MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
KEPEMIMPINAN TINGKAT IV
Lembaga Administrasi Negara – Republik Indonesia
2008
Hak Cipta Pada : Lembaga Administrasi Negara
Edisi Tahun 2008
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia
Jl. Veteran No. 10 Jakarta 10110
Telp. (62 21) 3868201, Fax. (62 21) 3800188
Pola Kerja Terpadu
Jakarta – LAN – 2008
74 hlm: 15 x 21 cm
ISBN: 979 – 8619 – 49 – 8
iv
mulai dari aspek kurikulum yang meliputi rumusan kompetensi, mata
Diklat dan strukturnya, metode dan skenario pembelajaran sampai
pada pengadministrasian penyelenggaranya. Dengan proses
standarisasi ini, maka kualitas penyelenggaraan dan alumni dapat
lebih terjamin.
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
SAMBUTAN
Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian menegaskan bahwa dalam rangka usaha mencapai
tujuan nasional, diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang
berkemampuan melaksanakan tugas secara profesional. Untuk
mewujudkan profesionalisme PNS ini, mutlak diperlukan
peningkatan kompetensi, khususnya kompetensi kepemimpinan
bagi para pejabat dan calon pejabat Struktural Eselon IV baik di
lingkungan pemerintah pusat maupun daerah. Sebagai pejabat
struktural yang berada pada posisi paling depan atau ujung tombak,
pejabat struktural eselon IV memainkan peran yang sangat penting
karena bertanggung jawab dalam mensukseskan pelaksanaan
kegiatan-kegiatan secara langsung, sehingga buah karyanya dapat
dirasakan secara langsung oleh masyarakat.
Untuk mempercepat upaya peningkatan kompetensi tersebut,
Lembaga Administrasi Negara (LAN) telah menetapkan kebijakan
desentralisasi dalam penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan (Diklatpim) Tingkat IV. Dengan kebijakan ini,
jumlah penyelenggaraan Diklatpim Tingkat IV dapat lebih
ditingkatkan sehingga kebutuhan akan pejabat struktural eselon IV
yang profesional dapat terpenuhi. Agar penyelenggaraan Diklatpim
Tingkat IV menghasilkan alumni dengan kualitas yang sama,
walaupun diselenggarakan dan diproses oleh Lembaga Pendidikan
dan Pelatihan (Diklat) yang berbeda, maka LAN menerapkan
kebijakan standarisasi program Diklatpim Tingkat IV. Proses
standarisasi meliputi keseluruhan aspek penyelenggaraan Diklat,
iii
Salah satu unsur penyelenggaraan Diklatpim Tingkat IV yang
mengalami proses standarisasi adalah modul untuk para peserta
(participants’ book). Disadari sejak modul-modul tersebut
diterbitkan, lingkungan strategis khususnya kebijakan-kebijakan
nasional pemerintah juga terus berkembang secara dinamis. Di
samping itu, konsep dan teori yang mendasari substansi modul juga
mengalami perkembangan. Kedua hal inilah yang menuntut
diperlukannya penyempurnaan secara menyeluruh terhadap modulmodul Diklatpim Tingkat IV ini.
Oleh karena itu, saya menyambut baik penerbitan modul-modul yang
telah mengalami penyempurnaan ini, dan mengharapkan agar peserta
Diklatpim Tingkat IV dapat memanfaatkannya secara optimal,
bahkan dapat menggali kedalaman substansinya di antara sesama
peserta dan para Widyaiswara dalam berbagai kegiatan pembelajaran
selama Diklat berlangsung. Semoga modul hasil perbaikan ini dapat
dipergunakan sebaik-baiknya.
Kepada Drs. Pitoyo, MA dan Drs. Djoenaedi Tamim selaku penulis
serta seluruh anggota Tim yang telah berpartisipasi, kami ucapkan
terima kasih atas kesungguhan dan dedikasinya.
.
Jakarta,
Juli 2008
KEPALA
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
SUNARNO
vi
KATA PENGANTAR
Sejalan dengan upaya mewujudkan Pegawai Negeri Sipil yang
profesional melalui jalur pendidikan dan pelatihan (Diklat),
pembinaan Diklat khususnya Diklat Kepemimpinan (Diklatpim)
Tingkat IV ke arah Diklat berbasis kompetensi, terus dilakukan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 Tentang Pendidikan dan
Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil. Salah satu upaya pembinaan
yang telah ditempuh adalah melalui penerbitan modul Diklat.
Kehadiran modul Diklatpim Tingkat IV ini memiliki nilai strategis
karena menjadi acuan dalam proses pembelajaran, sehingga
kebijakan
pembinaan
Diklat
yang
berupa
standarisasi
penyelenggaraan Diklat dapat diwujudkan. Oleh karena itu, modul ini
dapat membantu widyaiswara atau fasilitator Diklat dalam mendisain
pengajaran yang akan disampaikan kepada peserta Diklat; membantu
pengelola dan penyelenggara Diklat dalam penyelenggaraan Diklat;
dan membantu peserta Diklat dalam mengikuti proses pembelajaran.
Untuk maksud inilah maka dilakukan penyempurnaan terhadap
keseluruhan modul Diklat Kepemimpinan Tingkat IV yang meliputi
substansi dan format.
Disadari bahwa perkembangan lingkungan strategis berlangsung
lebih cepat khususnya terhadap dinamika peraturan perundangan
yang diterbitkan dalam rangka perbaikan sistem penyelenggaraan
pemerintahan negara, maka kualitas modul terutama kesesuaian isi
dengan kebijakan yang berkembang perlu terus dipantau dan
disesuaikan manakala terdapat hal-hal yang sudah tidak relevan lagi.
Sehubungan dengan hal ini, modul ini dapat pula dipandang sebagai
bahan minimal Diklat, dalam artian bahwa setelah substansinya
disesuaikan dengan perkembangan yang ada, maka dapat
dikembangkan selama relevan dengan hasil belajar yang akan dicapai
dalam modul ini. Oleh karena itu, kami harapkan bahwa dalam
rangka menjaga kualitas modul ini, peranan widyaiswara termasuk
v
peserta Diklat juga dibutuhkan. Kongkritnya, widyaiswara dapat
melakukan penyesuaian dan pengembangan terhadap isi modul,
sedangkan peserta Diklat dapat memperluas bacaan yang relevan
dengan modul ini, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung
dinamis, interaktif dan aktual.
Selamat memanfaatkan modul Diklat Kepemimpinan Tingkat IV ini.
Semoga melalui modul ini, kompetensi kepemimpinan bagi peserta
Diklat Kepemimpinan Tingkat IV dapat tercapai.
Jakarta,
Juli 2008
DEPUTI BIDANG PEMBINAAN
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
APARATUR
NOORSYAMSA DJUMARA
viii
DAFTAR ISI
SAMBUTAN .............................................................................
iii
KATA PENGANTAR................................................................
v
DAFTAR ISI ..............................................................................
vii
BAB I
PENDAHULUAN .....................................................
1
A. Latar Belakang.....................................................
1
B. Deskripsi Singkat.................................................
4
C. Hasil Belajar ........................................................
4
D. Indikator Hasil Belajar ........................................
5
E. Materi Pokok .......................................................
5
F. Manfaat................................................................
6
MANAJEMEN, POLA KERJA TERPADU
DAN PENTAHAPANNYA.......................................
7
A. Pengertian Manajemen ........................................
7
B. Pola Kerja Terpadu..............................................
11
C. Pentahapan Pola Kerja Terpadu ..........................
16
D. Latihan.................................................................
18
E. Rangkuman..........................................................
18
BAB III MEMILIH, MENETAPKAN DAN
MEMVALIDASI SASARAN....................................
vii
21
21
B. Menetapkan Sasaran ............................................
28
C. Memvalidasi Sasaran ...........................................
30
D. Latihan dan Diskusi Kelompok ...........................
48
E. Rangkuman ..........................................................
49
BAB IV MEWUJUDKAN SASARAN DAN
MENGENDALIKAN KEGIATAN ...........................
50
A. Mewujudkan Sasaran...........................................
50
B. Mengendalikan Kegiatan .....................................
55
C. Latihan .................................................................
60
D Rangkuman ..........................................................
61
PENUTUP..................................................................
63
A. Simpulan ..............................................................
63
B. Tindak Lanjut.......................................................
63
DAFTAR PUSTAKA.................................................................
64
DAFTAR DOKUMEN...............................................................
66
BAB V
BAB II
A. Memilih Sasaran ..................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai unsur utama aparatur
pemerintah yang mempunyai peranan yang strategis dalam
menentukan
keberhasilan penyelenggaraan
pemerintah,
pembangunan dan pelayanan masyarakat yang bertanggung
jawab, profesional, jujur, adil, efisien dan efektif dilandasi
Pancasila.
Sosok PNS yang mampu memainkan peran tersebut adalah PNS
yang mempunyai kompetensi yang diindikasikan dari sikap dan
perilaku yang penuh dengan kesetiaan dan ketaatan kepada
negara, bermoral dan bermental baik, profesional, sadar akan
tanggung jawabnya sebagai pelayan publik, serta mampu
menjadi perekat persatuan, dan kesatuan bangsa dan negara.
Kelancaran penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan sangat tergantung pada kesempurnaan Pegawai
Negeri Sipil. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan
nasional yang adil, mewujudkan masyarakat madani yang taat
hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, bermoral
tinggi diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang merupakan unsur
aparatur pemerintah yang bertugas sebagai abdi masyarakat
secara adil, efisien dan efektif dengan dilandasi kesetiaan dan
ketaatan kepada Pancasila dan UUD 1945.
1
Pola Kerja Terpadu
Rasanya telah menjadi fakta umum, termasuk dalam lingkup
birokrasi, bahwa pelaksanaan suatu kegiatan tidak terlebih
dahulu dibuat perencanaannya secara terinci sehingga menjadi
tumpang-tindih, kurang koordinasi, komunikasi antar pelaksana
kurang efektif, kurang motivasi, kurang transparan, kurang
ketelitian, kurang memahami tugasnya dan saling melempar
tanggung jawab. Alasan-alasan yang dikemukakan oleh
pimpinan karena kurang baiknya hasil pelaksanaan tugas sering
dilemparkan kepada staf seperti kurang trampil, malas, bekerja
seenaknya, menunggu perintah, kurang disiplin dst. Sebaliknya
staf juga menyalahkan pimpinan yang perintahnya tidak jelas,
tidak mau mendengar pendapat staf, sering marah-marah dst.
Teori-teori tentang koordinasi, komunikasi kepemimpinan,
pengawasan, pemantauan, evaluasi sampai dengan feedback
telah dipelajari, baik dalam pendidikan dan pelatihan struktural
maupun dalam pendidikan dan pelatihan fungsional. Namun
demikian “perwujudan” dari pemahaman teori-teori tersebut
belum dapat digambarkan secara jelas. Hambatan-hambatan
pelaksanaan tugas tersebut di atas perlu segera diatasi agar
aparatur pemerintah dapat melaksanakan tugasnya seperti
diharapkan oleh masyarakat.
Oleh sebab itu Diklat Kepemimpinan Tingkat IV diperkenalkan
salah satu teknik perencanaan yang sederhana, namun jelas,
terperinci dan komperhensif, yang tersirat dalam “Pola Kerja
Terpadu”, disingkat menjadi PKT yang dapat menggambarkan
Modul Diklatpim Tingkat IV
3
dengan jelas manifestasi dari teori-teori di atas. PKT mencoba
mewujudkan teori-teori administrasi dan manajemen di atas
menjadi “kenyataan berwujud”, yaitu dalam bentuk rangkaian
alur perencanaan yang dihimpun berupa “Matriks”. Prinsip
Good Governance antara lain pemberdayaan, partisipasi
mayarakat (stake holders), disentralisasi, output oriented etika,
moralitas dengan profesionalisme aparatur pemerintah telah
tersirat dalam PKT.
Setelah tahu salah satu fungsi manajemen adalah perencanaan
yang dikemukakan oleh beberapa ilmuwan, memberi pengertian
sebagai berikut:
1) Perencanaan adalah persiapan yang teratur dari setiap usaha
untuk mewujudkan atau mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Pengertian perencanaan yang dirumuskan seperti
diatas, adalah didasarkan pada sudut pandang bahwa kegiatan
menyusun rencana, dilakukan dalam setiap waktu yang
tertentu yang dilakukan secara teratur dan terus-menerus.
2) Perencanaan adalah seluruh proses kegiatan pemikiran dan
penentuan secara matang untuk menentukan hal-hal yang
akan dilaksanakan atau dikerjakan di masa yang akan datang
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Di dalam rangkaian alur perencanaan itulah tercermin
pelaksanaan pekerjaan yang terkoordinasi, komunikatif,
transparan, tersirat motivasi, disiplin, penanggung jawab bahkan
penanggung-gugat yang akuntabel.
4
Pola Kerja Terpadu
Dengan demikian kegiatan yang akan dilaksanakan, yang
dituangkan dalam PKT akan mengatasi masalah-masalah
koordinasi dsb. PKT menunjukkan rencana kegiatan yang
“transparan” dengan ciri “Siabidiba” nya, maka teknik ini sesuai
dengan Era Reformasi yang justru menghendaki transparansi,
keterbukaan dan akuntabilitas.
Dalam Pasal 31 Undang-undang No. 43 tahun 1999, disebutkan
bahwa untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesarbesarnya diadakan pengaturan dan penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan jabatan PNS antara lain bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, pengabdian, mutu, keahlian,
keterampilan, sikap, dan perilaku. Sedangkan sasaran Diklat
adalah terwujudnya Pegawai Negeri Sipil yang memiliki
kompetensi yang sesuai dengan persyaratan jabatan masingmasing.
B. Deskripsi Singkat
Mata diklat ini menjelaskan tentang penyusunan rencana kerja
secara terpadu.
C. Hasil Belajar
Setelah membaca modul Pola Kerja Terpadu ini, peserta Diklat
mampu memiliki pemahaman tentang unsur-unsur, prinsip, dan
teknik menyusun rencana kerja secara terpadu.
Modul Diklatpim Tingkat IV
5
D. Indikator Hasil Belajar
Indikator-indikator hasil belajar adalah:
1. Peserta mampu menjelaskan pengertian manajemen dan
fungsi-fungsi manajemen.
2. Peserta mampu menjelaskan pengertian Pola Kerja Terpadu,
Tujuan Pola Kerja Terpadu.
3. Peserta mampu menjelaskan proses manusiawi dan non
manusiawi.
4. Peserta mampu menjelaskan Unsur-unsur dan Prinsip Pola
Kerja Terpadu.
5. Peserta mampu menjelaskan teknik-teknik memilih dan
menetapkan sasaran.
6. Peserta mampu menjelaskan teknik memvalidasi sasaran.
7. Peserta mampu menjelaskan teknik mewujudkan sasaran.
8. Peserta mampu menjelaskan bagaimana mengendalikan
kegiatan.
E. Materi Pokok
Materi pokok yang dibahas dalam modul ini adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Peserta Pola Kerja Terpadu;
Unsur-unsur dasar dan prinsip-prinsip pola kerja terpadu;
Tahapan proses manajerial;
Teknik memilih dan menetapkan sasaran;
Teknik memvalidasikan sasaran;
Teknik mewujudkan sasaran;
Teknik pengendalian kegiatan.
6
Pola Kerja Terpadu
F. Manfaat
Berbekal hasil belajar pada modul ini akan memberi manfaat
dalam menetapkan sebuah sasaran sebagai peningkatan kinerja
sesuai tugas dan kewenangannya dan menyusun rencana
kegiatan guna peningkatan kinerja instansinya.
8
BAB II
MANAJEMEN, POLA KERJA TERPADU
DAN PENTAHAPANNYA
Setelah membaca Bab ini, peserta diklat diharapkan
mampu dan dapat memahami Pengertian Menajemen,
Fungsi-fungsi manajemen, Pola Kerja Terpadu,
Pentahapan Pola Kerja Terpadu.
A. Pengertian Manajemen
Kehidupan manusia makin lama makin maju dan berkembang
seperti yang dapat kita lihat sekarang ini, tetapi di samping itu
masalah-masalah hidup/sosial yang dihadapi juga makin
kompleks. Karena kehidupan manusia makin maju, kebutuhan
hidup manusia untuk dapat mempertahankan hidupnya dan
mengembangkan kehidupannya makin banyak dan kompleks,
sedang kemampuan yang dimiliki antara manusia yang satu
dengan yang lain tidak sama dan terbatas, sehingga masalahmasalah hidup yang dihadapi juga makin banyak dan kompleks,
apa lagi bagi manusia yang kurang/tidak mempunyai
kemampuan dan ketrampilan maka akan timbul masalahmasalah sosial yang makin kompleks dalam kehidupan manusia
modern sekarang ini. Organisasi alat dari pada administration
(administrasi) dalam mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan
ini organisasi sebagai segi yang statis harus digerakkan dengan
suatu proses yang dinamis. Proses yang dinamis ini lazim
disebut dengan istilah manajemen. Jumlah anggota manajemen
7
Pola Kerja Terpadu
sudah tentu sesuai dengan besar kecilnya organisasi serta
struktur dari pada organisasi.
Manajemen merupakan serangkaian kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan, menggerakkan, mengembangkan terhadap
segala upaya di dalam mengatur dan mendayagunakan Sumber
Daya Manusia, sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan serta evaluasinya.
Dalam kaitan melaksanakan fungsi manajemen tersebut di atas,
sesungguhnya manajemen adalah suatu proses manusia dimana
hubungan antara manajer dan staf adalah setara sebagai manusia
dan walaupun mempunyai posisi, peran dan fungsi yang
berbeda, mereka merupakan satu kesatuan untuk mencapai
sasaran yang ditentukan.
Manajemen dibutuhkan dan diperlukan untuk semua kegiatan
yang diorganisir dan dalam semua bentuk kegiatan organisasi,
dimana ada orang bekerjasama di dalam mencapai suatu tujuan
disitulah manajemen diperlukan dan dibutuhkan. Macam dan
bentuk dari organisasi sebenarnya sama dalam menjalankan
manajemennya (dalam hal ini fungsi manajemen), karena fungsi
manajemen sifatnya adalah universal.
Untuk mencapai sasaran organisasi diperlukan sumber-sumber
manajemen, yaitu manusia, biaya, metode kerja, perlengkapan,
mesin dan waktu.
Modul Diklatpim Tingkat IV
9
Pada hakekatnya manajemen berfungsi untuk melaksanakan
dalam rangkaian pencapaian tujuan yang telah ditentukan harus
ada manajemen yang tepat, yaitu dengan jalan mengadakan
rangkaiaan usaha-usaha yang rasional yang biasa disebut dengan
fungsi-fungsi manajemen perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengawasan serta penilaian. Penilaian adalah
suatu proses atau rangkaian kegiatan pengukuran dan
pembandingan dari hasil pelaksanaan rencana yang telah dicapai
dalam pelaksanaan rencana yang telah selesai dilaksanakan
dengan hasil atau sasaran telah ditetapkan sebelumnya. Oleh
karena itu penilaian sebagai suatu proses pengukuran dan
perbandingan dengan hasil-hasil pekerjaan yang nyatanya
dicapai dengan hasil-hasil yang seharusnya dicapai. Penilaian itu
suatu proses yang harus dijalankan secara terus-menerus.
Dengan melakukan fungsi penilaian dalam setiap akhir
pelaksanaan rencana, akan dapat diketahui keberhasilan suatu
pelaksanaan rencana, hal ini karena dapat diketahuinya
keberhasilan suatu pelaksanaan rencana dapat mencapai sasaran,
target, dan tujuan yang telah ditetapkan akan dapat mendukung
dan menjamin kemajuan, eksistensi, dan kemajuan suatu
organisasi. Karena hanya dengan mencapai keberhasilan suatu
organisasi dapat mencapai sasaran, target, dan tujuan yang telah
ditetapkan secara efisien dan efektif, suatu organisasi dapat
mempertahankan dan mengembangkan eksistensinya/kehidupannya.
10
Pola Kerja Terpadu
Perencanaan yang dirumuskan di atas, adalah didasarkan dari
sudut pandang atau penglihatan, bahwa untuk menyusun suatu
rencana diperlukan tenaga-tenaga yang ahli yang menguasai dan
mengerti permasalahan-permasalahannya, mengerti teoriteorinya, metodanya dan teknik-tekniknya, dan disamping itu
juga untuk menyusun rencana yang luas.
Rencana yang telah disusun dan ditetapkan mempunyai arti
penting dalam rangka usaha untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Pentingnya rencana dapat dikemukakan sebagai
berikut:
1. Dapat membantu mempermudah bagi seorang pimpinan
organisasi/pejabat struktural dalam rangka memimpin atau
menggerakkan dan mengarahkan para tenaga pelaksana dan
tenaga fungsional di dalam organisasi untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan operasional sesuai dengan rencana.
2. Dapat membantu mempermudah bagi para pejabat struktural
dan para tenaga pelaksana dan tenaga fungsional perlu
mengetahui dan mengerti dengan jelas mengenai rencana
kerja yaitu:
a. apa yang harus dikerjakan/dilakukan,
b. apa yang harus dicapai/dihasilkan (tujuan, sasaran, dan
target),
c. apa sumber fasilitas (dana, sarana dan prasarana) yang
dapat digunakan,
d. kapan waktu pelaksanaan rencana (program-program
kerja dan dana),
e. siapa-siapa saja yang melaksanakan rencana,
Modul Diklatpim Tingkat IV
11
f. bagaimana, cara atau metoda kerjanya untuk
melaksanakan rencana (sistem, prosedur, teknik-teknik,
dan lain-lain),
B. Pola Kerja Terpadu
1. Pengertian
Pola Kerja Terpadu adalah suatu alat kerja berupa
perencanaan yang operasional untuk mewujudkan sasaran
yang telah ditetapkan secara bersama antara stakeholders,
(pihak-pihak yang berkaitan).
2. Tujuan Pola Kerja Terpadu
a. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan aparatur
pemerintah, untuk menerapkan Pola Kerja Terpadu di
seluruh unit kerja.
b. Membangun kerja sama dengan unit terkait, baik dalam
organisasi maupun di luar organisasi untuk meningkatkan
kinerja unit organisasinya.
c. Mengoperasikan sistem dan prosedur kerja yang berkaitan
dengan pelaksanaan kebijakan dan tugas pokok instansi.
d. Menerapkan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang
tepat dan pengawasan yang ketat.
e. Meningkatkan produktivitas kerja bagi instansi yang
melaksanakan Pola Kerja Terpadu.
f. Menghindarkan
penyimpangan,
penyelewengan,
penyalahgunaan wewenang maupun korupsi.
12
Pola Kerja Terpadu
3. Manajemen Sebagai Proses Manusiawi dan Proses
Analitika
a. Manajemen Sebagai Proses Manusiawi
Bahwa manajemen pada hakekatnya adalah proses
kerjasama yang dinamis mengenai kemampuan,
pengetahuan serta keterampilan untuk memperoleh hasil
secara efektif, dengan orang lain.
Aliran Behaviourisme berpendapat bahwa titik sentral
kegiatan manajemen dalam organisasi bukan terletak pada
struktur formalnya, akan tetapi pada manusianya.
Keberhasilan atau kegagalan manajemen sebagian
terbesar ditentukan oleh kemampuan, pengetahuan dan
keterampilan seseorang untuk memahami dan bekerja
sama dengan orang lain.
Memahami orang lain secara manusiawi berarti bahwa
didalam hubungan antar pribadi dalam organisasi harus
menganggap dan memperlakukan orang lain dalam Posisi
"setara" sebagai manusia yang memiliki peran, fungsi dan
tanggung jawab yang berbeda.
Seorang pemimpin pada tingkat atau eselon manapun
hendaknya memperhatikan bahwa yang dihadapi dan
diajak kerja sama dalam organisasi adalah individu yang
masing-masing memiliki akal sehat, peranan, intuisi, latar
belakang dan kebutuhan yang berbeda, mempunyai
persepsi dan aspirasi yang berlainan, kelebihan dan
Modul Diklatpim Tingkat IV
13
kekurangannya masing-masing. Kesemuanya itu harus
diperhitungkan dan diseimbangkan secara komplementer
dalam melibatkan mereka ke dalam kegiatan organisasi
agar setiap orang dapat memberikan sumbangan secara
maksimal dalam rangka mewujudkan sasaran organisasi.
Proses manusiawi berisi kegiatan yang menyangkut empat
aspek yang ada dalam diri seseorang yang menitik
beratkan kepada perilaku sebagai berikut:
1) Perilaku kepemimpinan;
2) Perilaku individu dalam kelompok;
3) Perilaku komunikasi;
4) Perilaku pengambilan keputusan;
b. Manajemen Sebagai Proses Analitika
Di samping proses manusiawi masih diperlukan juga adanya
proses analitika yang menggunakan logika, karena
bagaimanapun juga proses analitika merupakan alat untuk
menentukan suatu proses manajemen.
Proses analitika terdiri atas 4 (empat) tahap sebagai berikut :
1) Menentukan Masalah;
2) Mencari Alternatif Pemecahan;
3) Memilih dan Menguji Alternatif;
4) Mencoba Penyelesaian.
14
4.
Pola Kerja Terpadu
Unsur dan Prinsip Pola Kerja Terpadu
a. Unsur PKT terdiri atas:
1) Manusia dan analitika;
2) Sasaran;
3) Kegiatan mewujudkan sasaran;
4) Pokok Kerja;
5) Matriks Rincian Kerja;
6) Uraian Paket Kerja;
7) Rekapitulasi Biaya;
8) Penjadwalan;
9) Pengendalian.
b. Prinsip PKT terdiri atas:
1) Kebersamaan, artinya penyusunan PKT dikerjakan
bersama-sama antara atasan dan bawahan, antara
pimpinan dan staf serta instansi yang terkait. Prinsip ini
akan mempermudah pelaksanaan rencana tersebut karena
mereka yang terlibat secara bersama-sama ikut menyusun.
2) Disiplin, dalam lingkup yang luas, artinya bukan hanya
disiplin waktu penyelesaian tugas saja, tetapi
melaksanakan disiplin untuk mencapai kualitas dan
kuantitas pekerjaan yang telah ditetapkan termasuk
disiplin penggunaan biaya yang telah disediakan.
3) Kepastian, artinya segala hal yang telah dituangkan dalam
"rencana" pasti dapat dilaksanakan dengan tepat karena
sudah terukur dan dipertimbangkan secara matang dari
segala sumber.
4) Transparansi, artinya tampak dengan jelas dan siapapun
boleh melihat "rencana" yang telah tersusun beserta
Modul Diklatpim Tingkat IV
5)
6)
7)
8)
15
pelaksanaannya. Tiap orang dapat melihat dan mengikuti
jalannya kegiatan, apakah sesuai dengan perincian
tugasnya atau tidak, sehingga tiap orang dapat menilai
keberhasilan atau kegagalannya.
Pembagian tugas dan tanggung jawab, berarti tiap orang
yang terlibat dalam kegiatan mewujudkan sasaran
mempunyai tugas sendiri-sendiri yang terperinci dan jelas,
sehingga tidak terjadi tumpang-tindih, melampaui batas
kewenangannya dst. Demikian pula tanggung jawab
dibagi dengan jelas sehingga kalau terjadi penyimpangan
atau kegagalan, maka mudah dicari siapa yang
bertanggung jawab atas kegagalan tersebut.
Koordinasi, artinya meskipun masing-masing orang
mempunyai tugasnya sendiri-sendiri, namun mereka tidak
saling bertabrakan satu sama lain. Meskipun suatu
pekerjaan akan berdampak kepada pekerjaan lain yang
dikerjakan oleh orang lain. Namun mereka akan berjalan
serasi mengarah kepada terwujudnya sasaran. Dengan
demikian akan selalu terjadi keseimbangan dan langkahlangkah yang diketahui bersama, sampai dimana teman
sekerja telah menyelesaikan tugasnya.
Komunikasi, artinya setiap tindakan harus diberitahukan
kepada pelaksana lain, agar saling mengetahui sampai
dimana kemajuan pelaksanaan tugas masing-masing, yang
sedang atau telah diselesaikan.
Motivasi mengandung arti bahwa pelaksana tugas
pekerjaan harus memiliki semangat tinggi untuk
melaksanakan tugasnya sebaik-baiknya. Motivasi seperti
16
Pola Kerja Terpadu
itu diwujudkan antara lain dengan mencatumkan nama
pelaksana dalam "Matriks Rincian Kerja" maupun dalam
Perincian Paket Kerja.
9) Pengawasan Melekat mengandung arti bahwa selain
pelaksana dapat mengawasi dirinya sendiri dalam
melakukan tugasnya, mereka sendiri juga dapat mengukur
kemampuannya dalam menyelesaikan tugasnya karena
tugas tiap pelaksana sudah ditulis secara rinci, maka yang
sesungguh-nya diawasi adalah "proses pekerjaan"
seseorang dan dirinya sendiri.
10) Akuntabilitas, berarti proses pelaksanaan pekerjaan dan
hasilnya dapat diper-tanggungjawabkan kepada pimpinan
maupun kepada masyarakat. Oleh karena itu tiap
pekerjaan itu sukses atau gagal perlu diberi penjelasan
sesuai dengan ukuran-ukurannya sendiri.
C. Pentahapan Pola Kerja Terpadu
Menurut Pola Kerja Terpadu agar setiap usaha mencapai
efisiensi dan efektititas perlu dipastikan dahulu sasarannya
sebelum usaha atau kegiatan dilakukan. Adapun sasarannya
dipilih diantara berbagai alternatif atas dasar pertimbangan yang
terlihat dari kondisi, situasi, dan sumber-sumber yang tersedia.
Pola Kerja Terpadu merupakan suatu proses yang sistematis
untuk mencapai tujuan organisasi melalui penetapan sasaran
kerja dan kemudian dirinci sehingga bawahan juga mengetahui
adanya pembagian tugas, mempertegas tanggung jawab,
Modul Diklatpim Tingkat IV
17
menjadwalkan, dan memantau kegiatan dan lain-lain untuk
mewujudkan sasaran yang telah ditetapkan.
Salah satu kunci untuk membuat sasaran menjadi efektif perlu
dioperasionalkan melalui tahap-tahap proses Pola Kerja
Terpadu. Langkah yang penting dalam melaksanakan
berhasilnya Pola Kerja Terpadu adalah mengubah suatu sasaran
yang dinyatakan secara formal menjadi suatu pemyataan yang
mengikat. Hal ini mencakup penentuan validitas sasaran,
sehingga sasaran itu menjadi sebuah sistem motivasi yang
memfokuskan semua usaha dan menikmati hasil yang telah
dicapai secara bersama.
Pola Kerja Terpadu merupakan suatu rangkaian proses yang
terdiri dari 5 (lima) tahap, yaitu:
1. Memilih sasaran.
2. Menetapkan sasaran.
3. Memvalidasikan sasaran.
4. Mewujudkan sasaran.
5. Mengendalikan Kegiatan.
Kelima tahap yang disebutkan di atas merupakan kerangka pikir
di dalam Pola Kerja Terpadu. Kerangka ini membantu kita untuk
merinci hal besar yang bersifat kompleks menjadi bagian-bagian
yang sederhana, mudah dimengerti yang saling bergantungan
satu sama lain dan dengan demikian merupakan suatu sistem.
18
Pola Kerja Terpadu
D. Latihan
1. Apa pengertian dari manajemen, dan mengapa manajemen
diperlukan.
2. Sebutkan faktor-faktor manajemen dan jelaskan.
3. Apa pengertian dari perencanaan dan jelaskan secara singkat
pentingnya rencana.
4. Coba tuliskan definisi Pola Kerja Terpadu dan sebutkan pula
unsur-unsur Pola Kerja Terpadu.
5. Coba jelaskan mengenai manajemen sebagai proses analitika.
6. Pola Kerja Terpadu merupakan suatu rangkaian proses yang
terdiri dari 5 (lima) tahap, coba Anda sebutkan.
7. Sebutkan asas-asas umum Kepemerintahan yang baik.
E. Rangkuman
Untuk memahami Pola Kerja Terpadu secara utuh diperlukan
pengetahuan manajemen dan fungsi-fungsinya sebagai alat
organisasi untuk mencapai tujuan dan/atau sasaran sebagaimana
yang telah ditetapkan. Manajemen adalah kemampuan dan
keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka
mencapai tujuan. Manajemen merupakan serangkaian kegiatan
merencanakan, mengorganisasikan menggerakkan, mengembangkan dan kontrol terhadap segala upaya di dalam mengatur
dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan
prasarana untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
Modul Diklatpim Tingkat IV
19
Dalam melaksanakan kegiatan manajemen operasional
diperlukan fungsi-fungsi manajemen yaitu Perencanaan,
pengorganisasian,
pemberian
motivasi,
pengawasan,
pengkordinasian dan penilaian. Demikian juga faktor-faktor
manajemen yang dikenal dengan 6 (enam) M yaitu Men, Money,
Methods, Materials, Machines dan Market.
Sehubungan dengan Rencana Kerja sangat diperlukan
memahami arti perencanaan dan pentingnya perencanaan.
Perencanaan adalah seluruh proses kegiatan pemikiran dan
penentuan secara matang untuk menentukan hal-hal yang akan
di laksanakan/dikerjakan dimasa yang akan datang. Pengertian
perencanaan adalah didasarkan pada sudut pandang bahwa
kegiatan menyusun rencana dilakukan dalam setiap waktu yang
tertentu yang dilakukan secara teratur dan terus menerus.
Pola Kerja Terpadu adalah suatu alat kerja berupa perencanaan
yang operasional untuk mewujudkan sasaran yang telah
ditetapkan secara bersama dalam hal ini pihak-pihak yang
terkait. Adapun tujuan Pola Kerja Terpadu untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, perilaku aparatur pemerintah untuk
menerapkan Pola Kerja Terpadu diseluruh unit kerja organisasi.
Menerapkan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang tepat
dan pengawasan yang ketat. Manajemen harus meliputi proses
manusiawi, proses analitika, prinsip-prinsip Pola Kerja Terpadu.
Untuk keberhasilan pencapaian tujuan organisasi secara berdaya
guna dan berhasil guna serta menciptakan aparatur pemerintah
20
Pola Kerja Terpadu
yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme,
perlu setiap aparatur Pemerintah menerapkan manajemen dan
tekniknya menuju ke Kepemerintahan yang baik.
22
BAB III
MEMILIH, MENETAPKAN
DAN MEMVALIDASIKAN SASARAN
Setelah membaca Bab ini, peserta diklat diharapkan mampu
memahami dan memilih sasaran, menetapkan sasaran, dan
memvalidasikan sasaran.
A. Memilih Sasaran
Ada dua cara yang bisa digunakan untuk memilih sasaran, yaitu
dengan analisis tugas dan analisis situasi. Teknik pertama yaitu
analisis tugas dimulai dari uraian tugas yang tersedia pada setiap
unit kerja. Teknik analisis situasi menggunakan analisis pohon,
terdiri atas pohon masalah, pohon sasaran dan pohon alternatif.
1. a. Memilih sasaran melalui uraian tugas yang menjadi
kewenanganya di unit organisasi. Dari tugas yang menjadi
kewenangannya untuk di analisis hasil pelaksanaan tugas
peningkatan kinerja. Analisis hasil pelaksanaan tugas
dilakukan dengan mengamati tugas yang seharusnya
dilaksanakan seseorang dalam keadaan normal, baik tugas
yang berkaitan dengan urusan barang ataupun jasa yang
dapat dihasilkan oleh satuan unit kerja tertentu. Misalnya
dalam keadaan normal perpanjangan kartu penduduk
seseorang dikelurahan, selesai dalam waktu 1 jam.
Perpanjangan STNK di SAMSAT akan selesai dalam
waktu 5 jam.
21
Pola Kerja Terpadu
Analisis peningkatan terbagi dua, yaitu peningkatan hasil
pelaksanaan tugas, dan peningkatan kemampuan
seseorang atau organisasi. Peningkatan hasil pelaksanaan
tugas mencakup bidang pelaksanaan tugas mana yang
ingin ditingkatkan. Kemudian ditentukan ukuran besarnya
peningkatan yang diinginkan yang realistis, Misalnya
peningkatan waktu penyelesaian perpanjangan STNK di
SAMSAT Jakarta Timur dari 5 jam menjadi 4,5 jam.
b. Peningkatan kemampuan perseorangan atau organisasi mencakup:
1) Identifikasi terhadap kemampuan yang dimiliki oleh
seorang individu atau unit kerja;
2) Merencanakan peningkatan kemampuan atau menambah kemampuan baru bagi individu atau unit kerja
organisasi agar produktivitasnya meningkat;
3) Menentukan besarnya kenaikan yang diinginkan secara
realistis yang dapat dicapai dalam satuan waktu
tertentu.
2. Pohon Analisis (Analisis Sebab)
Pohon analisis merupakan suatu langkah pemecahan masalah
dengan mencari sebab dari suatu akibat. Caranya disusun
menyerupai sebuah pohon atau bagan organisasi. Memilih
sasaran dengan menggunakan pohon analisis dilakukan
melalui tiga langkah, yaitu dengan cara menyusun pohon
masalah, pohon sasaran dan pohon alternatif.
Modul Diklatpim Tingkat IV
23
Adapun tahap-tahap dari proses pohon analisis adalah:
a. Mengidentifikasikan dan menganalisis ma-salah dan
kebutuhan-kebutuhan (gunakan pohon masalah).
b. Menentukan sasaran-sasaran yang harus diwujudkan
untuk memecahkan masalah-masalah atau memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang telah diidentifikasikan
(gunakan pohon sasaran).
c. Mengembangkan alternatif pemecahan atau alternatif
rencana tindakan untuk mewujudkan sasaran tersebut.
(gunakan pohon alternatif).
24
Pola Kerja Terpadu
Contoh Pohon Masalah:
POHON MASALAH
( Pernyataan Negatif )
Informasi dibidang Administrasi Negara belum
disebarkan oleh LAN secara optimal
Akibat 4
Belum optimalnya pelayanan kehumasan pada
Subbagian Humas Bag Humas dan Publikasi
LAN
Sebab
3. Pohon Masalah (Pernyataan Negatif)
Pohon
masalah
adalah
suatu
teknik
untuk
mengidentifikasikan semua masalah dalam suatu situasi
tertentu dan memperagakan informasi ini sebagai rangkaian
hubungan sebab akibat.
Pohon masalah dimulai dengan masalah utama. Sebagai hasil
analisis situasi di unit kerja, dianalisis penyebab masalah
tersebut dalam forum curah pendapat. Mulailah dengan
rumusan pernyataan masalah yang dihadapi unit kerja,
pikirkan apa akibat yang mungkin timbul dari masalah
tersebut, diskusikan dan tuliskan berbagai alternatif penyebab
masalah tersebut secara bertahap, lukiskan dalam sebuah
bagan pohon.
1
2
a
Kurangnya
koordinasi ant.
Unit-unit kerja di
LAN dg Bag
Humas
b
c
Pegawai belum
memahami
tugas-tugas
kehumasan
Kurangnya
dukungan dari
Pimpinan
d
Tumpang tindihnya kegiatan
kehumasan dgn
Bagian lainnya
3
a
Latar belakang
pendidikan
formal pegawai
tidak sesuai
b
Belum
tersedianya buku
pedoman
kehumasan
c
Kurangnya
kesempatan utk
mengikuti diklat
teknis di bdg
kehumasan
d
Kurangnya
motivasi pegawai
untuk
mengembangkan
diri
Keterangan :
- Masalah Utama adalah No.1
- Penyebab Masalah No.1 adalah Masalah Pokok No. 2b
- Penyebab Masalah No. 2b adalah Masalah Spesifik No. 3b
- Akibat masalah No.1 adalah No. 4
Modul Diklatpim Tingkat IV
25
26
Pola Kerja Terpadu
4. Pohon Sasaran
Pohon sasaran adalah teknik untuk meng-identifikasi sasaran
yang ingin diwujudkan. Pohon sasaran merupakan rangkaian
sebab akibat yang pernyataannya merupakan kebalikan dari
pernyataan pada pohon masalah. Semua pernyataan dari
pohon masalah mengandung pengertian negatif, sedangkan
semua pernyataan dalam pohoh sasaran mengandung
pengertian positif. Beberapa sasaran itu dengan
menggunakan pola pikir jika – maka – lalu, susunlah sasaran
dalam bentuk pohon seperti pohon masalah.
Mengingat terbatasnya sumber, maka tidak dapat disusun
sebuah program untuk mewujudkan semua sasaran yang
diidentifikasi secara lengkap. Oleh karena itu dalam
menyusun pohon sasaran perlu dianalisis untuk
mengidentifikasi dan memilih cabang yang mana yang
sekiranya mempunyai dampak yang paling besar terhadap
sasaran utama dan paling relevan bagi unit kerja yang
bersangkutan. Pohon sasaran ini sebenarnya didapat dengan
mengubah pernyataan negatif pada pohon masalah menjadi
pernyataan yang mengandung arti positif.
Contoh Pohon Sasaran:
POHON SASARAN
(Pernyataan Positif )
Terwujudnya penyebarluasan informasi dibidang Administrasi Negara oleh
LAN secara optimal.
4
Akibat
Terwujudnya pelayanan kehumasan pada Subbagian Humas Bagian Humas dan
Publikasi LAN yang Optimal.
1
Sebab
a
Terwujudnya
koordinasi unit-unit
kerja di LAN dg Bag
Humas
b
Tersedianya Pegawai yang
memahami tugas-tugas
kehumasan
c
Terciptanya
dukungan dari
Pimpinan
d 2
Terwujudnya
kegiatan humas yang
tdk tumpang tindih
dg Bag lainnya
3
a
Tersedianya pegawai
dg Latar belakang
pendidikan yang
sesuai
b
Tersedianya
buku pedoman
kehumasan
c
Terwujudnya
kesempatan
mengikuti diklat
teknis di bidang
kehumasan
d
Terwujudnya
motivasi pegawai
untuk mengembangkan diri
5. a. Pohon Alternatif
Pohon Alternatif
adalah suatu teknik untuk
mengidentifikasi alternatif-alternatif pemecahan atau
tindakan yang dapat diambil untuk mewujudkan sasaran
Modul Diklatpim Tingkat IV
27
tertentu dan memperagakan informasi ini kedalam format
yang sederhana.
b. Prosesnya sebagai berikut :
1) Periksalah pohon sasaran untuk menen-tukan
sasaran-sasaran yang mungkin tidak realistis
berhubung terbatasnya sumber-sumber;
2) Periksalah setiap cabang pohon sasaran untuk
menentukan apakah mungkin ada alternatif-alternatif
yang dapat menjamin dengan lebih baik terwujudnya
sasaran yang setingkat lebih tinggi.
28
Pola Kerja Terpadu
POHON ALTERNATIF
Terwujudnya Penyebarluasan Informasi dibidang
Administrasi Negara oleh LAN yang optimal
Terwujudnya Pelayanan Kehumasan Subbagian Humas,
Bagian Humas dan Publikasi LAN yang optimal
Tersedianya Pegawai yang memahami Tugas-tugas
Kehumasan
Pohon alternatif merupakan serangkaian pernyataan hasil
pemilihan dari cabang yang ada pada pohon sasaran
setelah cabang tersebut dikaji berdasarkan keterbatasan
sumber. Cabang yang dipilih dianggap sebagai cara yang
paling efektif untuk memecahkan masalah yang dihadapi
unit kerja.
Tersedianya Buku Pedoman Kehumasan
Menyediakan lokakarya
pedo-man kehumasan
Membuat buku pedoman
ke-humasan
Mengumpulkan informasi
tentang pedoman
kehumas-an dari berbagai
sumber
Sasaran Umum
Tersedianya buku pedoman kehumasan melalui pembuatan
sebuah buku pedoman kehumasan.
B. Menetapkan Sasaran
1. Sasaran yang dipilih dari pohon afternatif masih merupakan
sasaran umum, belum merupakan sasaran yang segera dapat
diwujudkan. Sebagai contoh sasaran umum dalam pohon
Modul Diklatpim Tingkat IV
29
alternatif adalah “Tersedianya Buku Pedoman Kehumasan
melalui pembuatan Buku Pedoman Kehumasan”. Sasaran
umum ini harus diubah menjadi sasaran khusus, yang dapat
mendorong semua orang yang terlibat dengan jelas
keikatannya (komitmennya). Sasaran khusus sifatnya
spesifik, berorientasi pada hasil, terukur dari segi kualitas dan
kuantitas. Kegiatan itu akan dilaksanakan dengan
menetapkan tempatnya dimana, berapa, lama, kapan mulai
dan kapan berakhir, berapa jumlah biaya (rupiah) yang
diperlukan, dari mana sumbernya, unit mana yang akan
bertindak sebagai pelaksana, dan bila diperlukan bekerjasama
dengan instansi luar.
2. Sebuah sasaran yang baik untuk dipilih adalah sasaran yang
bermanfaat dan paling menguntungkan bagi organisasi; jelas
dan realistik; dapat diukur dan diamati dari segi kualitas,
biaya dan waktu; ditetapkan bersama atasan dan bawahan;
bersama-sama dengan unit lain yang setingkat mendukung
sasaran dan unit yang setingkat lebih tinggi; dan dinyatakan
dalam bentuk selesai.
Contoh Sasaran Khusus
Tersedianya 1 (satu) Buku Pedoman Kehumasan melalui
Pembuatan Buku Pedoman Kehumasan bertempat di LAN RI
jalan Veteran No. 10 Jakarta selama 4 (empat) Bulan dari
tanggal 1 Juli 2001 s/d 31 Oktober 2001 dengan biaya sebesar
Rp. 7.000.000,- (tujuah juta rupiah) dari Anggaran Rutin tahun
anggaran 2001 dilaksanakan oleh Sub.Bagian Humas, Bagian
30
Pola Kerja Terpadu
Humas dan Publikasi Biro Umum Lembaga Administrasi
Negara RI.
C. Memvalidasi Sasaran
Validasi sasaran merupakan upaya untuk memberikan jaminan
bahwa sumber dana, bahan, metode, organisasi, prosedur, dan
tenaga kerja dinyatakan siap untuk mewujudkan sasaran.
Sasaran khusus merupakan sasaran tentatif yang harus
divalidasikan menjadi sasaran definitif. Ada tiga instrumen yang
digunakan untuk memvalidasikan sasaran, yaitu Matriks Rincian
Kerja (MRK), Uraian Paket Kerja dan Penjadwalan.
1. Matriks Rincian Kerja (MRK).
Matriks Rincian Kerja merupakan kerangka yang
menghubungkan sasaran dengan kegiatan dan sumber yang
diperlukan. Kegiatan dirinci menjadi kegiatan kecil, sampai
yang terkecil yang dinamakan pokok akhir.
Prosedur membuat rincian kerja yang diterapkan dalam
matriks adalah: (1) menempatkan sasaran khusus dalam
bulatan; (2) menetapkan dan menempatkan kegiatan dalam
kotak empat persegi panjang; (3) menetapkan pokok kerja
terdiri atas: Persiapan (A), Pelaksanaan (B), dan
Pengendalian (C); (4) menetapkan pokok akhir untuk setiap
pokok kerja sesuai kebutuhan; dan (5) menetapkan
pertanggung jawab untuk setiap pokok akhir.
Modul Diklatpim Tingkat IV
31
Penanggung jawab adalah pejabat struktural misalnya kepala
Dinas Kabupaten, Kepala Seksi (Kasi), Pimpinan Bagian
Proyek (Pimbagpro), dan pejabat lainnya. Karena pejabat
nonstruktural, atau staf jumlahnya lebih dari satu, tuliskan
nama yang bersangkutan dibelakangnya, misalnya pegawai
teknis (Ali), pengetik (Badu). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat contoh Matrik Rincian Kerja berikut ini:
Matriks Rincian Kerja memberi gambaran yang jelas tentang
hal yang akan diperankan setiap orang atau sekelompok
orang pada kegiatan mewujudkan sasaran. Untuk mengisi
format di atas, ikuti prosedur di bawah ini.
a. Sasaran, yang ditulis dalam lingkaran adalah sasaran
khusus yang telah dirumuskan dan ditetapkan pada tahap
penetapan sasaran. Sasaran ditulis lengkap, dengan
menggunakan awalan “Ter...” yang menunjukkan sesuatu
telah selesai di masa datang.
b. Kegiatan mewujudkan sasaran, yang di-tulis dalam kotak
segi empat, adalah kegiatan yang dirumuskan dalam
sasaran. Menulis kegiatan menggunakan awalan “Me...”,
sebagai pernyataan yang menggambarkan suatu proses.
c. Pokok Kerja, merupakan rincian dari kegiatan besar ke
dalam tahapan, yaitu tahap persiapan (pokok kerja A),
tahap pelaksanaan (pokok kerja B) dan tahap
pengendalian (pokok kerja C).
d. Pokok Akhir, merupakan kegiatan terkecil yang
menghasilkan, namun kegiatan ini masih bisa didelegasikan kepada orang lain, masih bisa dibagi. Pokok akhir
32
Pola Kerja Terpadu
ditulis dengan menggunakan awalan pe dan akhiran an (pe
... an). Misalnya pem-bentukan tim, pembuatan surat
keputusan dan lainnya.
e. Penanggung Jawab, ditulis berdasarkan jabatan struktural
maupun non struktural, dan melaksanakan tugasnya
bersama-sama dengan yang lainnya, mengerjakan sebagian dari pokok akhir dan bertanggung jawab atas
selesainya pekerjaan yang terlibat langsung dengan setiap
penyelesaian pokok akhir.
f. Paket Kerja (PK), satu paket pekerjaan yang dinyatakan
dalam pokok akhir, yang harus dikerjakan secara
terkoordinasikan oleh lebih dari satu orang. Penamaan
paket kerja sesuai dengan urutan pokok akhir, yaitu PK1,
PK2, PK3, PK4, sampai dengan PKn. Jumlah angka
dibawah pada tiap kolom matriks menunjukkan besar
kecilnya tanggung jawab keterlibatan dan peran serta
seseorang dalam upaya mewujudkan sasaran, jumlah ke
kanan menunjukkan banyaknya orang yang terlibat dalam
penyelesaian pokok akhir yang dilaksanakan secara
terkoordinasi.
2. Uraian Paket Kerja (PK)
Kalau kita perhatikan Matriks Rincian Kerja, di bagian atas
tertulis SiABiDiBa, adalah kependekan dari siapa
mengerjakan (Si), apa (yang dikerjakan) (A), bilamana
sasaran akan diwujudkan (Bi), dimana akan dilaksanakan
(Di), dan bagaimana cara melaksanakannya (Ba). Paket kerja
merupakan kumpulan beberapa pekerjaan yang ada dalam
Modul Diklatpim Tingkat IV
33
setiap pokok akhir dan perlu diuraikan dalam bentuk format
uraian paket kerja.
Format ini berisi uraian pekerjaan yang harus dikerjakan oleh
setiap penanggung jawab. Keseluruhan paket kerja
diperlukan untuk mewujudkan sasaran yang telah ditentukan.
Format paket kerja terdiri atas:
1) Di atas kolom-kolom “Uraian Paket Kerja” ditulis:
a. Sebelah kiri
- Paket Kerja (PK)
- Penyelesaian: …… hari, tgl …- tgl
b. Sebelah kanan
- Pokok Akhir: kutip Pokok Akhir tersebut dalam
matriks
- Penanggung gugat: tulis nama pe-nanggung gugat.
2) Contoh: Format Paket Kerja
PK No
: ….
Pokok Akhir
: …………
Penyelesaian :… hari,tanggal
Penanggung Gugat:………………
Penanggung
No.
Uraian Kerja
Waktu
Biaya
Jawab
Jumlah
Paket Kerja (PK) adalah PK yang tercantum dalam matriks
sesuai dengan pokok akhir yang terkait. Penyelesaian adalah
jumlah hari untuk menyelesaikan Paket Kerja yang sedang
dikerjakan dan tanggal dimulainya menger-jakan PK sampai
34
Pola Kerja Terpadu
berakhirnya penyelesaian PK. Pokok akhir, menunjuk kepada
pokok akhir yang sedang diuraikan. Penanggung gugat
adalah seseorang yang disamping bertanggung jawab atas
pekerjaan yang dilaksanakan, juga bertanggung jawab atas
pekerjaan orang lain yang ditugasinya. Dalam setiap sasaran
hanya ada satu orang penanggung jawab. Uraian kerja adalah
uraian tentang langkah dan deskripsi pekerjaan untuk
menyelesaikan paket kerja. Orang atau pejabat yang ditugasi
harus dapat menggambarkan tentang apa saja yang
dikerjakannya secara berurutan dengan jelas. Waktu
menunjuk kepada waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap uraian kerja. Biaya adalah biaya yang
diperlukan untuk mengerjakan tiap paket kerja. Jumlah biaya
dari seluruh paket kerja, merupakan biaya yang
sesungguhnya dibutuh-kan oleh instansi atau unit kerja untuk
mewujudkan sasaran. Jumlah biaya seluruhnya harus sama
dengan jumlah biaya yang tertera pada sasaran. Penanggung
jawab adalah para penanggung jawab yang ada pada matriks
untuk melaksanakan setiap paket kerja.
3. Penjadwalan
Penjadwalan dibuat dalam bentuk peta garis (barchart).
Penjadwalan menggambarkan, kapan kegiatan dimulai dan
kapan direncanakan selesai. Penjadwalan dibuat dalam
format seperti berikut. Satuan waktu yang dipilih dalam
penjadwalan disesuaikan dengan kebutuhan, jam, hari,
minggu, bulan, triwulan, semester atau tahun.
36
Pola Kerja Terpadu
Pokok Akhir
: Pembentukan Tim Kerja
Penanggung Gugat : Kasubag Humas
Paket Kerja No.1
Penyelesaian : 15 hari (1-16 Mei 2007)
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
35
Uraian Kerja
Membuat konsep surat perintah
kerja tim
Mengetik surat perintah kerja
tim
Memeriksa ketikan dan
membubuhkan paraf pada hasil
final
Menandatangani surat perintah
kerja
Menggandakan dan penomoran
Menyiapkan dan menyebarkan
surat kepada pegawai / pejabat
terkait.
Memimpin rapat tim
Menyiapkan snack 20 orang x
@ Rp. 10.000,Menyelesaikan administrasi
keuangan
Jumlah
Penanggung
Jawab
Waktu
Kasubag Humas
1 hari
Agustriani
1 hari
Kabag Hu-mas
& Publ.
1 hari
Sekretaris
Utama LAN
Indrawati
1 hari
Wakimin
4 hari
Kabag Humas
& Publ.
1 hari
Agustriani
5 hari
Bendahara
(15) hari
7 Orang
15 hari
Biaya
1 hari
Rp.25.000
Rp.200.000
Rp.225.000
37
Modul Diklatpim Tingkat IV
Pokok Akhir
Penanggung Gugat
: Penyusunan Rencana Kerja
: Kasubag Humas
Paket Kerja No.2
Penyelesaian
: 11 hari, (15 s/d 26 Mei 2007)
No
Uraian Kerja
PenangWaktu
gung Jawab
Kasubag
Humas
Pokok Akhir
Penanggung Gugat
: Pengajuan Anggaran
: Kasubag Humas
Paket Kerja No.3
Penyelesaian
: 7 hari, (26 Mei-4 Juni 2007)
No.
Membuat format rancangan program
2.
Mengetik konsep rancangan
Alamsyah
1 hari Rp. 150.000
3.
Menyiapkan bahan penggandaan
2 hari
4.
Mengundang tim pengembangan
Alamsyah
Kabag
Humas &
Publikasi
5.
Menyiapkan snack 20 orang x Rp. 10.000,-
Agustriani
5 hari
6.
Menyempurnakan rencana menjadi rancangan
kerja
7.
Mengajukan rancangan kerja kepada
Sekretaris Utama LAN
Kasubag
Humas
Kabag
Humas &
Publikasi
8.
Memberitahukan kembali rancangan kerja
kepada tim kerja
Kasubag
Humas
9.
Menyelesaikan administrasi keuangan
Bendahara
5 Orang
Pola Kerja Terpadu
Biaya
1.
Jumlah
38
Uraian Kerja
1 hari
Penanggung
Jawab
Waktu
1 hari
1.
Membuat usulan biaya
Kasubag Humas
2.
Meneliti usulan biaya
Kabag Humas
dan Publikasi
3.
Mengirim usulan biaya ke
Karo Umum
Indrawati
1 hari
4.
Menyetujui usulan biaya
Karo Umum
7 hari
5.
Mengambil dan mencairkan
dana dari Bank
Bendahara
1 hari
6.
Menyelesaikan administrasi
keuangan
Bendahara
(7) hari
5 Orang
7 hari
5 hari Rp. 200.000
3 hari
(25) hari
25 hari Rp. 350.000
Jumlah
5 hari
Biaya
39
Modul Diklatpim Tingkat IV
Pokok Akhir
: Pengumpulan Bahan
Penanggung Gugat : Kasubag Humas
Paket Kerja No. 4
Penyelesaian : 35 hari , (1 Juni s/d 5 Juli 2007)
40
Pokok Akhir
Penanggung Gugat
: Pembahasan Materi
: Kasubag Humas
Paket Kerja No.5
Penyelesaian
: 10 hari, (1-11 Juli 2007)
No.
Penanggung
Waktu
Jawab
No
Uraian Kerja
Biaya
1.
Membeli buku-buku
referensi
Kasubag
Humas
15 hari Rp. 1.000.000
2.
Mengumpulkan informasi
dan sumber lain
Kasubag
Humas
15 hari
3.
Memfotocopy bahanbahan referensi
Alamsyah
4.
Mendistribusikan kepada
anggota tim
5.
Menyelesaikan
administrasi
1.
2.
3.
4.
5.
3 hari Rp. 200.000
Jumlah
Bendahara
4 Orang
2 hari
35
(hari)
35 hari Rp. 1.200.000
Uraian Kerja
Menulis konsep surat
undangan
Mengetik surat undangan
Menandatangani surat
undangan
Menggandakan dan memberi
nomor surat
Mendistribusikan surat
undangan
6.
Memimpin rapat
7.
Membayar honor nara sumber
Menyediakan snack 10 orang
x Rp. 10.000
Menyelesaikan Administrasi
Keuangan
Jumlah
8.
Wakimin
Pola Kerja Terpadu
9.
Penanggung
Jawab
Waktu
Kasubag Humas
1 hari
Agustriani
Kabag Humas
& Publ.
1 hari
Agustriani
1 hari
Wakimin
3 hari
Kabag Humas
& Publ.
Alamsyah
Agustriani
Bendahara
6 Orang
Biaya
1 hari
1 hari
1 hari Rp.500.000
1 hari Rp.100.000
(10) hari
10 hari Rp.600.000
41
Modul Diklatpim Tingkat IV
Pokok Akhir
: Pengetikan Draft
Penanggung Gugat : Kasubag Humas
Paket Kerja No.6
Penyelesian
Uraian Kerja
1.
Menulis konsep buku pedoman
dengan memadukan konsep dari
hasil pertemuan tim kerja
2.
Mengetik konsep pedoman
3.
Mengedit pedoman
4.
Memeriksa dan mengoreksi
konsep pedoman
5.
6.
7.
8.
Penanggung
Jawab
Kasubag
Humas
Waktu
Uraian Kerja
Penanggung Jawab
Waktu
Kasubag Publikasi
1 hari
3 hari
2.
Menegosiasi harga
Kabag Hu-mas &
Publ.
2 hari
2 hari
3.
Mengirim draft ke penerbit
Wakimin
5 hari
4.
Memeriksa lay out
Kasubag Humas
1 hari
5.
Menyetujui lay out
Kabag Humas &
Publ.
1 hari
Alamsyah
5 hari
Menggandakan dan
mendistribusikan konsep
pedoman kepada anggota tim
Wakimin
2 hari
Indrawati
15 hari
Rp. 500.000
Mengetik draft akhir pedoman
Alamsyah
5 hari
10.
Memeriksa draft akhir pedoman
Agustriani
5 hari
11.
Menyelesaikan Administrasi
Keuangan
Bendahara
(15) hari
Rp. 500.000
30 hari Rp. 500.000
Biaya
6.
Mengirim ke penerbit
Alamsyah
2 hari
Rp. 50.000
7.
Mengambil hasil cetakan dari
penerbit
Alamsyah
2 hari
Rp. 50.000
8.
Membayar pencetakan 300 eks x Rp.
10.000
Agustriani
1 hari
Rp. 300.000
9.
Menyelesaikan Administrasi
Keuangan
Bendahara
(30) hari
Jumlah
6 Orang
3 hari
9.
7 Orang
No.
Menghubungi penerbit
Mengetik hasil koreksi pedoman
Jumlah
Biaya
1.
5 hari
Kasubag
Humas
Paket Kerja No.7
Penyelesaian
: 30 hari, (1-30 September 2007)
15 hari
Alamsyah
Kasubag
Humas
Kabag Humas
& Publ.
Meminta hasil koreksi dan
masukan dari tim
Memperbaiki konsep pedoman
berdasarkan masukan dan koreksi
tim
Pola Kerja Terpadu
Pokok Akhir
: Pencetakan
Penanggung Gugat : Kasubag Humas
: 30 hari, (1-31 Agustus 2007)
No
42
30 hari
Rp.3.100.000
43
Modul Diklatpim Tingkat IV
Pokok Akhir
Penanggung Gugat
No
1.
Uraian Kerja
Menerima buku hasil cetakan
2.
Membuat konsep memo
pendistribusian.
3.
Mengirim konsep memo ke Kabag
Humas dan Publi
: 15 hari, (1-16 Oktober 2007)
Penanggung
Jawab
Waktu
Kasubag Humas
1 hari
Kasubag Humas
1 hari
Agustriani
1 hari
Biaya
4.
Memaraf memo
5.
Mengirim memo ke Karo Umum
6.
Menandatangani memo
7.
Mengandakan memo dan memberi
nomor
Indrawati
2 hari
Rp.50.000
8.
Mengirim buku pedoman bersama
memo ke unit kerja yang lain.
Alamsyah
7 hari
Rp.25.000
Menyelesaikan Administrasi
Keuangan
Bendahara
9.
Jumlah
Kasubag Humas
Paket Kerja No.9
Penyelesaian
No.
1 hari
Karo Umum
1 hari
(15) hari
15 hari
Rp.75.000
: 6 bulan (Mei – Okt. 2007)
Uraian Kerja
Penanggung
Jawab
1.
Melakukan waktu
pemantauan
Kabag
Humas
dan Publ.
2.
Melaksanakan pencatatan.
Agustriani
3.
Mengolah hasil
pencatatan.
Kasubag
Humas
4.
Pengetikan hasil
pemantauan
Alamsyah
5.
Menyerahkan hasil
pemanfauan kepada
penanggung gugat
Kabag
Humas
dan Publ.
6.
Menyelesaikan
administrasi keuangan
Bendahara
Jumlah
5 Orang
1 hari
Agustriani
6 Orang
Pola Kerja Terpadu
Pokok Akhir
: Pemantauan
Penanggung Gugat : Kasubag Humas
: Pendistribusian
: Kasubag Humas
Paket Kerja No.8
Penyelesaian
44
Waktu
6 bl
6 bulan
Biaya
45
Modul Diklatpim Tingkat IV
46
Pola Kerja Terpadu
Pokok Akhir
: Penilaian
Penanggung Gugat : Kasubag Humas
Pokok Akhir
: Pelaporan
Penanggung Gugat : Kasubag Humas
Paket Kerja No.10
Penyelesaian
Paket Kerja No.11
Penyelesaian
: 7 bulan (Mei s/d Nov. 2001)
: 6 bulan (Mei-Okt. 2007)
No.
Uraian Kerja
1.
Mempelajari hasil pemantauan
2.
Membandingkan dengan
standard
3.
Mengecek waktu pelaksanaan
4.
5.
6.
Mengidentifikasi hambatan
dan penyimpangan
Mengadakan koreksi bila ada
penyimpangan
Mengendalikan
Jumlah
Penanggung
Jawab
Kasubag
Humas
Kasubag
Humas
Kasubag
Humas
Kasubag
Humas
Kabag Humas
& Publ.
Kabag Humas
& Publ.
2 Orang
Waktu
Biaya
No.
Uraian Kerja
Penanggung
Waktu
Jawab
Kasubag
Humas
Kasubag
Humas
1.
Menyiapkan bahan
laporan
2.
Membuat konsep laporan
3.
Mengetik draft laporan
Agustriani
4.
Meneliti (editing) draft
laporan
Kasubag
Humas
5.
Mengetik laporan final
Alamsyah
6.
Meneliti ketikan laporan
7.
Menandatangani laporan
8.
Mengirim laporan
9.
Menyelesaikan
Administrasi keuangan
Biaya
6bl
Rp.200.000
6 bulan
Rp.200.000
Jumlah
7bl
Rp.1.000.000
Kasubag
Humas
Kasubag
Humas
Kabag
Humas &
Publ.
Bendahara
4 Orang
7 bulan
Rp.1.000.000
47
Modul Diklatpim Tingkat IV
48
Pola Kerja Terpadu
PENJADWALAN
REKAPITULASI DAN BIAYA
TAHUN 2007
Waktu
No.
Pokok Akhir
Biaya
No.
Pokok Akhir
1.
Pembentukan tim kerja
Rp. 225.000
2.
Penyusunan rencana kerja
Rp. 350.000
2.
Penyusunan rencana kerja
3.
Pengajuan anggaran
–
3.
Pengajuan anggaran
4.
Pengumpulan bahan referensi
Rp.1.200.000
4.
Pengumpulan bahan-bahan
referensi
5.
Pembahasan materi
Rp. 600.000
5.
Pembahasan materi
6.
Pengetikan draft
6.
Pengetikan draft
Rp. 500.000
7.
Pencetakan
7.
Pencetakan
Rp.3.100.000
8.
Pendistribusian
9.
Pemantauan
10.
Penilaian
11.
Pelaporan
8.
Pendistribusian
Rp.
75.000
9.
Pemantauan
–
10.
Penilaian
Rp .200.000
11.
Pelaporan
Rp. 1.000.000
JUMLAH
Rp.7.050.000
1.
Mei Juni
Juli Agst
Sep
Okt Nop
Pembentukan tim kerja
D. Latihan Dan Diskusi Kelompok
1. Dalam proses manajemen Pola Kerja Terpadu, terdapat 5
(lima) tahap Kegiatan, Coba anda sebutkan.
2. Sebutkan 2 (dua) cara yang dapat digunakan untuk memilih
sasaran.
3. Tehnik analisis situasi menggunakan analisis pohon, coba
anda sebutkan
4. Coba anda jelaskan secara singkat mengenai Pohon Masalah
(Pernyataan Negatif).
Modul Diklatpim Tingkat IV
49
5. Bagaimana pendapat anda mengenai tahap memvalidasikan
sasaran, dan sebutkan pula 3 (tiga) instrumen yang
digunakan untuk memvalidasikan sasaran.
6. Apa yang diartikan dengan Penanggung Gugat dan
Penanggung jawab.
7. Sebutkan 7 (tujuh) kriteria dalam merumuskan sasaran
khusus bersifat sementara.
8. Diskusi kelompok, Membuat 3 Pohon dan MRK.
9. Coba anda diskusikan begaimana membuat 3 Pohon (Pohon
Masalah, Pohon Sasaran, dan Pohon Alternatif).
10. Selanjutnya Kelompok diskusikan bagaimana membuat
Matriks Rincian Kerja, Paket-paket Kerja dan Penjadwalan
serta Rekapitulasi biaya.
E. Rangkuman
Memilih sasaran dalam pelaksanaan tugas yang menjadi
kewenangan, mutlak diperlukan dalam analisis baik tugas
maupun situasi. Dalam analisis tersebut
menggunakan
instrumen yang disebut, pohon masalah pohon sasaran, dan
pohon alternatif, selanjutnya penetapan sasaran adalah
menindaklanjuti
setelah
ditemukannya
sasaran
dan
memperhatikan sasaran yang bermanfaat. Kemudian sasaran
yang telah ditetapkan sebagai tindak lanjut adalah mewujudkan
sasaran yang sebelumnya dilakukan validasi untuk
mengupayakan dan memberi jaminan akan kesiapan sumber
daya sebagai sebuah bahan untuk suatu perencanaan kerja dan
meningkatkan kinerja.
BAB IV
MEWUJUDKAN SASARAN DAN
MENGENDALIKAN KEGIATAN
Setelah membaca Bab ini, peserta diklat diharapkan dapat
memahami terwujudnya sasaran dengan cara memotivasi
bawahan dan mengendalikan kegiatan secara efektif.
A. Mewujudkan Sasaran
1. Motivasi
Adalah kegiatan mendorong gairah kerja dan memberikan
semua kemampuan bawahan agar mau bekerja keras dan
keterampilannya untuk mewujudkan sasaran organisasi
secara berdaya guna dan berhasil.
2. Motive
Daya gerak dari dalam yang mendorong seseorang berbuat
sesuatu. Pembangkit penimbul motive sehingga ia
merupakan proses yang mendorong seseorang berprilaku
dengan cara tertentu.
3. Penggerakan (motivating)
Penggerakan (motivating) dapat diartikan keseluruhan proses
pemberian motive bekerja kepada para bawahan maupun
kolega sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja
50
Modul Diklatpim Tingkat IV
51
dengan ikhlas dan sungguh-sungguh demi tercapainya
sasaran organisasi dengan efisien dan efektif.
Adapun tujuan motivasi:
a. Agar bawahan atau anak buah memahami sasaran
organisasi
b. Meningkatkan kemampuan dan semangat kerja
c. Mendapatkan dukungan dan bantuan bawahan
d. Meningkatkan produktivitas kerja
e. Menjamin terwujudnya sasaran organisasi. Kalau seorang
pimpinan berhasil dalam usahanya memotivasi bawahan,
pada akhirnya sasaran organisasi akan terwujud.
Motivasi merupakan proses psikis yang mendorong orang
untuk melakukan sesuatu dengan kesadaran. Motivasi
dapat berasal dari diri sendiri maupun datang dari luar
dirinya. Dalam menggerakkan orang, pemimpin
menghadapi dua hal yang dapat mempengaruhi orang lain
dalam pekerjaan, yaitu: kemauan dan kemampuan untuk
bekerja. Ada orang yang mempunyai kemauan dalam
melaksanakan pekerjaan tetapi kemampuannya terbatas,
sebaiknya ada orang yang kemampuannya tinggi, tetapi
kemauannya relatif sangat kecil, maka didalam
menghadapi orang seperti ini peranan motivasi sangat
penting, sedangkan terhadap orang yang mau tetapi tidak
mampu bekerja maka peranan pendidikan dan pelatihan
perlu menjadi pertimbangan seorang pemimpin.
Memberi motivasi kepada bawahan atau orang lain agar
mereka secara sukarela mewujudkan sasaran adalah suatu
52
Pola Kerja Terpadu
hal yang sangat penting sekali, karena jalannya organisasi
sebagian besar tergantung dari proses komunikasi antar
anggotanya. Dari komunikasi ini akan timbul reaksi yang
menunjang atau menghambat terwujudnya sasaran.
Oleh karena itu seorang pemimpin harus mempunyai
pengetahuan dan memahami dasar-dasar perilaku
manusia, sehingga akhirnya mampu menggerakkan
bawahan atau orang lain untuk mewujudkan sasaran
secara efektif dan efisien.
Adapun 4 (empat) prinsip dalam memotivasi bawahan:
a. Mengikutsertakan bawahan,
b. Komunikasi dua arah yang sehat dan lancar,
c. Keyakinan atas prestasi yang diperoleh,
d. Adanya pengakuan yang timbal balik.
4. Teori Pendakatan Kebutuhan
Dalam bukunya yang berjudul “Motivation and
Personality”. A.H Maslow mengemukakan teorinya sebagai
berikut: kebutuhan merupakan dasar proses motivasi dan
kebutuhan manusia itu tersusun dalam bentuk berjenjang
(bertingkat-tingkat ).
Menurut A.H. Maslow, ada lima jenjang kebutuhan:
a. Kebutuhan Fisik (physical needs).
Kebutuhan fisik merupakan kebutuhan pertama dari
manusia atau kebutuhan primer.
b. Kebutuhan Keamanan (Safety needs).
Modul Diklatpim Tingkat IV
53
Pada saat kebutuhan fisik terpenuhi, maka kebutuhan
tersebut sudah tidak merupakan motivasi lagi dan muncul
kebutuhan yang lebih tinggi sebagai motivasi, kebutuhan
tersebut merupakan kebutuhan akan perlindungan atas
bahaya, ancaman kemelaratan dan lain-lain.
c. Kebutuhan Sosial (Social needs).
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan kepuasan untuk
berkelompok, untuk diterima oleh teman, pergaulan,
persahabatan, berorganisasi, kasih sayang dan sebagainya.
d. Kebutuhan Penghargaan (Esteem needs).
Setelah kebutuhan tersebut di atas terpenuhi semua,
motivasi berikut adalah kebutuhan akan penghargaan atau
untuk dihargai, dihormati, kebutuhan akan kedudukan,
reputasi atau nama baik.
Kecuali itu juga kebutuhan akan harga diri, kepercayaan
akan diri sendiri, kebebasan, kepuasan akan pengetahuan
dan kemampuan.
Kebutuhan akan penghargaan ini jarang dapat dipuaskan.
Orang akan selalu berusaha mendapatkan kepuasan ini
pada saat kebutuhan tersebut dianggap penting.
e. Kebutuhan Perwujudan Diri (Self Actualization needs).
Kebutuhan untuk bisa mengembangkan bakat secara
penuh, pengembangan kreasi dalam arti luas, kebutuhan
akan pemenuhan cita-cita, keindahan, kemakmuran,
kemashuran, dan keagamaan.
Mewujudkan sasaran pada hakekatnya adalah memberi
dorongan kepada para penanggung jawab dalam Matriks
54
Pola Kerja Terpadu
Rincian Kerja untuk bekerja dengan penuh rasa tanggung
jawab dalam mewujudkan sasaran bersama.
Pimpinan dan penanggung gugat memegang peranan yang
sangat penting dalam memberi motivasi dan menggerakan
staf yang berada dalam lingkup tanggung jawabnya.
Ada 3 (tiga) hal penting dalam menumbuhkan motivasi kerja
yaitu unsur manusia, sasaran, dan motivator.
Pertama, bahwa manusia mempunyai kebutuhan. Menurut
Maslow seperti tersebut diatas, ada lima jenjang kebutuhan
manusia, yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman,
kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan, dan
kebutuhan aktualisasi diri. Pemberian motivasi pada para
penanggung jawab yang tertera pada Matrik Rincian Kerja
hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
Kedua, adalah sasaran. Sasaran adalah sesuatu yang harus
diwujudkan. Agar sasaran menjadi motivator, maka sasaran
harus jelas, realistik dan terukur. Pimpinan, dalam hal ini
penang-gung gugat harus mampu menghadirkan sasaran
menjadi satu keadaan yang bisa ditangkap oleh semua orang
pada saat sekarang. Seolah-olah sasaran tersebut sudah
selesai. Lingkungan kerja, dan dalam tim hendaknya
mendorong orang untuk bekerja secara optimal.
Ketiga, adalah motivasi. Ada empat strategi dalam
melaksanakan motivasi. Memperkaya pekerjaan (job
Modul Diklatpim Tingkat IV
55
enrichment). Caranya dengan mencoba menata kembali
pekerjaan secara kreatif, sehingga memberi peluang kepada
semua penanggung jawab untuk berkembang dan menjadi
lebih dewasa dengan pelimpahan tanggung jawab secara
jelas!
Perluasan kerja (job enlargement), antara lain dengan tukar
menukar atau mutasi pekerjaan secara horizontal untuk
menghilangkan kebosanan. Pembakuan pekerjaan (job
standarization), dilakukan dengan membatasi jumlah dan
jenis pekerjaan, dibakukan dan dilengkapi dalam
meningkatkan
efektivitas
dan
efisiensi
kerja.
Penyederhananaan pekerjaan (job simplification), dengan
jalan mengurangi jumlah unsur tugas yang rumit. Pekerjaan
disederhanakan dengan maksud agar produktivitas tinggi.
Teknik tuntunan dan ajakan dapat dipergunakan pimpinan
untuk meningkatkan partisipasi penanggung jawab dalam
peningkatan penyelesaian paket kerja. Pimpinan dituntut
untuk berkomunikasi tatap muka dengan staf, mendiskusikan
pekerjaan secara terbuka dengan argumentasi rasional,
penjelasan yang mudah ditangkap, sehingga semua orang
menjadi puas bekerja dan bukan karena tekanan dan
ancaman.
B. Mengendalikan Kegiatan
Fungsi pengendalian (fungsi controlling) adalah proses terakhir
fungsi manajemen. Pengendalian ini berkaitan erat sekali dengan
56
Pola Kerja Terpadu
fungsi perencanaan dan kedua fungsi ini merupakan hal yang
saling mengisi, karena:
a. Fungsi pengendalian harus terlebih dahulu direncanakan,
b. Pengendalian hanya dapat dilakukan, jika ada rencana,
c. Pelaksanaan rencana akan baik, jika pengendalian dilakukan
secara baik,
d. Sasaran baru dapat diketahui terwujud dengan baik atau tidak
setelah pengendalian atau pengukuran dilakukan.
Dengan demikian peranan pengendalian sangat menentukan baik
dan buruknya pelaksanaan suatu rencana.
1. Pengertian Pengendalian
Pengendalian adalah segala usaha atau kegiatan untuk
menjamin dan mengarahkan agar pekerjaan yang sedang
dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan atau hasil yang dikehendaki serta sesuai pula
dengan segala ketentuan dan kebijakan yang berlaku.
Pengendalian merupakan pemeriksaan benar tidaknya segala
sesuatu pekerjaan artinya apakah sesuai dengan rencana yang
sudah ditentukan, dengan segala perintah yang diberikan dan
semua peraturan yang dikeluarkan. Pengendalian merupakan
kegiatan pemimpin yang paling penting dan paling mempengaruhi bagi setiap kegiatan pemimpin.
2. Tujuan Pengendalian
Mengendalikan kegiatan bertujuan untuk menjaga agar
kegiatan berada dalam arah perwujudan sasaran.
Modul Diklatpim Tingkat IV
57
Pengendalian akan efektif jika standar dan aturan kerja jelas,
hasil kegiatan kerja diukur, koreksi dilakukan bila ada
penyimpangan di waktu yang tepat. Dalam mengendalikan
kegiatan, laporan status sasaran hendaknya disampaikan
kepada seluruh anggota yang berkepentingan, dan diharapkan
akan meningkatkan motivasi kerja. Pengendalian pekerjaan
dimulai dari awal, sampai sasaran terwujud.
Dalam melakukan pengendalian ada lima hal yang harus
diperhatikan yaitu menetapkan sasaran hasil kerja,
membandingkan hasil kerja nyata dengan standar yang telah
ditetap-kan, menentukan ada tidaknya penyimpangan,
mengambil tindakan korektif, dan mem-bangun sistem
balikan. Salah satu aspek penting yang dapat dikendalikan
adalah standar waktu kerja yang telah ditetapkan dalam
sasaran. Waktu sangat penting untuk dikendalikan, karena
waktu sebagai salah satu dimensi dalam manajemen
mempunyai hubungan erat dengan sumber lainnya seperti
manusia, bahan dan biaya.
Dengan demikian pengendalian bukan hanya untuk mencari
kesalahan tetapi berusaha untuk menghindarkan terjadinya
penyimpangan. Jadi kontrol dilakukan sejak proses dimulai,
sampai dengan pengukuran hasil yang dicapai. Dengan
pengendalian diharapkan juga agar pemanfaatan semua unsur
manajemen (6M) efektif dan efisien.
58
Pola Kerja Terpadu
Pengendalian/kontrol dilakukan melalui tahap-tahap sebagai
berkut:
1. Menentukan standar-standar atau dasar untuk kontrol,
2. Mengukur pelaksanaan,
3. Membandingkan pelaksanaan dengan standar dan
menentukan deviasi-deviasi bila ada,
4. Melakukan
tindakan
perbaikan
jika
terdapat
penyimpangan (deviasi), agar pelaksanaan dan tujuan
sesuai dengan rencana.
Pengawasan
terhadap
kemajuan
realisasi
sasaran
memerlukan satu perangkat tata kerja yang menjamin balikan
yang terus menerus dan tepat waktu. Hasilnya, merupakan
sebuah dokumen atau sebuah laporan. Dokumen atau laporan
tersebut dimasukkan dalam bentuk format seperti dibawah
ini.
59
Modul Diklatpim Tingkat IV
Contoh Format Laporan Pengendalian Kegiatan .
Periode Laporan : ……………………………………
Instansi
: ……………………………………
A
Kegiatan
yang
dijadikan
target
POKOK
AKHIR
B
Titik Kontrol
C
Kegiatan dan
Jadwal Ukuran
Kemajuan
D
Penyimpangan
60
Pola Kerja Terpadu
Kolom B
Ukuran yang digambarkan sebagai standar kemajuan, diambil
dari bagian penjadwalan (S-K). Untuk setiap pokok akhir
diamati dan dicatat realisasinya.
E
Tanggung
Jawab/
Koreksi
Standard Kemajuan
(SK)
Realisasi (R)
S–K
R
S–K
R
S–K
R
S–K
R
Tujuan Pengendalian Keterangan
Keterangan:
Kolom A
Berikan Kejadian yang dijadikan terget atau pokok akhir. Ini
diperolehkan dari pokok akhir yang ada pada Matriks Rincian
Kerja, kecuali tiga pokok akhir pengendalian.
Kolom C
Waktu merupakan faktor penting, karena itu dijadikan alat
pembanding antara kegiatan yang dikehendaki dengan kegiatan
yang sesungguhnya yang dapat digambarkan dalam jadwal.
Dengan jadwal tersebut, sepintas sudah kelihatan kemajuan
dalam pelaksanaan pekerjaan.
Kolom D
Penyimpangan akan langsung dapat ditemukan dengan
membandingkan SK dengan R. Apabila terjadi penyimpangan
perlu dicatat berapa besar, mengapa terjadi penyimpangan, siapa
penanggung jawabnya, apa dampaknya dan bagaimana cara
mengoreksinya.
Kolom E
Tanggung jawab tindakan koreksi menunjukkan siapa dan
instansi mana yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak
lanjut (koreksi) terhadap penyimpangan dengan mengurangi
seminimal mungkin dampak negatifnya.
C. Latihan
1. Untuk mewujudkan sasaran diperlukan motivasi, Coba anda
tuliskan pengertian motivasi.
2. Seorang pimpinan selalu memberikan motivasi kepada
bawahan. Coba sebutkan. 4 (empat) prinsip dalam
memotivasi bawahan.
Modul Diklatpim Tingkat IV
61
3. Menurut A.H. Maslow ada 5 (lima) jenjang kebutuhan, coba
anda sebutkan dan jelaskan secara singkat.
4. Sebutkan 3 hal penting dalam menumbuh-kan motivasi kerja
bawahan/pelaksana.
5. Mengapa fungsi pengendalian/kontrol sangat penting bagi
setiap kegiatan seorang pimpinan, Coba anda jelaskan.
6. Jelaskan secara singkat tujuan pengendalian.
D. Rangkuman
Dalam upaya mewujudkan sasaran seorang pimpinan unit kerja
perlu menerapkan Motivasi. Motivasi adalah kegiatan
mendorong gairah kerja dan memberikan semua kemampuan
bawahan agar mau bekerja keras untuk mewujudkan sasaran
organisasi. Demikian juga seorang pimpinan harus mempunyai
pengetahuan dari memahami dasar perilaku manusia, sehingga
mampu menggerakkan bawahan untuk mewujudkan sasaran
secara efektif dan efisien.
Ada 5 (lima) jenjang kebutuhan yaitu:
a) Kebutuhan Fisik;
b) Kebutuhan Keamanan;
c) Kebutuhan Sosial;
d) Kebutuhan Penghargaan;
e) Kebutuhan Perwujudan Diri.
Selanjutnya diperlukan juga fungsi pengendalian. Pengendalian
adalah segala usaha/kegiatan untuk menjamin dan mengarahkan
agar pekerjaan yang sedang dilaksanakan dapat berjalan sesuai
62
Pola Kerja Terpadu
dengan rencana yang telah ditetapkan atau hasil yang
dikehendaki, segala ketentuan dan kebijakan yang berlaku.
Mengenai tujuan motivasi untuk menjamin terwujudnya sasaran
organisasi. Apabila seorang pimpinan berhasil dalam usahanya
memotivasi bawahan, pada akhirnya sasaran organisasi akan
terwujud. Dalam mengendalikan kegiatan, laporan status sasaran
hendaknya disampaikan kepada seluruh anggota organisasi yang
berkepentingan dan diharapkan dapat meningkatkan motivasi
kerja. Pengendalian kegiatan dimulai awal sampai sasaran
terwujud.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Manajemen menjalankan fungsi-fungsi terkait dengan tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan. Dalam kegiatannya
manajemen merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan,
mengembangkan, dan melakukan kontrol terhadap segala upaya
dengan memberdayakan sumberdaya.
Selain menjalankan fungsi juga terkait unsur manajemen di
dalamnya. PKT merupakan alat yang digunakan mulai dari
memilih sasaran, menetapkan sasaran, dan memvalidasi sasaran,
sehingga dalam proses perngerjaanya bagaimana instrumen ini
dapat digunakan sebagai instrumen analisis untuk mewujudkan
sasaran. Sebagai pimpinan dalam mewujudkan sasaran perlu
menerapkan motivasi untuk mendorong gairah kerja bawahan
dan memberikan semua kemampuan bawahan.
B. Tindak Lanjut
Setelah memahami instrumen pola kerja terpadu, sebagai tindak
lanjut adalah membuat rencana sesuai tugas dan wewenang
dengan memilih sasaran sebagai upaya peningkatan kinerja di
unit kerjanya.
63
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong. (1998). Performance Management: The New Realities,
Institute of Personnel and Development. London:
Michael & Angela Baron.
Eugene J. Benge. Pokok-Pokok Manajemen Modern. Seri
Manajemen No. 76. Jakarta: PT. Pustaka Binaman.
Gouzall Say, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta. PT
Gunung Agung.
Harrington, H. James. (1995). Total Improvement Management: The
Next Generation in Performance Improvement, New
York., Mc.Graw-Hill,
H. Malayu Sp. Hasibuan, Drs. (1995). Manajemen Dasar, Pengertian
dan Makalah, Jakarta, PT Gunung Agung,
Lembaga Administrasi Negara RI. (1994). Modul Pola Kerja
Terpadu (11 Modul). Jakarta, LAN RI.
Muthmainah Erfi, S.S.M.A. (2001). Rencana Kerja Pembuatan Buku
Pedoman Kehumasan pada Sub. Bagian Humas,
Jakarta, Bagian Humas dan Publikasi Biro Umum
Lembaga Administrasi Negara, Diklat ADUM
Angkatan ke IV Tahun 2001, LAN.
Pearce II, John A. & Riichard B. Robinson Jr, Formulation, (2000).
Implementation and Control, Boston: Irwin, Mc.
Graw Hill.
64
Modul Diklatpim Tingkat. IV
65
Shrivasta, Paul. (1994). Strategic Management: Concepts &
Practices, Ohio. South Western Pubilshing,
Cincinnati.
Sarwato, Drs. (1970).“Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen”.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sondang P. Siagian, Prof Dr. MPA. (1992). “Fungsi-fungsi
Manajerial”. Jakarta: Bumi Aksara,.
Yayasan Tenaga Kerja Indonesia, (1991). Manajemen Terpadu, Jilid
I, II, dan III. Jakarta: YTKI.
Zainun Buchari Prof. DR. (1984). Manajemen dan Motivasi. Jakarta:
Balai.
DAFTAR DOKUMEN
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
Nomor 43 Tahun 1999.
66