JURNAL Analisis Kinerja Perusahaan Dengan Menggunakan Pendekatan Balanced Scorecard (Studi Kasus Pada Perusahaan Mebel PT. Jansen Indonesia)
JURNAL Analisis Kinerja Perusahaan Dengan Menggunakan Pendekatan Balanced Scorecard (Studi Kasus Pada Perusahaan Mebel PT. Jansen Indonesia)
JURNAL Analisis Kinerja Perusahaan Dengan Menggunakan Pendekatan Balanced Scorecard (Studi Kasus Pada Perusahaan Mebel PT. Jansen Indonesia)
I. PENDAHULUAN
scorecard
merupakan
kerangka
kerja
komprehensif
untuk
menerjemahkan visi dan misi serta strategi perusahaan dalam seperangkat ukuran
kinerja yang terpadu, tersusun dalam empat perspektif, yaitu finansial, pelanggan,
proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan (Hardiyanto dkk:
2005).
PT. Jansen Indonesia adalah perusahaan/perseroan yang menjalankan
usaha di bidang furniture dan memasarkan hasil produksinya baik ke pasaran
ekspor maupun pasar domestik. Selama tiga tahun terakhir PT. Jansen
Indonesia membukukan laba menurun dari Rp.208.455.724.471 pada tahun 2007
kemudian mengalami penurunan menjadi Rp. 123.728.723.326 pada tahun 2008
dan mengalami kerugian sebesar Rp 122.904.267.009 pada tahun 2009.
Penurunan laba ini terjadi akibat penurunan penjualan dari Rp. 2.800.084.343.000
pada tahun 2007 menjadi Rp. 1.196.932.130.000 pada tahun 2008
namun
kemampuan
proses,
mutu,
dan
waktu
tanggap
yang
mengukur kinerja keuangan, namun juga aspek-aspek lain yang dinilai penting
untuk mempertahankan eksistensi perusahaan.
Kaplan dan Norton (1996) menyatakan bahwa konsep balanced scorecard
(BSC) dikembangkan untuk melengkapi pengukuran kinerja keuangan (atau
dikenal dengan pengukuran tradisional) dan sebagai alat ukur yang cukup penting
bagi organisasi perusahaan untuk merefleksikan pemikiran baru dalam era
competitiveness dan efektivitas organisasi. Konsep ini memperkenalkan suatu
sistem pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan kriteria-kriteria
tertentu yang merupakan penjabaran dari apa yang menjadi misi dan strategi
perusahaan jangka panjang. Kriteria tersebut digolongkan menjadi empat
perspektif yaitu: (1) perspektif keuangan, (2) perspektif konsumen, (3) perspektif
proses bisnis internal, dan (4) perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
Melalui pengukuran keempat perspektif ini, manajemen perusahaan akan
lebih mudah untuk mengukur kinerja dari unit bisnis saat ini dengan tetap
mempertimbangkan kepentingan masa depan, mengukur apa yang telah
diinvestasikan dalam pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur
demi perbaikan kinerja di masa datang, serta memungkinkan untuk menilai
intangible asset seperti kepuasan pelanggan, loyalitas pelanggan, dan lain-lain.
Ukuran-ukuran pada masing-masing perspektif harus diseimbangkan antara
ukuran output dan ukuran kepastian (penggerak kinerja), antara ukuran-ukuran
objektif dan subjektif, antara ukuran internal dan eksternal, dan ukuran keuangan
dan non keuangan (Hansen dan Mowen, 2004). Lebih terfokusnya target dari
keempat perspektif tersebut yang selaras dengan perkembangan baru dalam
bidang organisasi seperti learning organization, diharapkan para karyawan dari
tingkat atas sampai tingkat bawah mengetahui apa visi dan strategi
perusahaannya, karena BSC bukan sebagai pengendali perilaku karyawan tetapi
lebih sebagai sarana komunikasi, informasi, dan proses belajar dalam suatu
perusahaan, serta mengarahkan upaya pencapaian tujuan perusahaan kepada
karyawan. Hal ini dimaksudkan untuk menghadapi pergeseran kekuasaan dalam
pasar akibat globalisasi ekonomi, dimana sekarang konsumenlah yang memegang
kendali bisnis. Konsumen menjadi sangat pemilih, serta menentukan barang dan
jasa apa yang akan didesain oleh produsen untuk memenuhi kebutuhan mereka.
memberikan
Bab II: Telaah Pustaka yang berisi teori-teori yang relevan dan digunakan dalam
penelitian ini, tinjauan pustaka yang meliputi pengertian dan pengukuran kinerja
perusahaan, pengendalian kinerja, tujuan pengukuran kinerja, tujuan penilaian
kinerja, manfaat pengukuran kinerja, ukuran kinerja, pengukuran kinerja dengan
pendekatan balanced scorecard, kerangka pikir penelitian, hubungan antar
perspektif dan reviev penelitian terdahulu.
Bab III : Metode Penelitian berisi tentang populasi dan sampel, teknik
pengumpulan data, metode analisis data, yang meliputi analisis kualitatif, analisis
kuantitatif dan alat analisis.
Bab IV:Hasil dan pembahasan yang membahas tentang gambaran umum
perusahaan sampel dan hasil analisis data serta pengujian hipotesis.
BabV : Penutup memuat tentang kesimpulan, saran dan keterbatasan penelitian.
II. TELAAH PUSTAKA
2.1 Kinerja Perusahaan
2.1.1 Pengertian Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas
perusahaan selama periode waktu
2. Penilaian Kinerja
Menurut Mulyadi dan Johny Setyawan (2002: 227), mendefinisikan
mengenai penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas
operasional organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan
sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.1.3 Pengendalian dan Kinerja
Pengendalian adalah proses mengarahkan sekumpulan variabel yang
meliputi manusia, benda, situasi, dan organisasi untuk mencapai tujuan atau
sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan kinerja adalah suatu
tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu,
merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional
perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya-sumber daya yang dimiliki
2.1.4 Tujuan Pengukuran Kinerja
Menurut Vincent Gaspersz (2005: 68), tujuan dari pengukuran kinerja
adalah untuk menghasilkan data, yang kemudian apabila data tersebut dianalisis
secara tepat akan memberikan informasi yang akurat bagi pengguna data tersebut.
Berdasarkan tujuan pengukuran kinerja, maka suatu metode pengukuran kinerja
harus dapat menyelaraskan tujuan organisasi perusahaan secara keseluruhan
tujuan organisasi secara keseluruhan (goal congruence).
2.1.5 Tujuan Penilaian Kinerja
Tujuan utama penilaian kinerja (Mulyadi dan Johny Setyawan, 2002: 227)
adalah untuk memotivasi personel dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam
mematuhi standar perilaku berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang
dituangkan dalam anggaran organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya, agar
membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi.
2.1.6 Manfaat Pengukuran Kinerja
Manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik adalah: (1) Menelusuri
kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa perusahaan lebih
dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat
dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan. (2) Memotivasi pegawai
untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata rantai pelanggan dan
pemasok
internal.
(3)
sekaligus
Ukuran Kinerja
Terdapat tiga macam ukuran yang dapat digunakan untuk menilai secara
kuantitatif (Mulyadi, 2001: 434), yaitu: (1) Ukuran Kriteria Tunggal (2) Ukuran
Kriteria Beragam (3) Ukuran Kriteria Gabungan
2.2 Pengukuran
Kinerja
Perusahaan
dengan
Pendekatan
Balanced
Scorecard
2.2.1 Pengertian Balanced Scorecard
BSC merupakan suatu alat pengukuran kinerja perusahaan yang
mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan baik keuangan maupun non
keuangan dengan mempertimbangkan empat aspek yang berkaitan dengan
perusahaan, antara lain: aspek keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan
pembelajaran dan pertumbuhan.
2.2.2
sistem
pengukuran
taktis
atau
operasional.
Perusahaan
yang
inovatif
2.
3.
4.
keuangan
Kinerja Perusahaan
Perspektif
Keuangan
Perspektif
Pelanggan
Perspektif
Proses Bisnis
Internal
Analisis
Kesimpulan
Perspektif
Pembelajaran dan
Pertumbuhan
2.4
Perspektif
Keuangan
Meningkatnya
ROI
Meningkatnya Pendapatan
Penjualan
Berkurangnya Biaya
Perspektif
Pelanggan
Meningkatnya
Kepercayaan Pelanggan
Kecepatan
Layanan
Meningkatnya Kepuasan
Pelanggan
State of art
technology
Terintegrasikannya Proses
Pelayanan Pelanggan
Perspektif Proses
Internal Bisnis
Meningkatnya Kualitas
Proses Layanan Pelanggan
Perspektif Pembelajaran
dan Pertumbuhan
Meningkatnya Kapabilitas
dan Komitmen Personel
Sumber: Mulyadi dan Johny Setyawan. 2002. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen.
3.1
X 100%,.
Total Penjualan
Margin laba kotor masuk dalam kriteria buruk apabila kurang dari 6%,
masuk kriteria sedang apabila sama dengan 6% dan disimpulkan baik
apabila lebih besar dari 6%.
b. Margin laba operasi
Margin laba operasi mencerminkan tingkat keuntungan operacional
yang didapatkan atas penjualanya.
Margin laba operasi = Laba operasi X 100%
Total Penjualan
Margin laba operasi dianggap buruk kalau kurang dari 6%, masuk
dalam kriteria sedang apabila sama dengan 6% dan masuk dalam
kriteria baik apabila lebih dari 6%.
c. ROA
Untuk menghitung tingkat pengembalian atas aktiva yang dimiliki
perusahaan:
ROA = earning after tax X 100%
Total aktiva
Nilai ROA disimpulkan buruk apabila kurang dari 7%, masuk kriteria
sedang apabila sama dengan 7% dan masuk dalam kriteria baik apabila
lebih besar dari 7%.
d. Current Ratio
Untuk mengetahui besarnya aktiva lancar dibandingkan dengan hutang
lancar digunakan rumus:
Current ratio = Aktiva
lancar
X 100%
Hutang Lancar
Current ratio dianggap buruk apabila kurang dari 200%, masuk criteria
sedang apabila sama dengan 200% dan disimpulkan baik apabila lebih
dari 200%.
e. TATO
Untuk mengetahui besarnya nilai penjualan dibandingkan dengan total
aktiva;
Ratio Operasi =
Penjualan
X 100%
Total Aktiva
TATO dinilai buruk apabila kurang dari 100%, sedang apabila sama
dengan 100% dan baik apabila lebih besar dari 100%.
3.3.2 Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan dihitung dengan menggunakan perhitungan:
a. Retensi Pelanggan
Untuk mengetahui seberapa besar jumlah konsumen yang putus
(switch)
perusahaan.
yang dimiliki
b. Akuisisi Pelanggan
Untuk mengetahui banyaknya jumlah konsumen baru dibandingkan
dengan total konsumen.
3.3.3 Perspektif Proses Bisnis Internal
Dalam perspektif proses bisnis internal akan digunakan perhitungan:
1. Proses Inovasi
Menghitung persentase penjualan dari produk baru, membandingkan
antara jumlah produk baru dengan produk sebelumnya.
2. Proses Operasi
Pengukuran kegiatan operasional berdasarkan waktu, kualitas, dan
biaya dapat dijabarkan sebagai berikut :
Manufaktur Cycle Effctiveness = Processing Time
Throughput Time
Throughput Time = Processing Time + Inspection Time +
Movement Time + Waiting Storage Time
3.3.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan akan menggunakan
perhitungan:
1. Tingkat Perputaran Karyawan
Mengukur seberapa besar perputaran karyawan digunakan rumus :
Perputaran karyawan =
X 100%
Karyawan
yang
keluar
adalah
karyawan
yang
Laba operasi
Jumlah karyawan
penelitian
ini
analisis
ii.
iii.
iv.
oleh
Frederik
Hubertus.
Jansen,
seorang
pengusaha
yang
Tabel 4.1
Kinerja Perspektif Keuangan
2007
Ukuran
Margin laba kotor
Margin laba operasi
ROA
Current ratio
TATO
Laba kotor
penjualan
Laba operasi
Penjualan
Laba bersih
Model sendiri
Aktiva Lancar
Hutang
Penjualan
Total Aktiva
2008
2009
Rata-rata
Kriteria
0.200
0.789
0.838
0.609 Baik
0.193
0.204
0.156
0.184 Baik
0.054
0.046
0.030
0.043 Buruk
9.265
34.641
11.293
0.724
0.441
0.425
18.400 Baik
0.530 Buruk
Rumus
Retensi
konsumen
Akuisisi
konsumen
2007
2008
2009
0
42
=0
4
42
=0,095
1
43
=0,023
2
43
=0,046
2
45
= 0,044
4
45
=0,088
Ratarata
Kriteria
0,023
Buruk
0,0763
Sedang
2. Kepuasan Konsumen
a) Harga mebel hasil produksi Janssen sesuai dengan kualitasnya sehingga
menjadikan saya puas (X1)
Tabel 4.3
Tanggapan Mengenai Kesesuaian Harga dengan Kualitas
Jawaban
Jumlah
Persentase
5
16
1
9
0
31
16.1
51.6
3.2
29.0
0
100
Jumlah
Persentase
4
2
12.9
6.5
22
3
71.0
9.7
31
100.0
Jumlah
0
Persentase
0
19.4
0
22
0
71.0
3
31
9.7
100
Jumlah
0
Persentase
0
14
45.2
10
7
32.3
22.6
0
31
0
100.0
Rata-rata
0,333
Kriteria
Sedang
Tabel 4.8
Perhitungan Aktifitas Operasional
Produksi Kursi
Ukuran
Rumus
2007
2008
2009
Rata-rata
Kriteria
20/170 = 0.117
25/175 = 0.147
25/175 = 0.147
0.137 Sedang
75/170 = 0.441
75/175 = 0.441
75/175 = 0.441
0.441 Sedang
30/170 = 0.176
30/175 = 0.176
30/175 = 0.176
0.176 Sedang
15/170= 0.088
15/175= 0.088
15/175= 0.088
0.088 Sedang
30/170 = 0.176
30/175 = 0.176
30/175 = 0.176
0.176 Sedang
Cycle Effectiveness
MCE pemotongan
Waktu pemotongan
Waktu penyelesaian
MCE asembling
Waktu asembling
Waktu penyelesaian
MCE amplas
Waktu amplas
Waktu penyelesaian
MCE finishing
Waktu finishing
Waktu penyelesaian
Waktu finishing
Waktu penyelesaian
Tabel 4.9
Perhitungan Aktifitas Operasional
Produksi Meja
Ukuran
Rumus
2007
2008
2009
Rata-rata
Kriteria
15/225 = 0.067
15/225 = 0.067
15/225 = 0.067
0.067
Sedang
90/225 = 0.400
90/225 = 0.400
90/225 = 0.400
0.400
Sedang
60/225 = 0.267
60/225 = 0.267
60/225 = 0.267
0.267
Sedang
60/225= 0.267
60/225= 0.267
60/225= 0.267
0.267
Sedang
Cycle Effectiveness
MCE pemotongan
Waktu pemotongan
Waktu penyelesaian
MCE asembling
Waktu asembling
Waktu penyelesaian
MCE amplas
Waktu amplas
Waktu penyelesaian
MCE finishing
Waktu finishing
Waktu penyelesaian
Rumus
2007
2008
2009
Rata-rata
Kriteria
30/210 = 0.143
30/210 = 0.143
30/220 = 0.136
0.141
Baik
75/210 = 0.357
75/210 = 0.357
75/220 = 0.386
0.367
Buruk
60/210 = 0.286
60/210 = 0.286
60/220 = 0.273
0.281
Baik
45/210= 0.214
45/210= 0.214
45/220= 0.205
0.211
Baik
Cycle Effectiveness
MCE pemotongan
Waktu pemotongan
Waktu penyelesaian
MCE asembling
Waktu asembling
Waktu penyelesaian
MCE amplas
Waktu amplas
Waktu penyelesaian
MCE finishing
Waktu finishing
Waktu penyelesaian
waktu assembling yang semakin meningkat. Untuk MCE aktivitas produksi lemari
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.11Perhitungan Aktifitas Operasional
Produksi Lemari
Ukuran
Cycle Effectiveness
MCE pemotongan
Rumus
Waktu pemotongan
2007
2008
2009
Rata-rata
Kriteria
60/360 = 0.167
60/360 = 0.167
60/360 = 0.167
0.167
Sedang
120/360= 0.333
120/360= 0.333
120/360= 0.333
0.333
Sedang
90/360= 0.250
90/360= 0.250
90/360= 0.250
0.250
Sedang
90/360= 0.250
90/360= 0.250
90/360= 0.250
0.250
Sedang
Waktu penyelesaian
MCE asembling
Waktu asembling
Waktu penyelesaian
MCE amplas
Waktu amplas
Waktu penyelesaian
MCE finishing
Waktu finishing
Waktu penyelesaian
Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa nilai MCE pada semua aktivitas
nampak konstan, karena SDM serta alat kerja bagian produksi lemari tidak
mengalami perubahan sehingga waktu MCE nampak tetap sepanjang periode.
4.5 Analisis Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran (Learning and
Growth)
Dalam sebuah industri, ada kecenderungan terjadinya meningkatnya
persaingan, sehingga perusahaan harus mempertahankan SDM yang potensial dan
meningkatkan produktivitasnya. Perhitungan perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan pada lampiran, sedangkan hasil perhitungan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.12
Kinerja Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Ukuran
Persamaan
2007
2008
2009
Kriteria
Baik
Perputaran
14
12
karyawan
Total Karyawan
362
364
364
=3,29%
=0%
=3,86%
Produktivitas
karyawan
Output
Input
Buruk
Rp 539.369.477.846
455.700.500
= 1.183,605
Rp244.153.738.393
453.600.700
= 538,57
Rp271.243.542.762
519.761.000
= 521,862
Jumlah
6
28
2
57
7
100
Persentase
6.0
28.0
2.0
57.0
7.0
100.0
Tabel 4.14
Kepuasan Terhadap Gaji
Jawaban
1 (sangat tidak puas)
2 (tidak puas)
3 (netral)
4 (puas)
5 (sangat puas)
Total
Jumlah
Persen
8.0
34
5
34.0
5.0
42
11
42.0
11.0
100
100.0
Jumlah
9
Persen
9.0
34
7
34.0
7.0
45
45.0
5
100
5.0
100.0
Tabel 4.16
Kriteria Tingkat Kepuasan Dukungan Atasan
Jawaban
1 (sangat tidak puas)
Jumlah
8.0
36
6
36.0
6.0
39
11
39.0
11.0
100
100.0
2 (tidak puas)
3 (netral)
4 (puas)
5 (sangat puas)
Total
Persen
Jumlah
Persen
3
27
3.0
27.0
4
61
4.0
61.0
5.0
3.0
4.6 Pembahasan
Dari perspektif keuangan diketahui bahwa margin laba kotor, margin laba
operasi dan current ratio masuk dalam kriteria baik, sedangkan ROA dan TATO
masuk dalam kriteria buruk. Pada variabel margin laba kotor selain lebih besar
dari 6%, selama tiga tahun pengamatan juga mengalami peningkatan. Sedangkan
pada variabel margin laba operasi juga selalu lebih dari 6% selama tiga tahun
terakhir, meskipun mengalami penurunan pada tahun 2009. Penurunan margin
laba operasi pada tahun 2009 terjadi karena meningkatnya penjualan pada tahun
yang sama, tetapi tidak diikuti dengan meningkatnya laba operasi. Hal ini terjadi
akibat inefisiensi seperti meningkatnya beban operasi. Pada variabel current ratio
(CR) selalu lebih besar dari 200% selama tiga tahun terakhir, nilai CR (sebesar
926,5%, 3.464,1% dan 1.129,3%) nilai CR yang terlalu tinggi disarankan untuk
diturunkan karena nilai likuiditas jangka pendek yang terlalu tinggi juga kurang
baik, khususnya apabila terjadi akibat nilai persediaan yang berlebihan. Pada
variabel ROA masuk kriteria buruk dan selama tiga tahun selalu kurang dari 7%,
yaitu masing masing (5,4%; 4,6% dan 3%), meskipun margin laba kotor dan
operasi relatif tinggi, nilai ROA yang rendah ini terjadi akibat nilai aktiva
perusahaan yang terlalu tinggi.
Pada perspektif pelanggan diketahui bahwa pada variabel retensi masuk
dalam kriteria buruk, dimana selama tiga tahun terakhir jumlah konsumen yang
putus hubungan dengan PT. Jansen mengalami peningkatan. Pada tahun 2007
diketahui tidak ada konsumen yang putus hubungan dengan PT. Jansen,
kemudian pada tahun 2008 terdapat 1 toko yang putus hubungan dengan
perusahaan dan pada tahun berikutnya terdapat 2 toko yang putus kerja sama
dengan perusahaan. Namun demikian dari sisi akuisisi perusahaan mendapatkan
pelanggan baru dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
toko yang putus hubungan dengan perusahaan.
Pada perspektif proses bisnis internal diketahui bahwa inovasi hanya
terjadi pada tahun 2008, perusahaan disarankan untuk melakukan inovasi secara
lebih aktif. Sedangkan proses MCE semua produk (kursi, meja, tempat tidur dan
lemari) masuk dalam kriteria sedang, karena proses MCE selalu fluktuatif dan
tidak mengalami peningkatan konstan. Apabila memungkinkan hasil penjualan
aktiva-aktiva tidak produktif dialokasikan untuk membeli alat-alat atau mesin baru
guna meningkatkan proses produksi.
Sedangkan pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, kinerja
perputaran karyawan masuk dalam kriteria baik, karena selama periode
pengamatan perputaran karyawan mengalami penurunan. Namun demikian
produktivitas karyawan mengalami penurunan akibat jumlah karyawan meningkat
yang tidak diikuti dengan pembukuan laba yang meningkat. Pada variabel
kepuasan diketahui karyawan kurang puas terhadap semua aspek meliputi
pekerjaan, gaji, kebijakan promosi, dukungan atasan maupun kerja sama antar
karyawan.
Dari analisis komperhensif ini disimpulkan bahwa buruknya kinerja laba
operasi disebabkan: pertama rendahnya tingkat kepuasan karyawan yang
berdampak pada masih rendahnya produktivitas karyawan. Terjadinya penurunan
produktivitas karyawan menyebabkan tingginya biaya yang harus ditanggung
perusahaan dan di sisi lain karyawan tidak mampu memberikan kontribusi
maksimal terhadap keuangan perusahaan. Retensi dan akuisisi konsumen masuk
dalam kriteria buruk hal ini juga berimplikasi pada semakin kurang diterimanya
produk yang dihasilkan PT. Jansen Indonesia, selama ini perusahaan kurang
memperhatikan pasar domestik karena dianggap memberikan kontribusi margin
yang lebih rendah dibandingkan dengan produk yang dijual di pasar ekspor.
Untuk mewujudkan visi berkomitmen pada konsumen maka diperlukan
peningkatan pelayanan kepada konsumen secara maksimal. Peningkatan
pelayanan ini diharapkan akan menurunkan tingkat perputaran konsumen hingga
titik nol pada tahun-tahun mendatang, sehingga jumlah konsumen secara
kuantitatif akan meningkat. Peningkatkan jumlah konsumen diharapkan akan
meningkatkan omset dari penjualan domestik dan akhirnya berdampak pada
meningkatnya kinerja keuangan.
V. PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan beberapa hal sebabai berikut:
1. Perspektif keuangan
Kinerja perspektif keuangan pada PT. Jansen Indonesia secara keseluruhan
dapat disimpulkan atau dinilai sedang, karena secara umum rasio-rasio
keuangan mengalami kenaikan kecuali ROA dan TATO. Margin laba kotor
mengalami peningkatan pada tahun 2008 namun demikian kembali turun pada
tahun 2009. Untuk ROA terjadi penurunan pada tahun 2008 dan kembali
menurun pada tahun 2009. Variabel current ratio mengalami pada tahun 2008
kemudian turun pada tahun 2009. Sedangkan TATO turun secara terus menerus
selama tahun pengamatan.
2. Perspektif pelanggan
Kinerja perspektif pelanggan pada PT. Jansen Indonesia disimpulkan kurang
baik, karena kepuasan pelanggan adalah kurang puas pada dimensi kesesuaian
antara harga dan kualitas, kemampuan perusahaan dalam melakukan menjaga
rentensi konsumen buruk sedangkan kemampuan perusahaan dalam melakukan
akuisisi pelanggan sedang. Retensi konsumen mengalami peningkatan selama
periode pengamatan, sedangkan akuisisi mengalami penurunan pada tahun
2008 namun demikian kembali meningkat pada tahun berikutnya.
3. Perspektif proses bisnis intern.
Kinerja perspektif proses bisnis intern pada Perusahaan PT. Jansen Indonesia
secara disimpulkan sedang, karena inovasi hanya terjadi sekali selama tiga
tahun terakhir dan tidak terjadi penurunan waktu aktivitas operasional secara
konsisten pada proses produksi kursi, meja, tempat tidur maupun lemari.
4. Perspektif learning and growth
Kinerja perspektif learning and growth pada PT. Jansen Indonesia dapat
disimpulkan baik pada aspek perputaran karyawan masuk dalam kriteria baik
sedangkan produktivitas karyawan mengalami penurunan. Tingkat kepuasan
karyawan disimpulkan sedang karena karyawan kurang puas.
5.2 Keterbatasan
Keterbatasan penelitian ini terletak pada sulitnya bagi peneliti untuk secara
langsung menemui konsumen (yang sudah membeli produk Jensen) dalam
melakukan survey tingkat kepuasan konsumen. Sehingga peneliti menggunakan
toko untuk mewakili opini konsumen
5.3 Saran
5.3.1 Saran Bagi PT. Jensen
1. Perspektif keuangan untuk marjin laba kotor perlu dipertahankan, karena
cenderung mengalami peningkatan selama periode pengamatan, sedangkan
untuk margin laba operasi perlu ditingkatkan karena tidak stabil selama
periode pengamatan. Untuk current ratio dan ROA perlu ditingkatkan karena
mengalami penurunan, demikian juga dengan rasio perputaran aktiva perlu
dipertahankan. Sedangkan untuk variabel current ratio mengalami peningkatan
dan selalu likuid sepanjang pengamatan, sehingga perlu dipertahankan.
2. Selain menambahkan outlet baru, pihak manajemen perusahaan juga
disarankan untuk berusaha mempertahankan outlet atau toko yang sudah ada.
Hal ini dilakukan untuk menghindari kemerosotan jumlah outlet yang bisa
berdampak negatif terhadap penjualan.
3. Pihak perusahaan disarankan melakukan inovasi produk dengan menciptakan
produk baru guna memenuhi keinginan pelanggan. Perusahaan juga disarankan
untuk meningkatkan waktu proses sehingga produksi menjadi lebih efisien.
4. Perspektif learning and growth khususnya untuk kepuasan karyawan yang
perlu diperhatikan adalah penempatan kerja, sistem penempatan kerja, sikap
atasan, kebijakan organisasi dan pemberian kesempatan untuk maju sehingga
kepuasan karyawan dapat ditingkatkan.
mengenai
DAFTAR PUSTAKA