
akademik sekolah. Oleh karena
itu, disarankan agar pihak
sekolah lebih memperhatikan
aspek kualitas dan kesesuaian
perangkat lunak dengan cara
melakukan evaluasi terhadap
efektivitas
penggunaan
perangkat
lunak
dalam
mendukung
prosedur
manajemen
akademik
dan
mencapai efektivitas sistem
manajemen akademik sekolah.
3. Dimensi sistem pengolahan data
pada database relatif lebih
rendah
daripada
dimensidimensi lainnya. Sebagian besar
data yang tersedia masih bersifat
mentah, belum secara optimal
dapat diolah menjadi informasi
yang bermanfaat.
Hal ini
terutama terkait dengan masih
lemahnya penggunaan dan
pemanfaatan data query pada
sistem database yang digunakan.
Oleh karena itu, disarankan agar
sekolah lebih mendorong SDM
agar SDM tersebut dapat
memanfaatkan data querysecara
optimal
sehingga
dapat
menghasilkan informasi yang
lebih dapat dipahami pengguna.
4. Dimensi
kualitas
saluran
komunikasi pada jejaring relatif
lebih rendah daripada dimensidimensi lainnya. Sebagian besar
saluran
komunikasi
untuk
menghubungkan secara nirkabel
relatif masih belum memadai.
Banyak warga sekolah yang
belum dapat memanfaatkan
saluran
komunikasi
yang
berkualitas untuk menunjang
prosedur manajemen akademik
dan mencapai efektivitas sistem
manajemen akademik sekolah.
Oleh karena itu, disarankan agar
sekolah
dapat
lebih
meningkatkan kualitas saluran
komunikasi ini dengan cara
membangun jejaring yang lebih
representatif untuk semua warga
sekolah.
5. Dimensi jumlah dan kualitas
pada SDM relatif lebih rendah
daripada
dimensi-dimensi
lainnya.
Hampir di semua
sekolah, jumlah SDM yang
mengurus secara langsung
sistem manajemen akademik
hanya itu-itu saja dengan
kualitas yang belum bisa
dibilang tinggi. Oleh karena itu,
sekolah
disarankan
untuk
menambah jumlah SDM yang
48
|
Rizky Kesuma Rahman
memiliki kemampuan dalam
mengelola sistem manajemen
akademik sekolah, minimal dua
orang.
6. Dimensi evaluasi pada prosedur
manajemen akademik relatif
lebih rendah daripada dimensidimensi lainnya. Karena terlalu
fokus pada perencanaan dan
implementasi, pengelola sistem
informasi
relatif
jarang
melakukan evaluasi sistem
peserta didik, sistem kurikulum,
sistem
nilai
(evaluasi
pembelajaran),
sistem
administrasi guru, sistem proses
pembelajaran
(penjadwalan),
dan sistem sarana-prasarana
pembelajaran. Oleh karena itu,
kepala sekolah sebagai pimpinan
sekolah
hendaknya
lebih
memfokuskan
pada
tahap
evaluasi ini sebagai bahan untuk
membuat
perencanaan
berikutnya
secara
berkesinambungan.
7. Dimensi timely pada efektivitas
sistem manajemen akademik
sekolah relatif lebih rendah
daripada
dimensi-dimensi
lainnya. Hal ini terkait dengan
banyaknya informasi SMAS
yang kurang sesuai dengan
rentang waktu yang dibutuhkan.
Selain itu, pengguna kadangkadang mendapat kesulitan
dalam mengakses data/informasi
rentang
waktu
tertentu
(data/informasi historis). Oleh
karena itu, updatingdata dan
informasi
terkait
SMAS
sangatlah penting dilakukan
secara berkesinambungan oleh
pihak
pengelola
sistem
manajemen akademik sekolah.
8. Secara keseluruhan, sekolah
hendaknya
dapat
mengoptimalkan aplikasi sistem
Volume 2, No. 1, Tahun 2019
informasi akademik berbasis
komputer yang dapat secara
terpadu
mengelola
tertib
administrasi akademik sekolah,
ditunjang dengan infrastruktur
atau sarana-prasarana komputer
yang memadai sesuai dengan
fungsinya
masing-masing
(perangkat keras, perangkat
lunak,
database,
jejaring).
Perencanaan yang baik serta
pembuatan
tahap-tahap
implementasi yang realistis akan
lebih berhasil dan dirasakan
manfaatnya ketimbang rencana
yang terlalu tinggi namun sulit
diimplementasikan baik karena
kurangnya sumber dana maupun
sumber daya, terutama sumber
daya manusia (SDM). Semua itu
hendaknya
dapat
terus
dievaluasi
agar
dapat
meningkatkan efektivitas sistem
manajemen akademik sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Castetter, W. (1996), The Human
Resources
Function
in
Educational Administration. Ney
Jersey : Prentince Hall
Jogiyanto, H. M, (2007). Analisis dan
Design
Sistem
Informasi
Pendekatan
Terstruktur.
Yogyakarta: Andi Offset.
Laudon, K.C., Laudon, J.P, and Elragal,
A.
(2013).
Management
Information Systems, Managing
the Digital Firm, 12thEdition.
Essex: Pearson Education, Inc.
Oz, E. (2009). Management Information
Systems, Sixth Edition. Boston:
Course Technology, Cengage
Learning, Inc.
Stair, R.M. & Reynolds, G.W. (2012).
Fundamentals of Information
Systems, Sixth Edition. Boston:
Course Technology, Cengage
Upaya Peningkatan Manajemen Akademik Sekolah | 49
Learning, Inc.
Watson, R.T. (2007). Information
Systems. Georgia: Global Text
Project.
Whitman, M. and Mattord, H. (2011).
Principles
of
Information
Security. Cengage Learning.
Zwass, Vladimir. (2008). Foundation of
Information System. Singapore:
McGraw-Hill.
Razik,T.A &
Swanson, A (1996).
Fundamental
Concept
of
Educational Leadership and
Management. Colombus-ohio:
Prentice Hall.
Wahono, T, (2006). Konsep Dasar
Sistem Informasi. Jakarta: Elex
Media Komputindo.