CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 1, Februari 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814
ANALISA ATAS BESARAN UNDERGROUND ECONOMY DI INDONESIA PADA
TAHUN 2016-2021 DENGAN PENDEKATAN MONETER
Dimas Andi Wirawan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Diponegoro Semarang, Indonesia
Email: dimasandiwirawan@students.undip.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan mengetahui besarnya nilai kegiatan underground
economy di Indonesia pada periode triwulan pertama pada tahun 2015 sampai dengan triwulan
keempat pada tahun 2021. Metode dalam penelitian ini adalah analisa kuantitatif menggunakan
persamaan regresi linier berganda yang diestimasi dengan metode kuadrat terkecil (Ordinary
Least Square). Model persamaan regresi yang digunakan adalah model pendekatan moneter
yaitu pengukuran besaran underground economy berdasarkan sensitivitas permintaan uang
kartal. Variabel terikat yang digunakan adalah jumlah permintaan uang kartal sedangkan
variabel bebasnya meliputi beban pajak, opportunity cost,inflasi, Produk Domestik Bruto (PDB)
nominal dan inovasi keuangan. Hasil dari penelitian ini adalah nilai kegiatan underground
economy pada periode penelitian menunjukkan nilai yang berfluktuasi, dengan rentang nilai
berkisar 127.384 milliar sampai Rp 625.919 milliar Perhitungan secara rata-rata dalam periode
tersebut menunjukan nilai yang mencapai Rp 325.127 milliar atau setara dengan 18,2% terhadap
PDB Nominal. Keterbaruan dari penelitian ini adalah melakukan pemuktahiran data sampai
dengan tahun 2021 dan melakukan penyesuaian terhadap variable dan model yang digunakan
oleh penelitian sebelumnya.
Kata Kunci : Underground Economy; Uang Kartal; Produk Domestik Bruto.
Abstract
This study aims to analyze and determine the magnitude of the value of underground economy
activities in Indonesia in the first quarter of 2015 to the fourth quarter of 2021. The method in
this study is quantitative analysis using multiple linear regression equations estimated by the
least squares method (Ordinary Least Square). The regression equation model used is a
monetary approach model, which is a measurement of the magnitude of the underground
economy based on the sensitivity of demand for currency. The bound variables used are the
amount of demand for currency while the free variables include tax burden, opportunity costs,
inflation, nominal Gross Domestic Product (GDP) and financial innovation. The result of this
study is that the value of underground economy activities in the research period shows
fluctuating values, with a range of values ranging from 127,384 billion to Rp. 625,919 billion
The average calculation in that period shows a value that reaches Rp. 325,127 billion or
equivalent to 18.2% of Nominal GDP. The novelty of this study is to update the data until 2021
and make adjustments to the variables and models used by the previous study.
Keyword : Underground Economy; Currency Currency; Gross Domestic Product.
beberapa waktu ini. Hal ini dikarenakan
kegiatan underground economy menjadi
kelemahan dari pengukuran kinerja
Pendahuluan
Fenomena underground economy
telah menjadi pembahasan global
221
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 1, Februari 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814
dalam infrastruktur (Nizar & Purnomo,
2015).
Oleh karena itu penelitian ini akan
menghitung estimasi besarnya nilai
kegiatan underground econonmy di
Indonesia pada tahun 2016 sampai
dengan 2021 untuk dapat memberi
gambaran seberapa besar pengaruhnya
terhadap PDB Indonesia (Mulyawan,
2017).
Sesuai
dengan
rumusan
permasalahan dalam penelitian ini, maka
penelitian ini dilakukan dengan tujuan
untuk menganalisis dan mengetahui
besarnya nilai kegiatan underground
economy di Indonesia pada periode tahun
2015 sampai dengan tahun 2021 dengan
pendekatan moneter.
perekonomian dan pertumbuhan ekonomi
suatu negara yang menggunakan nilai
Produk Domestik Bruto (Hariyanti,
Soeharjoto, Tribudhi, & Ratnawati,
2022), (Aritonang, 2020). Underground
economy merupakan kegiatan-kegiatan
ekonomi baik secara legal maupun illegal
yang terlewat dari perhitungan Produk
Domestik Bruto (PDB) sehingga hasil
perhitungan
PDB
tersebut
tidak
mencerminkan kondisi perekonomian
sesungguhnya dan menjadi ukuran yang
bias
dari
ukuran
sebenarnya
(Kebanksentralan et al., n.d. 2016).
Pengukuran terhadap underground
economy
menjadi
penting
untuk
dilakukan karena beberapa alasan (Rezky,
2020), (Iskandar & Mulyawan, 2017), .
Pertama, kegiatan underground economy
dapat
menyebabkan
pengambilan
keputusan dan kebijakan oleh stakeholder
yang menjadikan ukuran pertumbuhan
sebagai indikator ekonomi seperti
pengangguran,
angkatan
kerja,
pendapatan dan konsumsi menjadi tidak
akurat dan inefisien (Azwar &
Mulyawan, 2017), (Amalia, Wijaya,
Darma, Maria, & Lestari, 2020). Kedua,
kegiatan underground economy yang
semakin besar berpotensi mengurangi
penerimaan negara, terutama dari sektor
perpajakan (Samuda, 2016), (Azwar &
Mulyawan, 2017). Ketiga, perkembangan
dari underground economy dapat menarik
pekerja domestik dan luar negeri untuk
beralih dari kegiatan ekonomi yang legal
ke ilegal dan menciptakan kompetisi
(Ginantra et al., 2020). Keempat,
kegiatan underground economy dapat
mengurangi jumlah (kuantitas) dan
memperburuk kualitas barang-barang
publik (public goods) yang disediakan
negara karena berkurangnya investasi
Metode Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan
data sekunder dalam bentuk runtut waktu
(time series) triwulanan dari periode
triwulan pertama tahun 2016 sampai
dengan triwulan keempat tahun 2021.
Penelitian akan mengestimasi besaran
underground
economy
dengan
menggunakan teori permintaan uang
sehingga data yang dibutuhkan adalah
jumlah uang kartal yang beredar (dalam
millar rupiah), penerimaan pajak (dalam
milliar rupiah), suku bunga Bank
Indonesia ( dalam persentase ), jumlah
kantor bank umum (dalam unit ),tingkat
inflasi (dalam persentase) dan Produk
Domestik Bruto (dalam milliar rupiah).
Data ini diperoleh dari rilis Badan Pusat
Statistik,
Bank
Indonesia
dan
Kementerian Keuangan.
Penelitian ini akan menggunakan
analisa kuantitatif yaitu persamaan
regresi linier berganda yang diestimasi
dengan
metode
kuadrat
terkecil
(Ordinary Least Square) (de Souza &
222
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 1, Februari 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814
pajak (T), tingkat harga atau inflasi (I),
suku bunga (BI Rate) (O), Produk
Domestik Bruto ( Y ) dan preferensi
masyarakat untuk uang kartal dalam
bentuk inovasi keuangan perbankan
(F). Berdasarkan hal tersebut maka
fungsi regresi atas permintaan uang
kartal secara keseluruhan dapat
dituliskan sebagai berikut:
C = f (T, O, I, Y, F)
(3.1)
atau dalam bentuk model
LnC = α0 + α1T+ α2O + α3I + α4LnY +
α5LnF + e
(3.2)
2. Menghitung jumlah permintaan uang
kartal pada underground economy
Persamaan (3.2) adalah model
persamaan
yang
mengambarkan
estimasi jumlah seluruh permintaan
atas uang kartal baik dalam official
economy maupun dalam underground
economy. Oleh karena itu, perhitungan
jumlah permintaan uang kartal pada
underground economy (CUE)adalah
dengan menghitung selisih antara
estimasi jumlah permintaan uang
kartal secara keseluruhan (C) dengan
jumlah permintaan uang kartal pada
official economy (COE) atau dapat
digambarkan dalam persamaan :
CUE = C – COE
(3.3)
Cara
menghitung
jumlah
permintaan uang kartal pada official
economy (COE) adalah dengan
menggunakan persamaan fungsi (3.2)
namun tidak menggunakan variabel
beban pajak (T) pada model. Alasan
dari pengeluaran variable beban pajak
dari model ini adalah pilihan
seseorang untuk bertransaksi dalam
official economy atau underground
economy akan dipengaruhi oleh
perbedaan harga relatif antara dua
pilihan ini dimana dikarenakan adanya
beban pajak maka bekerja pada official
Junqueira, 2005). Hasil dari estimasi
tersebut
akan
digunakan
untuk
menghitung
besaran
underground
economy di Indonesia tahun 2016- 2021.
Perhitungan besaran underground
economy pada penelitian ini akan
mengikuti tahapan – tahapan pengukuran
yang dibuat oleh (Samuda, 2016) sebagai
berikut :
1. Menghitung
estimasi permintaan
jumlah uang kartal dengan model
pendekatan moneter
Model persamaan regresi yang
akan digunakan untuk menghitung
estimasi ini adalah mengunakan model
pendekatan moneter yang awalnya
diperkenalkan oleh (Tanzi, 1983)
Model
ini
mengukur
besaran
underground economy berdasarkan
sensitivitas permintaan uang kartal.
Konsep dasar dari model ini adalah
seseorang lebih suka memakai uang
kartal atau uang tunai dalam
melakukan transaksi ekonomi dengan
tujuan
supaya
transaksi
yang
dilakukan tersebut
sulit
untuk
dilakukan
penelusuran
oleh
pemerintah khususnya Direktorat
Jenderal Pajak. Sebaliknya, apabila
seseorang melakukan transaksi dengan
menggunakan jasa perbankan atau
lembaga keuangan lainnya maka
petugas pajak lebih mudah untuk
melacaknya.
Model ini kemudian dikonstruksi
kembali dalam rangka perhitungan di
Indonesia oleh (Nizar & Purnomo,
2015) untuk perhitungan periode tahun
2000-2009 dan oleh (Azwar &
Mulyawan, 2017) untuk perhitungan
periode tahun 2011-2015.
Konstruksi dari model ini adalah
diasumsikan bahwa permintaan uang
kartal (C) akan dipengaruhi oleh beban
223
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 1, Februari 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814
estimasi regresi yang memenuhi
persyaratan BLUE (Best Linier
Unbiased Estimator) yaitu sifat linier,
tidak bias, dan varian minimum.
Pengujian ini juga dilakukan agar
model
yang
tersebut
dapat
menjelaskan hubungan antara variabel
dependen dan variabel independent
secara baik.
Uji normalitas adalah pengujian
tentang kenormalan distribusi data.
Asumsi yang harus dimiliki oleh data
adalah bahwa data tersebut harus
terdistribusi secara normal. Uji
normalitas akan dilakukan dengan cara
skewness test.
Uji asumsi klasik adalah syarat
awal untuk analisis regresi ganda.Uji
asumsi klasik ini yang akan dilakukan
adalah uji heteroskedastisitas, uji
autokorelasi, dan uji multikolinieritas.
Uji Heteroskedastisitas dilakukan
untuk melihat apakah variabel
pengganggu mempunyai varian yang
sama
atau
tidak.
Pengujian
heteroskedastisitas akan dilakukan
dengan metode Breusch pagan
Uji Multikolinieritas bertujuan
untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar
variabel
bebas
(independen).
Pengujian adanya multikolinearitas
akan menggunakan nilai tolerance atau
uji Value Inflation Factor (VIF).
Apabila nilai tolerance value lebih
tinggi daripada 0,10 atau VIF lebih
kecil daripada 10 maka dapat
disimpulkan
tidak
terjadi
multikolinearitas.
Uji Autokorelasi merupakan
pengujian asumsi dalam regresi di
mana variabel dependen tidak
berkorelasi dengan dirinya sendiri. Uji
Durbin Watson (DW) adalah sebuah
economy akan menjadi relatif lebih
mahal daripada underground economy.
3. Menghitung kecepatan uang beredar
pada underground economy
Tahapan selanjutnya adalah
melakukan perhitungan kecepatan
uang beredar pada underground
economy ( VUE) dengan cara
mengasumsikan bahwa kecepatannya
sama dengan diasumsikan dengan
velositas uang beredar pada official
economy (VOE ). Velositas uang
beredar akan didefinisikan sebagai
rasio PDB nominal terhadap jumlah
uang beredar nominal yang legal (LM)
dimana LM adalah jumlah uang kartal
yang
beredar
untuk
transaksi
dikurangi dengan uang kartal pada
underground economy (CUE), atau
bisa digambarkan dalam persamaan :
VUE=VOE=PDB/LM
(3.4)
Atau
VUE=PDB/(M1-CUE)
(3.5)
4. Menghitung
besaran
nilai
underground economy
Tahapan
terakhir
untuk
menghitung
estimasi
nilai
underground economy (UGE) adalah
dengan mengalikan antara jumlah
permintaan
uang
kartal
pada
underground economy (CUE) dengan
kecepatan
uang
beredar
pada
underground economy ( VUE ) atau
bisa digambarkan dalam persamaan:
UGE = CUE x VUE
(3.6)
Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Uji Normalitas Dan Uji Asumsi
Klasik
Metode yang digunakan untuk
analisis dalam penelitian ini analisis
regresi berganda sehingga data akan
dilakukan uji normalitas dan uji
asumsi klasik untuk memperoleh hasil
224
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 1, Februari 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814
test yang digunakan untuk mendeteksi
terjadinya autokorelasi pada nilai
residual (prediction errors) dari sebuah
analisis regresi
Gambar 1. Hasil dari uji normalitas
Gambar 2. Hasil dari uji heteroskedasitas
Gambar 3. Hasil dari uji autokorelasi
Gambar 4. Hasil dari uji autokorelasi
Berdasarkan
2. Hasil Regresi Dan Interpretasi Hasil
225
estimasi
yang
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 1, Februari 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814
dilakukan
berdasarkan
model
persamaan (3.2) maka diperoleh hasil
regresi yang dapat dilihat pada table
berikut :
Gambar 5. Hasil Regresi
Hasil estimasi dalam tabel
tersebut dapat dimasukkan dalam
bentuk persamaan sebagai berikut:
LnC = 10.10494+ 0.00628T – 0.0245O
+ 0.00262I + 1.0638LnY – 1.240LnF +
e
(4.1)
Persamaan (4.1) menjelaskan
bahwa variabel beban pajak (T), laju
inflasi (I), dan PDB nominal (Y)
berpengaruh positif terhadap jumlah
permintaan uang kartal (C) pada
triwulan berjalan, sedangkan BI Rate
(O) dan inovasi keuangan (F)
memberikan pengaruh negative pada
jumlah permintaan uang kartal (C).
Seperti
telah
dijelaskan
sebelumnya, variabel beban pajak
adalah
variabel
penting
untuk
mengestimasi
besaran
aktivitas
underground economy sehingga dalam
model persamaan ini harus berpengaruh
signifikan secara statistik. Hal ini
dikarenakan para pelaku underground
economy lebih memilih penggunaan
uang kartal saat bertransaksi untuk
menghindari kewajiban membayar
pajak. Hasil estimasi menunjukkan
bahwa
variabel
beban
pajak
berpengaruh positif terhadap permintaan
uang kartal. Koefisien variabel beban
pajak sebesar 0.00628 yang dapat
diinterpretasikan bahwa setiap kenaikan
dari beban pajak sebesar 1 persen
dimana variabel yang lain ceteris
paribus maka permintaan uang kartal
akan naik sebesar 0,628 persen. Hal ini
juga dapat diartikan bahwa semakin
tinggi beban pajak semakin besar pula
aktivitas underground economy.
Variabel opportunity cost dari
model ini adalah BI Rate yaitu tingkat
suku bunga oleh Bank Indonesia. Hasil
estimasi menunjukkan koefisien dari BI
Rate bernilai negatif sebesar 0.0245
yang berarti dapat diinterpretasikan
setiap kenaikan BI Rate sebesar 1
persen maka jumlah permintaan uang
kartal akan mengalami penurunan
sebesar 2,45 persen. Hasil ini sama
dengan teori yaitu semakin tinggi
tingkat suku bunga maka minat
masyarakat untuk menyimpan uang di
Bank akan mengalami peningkatan
karena berharap akan memperoleh
56
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 1, Februari 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814
pengaruh yang negative terhadap
permintaan uang kartal. Hasil estimasi
ini konsisten sesuai teori permintaan
uang untuk transaksi yang menyatakan
bahwa perkembangan jasa perbankan
akan mengurangi biaya total untuk
memegang
uang,
sehingga
menyebabkan turunnya permintaan
terhadap uang tunai (kartal) (Nizar &
Purnomo, 2015) (Azwar & Mulyawan,
2017).
Uji kelayakan untuk model dalam
penelitian ini menggunakan koefisien
determinasi (R-squared), nilai t-statistik
dan F-statistik. Berdasarkan hasil
regresi model menunjukkan bahwa nilai
koefisien
determinasi
(R-squared)
adalah sebesar 0,96 persen yang berarti
96 persen jumlah permintaan kartal
dapat dijelaskan oleh variable penjelas
yaitu beban pajak (T), laju inflasi (I),
pendapatan (Y), opportunity cost (O)
dan inovasi keuangan (F) sedangkan
sisanya sebanyak 4% dijelaskan oleh
variabel atau faktor lainnya yang tidak
dimasukkan dalam model penelitian.
Sementara itu, jika dilihat dari nilai Fstatistik dengan probabilitas sebesar
0,000 maka dengan tingkat signifikansi
5% dapat dikatakan bahwa secara
bersama-sama variabel penjelas yang
ada
dalam
model
signifikan
berpengaruh
terhadap
jumlah
permintaan uang kartal.
keuntungan yang lebih besar sehingga
mengakibatkan jumlah permintaan uang
kuartal akan menurun.
Variabel
selanjutnya
adalah
tingkat inflasi yang berhubungan
dengan daya beli masyarakat. Hasil
estimasi dari model ini memperoleh
koefisien inflasi bernilai positif sebesar
0.00262. Hasil ini menunjukkan
variabel inflasi tidak signifikan secara
statistik namun tidak dapat langsung
diambil kesimpulan bahwa inflasi tidak
berpengaruh terhadap permintaan uang
kartal. Hasil ini bisa terjadi karena
ketika terjadi inflasi maka tidak secara
seketika masyarakat akan meningkatkan
permintaan uang kartal mereka atau
dengan kata lain terdapat lag atas
pengatuh inflasi terhadap perubahan.
Variabel lainnnya dalam model ini
adalah Produk Domestik Bruto, yang
menjadi proxy pendapatan dikarenakan
PDB dapat didefinisikan sebagai nilai
tambah yang dihasilkan oleh para
pelaku ekonomi dalam kegiatan
menghasilkan barang dan jasa. Hasil
estimasi menunjukkan bahwa Koefisien
PDB bernilai 1.0638 yang berarti setiap
kenaikan PDB sebesar 1 persen maka
akan meningkatkan jumlah permintaan
uang kartal sebesar 10,63 persen
sehingga
dapat
diinterpretasikan
pendapatan berpengaruh secara positif
terhadap permintaan uang kartal.
Selanjutnya, hasil estimasi dari
model ini untuk variabel Inovasi
keuangan (F) yaitu jumlah kantor
cabang bank umum menunjukkan
koefisien sebesar - 1.240 yang berarti
setiap peningkatan jumlah kantor
cabang bank sebesar 1%, cateris
paribus, dapat mengurangi permintaan
uang kartal sebesar 12,4% dimana dapat
dinterpretasikan
bahwa
terdapat
3. Pengukuran
Estimasi
Besaran
Underground Economy
Seperti
telah
dijelaskan
sebelumnya, tahapan pertama untuk
estimasi underground economy dengan
melakukan estimasi jumlah uang kartal
di masyarakat. Persamaan (4.1) adalah
fungsi permintaan uang kartal secara
227
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 1, Februari 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814
pada underground economy sama
dengan yang ada pada official economy
(VUE = VOE). Hasil perhitungan
besaran nilai underground economy di
Indonesia pada periode triwulan
pertama pada tahun 2016 sampai denga
triwulan keempat pada tahun 2021 pada
Lampiran 2 menunjukkan bahwa nilai
underground economy nominal per
triwulan dalam periode tersebut berkisar
antara Rp 127.384 milliar sampai Rp
625.919 milliar. Secara rata-rata dalam
periode tersebut nilai underground
economy nominal mencapai Rp 325.127
milliar atau setara dengan 18,2%
terhadap PDB Nominal.
keseluruhan (C), baik yang digunakan
untuk transaksi dalam aktivitas official
economy (COE) maupun underground
economy (CUE). Sementara itu, besaran
uang kartal riil yang dalam official
economy (COE) adalah dari hasil dari
persamaan (4.1) dengan mengeluarkan
variabel beban pajak (T). Selisih antara
kedua
hasil
estimasi
tersebut
menunjukkan besarnya uang kartal pada
underground
economy
(CUE).
Perhitungan jumlah uang kartal tersebut
dapat dilihat pada Lampiran 1.
Hasil dari perhitungan per
triwulan dengan cara di atas selama
periode triwulan pertama pada tahun
2016 sampai dengan triwulan keempat
pada tahun 2021 pada Lampiran 1
menunjukkan bahwa jumlah uang kartal
yang digunakan dalam perekonomian
secara keseluruhan berkisar antara Rp
405.781 milliar sampai Rp 753.835
milliar, atau rata-rata sekitar Rp 598.273
milliar per triwulan. Dengan kisaran
jumlah uang kartal sebesar itu, rata-rata
sekitar 93,4% per triwulan diantaranya
merupakan jumlah uang kartal yang
digunakan dalam kegiatan official
economy. Dengan demikian, jumlah
uang kartal yang digunakan dalam
kegiatan underground economy (riil)
berkisar antara Rp 14.370 milliar
sampai Rp 79.764 milliar, atau rata-rata
sebesar Rp 36.775 milliar per triwulan.
Nilai ini setara dengan 6,1 % dari total
jumlah uang kartal yang beredar dalam
masyarakat.
Hasil dari perhitungan jumlah
uang kartal dalam underground
economy tersebut selanjutnya dapat
digunakan untuk menentukan estimasi
nilai besaran underground economy,
dengan menggunakan asumsi kecepatan
perputaran uang (velocity of money)
Simpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan
pembahasan yang telah dilakukan maka
dapat disimpulkan bahwa Nilai kegiatan
underground economy pada periode
penelitian yaitu triwulan pertama tahun
2016 sampai dengan triwulan keempat
tahun 2021 ternyata menunjukkan nilai
yang berfluktuasi, dengan rentang nilai
berkisar 127.384 milliar sampai Rp
625.919 milliar. Perhitungan secara ratarata dalam periode tersebut menunjukan
nilai yang mencapai Rp 325.127 milliar
atau setara dengan 18,2% terhadap PDB
Nominal. Nilai kegiatan underground
economy yang cukup besar tersebut
direpresentasikan
oleh
tingginya
permintaan uang kartal yang dipengaruhi
secara signifikan oleh beban (tarif) pajak
yang ditunjukkan oleh nilai koefisien tarif
pajak rata-rata sebesar 0.00628 dan
signifikan secara statistik.
228
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 1, Februari 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814
Acai, & Siswanti, Indra. (2020).
Teknologi Finansial: Sistem Finansial
Berbasis Teknologi Di Era Digital.
Retrieved
From
Https://Books.Google.Co.Id/Books?H
l=En&Lr=&Id=3gn1dwaaqbaj&Oi=F
nd&Pg=Pa1&Dq=,+Perkembangan+
Dari+Underground+Economy+Dapat
+Menarik+Pekerja+Domestik+Dan+L
uar+Negeri+Untuk+Beralih+Dari+Ke
giatan+Ekonomi+Yang+Legal+Ke+Il
egal+Dan+Menciptakan+Kompetisi&
Ots=41t5ofsn3b&Sig=0w4j30krpdtfiz
4qr8xsja3avme&Redir_Esc=Y#V=On
epage&Q&F=False
Daftar Pustaka
Amalia, Siti, Wijaya, Adi, Darma, Dio
Caisar, Maria, Siti, & Lestari, Dirga.
(2020). Underground Economy: Teori
& Catatan Kelam. Retrieved From
Https://Books.Google.Co.Id/Books?H
l=En&Lr=&Id=Sajxdwaaqbaj&Oi=Fn
d&Pg=Pa1&Dq=Kegiatan+Undergrou
nd+Economy+Dapat+Menyebabkan+
Pengambilan+Keputusan+Dan+Kebij
akan+Oleh+Stakeholder+Yang+Menj
adikan+Ukuran+Pertumbuhan+Sebag
ai+Indikator+Ekonomi+Seperti+Peng
angguran,+Angkatan&Ots=C8pijvuoa
b&Sig=Gtuvlwtbwesjkfph5zzqjs7n4oi
&Redir_Esc=Y#V=Onepage&Q=Keg
iatan Underground Economy Dapat
Menyebabkan
Pengambilan
Keputusan Dan Kebijakan Oleh
Stakeholder Yang Menjadikan Ukuran
Pertumbuhan
Sebagai
Indikator
Ekonomi Seperti Pengangguran%2c
Angkatan&F=False
Hariyanti, Dini, Soeharjoto, Soeharjoto,
Tribudhi,
Debbie
Aryani,
&
Ratnawati,
Nirdukita.
(2022).
Undeground Economy Di Indonesia
Dengan Pendekatan Moneter. Media
Bina Ilmiah, 16(8), 7467–7476.
Iskandar, Azwar, & Mulyawan, Andi
Wawan.
(2017).
Analisis
Underground Economy Indonesia Dan
Potensi Penerimaan Pajak (Analysis
Of Underground Economy Of
Indonesia
And
Tax
Revenue
Potential). Jurnal Info Artha PknStan,
1.
Retrieved
From
Https://Papers.Ssrn.Com/Sol3/Papers.
Cfm?Abstract_Id=3004254
Aritonang, Murdani. (2020). Analisa Tax
Amnesty, Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Penerimaan Pajak (Studi
Kasus Pada Kanwil Direktoral
Jendral Pajak Jawa Barat I).
Retrieved
From
Https://Elibrary.Unikom.Ac.Id/Id/Epri
nt/3450/
Azwar, & Mulyawan, Andi Wawan.
(2017).
Analisis
Underground
Economy Indonesia. Jurnal Info Artha
, No.1, Vol 1(No.1), 60–78.
Kebanksentralan,
Departemen
Riset,
Indonesia, Bank, Indonesia, Dewan
Gubernur Bank, Nasution, Anwar,
Goeltom, Miranda S., Azis, Iwan
Jaya, Hasan, Iftekhar, Komatsu,
Masaaki,
Syamsuddin,
M.,
&
Warjiyo, Perry. (N.D.). Susunan
Pengurus Buletin Ekonomi Moneter
Dan Perbankan. Retrieved From
Http://Lib.Ibs.Ac.Id/Materi/Bi
Corner/Terbitan
Bi/Jurnal
Ekonomi/Bemp Tahun 2016/3. Bemp
Vol 19 No 1 Juli 2016.Pdf
De Souza, Scheilla V. C., & Junqueira,
Roberto G. (2005). A Procedure To
Assess Linearity By Ordinary Least
Squares Method. Analytica Chimica
Acta, 552(1–2), 25–35.
Ginantra, Ni Luh Wiwik Sri Rahayu,
Simarmata, Janner, Purba, Ramen A.,
Tojiri, Moch Yusuf, Duwila, Amin
Ama, Siregar, Muhammad Noor
Hasan, Nainggolan, Lora Ekana,
Marit, Elisabeth Lenny, Sudirman,
Mulyawan, Andi Wawan. (2017). Analisis
Underground Economy Indonesia Dan
229
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 1, Februari 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814
Potensi Penerimaan Pajak Di Era Tax
Amnesty. Info Artha, 1(1), 60–78.
Retrieved
From
Https://Jurnal.Pknstan.Ac.Id/Index.Ph
p/Jia/Article/View/18
Nizar, Muhammad Afdi, & Purnomo,
Kuntarto.
(2015).
Underground
Economy Activities In Indonesia.
Munich Personal Repec Archive,
(65608).
Rezky, Nanda Puja. (2020). Kajian
Kegiatan Shadow Economy Di
Indonesia: Sebuah Studi Literatur.
Jurnal
Akuntansi
Bisnis
Dan
Ekonomi, 6(2), 1671–1680.
Samuda, Sri Juli Asdiyanti. (2016).
Underground Economy In Indonesia.
Buletin Ekonomi Moneter Dan
Perbankan,
19(1),
39–56.
Https://Doi.Org/10.21098/Bemp.V19i
1.599
Tanzi, Vito. (1983). The Underground
Economy In The United States:
Estimates And Implications. Staff
Papers - International Monetary
Fund, 30, 283–305.
230
CAKRAWALA – Repositori IMWI | Volume 6, Nomor 1, Februari 2023
p-ISSN: 2620-8490; e-ISSN: 2620-8814
231