Komunikasi Profetik

RUU Omnibuslaw Cipta Kerja sedikit banyak menjadi sorotan publik karena pasal-pasal yang dianggap merugikan pihak pekerja terlebih buruh. Hal-hal yang bertentangan ini pula tidak sesuai dengan  etos profetik yaitu humanisasi,  liberasi,  dan transendensi,  dan jika dikaji lebih dalam dengan metode analisis profetik berupa dialektis-historis, sintetik-analitik,  dan struktural-transendental, semuanya mengarah pada keharusan kita  melakukan keberpihakan pada kaum mustadh'af yaitu para pekerja buruh ditinjau dari segi Al-Qur'an, pun dari adanya RUU ini menyeleweng dari konsep HAM yang ada di dalam Al-Qur'an

Komunikasi Profetik sebagai usaha menjadikan tujuan kenabian yakni humanisasi, liberasi, dan transedensi menjadi paradigma dalam teori dan praktik komunikasi. Tujuan dari paradigma profetik ini adalah pembebasan manusia, sebagai disiplin ilmu untuk transformasi sosial. Secara umum bab ini memberi penjelasan mengenai teori profetik sebagai sebuah teori sosial Islam sifatnya tidak permanen. Meskipun begitu, landasan dasar atau normatifnya disandarkan pada Al-Quran yang bersifat melampaui ruang dan waktu. Bab ini akan menjelaskan bagaimana komunikasi profetik diilhami oleh Quran melalui tiga sub bab tersebut sebelumnya.

Komunikasi Profetik C Tugas Review BAB 9 Komunikasi profetik merupakan sebuah komunikasi yang berbeda dengan perspektif dakwah, kontekstual dan komunikasi islam. Komunikasi profetik yaitu sebuah upaya yang menjadikan tujuan kenabian yakni humanis, liberalisasi dan transendensi yang menjadi perspektif atau paradigma dalam teori dan praktik komunikasi.

Komunikasi profetik adalah upaya menjadikan tujuan kenabian yakni humanisasi liberasi dan transendensi menjadi perspektif paradigma dalam teori dan praktik komunikasi. Robert T. Craig memberikan sebuah definisi komunikasi yang berdasarkan tujuh tradisi/perspektif. Komunikasi ini dapat dilihat secara berbeda dalam tujuh tradisi ini. Salah satu contohnya