Fraktur

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan di tentukan sesuai jenis dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang di kenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer dan Bare, 2002. Fraktur disebabkan oleh trauma langsung, tidak langsung, tarikan otot maupun disebabkan oleh keadaan patologis. Akibat dari trauma tersebut tulang tidsk mampu lagi menahan beban dan terjadilah fraktur.

PENGERTIAN Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000) JENIS FRAKTUR .a Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran. .b Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang .c Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit .d Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang.

The ability to select and apply type sensitively is an art form that requires an astute knowledge of the communicative complexity of letterforms. However, as a designer and design educator, I have observed that many designers frequently select and apply typefaces inappropriately or arbitrarily because they are simply unaware of the complex meanings underlying letterforms, as well as the power of the communicative choices they make. Many designers with even a basic understanding of type still tend to prefer to use illustration, illustrative graphics, icons or photography as their primary media of communication. In the event that type is indeed used, designers tend to choose ‘clean’ typefaces because they appear to detract less from the communicative aspects of other rhetorical texts already at play in their design. In other instances, letterforms may be chosen to achieve an array of elaborately intricate design layouts that are often superficially strewn across decorative, trite and eye-candied designs.

From these observations, I have therefore dedicated my study to delineating and discussing two default modes or methods used for selecting and applying type – type as experiential form and type as iconic form – in order to illustrate the powerful, yet intricate communicative facets of the letterform. The first mode relates to how designers select type based on a typeface’s experiential form. By this, I refer to the connotations that we derive from our physical and sensual perceptions of letterform shapes. I refer to George Laukoff’s experiential metaphor theory, as well as sound-image symbolism theory (synesthesia) in order to identify reminiscent and intuitive letterform perception. The second describes several ways in which designers invoke symbolic connotation by selecting iconic typefaces. Here, I investigate historical and cultural narratives woven into iconic typefaces and how these narratives may be signified, resignified and repurposed.

As a means of understanding the interconnected nature of meaning embodied by the letterform, my final objective is to highlight letterform communication from a visual rhetorical perspective. By conducting an in-depth case study of the Fraktur typeface (as communicating at once
experientially and symbolically), I stress several tensions that exist as a result of overlapping meaning and the interconnected nature of the two default modes of type selection. I thereby argue that designers need be aware of the communicative implications of their default modes or strategies to typeface selection. My point of departure is that a more holistic approach to selecting and applying typefaces could be followed and that rhetorical theory may provide an analytical framework for such an inclusive perspective. I maintain that if the communicative
complexity of letterforms is viewed from a visual rhetorical perspective, where rhetorical intricacies of meaning embodied in the letterform are thoughtfully and holistically considered (where designers may question their default modes of type selection), designers can be more strategic in directing meaning through type.

This paper examines the use of typography as a separate layer of anti-avant garde propaganda related to the Nazi exhibition of degenerate art. By tracking the use by the Third Reich of the ideas of degeneracy of script and and the use of the proper Deutsche Schrift, this paper shows the extended efforts by the reich to accomplish Minister of Propaganda Joseph Goebbels vision of "total war."

Masalah yang paling sering terjadi pada tulang adalah fraktur (patah tulang). Hal ini bisa terjadi kapan saja dan oleh siapa saja. Biasanya fraktur ini terjadi akibat cedera, misalnya pukulan, terjatuh atau mungkin akibat gerakan memuntir saat bermain sepak bola atau lainnya.Tulang manapun bisa patah, tapi keretakan paling sering terjadi pada lengan, kaki, dan telapak tangan. Terkadang kecelakaan secara tiba-tiba dapat menyebabkan fraktur juga sering membuat orang panic dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Karena kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki, akibatnya banyak orang pergi ke dukun pijat karena mereka beranggapan bahwa gejala fraktur sama dengan gejala terkilir. Oleh karena penting bagi kita untuk mengetahui apa itu fraktur agar tidak terjadi masalah yang lebih fatal Fraktur (Patah Tulang) merupakan hal sangat lumrah dikalangan masyarakat, penyebabya bisanya karena kecelakaan, terjatuh dari ketianggan atau bisa juga karena karena trauma benda tajam/tumpul.

Menurut Mansjoer (2005:356), fraktur tibia (bumper fracture/fraktur tibia plateau) adalah fraktur yang terjadi akibat trauma langsung dari arah samping lutut dengan kaki yang masih terfiksasi ke tanah. Menurut pendapat lain yaitu Smeltzer (2002:2357), fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Sedangkan menurut Sjamsuhidajat (1996:1138), fraktur adalah terputusnya jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Kemudian menurut Tucker (1998:198), fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas tulang. Pendapat lain oleh Doenges (1999:761) yang menerangkan bahwa, fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang.

At least 135 Colonial American music manuscripts from Pennsylvania are located in libraries throughout the United States and beyond. They are affiliated with the Ephrata Cloister, founded in 1732 by Conrad Beissel. Ephrata, and its nineteenth-century affiliated community Snow Hill, were celibate, ascetic, German-speaking, Sabbatarian communes in the wilderness of Pennsylvania. Their residents created a large corpus of hymns and motets in a scriptorium. Because Ephrata and Snow Hill produced no heirs, their documents were scattered and their traditions were mostly forgotten. Although significant strides have been made in recent years to understand Ephrata’s theology, substantial lacunae remain in the study of its music.

This article outlines the methodology that the author developed as part of a dissertation in order to capture, organize, understand, and synthesize data of Ephrata and Snow Hill music manuscripts. It discusses the creation of a descriptive catalog of all extant available music manuscripts. This catalog is the first of its kind: it organizes music manuscripts according to their content and proposes a chronology for them. The article also discusses inferences and hypotheses relating to the music manuscripts and their creation. Of particular note is the research-based discovery that the music manuscripts provide tangible evidence of the first possible female composers in America. Finally, the article outlines potential avenues of research in future Ephrata music studies.

Fraktur atau lebih di kenal dengan istilah patah tulang merupakan masalah yang sangat menarik untuk dibahas, karena banyak kejadian tidak terduga yang dapat mengakibatkan terjadinya fraktur, baik itu fraktur tertutup atau fraktur terbuka. Fraktur ekstremitas inferior (femur, tibia, fibula) insidenya sangat sering di jumpai sekitar 57% dari kasus fraktur dan hampir 80% pasien di usia produktif. Terjadinya kecelakaan secara tiba-tiba mengakibatkan fraktur, fraktur sering kali membuat orang panik dan tidak tahu tindakan apa yang harus di lakukan. Hal ini di sebabkan tidak adanya kesiapan dan kurangnya pengetahuan terhadap penangana fraktur tersebut. Kecelakaan lalu lintas ini, selain menyebabkan fraktur menurut WHO juga menyebabkan kematian 1,25 juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian bsar korbanya adalah remaja atau dewasa muda(lukman, 2009). Penderita fraktur dengan tingkat pendidikan yang rendah cenderung menunjukkan dengan adanya respon cemas yang berlebihan, mengingat keterbatasan mereka dalam memahami proses penyembuhan dari kondisi fraktur yang di alaminya. Respon cemas yang terjadi pada penderita fraktur sangat berkaitan sekali dengan mekanisme koping yang di milikinya, akan membentuk respon psikologis yang baik, respon psikologis yang baik berperan dalam menunjang proses kesembuhan. Perawat di harapkan memiliki pengetahuan yang cukup dalam menangani pasien fraktur, di antarannya adalah memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi(lukman, 2009). Penyembuhan klinis dinilai secara radiologis. Secara klinis bila tidak di temukan gerakan maupun nyeri pada saat fragmen fraktur di gerakkan. Radiologis bila di dapatkan kalkus, walaupun masih terlihat ada garis fraktur. Penyembuhan klinis rata-rata tercapai antara enam sampai delapan minggu pada orang dewasa dan dua sampai empat minggu pada anak usia 2-11 tahun. Secara histopatologi proses penyembuhan fraktur ini juga dapat di amati penambahan material pembentuk kalkus dalam jangka waktu tertentu. Problema psikososial yang timbul pada penderita dan keluarganya pada fraktur femur adalah akibat lamanya penderita menginap di rumah sakit, lamanya mobilisasi dan hilangnya waktu produktif untuk bekerja.

ABSTRAK
Upaya yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemulihan pasien fraktur adalah dengan melakukan program intervensi keperawatan. Konseptual Levine merupakan suatu teori keperawatan yang praktis dengan menggunakan konservasi energi, integritas struktural, integritas pribadi, dan integritas sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh program intervensi keperawatan berbasis model konseptual Levine pada pasien fraktur di RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment dengan desain penelitian equivalent control group design. Jumlah sampel 62 responden yang terdiri dari 31 responden kelompok intervensi dan 31 responden kelompok kontrol diambil secara consecutive sampling. Analisa data yang digunakan adalah Wilcoxon Signed Rank Test. Pemulihan pasien fraktur terdiri dari gangguan tidur, nyeri, kecemasan, dan dukungan keluarga. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh sebelum dan sesudah dilakukan program intervensi keperawatan berbasis model konseptual Levine terhadap pemulihan pasien fraktur dengan p value = 0.000 (p < 0.05). Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat pengaruh program intervensi keperawatan berbasis model konseptual Levine terhadap gangguan tidur, nyeri, kecemasan, dan dukungan keluarga. Diharapakan program intervensi keperawatan berbasis model konseptual Levine dapat menjadi bagian dari intervensi keperawatan mandiri dalam membantu menangani pemulihan pada pasien fraktur.

Kata kunci : Model Koseptual Levine, Pemulihan Pasien Fraktur, Fraktur.

Contains the following essays:
1. Isabel Schulz:              Old Masters, New Forms – the Merz Madonnas of Kurt Schwitters
2. Agnes Cardinal :          Kurt Schwitters and Robert Walser
3. Cole Collins:                ‘The Thing about PIN’ 
4. Aaron Senitt:                Kindergarten Merzbau 
5. Jan-Hendrik Steffan:  'Weshalb sind Sie nicht im Opernhause und im 
                                            Schauspielhause abonniert?' Kurt Schwitters’
                                            typographical work in Hanover

The journal is available free to members or can be ordered from the society at a cost of 10 Euros (or equivalent) plus postage.

Contains the following essays:
1. Robin Fuller: 'More consistent and systematic than any form of writing I know'. Kurt Schwitters' Systemschrift 
2. Matthew Mindrup: Kurt Schwitters' Architectural Models
3. Cole Collins: 'From the back as from the front'. Feminist Perspectives in Anna Blossom has Wheels'.
4. Reasoning Irrationally. The Logics of Kurt Schwitters' Merz-World.
5. Allen Weiss: The Errant Text (with an introduction by Roger Cardinal.

The journal is available free to members or can be ordered from the society at a cost of 10 Euros (or equivalent) plus postage.