BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genital pria yang terletak di bawah kandung kencing dan mengelilingi uretra(saluran kencing). Normal bentuknya sebesar buah kenari dengan berat pada orang dewasa sekitar 20 gram. Kelenjar prostat juga memproduksi cairan prostat yang juga merupakan salah satu unsure pembentuk semen pada waktu ejakulasi (Saraswati,2006).
Pembesaran kelenjar prostat mempunyai angka morbiditas yang bermakna pada populasi pria lanjut usia. Gejalanya merupakan keluhan yang umum dalam bidang bedah urologi. Hiperplasia prostat merupakan salah satu masalah kesehatan utama bagi pria diatas usia 50 tahun dan berperan dalam penurunan kualitas hidup seseorang. Suatu penelitian menyebutkan bahwa sepertiga dari pria berusia antara 50 dan 79 tahun mengalami hyperplasia prostat. Adanya hiperplasia ini akan menyebabkan terjadinya obstruksi saluran kemih dan untuk mengatasi obstruksi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari tindakan yang paling ringan yaitu secara konservatif (non operatif) sampai tindakan yang paling berat yaitu operasi (Smeltezr, 2000). Dengan teknologi dan kemajuan ilmu yang semakin canggih dalam kehidupan ini banyak membawa dampak negatif pada kehidupan masyarakat terhadap peningkatan kualitas hidup, status kesehatan, umur dan harapan hidup.
Dengan kondisi tersebut merubah kondisi status penyakit infeksi yang dulu menjadi urutan pertama kini bergeser pada penyakit degeneratif yang menjadi urutan pertama. Di Amerika Serikat, terdapat lebih dari setengah (50%) pada laki-laki usia 60-70 tahun mengalami gejala-gejala BPH dan antara usia 70-90 tahun sebanyak 90% mengalami gejala-gejala BPH. Hasil riset menunjukkan bahwa laki-laki di daerah pedesaan sangat rendah terkena BPH dibanding dengan laki-laki yang hidup di daerah perkotaan. Hal ini terkait dengan gaya hidup seseorang.Laki-laki yang bergaya hidup modern kebih besar terkena BPH dibanding dengan laki-laki pedesaan (Madjid dan Suharyanto, 2009).
Di Indonesia pada usia lanjut, beberapa pria mengalami pembesaran prostat benigna. Keadaan ini di alami oleh 50% pria yang berusia 60 tahun dan kurang lebih 80% pria yang berusia 80 tahun (Nursalam dan Fransisca,2006). Menurut pengamatan peneliti selama praktek 1 bulan di Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo pada tanggal 12 november 2010, di ruang rawat inap khususnya bangsal bedah Anggrek, dari 30 pasien terdapat 5 pasien yang menderita BPH rata-rata penderita berusia di atas 50 tahun dan berjenis kelamin laki-laki.
Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah Benigna Prostat Hiperplasia itu?
1.2.2 Bagaimanakah Klasifikasi Benigna Prostat Hiperplasia ?
1.2.3 Bagaimanakah Etiologi Benigna Prostat Hiperplasia ?
1.2.4 Bagaimanakah Manifestasi Benigna Prostat Hiperplasia?
1.2.5 Bagaimanakah Patofisiologi Benigna Prostat Hiperplasia?
1.2.6 Bagaimanakah Pathway Benigna Prostat Hiperplasia ?
1.2.8 Bagaimanakah Penatalaksanaan Benigna Prostat Hiperplasia ?
1.2.9 Bagaimanakah Therapy Benigna Prostat Hiperplasia ?
1.2.10 Bagaimanakah Konsep Asuhan Keperawatan Benigna Prostat Hiperplasia ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Pada makalah ini akan dibahas tentang penyakit Benigna Prostat Hiperplasia dan konsep asuhan keperawatannya
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengetahui Definisi Benigna Prostat Hiperplasia
1.3.2.2 Mengetahui Klasifikasi Benigna Prostat Hiperplasia
1.3.2.3 Mengetahui Etiologi Benigna Prostat Hiperplasia
1.3.2.4 Mengetahui Manifestasi Klinik Benigna Prostat Hiperplasia
1.3.2.5 Mengetahui Patofisiologi Benigna Prostat Hiperplasia
1.3.2.6 Mengetahui Pathway Benigna Prostat Hiperplasia
1.3.2.8 Mengetahui Penatalaksanaan Benigna Prostat Hiperplasia
1.3.2.9 Mengetahui Therapy Benigna Prostat Hiperplasia
1.3.2.10 Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Benigna Prostat
Hiperplasia
Manfaat
Diharapkan makalah ini mampu memberi informasi kepada pembaca tentang Benigna Prostat Hiperplasia beserta manifestasi klinis, terapi dan konsep asuhan keperawatanya.
Metode Pengumpulan data
Metode Kepustakaan
Yaitu dengan membaca buku-buku ilmiah dan sumber lain yang berhubungan dengan judul asuhan keperawatan ini, seperti Dongues Keperawatan.
Metode Interview (wawancara)
Yaitu dengan mengadakan wawancara langsung kepada klien dan keluarga klien yang berhubungan dengan asuhan keperawatan ini.
1.5.3 Metode Pemeriksaan Fisik
Yaitu dengan melakukan pemeriksaan fisik secara langsung dengan teknik auskultasi, palpasi, dari ujung kepala sampai ujung kaki secara menyeluruh.
Metode Observasi
Yaitu pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi.
Metode Dokumentasi
Yaitu setiap hasil pemeriksaan atau tindakan yang dilakukan pada klien selalu dilakukan pendokumentasian, dengan cara pencatatan sebaga bahan pembuktian atas hasil tindakan yang dilakukan.
Ruang Lingkup
Dilakukan asuhan keperawatan pada Tn. “A” dengan kasus Benigna Prostat Hiperplasia di IGD Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu, pengkajian dilakukan dari tanggal 12 Oktober 2014 sampai dengan tanggal 12 Oktober 2014.
Pengorganisasian Seminar
Ketua : Rangga Saputra
Wakil Ketua : Resa Mawar Ranti
Moderator : Patimah
Presentator : Niken Sri Wahyu Lista
Operator : Nurlisa
Anggota :1. Ovie Damayanti
2. Nur Annisa Al-Azim
3. Nurhidawati
BAB II
TINJAUAN LAPANGAN
2.1 PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKAYU TAHUN 2014
2.1.1 Gambaran RSUD Sekayu
Seiring berjalan mewujudkan visi misi kabupaten musi banyuasin tersebut pemerintah republik indonesia mengeluarka peraturan pemerintahan republik indonesia nomor 23 tahun 2005 tanggal 15 juni 2005 tentang pengolahan keuangan badan layanan umum (BLU), rumah sakit umum daerah sekayu mengalami perubahan institusi dari unit pelaksana teknis daerah (UPTD) kabupaten musi banyuasin yang menerapkan pola pengolaan keuangan badan layanan umum daerah (PKK BLUD) secara penuh.
Tujuan pemerintah daerah kabupaten musi banyuasin ni adalah mengubah status kelembagaan rumah sakit umum daerah sekayu menjadi badan layanan umum daerah (BLUD) adalah memberi kewenangan dalam pengelolahan keuangan dan rumah sakit daerah sekayu dalam upaya menjadikan pelayanan RSUD sekayu sebagai rumah sakit daerah yang berstandar internasional, merupakan rumah sakit rujukan dari dua buah rumah sakit ( RSUDbayung lencirdan RSUDsungai Lilin) 25 unit puskesmas keliling serta sebagai lahan praktek bagi akademi keperawatan pemerintah kabupaten musi banyuasin dan institusi pendidikan kesehatan lainya yg berada di provinsi sumatera selatan.
Selain melayani masyarakat kabupaten musi banyuasin dengan jamkesmas muba semesta bagi penduduk muba, juga melayani masyarakat luar kabupaten baik dengan jamsoskes sumsel semesta, maupun jamkesmas nasional, sehingga RSUD sekayu mempunyai peranan yg sangat besar dalam menunjang pelayanan unggulan di bidang penyakit dalam khusunya diabetes dan klinik-klinik rawat jalan.
2.1.2 Visi dan Misi RSUD Sekayu
Visi
Mewujudkan pelayanan rumah sakit yang PRIMA dalam rangka mensukseskan permata muba tahun 2017 menuju rumah sakit dunia (worldclass hospital).
Misi
Mengembangkan Education Medical Hospital.
Menyelenggarakan pusat pelayanan kesehatan ibu dan anak di sumatera selatan.
2.1.3 Budaya Rumah Sakit
Memberikan pelayanan yg efektif berkualitas dikenal dengan PRIMA yaitu :
P : PROFESIONAL
Dalam melaksanakan tugasnya, setiap petugas RSUD Sekayu harus profesional tanpa memandang pangkat jabatan, status ekonomi, hubungan keluarga dan suku budaya melayani sama kedudukanya sebagai makhluk allah SWT yang berorientasi hanya kepada kepuasan pelanggan.
R : RAMAH
Semua petugas RS dalam memberikan pelayanan kepada seluruh masyarakat harus bersikap ramah tamah dengan menunjukan wajah yang jernih dan antusias .
I : IKHLAS
Dalam melaksanakan tugasnya seluruh petugas rumah sakit harus dilandasi dengan rasa keikhlasan, sehingga akan terpancarkan antusiasme dalam bekerja dan menyadari bahwa bekerja adalah salah satu ibadah.
M : MEMUASKAN
Semua yang diberikan kepada pasien atau pelanggan (eksternal maupun internal ) rumah sakit diberikan seoptimal dan semaksimal mungkin dalam rangka meningkatkan kepuasan pelanggan atau masyarakat.
A: ANDALAN
Upaya meningkatakan mutu pelayanan pada rsud sekayu dilaksanakan secara berkesinambungan sehingga pelayanan yag diberikan dapat diandalkan dan dipercaya oleh seluruh penduduk musi banyuasin.
2.1.4 MOTTO
F.A.C.E WITH S.M.I.L.E
(Fat, Accurate, Carting, Efficient, With, Spirit, Moralitas, Intellegent, Loyalitas, Excelent.)
2.1.5 MAKSUD DAN TUJUAN PELAYANAN UMUM
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan senantiasa berorientasi pada kepentinagan masyarakat.
Mewujudkan pelayanan yang berkelas internasional sesuai standar dan pengembangan ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi.
Menghasilkan sumber daya manusia yang profesional , berkualitas dan bermoral tinggi.
Menyelenggarakan kerja sama yang baik dengan pihak terkait mulai dari internal maupun eksternal.
Meningkatkan fungsi sistem rujukan yang responsive dan berkeseimbanagan .
Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu yang terletak di jalan Kolonel Wahid Udin Lingkungan 1 Kayuara, Sekayu mempunyai fasilitas untuk penyelenggaraan berbagai jenis pelayanan spesialis dan sub spesialis dan menjadi pusat rujukan di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin dan sekitarnya. RSUD Sekayu terdiri dari gedung A,B,C,D masing-masing dua lantai dengan uraian sebagai berikut :
Gedung A
Poli klinik
Farmasi
IGD
Radiologi
Ruang rapat staf
Aula
Ruang komite medik
Administrasi
Kantin
Bank sumsel
Ruang verifikator
Jaminan pelayanan
Rehabilitas
Klinik bungur
Ruang humas
ICSU/ ICU/NICU
Kebidanan (VK dan Neonatus)
Kamar bedah
Hemodialisa
Rekam medik
Gedung B
Ruang perawatan rawat inap
Kelas III noninfeksi (sungkai)
Kelas III infeksi (medang)
Kelas II ( meranti)
Kelas I (tembesu
VIP (petanang)
Gedung C
Ruang gizi
Laundry
Musholah
Bermain anak
Ruang makan karyawan
Sekertariat rumah sakit syang ibu dan bayi.
Ruang tim pengendali suransi dan klaim (TPA)
Hemodialisa
Gedung D
IPSRS
Bengkel
Genset
Kamar jenazah
Instalasi gas medic
Rumah sakit semakin memantapkan diri dengan melengkapi fasilitas dan sarana penunjang dalam memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat dengan kapasitas 165 tempat tidurdengan perincian sebagai berikut :
No.
URAIAN
JUMLAH
1
Kelas utama VIP (Tembesu)
10 Tempat
2
Kelas I (Petanang)
20 Tempat
3
Kelas II (meranti)
20 Tempat
4
Kelas II (Bangsal Kebidanan )
22 Tempat
5
Kelas III noninfeksi (sungkai)
40 Tempat
6
Kelas III infeksi (medang)
40 Tempat
7
ICU
4 Tempat
8
NICU
4 Tempat
9
Neonatus
5 Tempat
TOTAL
165 Tempat
2.1.6 Struktur Organisasi Data Kerja RSUD Sekayu 2014
Struktur organisasi dan tata kerja RSUD sekayu mengacu padadaerah pengaturan kabupaten musi banyuasin dimana ada 1 kepala bagian dan 3 kepala bidang yang membantu direktur dalam menyelenggarakan operasional RSUD sekayu ini. Selain itu dibantu oleh 2 orang pejabat struktural.
Adapun struktur organisasi RSUD sekayu pada tahun 2014. Sebagai berikut :
Direktur RSUD sekayu : Dr.H.Azmidariusmansyah,MAR
Kepala Bagian Tata Usaha : Hapzih,SST,SKM,MM
Kasubag Administrasi Umum : Hj. Solehatun Robiah,SKM
Kasubag Diklat dan Litbang : Fazilah,SKM
Kasubbag Sarana dan Rekam Medis : Yulrizal,SKM
Kepala Bidang Keperawatan : Yulisa Rabianti,SH,M.Kes
Kepala seksi Adm Keperawatan : H. Asmapit,S,Kep,SKM,M.Kes
Kepala seksi layanan rawat : Nursida,Am.Kep
Kepala Bidang pelayanan : dr.Ira puspita,MG
Kepala seksi pelayanan medis : Zalma,HY,SE
Kasi penunjang medis : H.Achmadi,SKM,M.Si
Kepala bidang keuangan dan program : Eliayah,SE
Kasi keuangan dan program : Ridati murdianti,Ssi
Kasi akuntansi dan verifikasi : -
Kepala Instalasi :
Instalasi rawat jalan : dr. Tien suparni
Instalasi rawat inap : dr.Lita Haryati
Instalasi gawat darurat : dr.Ernaliyah
Instalasi bedah central : dr.febrianto k,SP.B
Instalasi ICU : dr.KGS Rosyidi,SP.Pd
Instalasi farmasi : Dra. Hanifdar ,Apt
Instalasi kebidanan dan penyakit kandungan : dr.Taufik firdaus,SPOG
Instalansi laboratorium : dr.Asep Zainudin,SpPk
Instalasi radiologi : dr.Agus perwira,SpRAd
Instalasi rehabilitas medik : dr.Jalalin,SpRM
Instalasi Gizi : dr. Farida,SKM
Instalasi pemeliharaan saran RS : M.Firanha,A.Md
Kepala ruangan perawat pasien :
Kepala ruanagan ICU : Inarmi,AM.kep
Kepala ruangan OK : Rohimi,SKM
Kepala ruanagan IGD : Marni Elyza,AM.Kep
Kepala ruanagan sungkai : Nurainani,AM.Kep
Kepala ruangan medang : Yuliah syilvinti, AM.Kep
Kepala ruangan meranti keperawatan : farida yazid,S.Kep
Kepala ruanagan meranti kebidanan : R.A Nurhidayah Oktaria,
Am.keb, SKM
Kepala ruang petanang atau temebsu : Irma Subriani, AM.Kep
Kepala ruanagan VK kebidanan : Zuryati, AM.Keb
Kepala ruangan NICU : Ns.Mia Mutia,S.Kep
Kepala ruang Neonatus : Desmaniar, AM.Keb
Ketua komite keperawatan : Suaibahtul Aslamiyah Mair,
AM.Kep
Kepala Ruang Penunjang Medis :
Kepala ruang farmasi : Lukman Afriandiansyah,Apt
Kepala ruang sanitasi : Leni gustina
Kepala ruang IPSRS : Fauziah, AM.KL.SKM
Karu CSSD : Leni Marlina, SKM
Kepala ruang laboraturium : Edy sumantri, SKM
Kepal ruang radiologi : Nurhidayah arifianto, SKM
Kepala ruang rehabilitas medik : Sri Suryani, AM.Ft
Supervisior RSUD Sekayu
Supervisior administrasi
H.Asmapit,S.Kep,SKM,M.Kes
Taufik S.Pd
Tendy Yosep, SKM
Fadlawati,SE
Yulrizal,SKM
Irman Madani
Supervisior keperawatan
Yuliah Sylvianti, AM.Kep
Suaibahtul Aslamiyah Mair, AM.Kep
Nirwana, AM.Kep
Inarmi, AM.kep
Ns. Mia mutia S.Kep
Marni Elyza, AM.Kep
Rohimi, SKM
BAB iv
KONSEP TEORI
Konsep Dasar
Definisi
Benigna Prostat Hiperplasi (BPH) adalah pembesaran kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD dr. Sutomo, 1994 : 193).
BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius ( Marilynn, E.D, 2000 : 671 ).
BPH adalah pembesaran atau hipertrofi prostat, kelenjar prostat membesar, memanjang kearah depan kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine dapat mengakibatkan hidronefrosis dan hidroureter. (Brunner & Suddart, 2000)
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa BPH adalah pembesaran atau hipertrofi prostat, kelenjar prostat membesar, memanjang kearah depan kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine sehingga menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius.
Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan Ada beberapa factor kemungkinan penyebab antara lain :
Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi.
Perubahan keseimbangan hormon estrogen - testoteron
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
Interaksi stroma - epitel
Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.
Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
Teori sel stem
Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit (Roger Kirby, 1994 : 38 ).
Anatomi dari Benigna Prostat Hiperplasia
Fisiologi dari Benigna Prostat Hiperplasia
Pada laki-laki, traktus urinari tidak terpisah dari traktus genitalis. Uretra meninggalkan kandung kemih dan melalui kelenjar prostat yang bagian itu dikenal sebagai uretra pars prostatika, berjalan ke uretra membranosa, kemudian menjadi uretra penis, membelok dengan sudut 900 dan melalui perineum ke penis.
Struktur dari sistem reproduksi pria :
Testis
Organ kelamin tempat spermatozoa dan hormon laki-laki dibentuk, kelenjar testis terdapat 2 buah seperti telur yang menghasilkan sperma dan tersimpan dalam scrotum masing-masing difunika albugenia terstis.
Fungsinya untuk membentuk gamet-gamet baru dan menghasilkan hormon testosteron.
Vesika seminalis
Adalah kelenjar yang panjangnya 5-10 cm berupa kantong huruf S berbelok-belok, sekretnya yang alkalis bersama dengan cairan prostat merupakan bagian terbesar, segmen yang mengandung fruktosa sebagai sumber energi spermatozoa.
Vas Deferens
Terletak dibawah vesika urinaria, melekat di dinding bawah vesika urinaria disekitar uretra bagian atas.
Fungsi : Menambah cairan alkalis pada caiiran seminalis yang berguna melindungi protozoa terhadap tekanan yang terdapat pada uretra, dan vagina.
Penis
Terletak di depan scrotum, bagian yang glans penis, bagian tengah korpus penis dan pangkalnya serabut radix penis.
Struktur dari sistem traktus urinaries :
Ginjal
Kelenjar dibagian scrotum, bagian yang disebut glans penis, bagian tengah korpus penis dan pangkalnya serabut radix penis.
Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa, masing-masing bersambung dari ginjal ke VU, panjang ± 25-30 cm dan panampang ± 0,5 cm.
Vesica urinaria
Berbentuk kerucut dan dilindungi otot yang kuat, terdiri dari fundus, korpus, korteks.
Uretra
Saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan urine keluar.
Patofisiologi
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan seiring dengan bertambahnya usia sehingga terjadi perubahan keseimbangan hormonal yaitu terjadi reduksi testosteron menjadi dehidrotestosteron dalam sel prostat yang kemudian menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT kedalam inti sel. Hal ini dapat menyebabkan inskripsi pada RNA sehingga menyebabkan terjadinya sintesis protein yang kemudian menjadi hiperplasia kelenjar prostat. (Manjoer, 2000 hlm 329;Poernomo, 2000 hlm 74)
Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, maka akan terjadi penyempitan lumen uretra prostatika dan akan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intra vesikal.untuk dapat mengeluarkan urine buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tekanan tersebut, sehingga akan terjadi resistensi pada buli-buli dan daerah prostat meningkkat, serta otot detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urine. (Manjoer, 2000 hlm 329;Poernomo, 2000 hlm 76)
Tekanan intravesikal yang tinggi akan diteruskan keseluruh bagian buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks-vesiko ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis bahkan akhirnya dapat terjadi gagal ginjal. (Poernomo, 2000 hlm 76)
Pathways
Manifestasi Klinis
Terbagi 4 grade yaitu:
Pada grade I (congestic)
Mula-mula pasien berbulan atau beberapa tahun susah kemih dan mulai mengedan.
Kalau miksi merasa puas.
Urine keluar menetes dan pancaran lemah.
Nocturia (frekuensi kencing bertambah terutama malam hari)
Urine keluar malam hari lebih dari normal.
Ereksi lebih lama dari normal dan libido lebih dari normal.
Pada cytoscopy kelihatan hyperemia dari orificium urethra interna. Lambat laun terjadi varices akhirnya bisa terjadi perdarahan (blooding)
Pada grade 2 (residual)
Bila miksi terasa panas.
Dysuri nocturi bertambah berat.
Tidak bisa buang air kecil (kemih tidak puas).
Bisa terjadi infeksi karena sisa air kemih.
Terjadi panas tinggi dan bisa menggigil.
Nyeri pada daerah pinggang (menjalar ke ginjal).
Pada grade 3 (retensi urine)
Ischuria paradosal.
Incontinensia paradosal.
Pada grade 4
Kandung kemih penuh.
Penderita merasa kesakitan.
Air kemih menetes secara periodik yang disebut over flow incontinensia.
Pada pemeriksaan fisik yaitu palpasi abdomen bawah untuk meraba ada tumor, karena bendungan yang hebat.
Dengan adanya infeksi penderita bisa menggigil dan panas tinggi sekitar 40-410 C.
Selanjutnya penderita bisa koma.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Analisis urine dan pemeriksaan mikroskopik urine penting untuk melihat adanya sel leukosit, bakteri, dan infeksi. Bila terdapat hematuria, harus diperhitungkan etiologi lain seperti keganasan pada saluran kemih, batu infeksi, saluran kemih, walaupun BPH sendiri dapat menyebabkan hematuria. Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dari fungsi ginjal dan status metabolik. Pemeriksaan Prostate Specific Antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar penentuan perlunya biopsi atau sebagai deteksi dini keganasan.
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah foto polos abdomen, pielografi intravena, USG dan sitoskopi. Tujuan pemeriksaan pencitraan ini adalah untuk memperkirakan volume BPH, menentukan derajat disfungsi buli-buli dan volume residu urine, dan mencari kelainan patologi lain, baik yang berhubungan maupun tidak dengan BPH. Dari foto polos dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal atau buli-buli. Dari pielografi intravena dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis dan hidroureter.
Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat, memeriksa massa ginjal, mendeteksi residu urine, batu ginjal, divertikulum atau tumor buli-buli.
Penatalaksanaan
Observasi (watchfull waiting)
Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan (skor Madsen Iversen ≤ 9). Nasehat yang diberikan ialah mengurangi minum setelah makan malam untuk mengurangi nokturia, menghindari obat-obat dekongestan (para simpatolitik), mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol agar tidak terlalu sering miksi. Setiap tiga bulan lakukan kontrol keluhan (sistem skor), sisa kencing dan pemeriksaan colok dubur.
Terapi Medikamentosa
Penghambat adrenegik
Obat-obat yang sering dipakai ialah prazosin, doxazosin, terazosin, afluzosin 1a (tamsulosin). Dosis dimulai 1 mg/hariatau yang lebih selektif sedangkan dosis tamsulosin adalah 0,2-0,4 mg/hari. Penggunaan antagonis – 1 adrenergik karena secara selektif mengurangi obstruksi pada buli-buli tanpa merusak kontraktilitas detrusor.
Obat ini menghambat reseptor-reseptor yang banyak ditemukan pada otot polos di trigonum, leher vesika, prostat dan kapsul prostat sehingga terjadi relaksasi di daerah prostat. Hal ini akan menurunkan tekanan pada urethra pars prostatika sehingga gangguan aliran air seni dan gejala-gejala berkurang. Biasanya pasien mulai merasakan berkurangnya keluhan dalam waktu 1 – 2 minggu setelah ia mulai memakai obat. Efek samping yang mungkin timbul adalah pusing-pusing (dizzines), capek, sumbatan hidung, dan rasa lemah.
Penghambat enzim 5 - Reduktase.
Obat yang dipakai adalah finasteride (proscar) dengan dosis 1 x 5 mg/hari. Obat golongan ini dapat menghambat pembentukan DHT sehingga prostat yang membesar akan mengecil. Namun obat ini bekerja lebih lambat daripada bloker dan manfaatnya hanya jelas pada prostat yang sangatgolongan besar.
Efektivitasnya masih diperdebatkan karena baru menunjukkan perbaikan sedikit dari keluhan pasien setelah 6 - 12 bulan pengobatan bila dimakan terus-menerus. Salah satu efek samping obat ini adalah melemahkan libido, ginekomastia, dan dapat menurunkan nilai PSA (masking effect).
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien, serta merumuskan diagnosis keperawatan.
Pengkajian dibagi menjadi 2 tahap, yaitu pengkajian pre operasi TUR-P dan penkajian post operasi TUR-P.
3.1.1 Pengkajian pre operasi TUR-P
Pengkajian ini dilakukan sejak klien ini MRS sampai saat operasinya, yang meliputi :
Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama / kepercayaan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, suku/ Bangsa, alamat, no. rigester dan diagnosa medis.
Riwayat penyakit sekarang
Pada klien BPH keluhan keluhan yang ada adalah frekuensi , nokturia, urgensi, disuria, pancaran melemah, rasa tidak lampias/ puas sehabis miksi, hesistensi, intermitency, dan waktu miksi memenjang dan akirnya menjadi retensio urine.
Riwayat penyakit dahulu
Adanya penyakit yang berhubungan dengan saluran perkemihan, misalnya ISK (Infeksi Saluran Kencing ) yang berulang. Penyakit kronis yang pernah di derita. Operasi yang pernah di jalani kecelakaan yang pernah dialami adanya riwayat penyakit DM dan hipertensi .
Riwayat penyakit keluarga
Adanya riwayat keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit BPH Anggota keluargayang menderita DM, asma, atau hipertensi.
Riwayat psikososial
Intra personal
Kebanyakan klien yang akan menjalani operasi akan muncul kecemasan. Kecemasan ini muncul karena ketidaktahuan tentang prosedur pembedahan. Tingkat kecemasan dapat dilihat dari perilaku klien, tanggapan klien tentang sakitnya.
Inter personal
Meliputi peran klien dalam keluarga dan peran klien dalam masyarakat.
Pola fungsi kesehatan
Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Klien ditanya tentang kebiasaan merokok, penggunaan tembakau, penggunaan obat-obatan, penggunaan alkhohol dan upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan diri (pemeriksaan kesehatan berkala, gizi makanan yang adekuat)
Pola nutrisi dan metabolisme
Klien ditanya frekuensi makan, jenis makanan, makanan pantangan, jumlah minum tiap hari, jenis minuman, kesulitan menelan atau keadaan yang mengganggu nutrisi seperti nause, stomatitis, anoreksia dan vomiting. Pada pola ini umumnya tidak mengalami gangguan atau masalah.
Pola eliminasi
Klien ditanya tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya, ragu ragu, menetes - netes, jumlah klien harus bangun pada malam hari untuk berkemih, kekuatan system perkemihan. Klien juga ditanya apakah mengedan untuk mulai atau mempertahankan aliran kemih. Klien ditanya tentang defikasi, apakah ada kesulitan seperti konstipasi akibat dari prostrusi prostat kedalam rectum.
Pola tidur dan istirahat
Klien ditanya lamanya tidur, adanya waktu tidur yang berkurang karena frekuensi miksi yang sering pada malam hari ( nokturia ). Kebiasaan tidur memekai bantal atau situasi lingkungan waktu tidur juga perlu ditanyakan. Upaya mengatasi kesulitan tidur.
Pola aktifitas
Klien ditanya aktifitasnya sehari – hari, aktifitas penggunaan waktu senggang, kebiasaan berolah raga. Apakah ada perubahan sebelum sakit dan selama sakit. Pada umumnya aktifitas sebelum operasi tidak mengalami gangguan, dimana klien masih mampu memenuhi kebutuhan sehari – hari sendiri.
Pola hubungan dan peran
Klien ditanya bagaimana hubungannya dengan anggota keluarga, pasien lain, perawat atau dokter. Bagai mana peran klien dalam keluarga. Apakah klien dapat berperan sebagai mana seharusnya.
Pola persepsi dan konsep diri
Meliputi informasi tentang perasaan atau emosi yang dialami atau dirasakan klien sebelum pembedahan . Biasanya muncul kecemasan dalam menunggu acara operasinya. Tanggapan klien tentang sakitnya dan dampaknya pada dirinya. Koping klien dalam menghadapi sakitnya, apakah ada perasaan malu dan merasa tidak berdaya.
Pola sensori dan kognitif
Pola sensori meliputi daya penciuman, rasa, raba, lihat dan pendengaran dari klien. Pola kognitif berisi tentang proses berpikir, isi pikiran, daya ingat dan waham. Pada klien biasanya tidak terdapat gangguan atau masalah pada pola ini.
Pola reproduksi seksual
Klien ditanya jumlah anak, hubungannya dengan pasangannya, pengetahuannya tantangsek sualitas. Perlu dikaji pula keadaan seksual yang terjadi sekarang, masalah seksual yang dialami sekarang ( masalah kepuasan, ejakulasi dan ereksi ) dan pola perilaku seksual.
Pola penanggulangan stress
Menanyakan apa klien merasakan stress, apa penyebab stress, mekanisme penanggulangan terhadap stress yang dialami. Pemecahan masalah biasanya dilakukan klien bersama siapa. Apakah mekanisme penanggulangan stressor positif atau negatif.
Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien menganut agama apa, bagaimana dengan aktifitas keagamaannya. Kebiasaan klien dalam menjalankan ibadah.
Pemeriksaan Fisik
Status kesehatan umum
Keadaan penyakit, kesadaran, suara bicara, status/ habitus, pernafasan, tekanan darah, suhu tubuh, nadi.
Kulit
Apakah tampak pucat, bagaimana permukaannya, adakah kelainan pigmentasi, bagaimana keadaan rambut dan kuku klien ,
Kepala
Bentuk bagaimana, simetris atau tidak, adakah penonjolan, nyeri kepala atau trauma pada kepala.
Muka
Bentuk simetris atau tidak adakah odema, otot rahang bagaimana keadaannya, begitu pula bagaimana otot mukanya.
Mata
Bagainama keadaan alis mata, kelopak mata odema atau tidak. Pada konjungtiva terdapat atau tidak hiperemi dan perdarahan. Slera tampak ikterus atau tidak.
Telinga
Ada atau tidak keluar secret, serumen atau benda asing. Bagaimana bentuknya, apa ada gangguan pendengaran.
Hidung
Bentuknya bagaimana, adakah pengeluaran secret, apa ada obstruksi atau polip, apakah hidung berbau dan adakah pernafasan cuping hidung.
Mulut dan faring
Adakah caries gigi, bagaimana keadaan gusi apakah ada perdarahan atau ulkus. Lidah tremor ,parese atau tidak. Adakah pembesaran tonsil.
Leher
Bentuknya bagaimana, adakah kaku kuduk, pembesaran kelenjar limphe.
Thoraks
Betuknya bagaimana, adakah gynecomasti.
Paru
Bentuk bagaimana, apakah ada pencembungan atau penarikan. Pergerakan bagaimana, suara nafasnya. Apakah ada suara nafas tambahan seperti ronchi , wheezing atau egofoni.
Jantung
Bagaimana pulsasi jantung (tampak atau tidak).Bagaimana dengan iktus atau getarannya.
Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen. Pada klien dengan keluhan retensi umumnya ada penonjolan kandung kemih pada supra pubik. Apakah ada nyeri tekan, turgornya bagaimana. Pada klien biasanya terdapat hernia atau hemoroid. Hepar, lien, ginjal teraba atau tidak. Peristaklit usus menurun atau meningkat.
Genitalia dan anus
Pada klien biasanya terdapat hernia. Pembesaran prostat dapat teraba pada saat rectal touché. Pada klien yang terjadi retensi urine, apakah trpasang kateter, Bagaimana bentuk scrotum dan testisnya. Pada anus biasanya ada haemorhoid.
Ekstrimitas dan tulang belakang
Apakah ada pembengkakan pada sendi. Jari – jari tremor apa tidak. Apakah ada infus pada tangan. Pada sekitar pemasangan infus ada tanda – tanda infeksi seperti merah atau bengkak atau nyeri tekan. Bentuk tulang belakang bagaimana.
Pemeriksaan diagnostik
Untuk pemeriksaan diagnostik sudah dijabarkan penulis pada konsep dasar.
Pengkajian post operasi TUR-P
Pengkajian ini dilakukan setelah klien menjalani operasi, yang meliputi:
Keluhan utama
Keluhan pada klien berbeda – beda antara klien yang satu dengan yang lain. Kemungkinan keluhan yang bisa timbul pada klien post operasi TUR-P adalah keluhan rasa tidak nyaman, nyeri karena spasme kandung kemih atau karena adanya bekas insisi pada waktu pembedahan. Hal ini ditunjukkan dari ekspresi klien dan ungkapan dari klien sendiri.
Keadaan umum
Kesadaran, GCS, ekspresi wajah klien, suara bicara.
Sistem respirasi
Bagaimana pernafasan klien, apa ada sumbatan pada jalan nafas atau tidak. Apakah perlu dipasang O2. Frekuensi nafas , irama nafas, suara nafas. Ada wheezing dan ronchi atau tidak. Gerakan otot Bantu nafas seperti gerakan cuping hidung, gerakan dada dan perut. Tanda – tanda cyanosis ada atau tidak.
Sistem sirkulasi
Yang dikaji: nadi ( takikardi/bradikardi, irama ), tekanan darah, suhu tubuh, monitor jantung ( EKG ).
Sistem gastrointestinal
Hal yang dikaji: Frekuensi defekasi, inkontinensia alvi, konstipasi / obstipasi, bagaimana dengan bising usus, sudah flatus apa belum, apakah ada mual dan muntah.
Sistem neurology
Hal yang dikaji: keadaan atau kesan umum, GCS, adanya nyeri kepala.
Sistem muskuloskleletal
Bagaimana aktifitas klien sehari – hari setelah operasi. Bagaimana memenuhi kebutuhannya. Apakah terpasang infus dan dibagian mana dipasang serta keadaan disekitar daerah yang terpasang infus. Keadaan ekstrimitas.
Sistem eliminasi
Apa ada ketidaknyamanan pada supra pubik, kandung kemih penuh . Masih ada gangguan miksi seperti retensi. Kaji apakah ada tanda – tanda perdarahan, infeksi. Memakai kateter jenis apa. Irigasi kandung kemih. Warna urine dan jumlah produksi urine tiap hari. Bagaimana keadaan sekitar daerah pemasangan kateter.
Terapi yang diberikan setelah operasi
Infus yang terpasang, obat – obatan seperti antibiotika, analgetika, cairan irigasi kandung kemih.
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
3.1.1 Diagnosa sebelum operasi
Perubahan eliminasi urine: frekuensi, urgensi, hesistancy, inkontinensi, retensi, nokturia atau perasaan tidak puas setelah miksi sehubungan dengan obstruksi mekanik : pembesaran prostat.
Nyeri sehubungan dengan penyumbatan saluran kencing sekunder terhadap pelebaran prostat.
Cemas sehubungan dengan hospitalisasi, prosedur pembedahan, kurang pengetahuan tantang aktifitas rutin dan aktifitas post operasi.
3.12 Diagnosa setelah operasi
Nyeri sehubungan dengan spasme kandung kemih dan insisi sekunder pada TUR-P.
Perubahan eliminasi urine sehubungandengan obstruksi sekunder dari TUR-P: bekuan darah odema.
Potensial infeksi sehubungan dengan prosedur invasif : alat selama pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering.
3.3 INTERVENSI
3.3.1 Sebelum operasi
Perubahan eliminasi urine: frekuensi, urgensi, resistancy, inkontinensi, retensi, nokturia atau perasaan tidak puas setelah miksi sehubungan dengan obtruksi mekanik: pembesaran prostat.
Rencana tindakan :
Jelaskan pada klien tentang perubahan dari pola eliminasi.
Dorong klien untuk berkemih tiap 2 – 4 jam dan bila dirasakan.
Anjurkan klien minum sampai 3000 ml sehari, dalam toleransi jantung bila diindikasikan
Perkusi / palpasi area supra pubik
Observasi aliran dan kekuatan urine, ukur residu urine pasca berkemih. Jika volume residu urine lebih besar dari 100 cc maka jadwalkan program kateterisasi intermiten.
monitor laboratorium: urinalisa dan kultur, BUN, kreatinin.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat: antagonis Alfa - adrenergik (prazosin)
Nyeri sehubungan dengan penyumbatan saluran kencing sekunder terhadap pelebaran prostat.
Rencana tindakan :
Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas ( skala 1-10 ), dan lamanya.
Beri tindakan kenyamanan, contoh: membantu klien melakukan posisi yang nyaman, mendorong penggunaan relaksasi / latihan nafas dalam.
Beri kateter jika diinstruksikan untuk retensi urine yang akut : mengeluh ingin kencing tapi tidak bisa.
Observasi tanda – tanda vital.
Kolaborasi dengan dokter untuk memberi obat sesuai indikasi, contoh: eperidin ( Dumerol )
Cemas sehubungan dengan hospitalisasi, prosedur pembedahan, kurang pengetahuan tentang aktifitas rutin dan aktifitas post operasi.
Rencana tindakan :
Bina hubungan saling percaya dengan klien atau keluarga.
Dorong klien atau keluarga untuk menyatakan perasaan / masalah.
Beri informasi tentang prosedur / tindakan yang akan dilakukan, contoh: kateter, urine berdarah, iritasi kandung kemih. Ketahui seberapa banyak informasi yang diinginkan klie
Jelaskan pentingnya peningkatan asupan cairan.
Jelaskan pembatasan aktifitas yang diharapkan :
tirah baring untuk hari pertama post operasi
ambulasi progresif yang dimulai hari pertama post operasi
hindari aktifitas yang mengencangkan daerah kandung kemih
Observasi tanda - tanda vital.
3.3.2 Sesudah operasi
Nyeri sehubungan dengan spasmus kandung kemih dan insisi sekunder pada TUR-P
Rencana tindakan :
Jelaskan pada klien tentang gejala dini spasmus kandung kemih.
Pemantauan klien pada interval yang teratur selama 48 jam, untuk mengenal gejala – gejala dini dari spasmus kandung kemih.
Jelaskan pada klien bahwa intensitas dan frekuensi akan berkurang dalam 24 sampai 48 jam.
Beri penyuluhan pada klien agar tidak berkemih ke seputar kateter.
Anjurkan pada klien untuk tidak duduk dalam waktu yang lama sesudah tindakan TUR-P.
Ajarkan penggunaan teknik relaksasi, termasuk latihan nafas dalam, visualisasi.
Jagalah selang drainase urine tetap aman dipaha untuk mencegah peningkatan tekanan pada kandung kemih. Irigasi kateter jika terlihat bekuan pada selang.
Observasi tanda – tanda vital
Kolaborasi dengan dokter untuk memberi obat – obatan (analgesik atau anti spasmodik)
Perubahan pola eliminasi urine sehubungan dengan obstruksi sekunder dari TUR-P: bekuan darah, edema.
Rencana tindakan:
Pertahankan irigasi kandung kemih yang konstan selama 24 jam pertama
Pertahankan posisi dower kateter dan irigasi kateter.
Anjurkan intake cairan 2500-3000 ml sesuai toleransi.
Setalah kateter diangkat, pantau waktu, jumlah urine dan ukuran aliran. Perhatikan keluhan rasa penuh kandung kemih, ketidakmampuan berkemih, urgensi atau gejala – gejala retensi.
Kaji output urine dan karakteristiknya
Potensial infeksi sehubungan dengan prosedur invasif: alat selama pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering.
Rencana tindakan:
Pertahankan sistem kateter steril, berikan perawatan kateter dengan steril.
Anjurkan intake cairan yang cukup ( 2500 – 3000 ) sehingga dapat menurunkan potensial infeksi.
Pertahankan posisi urobag dibawah.
Observasi tanda – tanda vital, laporkan tanda – tanda shock dan demam.
Observasi urine: warna, jumlah, bau.
Kolaborasi dengan dokter untuk memberi obat antibiotik.
3.4 IMPLEMENTASI
Pelaksanaan adalah realisasi dari perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien, baik sebelum operasi dan sesudah operasi. Beberapa petunjuk pada implementasi adalah sebagai berikut :
Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah divalidasi;
Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal, dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat;
Keamanan fisik dan psikologis dilindungi;
Dokumentasi intervensi dan respon klien.
3.5 EVALUASI
Evaluasi adalah bagian akhir dari proses keperawatan . Semua tahap proses keperawatan ( diagnosis, tujuan, intervensi ) harus dievaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.
Ada tiga alternatif yang dapat dipakai perawat dalam memutuskan, sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai, yaitu tujuan tercapai, tujuan tercapai sebagian dan tujuan tidak tercapai. Untuk dapat menilai maka dilihat dari perilaku klien sebagai berikut :
Tujuan tercapai jika klien mampu menunjukkan perilaku pada waktu atau tanggal yang telah ditentukan, sesuai dengan pernyataan tujuan.
Tujuan tercapai sebagian jika klien telah mampu menunjukkan perilaku, tetapi tidak seluruhnya sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah ditentukan .
Tujuan tidak tercapai jika klien tidak mampu atau tidak mau sama sekali menunjukkan perilaku yang diharapkan, sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hardjowidjoto S. (1999).Benigna Prostat Hiperplasia. Airlangga University Press. Surabaya
Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya, Fakultas Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.
Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta
BAB V
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH BPH PADA TN. “A” DI IGD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKAYU
PENGKAJIAN
IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn “A”
Umur : 69 tahun
Suku : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Status : Kawin
Alamat : Serasan Jaya
Identitas Penanggung Jawab :
Nama : Ny. “R”
Umur : 36 tahun
Suku : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hub.Dg. Klien : Anak
Alamat : Serasan Jaya
Tgl. Masuk RS : 12-10-2014
Tgl. Pengkajian : 12-10-2014
Jam Masuk : 09.00 Wib
No. Register : 06-71-40
Ruangan : IGD
Diagnosa Medis : Benigna Prostat Hiperplasia
RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan utama : Klien mengeluh nyeri pada saat BAK.
Riwayat Perjalanan Penyakit : Sejak ± 2 hari sebelum masuk Rumah Sakit klien mengeluh sulit BAK dengan skala nyeri 6, durasi nyeri hilang timbul, frekuensi nyeri hanya pada saat BAK, lokasi nyeri di daerah supra pubik, klien tampak lemah, klien tampak meringis, kandung kemih penuh sehingga menyebabkan distensi kandung kemih (+)
Riwayat kesehatan masa lalu : Klien tidak pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.
Riwayat kesehatan keluarga : Anggota keluarga klien tidak ada yang mengalami sakit seperti yang dialami klien
Genogram
Ket : = Klien
= Perempuan
= Laki - laki
= Tinggal Serumah
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Composmentis
Tanda-tanda vital
Tanda-tanda Vital
TD : 140/80 mmHg
N : 88 x/m
RR : 20x/m
T : 37,2 ⁰C
BB : 58 kg
TB : 160 cm
Kepala
Struktur : Simetris
Rambut : Hitam
Lain – lain : tidak ada masalah
Orientasi
Waktu : Baik, klien mengetahui hari dan kapan ia dibawa ke rumah
sakit
Tempat : baik, klien mengetahui ia tinggal dimana dan berada di mana
sekarang
Kelumpuhan :Tidak Ada
Kejang : Tidak Ada
Pendengaran / Telinga
Struktur : Simetris
Fungsi Pendengaran : Mampu mendengar dengan jelas
Alat Bantu Dengar : Tidak Ada
Serumen : Ada
Lain – lain : tidak ada masalah
Penglihatan
Schlera : Putih Jernih
Konjungtiva : Merah Muda
Visus : 6/6
Alat Bantu yang dipakai : Tidak ada
Penciuman / Hidung
Stuktur : Simetris
Fungsi Penciuman : Mampu membedakan bau-bauan
Secret hidung : Tidak Ada
Pengecapan / Mulut
Keadaan gigi : Tidak utuh
Keadaan Lidah : Kotor
Faring : tidak ada radang
Fungsi Pengecapan : Dapat membedakan rasa manis, asam, asin
Lain-lain : Tidak ada masalah
Tenggorokan/leher
Inspeksi
Bentuk : Simetris
Radang Tenggorokan : Tidak Ada
Keadaan Jakun : Menonjol
Kesulitan Menelan : Tidak Ada
Dada
Struktur Dada : Simetris
Irama Pernapasan : Reguler
Bunyi nafas : Vesikuler (Tidak ada bunyi tambahan dan secret tidak
ada)
Nyeri dada (Chest Pain) : Tidak Ada
Bunyi Jantung : BJ 1 & 2 (BJ 1 = Lup (saat kontraksi) BJ 2= Dup
(saat relaksasi))
Palpitasi : Tidak Ada
Edema : Ada
Abdomen
Inspeksi
Asites : Tidak Ada
Palpasi
Nyeri Tekan : Ada, di supra pubik
Pembesaran hati : Tidak Ada
Kandung kemih : Penuh
Distensi kandung kemih : (+)
Masalah : Nyeri di daerah supra pubik
Kulit
Inspeksi
Warna : Pucat
Kondisi Kulit : -
Nyeri : Tidak ada
Palpasi
Suhu : Normal
Turgor : Elastis
Kelembaban : Lembab
Genetalia dan Anus
Kebersihan : Kotor
Struktur : Simetris
Edema : Tidak ada
Nyeri : Ada
Skala nyeri : 6
Lokasi : Supra Pubik
Durasi : Pada saat berkemih
Frekuensi : Hilang timbul
Masalah : Nyeri
Ekstremitas
Ukuran : Atas : Simetris
Bawah: Simetris
Fraktur : Atas : Tidak ada
Bawah : Tidak ada
Hematoma : Atas : Tidak ada
Bawah : Tidak Ada
Anastesi/kebas: Atas : Tidak ada
Bawah : Tidak ada
Prostesi/alat bantu : Atas : Tidak ada
Bawah : Tidak ada
Persendian :
ROM : Atas : Aktif
Bawah : Aktif
Kekakuan : Atas : Tidak ada
Bawah : Tidak ada
Postur : tidak ada masalah
Lordosis ( - )
Kyphosis ( - )
Scoliosis ( - )
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Pada saat klien dirawat di ruang IGD, klien d ambil sample darah untuk pemeriksaan lebih lanjut dan hasilnya belum bisa diketahui.
Rontgen
Dari hasil pemeriksaan rontgen yang telah dilakukan tampak pembesaran kelenjar prostat pada tn.”A
PROGRAM PENGOBATAN
No
Nama Obat
Dosis Obat
Cara Pemberian
1
2
3
4
5
Ranitidin
Scopamin
IVFD RL
Asam Mefenamat
Kateter ukuran 18
3x1ml/30mg
2x1ml/20mg
Gtt 20 x/m
3x1tab/500 mg
Iv
Iv
Iv
Oral
DATA PSIKOSOSIAL
Klien mengatakan takut tidak bisa BAK lagi karena klien merasakan sangat sakit saat ingin BAK. Klien selalu bertanya-tanya kepada perawat mengenai penyakitnya ini, apakah bisa kembali membaik seperti dulu lagi, sampai kapan BAK klien tidak sakit lagi, pengobatan apa yang harus klien pilih untuk bisa sembuh total, dan juga BAK klien bisa menjadi lancar kembali. Dengan tingkat kecemasan klien saat ini adalah sedang.
DATA SOSIAL
Selama klien di rumah sakit dapat berinteraksi dengan orang lain jika dimintai pertanyaan.
RESUME KEPERAWATAN PRE OPERASI
Dari rangkaian data pengkajian di atas penulis menemukan data-data :
Sejak ± 2 hari sebelum masuk Rumah Sakit klien mengeluh sulit BAK dengan skala nyeri 6, durasi nyeri hilang timbul, frekuensi nyeri hanya pada saat BAK, lokasi nyeri di daerah supra pubis, klien tampak lemah, klien tampak meringis, kandung kemih penuh sehingga menyebabkan distensi kandung kemih (+)
Pada pemeriksaan penunjang di lakukan pemeriksaan darah yang di ambil sample di IGD dengan hasil yang belum diketahui selama klien di IGD dan pemeriksaan rontgen telah dilakukan dengan hasil adanya pembesaran kelenjar prostat pada klien.
Klien di pindahkan ke bangsal Medang untuk di lakukan perawatan lebih lanjut. Dengan mendapatkan pengobatan sementara dari IGD, yaitu Ranitidin 3x1ml/30mg melalui iv, Scopamin 2x1ml/20mg melalui iv, terpasang infus IVFD RL Gtt 20 x/m, Asam Mefenamat 3x1tab/500 mg melalui oral, dan telah di pasang Kateter ukuran 18 dari IGD.
ANALISA DATA
Nama Klien : Tn “A” No. Reg : 06.71.40
Umur : 69 tahun Diagnosa Medis : BPH
Ruangan : IGD Alamat : Serasan Jaya
No
Data
Etiologi
Masalah
1
DS :
Klien mengeluh nyeri pada saat BAK , memulai kencing yang lama dan disertai dengan mengejan , Urin terus menetes setelah BAK dan merasa tidak puas setelah BAK
DO :
Klien tampak lemah
Klien tampak meringis
TD : 140/80 mmHg
N : 88 x/m
RR : 20x/m
T : 37,2 ⁰C
Skala nyeri : 6
Frekuensi : Saat Berkemih
Durasi : Hilang timbul
Lokasi : Supra Pubik
Kandung kemih : Penuh
Distensi kandung kemih (+)
Proses penuaan
Kelenjar prostat mengalami pembesaran
Prostat memanjang ke atas ke saluran kemih
Menyumbat aliran urin
Menutup orifisium
Merangsang reseptor nyeri di SSP
Mengeluarkan mediator nyeri di SSP
Prostaglandin, bradikinin dan histamin
nyeri
Nyeri
2
DS :
Klien mengatakan ia takut tidak bisa BAK,
DO :
Klien tampak cemas dan taku, klien selalu bertanya-tanya mengenai penyakitnya
TD : 140/80 mmHg
N : 88 x/m
RR : 20x/m
T : 37,2 ⁰C
Tingkat kecemasan : Sedang
Pembesaran prostat
Informasi inadekuat
Kurang pengetahuan
Krisis situasi dan kondisi
Ansietas
Ansietas
Prioritas Masalah :
Nyeri
Ansietas
Diagnosa Keperawatan :
Nyeri b. d. irirtasi mukosa ; distensi kandung kemih dan infeksi urinaria
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembesaran prostat
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. “A” No. Med Rec : 06.71.40
Umur : 69 tahun Dx Medis : BPH
Ruangan : IGD Alamat : Seran Jaya
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONALISASI
1
Nyeri b. d. irirtasi mukosa ; distensi kandung kemih dan infeksi urinaria
di tandai dengan :
DS :
Klien mengeluh nyeri pada saat BAK , memulai kencing yang lama dan disertai dengan mengejan , Urin terus menetes setelah BAK dan merasa tidak puas setelah BAK
DO :
Klien tampak lemah
Klien tampak meringis
TD : 140/80 mmHg
N : 88 x/m
RR : 20x/m
T : 37,2 ⁰C
Skala nyeri : 6
Frekuensi : Saat Berkemih
Durasi : Hilang timbul
Lokasi : Supra Pubik
Kandung kemih : Penuh
Distensi kandung kemih (+) : 25x/m
Tupan :
Nyeri berkurang/tidak ada
Tupen :
Nyeri berkurang/ hilang setelah dilakukan tindakan dalam waktu 2 x 24 jam :
Skala nyeri 1(ringan)
Klien tidak lagi meringis
Klien tampak nyaman
Klien tampak tenang
Observasi tanda-tanda vital
Kaji skala nyeri, lokasi, karakteristik beratnya serta frekuensinya
Atur posisi yang nyaman bagi klien
Ajarkan klien teknik distraksi dan relaksasi
Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien.
Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pemberian obat analgetik.
Untuk mengetahui perkembangan secara fisiologis peran tubuh terhadap respon kenormalan dan abnormalan akibat penyakit
Data ini membantu mengevaluasi nyeri dan peredaan nyeri serta mengidentifikasi sumber-sumber siklus nyeri
Membantu mengurangi nyeri pada klien
Membantu mengurangi rasa nyeri yang di alami klien.
Untuk membantu pemulihan kondisi klien dan mencegah resiko cedera pada klien.
Sarana terapi mempercepat peredaan nyeri pada klien
2
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembesaran prostat
yang di tandai dengan :
DS :
Klien mengatakan ia takut tidak bisa BAK,
DO :
Klien tampak cemas dan takut , dan klien selalu bertanya-tanya mengenai penyakitnya
TD : 140/80 mmHg
N : 88 x/m
RR : 20x/m
T : 37,2 ⁰C
Tingkat kecemasan : Sedang
Tupan :
Klien tidak lagi mengalami kecemasan
Tupen :
Dalam waktu 1 x 24 jam klien mengetahui tentang prosedur penatalaksanaan penyakitnya dengan kriteria :
Raut muka klien menjadi cerah
Klien terlihat tenang
Observasi tanda-tanda vital
Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya
Kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan klien tentang penyakitnya
Dukung secara spiritual dan moral klien
Dampingi dan bantu klien dalam persiapan semua tindakan sesuai dengan prosedur yang akan di laksanakan pada klien
Untuk mengetahui perkembangan secara fisiologis peran tubuh terhadap respon kenormalan dan abnormalan akibat penyakit klien
Untuk mengetahui dan mempermudah penjelasan kepada klien tentang penyakitnya agar mudah di pahami klien
Untuk mengetahui perkembangan secara fisiologis peran tubuh terhadap respon kecemasan secara psikologis
Untuk menguatkan dan memotivasi diri klien
Klien akan merasa ada perhatian secara fisik dengan tindakan yang di lakukan oleh perawat
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn. “A” No. Med Rec : 06.71.40
Umur : 69 tahun Dx Medis : BPH
Ruangan : IGD Alamat : Seran Jaya
NO
TGL/JAM
DIAGNOSA KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI
EVALUASI
1
12-10-14/ 09.05 WIB
Nyeri b. d. irirtasi mukosa ; distensi kandung kemih dan infeksi urinaria
09.05 WIB
Mengobservasi tanda-tanda vital pada klien
Hasil :
TD : 140/80 mmHg
N : 88 x/m
RR : 20x/m
T : 37,2 ⁰C
09.10 WIB
Mengkaji keadaan nyeri yang dialami klien
Hasil : skala nyeri 6, durasi nyeri hilang timbul, frekuensi nyeri hanya pada saat BAK, lokasi nyeri di daerah supra pubis.
09.15 WIB
Mengajarkan klien mengatur posisi yang nyaman bagi klien
Hasil : Klien tampak mengikuti apa yang di ajarkan oleh perawat untuk memberi kenyamanan klien dalam mengurangi nyerinya.
09.20 WIB
Mengajarkan klien teknik distraksi dan relaksasi dengan cara, saat sakit datang klien menarik nafas dan mengeluarkannya secara perlahan dari hidung.
Hasil : Klien tampak melakukan apa yang dianjurkan oleh perawat.
09.25 WIB
Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi
IVFD RL gtt XX x/m
Ranitidin 3x1 ml/30mg iv
Scopamin 2x1 ml/20mg iv
Asam Mefenamat 3x1 mg/500mg oral
Pemasangan Cateter dgn ukuran 18
09.30 WIB
S : Klien mengatakan nyeri saat ingin BAK sedikit berkurang.
O : Raut muka klien tampak meringis
TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/m
RR : 20x/m
T : 37,2 ⁰C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan di bangsal perawatan Medang dengan intervensi sebagai berikut :
Mengobservasi tanda-tanda vital pada klien
Mengkaji keadaan nyeri klien
Mengajarkan klien mengatur posisi yang nyaman bagi klien
Mengajarkan klien teknik distraksi dan relaksasi dengan cara, saat sakit datang klien menarik nafas dan mengeluarkannya secara perlahan dari hidung.
Memberikan terapi :
IVFD RL gtt XX x/m
Ranitidin 3x1 ml/30mg iv
Scopamin 2x1 ml/20mg iv
Asam Mefenamat 3x1 mg/500mg oral
Cateter ukuran 18
2
12-10-14/ 09.30 WIB
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembesaran prostat
09.05 WIB
Mengobservasi tanda-tanda vital pada klien
Hasil :
TD : 140/80 mmHg
Temp : 37,2OC
Pols : 88 x/m
RR : 20 x/m
09.10 WIB
Mengkaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya dengan pendidikan terakhir klien adalah SD
Hasil : klien belum pernah mengetahui tentang tindakan yang akan dilakukan pada penyakitnya tersebut.
09.15 WIB
Mengkaji tanda verbal dan non verbal kecemasan klien tentang pembesaran prostat
Hasil : Menjelaskan defenisi , pemyebab dan penanganan BPH serta memberikan penjelasan singkat, sederhana dan jelas pada klien yang disertai contoh-contoh masyarakat lain yang telah berhasil dalam melaksanakan pengobatan dengan baik.
09.20 WIB
Menganjurkan klien dan keluarganya untuk banyak berdo’a dan meminta pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Esa juga meyakinkan klien bahwa Allah pasti mendengarkan setiap do’anya. Yang pastinya Allah lebih mengetahui yang terbaik untuk klien
Hasil : klien lebih merasa yakin akan tindakan yang di hadapinya nanti
09.30 WIB
Klien di antar keruang rawat inap Medang oleh perawat hingga sampai ke kamar rawat inap Medang, dengan melibatkan juga keluarga klien.
09.30 WIB
S : Klien mengatakan sudah tidak cemas lagi dan sudah memahami tentang penyakitnya yang akan ia hadapai sehingga klien merasa sudah siap untuk di lakukan tindakan yang terbaik untuk kesehatannya.
O : Klien terlihat sudah tenang
Klien tidak menanyakan lagi tentang penyakitnya karena ia telah memahami
TD: 120/80 mmHg
Temp : 37,2OC
Pols : 80 x/m
RR : 20 x/m
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
Pukul 09.30 WIB klien di antar oleh perawat ke ruang rawat inap Medang.
EVALUASI AKHIR
Nama : Tn. “A” No. Med Rec : 06.71.40
Umur : 69 tahun Dx Medis : BPH
Ruangan : IGD Alamat : Seran Jaya
NO
TANGGAL
DIAGNOSA KEPERAWATAN
EVALUASI
1
2
10 Okt 2014
(09.30 WIB)
10 Okt 2014
(09.30 WIB)
Nyeri b. d. irirtasi mukosa ; distensi kandung kemih dan infeksi urinaria
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembesaran prostat
Masalah teratasi sebagian dan di lanjutkan perawatan di ruang rawat inap Medang
Masalah teratasi
Kecemasan pada raut muka klien nampak berkurang
Klien siap menjalani tindakan yang terbaik untuk penyakitnya di ruang rawat inap Medang
BAB VI
PENUTUP
Kesimpulan
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah pembesaran atau hipertrofi prostat, kelenjar prostat membesar, memanjang kearah depan kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine sehingga menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius.
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan .
Asuhan keperawatan pada kasus benigna prostat hiperplasia meliputi pengkajian , diagnosa keperawatan , intervensi , implementasi dan evaluasi keperawatan seperti yang telah dijelaskan pada Asuhan Keperawatan pada Tn “A”.
Saran
Bagi Rumah Sakit
Dapat meningkatkan asuhan keperawatan sesuai dengan standar dan prosedur
yang tepat
Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi pendidikan agar tetap melaksanakan keterampilan pada mahasiswa / i Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin dalam melakukan Asuhan Keperawatan pada Tn “ A” dengan diagnosa Benigna Prostat Hiperplasia
Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan selama proses pembelajraan di lahan praktek.
Mahasiswa / i dalam melaakukan praktek harus tetap menjaga etika dan privasi
klien
56 | Askep Benigna Prostat Hiperplasia
40 | Askep Benigna Prostat Hiperrplasia