Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Kurikulum Psikologi Orang Dewasa

2022, Radisty Sabila

MAKALAH KURIKULUM PEMBELAJARAN ORANG DEWASA Disusun Oleh: Angga Adi Saputra (6020210092) Balqis Nashita (6020210095) Cindy Febriani Thalia (6020210107) Farah Libraty Syahnaz (6020210133) Muhamad (6020210100) Radisty Sabila Noveira (6020210129) Siti Yulita Nurhalizah (6020210102) FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PANCASILA JAKARTA 2022 1.1 Latar belakang Pendidikan bagi orang dewasa menjadi sebuah hal penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Tidak sedikit orang dewasa yang perlu mendapatkan pendidikan baik secara formal maupun informal. Hal tersebut memberi pengaruh kepada pembelajaran orang dewasa. Orang dewasa diartikan sebagai orang yang sudah banyak memiliki pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan kemampuan dalam mengatasi permasalahan secara mandiri. Orang dewasa lebih mengarahkan dirinya kepada pencapaian pemantapan identitas dan jati dirinya, dengan demikian keikutsertaan orang dewasa dalam pelaksanaan pembelajaran memberikan dampak yang positif bagi perubahan pendidikan ke arah yang lebih baik. Pendidikan yang akan dilaksanakan oleh orang dewasa tidak hanya seputar memberi tambahan pengetahuan saja, melainkan adanya pembekalan dengan rasa percaya diri sehingga dapat mengimplementasikan pengetahuan dan keterampilan yang akan digunakan untuk mengajar anak-anak. Pendidikan bagi orang dewasa saat ini menjadi sebuah aspek yang penting yang harus dikembangkan dengan baik. Orang dewasa perlu mengetahui konsep psikologi orang dewasa sehingga sebagai pribadi dapat mengarahkan diri sendiri. Pemahaman terhadap perkembangan kondisi psikologi orang dewasa memiliki arti yang penting bagi para pendidik atau fasilitator dalam menghadapi orang dewasa sebagai siswa. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh orang dewasa berbeda dengan pendidikan yang dilaksanakan oleh anak usia muda. Pendidikan yang dilaksanakan oleh orang dewasa cenderung mengarah kepada pendidikan yang berbentuk keterampilan dan kursus-kursus. Materi dan kurikulum yang digunakan dalam pendidikan orang dewasa berbeda dengan pendidikan yang dilaksanakan oleh anak usia muda. Oleh karena itu, tujuan dari penulisan makalah ini adalah memaparkan mengenai materi tentang kurikulum yang akan dipelajari oleh orang dewasa. Aspek tersebut perlu dipaparkan sebagai upaya untuk membelajarkan orang dewasa sebagai salah satu alternatif untuk menyelesaikan masalah kependidikan, sebab pendidikan saat ini bukan lagi pendidikan yang berupaya untuk mentransmisikan pengetahuan melainkan guna sebagai proses pendidikan sepanjang hayat. 1.2 Pengertian & Penjelasan Tentang Kurikulum Secara harfiah, kurikulum berasal dari bahasa latin, curiculum yang berarti bahan pengajaran. Kata kurikulum selanjutnya menjadi suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan pada sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau ijazah. Pengertian diatas sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Saylor, Alexander, dan Lewis dalam buku Wina Sanjaya menyatakan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh peserta didik. Pandangan tersebut lebih menekankan kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran yang sering dihubungkan dengan usaha untuk memperoleh ijazah, sedangkan ijazah tersebut menggambarkan kemampuan. Oleh karena itu, hanya orang yang memperoleh kemampuan sesuai standar tertentu yang akan memperoleh ijazah. Ketika membahas kurikulum, penting terlebih dahulu untuk memperjelas istilah yang ada kurangnya kejelasan dalam terminologi terkait kurikulum. As Miller & Seller menyatakan, Di satu sisi, kurikulum dilihat hanya sebagai program studi, di sisi lain kurikulum dipandang sebagai interaksi antara siswa dan guru yang dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pada akhirnya, kurikulum lebih luas diartikan sebagai segala sesuatu yang terjadi di bawah naungan [organisasi pendidikan]. Jadi, istilah “kurikulum” akan digunakan secara khusus untuk menunjukkan isi dan proses pembelajaran. Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan orang dewasa yang disebut sebagai Kurikulum persistent life situations, yaitu merupakan bagian dari suatu kurikulum terpadu yang menganalisis situasi yang dihadapi manusia dalam kehidupannya, masa lalu, masa kini, dan juga masa yang akan datang (Herod, 2012). 1.3 Bloom’s Taxonomy Hasil pembelajaran harus ditempatkan pada tingkat yang tepat untuk menentukan kompleksitas dan/atau signifikansi situasi di mana pembelajar diharapkan untuk menunjukkan perilaku tersebut. Masalah yang dihadapi banyak akademisi adalah menentukan hasil pembelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan. Penulisan hasil belajar harus mencerminkan peningkatan kompetensi siswa (Bingham, 1999; Herod, 2012). Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives (1979) dapat membantu dalam mengartikulasikan tingkat kinerja akademik yang diharapkan ketika menulis hasil belajar. Taksonomi bloom adalah struktur hierarki yang mengidentifikasi keterampilan berpikir mulai dari jenjang yang rendah hingga jenjang yang tinggi. Taksonomi Bloom pertama kali diterbitkan pada tahun 1956 oleh seorang psikolog pendidikan yaitu Benjamin Bloom. Kemudian pada tahun 2021 direvisi oleh Krathwohl dan para ahli aliran kognitivisme. Hasil revisi ini yang kita kenal dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Revisi yang dibuat hanya pada ranah kognitif dengan menggunakan kara kerja.Taksonomi dalam bidang pendidikan, digunakan untuk klasifikasi tujuan instruksional; ada yang menamakannya tujuan pembelajaran, tujuan penampilan, atau sasaran belajar, yang digolongkan dalam tiga klasifikasi umum atau ranah (domain), yaitu mencakup enam tingkat kemampuan kognitif yang meningkat, yaitu knowledge, comprehension, application, analysis, evaluation dan creating. McLean and Looker (2006) di Unit Pembelajaran dan Pengajaran di University of New South Wales di Australia telah menyajikan daftar kata kerja untuk memungkinkan staf akademik membangun hasil pembelajaran yang selaras dengan Bloom’s Taxonomy ditunjukkan di atas. Beberapa kata kerja yang mereka tampilkan ditunjukkan di bawah ini, terkait dengan enam tingkat kemampuan kognitif (Dalam Gunawan & Palupi, 2012). Berikut penjelasan mengenai setiap langkah dari Bloom’s Taxonomy : 1. Remember Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah (problem solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi mengenali (recognition) dan memanggil kembali (recalling). Mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret, misalnya tanggal lahir, alamat rumah, dan usia, sedangkan memanggil kembali (recalling) adalah proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat. 2. Understand Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi. Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan (classification) dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan akan muncul ketika seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu. Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi yang spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya. Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau lebih objek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi. Membandingkan berkaitan dengan proses kognitif menemukan satu persatu ciri-ciri dari objek yang diperbandingkan. 3. Apply Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan prosedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan (implementing).Menerapkan merupakan proses yang kontinu, dimulai dari siswa menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan prosedur baku/standar yang sudah diketahui. Kegiatan ini berjalan teratur sehingga siswa benar-benar mampu melaksanakan prosedur ini dengan mudah, kemudian berlanjut pada munculnya permasalahan-permasalahan baru yang asing bagi siswa, sehingga siswa dituntut untuk mengenal dengan baik permasalahan tersebut dan memilih prosedur yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan. 4. Analyze Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Kemampuan menganalisis merupakan jenis kemampuan yang banyak dituntut dari kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah. Berbagai mata pelajaran menuntut siswa memiliki kemampuan menganalisis dengan baik. Tuntutan terhadap siswa untuk memiliki kemampuan menganalisis sering kali cenderung lebih penting daripada dimensi proses kognitif yang lain seperti mengevaluasi dan menciptakan. Kegiatan pembelajaran sebagian besar mengarahkan siswa untuk mampu membedakan fakta dan pendapat, menghasilkan kesimpulan dari suatu informasi pendukung. Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut (attributing) dan mengorganisasikan (organizing). Memberi atribut akan muncul apabila siswa menemukan permasalahan dan kemudian memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang menjadi permasalahan. 5. Evaluate Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. Standar ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh siswa. Perlu diketahui bahwa tidak semua kegiatan penilaian merupakan dimensi mengevaluasi, namun hampir semua dimensi proses kognitif memerlukan penilaian. Perbedaan antara penilaian yang dilakukan siswa dengan penilaian yang merupakan evaluasi adalah pada standar dan kriteria yang dibuat oleh siswa. Jika standar atau kriteria yang dibuat mengarah pada keefektifan hasil yang didapatkan dibandingkan dengan perencanaan dan keefektifan prosedur yang digunakan maka apa yang dilakukan siswa merupakan kegiatan evaluasi. Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritik (critiquing). Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk. Jika dikaitkan dengan proses berpikir merencanakan dan mengimplementasikan maka mengecek akan mengarah pada penetapan sejauh mana suatu rencana berjalan dengan baik. Mengkritisi mengarah pada penilaian suatu produk atau operasi berdasarkan pada kriteria dan standar eksternal. Mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir kritis. Siswa melakukan penilaian dengan melihat sisi negatif dan positif dari suatu hal, kemudian melakukan penilaian menggunakan standar ini. 6. Create Menciptakan meliputi menggeneralisasikan (generating) dan memproduksi (producing). Menggeneralisasikan merupakan kegiatan merepresentasikan permasalahan dan penemuan alternatif hipotesis yang diperlukan. Menggeneralisasikan ini berkaitan dengan berpikir divergen yang merupakan inti dari berpikir kreatif. Memproduksi mengarah pada perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Memproduksi berkaitan erat dengan dimensi pengetahuan yang lain yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognisi. 1.3.1 Kenapa Bloom’s Taxonomy itu penting ? Bloom’s Taxonomy dapat membantu pendidik memetakan pembelajaran dalam satu pelajaran atau bahkan seluruh kursus. Menggunakan taksonomi sebagai panduan, pelatih dapat mengidentifikasi tujuan instruksional yang jelas sesuai dengan setiap tingkat taksonomi dan membuat rencana untuk mencapainya. Dengan menetapkan tujuan yang dapat dicapai untuk peserta didik, instruktur membuat mereka lebih aktif dan bertanggung jawab atas pendidikan mereka. Taksonomi juga dapat berguna untuk mengevaluasi peserta didik dengan benar. Sebuah esai, misalnya, mungkin bukan bentuk tes terbaik ketika pembelajar hanya perlu mengingat fakta dasar dan terminologi yang berkaitan dengan topik. Namun akan tepat pada tahap evaluasi ketika mereka diharapkan untuk merumuskan pendapat mereka tentang suatu isu. Taksonomi Bloom memungkinkan pendidik untuk mengukur kemajuan peserta didik. Ini membantu pendidik menentukan level mana setiap pelajar berada dan menugaskan mereka tugas individu. 1.4 Fungsi Kurikulum Kurikulum sebagai sebuah program pembelajaran disusun secara sistematis dan logis. Secara umum Kurikulum berfungsi sebagai alat untuk membantu pembelajaran lebih sistematis dan terarah sesuai dengan capaian pembelajaran. Dalam buku Principle of Secondary Education (1918) Alexander Inglis mengatakan bahwa Kurikulum memiliki 6 fungsi, diantaranya ; 1. Fungsi Penyesuaian ( The Adjutive of Adaptive Function) Fungsi Kurikulum disini sebagai alat pendidikan terhadap individu agar mampu dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan nya. Lingkungan sekitar memiliki sifat yang dinamis maka Individu harus memiliki kemampuan yang dinamis pula. Sehingga peranan kurikulum disini mampu membuat individu bersifat well-adjusted 2. Fungsi Integrasi ( The Integrating Function) Pada Fungsi ini kurikulum berperan mendidik Individu agar menjadi Pribadi yang terintegrasi. Fungsi Integrasi kurikulum disini adalah pembelajaran kepada Individu agar dapat membaur dalam pembentukan dan lingkungan masyarakat yang terintegrasi. 3. Fungsi Diferensiasi (The Differentiating function) Kurikulum berfungsi memberikan pembelajaran terhadap perbedaan setiap individu dalam masyarakat, hal ini didasarkan diferensiasi akan mendorong Individu berpikir kritis dan kreatif sehingga mendorong kemajuan sosial dalam masyarakat. 4. Fungsi Persiapan ( The propaedeutic Function) Fungsi Kurikulum sebagai persiapan agar mempersiapkan peserta didik mampu melanjutkan studi lebih lanjut dengan jangkauan pembelajaran yang lebih luas. 5. Fungsi Pemilihan (The Selective Function ) Sebelumnya terdapat fungsi diferensiasi maka fungsi pemilihan dalam kurikulum adalah hal yang berkaitan. Fungsi pemilihan dalam kurikulum memberikan kesempatan pada individu memilih pembelajaran yang diinginkan sesuai dengan minatnya. 6. Fungsi Diagnostik (The Diagnostic Function) Fungsi terakhir dalam kurikulum adalah sebagai salah satu pelayanan Pendidikan yang membantu mengarahkan Individu mampu memahami potensi yang berada pada dirinya sehingga Individu tersebut dapat mengembangkan seluruh potensi secara optimal. 1.5 Komponen Kurikulum Komponen Kurikulum mempunyai empat unsur komponen yang membentuk/penyusun kurikulum. empat unsur komponen kurikulum adalah sebagai berikut, yaitu : a. Komponen Tujuan Kurikulum merupakan suatu sistem pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan karena berhasil atau tidaknya sistem pembelajaran diukur dari banyaknya tujuan-tujuan yang tercapai. Tujuan pendidikan menurut Permendiknas No. 22 pada tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah adalah sebagai berikut : 1) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan keterampilan hidup mandiri serta mengikuti pendidikan selanjutnya. 2) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia dan keterampilan hidup mandiri serta mengikuti pendidikan selanjutnya. 3) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia dan keterampilan hidup mandiri serta mengikuti pendidikan selanjutnya sesuai kejurusan 4) Tujuan pendidikan institusional adalah tujuan pendidikan yang dikembangkan di kurikuler dalam setiap mata pelajaran di sekolah. b. Komponen Isi (Bahan Pengajaran) Kurikulum dalam komponen isi adalah suatu yang diberikan kepada peserta didik untuk bahan belajar mengajar guna mencapai tujuan. Kurikulum memiliki kriteria yang membantu perencanaan pada kurikulum. Kriteria kurikulum adalah sebagai berikut : 1) Sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa 2) Mencerminkan kenyataan sosial 3) Mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji 4) Menunjang tercapainya tujuan pendidikan. c. Komponen Strategi Kurikulum sebagai komponen strategi yang merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan dalam proses belajar mengajar. Strategi dalam pembelajaran tergambar dari cara yang ditempuh dalam pembelajaran, mengadakan penilaian, pelaksanaan bimbingan dan mengatur kegiatan baik umum maupun yang sifatnya khusus. Strategi Pelaksanaan adalah pengajaran, penilaian, bimbingan, dan penyuluhan kegiatan sekolah. Tercapainya tujuan, ini diperlukan pelaksanaan yang baik dalam menghantarkan peserta didik ke tujuan tersebut yang merupakan tolak ukur dari program pembelajaran (kurikulum). d. Komponen Evaluasi Komponen evaluasi dalam kurikulum adalah memeriksa tingkat ketercapaian tujuan suatu kurikulum dalam proses dan hasil belajar peserta didik yang memiliki peranan penting dalam memberikan keputusan dari hasil evaluasi guna dalam pengembangan model kurikulum sehingga mampu mengetahui tingkat keberhasilan suatu siswa dalam mencapai tujuannya (Alfarabi, 2015). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan sejumlah kegiatan yang berisi tujuan, isi dan mata pelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik baik didalam maupun diluar sekolah. 1.6 Prinsip Belajar Orang Dewasa Davies (1991:32), mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar belajar dalam proses pembelajaran, yaitu: ● Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya. ● Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar. ● Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement). ● Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti. ● Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik. ● Belajar harus memiliki tujuan. Tujuan harus berhubungan dengan kebutuhan hidup. Kegiatan belajar harus menunjukkan usaha dan bersedia mengalami bermacam-macam kesukaran, adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil. Belajar dikatakan berhasil apabila memberikan keberhasilan yang menyenangkan. ● Pengulangan dan latihan perlu diberikan atas dasar pemahaman. Terpenting dari kegiatan belajar adalah kemauan untuk belajar. 1.6.1 Implementasi Kurikulum Implementasi kurikulum adalah pelaksanaan kurikulum yang mencakup tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Implementasi merupakan bagian dari keseluruhan manajemen kurikulum yang mencakup pengembangan kurikulum (curriculum development), implementasi (implementation), umpan balik (feedback), evaluasi (evaluation), modifikasi (modification), dan konstruksi kurikulum (curriculum construction). Berikut ada beberapa implementasi kurikulum yang telah diterapkan di Indonesia yaitu: a) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Tahun 2004 KBK mempunyai ciri-ciri yang menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman. Lalu pada kegiatan belajar menggunakan pendekatan metode bervariasi. Sumber belajar bukan hanya dari guru, melainkan juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. b) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)”. Tidak banyak yang berbeda dari Kurikulum 2004, mulai dari tinjauan dari segi isi, proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi. Perbedaan dengan kurikulum 2004 tertera pada kewenangan dalam penyusunanya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan Indonesia. Pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Guru dituntut mampu mengembangkan sendiri silabus dan penilaian sesuai kondisi sekolah dan daerahnya. c) Kurikulum 2013 (K-13) Kurikulum 2013 merupakan pengganti dari Kurikulum 2006 (KTSP). Pada Kurikulum 2013 ini memiliki 3 aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn dan beberapa materi lain, sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi Matematika. Pada Kurikulum ini guru diharapkan dapat mendorong siswa untuk melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengomunikasikan apa yang telah siswa pahami setelah menerima materi pembelajaran. Kemudian untuk siswa itu sendiri, diharapkan dapat memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar, kemampuan interpersonal, antar-personal, dan memiliki kemampuan berpikir kritis. d) Kurikulum Merdeka Kurikulum Merdeka diluncurkan Mendikristek pada Februari 2022 lalu sebagai salah satu program Merdeka Belajar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Kurikulum Merdeka berfokus pada materi yang esensial dan pada pengembangan karakter Profil Pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila sendiri terdiri atas nilai-nilai Pancasila. Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat sesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Proyek untuk menguatkan pencapaian Profil Pelajar Pancasila dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh Kemendikbud Ristek. Proyek tersebut tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran. Sekolah yang melaksanakan Kurikulum Merdeka akan melalui beberapa tahapan implementasi, yaitu tahap Mandiri Belajar, kemudian Mandiri Berubah, lalu terakhir Mandiri Berbagi. 1.6.2 Kurikulum bagi Orang Dewasa Hasil sebuah penelitian mengungkapkan bahwa orang dewasa tidak mengalami pertumbuhan pribadi yang signifikan pada usia setengah baya, namun peserta didik dewasa hanya tumbuh secara signifikan dalam satu jenis lingkungan belajar. Faktor kunci dalam pembelajaran orang dewasa sebagai berikut (Darmin, 2013:140). ● Lingkungan dimana peserta didik merasa aman dan nyaman dan didukung, kebutuhan individual dan keunikan yang terhormat serta kemampuan dan prestasi hidup yang diakui dan dihormati. ● Sebuah lingkungan yang mendorong untuk kebebasan intelektual, eksperimentasi dan kreativitas. ● Lingkungan dimana pengajar memberlakukan orang dewasa sebagai teman. ● Belajar dengan cara mengarahkan diri sendiri, dimana pembelajar bertanggung jawab atas pembelajaran yang dilakukan sendiri. ● Menekankan pada tantangan intelektual, menentang orang melampaui tingkat kemampuan mereka sendiri. ● Keterlibatan aktif dalam belajar. ● Mekanisme umpan balik regular bagi peserta didik dewasa untuk menceritakan pendidikan yang mereka inginkan seperti apa. Pembelajaran yang diberikan kepada orang dewasa dapat efektif apabila pembimbing tidak terlalu mendominasi di dalam kelas, mengurangi banyak bicara, namun mengupayakan agar individu orang dewasa tersebut mampu menemukan alternatif untuk dapat mengembangkan kepribadian mereka sendiri. Orang dewasa hakikatnya merupakan makhluk yang kreatif apabila seseorang mampu menggerakkan dan menggali potensi yang ada pada dirinya. Jadi pendidikan orang dewasa merupakan suatu pendidikan yang terarah yang dilaksanakan untuk mendidik atau mengajar orang dewasa, meskipun orang dewasa sudah mampu mandiri dan mengarahkan dirinya sendiri, namun dalam kegiartan andragogi yang terpenting adalah interaksi belajar dengan kegiatan belajar mandiri. 1.7 Implikasi Terdapat beberapa implikasi dari adanya kurikulum yaitu sebagai berikut: ● Implikasi bagi pembelajar adalah mereka dituntut mampu berpartisipasi secara aktif dalam menjabarkan, mengembangkan, dan mengimplementasikan aspek-aspek kurikulum yang mendukung bagi terbentuknya suatu profil lulusan sebagaimana yang terumuskan dalam kurikulum. ● Implikasi bagi pengajar adalah menuntut para pengajar untuk mengembangkan skill mereka dalam mengelola dan menyajikan materi pembelajaran yang bermakna, menarik dan menyenangkan serta memilih kompetensi yang tepat dari berbagai mata pelajaran. 1.8 Saran Pengembangan Kurikulum Terdapat saran yang harus dilakukan untuk pengembangan kurikulum yang lebih baik lagi yaitu dengan menciptakan dan memperhatikan desain kurikulum yang berbasis e-learning dan web. Dalam iklim saat ini, pengajar perlu menanamkan e-learning ke dalam pengalaman belajar pembelajar. Pada hakikatnya prinsip pedagogik pengajaran dan penunjang belajar siswa harus diterapkan pada desain dan pengembangan modul, kursus, dan online atau berbasis web karena kebutuhan pelajar apalagi orang dewasa di jaman sekarang ini semakin rekat dengan internet, maka dengan adanya e-learning terbukti sangat membantu jalannya pembelajaran bagi pembelajar (Herwiana & Laili, 2022). Terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan yakni: 1. Adanya media online komunikasi pembelajar dan pengajar Dalam pembelajaran online, dapat dibuat sebuah web khusus untuk dapat mengakses sumber pembelajaran berbasis e-learning oleh karena itu perlu dirancang sistem aplikasi atau web yang berkapasitas dan berkualitas baik agar proses pembelajarannya berjalan efektif dan efisien. Memang sudah banyak yang menerapkan hal ini tetapi tidak semua institusi pendidikan terbukti siap dan bisa membangun sistem ini dengan baik dan benar. 2. Adanya video yang disajikan pengajar secara online Orang dewasa menyukai tampilan pembelajaran yang menarik dan bermanfaat oleh karena itu, perlu penyajian dan penjelasan yang menarik dari pengajar untuk pembelajar. adanya video yang disajikan secara online dinilai efektif karena video tersebut dapat direkam bahkan dapat diputar ulang kembali oleh penontonnya. 3. Adanya email dan informasi kontak telepon Kurikulum berbasis e-learning membutuhkan berbagai macam media online untuk dapat membantu jalannya proses pembelajaran ini, oleh karena itu para pembelajar dan pengajar dapat diwajibkan untuk mencantumkan email dan informasi kontak telepon mereka demi kebutuhan informasi dan komunikasi yang akan diterapkan. 4. Adanya panduan dalam mengakses pembelajaran berbasis web Agar tidak terjadi sebuah kesalahpahaman ketika menggunakan, maka harus adanya panduan dalam menggunakan dan mengakses web pembelajaran tersebut. Misalnya panduan tentang bagaimana pembelajar akan mengumpulkan tugas, pengajar memberikan feedback, melihat nilai dan lain sebagainya. 1.9 Kesimpulan Maju atau mundurnya suatu bangsa sangatlah bergantung pada sumber daya manusianya, dan menyangkut hal tersebut, orang dewasa memiliki peran krusialnya tersendiri sebagai penopang peradaban, oleh karenanya harus diciptakan ruang dan urgensi tersendiri dalam menciptakan lingkungan belajar yang menunjang para orang dewasa untuk mencapai potensi maksimalnya. Menanggapi hal tersebut, maka menjadi jelas bahwa dalam proses pembelajarannya tersebut, orang dewasa membutuhkan kurikulum yang dirancang secara khusus untuk mengakomodasi segala kebutuhannya untuk berkembang. Suatu kurikulum dipandang sebagai interaksi antara siswa dan guru yang dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, sedangkan pembelajaran orang dewasa itu sendiri merupakan proses yang isinya, tingkatannya, dan metodenya dirumuskan sedemikian rupa guna meningkatkan kemampuan, memperkaya pengetahuan, mendapatkan keterampilan dan membawa perubahan sikap seseorang sebagai tenaga pembangunan yang mampu berpartisipasi aktif dalam pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya (Panen dan Sejati, 2005;Herod, 2012). Herod (2012) menjelaskan bahwa kurikulum yang digunakan dalam pendidikan orang dewasa disebut sebagai kurikulum persistent life situations, yaitu merupakan bagian dari suatu kurikulum terpadu yang menganalisis situasi yang dihadapi manusia dalam kehidupannya, masa lalu, masa kini, dan juga masa yang akan datang. Selain itu, Indonesia melalui Mendikristek pada Februari 2022 juga menyusun kurikulum baru yang disebut sebagai Kurikulum Merdeka, yang merupakan kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Meskipun begitu, masih ada beberapa hal terkait berbagai kurikulum yang sudah ada yang nampaknya masih dapat dikembangkan dan diperbaharui kembali dengan mempertimbangkan iklim teknologi yang semakin canggih, yakni dengan melibatkan segala kemajuan dan kemudahan akses teknologi dalam proses belajar yang juga sudah sepatutnya semakin mudah dan cepat. DAFTAR PUSTAKA Alfarabi. (2015). Konsep Pendidikan Orang Dewasa. http://repository.uinsu.ac.id/815/4/DISERTASI_BAB_II.pdf. Gunawan, I & Palupi, R.A. (2012). TAKSONOMI BLOOM – REVISI RANAH KOGNITIF: KERANGKA LANDASAN UNTUK PEMBELAJARAN, PENGAJARAN, DAN PENILAIAN. Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran. http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/PE/article/view/50 Herwiana, S & Laili, E. (2022). Exploring Benefits and Obstacles of Online Learning During the Covid-19 Pandemic in EFL Students' Experiences. Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama. https://doi.org/10.37680/qalamuna.v14i1.1259 Herod, L. (2012). Adult learning from theory http://en.copian.ca/library/learning/adult_learning/adult_learning.pdf to practice. Lampiran PowerPoint